Anda di halaman 1dari 61

DASAR-DASAR TEORI DARI METODE

PEMULIAAN TANAMAN
Strategi Dasar Pemuliaan Tanaman.
3 strategi dasar pemuliaan tanaman antara lain:
1.

Koleksi Plasma Nuftah


Plasma nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan karena di sini
tersimpan berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing
nomor koleksi (aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak
mungkin dilakukan. Usaha pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi
ke tempat-tempat yang secara tradisional menjadi pusat keanekaragaman
hayati (atau hutan) atau dengan melakukan pertukaran koleksi. Lembagalembaga publik seperti IRRI dan CIMMYT menyediakan koleksi plasma nutfah
bagi publik secara bebas bea, namun untuk kepentingan bisnis diatur oleh
perjanjian antara pihak-pihak yang terkait.

2.

Peningkatan keragaman (variabilitas) genetik.


Apabila aksesi tidak ada satu pun yang memiliki suatu sifat yang
diinginkan, pemulia tanaman melakukan beberapa cara untuk merakit
individu yang memiliki sifat ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah
introduksi bahan koleksi, persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan
paparan

radioaktif

atau

bahan

kimia

tertentu,

penggabungan

(fusi)

protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen, transfer gen, dan manipulasi


regulasi gen.

Empat cara yang disebut terakhir kerap dianggap sebagai bagian dari
bioteknologi pertanian (green biotechnology). Tiga cara yang terakhir adalah
bagian dari rekayasa genetika dan dianggap sebagai "pemuliaan tanaman
molekular" karena menggunakan metode-metode biologi molekular.
Peningkatan keragaman (variabilitas) genetik antara lain:
1.

Introduksi
Intoduksi adalah mendatangkan bahan tanam dari tempat lain
(introduksi)

merupakan

cara

paling

sederhana

untuk

meningkatkan

keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi penyaringan (screening) dilakukan


terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat
dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pengetahuan tentang pusat
keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting untuk penerapan cara ini.
Contoh pemuliaan yang dilakukan dengan cara ini adalah pemuliaan untuk
berbagai jenis tanaman buah asli Indonesia, seperti durian dan rambutan,
atau tanaman pohon lain yang mudah diperbanyak secara vegetatif, seperti
ketela pohon dan jarak pagar. Introduksi dapat dikombinasi dengan
persilangan. Introduksi tanaman selain menambah keragaman tanaman
a.

mempunyai manfaat lain yaitu :


memajukan bidang industri,dengan mendatangkan tanaman-tanaman
industri seperti tanaman kehutanan, tanaman obat-obatan dan tanaman

industri lainnya.
b. Memenuhi kebutuhan aestetik dengan mendatangkan tanaman-tanaman
ornamental untuk melengkapi koleksi kebun-kebun, taman-taman, gedunggedung sehingga menciptakan keindahan tersendiri.

c.

Untuk mempelajari asal, distribusi, klasifikasi dan evolusi dari tanaman


dengan jalan memelihara tanaman yang diintroduksi di tempat tertentu
kenmudian dipelejari data-datanya secara mendetail. Untuk peningkatan

mutu tanaman.
2. Persilangan
Persilangan merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan
variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan
relatif mudah dilakukan. Walaupun secara teknis relatif mudah, keberhasilan
persilangan
(sinkronisasi),

perlu

mempertimbangkan

keadaan

lingkungan

ketepatan

yang

waktu

mendukung,

berbunga

kemungkinan

inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan. Keterampilan teknis dari petugas


persilangan juga dapat berpengaruh pada keberhasilan persilangan. Pada
sejumlah tanaman, seperti jagung, padi, dan Brassica napus (rapa),
penggunaan

teknologi

mandul

jantan

dapat

membantu

mengurangi

hambatan teknis karena persilangan dapat dilakukan tanpa bantuan


manusia.
Sesuai
a.

dengan

hubungan

kekeluargaan

tanaman

yang

akan

disilangkan ada beberapa macam persilangan :


Intravarietal : persilangan antara tanaman-tanaman yang varietasnya

sama.
b. Intervarietal : persilangan antara tanaman-tanaman yang berasala dari
varietas yang berbeda tetapi masih dalam spesies yang sama. Juga disebut
c.

persilangan Intraspesifik
Interspesifik : persilangan dari tanaman-tanaman yang berbeda spesies
tetapi masih dalam genus yang sama. Juga disebut persilangan Intragenerik.
Persilangan ini dilakukan untuk maksud memindahkan daya ressistensi

terhadap hama, penyakit dan kekeringan dari suatu spesies ke lain spesies.
Misal : tomat, tebu
d.
Intergenerik: persilangan antara tanaman-tanaman dari genera yang
berbeda. Persilangan ini dilakukan untuk menstransfer daya resisten
hama,penyakit dan kekeringan dari genera-genera yang masih liar ke
genera-genera yang sudah dibudidayakan. Misal tebu dan glagah lobak dan
e.

kubis.
Introgresive: pada tipe persilangan ini salah satu spesies seolah-olah
sifatnya mendominir sifat-sifat spesies yang lain sehingga populasi hybrid
yang terbentuk seolah-olah hanya terdiri atas satu jenis spesies yang

mendominir tersebut.
3. Pemuliaan dengan bantuan mutasi
Pemuliaan tanaman dengan bantuan mutasi (dikenal pula sebagai
pemuliaan tanaman mutasi) adalah teknik yang pernah cukup populer untuk
menghasilkan variasi-variasi sifat baru. Teknik ini pertama kali diterapkan
oleh Stadler pada tahun 1924 tetapi prinsip-prinsip pemanfaatannya untuk
pemuliaan tanaman diletakkan oleh ke Gustafsson dari Swedia. Tanaman
dipaparkan pada sinar radioaktif dari isotop tertentu (biasanya kobal-60)
dengan dosis rendah sehingga tidak mematikan tetapi mengubah sejumlah
basa DNA-nya. Mutasi pada gen akan dapat mengubah penampilan tanaman.
Pada tanaman yang dapat diperbanyak secara vegetatif, induksi jaringan
kimera sudah cukup untuk menghasilkan kultivar baru. Pada tanaman yang
diperbanyak dengan biji, mutasi harus terbawa oleh sel-sel reproduktif, dan
generasi selanjutnya (biasa disebut M2, M3, dan seterusnya) diseleksi.
Macam-macam Mutasi :
a. Mutasi gen :

Dapat terjadi baik pada jaringan vegetatif maupun generatif dari


tanaman.

Gen

letaknya

teratur

dalam

kromosom,

dengan

pengaruh

fisis/khemis maka letak gen dalam kromosom secara spontan dapat berubah,
sehingga menghadapi mutasi gen. Mutasi gen bukan saja menyebabkan
perubahan phenotype saja tetapi juga menyebabkan terpengaruhnya
pertumbuhan, pertukaran zat dan proses-proses fisiologis lainnya.
b. Mutasi genom :
Pada peristiwa ini jumlah genome individu mengalami perubahan dan
mutasi genome selalu mengakibatkan gejala heteroploid/ amphidiploid/
aneuploid yaitu gejala terbentuknya individu poliploid dimana jumlah
kromosomnya

bukan

merupakan

kelipatan

yang

sempurna

dari

genom/haploidnya.
Pada tanaman diploid normal mempunyai formula.anggota-anggota

c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
d.

heteroploidnya sebagai berikut :


Nama
Simbul
Formula
Nullisomic
2x 2
(AB) (AB)
Monososic
2x 1
(ABC) (AB)
Double Monosomic
2x 1 1
(AB) (AC)
Trisomic
2x + 1
(ABC) (ABC)(C)
Double Trisomic
2x +1 + 1
(ABC) (ABC) (A) (B)
Monosomic trisomic
2x 1 + 1
(ABC) (AB) (A)
Mutasi Kromosom
Ada beberapa macam Mutasi Kromosom
Fragmentasi
: peristiwa terpecahnya kromosom
Translokasi
: pertukaran segmen / potongan kromosom
yang tidak Homolog
Inversi
: terputusnya bagian kromosom & tersusun
kembali dengan arah terbalik
Defisiensi
: hilangnya bagian kromosom yang terletak
pada ujung ujungnya
Delesi
: hilangnya bagian kromosom yang ditengah
Duplikasi
: penggandaan bagian kromosom
Mutasi Plasmon Dan Plastidom
Pada persilangan resiprok, hybrid yang terjadi seringkali berbeda-beda.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa plasma dan plastida mengambil

bagian juga dalam proses keturunan. Suatu varietas tanaman apabila terjadi
mutasi plasmon, plasmanya akan berlainan>Warna blontang-blontang pada
daun disebabkan karena mutasi plastidom. Mutasi plasmon dan plastidom
mempunyai prospek yang menarik dalam bidang hortikultura, terutama
tanaman hias yang dikomersiilkan.
4. Transfer Gen
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba,
hewan, atau tanaman), atau dapat pula gen sintetik, disisipkan ke dalam
tanaman penerima dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan
meningkatkan keunggulan tanaman tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak
mendapat penentangan dari kelompok-kelompok lingkungan karena kultivar
yang dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan jika dibudidayakan.
5. Manipulasi kromosom
Yang termasuk dalam cara ini adalah semua manipulasi ploidi, baik
poliploidisasi (penggandaan genom) maupun pengubahan jumlah kromosom.
Gandum roti dikembangkan dari penggabungan tiga genom spesies yang
berbeda-beda.
semangka

Semangka

tetraploid

tanpa

dengan

biji

dikembangkan

semangka

diploid.

dari

persilangan

Pengubahan

jumlah

kromosom (seperti pembuatan galur trisomik atau monosomik) biasanya


dilakukan sebagai alat analisis genetik untuk menentukan posisi gen-gen
yang mengatur sifat tertentu. Galur dengan jumlah kromosom yang tidak
berimbang seperti itu mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Teknik
pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan persilangan dalam praktiknya.
6. Manipulasi gen dan ekspresinya
Metode-metode yang melibatkan penerapan genetika molekular masuk
dalam kelompok ini, seperti teknologi antisense, peredaman gen (termasuk

interferensi RNA), rekayasa gen, dan overexpression. Meskipun teknik-teknik


ini telah diketahui berhasil diterapkan dalam skala percobaan, belum ada
kultivar komersial yang dirilis dengan cara-cara ini.
3. Identifikasi dan Seleksi Terhadap Bahan Pemuliaan
Bahan atau materi pemuliaan dengan keanekaragaman yang luas
selanjutnya perlu diidentifikasi sifat-sifat khas yang dibawanya, diseleksi
berdasarkan hasil identifikasi sesuai dengan tujuan program pemuliaan, dan
dievaluasi kestabilan sifatnya sebelum dinyatakan layak dilepas kepada
publik. Dalam proses ini penguasaan berbagai metode percobaan, metode
seleksi, dan juga "naluri" oleh seorang pemulia sangat diperlukan.
a.

Identifikasi Keunggulan
Usaha perluasan keanekaragaman akan menghasilkan banyak bahan yang
harus diidentifikasi. Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas
dalam menguji banyak bahan pemuliaan. Di masa lalu identifikasi dilakukan
dengan pengamatan yang mengandalkan naluri seorang pemulia dalam
memilih

beberapa

individu

unggulan.

Program

pemuliaan

modern

mengandalkan rancangan percobaan yang diusahakan seekonomis tetapi


seakurat mungkin. Percobaan dapat dilakukan di laboratorium untuk
pengujian genotipe/penanda genetik atau biokimia, di rumah kaca untuk
penyaringan ketahanan terhadap hama atau penyakit, atau lingkungan di
bawah optimal, serta di lapangan terbuka. Tahap identifikasi dapat dilakukan
terpisah maupun terintegrasi dengan tahap seleksi.
b. Seleksi
Banyak metode seleksi yang dapat diterapkan, penggunaan masingmasing ditentukan oleh berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal,

berpenyerbukan sendiri, atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi target


pemuliaan, serta ketersediaan biaya dan fasilitas, serta jenis kultivar yang
akan dibuat. Tanaman yang dapat diperbanyak secara klonal merupakan
tanaman yang relatif mudah proses seleksinya. Keturunan pertama hasil
persilangan dapat langsung diseleksi dan dipilih yang menunjukkan sifa-sifat
terbaik sesuai yang diinginkan.
Penggunaan penanda genetik sangat membantu dalam mempercepat
proses seleksi. Apabila dalam pemuliaan konvensional seleksi dilakukan
berdasarkan pengamatan langsung terhadap sifat yang diamati, aplikasi
pemuliaan tanaman dengan penanda (genetik) dilakukan dengan melihat
hubungan antara alel penanda dan sifat yang diamati. Agar supaya teknik ini
dapat dilakukan, hubungan antara alel/genotipe penanda dengan sifat yang
c.

diamati harus ditegakkan terlebih dahulu.


Evaluasi
Bahan-bahan pemuliaan yang telah terpilih harus dievaluasi atau diuji
terlebih dahulu dalam kondisi lapangan karena proses seleksi pada
umumnya dilakukan pada lingkungan terbatas dan dengan ukuran populasi
kecil. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah keunggulan yang ditunjukkan
sewaktu seleksi juga dipertahankan dalam kondisi lahan pertanian terbuka
dan dalam populasi besar. Selain itu, bahan pemuliaan terpilih juga akan
dibandingkan dengan kultivar yang sudah lebih dahulu dirilis. Calon kultivar
yang tidak mampu mengungguli kultivar yang sudah lebih dahulu dirilis akan
dicoret dalam proses ini. Apabila bahan pemuliaan lolos tahap evaluasi, ia
akan dipersiapkan untuk dirilis sebagai kultivar baru.

Dalam praktek, biasanya ada tiga jenis evaluasi atau pengujian yang
diterapkan sebelum suatu kultivar dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan
20-50 bahan pemuliaan terseleksi), uji daya hasil pendahuluan (maksimum
20), dan uji multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil lanjutan,
biasanya kurang dari 10). Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot
percobaan

semakin

besar.

Setiap

negara

memiliki

aturan

tersendiri

mengenai bakuan untuk masing-masing jenis pengujian dan jenis tanaman.


Calon kultivar yang akan dirilis/dilepas ke publik diajukan kepada
badan pencatat (registrasi) perbenihan untuk disetujui pelepasannya setelah
pihak yang akan merilis memberi informasi mengenai ketersediaan benih
yang akan diperdagangkan.

REPRODUKSI DAN PEMBIAKAN TANAMAN


A. Pengertian Perkembangbiakan/ Reproduksi
Perkembangbiakan atau Reproduksi adalah suatu proses biologis di
mana individu organisme baru diproduksi. Reproduksi adalah cara dasar
mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan; setiap
individu organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh
pendahulunya. Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu
reproduksi generatif (seksual) dan reproduksi vegetatif (aseksual).
B. Jenis-Jenis Perkembangbiakan/Reproduksi Tanaman
1. Reproduksi Generatif (seksual).
Reproduksi generatif (seksual) adalah reproduksi/perkembangbiakan
yang didahului peleburan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.

Peristiwa ini disebut pembuahan. Pembuahan (fertilisasi) pada tumbuhan


berbiji

akan

terjadi

kalau

didahului

adanya

proses

penyerbukan

(persarian/polenasi). Alat pembiakan generatif pada tumbuhan yaitu bunga


sebagai tempat terjadinya penyerbukan.
Sistem penyerbukan tanaman dapat ditentukan dengan mempelajari
struktur bunga, waktu masak putik atau benang sari, ada tidaknya sterilitas
dan kompatibilitas antara putik dan benang sari.
Berdasarkan strukturnya bunga dapat dikelompokkan menjadi:
- Bunga Lengkap : bunga yang memiliki 2 organ seks(benang sari & putik)
dan 2 perhiasan bunga(klopak dan mahkota). Contoh tanaman yang memiliki
bunga lengkap antara lain: ubi jalar, Kacang tanah, Singkong karet, Cabai,
-

Kembang sepatu, Mangga, Jambu biji dan Kapas.


Bunga Tidak Lengkap: bunga yang tidak memiliki 1 dari bagian keempat
bagian bunga lengkap. Contoh tanaman yang memiliki bungan tidak lengkap
antara lain: Padi, Sorgum dan Pepaya betina.
Sedangkan berdasarkan kelengkapan organ seksualnya, bunga dapat

dikelompokkan menjadi:
Bunga Sempurna: bunga yang memiliki organ seksual lengkap(benang sari
dan putik), disebut juga bunga hermaprodit. Contoh tanaman yang memiliki
bunga sempurna antara lain: Padi, Ubi jalar, Kacang tanah, Singkong karet,

Cabai, Kembang sepatu, Mangga, Jambu biji dan Kapas.


- Bunga Tidak Sempurna: bunga yang tidak memiliki salah satu dari organ
seksual. Contoh tanaman yang memiliki bunga tidak sempurna yaitu Pepaya
betina.
Tahap-tahap perkembangbiakan atau reproduksi tanaman yaitu :
Penyerbukan
Penyerbukan adalah sampainya serbuk sari pada tempat tujuan. Pada
tumbuhan Gymnospermae, tujuan serbuk sari adalah tetes penyerbukan,

sedangkan pada tumbuhan Angiospermae, tujuan serbuk sari adalah kepala


putik.
a. Macam-Macam Penyerbukan
1) Berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari pada tujuan
a) Anemogami: penyerbukan yang disebabkan oleh angin.
Ciri-ciri tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh angin ialah:
bunganya tidak bermahkota
serbuk sarinya bergantungan kedudukannya
serbuk sarinya banyak dan ringan
kepala putiknya besar.
Contohnya: rumput, tebu, dan alang-alang.
b) Zoidiogami: penyerbukan yang dibantu oleh hewan.
Berdasarkan jenis hewannya dapat dibedakan lagi menjadi:

Entomogami: penyebabnya adalah serangga. Tumbuhan

yang

penyerbukannya memerlukan bantuan serangga umumnya mempunyai ciriciri:


mahkota bunga berwarna mencolok
mengeluarkan bau yang khas.
mempunyai kelenjar madu
Ornitogami: penyerbukan karena bantuan burung, terjadi pada tumbuhan
yang bunganya mengandung madu atau air.

Kiropterogami: penyerbukan karena bantuan kelelawar, terjadi pada

tumbuhan yang bunganya mekar pada malam hari.


Malakogami: penyerbukan karena bantuan siput, terjadi pada tumbuhan

yang banyak dilekati siput.


c) Hidrogami: penyerbukan karena bantuan air. Ini pada umumnya terjadi
d)

pada tumbuhan yang hidup di dalam air, misalnya Hydrilla.


Antropogami: disebut juga penyerbukan buatan atau sengaja, yaitu
penyerbukan karena bantuan manusia. Hal ini dilakukan oleh manusia
karena tidak terdapatnya vektor yang dapat membantu penyerbukan.

Contohnya, tumbuhan vanili.


2) Berdasarkan asal serbuk sari
a) Autogami atau penyerbukan sendiri. Autogami dapat terjadi bila serbuk sari
berasal dari bunga yang sama. Autogami sering terjadi pada saat bunga

belum mekar disebut kleistogami. Contoh tanaman menyerbuk sendiri


antara lain: Padi, Kacang tanah, Sorgum, Jambu biji, Kapas dan Cabai.
b) Geitonogami atau penyerbukan tetangga, yaitu penyerbukan di mana
serbuk sari berasal dari bunga yang berlainan tetapi masih dalam satu
individu.
c) Alogami atau penyerbukan silang, yaitu penyerbukan di mana serbuk sari
berasal dari bunga individu lain tetapi masih dalam satu species/jenis.
Contoh tanaman menyerbuk silang antara lain : Ubi jalar, Singkong karet,
Kembang sepatu, Mangga dan Papaya betina.
d) Bastar yaitu penyerbukan di mana serbuk sari dan putik berasal dari spesies
lain.
Terjadinya

penyerbukan

belum

memberi

jaminan

akan

terjadinya

pembuahan, karena buluh serbuk sari yang berasal dari serbuk sari dalam
perkembangan selanjutnya belum tentu dapat mencapai sel telur, yang
letaknya di dalam bakal buah jauh dari kepala putik. Pada beberapa jenis
tumbuhan

penyerbukannya

tidak

mungkin

terjadi

secara

autogami

(penyerbukan mandiri). Hal ini antara lain disebabkan oleh:


Dioseus (berumah dua), artinya alat kelamin jantan dan alat kelamin betina
terdapat pada individu yang berbeda. Misalnya: melinjo dan salak.
Dikogami, bila putik dan serbuk sari suatu bunga masaknya tidak
bersamaan. Dikogami dapat dibedakan atas:
- Protandri, bila serbuk sari suatu bunga masak lebih dulu dari pada putiknya.
-

Contohnya: bunga jagung, seledri, dan bawang Bombay.


Protogini, bila putik suatu bunga masak lebih dulu dari serbuk sarinya.

Contohnya: bunga kubis, bunga coklat, dan alpukat.


- Herkogami, ialah bentuk bunga yang sedemikian rupa, sehingga serbuk sari
dari bunga tersebut tidak dapat jatuh pada kepala putiknya, kecuali dengan
bantuan manusia atau hewan. Contoh: Anggrek, Vanili, dan lain sebagainya.

Heterostili, ialah bunga yang mempunyai benang sari dan tangkai putik
tidak sama panjang. Contoh: tumbuhan familia Rubiaceae (kopi, kina, kaca
piring, dan lain sebagainya).
Pembuahan
Penyerbukan akan menghasilkan individu baru apabila diikuti oleh
pembuahan, yaitu peleburan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin
betina. Pada tumbuhan berbiji dikenal ada dua macam pembuahan, yaitu
pembuahan tunggal pada Gymnospermae, dan pembuahan ganda pada
Angiospermae.

1. Pembuahan Tunggal
Terjadi pada tumbuhan Gymnospermae atau tumbuhan berbiji terbuka.
Serbuk sari akan sampai pada tetes penyerbukan, kemudian dengan
mengeringnya tetes penyerbukan, serbuk sari yang telah jatuh di dalamnya
akan diserap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikrofil. Serbuk sari ini
sesungguhnya terdiri atas dua sel, yaitu sel generatif atau yang kecil dan sel
vegetatif yang besar, hampir menyelubungi sel generatif. Serbuk sari ini
kemudian tumbuh membentuk buluh serbuk sari, yang kemudian bergerak
ke ruang arkegonium. Karena pembentukan buluh serbuk sari maka sel-sel
yang terdapat di antara ruang serbuk sari dan ruang arkegonium terdesak ke
samping akan terlarut. Sementara itu di dalam buluh ini sel generatif
membelah menjadi dua dan menghasilkan sel dinding atau sel dislokator,
dan sel spermatogen atau calon spermatozoid. Sel spermatogen kemudian
membelah

menjadi

dua

sel

permatozoid.

Setelah

sampai

di

ruang

arkegonium, sel vegetatif lenyap, dan kedua sel spermatozoid lepas ke


dalam ruang arkegonium yang berisi cairan, sehingga spermatozoid dapat
berenang di dalamnya. Pada ruang arkegonium terdapat sejumlah sel telur
yang besar. Tiap sel telur bersatu dengan satu spermatozoid, sehingga
pembuahan pada Gymnospermae selalu mengasilkan zigot yang kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Pembuahan tunggal seperti ini
misalnya terjadi pada pohon Pinus.
2. Pembuahan Ganda
a. Perkembangan serbuk sari
Serbuk sari yang jatuh di kepala putih terdiri atas satu sel dengan dua
dinding pembungkus, yaitu: eksin (selaput luar) dan intin (selaput dalam).
Eksin pecah, kemudian intin tumbuh memanjang membuat buluh serbuk
sari. Buluh serbuk sari ini akan tumbuh menuju ke ruang bakal biji.
Bersamaan dengan ini inti sel serbuk sari membelah menjadi 2, yang besar
didepan adalah inti vegetatif sebagai penunjuk jalan, dan yang kecil di
belakang adalah inti generatif. Inti generatif membelah lagi menjadi dua inti
generatif atau spermatozoid.
b. Pembentukan sel telur
Bersamaan dengan perkembangan serbuk sari dalam buluh serbuk sari,
di dalam ruang bakal biji sel nuselus membelah menjadi 4 sel baru. Tiga di
antaranya mereduksi dan yang satu tumbuh menjadi calon inti kandung
lembaga primer. Inti calon kandung lembaga primer membelah menjadi dua,
yang selanjutnya masing-masing menuju ke kutub yang berlawanan, yang
satu bergerak ke kalaza yang lain mendekati mikrofil. Kemudian masingmasing membelah lagi dua kali, sehingga terbentuklah 8 inti. Yang dekat

kalaza 3 inti menempatkan diri berdekatan disebut antipoda. Yang satu lagi
bergerak ke tengah. Yang dekat mikrofil 3 inti menempatkan diri berdekatan.
Yang tengah adalah ovum, sedang mengapitnya adalah sinergid, yang satu
lagi juga menuju ke tengah. Dua inti yang bergerak ke tengah bersatu
membentuk inti kandung lembaga sekunder yang diploid. Kemudian
spermatozoid

yang

satu

membuah

ovum

membentuk

zigot,

sedang

spermatozoid yang satu lagi membuahi inti kandung lembaga sekunder


menghasilkan calon endosperm yang triploid. Inilah yang dinamakan
pembuahan ganda. Masuknya inti generatif ke dalam ruang bakal biji ada
beberapa cara, yaitu:
Porogami : bila dalam pembuahan masuknya spermatozoid melalui mikrofil.
Aporogami : bila masuknya spermatozoid tidak melalui mikrofil. Bila
masuknya spermatozoid melalui kalaza, maka disebut kalazogami.
Embrio pada tumbuhan berbiji dapat terjadi karena:
Amfiksis (amfmiksis), yaitu terjadinya embrio melalui peleburan antara
ovum dan sel spermatozoid.

Apomiksis,embrio terjadi bukan dari peleburan sel telur dengan sel


-

spermatozoid. Apomiksis dapat terjadi karena:


Partenogenesis, yaitu pembentukan embrio dari sel telur tanpa adanya

pembuahan.
- Apogami, yaitu embrio yang terjadi dari bagian lain dari kandung lembaga
-

tanpa adanya pembuahan, misalnya dari sinergid atau antipoda.


Embrioni adventif, yaitu embrio yang terjadi dari selain kandung lembaga.
Misalnya, dari sel nuselus.
Terjadinya

amfimiksis

dan

apomiksis

secara

bersama-sama

menyebabkan terdapatnya lebih dari satu embrio dalam satu biji. Peristiwa

ini disebut poliembrioni. Poliembrioni sering dijumpai pada jeruk, mangga,


nangka, dan sebagainya.
2. Reproduksi Vegetatif (aseksual)
Reproduksi vegetatif (aseksual) adalah terjadinya individu baru tanpa
didahului peleburan dua sel gamet. Perkembangbiakan atau reproduksi
vegetative dibedakan atas dua, antara lain:
a. Reproduksi Vegetatif Alami
Vegetatif alami Yaitu terjadi individu baru tanpa adanya campur tangan
1)

manusia. Reproduksi seperti ini terjadi dengan beberapa cara, yaitu:


Dengan pembelahan sel, terjadi pada tumbuhan bersel satu, misalnya alga

bersel satu Chlorella,Chlamydomonas, dll.


2)
Dengan menghasilkan spora vegetatif, misalnya pada tumbuhan paku,
3)

fungi, dan ganggang


Dengan rhizoma atau akar tinggal: pada irut, bunga tasbih, lengkuas,

temulawak, dan kunyit.


4)
Dengan stolon atau geragih, misalnya pada pegagan (Sentela asiatica),
5)
6)
7)
8)
9)
b.

rumput teki (Cyperus rotundus), arbei, dan lain sebagainya.


Dengan umbi batang, misalnya pada kentang (Solanum tuberosum).
Dengan umbi lapis, misalnya pada bawang merah (Allium cepa).
Dengan umbi akar, misalnya pada ketela pohon
Dengan tunas, misalnya pada bambu (Gigantochloa sp).
Dengan tunas adventif, misalnya pada cocor bebek
Reproduksi Vegetatif Buatan
Selain itu tumbuhan dapat juga berkembang biak dengan cara tak kawin
dan dengan bantuan manusia, biasa disebut reproduksi secara vegetatif
buatan, misalnya: mencangkok, stek, okulasi, mengenten, dan merunduk.

a) Stek
Stek adalah perbanyakan tanaman dengan cara pemisahan atau
pemotongan bagian tanaman seperti batang, daun, pucuk, dan akar. Jenis
tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini adalah tanaman berkayu

dan beberapa tanaman stek tak berkayu.Contohnya :kedondong, jambu air,


markisa, delima, cermai, anggur ,bugenvil, mawar, melati dan soka.
Cara menyetek:
Memilih jenis tanaman yang tahan hama dan penyakit, umur batang
kurang lebih satu tahun, batang dan akar sehat, serta tidak kekurangan gizi.
Batang yang cukup tua atau batabg yang memiliki mata tunas dipotong
kira-kira 10-30 cm. Batang

tersebut dapat ditanam dan akan menjadi

individu baru.
b) Mencangkok
Jenis tanaman yang dapat dicangkok misalnya pohon mangga.Berbagai
jenis jeruk, berbagai jenis jambu, belimbing, serta kelengkeng. Kelompok
tanaman hias yang dapat dicangkok antara lain soka, bugenvil, dan puring.
Cara mencangkok:
Terlebih dahulu memilih pohon induk yang cukup umurnya, tidak terlalu
tua juga tidak terlalu muda, telah berbuah sebanyak tiga

kali, pohon

tumbuh subur, kuat dan serial, serta percabangannya cukup banyak.


Membungkus bagian-bagian batang yang telah diikuti dengan tanah yang
mengandung hormone dan pupuk NPK. Kemudian dibungkus dengan plastic

bening atau sabut dan selanjutnya diikat dengan tali

Akar akan mulai tumbuh setelah 1-3 bulan sejak batang dicangkok,
kemudian dilakukan pemotongan pertumbuhan akar cangkokan dan hasilnya
dapat ditanam.
c) Merunduk
Merunduk dapat dilakukan pada batang beberapa jenis tanaman yang
secara normal berdiri tegak kemudian dibengkokkan hingga menyentuh

tanah sehingga akan segera berakar pada mawar .


Merunduk biasa
Cabang tanaman dirundukkan dan ditimbun dengan tanah, kecuali
ujung cabangnya. Setelah membentuk akar, cabang atau batangnya

dipotong, sehingga diperoleh tanaman baru.. Cara ini dapat dikerjakan pada
mawar, jambu air, dan arbel
Merunduk majemuk
Seluruh batang dirundukkan kemudian ditimbuni tanah pada beberapa
tempat

atau seluruh tempat. Cara ini dapat dikerjakan pada tanaman soka

dan anggur.
d) Mengenten (menyambung/kopulasi)
Pada dasarnya menyambung sama dengan menempel. Cara ini banyak
dilakukan pada singkong dan buah-buahan. Mula-mula biji disemaikan.
Setelah tumbuh lalu disambung dengan ranting/cabang dari pohon sejenis
yang buahnya baik. Kemiringan potongan 45. Diameter batang atas harus
sesuai dengan diameter batang bawah. Kedua sambungan itu diikat dengan
kuat. Diusahakan agar tidak terjadi infeksi. Buah yang dihasilkannya akan
sama dengan buah yang dihasilkan pohon asalnya.
Keuntungan dan kerugian reproduksi vegetatif buatan
Banyak petani yang mengembangkan cara reproduksi pada tanaman
buah-buah, tanaman liar, dan lain-lain dengan cara mencangkok, stek,
merunduk, okulasi, mengenten dan lain-lain. Cara ini memberikan beberapa
keuntungan antara lain:
Sifat tanaman baru akan sama persis dengan sifat tanaman induk.
Cepat menghasilkan buah.
Disamping itu ada pula beberapa kerugian, antara lain:

Tanaman yang berasal dari stek ataupun mencangkok umumnya

mempunyai sistem perakaran yang kurang kuat.


Perkembangbiakan secara vegetatif dapat menghasilkan sedikit keturunan.
Bila tanaman hasil reproduksi vegetatif dipotong ranting-rantingnya maka
dapat menyebabkan menurun pertumbuhannya.

EFEKTIFITAS DARI BERBAGAI CARA


PROGRAM SELEKSI
Seleksi
Seleksi

sangat

penting

artinya

dalam

pemuliaan,

baik

untuk

membuat/membentuk galur-galur yang akan menjadi varietas atau calon


varietas atau untuk mempertahankan suatu varietas.
Dalam perbenihan dikenal istilah roguing, yang tidak lain adalah
seleksi negatif, yaitu membuang tanaman-tanaman yang menyimpang.
Tanaman-tanaman yang menyimpang (off type) menunjukkan ciri-ciri dari
apa yang seharusnya dipunyai oleh suatu varietas yang kita maksudkan. Hal
ini dilakukan untuk

menjga kemurnian dari varietas

tersebut dapat

dipertahankan.
Varietas-varietas lokal pada umumnya merupakan populasi campuran
yang memerlukan pemurnian yang hanya dapat dilaksanakan dengan
seleksi,

minimal

seleksi

negatif,

tergantung

dari

besarnya

populasi

campuran. Oleh karena itu cara pemurnian untuk memantapkan dapat juga
dengan seleksi positif, dalam hal ini diambil/dipungut tanaman-tanaman
yang ciri-cirinya sesuai dengan yang dicantumkan dalan deskripsi disamping
memperhatikan

pula

potensi

hasilnya.

Tanaman

tersebut

kemudian

dibulk(disatukan) untuk benih sumber pertanaman selanjutnya.


Banyak metode seleksi yang dapat diterapkan, penggunaan masingmasing ditentukan oleh berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal,

berpenyerbukan sendiri, atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi target


pemuliaan, serta ketersediaan biaya dan fasilitas, serta jenis kultivar yang
akan dibuat.
Tanaman yang dapat diperbanyak secara klonal merupakan tanaman
yang relatif mudah proses seleksinya. Keturunan pertama hasil persilangan
dapat langsung diseleksi dan dipilih yang menunjukkan sifa-sifat terbaik
sesuai yang diinginkan.
Seleksi massa dan seleksi galur murni dapat diterapkan terhadap
tanaman dengan semua moda reproduksi. Hasil persilangan tanaman
berpenyerbukan sendiri yang tidak menunjukkan depresi silang-dalam
seperti padi dan gandum dapat pula diseleksi secara curah (bulk). Teknik
modifikasi seleksi galur murni yang sekarang banyak dipakai adalah
keturunan biji tunggal (single seed descent, SSD) karena dapat menghemat
tempat dan tenaga kerja.
Terhadap tanaman berpenyerbukan silang atau mudah bersilang,
seleksi berbasis nilai pemuliaan (breeding value) dianggap yang paling
efektif.

Berbagai

metode,

seperti

seleksi

"tongkol-ke-baris"

(beserta

modifikasinya), seleksi saudara tiri, seleksi saudara kandung, dan seleksi


saudara kandung timbal-balik (reciprocal selection), diterapkan apabila
tanaman memenuhi syarat perbanyakan seperti ini. Metode seleksi timbalbalik yang berulang (recurrent reciprocal selection) adalah program seleksi
jangka panjang yang banyak diterapkan perusahaan-perusahaan besar benih
untuk memperbaiki lungkang gen (gene pool) yang mereka miliki. Dua atau

lebih lungkang gen perlu dimiliki dalam suatu program pembuatan varietas
hibrida.
Penggunaan penanda genetik sangat membantu dalam mempercepat
proses seleksi. Apabila dalam pemuliaan konvensional seleksi dilakukan
berdasarkan pengamatan langsung terhadap sifat yang diamati, aplikasi
pemuliaan tanaman dengan penanda (genetik) dilakukan dengan melihat
hubungan antara alel penanda dan sifat yang diamati. Agar supaya teknik ini
dapat dilakukan, hubungan antara alel/genotipe penanda dengan sifat yang
diamati harus ditegakkan terlebih dahulu.
Dalam pemuliaan tanaman dikenal ada dua seleksi menurut cara
penyerbukannya, antara lain:
1.
a.
b.
c.
d.
e.

Seleksi Untuk Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri


Seleksi lini murni
Seleksi massa
Seleksi bulk
Seleksi Single Seed Descent
Seleksi pedigri/silsilah
Seleksi Lini Murni
Kebaikan dari seleksi lini murni

Untuk memperoleh individu homosigot.


Bahan seleksi adalah populasi yang mempunyai tanaman homosigot
Sehingga pekerjaan seleksi memilih individu yang homosigot tadi.
Pemilihan berdasar Fenotipe tanaman.
Kekurangan dari seleksi lini murni.
1. Seleksi lini murni dapat untuk mendapatkan varietas baru untuk tanaman
SPC dan tidak CPC sebab :

Untuk tanaman CPC perlu banyak tenaga dalam pelaksanaan penyerbukan


sendiri.

Menghasilkan lini lini murni bersifat inbred yaitu bersifat lemah antara

lain tanaman albino, kerdil, produksi rendah.


2. Tak ada kemungkinan memperbaharui sifat karakteristik yang baru secara
3.

genetis.
Varietas yang dihasilkan bersifat homosigot, oleh karena itu kurang
beradaptasi diberbagai macam kondisi ( sifat adaptasinya tak begitu luas ).
Populasi campuran sebagai bahan seleksi berupa :

Varietas lokal / land race : varietas yang telah beradaptasi baik pada suatu

daerah dan merupakan campuran berbagai galur.

Populasi tanaman bersegregasi : keturunan dari persilangan yang


melakukan penyerbukan sendiri beberapa generasi.
Keuntungan / kebaikan campuran berbagai galur :

> Adaptasi pada lingkungan beragam / perubahan lingkungan yang cukup


besar sehingga produksi > baik.
Produksi > stabil bila lingkungan berubah / beragam.
Ketahanan > baik terutama penyakit.
Kekurangan campuran berbagai galur :

Kurang menarik, pertumbuhan tanaman tak seragam.


> sulit diidentifikasi benih dalam pembuatan sertifikasi benih.
Produksi > rendah dibanding produksi galur terbaik dari campuran
tersebut.
Populasi homosigot
Varetas yang dihasilkan :

Tidak seseragam varietas hasil seleksi galur murni.


Mempunyai ketahanan terhadap perubahan lingkungan / lingkungan
ekstrim perubahan genotipe.
Seleksi Massa
Tujuan Seleksi Massa :

Memperbaiki populasi secara umum dengan memilih dan mencampur


genotipe genotipe superior.
Kelemahan :

Tanaman yang dipilih mungkin tidak homosigot dan akan segregrasi pada

generasi berikutnya.

Hanya berguna untuk sifat sifat dengan hertabilitas tinggi. Umumnya

tidak efisien apabila ALELE yang akan dihilangkan frekuensinya rendah.


Lebih efektif untuk sifat sifat yang terlihat sebelum pembuangan dari
sifat sifat yang terlihat setelah pembuangan. Contoh tanaman kedelai,
gandum, tembakau telah berhasil dengan menggunakan seleksi massa.
Kebaikan Seleksi Massa :

a.

Sederhana, mudah pelaksanaannya dan cepat untuk memperbaiki mutu

tanaman, oleh karena :

Tanpa ada pengujian untuk generasi berikutnya.

Tanpa ada pengawasan persilangan untuk

produksi

keturunan

selanjutnya.

Lebih bersifat ART dari pada SCIENC


b. Merupakan cara untuk memperbaiki mutu varietas lokal dengan cepat
untuk memenuhi kebutuhan petani dan merupakan langkah pertama dalam
memperbaiki mutu tanaman.
Seleksi Massa Sering

Digunakan

Untuk

Memurnikan

Suatu Varietas

Campuran.
Seleksi Massa dapat dibedakan menjadi 2 :
1.

Seleksi Massa Positif


Dilakukan dengan jalan memilih tanaman yang baik fenotipenya dari
suatu populasi tanaman yang ada. Biji tanaman terpilih untuk ditanam pada

generasi / tahun berikutnya. Tanaman yang tidak terpilih biasanya dipanen


untuk konsumsi.
2. Seleksi Massa Negatif
Dilakukan dengan menghilangkan semua tanaman yang tipenya
menyimpang dari tujuan seleksi.
Misal : - Tanaman sakit
- Tanaman rebah
Apabila Seleksi Massa digunakan sebagai metode seleksi untuk
tanaman penyerbuk sendiri maka mempunyai kelemahan antara lain :
a.

Tidak meungkin dapat mengetahui apakah tanaman yang dikelompokkan


homosigot / heterosigot untuk suatu karakter dominan tertentu, jadi seleksi

b.

fenotipe harus dilanjutkan untuk generasi berikut.


Lingkungan luar mempengaruhi penampilan tanaman sehingga sulit untuk
mengetahui apakah tanaman yang superior menurut fenotipenya disebabkan
faktor genetik atau lingkungan.
Perbedaan Antara Seleksi Massa Dan Seleksi Lini Murni.

SELEKSI MASSA
SELEKSI GALUR MURNI
Sudah sangat tua atau Belum begitu tua.
dapat dikatakan setua orang Tak pernah dilakukan oleh
mulai bercocok tanam.
petani pada tanaman mereka.
Selalu dipraktekan oleh Dilakukan pada tanaman S. P.
petani
walaupun
tak C (autogam )
disadarinya.
Jumlah tanaman yang terpilih
Biasa dilakukan pada sediki.
tanaman C. P. C (allogam).

Tanaman
yang
terpilih
Jumlah tanaman yang mempunyai
adaptasi
tidak
terpilih banyak.
begitu luas dan hanya dapat
Tanaman yang terpilih beradaptasi pada kondisi /
mempunyai adaptasi yang tanaman tertentu saja.
luas.
Sulit dilakukan karena perlu
Seleksi Massa mudah ketrampilan khusus.
dilakukan
dan
amat
Butuh tenaga, biaya dan
sederhana.
waktu yang banyak.
Tidak perlu tenaga, biaya
Hasil
yang
diperoleh
dan waktu
yang banyak.
homosigot (uniform)
Hasil
yang
diperoleh
Perludilakukan
pengujian
heterodigot / tidak uniform.
keturunan
dan
masing

Tidak dilakukan pengujian masing


perbedaan
keturunan.
kenampakan secara individu
Tidak perlu adanya control diuji
kemurnian.
persilangan.
Persarian selalu diawasi
Pemilihan
hasil Terpisah
panen tercampur

Seleksi Bulk (penggabungan)

Keturunan F2 sampai F5 tidak mengalami seleksi. Baru pada

F6

dilakukan seleksi.
Pemilihan secara bulk lebih sederhana, mudah, tidak mahal.
Perlu areal yg luas
Seleksi SSD
Seleksi Single Seed Descent, yaitu satu keturunan satu biji. Pada
prinsipnya, individu tanaman terpilih dari hasil suatu persilangan pada F2
dan selanjutnya ditanam cukup satu biji satu keturunan. Cara ini dilakukan
sampai generasi yang ke-5 atau ke-6 (F5 atau F6). Bila pada generasi

tersebut sudah diperoleh tingkat keseragaman yang diinginkan maka pada


generasi berikutnya pertanaman tidak dilakukan satu biji satu keturunan
tetapi ditingkatkan menjadi satu baris satu populasi keturunan, kemudian
meningkat lagi menjadi satu plot satu populasi keturunan.
Prosedur

Single

Seed

mempertahankan keturunan dari

Descent

(SSD)

mempunyai

tujuan

sejumlah besar tanaman F2, dengan

mengurangi hilangnya genotip selama generasi segregasi. Hanya satu biji


yang

dipanen

dari

masing-masing

tanaman,

perkembangan

tanaman

optimum dari generasi F2 sampai dengan F4.. Metode seleksi Single Seed
Descent (SSD) banyak dilakukan dalam pemuliaan tanaman kedelai di
Amerika Serikat (Fehr, 1978). Metode SSD Descent mempunyai beberapa
keuntungan, sebagi berikut :
-

karena yang ditanam setiap generasi satu biji satu keturunan, dengan

sendirinya luas lahan yang diperlukan jauh lebih sempit.


- waktu dan tenaga yang diperlukan pada saat panen lebih sedikit, karena
-

populasinya lebih kecil.


pencatatan dan pengamatan lebih mudah dan sederhana.
seleksi untuk karakter-karakter yang heritabilitasnya tinggi, misalnya tinggi
tanaman, umur, penyakit dan beberapa aspek kualitas dapat dikerjakan

dengan efektif berdasarkan satu tanaman tunggal.


tiap tahun dapat ditanam beberapa generasi, bila keadaan lingkungan

dapat dikuasai.
hanya diperlukan sedikit usaha dalam memperoleh tipe homozigot untuk
karakter-karakter yang pewarisannya sederhana. Keadaan homozigot cepat
-

tercapai.
penanganan persilangan dapat lebih banyak.

Adapun kekurangan dari metode SSD, yaitu pada generasi F2 kemungkinan


lebih banyak tanaman yang superior tidak teramati atau hilang, karena
setiap genotip disini hanya mewakili satu tanaman pada F3 sehingga tidak
diketahui identitasnya. Pada metode SSD, setiap tanaman mulai generasi F2
sampai generasi F6. diambil satu biji dari satu tanaman pada setiap generasi
untuk ditanam pada generasi selanjutnya. Jumlah tanaman dalam populasi
F2 sampai F6 akan tetap atau bisa berkurang karena adanya daya tumbuh
benih yang kurang baik. Ciri lain dari metode SSD, adalah adanya
kemungkinan untuk menghasilkan sejumlah besar galur murni pada areal
yang sempit dan tenaga kerja yang terbatas (Fehr, 1987, dikutip dari Ai
Komariah).Dengan cara ini, ia dapat mencapai generasi F6 2 tahun, sebagai
lawan 5 tahun sebagai dengan metode silsilah. Setelah tingkat yang
diinginkan

homozigositas

dicapai,

garis

kemudian

bisa

diuji

untuk

karakteristik yang diinginkan. Benih tunggal Prosedur Ini adalah prosedur


klasik memiliki benih tunggal dari setiap tanaman, bulking benih individu,
dan penanaman keluar generasi berikutnya.
Musim 1: F 2 tanaman tumbuh. Satu F 3 biji per tanaman dipanen dan
semua benih bulked. Kumpulkan sampel cadangan 1 benih / tanaman. Penuh
disarankan panen kedelai pod 2-3 seeded dan menggunakan 1 benih untuk
-

masa tanam dan 1-2 untuk cadangan.


Musim 2: Massal dari F 3 biji ditanam. Satu F 4 biji per tanaman dipanen dan

semua benih bulked. Kumpulkan sampel cadangan 1 benih / tanaman.


- Musim 3: Ulangi.
- Musim 4: Tumbuh besar dari F 5 benih dan panen tanaman individu secara
terpisah.

Musim 5: Tumbuh F 5: 6 baris dalam baris, pilih baris antara baris dan panen

yang dipilih secara massal.


- Musim 6: Mulailah pengujian ekstensif dari F 5 baris berasal.
Seleksi Pedigri/Silsilah
Penggunaan

metode

seleksi

silsilah

massa

(mass

pedigree

selection) pada Generasi Seleksi F3 dan F4 (Dasumiati, 2003) ternyata


belum dapat mereduksi keragaman genetik non aditif, khususnya gen
overdominansi,

dari

dalam

keragaman

fenotipe. Akibatnya

adalah

seleksi yang dilakukan cenderung mempertahankan famili-famili dengan


keragaan
pada

terbaik yang
lokus-lokus

didominasi
yang

oleh

genotipe-genotipe

mengendalikan

heterozigot

keragaman

itu.

Oleh sebab itu, dikembangkan metode seleksi silsilah berbasis informasi


kekerabatan

(information

from relatives),

yaitu

informasi

mengenai

gugus individu yang berasal dari suatu ansestor tunggal, untuk kegiatan
seleksi pada Generasi Seleksi F5 (Jambormias et al., 2004). Harapannya
adalah dapat dihasilkannya famili-famili dengan keragaan tinggi dan
keragaman genetik yang rendah untuk sifat produksi biji dan ukuran
biji pada Generasi Seleksi F6.
Penggunaan

rancangan

genetik

yang

tepat

untuk menguraikan

keragaman fenotipe suatu sifat tanaman atas komponen keragaman


genotipe

dan

kekerabatan
pemanfaatan

keragaman lingkungan
famili-famili,
informasi

dalam

diharapkan

kekerabatan

dalam

suatu
dapat

struktur

hierarkis

memaksimumkan

seleksi. Analisis

berbasis

informasi kekerabatan ini dapat menguraikan keragaman fenotipe atas

komponen

keragaman

antarfamili

dan

intrafamili,

dan

dengan

menggunakan korelasi nilai pemuliaan sebesar 1 untuk hasil kawin sendiri


(selfing), dapat diduga

ragam

aditif antarfamili

dan

intrafamili

(Jain,

1982; Falconer dan Mackay, 1996). Berpadanan dengan metode pendugaan


ragam

antarfamili

kekerabatan
antarfamili

juga
dan

dan

ragam

dapat

intrafamili,

memberikan

intrafamili (Falconer

analisis berbasis

informasi

dan Mackay,

nilai
1996).

informasi

heritabilitas
Kontribusi

heritabilitas antarfamili yang tinggi dapat meningkatkan keragaan sifat


kuantitatif yang diatur oleh gen aditif.
2.

Seleksi Untuk Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Silang


Seleksi dengan intensitas tertentu akan lebih efektif bila sifat yang
diseleksi banyak terdapat dalam populasi dan tidak efektif bila sifat tersebut
jarang. Sering dikatakan bahwa kemajuan seleksi mula mula tepat tetapi
kemudian menurun pada generasi yang lebih lanjut. Ternyata hal ini tidak
demikian. Apabila suatu sikap yang disukai jarang terdapat dalam populasi
(frekuensi rendah), kemudian diseleksi dengan intensitas yang tetap dari
generasi ke generasi maka generasi permulaan kemajuan seleksi amat
lambat. Tetapi pada generasi yang lebih lanjut frekuensi gen yang diseleksi
dalam populasi bertambah sehingga kemajuan seleksi dalam populasi
bertambah sehingga kemajuan seleksi makin cepat sampai mencapai
maksimum kemudian menurun lagi.
Metode Seleksi Tanaman Menyerbuk Silang
Dasardasar yang dapat membedakan diantara metode :

a.
b.
c.
d.
e.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
6.
a.
b.
c.
d.
e.

Cara pemotongan populasi dasar


Ada tidaknya kontrol terhadap persilangan
Model perangen pada populasi bersangkutan
Tipe uji keturunan
Macam dari varietas komersiil yang akan dibentuk.
Seleksi tanaman menyerbuk silang, antara lain:
Seleksi Massa
Berdasarkan fenotipe individu tanaman
Tanpa kontrol persilangan atau sebagian
Peran gen aditif
Tanpa uji keturunan
Varietas berserbuk bebas
Seleksi Berulang Fenotopik
Berdasarkan fenotipe individu tanaman
Kontrol penuh atas persilangannya
Peran gen aditif
Tanpa uji keturunan
Varietas berserbuk terbuka
Seleksi Tongkol ke Baris
Berdasarkan fenotipe individu tanaman
Tanpa atau sebagian control
Peran gen aditif
Uji keturunan berserbuk terbuka
Varietas berserbuk terbuka
Seleksi Berulang untuk Daya Gabung Umum
Berdasarkan keturunan dari tanaman
Kontrol penuh terhadap persilangan
Terutama aditif
Uji daya gabung umum
Varietas sintetik, dsb
Seleksi Berulang untuk Daya Gabung Khusus
Berdasarkan keturunan dari tanaman
Kontrol penuh terhadap persilangannya
Dominan dan aditif
Uji daya gabung khusus
Hibrida tunggal/ganda
Seleksi Berulang Timbal Balik
Keturunan dari tanaman
Kontrol penuh atas persilangan
Lewat dominan, dominan, aditif
Uji daya gabung umum, daya gabung khusus
Perbaikan hibrida (populasi hasil persilangan)
Pemuliaan tanaman adalah usaha manusia untuk mengubah susunan
genetik tanaman. Pemuliaan tanaman mengubah susunan genetik tanaman

secara tetap sehingga sifat ataupun morfologinya sesuai dengan keinginan


manusia. Orang yang melakukan pemuliaan

tanaman disebut pemulia

tanaman. Ilmu Pemuliaan Tanaman disebut Ilmu Penjenisan/Ilmu Seleksi.


Ilmu terpakai yang bertujuan untuk mendapatkan jenisjenis baru yang
bersifat unggul yang mempunyai sifat ekonomis yang lebih berharga.
Bertugas

memelihara

jenisjenis

unggul

yang

telah

ada

serta

adalah

untuk

mempertahankan sifatsifat keunggulan yang dimiliki


Tujuan

akhir

setiap

program

pemuliaan

tanaman

mendapatkan tanaman dengan sifat yang lebih baik (lebih unggul) dalam hal
ini adalah sifat sifat tertentu yang diinginkan.
Sasaran yang hendak dicapai pada Pemuliaan Tanaman Menyerbuk
Sendiri yaitu sifat unggul pada homosigot.

PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

A. Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri


Sasaran yang hendak dicapai : sifat unggul pada homosigot.
Ciri khusus varietas tanaman menyerbuk sendiri yang dikembangkan
melalui biji adalah susunan genetiknya homosigot, kecuali varietas hibrida.
Untuk memperoleh tanaman homosigot dari hasil hibridisasi atau dari
populasi heterogen, peranan seleksi amat penting artinya.
Hibridisasi : Penyerbukan antara tanaman homosigot
Crossing
: Penyerbukan antara tanaman homosigot dengan heterosigot
atau
heterosigot dengan heterosigot
Selfing

: penyerbukan pada tanaman berumah satu.

Autogami

Butuh pengujian dibanyak lingkungan


Pada tranaman homosigot (peka terhadap kondisi lingkungan dibanding
heterosigot). Makin heterosigot makin bagus, selfing seringkali menyebabkan
degenerasi.
Dasar Genetik

Tanaman menyerbuk sendiri yang disilangkan heterosigot makin kurang


keragaman

genetiknya

terjadi

penyerbukan

sendiri

terus

menerus,

perubahan susunan genetika pada masingmasing pasangan. Alel mengarah


ke homosigositas, sehingga susunan genetik dalam tanaman semua /
sebagian besar homosigot.

B. Metode Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri

Pasangan gen homosigot akan tetap homosigot

dengan

adanya

penyerbukan sendiri.
Pasangan gen gen heterosigot akan terjadi segresi apabila diserbuki
sendiri dan menghasilkan genotipe homosigot dan heterosigot dengan
perbandingan yang sama.
Apabila terjadi penyerbukan sendiri secara terus menerus maka
genotipe

yang

terbentuk

adalah

cenderung

homosigot

atau

genotip

homosigot makin lama makin besar proporsinya.


Macam Varietas Menyerbuk Sendiri :
1. Bersari bebas
Hasil seleksi massa, cirinya :
Tidak selalu diketahui induk jantan dan betinanya. Jika ingin meningkatkan
hasil harus tahu peranan gen aditif sehingga perlu tahu salah satu tetuanya.
2. Komposit
Populasi dasar merupakan : campuran varietas unggul, hibrida dan galur
(untuk galur boleh ada boleh tidak) Setiap dicampur terjadi persilangan
terbuka kemudian diseleksi melalui seleksi massa.
3. Hibrida
Masalah : persilangan dan saat mencari galur penghasil benihnya.

Benih yang dihasilkan sedikit, usaha usaha persilangan galur dengan


varietas.
4. Sintetis (Ideal Type)
Sama dengan campuran galur merupakan peluang dengan melakukan
penyerbukan

silang

galur

dicampur

terjadi

persilangan

biji

berubah

seleksi massa varietas sintetis.

C. Prosedur Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri


1. Introduksi
Masalah yang dihadapi pada tanaman introduksi baik sebagai sumber
keragaman maupun sebagai calon varietas baru adalah penanganan dalam
mempertahankan sebagai koleksi dan evaluasinya.
Koleksi tanaman introduksi dibagi 3 kelompok :
a. tanaman yang telah dimuliakan.
b. Tanaman asli.
c. Tanaman liar.
Masing masing kelompok mempunyai manfaat khusus pada program
pemuliaan.
Tanaman introduksi dibutuhkan untuk memperbaiki sifat varietas unggul
yang ada dengan melengkapi sifat yang dianggap kurang melalui hibridisasi /
silang baik.
2. Seleksi
f. Seleksi galur murni
g. Seleksi massa
Seleksi Galur Murni

Untuk memperoleh individu homosigot.


Bahan seleksi adalah populasi yang mempunyai tanaman homosigot
Sehingga pekerjaan seleksi memilih individu yang homosigot tadi.
Pemilihan berdasar Fenotipe tanaman.

Kekurangan dari seleksi lini murni:


4. Seleksi lini murni dapat untuk mendapatkan varietas baru untuk tanaman
SPC dan tidak CPC sebab :
Untuk tanaman CPC perlu banyak tenaga dalam pelaksanaan penyerbukan

sendiri.
Menghasilkan lini lini murni bersifat inbred yaitu bersifat lemah antara

lain tanaman albino, kerdil, produksi rendah.


5. Tak ada kemungkinan memperbaharui sifat karakteristik yang baru secara
6.

genetis.
Varietas yang dihasilkan bersifat homosigot, oleh karena itu kurang
beradaptasi diberbagai macam kondisi (sifat adaptasinya tak begitu luas ).
Galur Murni
Populasi campuran sebagai bahan seleksi berupa :

Varietas lokal / land race : varietas yang telah beradaptasi baik pada suatu

daerah dan merupakan campuran berbagai galur.

Populasi tanaman bersegregasi : keturunan dari persilangan yang


melakukan penyerbukan sendiri beberapa generasi.
Keuntungan / kebaikan campuran berbagai galur :

> Adaptasi pada lingkungan beragam / perubahan lingkungan yang cukup


besar sehingga produksi > baik.
Produksi > stabil bila lingkungan berubah / beragam.
Ketahanan > baik terutama penyakit.
Kekurangan campuran berbagai galur :

Kurang menarik, pertumbuhan tanaman tak seragam.


> sulit diidentifikasi benih dalam pembuatan sertifikasi benih.
Produksi > rendah dibanding produksi galur terbaik dari campuran
tersebut.

Populasi homosigot
Varetas yang dihasilkan :

Tidak seseragam varietas hasil seleksi galur murni.


Mempunyai ketahanan terhadap perubahan lingkungan / lingkungan
ekstrim terjadi perubahan genotipe.
Seleksi Massa
Tujuan Seleksi Massa :
Memperbaiki populasi secara umum dengan memilih dan mencampur
genotipe genotipe superior.
Kelemahan :

Tanaman yang dipilih mungkin tidak homosigot dan akan segregrasi pada

generasi berikutnya.
Hanya berguna untuk sifat sifat dengan hertabilitas tinggi. Umumnya

tidak efisien apabila ALELE yang akan dihilangkan frekuensinya rendah.


Lebih efektif untuk sifat sifat yang terlihat sebelum pembuangan dari
sifat sifat yang terlihat setelah pembuangan. Contoh tanaman kedelai,
gandum, tembakau telah berhasil dengan menggunakan seleksi massa.
Kebaikan Seleksi Massa :

c.

Sederhana, mudah pelaksanaannya dan cepat untuk memperbaiki mutu

tanaman, oleh karena :


Tanpa ada pengujian untuk generasi berikutnya.
Tanpa ada pengawasan persilangan untuk produksi keturunan selanjutnya.
Lebih bersifat ART dari pada SCIENC.
d. Merupakan cara untuk memperbaiki mutu varietas lokal dengan cepat untuk
memenuhi kebutuhan petani dan merupakan langkah pertama dalam
memperbaiki mutu tanaman.

Seleksi Massa Sering

Digunakan

Untuk

Memurnikan

Suatu Varietas

Campuran.
SELEKSI MASSA dapat dibedakan menjadi 2 :
3. Seleksi Massa Positif
Dilakukan dengan jalan memilih tanaman yang baik fenotipenya dari
suatu populasi tanaman yang ada. Biji tanaman terpilih untuk ditanam pada
generasi / tahun berikutnya. Tanaman yang tidak terpilih biasanya dipanen
untuk konsumsi.
4. Seleksi Massa Negatip
Dilakukan dengan

menghilangkan

semua

tanaman

yang

tipenya

menyimpang dari tujuan seleksi.


Misal : - Tanaman sakit
- Tanaman rebah
Apabila

Seleksi Massa digunakan sebagai metode seleksi untuk

tanaman penyerbuk sendiri maka mempunyai kelemahan antara lain :


1. Tidak meungkin dapat mengetahui apakah tanaman yang dikelompokkan
homosigot / heterosigot untuk suatu karakter dominan tertentu, jadi seleksi
fenotipe harus dilanjutkan untuk generasi berikut.
2. Lingkungan luar mempengaruhi penampilan tanaman sehingga sulit untuk
mengetahui apakah tanaman yang superior menurut fenotipenya disebabkan
faktor genetik atau lingkungan.

Perbedaan Antara Seleksi Massa Dan Seleksi Lini Murni.


SELEKSI MASSA
SELEKSI LINI MURNI
Sudah sangat tua atau dapat 1.
Belum begitu tua.
dikatakan setua orang mulai
2.
Tak pernah dilakukan oleh petani
bercocok tanam.
pada tanaman mereka.

Selalu dipraktekan oleh petani 3.


Dilakukan pada tanaman S. P. C
walaupun tak disadarinya.
(autogam )
Biasa dilakukan pada tanaman C.
4.
Jumlah tanaman yang terpilih sediki.
P. C (allogam).
5.
Tanaman yang terpilih mempunyai
Jumlah tanaman yang terpilih
adaptasi tidak begitu luas dan hanya
banyak.
dapat beradaptasi pada kondisi /
Tanaman yang terpilih
tanaman tertentu saja.
mempunyai adaptasi yang luas. 6.
Sulit dilakukan karena perlu
Seleksi Massa mudah dilakukan
ketrampilan khusus.
dan amat sederhana.
7.
Butuh tenaga, biaya dan waktu
Tidak perlu tenaga, biaya dan
yang banyak.
waktu
yang banyak.
8.
Hasil yang diperoleh homosigot
Hasil yang diperoleh
(uniform)
heterodigot / tidak uniform.
9.
Perludilakukan pengujian keturunan
Tidak dilakukan pengujian
dan masing masing perbedaan
keturunan
.
kenampakan secara individu
10.
Tidak perlu adanya control
diuji
kemurnian.
persilangan.
10. Persarian selalu diawasi
11.
Pemilihan hasil
11. Terpisah
panen tercampur
D. Hibridisasi Dan Seleksi Setelah Hibridisasi
Setelah dilakukan persilangan (hibridisasi) maka hibrid yang diperoleh
yang diperkirakan memiliki sifatsifat superior (unggul) dari tetua yang
dipersilangkan diuji keturunannya sehingga diperoleh keturunan yang
mantap.
Pengujian dapat dilakukan dengan cara PEDIGREE atau BULK.
1. Seleksi PEDIGREE
2. Seleksi BULK
3. Seleksi BACK CROSS

PERBANYAKAN DAN PENYEBARAN VARIETAS BARU


A. Perbanyakan Varietas Baru
Jenis unggul yang baik harus memiliki keunggulan sesara genetis
maupun physik. Keunggulan genetis meliputi antara lain :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Produksi tinggi
Daya adaptasi luas
Masak secara normal pada waktu yang tepat
Resisten terhadap hama dan penyakit
Respon tinggi pada pemupukan
Nilai nutrisi tinggi dengan rasa enak
Keunggulan phisik antara lain :

1.
2.
3.
4.
5.

Jenisnya murni
Daya kecambah tinggi
Kadar air optimum
Bentuknya uniform
Bebas hama dan penyakit
Jenis baru yang bersifat unggul yang ditemukan seleksionis sebelum
disebarluaskan kepada para petani masih perlu diperbanyak sambil diuji
kemantapannya secara ber-Tingkat.Biji yang masih sedikit yang dihasilkan
breeder/Seleksionis ini disebut NUCLEUS SEED.
Biji-biji nucleus seed masih murni baik secara genetis maupun
physic,jumlahnya sangat terbatas dihasilkan di stasiun percobaan dimana
seleksionis berada. Bila nucleus seed ditanam menghasilkan benih yang
disebut BREEDERS STOCK SEED
BREEDERS STOCK SEED di produksi dibawah pengamatan dan
pengawasan seleksionis di stasiun percobaan dimana dihasilkan, mempunyai
kemurnian yang tinggi dan bersifat unggul baik secara genetic maupun
physic.BREEDERS STOCK SEED biasanya disebarkan kedinas-dinas pertanian
untuk diperbanyak. Biji yang dihasilkan dari tanaman Breeder Stock Seed
disebut : FOUNDATION SEED atau
BENIH DASAR.

Benih dasar selain yang dihasilkan dinas-dinas pertanian juga balai


penelitian

yang

menanam

BREEDERS

STOCK

SEED

dan

NUCLEUS

SEED.Kemurnian benih dasar bermutu tinggi. Hasilnya disebut REGISTERED


SEED.
Registeret Seed biji dihasilkan dari tiga biji terdahulu ditangkarkan
oleh para petani penagkar benih,petani maju yang dipercaya untuk
memperbanyak.Mereka

menanam

dan

memperbanyak

dibawah

petunjuk dan supervisi dari staf ahli perbenihan yang telah ditunjuk oleh
pemerintah/dinas tertentu yang bergerak dibidang perbenihan.Jika peraturan
pertanaman memenuhi syarat, biji-biji dibeli pemerintah di registrasi/dicatat
sebagai benih yang memenuhi persyaratan Sebagai benih bermutu untuk
dijual kepada petani umum.
CERTIFIED SEED yaitu benih yang dihasilkan oleh badan-badan
tertentu untuk diperdagangkan dan tidak perlu berasal dari Nucleus seed
maupun Breeders Seed,tetapi cukup memnuhi syarat genetis maupun
pyisik. Certified seed dapat diproduksi oleh petani sendiri tetapi harus
dengan rekomendasi dari dinas tertentu untuk disebut certified seed yang
diperdagangkan.
Dibeberapa negara dan negara maju benih yang dijual adalah benihbenih yang telah mengalami penangkaran seperti diatas,dan diberi label
yang memberi keterangan singkat tentang benih tersebut.Dalam label
disebtkan tentang: jenis, varietas, klas (misal Foundation seed atau yang

lain),sumber (pemerintah/ badan tertentu), alamat, % perkecambahan,


kemurnian,kadar air dan berat 1000 biji.
Di Indonesia penanganan sertifikasi benih dilakukan oleh Balai
Pengawasan dan Serifikasi Benih yang mempunyai tugas dibidang penilaian
kultivar,pengujian benih laboratories dan pengawasan pemasaran benih
untuk menunjang Dinas Pertanian Tanaman Pangan dalam pembinaan
produksi dan pemasaran benih guna memenuhi kebutuhan intensifikasi.
Sertifikasi benih yang dilakukan BPSB bertujuan untuk menjamin
kemurnian genetik dengan cara menilai kemurnian pertanaman di lapangan
maupun kemurnian benih hasil pengujian benih labortories.
Sertifikasi benih dilaksanakan dengan urutan prioritas sebagai berikut:
a.
b.
c.

Serifikasi Benih Dasar (F.S.) biasa dilakukan di LPP Sukamandi.


Sertifikasi Benih Pokok (S.S.) dilakukan oleh Balai Benih Induk.
Sertifikasi Benih Sebar (E.S.) dengan label biru (produsen) oleh BAP.
Bila benih yang diuji tidak memenuhi standar untuk kelas benih yang
ditentukan tetapi masih memenuhi standar untuk kelas benih yang lebih
rendah,maka kelas benihnya dapat disesuaikan dengan standar yang
tercapai dengan syarat:

a.
b.
c.

Benih tersebut benar-benar dibutuhkan


Produsen benih mengajukan permohonan penyesuaian kelas benih
Disetujui oleh bagian sertifikasi
Biasanya permohonan sertifikasi pemeriksaan lapangan, pengambilan
contoh benih dan permintaan label disampaikan kepada BPSB .
Dalam pelaksanaan sertifikasi benih jagung dan palawija umumnya
ada suatu pedoman khusus yang harus diikuti.

B. Penyebaran Varietas Baru


Konsumsi bahan pangan setiap tahun cenderung meningkat. Keadaan
ini disebabkan antara lain karena bertambahnya jumlah penduduk dan
makin

meningkatnya

kebutuhan

tersebut

pendapatan
salah

satu

masyarakat.
usaha

di

Untuk

bidang

mengantisipasi

tanaman

adalah

mengoptimalkan teknologi budidaya tanaman pertanian, khususnya dengan


pemakaian varietas unggul. Penggunaan varietas merupakan teknologi yang
dapat diandalkan, tidak hanya dalam hal meningkatkan produksi pertanian,
tetapi dampaknya juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Oleh karena itu varietas unggul yang memiliki berbagai sifat yang diinginkan
memegang peranan penting untuk tujuan dimaksud. Varietas unggul pada
umumnya memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam hal potensi hasil tinggi.
Tahan terhadap organisme pengganggu tertentu dan memiliki keunggulan
pada ekolokasi tertentu serta mempunyai sifat-sifat agronomis penting
lainnya. Dengan menggunakan varietas unggul tahan hama dan penyakit
adalah merupakan cara paling murah untuk menekan pengganggu tanaman
tanpa adanya kekhawatiran akan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dalam upaya untuk terus meningkatkan produksi pertanian, para pemulia
tanaman senantiasa berusaha menciptakan varietas unggul modern yang
memiliki sifat-sifat yang dinginkan dan cocok untuk kondisi lingkungan
tertentu. Penelitian di bidang pemuliaan tanaman dikatakan berhasil, apabila
diperoleh produk akhir, yaitu adanya pelepasan varietas unggul baru. Sejak
tahun 1971 Pemerintah telah mengambil kebijaksanaan mengenai kegiatankegiatan yang berhubungan dengan masalah perbenihan yakni dengan

dibentuknya Badan Benih Nasional atau BBN yang berada dalam lingkup
Departemen Pertanian dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian.
Dalam susunan organisasi BBN ini antara lain dibentuk Tim Penilai dan
Pelepas Varietas. Dalam kaitan ini pada tahun 1992 diberlakukan Undang
Undang Nomor 12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman di mana
pengaturan pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 1995. Di sini antara lain ditegaskan bahwa dalam pelepasan varietas
diperlukan berbagai kebutuhan kelembagaan, syarat-syarat dan prosedur
pelepasan varietas. Dalam tulisan ini akan disampaikan kepada para pemulia
suatu kajian tentang prosedur dan syarat-syarat dan prosedur pelepasan
varietas. Dalam tulisan ini akan disampaikan kepada para pemulia suatu
kajian tentang prosedur dan syarat-syarat pelepasan varietas untuk dapat
dipenuhi pada waktu pengajuan usulan dan pembahasan oleh Tim Penilai
dan Pelepas Varietas, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat berjalan
lancar.
Syarat-Syarat Pelepasan Varietas
Surat

Keputusan

Menteri

Pertanian

No.

476/Kpts/Um

8/1977

menetapkan syarat-syarat dan prosedur pelepasan varietas:


1.

Untuk Varietas yang akan dilepas harus diberikan silsilah bahan asal dan

cara mendapatkannnya.
2. Metode seleksi yang digunakan harus disebutkan
3.
Untuk varietas yang akan dilepas harus diadakan percobaan adaptasi,
dibandingkan dengan varietas baku, di beberapa tempat yang mewakili
daerah, di mana varietas tersebut akan dianjurkan.

4.

Percobaan adaptasi dilaksanakan sedemikian rupa sehingga data yang

diperoleh dapat dipercaya.


5. Rancangan percobaan dan cara analisa data percobaan harus memenuhi
kaidah statistik.
Untuk varietas yang akan dilepas harus tersedia cukup benih.
Prosedur Pelepasan Varietas
1. Permohonan pelepasan varietas diajukan secara tertulis kepada Menteri

6.

Pertanian melalui Ketua Badan Benih Nasional.


2.
Permohonan pelepasan varietas tersebut harus dilampiri keteranganketerangan
3.

mengenai

hal-hal

yang

disebutkan

dalam

syarat-syarat

pelepasan varietas, hasil percobaan dan deskripsi varietas.


Deskripsi varietas meliputi sifat-sifat morfologi, fisiologi, agronomi daya
adaptasi, ketahanan terhadap hama/penyakit dan sifat-sifat yang dianggap

perlu.
4.
Setelah mendengarkan pendapat Ketua BBN, Menteri Pertanian dapat
5.

menyetujui atau menolak permohonan pelepasan varietas tersebut.


Keputusan tentang pelepasan varietas ditetapkan oleh Menteri Pertanian

dengan Surat Keputusan.


6. Penyimpangan dari ketentuan-ketentuan dimaksud dalam Surat Keputusan
ini dapat dipertimbangkan oleh Menteri Pertanian atas saran Ketua Badan
Benih Nasional.
Pengaturan pelaksanaan pengujian didasarkan dan dikembangkan
berdasarkan kebijaksanaan yang ditentukan oleh Badan Litbang Pertanian
dan Ditjentan yang kemudian diperkuat oleh Surat Sekjen Deptan No. LB
110/1279/B/VII/1987 tentang Tata Laksana dan Pengujian Adaptasi.
Dalam rangka mempercepat proses komunikasi hasil penelitian dan
alih teknologi varietas unggul baru, hendaknya evaluasi daya hasil dan
pengujian adaptasi pada berbagai agroekosistem dilaksanakan berjalan
paralel yang saling mendukung dan terkait satu sama lain.

Evaluasi/Pengujian : Informasi Tentang Varietas


Pemerintah, penangkar benih dan petani perlu mengetahui penampilan
potensi varietas, baik yang dihasilkan di dalam negeri, maupun introduksi
dari luar.
Langkah pertama dalam evaluasi dimulai oleh para ahli pemulia
tanaman atau peneliti. Selain dari percobaan/evaluasi yang dilakukan oleh
peneliti

untuk

mengidentifikasikasi

calon

varietas

unggul,

pengujian

dilakukan juga oleh unit kerja Direktorat Jenderal untuk mengethui calon
varietas yang cocok untuk dilepas. Prosedur dan mekanisme kerja evaluasi
dan pengujian varietas perlu disusun untuk menghindari konflik kepentingan
disamping untuk mempercepat prose alih teknologi.
Assessemen
pengujian

yang

varietas

paling

umum

mencakup

daya

dilakukan
hasil,

dalam

evaluasi

ketahanan

dan

terhadap

serangan hama dan penyakit, umur, sifat yang diinginkan dan ketahanan
terhadap cekaman lingkungan.
Evaluasi terhadap penampilan dapat dilakukan berbagai cara namun
tiga prinsip dasar perlu diperhatikan ,yaitu:
1.

Agroekosistem di mana evaluasi/pengujian dilakukan perlu dikarakterisasi

secara tepat.
2.
Calon varietas tanaman yang paling sesuai dialokasikan pada setiap
3.

agroekosistem dan
Pengelompokan varietas mempunyai umur dan sifat tumbuh hampir sama.
Tata Cara Memberikan Nama Varietas

1.

Usulan nama diajukan oleh peneliti/pemulia tanaman bersamaan dengan

usulan pelepasan varietas.


2.
Penetapan pemberian nama suatu varietas adalah wewenang Menteri
Pertanian atas dasar usulan dari Badan Benih Nasional cq Tim Penilai dan
3.

Pelepas Varietas.
Nomenklatur nama-nama varietas unggul ditetapkan atas dasar sebagai

berikut:
Padi:
Padi sawah: nama sungai di Indonesia
Padi gogo: nama danau di Indonesia
Padi sawah pasang surut; nama sungai di daerah pasang surut.
Padi gogo rancah: nama sungai di daerah potensi gogo rancah.
Palawija:

Jagung : nama wayang


Kedelai : nama gunung di Indonesia.
Kacang hijau : nama burung di Indonesia.
Kacang tanah : nama binatang di Indosia.
Sorgum : nama senjata tradisional daerah di Indonesia.
Ubi jalar, nama candi di Indonesia.
Ubi kayu : Adira:-rasa pahit untuk pabrik dengan nomor ganjil.
Rasa manis untuk dikonsumsi dengan nomor genap.
Hortikultura :
Khusus untuk varietas/klon hortikultura yang dilepas, baik melalui cara
pemuliaan

maupun

menggunakan

nama

pemutihan.
asli

dari

Sampai
asal

saat

varietas

ini
lokal

pada

umumnya

tersebut

(untuk

pemutihan).Sedangkan varietas klon dari hasil pemuliaan, pemberian nama


berdasarkan

kode-kode penelitian atau nama

daerah asal penelitian

tersebut.

Prosedur Pemurnian Dalam Rangka Pemutihan Varietas


1.

Determinasi

Determinasi berarti penentuan, dalam hal ini kita menentukan


terhadap suatu varietas. Nama suatu varietas diusahakn tetap dan dipakai
walaupun nantinya akan dikembangan di daerah lain. Di samping itu apabila
varietas tersebut sama dengan lokal lain harap diteliti sejauh mungkin
apakah betul-betul sama, dan jika sama maka pemberian nama harus dipilih
dari yang terluas penyebarannya. Pemberian nama lain harus dihindarkan,
dengan konsekuensi perkembangan penyebaran varietas harus diikuti
distribusi benihnya.
2. Deskripsi
Untuk melaksanakan determinasi diperlukan deskripsi varietas yang
bersangkutan. Deskripsi tersebut berguna untuk pengenalan/ identifikasi
varietas. Oleh karena itu deskripsi suatu varietas dari jenis tanaman apapun
harus meliputi pencatatan ciri-ciri atau sifat-sifat agronomi yang bersifat
kulitatif. Ciri/sifat tersebut dapat juga mengandung pengertian ekonomis
seperti halnya sifat ketahanan terhadap hama penyakit tertentu. Karena
pemurnian suatu varietas adalah suatu usaha pengembalian mutu sesuai
dengan varietas yang baku/asal, demikian juga dalam usaha pemutihan

varietas, maka uraian dalam deskripsi harus mencakup :


Asal varietas
Penyebaran varietas dimaksud
Kapasitas atau potensi hasil
Golongan varietas
Ketahanan terhadap hama penyakit
Umur tanaman
Rincian tersebut di atas ditambahkan deskripsi ciri-ciri yang biasa
diperhatikan (sifat spesifik) dalam pengawasan mutu dan sertifikasi benih

atau dalam pemuliaan. Uraian ciri-ciri tersebut dilakukan untuk dapat


menuju deskripsi baku.
3.

Seleksi/Rouging
Seleksi sangat

penting

artinya

dalam

pemuliaan,

baik

untuk

membuat/membentuk galur-galur yang akan menjadi varietas atau calon


varietas atau untuk mempertahankan suatu varietas.
Dalam perbenihan dikenal istilah roguing, yang tidak lain adalah
seleksi negatif, yaitu membuang tanaman-tanaman yang menyimpang.
Tanaman-tanaman yang menyimpang (off type) menunjukkan ciri-ciri dari
apa yang seharusnya dipunyai oleh suatu varietas yang kuta maksudkan. Hal
ini dilakukan untuk

menjga kemurnian dari varietas

tersebut dapat

dipertahankan.
Varietas-varietas lokal pada umumnya merupakan populasi campuran
yang memerlukan pemurnian yang hanya dapat dilaksanakan dengan
seleksi,

minimal

seleksi

negatif,

tergantung

dari

besarnya

populasi

campuran. Oleh karena itu cara pemurnian untuk memantapkan dapat juga
dengan seleksi positif, dalam hal ini diambil/dipungut tanaman-tanaman
yang ciri-cirinya sesuai dengan yang dicantumkan dalan deskripsi disamping
memperhatikan
4.

pula

potensi

hasilnya.

Tanaman

tersebut

kemudian

dibulk(disatukan) untuk benih sumber pertanaman selanjutnya.


Pelaksanaan
Dengan pengertian yang telah ditengahkan dimuka, kita dapat mulai
dengan usaha pemurnian varietas.,baik dalam rangka persiapan benih
maupun dalam rangka pemutihan suatu varietas. Dalam rangka pemutihan
varietas lokal, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

a.

Varietas yang akan diputihkan adalah varietas yang dominan di suatu


propinsi (varietas unggul dan mempunyai penyebaran yang luas dari tahun

ke tahun/musim ke musim).
b.
Dalam pelaksanaan pertanaman direncanakan untuk keperluan benih
c.

sumber atau keperluan pemurnian varietas.


Amati ciri-ciri tanam tersebut mulai tumbuh sampai menjadi benih. Karena
varietas tersebut belum murni, dalam penentuan kita harus mendasarkan
pada ciri-ciri dari komponen yang prosentasenya paling tinggi, seperti type
pertumbuhan, warna hypocotyl/bunga, warna bulu (untuk kacang-kacangan),
warna daun, warna batang, warna biji(padi-padian), umur panen, dan sifat-

sifat agronomis penting lainnya.


d. Pertanaman untuk benih dapat dilakukan seleksi negatif atau roguing kalau
campuran hanya sedikit, sehingga tidak menyulitkan akan keperluan untuk
benih. Hal ini terutama bila pertanaman adalah kepunyaan petani atau
kelompok tani. Lebih-lebih terhadap prosentase campuran yang banyak
dilakukan /ditanam satu persatu seleksi negatif pada waktu panen untuk
pembelian/calon benih, hal ini untuk menghindari adanya kerugian hasil
e.

persatuan luas.
Pertanaman untuk seleksi/pemurnian lebih baik langsung seleksi positif,
kalau memungkinkan cara yang terbaik adalah dipilih tanaman yang baik
dan mempunyai ciri-ciri yang sesuai dan terus digalurkan/ditanam satu per
satu setiap lubang tanam. Galur-galur yang menunjukkan ciri-ciri yang
mantap, disatukan kembali sebagai bulk untuk benih selanjutnya. Cara ini

adalah yang paling cepat untuk mencapai kemurnian.


f.
Setelah mendapatkan yang murni, maka pekerjaan
mempertahankan kemurnian dengan cara seleksi negatif.

selanjutnya

g.

Dalam pelaksanaan harus diperhatikan bahwa tidak boleh ada hambatan


tanam supply benih kepada pengembangan produksi, dengan kemurnian
yang makin meningkat. Karena itu untuk benih sendiri, yang nantinya akan
menjadi cikal bakalnya nama selalu diambil secara positif.
Pelaksanaan tersebut merupakan petunjuk untuk

mendukung

terwujudnya penyaluran benih murni / bermutu secara berkesinambungan.


Sasaran Pelepasan Varietas
Sebagaimana telah diketahui bahwa potensi varietas merupakan
modal dasar pembangunan pertanian. Sesuai dengan keberadaan serta
potensi varietas tersebut, maka sasaran pelepasan varietas harus sejalan
dengan program nasional dalam upaya pelestarian swasembada beras serta
peningkatan

produksi

tanaman

pangan

lainnya.

Setiap

peningkatan

produktivitas dari varietas yang dilepas mempunyai dimensi pembaharuan


yang sangat besar dalam peningkatan produksi serta pendapatan petani.
Sehubungan dengan hal tersebut, penilaian varietas dalam rangka
pelepasan akan lebih kritis dan mengarah kepada kemajuan produktivitas
yang

berdampak

peningkatan

kesejahteraan

petani.

Di

samping

itu

kemantapan kestabilan serta keragaman baik kualitas maupun sifat-sifat


agronomis lainnya sudah saatnya diperhitungkan. Demikian pula kepada
instansi

yang

melakukan

pengujian

adaptasi

atau

multilokasi

akan

dimintakan pertimbnagn khusus. Berdasarkan hal tersebut di atas Dirjen


Pertanian Tanaman Pangan mengajukan beberapa sasaran sebagai bahan
acuan dalam penilaian dan pelepasan suatu varietas. Khusus untuk varietas
lokal yang mempunyai nilai ekonomis tinggi perlu pemutihan dengan sistem

pemurnian varietas, dengan syarat yang ditetapkan tersendiri sesuai dengan


situasi dan kondisi setempat.
Hasil-Hasil Varietas Unggul
Sejak tahun 1974 pemulia tanaman padi, palawija dan Hortikultura di
Indonesia telah melepas lebih dari 210 varietas unggul, meliputi padi
sebanyak +_83 varietas, palawija sebanyak +_ 69 varietas dan Hortikultura
lebih dari 58 varietas. Dari 210 varietas yang sudah dilepas tersebut, 146
varietas merupakan hasil rekayasa genetika para pemulia di Indonesia, 21
varietas merupakan hasil introduksi dari IRRI dan sisanya merupakan hasil
pemutihan varietas lokal yang sudah dominan di beberapa daerah tertentu.
Sedang di sektor perkebunan khususnya komoditi tebu, sejak tahun 1978
hingga tahun 1992 telah dilepas oleh Mentan sebanyak 57 varietas unggul.
Dua varietas diantaranya adalah hasil introduksi dari Taiwan dan Mauritius
sedang lainnya merupakan hasil perakitan pemulia tanaman tebu dari
Pasuruan.

SEJARAH PEMULIAAN
Kegiatan pemuliaan tanaman dapat dikatakan sebagai tekanan evolusi
yang sengaja dilakukan oleh manusia. Pada masa prasejarah, pemuliaan

tanaman telah dilakukan orang sejak dimulainya domestikasi tanaman,


namun dilakukan tanpa dasar ilmu yang jelas. Sisa-sisa biji-bijian dari situssitus

peninggalan

arkeologi

membantu

menyingkap

masa

prasejarah

pemuliaan tanaman. Catatan-catatan pertama dalam jumlah besar mengenai


berbagai jenis tanaman diperoleh dari karya penulis-penulis Romawi,
terutama Plinius.
Para petani pada masa-masa awal pertanian selalu menyimpan
sebagian benih untuk pertanaman berikutnya dan tanpa sengaja melakukan
pemilihan (seleksi) terhadap tanaman yang kuat karena hanya tanaman
yang kuat mampu bertahan hingga panen Sifat pertama dalam budidaya
tanaman serealia (bijirin) yang termuliakan adalah ukuran bulir yang menjadi
lebih besar dan menurunnya tingkat kerontokan bulir pada tanaman
budidaya apabila dibandingkan dengan moyang liarnya.[7] Beberapa petunjuk
untuk hal ini dapat diperkirakan dari temuan sejumlah sisa bulir jelai dan
einkorn di lembah Sungai Eufrat dan Sungai Tigris (paling tua 9000 SM) serta
padi di daerah aliran Sungai Yangtze. Temuan serupa untuk biji polongpolongan berasal dari India utara dan kawasan Afrika Sub-Sahara
Perkembangan seleksi lebih lanjut telah menunjukkan kesengajaan dan
terkait dengan tingkat kebudayaan masyarakat penanam. Bulir jagung
terseleksi dari teosinte yang bulirnya keras serta terbungkus sekam, lalu
menjadi jagung bertongkol namun bulirnya masih terbungkus sekam, dan
akhirnya bentuk yang berbulir tanpa sekam dan lebih mudah digiling
menjadi semakin banyak ditemukan. Beberapa petunjuk yang sama juga

terlihat dari temuan-temuan untuk bulir gandum roti dan jelai. Contoh
lainnya adalah munculnya padi ketan serta jagung ketan di Asia Timur dan
Asia Tenggara. Hanya dari wilayah inilah muncul jenis-jenis ketan dari
delapan spesies dan menunjukkan preferensi akan sifat ini.
Pemuliaan pada masa pramodern
Kebudayaan Romawi Kuna (abad ke-9 SM abad ke-5 Masehi)
meninggalkan banyak tulisan mengenai keanekaragaman tanaman budidaya
dan juga menyebut berbagai variasi setiap jenis. Cato dengan De Agri
Cultura[8] dan Plinius yang Tua dengan Naturalis Historia, misalnya, memberi
banyak informasi mengenai variasi tanaman dan khasiat masing-masing bagi
kesehatan.
Kitab-kitab suci dari Asia Barat, seperti Al-Qur'an, juga menyebut
tentang variasi pada beberapa tanaman. Hal ini menunjukkan telah ada
kesadaran dalam memilih bahan tanam dan pemilihan kultivar tertentu
dengan target konsumen yang berbeda-beda.
Pada awal milenium pertama dan paruh pertama milenium kedua telah
terjadi pertukaran komoditi pertanian yang berakibat migrasi sejumlah
bahan pangan. Pisang menyebar dari Asia Tenggara maritim ke arah barat
hingga pantai timur Afrika. Berbagai tanaman rempah, seperti merica dan
ketumbar, dan tanaman "suci", seperti randu alas dan beringin, menyebar
dari India ke Nusantara. Namun demikian, pertukaran tanaman yang intensif
terjadi setelah penjelajahan orang Eropa.

Meskipun penyebaran tanaman telah terjadi sebelum kolonialisme,


Zaman Penjelajahan (sejak abad ke-14) dan kolonialisme (penjajahan) yang
menyusulnya telah membawa pengaruh yang dramatis dalam budidaya
tanaman.
Segera setelah orang Spanyol dan Portugis menaklukkan Amerika dan
menemukan jalur laut ke Cina, terjadi pertukaran berbagai tanaman dari
Dunia Baru ke Dunia Lama, dan sebaliknya. Kopi yang berasal Afrika,
misalnya, dibawa ke Amerika dan Asia (dibawa ke Nusantara pada abad ke18 awal).[10] Kelak (abad ke-18) tebu juga menyebar dari Asia Tenggara
menuju Amerika tropis, seperti Karibia dan Guyana. Namun demikian, yang
lebih intensif adalah penyebaran berbagai tanaman budidaya penduduk asli
Amerika ke tempat lain: jagung, kentang, tomat, cabai, kakao, para (karet),
serta berbagai tanaman buah dan hias.
Pada abad ke-18, terjadi gelombang rasionalisasi di Eropa sebagai
dampak Masa Pencerahan. Orang-orang kaya di Eropa (dan pada tingkat
tertentu juga di Cina dan Jepang) mulai meminati koleksi tanaman eksotik
dan kebun-kebun kastil mereka yang luas menjadi tempat koleksi berbagai
tanaman dari negeri asing. Pada abad ke-18 mulai berkembang perkebunanperkebunan monokultur (satu macam tanaman pada satu petak lahan).
Berbagai tanaman penghasil komoditi dagang utama dunia seperti tebu, teh,
kopi, lada, dan tarum dibudidayakan di berbagai tanah jajahan, termasuk
Kepulauan Nusantara, tentu saja dengan melibatkan perbudakan atau tanam
paksa. Pada abad ini pula cengkeh dan pala mulai ditanam di luar Maluku,

sehingga harganya menurun dan tidak lagi menjadi rempah-rempah yang


eksklusif.
Pola pertanaman monokultur yang diterapkan pada abad ke-18 dan ke19 di Eropa dan perkebunan-perkebunan di berbagai negeri jajahan
memakan korban dengan terjadinya dua wabah besar: serangan hawar
kentang Phytophthora infestans yang menyebabkan Wabah Kelaparan Besar
di Irlandia, Skotlandia serta beberapa wilayah Eropa lainnya sejak 1845
akibat dan hancurnya perkebunan kopi arabika dan liberika akibat serangan
karat daun Hemileia vastatrix di perkebunan dataran rendah Afrika dan Asia
sejak 1861 sampai akhir abad ke-19. Pada tahun 1880-an juga meluas wabah
penyakit sereh di berbagai perkebunan tebu dunia.
Para botaniwan dan ahli pertanian kemudian segera mengambil
pelajaran dari kasus-kasus ini untuk menyediakan bahan tanam yang tahan
terhadap serangan organisme pengganggu, sekaligus memberikan hasil
yang lebih baik. Usaha-usaha perbaikan mutu genetik tanaman perkebunan
mulai dilakukan pada akhir abad ke-19 di beberapa daerah koloni, termasuk
Hindia-Belanda.
Kebun penelitian gula (tebu) pertama kali didirikan di Semarang tahun
1885 (Proefstation Midden Java), setahun kemudian didirikan pula di Kagok,
Jawa Barat, dan menyusul di Pasuruan tanggal 8 Juli 1887 (Proefstation Oost
Java, POJ). Salah satu misinya adalah mengatasi kerugian akibat penyakit
sereh. Pada tahun 1905 seluruh penelitian gula/tebu dipusatkan di Pasuruan
(sekarang menjadi P3GI). Berbagai klon tebu hasil lembaga penelitian ini

pernah termasuk sebagai kultivar tebu paling unggul di dunia di paruh


pertama abad ke-20, seperti POJ 2364, POJ 2878, dan POJ 3016 sehingga
menjadikan Jawa sebagai produsen gula terbesar di belahan timur bumi.
Pusat penelitian karet (sekarang menjadi Pusat Penelitian Karet
Indonesia) didirikan di Sungei Putih, Sumatera Utara, oleh AVROS, dan
pemuliaan para dimulai sejak 1910. AVROS juga mendirikan lembaga
penelitian kelapa sawit (sekarang populer sebagai PPKS) di Marihat,
Sumatera Utara pada tahun 1911, meskipun tanaman ini sudah sejak 1848
didatangkan ke Medan/Deli dan Bogor.
Abad ke-20: Pemuliaan berbasis ilmu
Awal abad ke-20 menjadi titik perkembangan pemuliaan tanaman yang
berbasis ilmu pengetahuan. Perkembangan pesat dalam botani, genetika,
agronomi,

dan

statistika

tumbuh

sebagai

motor

utama

modernisasi

pemuliaan tanaman sejak awal abad ke-20 hingga 1980-an. Mekanisasi


pertanian di dunia yang meluas sejak 1950-an memungkinkan penanaman
secara massal dengan tenaga kerja minimal. Ketika biologi molekular
tumbuh pesat sejak 1970-an, pemuliaan tanaman juga mengambil manfaat
darinya, dan mulailah perkembangan pemuliaan tanaman yang didukung
ilmu tersebut sejak 1980-an. Bioinformatika juga perlahan-lahan mengambil
peran statistika sebagai pendukung utama dalam analisis data eksperimen.
Penemuan kembali Hukum Pewarisan Mendel pada tahun 1900,
eksperimen terhadap seleksi atas generasi hasil persilangan dan galur murni

oleh Wilhelm Johannsen (dekade pertama abad ke-20), peletakan dasar


Hukum Hardy-Weinberg (1908 dan 1909), dan penjelasan pewarisan
kuantitatif berbasis Hukum Mendel oleh Sir Ronald Fisher pada tahun 1916
memberikan banyak dasar-dasar teoretik terhadap berbagai fenomena yang
telah dikenal dalam praktik dan menjadi dasar bagi aplikasi ilmu dan
teknologi dalam perbaikan kultivar.
Perkembangan

yang

paling

revolusioner

dalam

genetika

dan

pemuliaan tanaman adalah ditemukannya cara perakitan varietas hibrida


pada tahun 1910-an setelah serangkaian percobaan persilangan galur murni
di Amerika Serikat sejak akhir abad ke-19 oleh Edward M. East, George H.
Shull

dan

Donald

Ditemukannya

F.

Jones

teknologi

yang

mandul

memanfaatkan

jantan

di

tahun

gejala

heterosis.

1940-an

semakin

meningkatkan efisiensi perakitan varietas hibrida.


Cara budidaya yang semakin efisien dan mendorong intensifikasi
dalam

pertanian,

dengan

penggunaan

pupuk

kimia,

pestisida,

dan

mekanisasi pertanian, memunculkan lahan pertanian dengan kebutuhan


benih berjumlah besar dan mulai menghasilkan "raksasa" dalam industri
perbenihan. Tumbuhnya industri perbenihan juga dimungkinkan sejak
adanya

varietas

hibrida

karena

benih

yang

harus

dibeli

petani

memungkinkan industri perbenihan untuk tumbuh. Dari sini mulai muncul


pula isu perlindungan varietas tanaman. Di Amerika Serikat muncul Dekalb
dan Pioneer Hi-Bred sebagai pemain utama dalam industri benih. Dari Eropa,
wilayah yang telah memulai produksi benih setengah industrial pada abad

ke-19, muncul KWS Saat dan NPZ (Jerman), serta SW Seeds (Swedia) sebagai
pemain utama di bidang perbenihan tanaman serealia dan pakan ternak
hijauan. Di Taiwan dan Jepang juga berkembang perusahaan benih yang
menguasai pasar regional Asia, seperti Sakata (Jepang) dan Known You
Seeds (Taiwan).
Seusai Perang Dunia II (PD II) perbaikan genetik gandum yang
didukung Yayasan Rockefeller di lembaga penelitian yang didanainya di
Meksiko sebagai bagian dari paket teknologi untuk melipatgandakan hasil
gandum menunjukkan keberhasilan. Strategi ini, yang dikonsep oleh Norman
Borlaug, kemudian dicoba untuk diterapkan pada tanaman pokok lain,
khususnya padi dan beberapa serealia minor lainnya (seperti sorgum dan
milet) dan didukung oleh FAO. Revolusi dalam teknik bercocok tanam ini
kelak dikenal secara iinformal sebagai Revolusi Hijau. Untuk mendukung
revolusi ini banyak dibentuk lembaga-lembaga penelitian perbaikan tanaman
bertaraf dunia seperti CIMMYT (di Meksiko, 1957; sebagai kelanjutan dari
lembaga milik Yayasan Rockefeller), IRRI (di Filipina, 1960), ICRISAT (di
Andhra Pradesh, India, 1972), dan CIP (di La Molina, Peru). Lembaga-lembaga
ini

sekarang

tergabung

dalam

CGIAR

dan

koleksi

serta

hasil-hasil

penelitiannya bersifat publik.


Akhir PD II juga menjadi awal berkembangnya teknik-teknik baru dalam
perluasan latar genetik tanaman. Mutasi buatan, yang tekniknya dikenal
sejak 1920-an, mulai luas dikembangkan pada tahun 1950-an sampai
dengan 1970-an sebagai cara untuk menambahkan variabilitas genetik.

Pemuliaan dengan menggunakan teknik mutasi buatan ini dikenal sebagai


pemuliaan mutasi. Selain mutasi, teknik perluasan latar genetik juga
menggunakan teknik poliploidisasi buatan menggunakan kolkisin, yang
dasar-dasarnya diperoleh dari berbagai percobaan oleh Karpechenko pada
tahun 1920-an. Tanaman poliploid biasanya berukuran lebih besar dan
dengan demikian memiliki hasil yang lebih tinggi.
Daun dari kacang tanah yang telah direkayasa dengan sisipan gen cry
dari Bacillus thuringiensis (bawah) tidak disukai ulat penggerek.
Gelombang bioteknologi, yang memanfaatkan berbagai metode biologi
molekuler, yang mulai menguat pada tahun 1970-an mengimbas pemuliaan
tanaman. Tanaman transgenik pertama dilaporkan hampir bersamaan pada
tahun 1983, yaitu tembakau, Petunia, dan bunga matahari. Selanjutnya
muncul berbagai tanaman transgenik dari berbagai spesies lain; yang paling
populer dan kontroversial adalah pada jagung, kapas, tomat, dan kedelai
yang disisipkan gen-gen toleran herbisida atau gen ketahanan terhadap
hama tertentu. Perkembangan ini memunculkan wacana pemberian hak
paten terhadap metode, gen, serta tumbuhan terlibat dalam proses rekayasa
ini. Kalangan aktivis lingkungan dan sebagian

filsuf menilai hal ini

kontroversial dengan memunculkan kritik ideologis dan etis terhadap praktik


ini sebagai reaksinya, terutama karena teknologi ini dikuasai oleh segelintir
perusahaan

multinasional.

Isu

politik,

lingkungan,

dan

etika,

yang

sebelumnya tidak pernah masuk dalam khazanah pemuliaan tanaman, mulai


masuk sebagai pertimbangan baru.

Sebagai jawaban atas kritik terhadap tanaman transgenik, pemuliaan


tanaman sekarang mengembangkan teknik-teknik bioteknologi dengan risiko
lingkungan yang lebih rendah seperti SMART Breeding ("Pemuliaan SMART")
dan Breeding by Design, yang mendasarkan diri pada pemuliaan dengan
penanda,

dan

juga

penggunaan

teknik-teknik

pengendalian

regulasi

ekspresi gen seperti peredaman gen, dan kebalikannya, pengaktifan gen.


Meskipun penggunaan teknik-teknik terbaru telah dilakukan untuk
memperluas keanekaragaman genetik tanaman, hampir semua produsen
benih, baik yang komersial maupun publik, masih mengandalkan pada
pemuliaan tanaman "konvensional" dalam berbagai programnya.
Di arah yang lain, gerakan pemuliaan tanaman "gotong-royong" atau
partisipatif (participatory plant breeding) juga menjadi jawaban atas kritik
hilangnya kekuasaan petani atas benih. Gerakan ini tidak mengarah pada
perbaikan hasil secara massal, tetapi lebih mengarahkan petani, khususnya
yang masih tradisional, untuk tetap menguasai benih yang telah mereka
tanam

secara

turun-temurun

sambil

memperbaiki

mutu

genetiknya.

Perbaikan mutu genetik tanaman ditentukan sendiri arahnya oleh petani dan
pemulia membantu mereka dalam melakukan programnya sendiri. Istilah
"gotong-royong"

(participatory)

digunakan

untuk

menggambarkan

keterlibatan semua pihak (petani, LSM, pemulia, dan pedagang benih) dalam
kegiatan produksi benih dan pemasarannya. Gerakan ini sangat memerlukan
dorongan dari organisasi non-pemerintah (LSM), khususnya pada masyarakat
tidak berorientasi komersial.

Anda mungkin juga menyukai