Anda di halaman 1dari 49

Kegiatan Belajar 1 : Pemuliaan Tanaman

Capaian Kegiatan Belajar


Mahasiswa dapat melakukan pemuliaan pada tanaman dengan baik dan benar

Sub Capaian Kegiatan Belajar

1. Mahasiswa dapat menjelaskan strategi dasar pemuliaan tanaman


2. Mahasiswa dapat melakukan pemuliaan tanaman pangan dan hortikultura
3. Mahasiswa dapat melakukan pemuliaan tanaman perkebunan

Pokok-Pokok Materi

1. Strategi Dasar Pemuliaan Tanaman


2. Pemuliaan Tanaman Pangan dan Hortikultura
3. Pemuliaan Tanaman Perkebunan

Uraian Materi

1. Strategi Dasar Pemuliaan Tanaman

a. Plasma Nuftah
Plasma nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan karena di sini
tersimpan berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing
nomor koleksi (aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin
dilakukan. Usaha pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi ke tempat-
tempat yang secara tradisional menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau
hutan) atau dengan melakukan pertukaran koleksi. Video contoh plasma nutfah
dapat dilihat pada Video 1 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=LYtso4u9qbg)
Gambar 1. Keragaman plasma nutfah (Sumber:
https://www.slideshare.net/hengkyhermawan5/seminar-pak-udin-konservasi-
plasma-nutfah)

b. Peningkatan keragaman (variabilitas) genetik


Apabila aksesi tidak ada satu pun yang memiliki suatu sifat yang diinginkan,
pemulia tanaman melakukan beberapa cara untuk merakit individu yang memiliki
sifat ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah introduksi bahan koleksi,
persilangan, manipulasi kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau bahan
kimia tertentu, penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen,
transfer gen, dan manipulasi regulasi gen.

Gambar 2. Contoh keragaman genetic pada tanaman jagung (Sumber:


http://slideplayer.info/slide/2880168/10/images/1/Keragaman+Genetik+Kwt,+301
2005.jpg)
Peningkatan keragaman (variabilitas) genetik antara lain:

1) Introduksi
Intoduksi adalah mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi)
merupakan cara paling sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas)
genetik. Seleksi penyaringan (screening) dilakukan terhadap koleksi plasma
nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi lingkungan yang
berbeda-beda. Pengetahuan tentang pusat keanekaragaman (diversitas)
tumbuhan penting untuk penerapan cara ini. Contoh pemuliaan yang dilakukan
dengan cara ini adalah pemuliaan untuk berbagai jenis tanaman buah asli
Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau tanaman pohon lain yang mudah
diperbanyak secara vegetatif, seperti ketela pohon dan jarak pagar. Introduksi
dapat dikombinasi dengan persilangan. Introduksi tanaman selain menambah
keragaman tanaman mempunyai manfaat lain yaitu :
 Memajukan bidang industri,dengan mendatangkan tanaman-tanaman industri
seperti tanaman kehutanan, tanaman obat-obatan dan tanaman industri
lainnya.
 Memenuhi kebutuhan aestetik dengan mendatangkan tanaman-tanaman
ornamental untuk melengkapi koleksi kebun-kebun, taman-taman, gedung-
gedung sehingga menciptakan keindahan tersendiri.
 Untuk mempelajari asal, distribusi, klasifikasi dan evolusi dari tanaman
dengan jalan memelihara tanaman yang diintroduksi di tempat tertentu
kenmudian dipelejari data-datanya secara mendetail. Untuk peningkatan mutu
tanaman.
Video teknologi introduksi tanaman bawang merah dapat dilihat pada Video 2
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=dSiQr7ao6_E)
Gambar 3. Introduksi tanaman sorghum dari afrika (Sumber:
http://fis8.blogspot.co.id/2015/12/introduksi-tanaman.html)

2) Persilangan
Persilangan merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan
variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif
mudah dilakukan. Walaupun secara teknis relatif mudah, keberhasilan persilangan
perlu mempertimbangkan ketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan
lingkungan yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas
keturunan. Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga dapat berpengaruh
pada keberhasilan persilangan. Pada sejumlah tanaman, seperti jagung, padi, dan
Brassica napus (rapa), penggunaan teknologi mandul jantan dapat membantu
mengurangi hambatan teknis karena persilangan dapat dilakukan tanpa bantuan
manusia. Video contoh persilangan tanaman pada tanaman jagung dapat dilihat
pada Video 3 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=cj1zgYHMnnE).

Gambar 4. Persilangan tanaman jaugung (Sumber: www.youtube.com )


Sesuai dengan hubungan kekeluargaan tanaman yang akan disilangkan
ada beberapa macam persilangan :
 Intravarietal : persilangan antara tanaman-tanaman yang varietasnya sama.
 Intervarietal : persilangan antara tanaman-tanaman yang berasala dari
varietas yang berbeda tetapi masih dalam spesies yang sama. Juga disebut
persilangan Intraspesifik
 Interspesifik : persilangan dari tanaman-tanaman yang berbeda spesies tetapi
masih dalam genus yang sama. Juga disebut persilangan Intragenerik.
Persilangan ini dilakukan untuk maksud memindahkan daya ressistensi
terhadap hama, penyakit dan kekeringan dari suatu spesies ke lain spesies.
Misal : tomat, tebu
 Intergenerik: persilangan antara tanaman-tanaman dari genera yang berbeda.
Persilangan ini dilakukan untuk menstransfer daya resisten hama,penyakit
dan kekeringan dari genera-genera yang masih liar ke genera-genera yang
sudah dibudidayakan. Misal tebu dan glagah lobak dan kubis.
 Introgresive: pada tipe persilangan ini salah satu spesies seolah-olah sifatnya
mendominir sifat-sifat spesies yang lain sehingga populasi hybrid yang
terbentuk seolah-olah hanya terdiri atas satu jenis spesies yang mendominir
tersebut.

Gambar 5. Peningkatan Keragaman Tanaman Melalui Persilangan (Sumber:


thophick.blogspot.com)

c. Pemuliaan Dengan Bantuan Mutasi


Pemuliaan tanaman dengan bantuan mutasi (dikenal pula sebagai
pemuliaan tanaman mutasi) adalah teknik yang pernah cukup populer untuk
menghasilkan variasi-variasi sifat baru. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh
Stadler pada tahun 1924 tetapi prinsip-prinsip pemanfaatannya untuk pemuliaan
tanaman diletakkan oleh Åke Gustafsson dari Swedia. Tanaman dipaparkan pada
sinar radioaktif dari isotop tertentu (biasanya kobal-60) dengan dosis rendah
sehingga tidak mematikan tetapi mengubah sejumlah basa DNA-nya. Mutasi pada
gen akan dapat mengubah penampilan tanaman. Pada tanaman yang dapat
diperbanyak secara vegetatif, induksi jaringan kimera sudah cukup untuk
menghasilkan kultivar baru. Pada tanaman yang diperbanyak dengan biji, mutasi
harus terbawa oleh sel-sel reproduktif, dan generasi selanjutnya (biasa disebut
M2, M3, dan seterusnya) diseleksi.

Gambar 6. Pemuliaan Tanaman Dengan Bantuan Mutasi (Sumber:


faculty.cascadia.edu)

Macam-macam Mutasi :

1) Mutasi gen :
Dapat terjadi baik pada jaringan vegetatif maupun generatif dari tanaman.
Gen letaknya teratur dalam kromosom, dengan pengaruh fisis/khemis maka letak
gen dalam kromosom secara spontan dapat berubah, sehingga menghadapi
mutasi gen. Mutasi gen bukan saja menyebabkan perubahan phenotype saja
tetapi juga menyebabkan terpengaruhnya pertumbuhan, pertukaran zat dan
proses-proses fisiologis lainnya. Sebagai contoh mutasi pada buah jeruk seperti
pada gambar berikut ini.

Gambar 7. Mutasi Gen pada Tanaman Jeruk (Sumber: Tekno Tempo.co)

2) Mutasi genom :
Pada peristiwa ini jumlah genome individu mengalami perubahan dan
mutasi genome selalu mengakibatkan gejala heteroploid/ amphidiploid/ aneuploid
yaitu gejala terbentuknya individu poliploid dimana jumlah kromosomnya bukan
merupakan kelipatan yang sempurna dari genom/haploidnya.

3) Mutasi Kromosom
Ada beberapa macam Mutasi Kromosom
 Fragmentasi : peristiwa terpecahnya kromosom
 Translokasi : pertukaran segmen/potongan kromosom yang tidak
Homolog
 Inversi : terputusnya bagian kromosom dan tersusun kembali
dengan arah
terbalik
 Defisiensi : hilangnya bagian kromosom yang terletak pada ujung
ujungnya
 Delesi : hilangnya bagian kromosom yang ditengah
 Duplikasi : penggandaan bagian kromosom

4) Mutasi Plasmon dan Plastidom


Pada persilangan resiprok, hybrid yang terjadi seringkali berbeda-beda.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa plasma dan plastida mengambil bagian juga
dalam proses keturunan. Suatu varietas tanaman apabila terjadi mutasi plasmon,
plasmanya akan berlainan>Warna blontang-blontang pada daun disebabkan
karena mutasi plastidom. Mutasi plasmon dan plastidom mempunyai prospek yang
menarik dalam bidang hortikultura, terutama tanaman hias yang dikomersiilkan.
Video contoh tanaman yang bermutasi dapat dilihat pada Video 4 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=-WwPpo3K8Os)

d. Transfer Gen
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba,
hewan, atau tanaman), atau dapat pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman
penerima dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan
keunggulan tanaman tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat
penentangan dari kelompok-kelompok lingkungan karena kultivar yang dihasilkan
dianggap membahayakan lingkungan jika dibudidayakan.

Gambar 8. Transfer gen (Sumber: http://kimeni-


kim.blogspot.co.id/2012/11/tanaman-transgenik.html)

e. Manipulasi kromosom
Cara ini adalah semua manipulasi ploidi, baik poliploidisasi (penggandaan
genom) maupun pengubahan jumlah kromosom. Gandum roti dikembangkan dari
penggabungan tiga genom spesies yang berbeda-beda. Semangka tanpa biji
dikembangkan dari persilangan semangka tetraploid dengan semangka diploid.
Pengubahan jumlah kromosom (seperti pembuatan galur trisomik atau
monosomik) biasanya dilakukan sebagai alat analisis genetik untuk menentukan
posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu. Galur dengan jumlah kromosom yang
tidak berimbang seperti itu mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Teknik
pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan persilangan dalam praktiknya.

f. Manipulasi gen dan ekspresinya


Metode-metode yang melibatkan penerapan genetika molekular masuk
dalam kelompok ini, seperti teknologi antisense, peredaman gen (termasuk
interferensi RNA), rekayasa gen, dan overexpression. Meskipun teknik-teknik ini
telah diketahui berhasil diterapkan dalam skala percobaan, belum ada kultivar
komersial yang dirilis dengan cara-cara ini.

Gambar 9. Contoh Prosedur Manipulasi Gen (Sumber:


http://agroteknologi.web.id/hal-penting-yang-harus-diperhatikan-sebelum-
melakukan-rekayasa-genetika/)

g. Identifikasi dan Seleksi Terhadap Bahan Pemuliaan


Bahan atau materi pemuliaan dengan keanekaragaman yang luas
selanjutnya perlu diidentifikasi sifat-sifat khas yang dibawanya, diseleksi
berdasarkan hasil identifikasi sesuai dengan tujuan program pemuliaan, dan
dievaluasi kestabilan sifatnya sebelum dinyatakan layak dilepas kepada publik.
Dalam proses ini penguasaan berbagai metode percobaan, metode seleksi, dan
juga "naluri" oleh seorang pemulia sangat diperlukan.

1) Identifikasi Keunggulan
Usaha perluasan keanekaragaman akan menghasilkan banyak bahan
yang harus diidentifikasi. Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas
dalam menguji banyak bahan pemuliaan. Di masa lalu identifikasi dilakukan
dengan pengamatan yang mengandalkan naluri seorang pemulia dalam memilih
beberapa individu unggulan. Program pemuliaan modern mengandalkan
rancangan percobaan yang diusahakan seekonomis tetapi seakurat mungkin.
Percobaan dapat dilakukan di laboratorium untuk pengujian genotipe/penanda
genetik atau biokimia, di rumah kaca untuk penyaringan ketahanan terhadap hama
atau penyakit, atau lingkungan di bawah optimal, serta di lapangan terbuka. Tahap
identifikasi dapat dilakukan terpisah maupun terintegrasi dengan tahap seleksi.

2) Seleksi
Banyak metode seleksi yang dapat diterapkan, penggunaan masing-
masing ditentukan oleh berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal,
berpenyerbukan sendiri, atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi target
pemuliaan, serta ketersediaan biaya dan fasilitas, serta jenis kultivar yang akan
dibuat. Tanaman yang dapat diperbanyak secara klonal merupakan tanaman yang
relatif mudah proses seleksinya. Keturunan pertama hasil persilangan dapat
langsung diseleksi dan dipilih yang menunjukkan sifa-sifat terbaik sesuai yang
diinginkan.
Penggunaan penanda genetik sangat membantu dalam mempercepat
proses seleksi. Apabila dalam pemuliaan konvensional seleksi dilakukan
berdasarkan pengamatan langsung terhadap sifat yang diamati, aplikasi
pemuliaan tanaman dengan penanda (genetik) dilakukan dengan melihat
hubungan antara alel penanda dan sifat yang diamati. Agar supaya teknik ini dapat
dilakukan, hubungan antara alel/genotipe penanda dengan sifat yang diamati
harus ditegakkan terlebih dahulu.
Gambar 10. Penanda genetic (Sumber:
http://www.isaaa.org/resources/publications/pocketk/19/default.asp)

3) Evaluasi
Bahan-bahan pemuliaan yang telah terpilih harus dievaluasi atau diuji
terlebih dahulu dalam kondisi lapangan karena proses seleksi pada umumnya
dilakukan pada lingkungan terbatas dan dengan ukuran populasi kecil. Evaluasi
dilakukan untuk melihat apakah keunggulan yang ditunjukkan sewaktu seleksi juga
dipertahankan dalam kondisi lahan pertanian terbuka dan dalam populasi besar.
Selain itu, bahan pemuliaan terpilih juga akan dibandingkan dengan kultivar yang
sudah lebih dahulu dirilis. Calon kultivar yang tidak mampu mengungguli kultivar
yang sudah lebih dahulu dirilis akan dicoret dalam proses ini. Apabila bahan
pemuliaan lolos tahap evaluasi, ia akan dipersiapkan untuk dirilis sebagai kultivar
baru.
Dalam praktek, biasanya ada tiga jenis evaluasi atau pengujian yang
diterapkan sebelum suatu kultivar dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan 20-
50 bahan pemuliaan terseleksi), uji daya hasil pendahuluan (maksimum 20), dan
uji multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil lanjutan, biasanya kurang dari
10). Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot percobaan semakin besar. Setiap
negara memiliki aturan tersendiri mengenai bakuan untuk masing-masing jenis
pengujian dan jenis tanaman.
Calon kultivar yang akan dirilis/dilepas ke publik diajukan kepada badan
pencatat (registrasi) perbenihan untuk disetujui pelepasannya setelah pihak yang
akan merilis memberi informasi mengenai ketersediaan benih yang akan
diperdagangkan.
http://blogismailputramanimpaho.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none.html.

2. Pemuliaan Tanaman Pangan dan Hortikultura

a. Tanaman Biji-bijian

1) Tanaman Jagung

a) Konstitusi Genetik Tanaman Menyerbuk Silang


Konstitusi genetik tanaman menyerbuk silang berada dalam keadaan
heterosigot dan heterogenus, sebab terjadi persilangan antara anggota populasi,
sehingga populasi merupakan pool hibrida. Pada populasi terjadi kumpulan gen,
yang merupakan total informasi genetik yang dimiliki oleh anggota populasi dari
suatu organisme yang berproduksi secara seksual. Kumpulan gen ini akan terjadi
rekombinasi antar gamet, masing-masing gamet mempunyai peluang yang sama
untuk bersatu dengan gamet yang lainnya. Persilangan demikian disebut kawin
acak (random mating). Dalam Individu tanaman populasi menyerbuk silang ini
terdapat kemungkinan adanya suatu lokus yang homosigot tetapi pada lokus
lainnya heterosigot. Hal ini terjadi karena jumlah rekombinasi gen hampir tidak
terbatas sehingga tiap-tiap individu tanaman dalam suatu populasi memiliki
genotipe yang berbeda.

Gambar 11. Penyerbukan silang tanaman jagung (Sumber:


https://www.akhmadshare.com/2016/12/cara-penyerbukan-silang-tanaman-
jagung.html)
 Pembentukan rekombinasi gen ini akan sama dari suatu generasi ke generasi
berikutnya sebagaimana kaidah Hardy-Weinberg yang dikenal dengan prinsip
”Keseimbangan Hardy – Weinberg” sebagai berikut: ”Frekuensi gen-gen
dalam suatu populasi kawin acak yang jumlah anggotanya tidak terhingga
akan tetap konstan dari generasi ke generasi”. Keseimbangan ini dapat
berubah apabila terdapat seleksi, tidak terjadi kawin acak, migrasi, ada mutasi
dan jumlah tanaman sedikit. Penyerbukan sendiri atau silang dalam pada
tanaman menyerbuk silang akan mengakibatkan terjadinya segregasi pada
lokus yang heterosigot, frekuensi genotipe yang homosigot bertambah dan
genotipe heterosigot berkurang, hal ini akan menyebabkan penurunan vigor
dan produktivitas tanaman, atau disebut juga depresi silang dalam.
Homosigositas paling cepat didapat dengan melalui silang diri (selfing). Efek
dari silang dalam (inbreeding) pada tanaman yaitu:
 Timbul keragaman fenotipe, penampilan tanaman kurang baik dibandingkan
tanaman asalnya seperti hasil yang lebih rendah, tanaman lebih pendek,
defisiensi klorofil yang nampak dengan timbulnya noda-noda pada daun
sampai pada keseluruhan tanaman. Sifat lain yang jarang terjadi yaitu
timbulnya endosperm yang tidak berguna dan resistensi terhadap beberapa
penyakit seperti karat, hawar dan bercak daun Helminthosporium dan
sebagainya. Adanya keragaman sangat berguna untuk memilih tanaman yang
dikehendaki.
 Silang dalam beberapa generasi akan mengakibatkan adanya perbedaan
antara galur, dan antara tanaman dalam galur makin seragam.
 Ciri utama akibat silang dalam adalah berkurangnya vigor tanaman yang
diikuti dengan pengurangan hasil, dan ini berhubungan erat dengan
pengurangan tinggi tanaman, panjang tongkol, dan beberapa karakter lain.
Pengurangan hasil akan berlangsung terus meskipun pengurangan ukuran
tanaman sudah tidak nampak.
 Adanya perbaikan dalam populasi dan perbaikan galur (recycle breeding)
penampilan galur semakin baik, dapat diperoleh galur yang hasilnya dapat
mencapai 2 - 4 t ha-1. Tanaman tegap, daun hijau, toleran rebah, tahan hama
dan penyakit.
Cara melakukan menyerbuk silang jagung dapat diihat pada Video 5 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=Ve4s7nwGIOk)
Gambar 12. Metode penyerbukan silang tanaman jagung (Sumber:
http://thophick.blogspot.co.id/2013/10/metode-pemuliaan-tanaman-jagung.html)

b) Sumber Genetik
Plasmanutfah merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keragaman tanaman, sehingga ada peluang untuk memperbaiki
karakter suatu populasi dan untuk membentuk varietas jagung. Indonesia miskin
plasmanutfah jagung sehingga dalam pemuliaan jagung perlu menjalin kerjasama
internasional untuk memperluas plasmanutfah kita. Tanpa adanya plasmanutfah
yang mengandung gen-gen baik, pemuliaan tanaman tidak dapat maju. Untuk
memperbesar keragaman genetik perlu adanya introduksi varietas/galur dari luar
negeri dan koleksi dari pusat-pusat produksi di dalam negeri. Koleksi ini harus
tetap dilestarikan dan dilakukan karakterisasi sehingga sewaktu-waktu dapat
digunakan dalam program pemuliaan. CIMMYT (Mexico) merupakan sumber
utama plasma nutfah dengan potensi hasil yang tinggi dan tahan terhadap
beberapa penyakit daun.
Gambar 13. Plasma nutfah jagung (Sumber: http://www.sridianti.com/wp-
content/uploads/2014/05/Pengertian-Plasma-Nutfah-300x186.jpg)

Koleksi plasma nutfah yang merupakan sumber gen karakter tertentu,


dikembangkan pool gen (gen pool) yang merupakan campuran/komposit dari
varietas-varietas bersari bebas, sintetik, komposit, dan hibirida. Pool gen ini
mengandung gen-gen yang diinginkan yang mungkin frekuensinya masih rendah.
Varietas atau hibrida hasil suatu program dapat dimasukkan ke dalam pool yang
telah ada (Subandi et al., 1988). Sebagai bahan untuk pembentukan varietas
sintetik diperlukan galur-galur inbrida yang memiliki daya gabung baik sedangkan
untuk varietas komposit diperlukan galur yang berdaya gabung umum yang baik
dan atau varietas yang memiliki variabilitas genetik yang luas.

c) Pembentukan dan Perbaikan Populasi Dasar


Pembentukan populasi dasar didahului dengan pemilihan plasma nutfah
untuk menentukan potensi perbaikan genetik secara maksimum sesuai dengan
yang diharapkan dari program pemuliaan, sedangkan cara atau prosedur
pemuliaan yang dipakai menentukan berapa dari potensi maksimum ini bisa
dicapai. Populasi dasar jagung yang digunakan di Balittan Malang pada seleksi
untuk hasil tinggi yaitu MC.B, MC.C, dan MC.D; seleksi untuk ketahanan terhadap
penyakit busuk pelepah yaitu Arjuna, Rama dan Pop.28; seleksi untuk umur
genjah yaitu MC.A, MC.F, ACER, dan Pop.31; dan seleksi untuk toleran terhadap
kekeringan yaitu Pool-2 dan Malang Komposit-9.
Untuk mendapatkan populasi superior, perbaikan populasi dilakukan
secara kontinyu melalui perbaikan dalam populasi (Intra population improvement)
dan perbaikan antar poopulasi (interpopulation improvement). Seleksi dalam
populasi bertujuan memperbaiki populasi secara langsung, sedangkan seleksi
antar populasi bertujuan memperbaiki persilangan antar populasi atau
memperbaiki galur hibrida yang berasal dari dua populasi terpilih secara resiprok.
Prinsip dasar dalam perbaikan populasi, yaitu meningkatkan frekuensi gen baik
(desirable genes) sehingga akan meningkatkan rerata populasi untuk karakter
yang ditentukan. Seleksi berulang (Recurrent selection) digunakan dalam
perbaikan populasi, yang juga melibatkan seleksi generasi silang diri (selfing) akan
membantu meningkatkan toleransi terhadap inbreeding dan meningkatkan
kapasitas populasi untuk menghasilkan galur-galur yang lebih vigor dan unggul.

Gambar 14. Skema perbaikan populasimelalui perbaikan dalam populasi (Intra


population improvement) dan perbaikan antar poopulasi (interpopulation
improvement) (Sumber: https://image.slidesharecdn.com/mpt-
9interpopulationimprovement-171015123700/95/mpt-9-interpopulation-
improvement-2-638.jpg?cb=1508071408)

Beberapa peneliti telah melaporkan kemajuan seleksi pada jagung


menggunakan seleksi berulang bolak balik (resiprocal recurrent selection). Dari
seleksi berulang bolak balik ini Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan tiga
varietas unggul jagung bersari bebas dan delapan hibirida.

d) Pembentukan Inbrida
Inbrida calon hibrida memiliki tingkat homozigositas tinggi. Inbrida jagung
biasanya diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) tetapi bisa juga diperoleh
melalui persilangan antar saudara. Dalam pembentukan inbrida perlu
dipertimbangkan antara kemajuan seleksi dengan pencapaian homozigositas.
Persilangan antar saudara dalam pembentukan inbrida akan memperlambat
fiksasi alel yang merusak dan memberi kesempatan seleksi lebih luas.
Keuntungan sendiri untuk membuat inbrida yang relatif homozigot dapat dilihat dari
laju inbriding, yaitu bahwa untuk memperoleh tingkat inbriding yang sama dengan
satu generasi penyerbukan sendiri diperlukan tiga generasi persilangan
sekandung (fullsib) atau enam generasi persilangan saudara tiri (halfsib).
Inbrida dapat dibentuk melalui varietas bersari bebas atau hibrida dan
inbrida lain. Pembuatan inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida pada
dasarnya berupa seleksi tanaman dan tongkol selama selfing. Seleksi dilakukan
berdasarkan bentuk tanaman yang baik dan ketahanan terhadap hama dan
penyakit utama. Pembentukan inbrida dari inbrida lain dibuat dengan jalan
menyilangkan dua inbrida dan disebut seleksi kumulatif. Seleksi selama
pembentukan galur berikutnya lebih terbatas, yaitu dalam batas-batas genotip
tanaman S0 yang diserbukkan sendiri (Moentono, 1988). Seleksi selama
pembentukan galur sangat efektif dalam memperbaiki sifat-sifat galur inbrida, dan
berfungsi memusnahkan galur-galur yang sulit diperbanyak serta menghambat
pembentukan benih.

e) Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas


Varietas komposit pada dasarnya merupakan campuran berbagai macam
bahan pemuliaan yang telah diketahui potensi produksinya, umurnya,
ketahanannya terhadap cekaman biotic dan abiotik serta sifat-sifat lainnya. Dalam
pembentukannya, biji dari berbagai galur dan hibrida dicampur jadi satu dan
ditanam beberapa generasi agar penyerbukan silang terjadi dengan baik. Setelah
4-5 generasi seleksi dapat dilakukan yakni setelah banyak kombinasi-kombinasi
baru. Seleksi ini dilakukan untuk peningkatan sifat populasi tersebut yang
disebabkan peningkatan frekwensi gen yang dikehendaki.
Oleh karena terdiri dari campuran galur, varietas bersari bebas dan hibrida,
maka melalui kawin acak akan terjadi banyak kombinasi-kombinasi baru. Dengan
demikian varietas ini dapat bertindak sebagai kumpulan gen (gene pool) yang
amat bermanfaat bagi pemuliaan tanaman menyerbuk silang, khususnya jagung
Gambar 15. Jagung bersari bebas (Sumber:
https://hargajagungbns.blogspot.co.id/2013/01/jagung-non-hibrida-jagung-
bersari-bebas.html)

f) Pembentukan Varietas Unggul Jagung Hibrida


Varietas hibrida adalah merupakan generasi pertama hasil persilangan
sepasang atau lebih tetua berupa galur inbrida, klon atau varietas bersari bebas
yang memiliki sifat unggul. Namun yang lebih banyak adalah persilangan antara
galur murni. Varietas hibrida dapat dibentuk baik pada tanaman menyerbuk
sendiri, maupun tanaman menyerbuk silang. Tanaman jagung merupakan
tanaman pertama yang menggunakan varietas hibrida secara komersial, yang
telah berkembang di Amerika Serikat sejak tahun 1930an (Hallauer 1987).
Pada awalnya hibrida yang dilepas ialah hibrida silang puncak ganda,
namun sekarang lebih banyak hibrida silang tunggal dan modifikasi silang tunggal
yang dilepas. Hibrida silang tunggal mempunyai potensi hasil tinggi dan tanaman
lebih seragam dari hibrida yang lain. Materi populasi dasar pembentukan galur
inbrida dapat berupa varietas bersari bebas, varietas hibrida, varietas lokal, dan
plasmanutfah introduksi.
Gambar 16. Jagung hibrida (Sumber:
http://8villages.com/full/petani/article/id/57be7b9e23711b310df42ae6)

Video teknologi produksi benih jagung hibrida dapat dilihat Video 6


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=OVaxrzutz4o)

g) Pembentukan Varietas Unggul Jagung Khusus (speciality Corn)


Jagung khusus adalah jagung yang memiliki sifat-sifat khusus seperti
jagung yang memiliki mutu protein tinggi (QPM = Quality Protein Maize), jagung
yang berkadar tepung, minyak dan bioetanol tinggi, jagung manis, jagung pulut,
jagung biomas, dan jagung umur genjah. Jagung dengan sifat khusus tersebut
dapat dibentuk melalui program pemuliaan tanaman yang berulang dan
terprogram. Metode pemuliaan silang balik dapat diterapkan untuk
mengintrograsikan gen-gen donor dari jagung khusus yang yang berproduktivitas
rendah ke jagung normal yang berproduktivitas tinggi. Dengan demikian, akan
diperoleh jagung yang memiliki sifat khusus yang diinginkan dengan produktivitas
tinggi.
Jagung mutu protein tinggi (QPM) merupakan jagung yang memiliki
kandungan protein tinggi, khususnya lisin dan triptofan tinggi. Awal dari perbaikan
genetik terhadap mutu protein dipicu oleh penemuan gen-gen opaque dan floury
yang dilaporkan dapat mengubah kandungan lisin dan triptofan pada endosperma
biji (Zuber, et al., 1975). Dari sejumlah gen yang telah berhasil diidentifikasi, hanya
gen opaque-2 (o2) dan floury2 (fl2) yang sering dimanfaatkan dalam memperbaiki
sifat endosperma jagung (Mertz et al., 1964; Nelson et al., 1965). Pada awalnya,
CIMMYT menggunakan kedua gen tersebut, namun dalam perkembangan
berikutnya lebih memfokuskan kepada pemanfaatan gen o2 (Vasal, 2000).

Gambar 17. Contoh jagung varietas unggul (Sumber:


http://8villages.com/full/petani/article/id/5a1fc994b62e5cf65e90af53)

Jagung pulut (waxy corn) di beberapa daerah sering digunakan sebagai


jagung rebus karena rasanya yang enak dan gurih. Hal ini disebabkan oleh
kandungan amilopektin pada jagung pulut yang hampir mencapai 100%.
Endosperm jagung biasa terdiri atas campuran 72% amilopektin dan 28 % amilosa
(Jugenheimer, 1985), sedangkan menurut Bates et al. (1943) dalam: Alexander
dan Creech (1977 ) menyatakan kandungan endosperm jagung pulut hampir
semuanya amilopektin. Pada jagung pulut terdapat gen resesif wx dalam keadaan
homosigot (wxwx) yang mempengaruhi komposisi kimia pati sehingga
menyebabkan rasa yang enak dan gurih.
Jagung pulut potensi hasilnya rendah hanya mencapai 2-2,5 ton/ha dan
secara umum tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini varietas pulut belum
banyak mendapat perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya
padahal permintaan jagung pulut terus meningkat terutama untuk industri jagung
marning. Untuk pembuatan jagung marning dibutuhkan biji jagung pulut yang
ukurannya lebih besar karena kualitasnya lebih bagus, lebih baik dibanding
dengan menggunakan biji kecil. Untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mengintrogresikan gen pulut ke jagung putih yang bijinya lebih besar,
produktivitasnya lebih tinggi dan memiliki nilai biologis yang tinggi atau dengan
membentuk jagung pulut hibrida yang berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih besar.
Jagung manis (sweet corn) sudah umum terdapat di kota-kota besar.
Jagung ini dikonsumsi dalam bentuk jagung muda, mempunyai rasa manis dan
enak. Rasa manis disebabkan oleh kandungan gula yang tinggi, bahkan ada
beberapa varietas yang dapat dibuat sirup. Jagung manis mempunyai biji-biji yang
berisi endosperm manis, mengkilap dan tembus pandang ketika belum masak, dan
bila kering berkerut.
Pada varietas jagung manis terdapat suatu gen resesif yang mencegah
perubahan gula menjadi pati (Purseglove, 1992). Gen yang sudah umum
digunakan adalah su2 (standard sugary) dan sh2 (shrunken). Gen su2 merupakan
gen standar sedangkan gen sh2 menyebabkan rasa lebih manis dan dapat
bertahan lebih lama disebut supersweet. Apabila kedua gen berada dalam satu
genotype maka disebut sugary supersweet. Menurut Straughn (1907) dalam:
Alexander dan Creech (1977) kandungan gula pada biji yang masak berbeda pada
setiap kultivar jagung manis, tergantung pada derajat kerutannya. Kerutan yang
dalam lebih banyak mengandung gula dibandingkan kerutan yang dangkal.

h) Metode Seleksi Dalam Pemuliaan Tanaman Jagung

 Seleksi Massa (Mass Selection)


Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai
karakter-karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk
generasi berikutnya. Seleksi massa tanpa ada evaluasi famili. Prosedur seleksi
massa tidak berbeda dengan seleksi massa untuk tanaman menyerbuk sendiri.
Seleksi massa merupakan prosedur yang sederhana dan mudah, sudah
dipraktekkan petani sejak dimulainya pembudidayaan tanaman. Seleksi massa
kemungkinan dapat dijadikan dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang
dan seleksi massa adalah dasar pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies
tanaman menyerbuk silang, sebelum dikembangkan program perbaikan tanaman.
Gambar 18. Skema pelaksanna seleksi massa (Sumber:
http://slideplayer.info/slide/2984156/11/images/7/Seleksi+Massa+Pelaksanaan:.j
pg)

 Musim I
Tanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi
lain yang berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi
kontaminasi tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari
cara anjuran agar genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum,
terutama untuk seleksi hasil biji.
Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan. Pemilihan
dapat dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan
akhirnya pada waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih
sebelumnya dan masih menunjukkan karakter yang diinginkan. Biji hasil
tanaman terpilih dicampur menjadi satu untuk generasi berikutnya.
Pencampuran dapat dilakukan dengan mengambil jumlah yang sama untuk
masing-masing tanaman terpilih agar semua tanaman terpilih
menyumbangkan frekuensi gamit yang sama.
 Musim II
Prosedur pada musim I dilakukan kembali sampai beberapa musim,
sampai populasi mempunyai karakter pada tingkat yang diinginkan. Seleksi
massa efektif untuk karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi artinya tidak
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena pemilihan hanya
berdasarkan satu individu pada satu lokasi dan satu musim.
Seleksi massa dilakukan berdasarkan satu tetua. Pada tanaman jagung
dipilih berdasarkan tetua betina, karena asal tetua betinanya diketahui d engan
pasti yaitu tanaman yang terpilih, sedang tetua jantan yaitu asal tepungsari yang
menyerbuki tanaman terpilih tidak diketahui. Untuk karakter yang dapat dipilih
sebelum berbunga, seleksi dapat dilakukan untuk kedua tetua, baik tetua jantan
maupun tetua betina. Tanaman yang tidak terpilih dibuang sehingga penyerbukan
terjadi antara tanaman terpilih atau dibuat persilangan buatan antara tanaman
terpilih. Seleksi berdasarkan kedua tetua akan memberikan kemajuan seleksi yang
lebih besar daripada seleksi berdasarkan satu tetua saja.
Pada seleksi ini pemilihan berdasarkan individu tanaman, sehingga apabila
lahannya mempunyai kesuburan yang tidak merata (heterogen) maka tanaman
yang terpilih belum tentu karena pengaruh genetik, sehingga salah pilih. Untuk
mengurangi faktor lingkungan ini Gardner et al. (1981) telah berhasil menaikkan
hasil biji jagung varietas Hays-Golden dengan total respon kenaikan 23% dari
populasi asal selama 10 generasi seleksi massa (di atas 10 tahun), dan respon
tiap generasi adalah 2.8%. Keberhasilan Gardner dengan menggunakan seleksi
massa terhadap hasil biji jagng tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik
untuk memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:
 Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji
yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
 Lahan pertanaman berukuran 0.2-0.3 ha dipelihara dengan pemberian
pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil
keragaman lingkungan.
 Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan
ukuran ± 4 x 5 m.
 Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10 tanaman.
 Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000-5000
tanaman, yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil
yang terdiri dari 40 tanaman.
 Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)
Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain
disebut head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection”
Bagan pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (1899) dalam Dahlan,
(1994) di Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan
protein yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini
merupakan modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan
(progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar
seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman.
Langkah-langkah pelaksanaan seleksi ear-to-row:
 Musim I
Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari
populasi yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap
tanaman bijinya dipanen terpisah.
 Musim II
Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-
barisan keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap
individu fenotip tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan
membandingkan baris-baris keturunan.
 Musim III
Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk
ditanam di tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak. Dalam
pencampuran tersebut diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang
baik untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris
keturunan adalah saudara tiri (half sibs), dengan demikian metode ini
memasukkan pengujian tanpa ulangan dari keturunan-keturunan bersari
bebas dari tanaman terpilih. Karena kita memilih satu tongkol satu baris,
maka kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya inbreeding cukup
besar. Karena satu tongkol menjadi satu baris yang dalam baris itu
merupakan satu famili. Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan
genetik pada proses seleksinya.
 Seleksi Pedigri (Pedigree Selection)
 Musim 1
Tanam populasi dasar sekitar 3000 – 5000 tanaman. Pilih 300 –
400 tanaman yang mempunyai karakter yang dikehendaki dan buat
silangdiri untuk menghasilkan galur S1. Panen terpisah tanaman hasil
silangdiri yang masih mempunyai karakter yang diinginkan.
 Musim 2
Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari tiap tongkol ditanam satu
baris dengan ±25 tanaman. Seleksi secara fisual dilakukan antara famili
dan dalam famili (baris) yang tanamannya tegap, tidak rebah, bebas hama
penyakit dan sebagainya, dan pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih
untuk silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol, pilih 1 - 3 tongkol
hasil silangdiri tiap baris terpilih dan diperoleh biji S2.

Gambar 19. Tahapan seleksi pedigree (Sumber:


https://www.sumber.com/edukasi/pengetahuan-umum/sumber/pedigree.html)

 Musim 3
Biji yang diperoleh pada musim 2 ditanam lagi biji dari tongkol hasil
silangdiri (S2) satu tongkol satu baris dengan 15-25 tanaman. Seleksi
diteruskan antara baris dan dalam baris. Pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang
terpilih untuk dibuat silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol dan
diperoleh biji S3.
 Musim 4
Biji yang diperoleh pada musim 3 hasil silangdiri (S3) yang terpilih
tanaman lagi seperti pada musim 3. Silangdiri dilakukan lagi sampai
generasi keenam (S6) untuk memperoleh galur yang mendekati
homozigot.Pada pembuatan galur dapat dilakukan seleksi terhadap hama
dan penyakit utama dengan inokulasi/investasi buatan.

Gambar 20. Seleksi Pedigree (Sumber: http://www.21stcentech.com/heard-


marker-assisted-breeding/)

 Seleksi Curah (Bulk Selection)


Seleksi metode curah adalah prosedur dengan mencampur biji dengan
jumlah yang sama dari tongkol hasil silangdiri. Apabila dilakukan silang diri 300
tanaman ambil 4 biji dari tiap tongkol untuk ditanam lagi. Lakukan silangdiri lagi
300 tanaman yang dikehendaki dan ambil lagi 4 biji dari tiap tongkol dan pekerjaan
ini dilakukan 4 generasi dan galur S4 ini dievaluasi daya gabungnya. Modifikasi
dapat dilakukan dengan mengevaluasi daya gabung pada S1 dan galur terpilih
dilanjutkan silangdiri tetapi biji dari 1-3 tongkol dari hasil silangdiri masing-masing
galur terpilih dicampur dan silangdiri dilanjutkan sampai mencapai homozigot.
Seleksi curah dapat menghemat biaya dan dapat dilakukan dengan banyak
populasi sekaligus.

Gambar 21. Seleksi bulk (Sumber:


https://amorphophallus.wordpress.com/tag/seleksi-bulk/ )

 Seleksi Fenotip Berulang (Phenotypic Recurrent Selection)


Seleksi fenotip berulang adalah seleksi dari generasi ke generasi dengan
diselingi oleh persilangan antara tanaman-tanaman terseleksi agar terjadi
rekombinasi. Sparague and Brimhall (1952) telah menggunakan prosedur seleksi
ini dalam menaikkan kadar minyak yang tinggi pada varietas jagung ”Stiff Stalk
Synthetic”. Langkah-langkah pelaksanaan seleksi fenotip berulang adalah:
 Musim I : Tanam ±100 tanaman S0 dan dilakukan persilangan sendiri
(selfing) bijinya diuji kandungan minyaknya.
 Musim II : Seleksi 10% tongkol S1 dengan persentase minyak tertinggi
ditanam satu tongkol satu baris dan saling silang (Intercrossing). Biji-biji
dengan jumlah yang sama dari tiap tongkol dicampur untuk diseleksi pada
generasi berikutnya.
 Seleksi Berulang untuk Daya Gabung Umum (Recurrent Selection for General
Combining Ability)
Seleksi ini awalnya disarankan oleh Jenkins dengan anggapan bahwa daya
gabung dapat ditentukan sejak dini. Prosedur seleksi sebagai berikut:
 Musim I : Tanam populasi dasar dan pilih tanaman-tanaman yang
mempunyai karakter yang diinginkan. Lakukan persilangan sendiri (selfing)
tanaman terpilih tersebut untuk memperoleh galur S1. Saat panen hanya
dipilih tanaman-tanaman yang masih menunjukkan karakter yang
diinginkan.
 Musim II: Sebagian benih S1 digunakan untuk membuat persilangan antara
galur S1 dengan populasi asal. Populasi itu sendiri digunakan sebagai
tetua penguji. Sisa benih S1 disimpan untuk digunakan dalam rekombinasi.
 Musim III: Evaluasi famili saudara tiri (silang puncak) yang diperoleh pada
musim kedua. Evaluasi dalam rancangan acak kelompok atau rancangan
latis umum (generalized lattice) dengan 2 – 4 ulangan pada 1 – 3 lokasi.
Berdasarkan evaluasi ini pilih famili superior.
 Musim IV: Rekombinasi famili terpilih dengan menggunakan biji S1 hasil
pada musim pertama dengan cara perbandingan jantan betina untuk
membentuk populasi baru.
 Musim V: Tanam populasi hasil rekombinasi pada musim 4 dan buat
persilangan sendiri seperti ada musim I untuk daur kedua.

 Seleksi Silang Balik (Backcross)


Prosedur seleksi ini digunakan untuk memperbaiki galur yang sudah ada
tetapi perlu ditambah karakter yang lain seperti ketahanan terhadap hama
penyakit. Galur yang hendak diperbaiki yaitu tetua pengulang (recurrent parent)
karakter-karakternya tetap dipertahankan kecuali karakter yang hendak
diintrogressikan dari tetua donor. Galur A (tetua pengulang) disilangkan dengan
galur donor X, selanjutnya F1 atau F2 disilangkan kembali dengan galur A. Dengan
beberapa silang balik dengan galur A akan diperoleh galur A’ yang karakternya
sama dengan galur tetapi mengandung gen yang diinginkan yang berasal dari
galur X. Dalam silang balik harus jelas karakter yang diinginkan sehingga dapat
diikuti selama proses seleksi. Pada tanaman F1 mengandung 50% gen-gen galur
A, silang balik 1 (BC1) peluangnya 75%, bc2 meningkat menjadi 87,5%, bc3
peluangnya menjadi 93,75% dan bc4 meningkat peluangnya menjadi 96,875%.
Namun harus diikuti daya gabungnya jangan sampai berubah dari galur
pasangannya dalam pembuatan hibrida.

Gambar 22. Seleksi silang balik (Backcross) (Sumber:


http://slideplayer.info/slide/3164526/ http://slideplayer.info/slide/3164526/ )

2) Tanaman Kedelei
Kedelai merupakan tanaman semusim yang sering dibudidayakan petani
selain tanaman padi. Seperti tanaman pada umumnya kedelai akan berbunga
ketika memasuki masa generatifnya (kira-kira 40 HST). Bunga akan muncul pada
ketiak daun secara bergerombol hingga 3-5 bunga. Dalam satu gerombol ini bunga
mekar tidak serempak.

Gambar 23. Kedelai (Sumber: http://ekogeo-


ekogeo.blogspot.co.id/2016/12/kedelai-sumber-protein-nabati.html)
Tanaman kedelai ini merupakan tanaman menyerbuk sendiri (autogami) yang
memiliki bunga sempurna (hermaprhodit/banci) karena putik dan benangsari
terletak dalam satu bunga. Bunga kedelai berbentuk kupu-kupu dengan 3 mahkota
yang menutupi alat kelamin secara sempurna (oleh sebab itu dinyatakan bahwa
tanaman kedelai merupakan penyerbuk sendiri). Bunga kedelai berukuran sekitar
5-8mm ketika membuka penuh. Warna mahkota bervariasi ada yang ungu ataupun
putih tergantung dari varietas yang ditanam. Putik bunga sangat kecil berukuran
sekitar 3 mm dan berbentuk menyerupai calon polong. Setelah pembuahan terjadi
putik tidak akan gugur dan berkembang menjadi polong kedelai. Benangsari bunga
kedelai juga berukuran sangat kecil. Tangkai benangsari menyatu dan membentuk
suatu selaput tipis yang menutupi/mengelilingi putik. Selaput ini mendukung
benangsari diatasnya.
Bunga ini akan mulai membuka pada pukul 05.00 pagi. Penyerbukan alami
akan terjadi pada saat serbuk sari matang yaitu pada saat bunga mekar sempurna
(06.00-10.00). Pada saat itulah hendaknya penyerbukan/persilangan tanaman
dilakukan. Letak anther pada bunga kedelai lebih panjang daripada stigma
(disebut juga dengan heteromorfik). Namun demikian, bunga kedelai anther
(benangsari) dan stigma (putik) memiliki panjang yang berbeda (heteromorfik).
Letak kelopak bunga dan benangsari sejajar sehingga terkadang menjadi
penghalang persilangan yang akan dilakukan.
Video perilangan kedelai dapat dilihat pada Video 7 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=deFeFveDEK8)

a) Persilangan
Alat yang harus dipersiapkan untuk menyilangkan bunga adalah pinset,
benang plastik penutup putik dan label. Secara umum proses persilangan bunga
kedelai sama dengan teknik persilangan biasa.
Gambar 24. Persilangan kacang kedelai (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=0uTpmbr8zcE)

b) Pemilihan Bunga Sebagai Induk Betina


Satu hal yang harus diketahui bersama adalah tanaman kedelai
merupakan tanaman menyerbuk sendiri sehigga tanpa penyerbukan bantuan,
secara alami bunga akan terserbuki. Bunga yang dipilih pada adalah bunga
yag masih kuncup sehingga dapat diyakini putik bunga belum terserbuki.

c) Kastrasi
Kastrasi dilakukan untuk menghindari penyerbukan sendiri (selfing).
Kastrasi dilakukan dengan mengambil seluruh perhiasan bunga dan tentu saja
alat kelamin jantan (benangsari). Kastrasi pada bunga kedelai cukup sulit
dilakukan karena bunga berukuran kecil (sekitar 5-7mm ketika mekar
sempurna) juga karena tangkai benangsari yang saling melekat dan
membentuk seludang (selaput) menutupi putik.
Untuk membuka seludang benangsari gunakanlah pinset dan
goyangkan perlahan2 hingga seludang terbuka, kemudian cabutlah seludang
tersebut maka benagsari akan tercabut. Pada proses ini lakukanlah dengan
hati-hati karena dikhawatirkan putik akan terluka dan akhirnya tidak fertile lagi.

d) Penyerbukan
Untuk mempermudah penyerbukan maka ambillah sekuntum bunga
dari varietas lain, periksa benangsarinya apakah masih dalam keadaan segar.
kemudian oleskan pada bunga yang sudah dikastrasi
e) Pembuangan bunga
Dalam satu dompol terdapat cukup banyak bunga. untuk
mempermudah pengamatan maka bunga dalam dompol yang sama segera
dibuang dengan cara menggunting bunga tersebut. hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam pengamatan polong.

Gambar 25. Pembuangan bunga (Sumber:


http://marufah.blog.uns.ac.id/2010/10/07/teknik-silang-bunga-kedelai/ )

f) Pelabelan
Jangan lupa melakukan pelabelan agar persilangan mudah diamati. Jika
persilangan berhasil maka setelah tiga hari putik akan membentuk polong.
http://brintek.blogspot.co.id/2013/04/teknik-persilangan-buatan-pada-
tanaman.html

b. Tanaman Serealia

1) Padi
Persilangan padi secara buatan dilakukan dengan campur tangan
manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan membuat
kombinasi persilangan untuk menghasilkan tanaman yang sesuai dengan
keinginan. Varietas padi unggul hasil persilangan dikelompokkan berdasarkan
tipologi lahan budi dayanya, yaitu padi sawah, padi gogo, dan padi rawa.
Gambar 26. Padi (Sumber: http://travel.tribunnews.com/2017/03/18/patut-
diacungi-jempol-begini-jadinya-tanaman-padi-jika-berada-di-tangan-masyarakat-
aomori-jepang)

Persilangan padi secara buatan pada umumnya menghasilkan tanaman


yang relatif pendek, berumur genjah, anakan produktif banyak, dan hasil tinggi.
Sementara itu persilangan secara alami menghasilkan tanaman yang relative
tinggi, berumur panjang, anakan produktif sedikit, dan produktivitas rendah. Untuk
menghasilkan varietas padi baru melalui persilangan diperlukan waktu 5-10 tahun.
Terdapat beberapa metode persilangan buatan yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan varietas unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross(SC),
silang puncak atau top cross(TC), silang ganda atau double cross(DC), silang balik
atau back cross(BC), dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode persilangan
multi cross(MC). Silang tunggal hanya melibatkan dua tetua saja. Silang puncak
merupakan persilangan antara F1 dari silang tunggal dengan tetua lain. Silang
ganda merupakan persilangan antara F1 dengan F1 hasil dari dua persilangan
tunggal. Silang balik adalah persilangan F1 dengan salah satu tetuanya. Silang
banyak merupakan persilangan yang melibatkan lebih dari empat tetua. Tanda
persilangan antara tetua menggunakan garis miring (/). Dua garis miring
menunjukan persilangan antara suatu hibrida dengan suatu varietas, contoh: A/B
= SC, A/B//C = TC, A/B//C/D = DC (Harahap 1982).
Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak
diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan
sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat
penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga
(spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut
tidak boleh rusak, oleh karena itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi.
Untuk proses penyerbukan, semua lampu di ruang persilangan dinyalakan
sejak pagi hari agar suhu ruangan meningkat untuk mempercepat pemasakan
tepung sari. Suhu ruangan sekitar 32 o C dengan kelembapan udara 80%. Bunga
jantan diambil dari lapangan sekitar pukul 09.00 pagi kemudian disimpan dalam
bak plastic yang disiapkan di ruang persilangan (Soedyanto et al. 1978).
Tanaman hasil penyerbukan dipelihara di rumah kaca sampai biji hasil
persilangan masak. Setelah 3-4 minggu, malai dipanen kemudian dikeringkan
dengan cara dijemur atau dioven. Biji yang sudah kering dirontok kemudian
dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dicatat dalam buku persilangan (Sadjad
1993). Video persilangan padi dapat dilihat pada Video 8 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=pAGUG2qV79U)

Gambar 27. Persilangan padi (Sumber:


https://www.youtube.com/watch?v=BKJlImOCVkU)

Benih F1 hasil persilangan dapat ditanam sebagai bahan seleksi pada


tahap pemuliaan selanjutnya. Dari benih F1 hingga menjadi varietas unggul
diperlukan banyak tahapan kegiatan dan waktu antara 5-10 tahun.
Langkah ataupun tahap-tahap pengerjaan yang dilakukan didalam persilangan
padi ini adalah sebagai berikut:

a) Pemilihan calon tetua yang akan dijadikan tetua jantan dan tetua betina
b) Kastrasi atau Emaskulasi
Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak
diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan
sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat
penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga
(spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut
tidak boleh rusak. Oleh karena itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi. Bunga
pada malai yang akan dikastrasi dijarangkan hingga tinggal 15-50 bunga.
Sepertiga bagian bunga dipotong miring menggunakan gunting kemudian
benang sari diambil dengan alat penyedot jarum pentul maupun dengan pinset.
Bunga yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag (kertas
sungkup) agar tidak terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki. Waktu
yang baik untuk melakukan kastrasi adalah setelah pukul 3.00 sore. Stadia bunga
yang baik untuk dikastrasi adalah pada saat ujung benang sari berada pada
pertengahan bunga. Pada stadia demikian, benang sari akan mekar dalam 1-2
hari.

c) Penyerbukan
Untuk proses penyerbukkan sebaiknya dilakukan satu hari setelah proses
kastrasi. Setelah kepala sari membuka, segera dilakukan penyerbukan. Bunga
betina yang sudah dikastrasi dibuka tutupnya kemudian bunga jantan diletakkan
di atasnya. Dengan bantuan jari tangan, bunga digoyang-goyang hingga tepung
sari jatuh dan menempel pada kepala putik. Bak plastik tempat menyimpan bunga
disusun sedemikian rupa sehingga mudah dalam pengambilan bunga saat
penyerbukan. Penyerbukan dapat dilakukan pada pukul 10.00-13.00.

d) Isolasi dan Pemeliharaan


Bunga yang sudah diserbuki segera ditutup dengan kantong kertas
transparan atau glacine bag . Pada malai dipasang etiket (label data) yang
mencantumkan tanggal silang, nama tetua, jumlah malai yang disilangkan, dan
dapat juga dicantumkan nama yang menyilangkan . Penulisan identitas sangat
penting untuk legitimasi genotip baru yang dihasilkan. Tanaman hasil penyerbukan
dipelihara di rumah kaca sampai biji hasil persilangan masak. Setelah 3-4 minggu,
malai dipanen kemudian dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven. Biji yang
sudah kering dirontok kemudian dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dicatat
dalam buku persilangan. Benih F1 hasil persilangan dapat ditanam sebagai bahan
seleksi pada tahap pemuliaan selanjutnya.
Persilangan dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul tanaman padi
dengan melakukan kawin silang antara dua varietas tanaman padi yang ingin di
dapatkan sifat unggulnya. Penyilangan dilakukan ketika bunga padi belum mekar
untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri. Bunga padi merupakan bunga
panjang dan berkelamin dua. Bunga-bunga mekar pada tiap malai dari bawah
keatas, atau dari luar kedalam, yaitu kearah poros. Lamanya pembungaan dari
tiap malai berkisar antara 5 sampai 10 hari
Pemotongan bagian bunga padi dilakukan pada pagi hari karena bunga
padi dapat dengan cepat mekar pada keadaan cuaca yang terang dan banyak
mendapat sinar matahari. Bunga yang akan diemaskulasi dipilih bunga yang
belum mekar atau hampir mekar sehubungan dengan itu maka pertumbuhan
kuncup bunga perlu diamati dengan seksama. Emaskulasi dapat dilakukan pada
pagi hari hingga pukul 08.00 yaitu pada suhu rendah dengan udara yang cukup
lembab, maka kepala sari itu biasanya masih tertutup rapat, sehingga dengan
mudah benang sari dapat dibuang dalam keadaan utuh. Kastrasi dilakukan
dengan cara menggunting sepertiga bagian bulir padi kemudian dikumpulkan
benang sarinya. Selanjutnya dilakukan penyilangan dengan menabur benang sari
pada pada bunga yang di jadikan induk betina, setelah di lakukan penyilangan
bunga segra diisolasi dengan melakukan pengerudungan, pengerudungan pada
bunga tersebut bisa dengan plastik ataupun kertas tahan air hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyerbukan oleh serbuk sari asing, pengerudungan harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjaddi kerusakan.
Polinasi dilakukan pada siang hari, sekitar pukul 10.30. Dilakukan dengan
cara menaburkan benang sari varietas sebagai induk jantan ke kepala putik
varietas sebagai induk betina dengan menggunakan kuas. Tujuan dari polinasi
adalah menggabungkan dua sifat dari dua varietas tanaman ke dalam satu tubuh
tanaman. Oleh karena itu, sifat tanaman hasil persilangan (F1) merupakan
gabungan sifat diantara kedua tetuanya. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam
melakukan polinasi adalah lamanya daya hidup (viabilitas) serbuk sari.
Gambar 28. Polinasi (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=_pcyUbLjtGw )

Kombinasi sifat dari kedua tetua pada F1 terjadi secara acak, jadi bisa saja
kombinasi sifat yang ada pada F1 bersifat lebih menguntungkan dari kedua
tetuanya. Karena sifat kedua tetua berbeda satu dengan yang lainnya, maka
keturunan yang diperoleh dapat mempunyai sifat-sifat baru yang berbeda dengan
sifat yang ada pada kedua induknya. Keturunan F1 bersifat heterozigot dan
mengalami pemisahan pada generasi berikutnya.
Hibridisasi yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri agar berhasil
sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dilakukan pemilihan tetua yang
memiliki potensi genetik yang diinginkan. Pemilihan tetua ini sangat tergaantung
pada karakter tanaman yang akan digunakan, yaitu apakah termasuk karakter
kualitatif atau kuantitatif. Tujuan dari setiap program pemuliaan tanaman adalah
untuk menyatukan gamet jantan dan gamet betina yang diinginkan dari tetua yang
terpilih. Karakter kualitatif menunjukkan fenotip yang berbeda akibat adanya
genotip yang berbeda pula. Sedangkan pemilihan tetua untuk karakter kuantitatif
jauh lebih sulit karena perbedaan fenotif belum tentu disebabkan oleh genotif yang
berbeda. Karena faktor lingkungan juga mempengaruhi terhadap penampilan dari
fenotif yang ada. http://jurkaniodoy.blogspot.co.id/2015/12/persilangan-p-
persilangan-pada-tanaman.html
c. Tanaman Sayuran

1) Cabe

a) Persiapan
Persiapan di sini ialah persiapan untuk melakukan kastrasi dan
penyerbukan silang, yang harus di persiapkan ialah meliputi penyediaan alat-alat
antara lain pisau kecil yang tajam, gunting, pinset dengan ujung yang runcing,
jarum yang panjang dan lurus, alcohol dalam botol kecil yang berguna untuk
mensterilkan alat-alat tersebut dan juga wadah untuk tempat serbuk sari .
Perlengkapan lainya nyang perlu di persiapkan ialah label dari kertas yang tahan
air, dan selanjut nya label tersebut di beri nomor urut.

Gambar 29. Persilangan buatan cabai (Sumber:


https://www.youtube.com/watch?v=UoF4I2CTbtg)

b) Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di
sekitar bunga yang akan di emaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup
bunga yang tidak di pakai serta organ tanaman lain yang menganggu kegiatan
persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi .
secara umum alat yang di gunakan adalah gunting, pisau, dan pinset.

c) Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan ( stamen )
pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan
sendiri. Emaskulasi terutama di lakukan pada tanaman berumah satu ya ng
Hermaprodit dan Fertile. Cara emaskulasi tergantung pada morfologi bunga nya .
d) Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang di emaskulasi tidak terserbuki oleh
serbuk sari asing . sehingga baik bunga jantan maupun bunga etina harus di
kerudungi dengan kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan air, kain, plastic
dan lain-lain. Ukuran kantung di sesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang
bersangkutan , usahakan agar kantong dapat tahan dengan baik dan tidak mudah
lepas.

e) Pengumpulan serbuk sari


Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat di mulai beberapa
jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar . bila letak pohon tetua betina jauh
dari pohon jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke
tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas
layu dan tahan lama dalam keadaan segar , hendak nya kuncup bunga itu di petik
dan di angkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah
matahari terbenam.

f) Penyerbukan
Penyerbukan buatan di lakukan antara tanaman yang berbeda genetic
nya. Pelaksanaanya terdiri dari pengumpulan pollen ( serbuk sari ) yang viable
atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukan nya ke
stigma tetua betina yang telah di lakukan emaskulasi.

Gambar 30. Persilangan cabai (Sumber:


https://www.youtube.com/watch?v=9Wk-fqmxGJM)
Video persilangan cabai dapat dilihat pada Video 9 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=9Wk-fqmxGJM)

g) Pelabelan
Ukuran dan bentuk label berbeda-beda dan umum nya label terbuat dari
kertas tahan air. Secara umum pada label tertulis informasi tentang nomor yang
membedakan tanaman satu dengan tanaman lainya, waktu emaskulasi, waktu
penyerbukan, nama tetua jantan dan tetua betina, dan kode pemulia atau yang
menyilangkan nya . http://tokoilmulo.blogspot.co.id/2014/09/teknik-persilangan-
pada-tanaman-cabai.html

Gambar 31. Pelabelan persilangan cabai (Sumber:


https://www.youtube.com/watch?v=mBNTaY-IKX0)

2) Tomat
Dalam pengembangan pemuliaan tanaman, perlu diperhatikan perbedaan
yang mana yang merupakan hasil gen dan hasil pengaruh lingkungan. Usaha
memperoleh varietas baru melalui persilangan antar individu merupakan salah
satu metode untuk dapat memperbesar variabilitas genetik. Dari persilangan
tersebut akan memperbanyak pilihan dalam kombinasi baru dari gen-gen yang
diturunkan dari kedua tetuanya (Jaya, 2011). Video persilangan tanaman tomata
dapat dilihat pada Video 10 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=YkQ3R5koS9Y)
Gambar 32. Tomat (Sumber: https://www.slideshare.net/hnistiq/tanaman-tomat)

Kastrasi adalah suatu kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di


sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup
bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang akan mengganggu
selama kegiatan persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk
kegiatan kastrasi. Kastrasi umumnya menggunakan gunting, pisau atau pinset
dengan bantuan plastik untuk menghindari kontaminasi setelah pelepasan
mahkota dan kelopak. Kemudian emaskulasi adalah kegiatan membuang alat
kelamin jantan (stamen) pada tetua betina sebelum mekar atau sebelum terjadi
penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman berumah satu
yang berifat hermaprodit dan fertile (Yunialti, 2013)
http://agrotekunhas.blogspot.co.id/2017/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Gambar 33. Hasil persilangan tomat (Sumber:


https://www.youtube.com/watch?v=qAWcsB1Mv_c)
3. Pemuliaan Tanaman Perkebunan
Pemuliaan tanaman adalah kegiatan mengubah susunan genetik individu
maupun populasi tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan tanaman kadang-
kadang disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara tanaman
untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian, pada kenyataannya, kegiatan
penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan. Selain melakukan penangkaran,
pemuliaan berusaha memperbaiki mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang
lebih bermanfaat.

Gambar 34. Tanaman perkebunan (Sumber:


https://www.kompasiana.com/sae/59a392a5ade2e10bc51d9a62/strategi-
program-perbenihan-perkebunan#&gid=1&pid=1)

Pengetahuan mengenai perilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam


budidaya tanaman merupakan hal yang paling menentukan keberhasilan usaha
pemuliaan, sehingga buku-buku teks seringkali menyebut pemuliaan tanaman
sebagai seni dan ilmu memperbaiki keturunan tanaman demi kemaslahatan
manusia.[1] Di perguruan tinggi, pemuliaan tanaman biasa dianggap sebagai
cabang agronomi (ilmu produksi tanaman) atau genetika terapan, karena sifat
multidisiplinernya.
Tujuan dalam pemuliaan tanaman dapat bersifat spesifik. Tanaman di
bagian kanan atas warna daunnya menjadi merah apabila tempat tumbuhnya
mengandung nitrogen dioksida. Sifat ini dimanfaatkan untuk mendeteksi
keberadaan ranjau yang melepaskan senyawa tersebut.
Tujuan dalam program pemuliaan tanaman didasarkan pada strategi
jangka panjang untuk mengantisipasi berbagai perubahan arah konsumen atau
keadaan lingkungan. Pemuliaan padi, misalnya, pernah diarahkan pada
peningkatan hasil, tetapi sekarang titik berat diarahkan pada perakitan kultivar
yang toleran terhadap kondisi ekstrem (tahan genangan, tahan kekeringan, dan
tahan lahan bergaram) karena proyeksi perubahan iklim dalam 20–50 tahun
mendatang. Tujuan pemuliaan akan diterjemahkan menjadi program pemuliaan.
Ada dua tujuan umum dalam pemuliaan tanaman: peningkatan kepastian terhadap
hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.[4] Peningkatan
kepastian terhadap hasil biasanya diarahkan pada peningkatan daya hasil, cepat
dipanen, ketahanan terhadap organisme pengganggu atau kondisi alam yang
kurang baik bagi usaha tani, serta kesesuaian terhadap perkembangan teknologi
pertanian yang lain. Hasil yang tinggi menjamin terjaganya persediaan bahan
mentah untuk diolah lebih lanjut. Tanaman yang berumur singkat (genjah) akan
memungkinkan efisiensi penggunaan lahan yang lebih tinggi. Ketahanan terhadap
organisme pengganggu atau kondisi alam yang tidak mendukung akan membantu
pelaku usaha tani menghindari kerugian besar akibat serangan hama, penyakit,
serta bencana alam. Beberapa tanaman tertentu yang dalam usaha budidayanya
melibatkan banyak peralatan mekanik memerlukan populasi yang seragam atau
khas agar dapat sesuai dengan kemampuan mesin dalam bekerja.
Usaha perbaikan kualitas produk adalah tujuan utama kedua. Tujuan
semacam ini dapat diarahkan pada perbaikan ukuran, warna, kandungan bahan
tertentu (atau penambahan serta penghilangan substansi tertentu), pembuangan
sifat-sifat yang tidak disukai, ketahanan simpan, atau keindahan serta keunikan.
Perkembangan bioteknologi di akhir abad ke-20 telah membantu pemuliaan
terhadap tanaman yang mampu menghasilkan bahan pangan dengan kandungan
gizi tambahan (pangan fungsional) atau mengandung bahan pengobatan tertentu
(pharmcrops, kegiatannya dikenal sebagai crop pharming).
http://www.anekamakalah.com/2012/12/pengertian-pemuliaan-tanaman.html

a. Kelapa
Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi
pembawa perubahan teknologi.Peningkatan produksi tanaman pangan salah
satunya disebabkan oleh penggunaan varitas-varitas unggul disertai teknik
budidaya yang lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Varitas
unggul baru diperoleh melalui pemuliaan tanaman, baik yang dilakukan oleh
lembaga penelitian pemerintah maupun indusrti benih yang mempunyai devisi
litbang. Hasil pemuliaan tanaman berupa varitas baru mempunyai keunggulan
yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melalui perbanyakan yang
sekaligus mempertahankan kebenaran genetik dan mutu benihnya.

Gambar 35. Kelapa (Sumber: http://www.burangir.com/manfaat-buah-kelapa-


untuk-kesehatan/)

Bidang produksi benih dapat dikelompokkan menjadi produksi benih


sumber dan produksi benih komersial. Produksi benih komersial perlu didukung
dengan program produksi benih sumber secara terus menerus agar dapat
menjamin kontinyutas ketersediaan benih bagi petani pengguna. Di Indonesia,
untuk benih non hibrida dikenal kelas benih yaitu: Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok dan Benih Sebar. Selama produksi benih dilakukan upaya-upaya
agar diperoleh benih dengan mutu yang tinggi.Dalam hal ini tercakup mutu genetik,
fisiologis dan fisik.
Mutu genetik mencakup keunggulan varitas tersebut dan kemurniannya
tinggi.Mutu fisik dicerminkan dengan bentuk, ukuran, kebersihan, keseragaman,
warna dan kecerahan. Mutu fisiologis mencakup kadar air benih, viabilitas dan
vigor benih. Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan produksi benih
adalah : mutu benih sumber, areal produksi kondisi iklim dan musim yang tepat,
teknik memproduksi benih, penanganan panen dan pasca panen.Semua faktor
dan tahap produksi benih perlu dikendalikan agar diperoleh benih berkualitas tinggi
dan jumlah maksimal. Untuk itu perlu diketahui faktor faktor yang dapat
mempengaruhi mutu dan hasil benih sehingga dapat diterapkan teknik produksi
yang tepat.

Gambar 36. Kelapa dalam (Sumber: http://disbun.kaltimprov.go.id/statis-34-


komoditi-kelapa-dalam.html)

Hasil survei plasma nutfah in situ di 11 provinsi diperoleh tiga aksesi Kelapa
Genjah dan22 aksesi Kelapa Dalam. Setelah dievaluasi datakomponen buah dan
produksi kopra ditetapkan 4kultivar sebagai calon tetua hibrida yaitu GenjahKuning
Nias (GKN) asal Sumatera Utara, DalamTenga (DTA) asal Sulawesi Utara, Dalam
Bali (DBI) asal Bali dan Dalam Palu (DPU) asal Sulawesi Tengah (Liyanage, 1975).
Kemudian sejak tahun 1973/1974 dilakukan hibridisasi antara Kelapa Genjah dan
ketiga Kelapa Dalam tersebut yaitu GKN x DTA, GKN x DBI dan GKNx DPU
(Liyanage, 1974). Ketiga jenis kelapa hibrida ini ditanam di dua lokasi yaitu Kebun
Percobaan Mapanget, Sulut pada ketinggian 80 mdpl dan Kebun Percobaan
Pakuwon, Jabar pada ketinggian 450 m dpl.
Hasil penelitian di Mapanget menunjukkan bahwa pembungaan pertama
ketiga jenis kelapa hibrida ini ternyata lebih awal dibandingkan ketiga tetua Kelapa
Dalam yaitu 42 bulan sejak berkecambah dibandingkan 52-56 bulan pada Kelapa
Dalam. Produksi kopra ketiga hibrida ini pada umur lima tahun adalah 1,4-2,0
ton/ha (Novarianto et al., 1984). Pembungaan pertama ketiga kelapa Hibrida yang
sama di Pakuwon lebih lambat sekitar 10 bulan sedangkan untuk Kelapa Dalam
sekitar 20 bulan dibandingkan jenis yang sama di Mapanget. Produksi kopra pada
umur delapan tahun di Pakuwon berkisar 2,2-2,7 ton/ha, pada umur sembilan
tahun meningkat antara 3,66-4,22 ton/ha (Novarianto et al., 1992). Pengamatan
lebih lanjut terhadap jenis kelapa hibrida ini di Mapanget ternyata saat berumur 10
tahun telah mencapai hasil 4,7-5,0 ton kopra/ha. Analisis daya gabung
memperlihatkan efek heterosis yang nyata pada hasil kopra. Ketiga jenis kelapa
Hibrida ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 1984 dengan nama
KHINA- 1 untuk silangan GKN x DTA, KHINA-2 untuk silangan GKN x DBI, dan
KHINA-3 untuk silangan GKN x DPU.
Hasil observasi yang dilakukan terhadap KHINA-1, 2, dan 3 yang tetuanya
diseleksi dari individu tetua betina GKN yang berbunga di bawah 28 bulan, dan
tetua jantan DTA, DBI, DPU yang berbunga di bawah 45 bulan, menunjukkan
bahwa pembungaan awal KHINA-1 pada umur 24 bulan, KHINA-2 pada umur 25
bulan, dan KHINA-3 pada umur 23 bulan sedangkan keseluruhan populasi lainnya
berbunga masingmasingpada umur 38 , 40, dan 39 bulan (Tenda etal., 1988).
Walaupun kelapa hibrida lebih cepat berbuah,ternyata pada 1-3 tahun
pertama ditemukanmasalah patah tandan muda.Masalah iniditemukan baik pada
kelapa hibrida local (KHINA) maupun introduksi (PB-121). Hasilpengamatan buah
yang gugur dari tandan yangpatah beragam antara 5-10 bulan, dan
persentasegugur beragam antara 8,59-29,95%. Penyebabnya adalah jumlah dan
berat buah/tandan.Penanggulanganpatah tandan muda telah berhasilditemukan
teknologinya yaitu dengan menggunakantali berpengait (Mahmud et al., 1990).
Lahan pasang surut yang tersebar diSumatera, Kalimantan dan Irian Jaya
diperkirakansekitar tujuh juta hektar berpotensi untukpertanian.Salah satu jenis
tanaman yang berpeluang dikembangkan di lahan ini adalah kelapa dan telah
diusahakan petani sejak lama.Gambar 2. Penampilan tanaman kelapa varietas
KHINA-1Foto : PuslitbangbunPerakitan kelapa hibirida intervarietas dan
pengembangannya di Indonesia (Elsje T. Tenda) 39Hasil penelitian di lahan
pasang surut terhadaplima jenis kelapa hibrida di antaranya KHINA-1dan PB-121
ternyata pertumbuhan vegetatif,generatif, jumlah buah dan produksi
kopra/hasampai umur lima tahun sama potensinya. Dalamhal komponen buah,
berat buah yang terberatadalah Kelapa Hibrida KHINA-1, untuk beratsabut KHINA-
1 dan PB-121, berat air buahKHINA-1, berat tempurung KHINA-1 dan PB-121, dan
berat daging buah KHINA-1 (Luntunganet al., 1994).
Hasil evaluasi Kelapa Hibrida KHINA-1yang ditanam di beberapa lokasi di
Minahasa dan Bolaang Mongondow menunjukkan bahwa dengan pemeliharaan
yang sangat terbatas, sama dengan Kelapa Dalam rata-rata produksi
kopra/pohon/tahun di Sidate 20–22 kg,Solimandungan 22 kg, Koka 21,5 kg,
Wasian 17,81 kg, dan Pandu 27,14 kg. Apabila dikonversi ke hektar maka
produksinya di atas 2,5 ton/ha/tahun (Tenda et al., 1997). Hasil analisis stabilitas
hasil KHINA dan tetuanya yang diamati selama 5 tahun menunjukkan bahwa
KHINA-3 (GKN xDPU) dan DPU mampu beradaptasi pada keadaan musim yang
berfluktuasi, sedangkan KHINA-1 (GKN x DTA) tergolong jenis kelapa hibrida
untuk lingkungan yang spesifik seperti di Kebun Percobaan Mapanget Sulut
mampu berproduksi sampai 2,8 ton kopra/ha/tahun tanpa pemeliharaan yang
berarti (Tenda etal.,1998). Hasil penelitian Tampake et al. (2002) menunjukkan
bahwa KHINA-1 lebih adaptif dibandingkan PB-121 baik di lahan mineral maupun
di lahan gambut.

Gambar 37. Kelapa hibrida (Sumber: http://www.faunadanflora.com/panduan-


lengkap-cara-budidaya-kelapa-hibrida/)
Karakteristik daging buah kelapa berhubungandengan pemanfaatannya
sebagaibahan baku dalam bidang industri. Galaktomananmerupakan salah satu
penyebab sifatkenyal (rubbery) pada kopra. Sifat kenyal akanmenurun sejalan
dengan menurunnya kadargalaktomanan. Kopra yang bersifat tidak
kenyaldiperoleh dari Kelapa DTA dan KHINA-3 umur12 bulan. Selanjutnya, kelapa
dengan kadarfosfolipid yang tinggi tidak diinginkan karenaberhubungan dengan
perubahan warna kelapaparut kering (dessicated coconut) selama
penyimpanan.Kadar fosfolipid yang rendah diperoleh dari Kelapa KHINA-2 umur
12-13 bulan, KHINA-3 umur 12 bulan, DTA umur 12 bulan, sertaKelapa Hibrida
PB-121 yang berumur lebih dari13 bulan (Djatmiko, 1991).
http://kickfahmi.blogspot.co.id/2012/10/budidaya-dan-pemuliaan-tanaman-
kelapa.html
Rangkuman
Plasma nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan karena di sini
tersimpan berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing
nomor koleksi (aksesi). Plasma nutfah merupakan sumber gen yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan keragaman tanaman, sehingga ada peluang
untuk memperbaiki karakter suatu populasi dan untuk membentuk varietas
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk merakit individu yang memiliki
sifat yang diinginkan adalah introduksi bahan koleksi, persilangan, manipulasi
kromosom, mutasi dengan paparan radioaktif atau bahan kimia tertentu,
penggabungan (fusi) protoplas/inti sel, manipulasi urutan gen, transfer gen, dan
manipulasi regulasi gen. Introduksi adalah mendatangkan bahan tanam dari
tempat lain (introduksi) merupakan cara paling sederhana untuk meningkatkan
keragaman (variabilitas) genetic. Persilangan merupakan cara yang paling populer
untuk meningkatkan variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang karena murah,
efektif, dan relatif mudah dilakukan.
Pemuliaan tanaman dengan bantuan mutasi (dikenal pula sebagai
pemuliaan tanaman mutasi) adalah teknik yang pernah cukup populer untuk
menghasilkan variasi-variasi sifat baru. Macam-macam mutasi yakni: mutasi gen,
genom, kromosom dan mutasi plastidom dan Plasmon. Terdapat beberapa
metode persilangan buatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas
unggul padi, yaitu silang tunggal atau single cross (SC), silang puncak atau top
cross (TC), silang ganda atau double cross (DC), silang balik atau back cross (BC),
dan akhir-akhir ini dikembangkan pula metode persilangan multi cross (MC).

Anda mungkin juga menyukai