Anda di halaman 1dari 9

Teknik mutasi dalam pemuliaan tanaman

Dalam bidang pemuliaan tanaman teknik mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik tanaman
sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotip tanaman sesuai dengan tujuan
pemuliaan yang dikehendaki. Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan
bahan mutagen tertentu terhadapt organ reproduksi tanaman seperti biji , stek batang , serbuk sari,
akar (rizoma) , kultur jaringan dan sebagainya.

Apabila proses mutasi alami terjadi secra sangan lambat maka percepatan frekuensi dan spektrum
mutasi tanaman dapat diinduksi dengan perlakuan bahan mutagen tertentu. Pada umumnya, bahan
mutagen bersifat radioaktif dan memiliki energi tinggi yang berasal dari reaksi nuklir.

Bahan mutagen yang sering digunakan dalam penelitian pemuliaan tanaman digolongkan menjadi
dua kelompok , yaitu mutagen kimia (chemical mutagen) dan mutagen fisika (physical mutagen).
Mutagen kimia umumnya berasal dari senyawa alkil (alkylating agents) misalnya etil metana sulfonat
(MMS), hidrosilamin , asam nitrat, akridin dan sebagainya. Mutagen disika bersifat sebgai radiasi
pengion (ionizing radiation) dan termasuk di antaranya sinal-X, radiasi gamma, radiasi beta, neutron
dan partikel akselerator .

Baik mutagen kimia maupun fisik mempunyai energi yang dapat mengubah struktur genetik
tanaman. Perubahan yang terjadi pada materi genetik dikenal dengan istilah mutasi. Secara relatif
proses mutasi dapat menimbulkan perubahan pada sifat-sifat genetik tanaman bauk ke arah positif
maupun negatif dan kemungkinan mutasi yang tejadi dapat juga kembali normal. Mutasi yang terjadi
ke arah positig dan terwariskan ke generasi-generasi erikutnya merupakan mutasi yang dikehendaki
oleh pemulia tanaman pada umumnya/ Sifat positif yang dimaksud adalah relatif tergantung pada
muliaan tanaman.

Untuk mendukung pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi di BATAN tersedia fasilitas penelitian
berupa gamma chamber,gamma cell, gamma room, laboratorium, laboratorium kultur jaringan.
ruang tumbuh, rumah kaca, kebun percobaan dan sawah. Pada umumnya gamma chamber dan
gamma cell digunakan untuk penelitian yang memerlukan radiasi akut, yaitu radiasi denga laju dosis
tinggi seperti pada biji-bijian atau materi reproduktif tanaman lainnya yang berukuran kecil . Untuk
penelitian yang memerlukan iradiasi kronik, yaitu radiasi dangan laju dosis rendah seperti terhadap
tanaman pot atau tanaman dalam media kultur jaringan, dapat digunakan gamma room.

Setelah melakukan radiasi dnegna sinar gamma, materi reproduktif tanaman kemudian
ditumbuhkembangkan di ruang tumbuh, rumah kaca atau langsung di kebun percobaan. Analisis
mutan dapat juga dilakukan baik secara visual fenotip maupun secara RAPD (random Amplified
Polymorphic DNA) atau bioteknologi lainnya. Tanaman di PATIR-BATAN dikelompokkan sebgai
berikut.
1. Tanaman pangan : padi, kdelai, kacang hijau, kacang tanah, sorgum dan gandum
2. Tanaman hortikultura : pisang cabai , abwang merah, dan bawang putih
3. Tanaman industri : kapas, sorgum dan jarak
4. Tanaman bunga : krisan dan anggrek
5. tanaman pakan ternak : sorgum
Penelitian pemuliaan mutasi di BATAN sebetulnya tekah dimulai sejak tahun 1970, yaitu denga
program perbaikan varietas tanaman padi. hinga kini BATAN telah menghasilakn bebrapa mutan
tanaman panga yang dilepas sebgai varietas unggul oleh Departemen Pertanian. Adapaun varietas
unggul tersebut dia ntaranya adalah padi atomita-1, padi atomita-2, padi atomita-3, padi atomita-4,
padi situgintung, padi cilosari, padi meraoke, padi woyla, padi kahayan, padi wonongo, padi Diah cui,
padi Mira-1, kedelai muria, kedelai tengger, kedelai merais , kedelai rajabasa, dan akcang hijau
camar.

Selain varietas-varietas tanaman yang telah dikepas tersebut, kelompok pemuiaan tanaman juga
telah mengasilkan banyak galur harapan mutan dikembangbiakkan lebih kanjut

Teknik mutasi dalam pemuliaan tanaman


Kebutuhan bibit unggul berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap cekaman biotik
maupun abiotik semakin meningkat, sehingga kegiatan pemuliaan tanaman untuk
pembentukan varietas baru harus dilakukan.
Yang dimaksud dengan pemuliaan adalah memperoleh atau mengembangkan suatu
tanaman sehingga menjadi lebih baik dan menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Ruang lingkup pemuliaan meliputi: pembentukan keragaman genetik (sebagai
populasi dasar/bahan dasar proses pemuliaan tanaman sebagai materi untuk seleksi dan bahan
persilangan), dan seleksi dengan melakukan pengujian-pengujian individu-individu yang
kualitasnya unggul sebelum varietas baru dilepas.
Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan melalui introduksi, hibridisasi,
seleksi, bioteknologi dan mutasi.
Mutasi merupakan salah satu teknik yang telah dikembangkan secara luas sebagai
upaya untuk meningkatkan keragaman genetic tanaman untuk mendapatkan sifat baru sebagai
sarana untuk perbaikan genetic tanaman, terutama pada tanaman yang selalu diperbanyak
secara vegetative sehingga keragaman genetiknya rendah atau untuk mendapatkan karakter
baru dimana sifat tersebut tidak dijumpai pada gene pool yang ada. *suatu
lungkang gen (atau gene pool) adalah populasi yang menampung berbagai alel yang
mungkin tersedia dalam suatu spesies.
Yang disebut mutasi adalah perubahan materi genetik pada makluk hidup yang
terjadi secara tiba-tiba dan secara acak serta diwariskan. Mutasi yang terjadi dapat diwariskan
dan dapat kembali normal (epigenetik).
Mutasi dapat terjadi secara alami maupun sengaja di induksi untuk tujuan tertentu
untuk perbaikan genetic tanaman. Mutasi alami dapat terjadi disebabkan adanya sinar surya,
maupun energi listrik seperti petir. Mutasi buatan untuk tujuan pemuliaan tanaman dapat
dilakukan dengan memberikan mutagen. Mutagen yang dapat digunakan untuk mendapatkan
mutan ada dua golongan yaitu mutagen fisik dan mutagen kimia.
Yang termasuk dalam mutagen fisik antara lain sinar x, sinar gamma dan sinar ultra
violet. Yang termasuk dalam mutagen kimia antara lain Ethyl Methan Sulfonat, Diethyl sulfat,
Ethyl Amin dan kolkisin.
Perakitan varietas baru melalui mutasi telah berkembang luas, negara paling banyak
menghasilkan varietas baru adalah Asia, Amerika, Eropa, diikuti Rusia, Belanda dan Jepang.
Adapun tanaman pangan paling banyak dikembangkan adalah pada padi.
Pada tanaman hortikultura seperti tanaman hias pengembangan varietas baru hasil
mutasi menduduki jumlah terbanyak, karakter baru yang diperoleh antara lain mutu hasil,
rasa, warna dan ukuran serta toleransi terhadap cekaman biotik maupun abiotik.
Induksi mutasi menggunakan iradiasi menghasilkan mutan paling banyak (sekitar
75%) bila dibandingkan menggunakan perlakuan lainnya seperti mutagen kimia.
Keuntungan menggunaan sinar gamma adalah dosis yang digunakan lebih akurat dan
penetrasi penyinaran ke dalam sel bersifat homogen. Sedangkan keuntungan menggunakan
mutagen kimia adalah laju mutasinya tinggi, dan didominasi mutasi titik.
Perubahan yang ditimbulkan karena pemberian mutagen baik fisik maupun kimia
dapat terjadi pada tingkat genom, kromosom, dan DNA. Mutasi dibedakan menjadi mutasi
kecil (mutasi gen) dan mutasi besar (mutasi kromosom).
Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul gen (DNA),
sedangkan lokus gennya tetap. Mutasi jenis ini menimbulkan alela. Sedangkan mutasi
besar adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan susunan kromosom.
Mutasi gen disebut juga mutasi titik. Mutasi ini terjadi karena perubahan urutan basa
pada DNA atau dapat dikatakan sebagai perubahan nukleotida pada DNA. Mutasi
Kromosom, kromosom merupakan struktur didalam sel berupa deret panjang molekul yang
terdiri dari satu molekul DNA yang menghubungkan gen sebagai kelompok satu rangkaian.
Kromosom memiliki dua lengan, yang panjangnya kadangkala sama dan kadangkala tidak
sama, lengan-lengan itu bergabung pada sentromer (lokasi menempelnya benang
spindel selama pembelahan mitosis dan meiosis. Pengaruh bahan mutagen, khususnya radiasi,
yang paling banyak terjadi pada kromosom tanaman adalah pecahnya benang kromosom
(Chromosome breakage atau chromosome aberration). Mutasi kromosom meliputi perubahan
jumlah kromosom dan perubahan struktur kromosom mutasi pada tingkat kromosom disebut
aberasi. Teknik mutasi dikombinasikan dengan kultur in vitro telah dikembangkan dan telah
menghasilkan berbagai varietas unggul untuk ketahanan terhadap cekaman biotic maupun
abiotik. Keragaman yang dihasilkan pada sel somatic disebut dengan keragaman somaklonal.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan variasi somaklonal yaitu:
1. Menumbuhkan kalus atau suspensi sel pada beberapa siklus. 2. Meregenerasikan tanaman
dalam jumlah besar dari kultur yang telah mengalami siklus yang lama. 3. Skrening/seleksi
untuk sifat tertentu pada tanaman hasil regenerasi atau turunannya, melalui seleksi in
vitro menggunakan cekaman seperti cekaman biotik atau abiotik, herbisida, garam dll. 4.
Pengujian dan seleksi varian sampai generasi lanjut pada sifat yang diinginkan. 5. Perbanyaan
pada mutan yang sudah stabil untuk mendapatkan genotipe baru. Beberapa tanaman hasil
mutasi kombinasi yang telah dilepas antara lain pada mawar Rosmarum,Yulikara dan
Rosanda oleh Balithi dan pada tanaman nilam dengan nama Patchouly 1 dan 2 oleh Balitro.
Galur mutan hasil keragaman somaklonal pada tanaman nilam, pisang, kedelai, gandum
dan padi untuk toelransi terhadap kekeringan, ketahanan terhadap fusarium, dan umur
genjah sedang dalam taraf pengujian di BB Biogen (oleh Prof.Dr. Endang Gati Lestari).
Contoh beberapa sifat baru yang diperoleh dari keragaman somaklonal dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.Tabel 1. Berbagai perubahan sifat akibat variasi somaklonal

Jenis tanaman Sifat baru yang dihasilkan

Tebu Resisten terhadap Fiji dan Downy mildew Eyespot


Resisten terhadap Fusarium oxysporum dan Phytophtora
Kentang infestans
Jagung Resisten terhadap Helmintosporium maydis
Resisten terhadap Helmintosporium, Toleran
Gandum panas/kekeringan
Tahan penyakit Blas, Menjadi lebih pendek, resisten
terhadap genangan, produksi lebih tinggi dan toleran garam
Padi tinggi

Bioteknologi untuk pemuliaan tanaman


Dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak buku dan jurnal yang diterbitkan terkait
perkembangan yang sangat cepat dalam bidang kultur jaringan tanaman dan kultur organ. Hal
tersebut didorong oleh meningkatnya kebutuhan akan konservasi sumberdaya pasma nutfah,
kebutuhan produk obat-obatan yang lebih baik, meningkatnya kerawanan pangan, kebutuhan akan
sumber energi yang terbarukan, serta kekhawatiran terhadap pemanasan global dan berkurangnya
sumber air bersih di bumi. Seluruh aspek tersebut tercakup secara komprehensif dalam bidang yang
saat ini disebut dengan bioteknologi.

Pada umumnya, tahapan proses pemuliaan tanaman membutuhkan waktu 10-15 tahun hingga
dapat diaplikasikan. Beberapa proses yang harus dilalui diantaranya adalah manipulasi plasma
nutfah, seleksi genotip dan stabilisasi, pengujian varietas, peningkatan varietas, pengurusan hak
paten hingga pada akhirnya sampai pada tahapan proses produksi. Kultur jaringan tanaman dan
prosedur modifikasi genetik yang membentuk basis dari bioteknologi tanaman mampu memberikan
kontribusi pada sebagian besar tahapan proses pemuliaan tanaman tersebut.

Bioteknologi tanaman dapat didefinisikan sebagai aplikasi kultur jaringan dan genetika molekuler
untuk mengembangkan komoditas yang berasal dari tanaman. Kultur jaringan merupakan proses
perawatan dan propagasi bagian tanaman dalam lingkungan aksenik yang terkontrol (Evans et
al., 1983; Vasil, 1984), sedangkan genetika molekuler merupakan bidang yang mencakup teknik-
teknik untuk melakukan isolasi, karakterisasi, rekombinasi, serta proses perbanyakan dan transfer
fragmen DNA yang mengandung gen yang mengkode sifat tertentu (Maniatis et al., 1982; Gelvin et
al., 1988; Watson et al., 1987).

Fakta bahwa seluruh sel tanaman dapat di regenerasi dari satu sel tunggal menyebabkan kultur
jaringan menjadi sebuah prosedur yang sangat penting untuk proliferasi material dengan bahan
genetik yang identik dan melakukan seleksi varietas yang unggul. Totipotensi juga memungkinkan
dilakukannya perubahan bahan genetik pada level sel untuk membentuk sifat dari seluruh tanaman.
Sifat tersebut dapat diwariskan kepada generasi spesies selanjutnya melalui metode persilangan
konvensional.

Kultur jaringan tanaman

Teknik regenerasi tanaman melalui kultur jaringan berdasar pada konsep totipotensi yang diajukan
oleh Haberlandt pada tahun 1902 (Vasil, 2008). Percobaan awal adalah untuk menumbuhkan
potongan bagian tanaman, termasuk kultur akar (White, 1934) dan kultur ujung batang (shoot tip)
atau kuncup ketiak (axillary bud) untuk mikropropagasi (Morel 1960). Percobaan setelahnya adalah
regenerasi seluruh bagian tanaman melalui embriogenesis somatik dari kultur jaringan kallus wortel
(Steward et al., 1958; Reinert, .1959), serta regenerasi seluruh bagian tanaman dari sel tunggal
tembakau (vasil and Hildelbrant, 1965). Pada waktu yang sama Miller et al. (1955) melaporkan
bahwa penambahan rasio auksin dan sitokinin yang tepat dalam nutrisi medium dapat menginduksi
regenerasi tanaman dalam kultur. Musharagie dan Skoog (1962) mengembangkan formulasi nutrisi
mineral yang telah disempurnakan berdasar pada analisis komposisi daun tembakau, yang dapat
mendukung pertumbuhan dan pembelahan sel dan jaringan tembakau. Saat ini Medium tersebut
dikenal dengan nama MS, dan telah memberikan kontribusi yang sangat besar pada teknik kultur
jaringan tanaman.

Dalam perkembangan selanjutnya, ditemukan teknik transfer gen dan regenerasi tanaman
transgenik yang dimediasi oleh Agrobacterium (Herrara-Estrella et al., 1983), yang terbukti sangat
berguna dalam proses introduksi sifat agronomis yang diinginkan pada tanaman transgenik (Shah et
al., 1986). Penemuan tersebut mempertegas pentingnya pemanfaatan teknik kultur jaringan
tanaman dalam berbagai penelitian, sejalan dengan usaha pemuliaan tanaman menggunakan
bioteknologi.

Gambar 1. Skema berbagai tipe kultur jaringan tanaman

Sesuai dengan namanya, teknik kultur jaringan menggunakan potongan jaringan tanaman dan
menumbuhkannya dalam medium bernutrisi. Istilah kultur jaringan (tissue culture) digunakan secara
lebih luas untuk mencakup beberapa variasi, seperti kultur meristem untuk propagasi tanaman
bebas virus (contoh: anggrek, stroberry, anggur, dan kentang), kultur protoplas, suspensi sel, kultur
jaringan dan organ (Gamborg, 2002), serta kultur pollen untuk menghasilkan tanaman haploid (Guha
dan Meheshwari, 1966). Secara umum, tujuan dari pemuliaan tanaman menggunakan teknik kultur
jaringan dapat diperoleh dengan cara:

1. Inisiasi dan penumbuhan kultur.


2. Melakukan modifikasi tertentu yang mencakup propagasi klon, eliminasi virus, seleksi
varietas dan transformasi genetik.

3. Regenerasi tanaman dengan modifikasi yang diinginkan.

Bioteknologi dan proses pemuliaan tanaman

Pengertian bioteknologi adalah penggunaan ilmu biologi seluler dan molekuler dalam pemuliaan
tanaman. Tanaman adalah tumbuhan yang bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung
bagi kehidupan manusia. Tumbuhan yang mengganggu disebut gulma. Bagi pemulia tanaman baik
tanaman, tumbuhan dan gulma adalah penting sebagai sumber keragaman genetik.

Pemuliaan tanaman sendiri adalah perbaikan sifat genetik tanaman baik dengan transfer material
genetik dari tanaman donor atau donor yang lain (introgresi) kepada tanaman penerima maupun
perubahan material genetik dari tanaan penerima itu sendiri yang dikenal dengan mutasi. Jadi
introgresi dan mutasi merupakan dua proses utama dalam perbaikan sifat tanaman.Pemuliaan
tanamaan itu sendiri adalah suatu proses yang progresif dan berkelanjutan baik dari segi ilmu dan
teknologi. Tanaman itu tumbuh pada berbagai habitat tumbuh dari iklim kutub sampai iklim tropis
dan dari rawa sampai lahan kering. Berbagai habitat tumbuh ini yang menyebabkan tanaman itu
beradaptasi untuk bertahan hidup yaitu terjadi semacam “Struggle for life”. Perubahan fenotipe
tanaman untuk beradaptasi itu didasar pada perubahan genotipe tanaman.

Jadi sebelum manusia campur tangan dalam pemuliaan tanaman, tanaman sendiri sudah
memuliakan dirinya secara mandiri. Pemulia tanaman belajar dari tanaman bagaimana perubahan
genetik yang terjadi pada tanaman, memodifikasi dan mempercepat perubahan genetik yang
terjadi.Beberapa tanaman komersial yang kita pergunakan saat ini berasal dari perubahan material
genetik secara alamiah. Perubahan secara alamiah itu karena perubahan set kromosom (poliploida),
perubahan jumlah kromosom (aneuploida), perubahan struktur kromosom (pindah silang) maupun
perubahan gen.Contoh-contoh berikut adalah perubahan genetik secara alamiah:

(1) Poliploida
a. Kentang
Kentang budidaya Solanum tuberosumsubsp andigena(2n=4x=AAAA) berasal dari hibridisasi alamiah
dari S. stenotonum (2n=2x=AA) dengan S. sparsipilum (2n=2x=AA) diikuti dengan penggandaan
kromosom secara alamiah.

b. Pisang
Pisang yang digunakan sekarang berasal dari Musa balbisiana(2n=2x=22=BB) dan Musa
accuminata (2n=2x=22=AA). Pisang-pisang yang kita punyai di Indonesia mulai dari AA (pisang mas,
pisang lilin), AAA (pisang ambon kuning, pisang ambon lumut, pisang badak, pisang susu), AAB
(pisang raja bulu, pisang tanduk)dan ABB (pisang kepok) adalah hasil hibridisasi alamiah atau mutasi
alamiah. Pisang-pisang yang endemik di Indonesia ini belum ada campur tangan pemulia tanaman.
Salah satu hasil silangan di Trinidad adalah pisang Lacatan (2n=4x=44=AAAA) hasil silangan Gros
Michel (2n=3x=33=AAA) sebagai induk dengan M. accuminata(2n=2x=22=AA) sebagai tetua jantan
(Simmonds, 1982).

c. Allotetraploid atau amphidiploid yang terjadi secara alamiah pada genus Brasica (Suzuki et al.
1981).
· Sawi (B. juncea 2n=4x=36) berasal dari silangan sawi hitam (B. nigra 2n=2x=16) dengan
petsai (B.campestris2n=2x=20)
· Rutabaga (B. napus 2x=4x=38) berasal dari silangan petsai (B. campestris n=2x=20) dengan
kubis (B. olaracea2n=2x=18).
· Sawi carinata (2n=4x=34) berasal dari silangan kubis (B. olaracea 2n=2x=18) dengan sawi
hitam (B. nigra2n=2x=16).

Hibridisasi secara alamiah diikuti oleh penggandaan kromosom secara alamiah menghasilkan spesies
baru. Dari tanaman kentang, pisang, dan brasiea pemulia belajar bahwa kalau mau menjadikan
kultivar yang:

(1) Autopoliploida dapat dilakukan melalui penggandaan sel kromosom dengan colchisine atau
dengan fusi protoplas.
(2) Alloploida dapat dilakukan melalui fusi protoplas atau dengan silangan dan diikuti penggandaan
kromosom hasil silangan atau sebaliknya penggandaan kromosom tetua disusul dengan penyilangan.
(2) Aneuploida (trisomik)
Dr. A. F. Blakeslee (1921) mempelajari berbagai bentuk kapsul buah yang berbeda dari kapsul buah
yang normal pada gulmaDatura stramonium. Gulma Datura ini adalah diploid (2n=2x=24), disamping
itu juga terdapat mutan alamiah yang trisomik. Trisomik berarti dari 12 pasang kromosom ada salah
satu pasang kromosom dalam bentuk triple (2n+1). Jumlah kromosom (2n+1) ini yang menyebabkan
perubahan bentuk kapsul buah yang berbeda dari bentuk yang normal (2n=2x) karena ada 12 pasang
kromosom maksimum ada 12 macam trisomik yang menghasilkan 12 macam kapsul buah yang
berbeda satu dengan yang lain dan dari yang normal. Terjadi trisomik karena terjadi “non disjunction”
dan “lagging” pada pasangan kromosom tersebut pada saat anafase.

(3) Perubahan gen


Sebelum Gregor mendel memulai penyilangan kacang kapri (Pisum sativum), di alam kacang-kacang
kapri itu sudah mempunyai keragamandalam hal warna petal (ungu dan putih), bentuk kulit biji (licin
atau keriput), warna biji (kuning atau hijau) dan warna polong muda (hijau atau kuning). Penyilangan
resiprokal antara petal ungu x petal putih menghasilkan F1 yang berwarna ungu, sedangkan F2
mempunyai perbandingan antara petal ungu : petal putih adalah 3 : 1. Mendel berkesimpulan bahwa
warna petal ditentukan oleh 1 gen (monogenik), petal ungu bersifat dominan dan petal putih yang
bersifat resesif.

Pada tanaman kentang budidaya banyak sekali terjadi mutasi secara alamiah. Kultivar Pontiac yang
kulit umbi berwarna kuning muda bermutasi menjadi Red Pontiac yang kulit umbi berwarna merah
muda. Burbank yang permukaan kulit umbi licin menjadi Russet Burbank yang kulit umbi menjadi
kasar. Menurut Pavek dan Corsini (1981), kulit umbi yang kasar ini disebabkan oleh tiga gen yang
resesif. Tingkat kekasaran kulit ditentukan oleh jumlah gen yang homozigot resesif. Tiga gen yang
homozigot resesif akan lebih kasar dari dua atau satu gen yang homozigot resesif. (4) Transformasi
tanaman secara alamiah (pembentukan puru mahkota) pada tanaman dikotil (Glick dan Pasternak
1994)
Bakteri tanah yang fitopatogen memerlukan unsur C dan H dari senyawa spesifik yang disebut opin.
Gen untuk biosintesis opin dan katabolisme opin terdapat pada plasmid dari bakteri tersebut. Gen
biosintesis opin tidak dapat menghasilkan opin pada sel bakteri tetapi harus mentransfer gen
tersebut pada tanaman dikotil seperti anggur, tomat, mawar, dll. Gen biosintesis opin itu terdapat
pada Ti-DNA, disamping gen opin juga terdapat gen iaaM, iaaH dan ipt. Gen iaaM dan iaaH
menghasilkan enzim-enzim yang mengkonversi asam amino triptofan menjadi auksin IAA (asam
indol asetat), sedangkan gen ipt menghasilkan enzim yang menggabungkan IPP (isopentenil) dengan
5’AMP menjadi sitokinin IPA (isopentenil adenosin monofosfat). IAA dan IPA ini akan membentuk
kalus yang kompak yang dikenal dengan puru mahkota (Crown gall). Dari crown gall ini akan
mengeluarkan eksudat-eksudat opin yang menjadi sumber C dan N bagi bakteri tersebut. Opin
merupakan kondensasi asam amino dengan asam keto atau gula seperti : oktopin (asam piruvat +
arginin), nopalin (asam α ketoglutarat + arginin) dan agropin (gula + glutamat).

Cara bakteri ini menginfeksi tanaman dikotil ditiru oleh pemulia tanaman untuk mentransfer gen
tertentu dari donor ke tanaman penerima pada tanaman dikotil. Modifikasi yang dilakukan oleh
pemulian tanaman adalah : (1) Insersi gen donor dan gen nptII (atau marka seleksi yang lain) ke
dalam T-DNA bakteri, (2) membuang gen iaaM, gen iaaH dan gen ipt supaya jangan membentuk
puru mahkota.

Dari contoh-contoh tanaman yang disebut terdahulu terbukti bahwa secara alamiah sudah terjadi
perubahan genetik melalui introgresi, perubahan jumlah kromosom dan set kromosom, perubahan
gen dan transformasi secara alamiah. Pemulia berdasarkan apa yang terjadi secara alamiah
melanjutkan, memperbaiki dan mempercepat dalam metode pemuliaan klasik (konvensional),
seluler dan molekuler (progresif dan berkelanjutan).

Sumber: Wattimena, G.A., Nurhajati, A. M., N. M. A. Wiendi, A. Purwito, D. Efendi, B. S. Purwoko, N.


Khumaida. 2011.Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman.bogor, IPB Press. Hal. 2-5.
sumber gambar: http://naaf.web.id/2013/02/17/bioteknologi-untuk-pemuliaan-tanaman/

Anda mungkin juga menyukai