Pokok-Pokok Materi
Uraian Materi
a. Plasma Nuftah
Plasma nutfah adalah bahan baku dasar pemuliaan karena di sini
tersimpan berbagai keanekaragaman sifat yang dimiliki oleh masing-masing
nomor koleksi (aksesi). Tanpa keanekaragaman, perbaikan sifat tidak mungkin
dilakukan. Usaha pencarian plasma nutfah baru berarti eksplorasi ke tempat-
tempat yang secara tradisional menjadi pusat keanekaragaman hayati (atau
hutan) atau dengan melakukan pertukaran koleksi. Video contoh plasma nutfah
dapat dilihat pada Video 1 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=LYtso4u9qbg)
Gambar 1. Keragaman plasma nutfah (Sumber:
https://www.slideshare.net/hengkyhermawan5/seminar-pak-udin-konservasi-
plasma-nutfah)
1) Introduksi
Intoduksi adalah mendatangkan bahan tanam dari tempat lain (introduksi)
merupakan cara paling sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas)
genetik. Seleksi penyaringan (screening) dilakukan terhadap koleksi plasma
nutfah yang didatangkan dari berbagai tempat dengan kondisi lingkungan yang
berbeda-beda. Pengetahuan tentang pusat keanekaragaman (diversitas)
tumbuhan penting untuk penerapan cara ini. Contoh pemuliaan yang dilakukan
dengan cara ini adalah pemuliaan untuk berbagai jenis tanaman buah asli
Indonesia, seperti durian dan rambutan, atau tanaman pohon lain yang mudah
diperbanyak secara vegetatif, seperti ketela pohon dan jarak pagar. Introduksi
dapat dikombinasi dengan persilangan. Introduksi tanaman selain menambah
keragaman tanaman mempunyai manfaat lain yaitu :
Memajukan bidang industri,dengan mendatangkan tanaman-tanaman industri
seperti tanaman kehutanan, tanaman obat-obatan dan tanaman industri
lainnya.
Memenuhi kebutuhan aestetik dengan mendatangkan tanaman-tanaman
ornamental untuk melengkapi koleksi kebun-kebun, taman-taman, gedung-
gedung sehingga menciptakan keindahan tersendiri.
Untuk mempelajari asal, distribusi, klasifikasi dan evolusi dari tanaman
dengan jalan memelihara tanaman yang diintroduksi di tempat tertentu
kenmudian dipelejari data-datanya secara mendetail. Untuk peningkatan mutu
tanaman.
Video teknologi introduksi tanaman bawang merah dapat dilihat pada Video 2
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=dSiQr7ao6_E)
Gambar 3. Introduksi tanaman sorghum dari afrika (Sumber:
http://fis8.blogspot.co.id/2015/12/introduksi-tanaman.html)
2) Persilangan
Persilangan merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan
variabilitas genetik, bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif
mudah dilakukan. Walaupun secara teknis relatif mudah, keberhasilan persilangan
perlu mempertimbangkan ketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan
lingkungan yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas
keturunan. Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga dapat berpengaruh
pada keberhasilan persilangan. Pada sejumlah tanaman, seperti jagung, padi, dan
Brassica napus (rapa), penggunaan teknologi mandul jantan dapat membantu
mengurangi hambatan teknis karena persilangan dapat dilakukan tanpa bantuan
manusia. Video contoh persilangan tanaman pada tanaman jagung dapat dilihat
pada Video 3 (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=cj1zgYHMnnE).
Macam-macam Mutasi :
1) Mutasi gen :
Dapat terjadi baik pada jaringan vegetatif maupun generatif dari tanaman.
Gen letaknya teratur dalam kromosom, dengan pengaruh fisis/khemis maka letak
gen dalam kromosom secara spontan dapat berubah, sehingga menghadapi
mutasi gen. Mutasi gen bukan saja menyebabkan perubahan phenotype saja
tetapi juga menyebabkan terpengaruhnya pertumbuhan, pertukaran zat dan
proses-proses fisiologis lainnya. Sebagai contoh mutasi pada buah jeruk seperti
pada gambar berikut ini.
2) Mutasi genom :
Pada peristiwa ini jumlah genome individu mengalami perubahan dan
mutasi genome selalu mengakibatkan gejala heteroploid/ amphidiploid/ aneuploid
yaitu gejala terbentuknya individu poliploid dimana jumlah kromosomnya bukan
merupakan kelipatan yang sempurna dari genom/haploidnya.
3) Mutasi Kromosom
Ada beberapa macam Mutasi Kromosom
Fragmentasi : peristiwa terpecahnya kromosom
Translokasi : pertukaran segmen/potongan kromosom yang tidak
Homolog
Inversi : terputusnya bagian kromosom dan tersusun kembali
dengan arah
terbalik
Defisiensi : hilangnya bagian kromosom yang terletak pada ujung
ujungnya
Delesi : hilangnya bagian kromosom yang ditengah
Duplikasi : penggandaan bagian kromosom
d. Transfer Gen
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba,
hewan, atau tanaman), atau dapat pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tanaman
penerima dengan harapan gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan
keunggulan tanaman tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat
penentangan dari kelompok-kelompok lingkungan karena kultivar yang dihasilkan
dianggap membahayakan lingkungan jika dibudidayakan.
e. Manipulasi kromosom
Cara ini adalah semua manipulasi ploidi, baik poliploidisasi (penggandaan
genom) maupun pengubahan jumlah kromosom. Gandum roti dikembangkan dari
penggabungan tiga genom spesies yang berbeda-beda. Semangka tanpa biji
dikembangkan dari persilangan semangka tetraploid dengan semangka diploid.
Pengubahan jumlah kromosom (seperti pembuatan galur trisomik atau
monosomik) biasanya dilakukan sebagai alat analisis genetik untuk menentukan
posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu. Galur dengan jumlah kromosom yang
tidak berimbang seperti itu mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Teknik
pemuliaan ini sebenarnya juga mengandalkan persilangan dalam praktiknya.
1) Identifikasi Keunggulan
Usaha perluasan keanekaragaman akan menghasilkan banyak bahan
yang harus diidentifikasi. Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas
dalam menguji banyak bahan pemuliaan. Di masa lalu identifikasi dilakukan
dengan pengamatan yang mengandalkan naluri seorang pemulia dalam memilih
beberapa individu unggulan. Program pemuliaan modern mengandalkan
rancangan percobaan yang diusahakan seekonomis tetapi seakurat mungkin.
Percobaan dapat dilakukan di laboratorium untuk pengujian genotipe/penanda
genetik atau biokimia, di rumah kaca untuk penyaringan ketahanan terhadap hama
atau penyakit, atau lingkungan di bawah optimal, serta di lapangan terbuka. Tahap
identifikasi dapat dilakukan terpisah maupun terintegrasi dengan tahap seleksi.
2) Seleksi
Banyak metode seleksi yang dapat diterapkan, penggunaan masing-
masing ditentukan oleh berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal,
berpenyerbukan sendiri, atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi target
pemuliaan, serta ketersediaan biaya dan fasilitas, serta jenis kultivar yang akan
dibuat. Tanaman yang dapat diperbanyak secara klonal merupakan tanaman yang
relatif mudah proses seleksinya. Keturunan pertama hasil persilangan dapat
langsung diseleksi dan dipilih yang menunjukkan sifa-sifat terbaik sesuai yang
diinginkan.
Penggunaan penanda genetik sangat membantu dalam mempercepat
proses seleksi. Apabila dalam pemuliaan konvensional seleksi dilakukan
berdasarkan pengamatan langsung terhadap sifat yang diamati, aplikasi
pemuliaan tanaman dengan penanda (genetik) dilakukan dengan melihat
hubungan antara alel penanda dan sifat yang diamati. Agar supaya teknik ini dapat
dilakukan, hubungan antara alel/genotipe penanda dengan sifat yang diamati
harus ditegakkan terlebih dahulu.
Gambar 10. Penanda genetic (Sumber:
http://www.isaaa.org/resources/publications/pocketk/19/default.asp)
3) Evaluasi
Bahan-bahan pemuliaan yang telah terpilih harus dievaluasi atau diuji
terlebih dahulu dalam kondisi lapangan karena proses seleksi pada umumnya
dilakukan pada lingkungan terbatas dan dengan ukuran populasi kecil. Evaluasi
dilakukan untuk melihat apakah keunggulan yang ditunjukkan sewaktu seleksi juga
dipertahankan dalam kondisi lahan pertanian terbuka dan dalam populasi besar.
Selain itu, bahan pemuliaan terpilih juga akan dibandingkan dengan kultivar yang
sudah lebih dahulu dirilis. Calon kultivar yang tidak mampu mengungguli kultivar
yang sudah lebih dahulu dirilis akan dicoret dalam proses ini. Apabila bahan
pemuliaan lolos tahap evaluasi, ia akan dipersiapkan untuk dirilis sebagai kultivar
baru.
Dalam praktek, biasanya ada tiga jenis evaluasi atau pengujian yang
diterapkan sebelum suatu kultivar dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan 20-
50 bahan pemuliaan terseleksi), uji daya hasil pendahuluan (maksimum 20), dan
uji multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil lanjutan, biasanya kurang dari
10). Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot percobaan semakin besar. Setiap
negara memiliki aturan tersendiri mengenai bakuan untuk masing-masing jenis
pengujian dan jenis tanaman.
Calon kultivar yang akan dirilis/dilepas ke publik diajukan kepada badan
pencatat (registrasi) perbenihan untuk disetujui pelepasannya setelah pihak yang
akan merilis memberi informasi mengenai ketersediaan benih yang akan
diperdagangkan.
http://blogismailputramanimpaho.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-
false-en-us-x-none.html.
a. Tanaman Biji-bijian
1) Tanaman Jagung
b) Sumber Genetik
Plasmanutfah merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keragaman tanaman, sehingga ada peluang untuk memperbaiki
karakter suatu populasi dan untuk membentuk varietas jagung. Indonesia miskin
plasmanutfah jagung sehingga dalam pemuliaan jagung perlu menjalin kerjasama
internasional untuk memperluas plasmanutfah kita. Tanpa adanya plasmanutfah
yang mengandung gen-gen baik, pemuliaan tanaman tidak dapat maju. Untuk
memperbesar keragaman genetik perlu adanya introduksi varietas/galur dari luar
negeri dan koleksi dari pusat-pusat produksi di dalam negeri. Koleksi ini harus
tetap dilestarikan dan dilakukan karakterisasi sehingga sewaktu-waktu dapat
digunakan dalam program pemuliaan. CIMMYT (Mexico) merupakan sumber
utama plasma nutfah dengan potensi hasil yang tinggi dan tahan terhadap
beberapa penyakit daun.
Gambar 13. Plasma nutfah jagung (Sumber: http://www.sridianti.com/wp-
content/uploads/2014/05/Pengertian-Plasma-Nutfah-300x186.jpg)
d) Pembentukan Inbrida
Inbrida calon hibrida memiliki tingkat homozigositas tinggi. Inbrida jagung
biasanya diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) tetapi bisa juga diperoleh
melalui persilangan antar saudara. Dalam pembentukan inbrida perlu
dipertimbangkan antara kemajuan seleksi dengan pencapaian homozigositas.
Persilangan antar saudara dalam pembentukan inbrida akan memperlambat
fiksasi alel yang merusak dan memberi kesempatan seleksi lebih luas.
Keuntungan sendiri untuk membuat inbrida yang relatif homozigot dapat dilihat dari
laju inbriding, yaitu bahwa untuk memperoleh tingkat inbriding yang sama dengan
satu generasi penyerbukan sendiri diperlukan tiga generasi persilangan
sekandung (fullsib) atau enam generasi persilangan saudara tiri (halfsib).
Inbrida dapat dibentuk melalui varietas bersari bebas atau hibrida dan
inbrida lain. Pembuatan inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida pada
dasarnya berupa seleksi tanaman dan tongkol selama selfing. Seleksi dilakukan
berdasarkan bentuk tanaman yang baik dan ketahanan terhadap hama dan
penyakit utama. Pembentukan inbrida dari inbrida lain dibuat dengan jalan
menyilangkan dua inbrida dan disebut seleksi kumulatif. Seleksi selama
pembentukan galur berikutnya lebih terbatas, yaitu dalam batas-batas genotip
tanaman S0 yang diserbukkan sendiri (Moentono, 1988). Seleksi selama
pembentukan galur sangat efektif dalam memperbaiki sifat-sifat galur inbrida, dan
berfungsi memusnahkan galur-galur yang sulit diperbanyak serta menghambat
pembentukan benih.
Musim I
Tanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi
lain yang berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi
kontaminasi tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari
cara anjuran agar genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum,
terutama untuk seleksi hasil biji.
Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan. Pemilihan
dapat dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan
akhirnya pada waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih
sebelumnya dan masih menunjukkan karakter yang diinginkan. Biji hasil
tanaman terpilih dicampur menjadi satu untuk generasi berikutnya.
Pencampuran dapat dilakukan dengan mengambil jumlah yang sama untuk
masing-masing tanaman terpilih agar semua tanaman terpilih
menyumbangkan frekuensi gamit yang sama.
Musim II
Prosedur pada musim I dilakukan kembali sampai beberapa musim,
sampai populasi mempunyai karakter pada tingkat yang diinginkan. Seleksi
massa efektif untuk karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi artinya tidak
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena pemilihan hanya
berdasarkan satu individu pada satu lokasi dan satu musim.
Seleksi massa dilakukan berdasarkan satu tetua. Pada tanaman jagung
dipilih berdasarkan tetua betina, karena asal tetua betinanya diketahui d engan
pasti yaitu tanaman yang terpilih, sedang tetua jantan yaitu asal tepungsari yang
menyerbuki tanaman terpilih tidak diketahui. Untuk karakter yang dapat dipilih
sebelum berbunga, seleksi dapat dilakukan untuk kedua tetua, baik tetua jantan
maupun tetua betina. Tanaman yang tidak terpilih dibuang sehingga penyerbukan
terjadi antara tanaman terpilih atau dibuat persilangan buatan antara tanaman
terpilih. Seleksi berdasarkan kedua tetua akan memberikan kemajuan seleksi yang
lebih besar daripada seleksi berdasarkan satu tetua saja.
Pada seleksi ini pemilihan berdasarkan individu tanaman, sehingga apabila
lahannya mempunyai kesuburan yang tidak merata (heterogen) maka tanaman
yang terpilih belum tentu karena pengaruh genetik, sehingga salah pilih. Untuk
mengurangi faktor lingkungan ini Gardner et al. (1981) telah berhasil menaikkan
hasil biji jagung varietas Hays-Golden dengan total respon kenaikan 23% dari
populasi asal selama 10 generasi seleksi massa (di atas 10 tahun), dan respon
tiap generasi adalah 2.8%. Keberhasilan Gardner dengan menggunakan seleksi
massa terhadap hasil biji jagng tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik
untuk memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:
Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji
yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
Lahan pertanaman berukuran 0.2-0.3 ha dipelihara dengan pemberian
pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil
keragaman lingkungan.
Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan
ukuran ± 4 x 5 m.
Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10 tanaman.
Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000-5000
tanaman, yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil
yang terdiri dari 40 tanaman.
Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)
Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain
disebut head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection”
Bagan pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (1899) dalam Dahlan,
(1994) di Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan
protein yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini
merupakan modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan
(progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar
seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman.
Langkah-langkah pelaksanaan seleksi ear-to-row:
Musim I
Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari
populasi yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap
tanaman bijinya dipanen terpisah.
Musim II
Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-
barisan keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap
individu fenotip tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan
membandingkan baris-baris keturunan.
Musim III
Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk
ditanam di tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak. Dalam
pencampuran tersebut diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang
baik untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris
keturunan adalah saudara tiri (half sibs), dengan demikian metode ini
memasukkan pengujian tanpa ulangan dari keturunan-keturunan bersari
bebas dari tanaman terpilih. Karena kita memilih satu tongkol satu baris,
maka kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya inbreeding cukup
besar. Karena satu tongkol menjadi satu baris yang dalam baris itu
merupakan satu famili. Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan
genetik pada proses seleksinya.
Seleksi Pedigri (Pedigree Selection)
Musim 1
Tanam populasi dasar sekitar 3000 – 5000 tanaman. Pilih 300 –
400 tanaman yang mempunyai karakter yang dikehendaki dan buat
silangdiri untuk menghasilkan galur S1. Panen terpisah tanaman hasil
silangdiri yang masih mempunyai karakter yang diinginkan.
Musim 2
Biji yang diperoleh pada musim 1 (S1) dari tiap tongkol ditanam satu
baris dengan ±25 tanaman. Seleksi secara fisual dilakukan antara famili
dan dalam famili (baris) yang tanamannya tegap, tidak rebah, bebas hama
penyakit dan sebagainya, dan pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang terpilih
untuk silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol, pilih 1 - 3 tongkol
hasil silangdiri tiap baris terpilih dan diperoleh biji S2.
Musim 3
Biji yang diperoleh pada musim 2 ditanam lagi biji dari tongkol hasil
silangdiri (S2) satu tongkol satu baris dengan 15-25 tanaman. Seleksi
diteruskan antara baris dan dalam baris. Pilih 3 - 5 tanaman dari baris yang
terpilih untuk dibuat silangdiri. Panen terpisah masing-masing tongkol dan
diperoleh biji S3.
Musim 4
Biji yang diperoleh pada musim 3 hasil silangdiri (S3) yang terpilih
tanaman lagi seperti pada musim 3. Silangdiri dilakukan lagi sampai
generasi keenam (S6) untuk memperoleh galur yang mendekati
homozigot.Pada pembuatan galur dapat dilakukan seleksi terhadap hama
dan penyakit utama dengan inokulasi/investasi buatan.
2) Tanaman Kedelei
Kedelai merupakan tanaman semusim yang sering dibudidayakan petani
selain tanaman padi. Seperti tanaman pada umumnya kedelai akan berbunga
ketika memasuki masa generatifnya (kira-kira 40 HST). Bunga akan muncul pada
ketiak daun secara bergerombol hingga 3-5 bunga. Dalam satu gerombol ini bunga
mekar tidak serempak.
a) Persilangan
Alat yang harus dipersiapkan untuk menyilangkan bunga adalah pinset,
benang plastik penutup putik dan label. Secara umum proses persilangan bunga
kedelai sama dengan teknik persilangan biasa.
Gambar 24. Persilangan kacang kedelai (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=0uTpmbr8zcE)
c) Kastrasi
Kastrasi dilakukan untuk menghindari penyerbukan sendiri (selfing).
Kastrasi dilakukan dengan mengambil seluruh perhiasan bunga dan tentu saja
alat kelamin jantan (benangsari). Kastrasi pada bunga kedelai cukup sulit
dilakukan karena bunga berukuran kecil (sekitar 5-7mm ketika mekar
sempurna) juga karena tangkai benangsari yang saling melekat dan
membentuk seludang (selaput) menutupi putik.
Untuk membuka seludang benangsari gunakanlah pinset dan
goyangkan perlahan2 hingga seludang terbuka, kemudian cabutlah seludang
tersebut maka benagsari akan tercabut. Pada proses ini lakukanlah dengan
hati-hati karena dikhawatirkan putik akan terluka dan akhirnya tidak fertile lagi.
d) Penyerbukan
Untuk mempermudah penyerbukan maka ambillah sekuntum bunga
dari varietas lain, periksa benangsarinya apakah masih dalam keadaan segar.
kemudian oleskan pada bunga yang sudah dikastrasi
e) Pembuangan bunga
Dalam satu dompol terdapat cukup banyak bunga. untuk
mempermudah pengamatan maka bunga dalam dompol yang sama segera
dibuang dengan cara menggunting bunga tersebut. hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan dalam pengamatan polong.
f) Pelabelan
Jangan lupa melakukan pelabelan agar persilangan mudah diamati. Jika
persilangan berhasil maka setelah tiga hari putik akan membentuk polong.
http://brintek.blogspot.co.id/2013/04/teknik-persilangan-buatan-pada-
tanaman.html
b. Tanaman Serealia
1) Padi
Persilangan padi secara buatan dilakukan dengan campur tangan
manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan membuat
kombinasi persilangan untuk menghasilkan tanaman yang sesuai dengan
keinginan. Varietas padi unggul hasil persilangan dikelompokkan berdasarkan
tipologi lahan budi dayanya, yaitu padi sawah, padi gogo, dan padi rawa.
Gambar 26. Padi (Sumber: http://travel.tribunnews.com/2017/03/18/patut-
diacungi-jempol-begini-jadinya-tanaman-padi-jika-berada-di-tangan-masyarakat-
aomori-jepang)
a) Pemilihan calon tetua yang akan dijadikan tetua jantan dan tetua betina
b) Kastrasi atau Emaskulasi
Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak
diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan
sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat
penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga
(spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut
tidak boleh rusak. Oleh karena itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi. Bunga
pada malai yang akan dikastrasi dijarangkan hingga tinggal 15-50 bunga.
Sepertiga bagian bunga dipotong miring menggunakan gunting kemudian
benang sari diambil dengan alat penyedot jarum pentul maupun dengan pinset.
Bunga yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag (kertas
sungkup) agar tidak terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki. Waktu
yang baik untuk melakukan kastrasi adalah setelah pukul 3.00 sore. Stadia bunga
yang baik untuk dikastrasi adalah pada saat ujung benang sari berada pada
pertengahan bunga. Pada stadia demikian, benang sari akan mekar dalam 1-2
hari.
c) Penyerbukan
Untuk proses penyerbukkan sebaiknya dilakukan satu hari setelah proses
kastrasi. Setelah kepala sari membuka, segera dilakukan penyerbukan. Bunga
betina yang sudah dikastrasi dibuka tutupnya kemudian bunga jantan diletakkan
di atasnya. Dengan bantuan jari tangan, bunga digoyang-goyang hingga tepung
sari jatuh dan menempel pada kepala putik. Bak plastik tempat menyimpan bunga
disusun sedemikian rupa sehingga mudah dalam pengambilan bunga saat
penyerbukan. Penyerbukan dapat dilakukan pada pukul 10.00-13.00.
Kombinasi sifat dari kedua tetua pada F1 terjadi secara acak, jadi bisa saja
kombinasi sifat yang ada pada F1 bersifat lebih menguntungkan dari kedua
tetuanya. Karena sifat kedua tetua berbeda satu dengan yang lainnya, maka
keturunan yang diperoleh dapat mempunyai sifat-sifat baru yang berbeda dengan
sifat yang ada pada kedua induknya. Keturunan F1 bersifat heterozigot dan
mengalami pemisahan pada generasi berikutnya.
Hibridisasi yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri agar berhasil
sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dilakukan pemilihan tetua yang
memiliki potensi genetik yang diinginkan. Pemilihan tetua ini sangat tergaantung
pada karakter tanaman yang akan digunakan, yaitu apakah termasuk karakter
kualitatif atau kuantitatif. Tujuan dari setiap program pemuliaan tanaman adalah
untuk menyatukan gamet jantan dan gamet betina yang diinginkan dari tetua yang
terpilih. Karakter kualitatif menunjukkan fenotip yang berbeda akibat adanya
genotip yang berbeda pula. Sedangkan pemilihan tetua untuk karakter kuantitatif
jauh lebih sulit karena perbedaan fenotif belum tentu disebabkan oleh genotif yang
berbeda. Karena faktor lingkungan juga mempengaruhi terhadap penampilan dari
fenotif yang ada. http://jurkaniodoy.blogspot.co.id/2015/12/persilangan-p-
persilangan-pada-tanaman.html
c. Tanaman Sayuran
1) Cabe
a) Persiapan
Persiapan di sini ialah persiapan untuk melakukan kastrasi dan
penyerbukan silang, yang harus di persiapkan ialah meliputi penyediaan alat-alat
antara lain pisau kecil yang tajam, gunting, pinset dengan ujung yang runcing,
jarum yang panjang dan lurus, alcohol dalam botol kecil yang berguna untuk
mensterilkan alat-alat tersebut dan juga wadah untuk tempat serbuk sari .
Perlengkapan lainya nyang perlu di persiapkan ialah label dari kertas yang tahan
air, dan selanjut nya label tersebut di beri nomor urut.
b) Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di
sekitar bunga yang akan di emaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup
bunga yang tidak di pakai serta organ tanaman lain yang menganggu kegiatan
persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi .
secara umum alat yang di gunakan adalah gunting, pisau, dan pinset.
c) Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan ( stamen )
pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan
sendiri. Emaskulasi terutama di lakukan pada tanaman berumah satu ya ng
Hermaprodit dan Fertile. Cara emaskulasi tergantung pada morfologi bunga nya .
d) Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang di emaskulasi tidak terserbuki oleh
serbuk sari asing . sehingga baik bunga jantan maupun bunga etina harus di
kerudungi dengan kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan air, kain, plastic
dan lain-lain. Ukuran kantung di sesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang
bersangkutan , usahakan agar kantong dapat tahan dengan baik dan tidak mudah
lepas.
f) Penyerbukan
Penyerbukan buatan di lakukan antara tanaman yang berbeda genetic
nya. Pelaksanaanya terdiri dari pengumpulan pollen ( serbuk sari ) yang viable
atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukan nya ke
stigma tetua betina yang telah di lakukan emaskulasi.
g) Pelabelan
Ukuran dan bentuk label berbeda-beda dan umum nya label terbuat dari
kertas tahan air. Secara umum pada label tertulis informasi tentang nomor yang
membedakan tanaman satu dengan tanaman lainya, waktu emaskulasi, waktu
penyerbukan, nama tetua jantan dan tetua betina, dan kode pemulia atau yang
menyilangkan nya . http://tokoilmulo.blogspot.co.id/2014/09/teknik-persilangan-
pada-tanaman-cabai.html
2) Tomat
Dalam pengembangan pemuliaan tanaman, perlu diperhatikan perbedaan
yang mana yang merupakan hasil gen dan hasil pengaruh lingkungan. Usaha
memperoleh varietas baru melalui persilangan antar individu merupakan salah
satu metode untuk dapat memperbesar variabilitas genetik. Dari persilangan
tersebut akan memperbanyak pilihan dalam kombinasi baru dari gen-gen yang
diturunkan dari kedua tetuanya (Jaya, 2011). Video persilangan tanaman tomata
dapat dilihat pada Video 10 (Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=YkQ3R5koS9Y)
Gambar 32. Tomat (Sumber: https://www.slideshare.net/hnistiq/tanaman-tomat)
a. Kelapa
Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi
pembawa perubahan teknologi.Peningkatan produksi tanaman pangan salah
satunya disebabkan oleh penggunaan varitas-varitas unggul disertai teknik
budidaya yang lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Varitas
unggul baru diperoleh melalui pemuliaan tanaman, baik yang dilakukan oleh
lembaga penelitian pemerintah maupun indusrti benih yang mempunyai devisi
litbang. Hasil pemuliaan tanaman berupa varitas baru mempunyai keunggulan
yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melalui perbanyakan yang
sekaligus mempertahankan kebenaran genetik dan mutu benihnya.
Hasil survei plasma nutfah in situ di 11 provinsi diperoleh tiga aksesi Kelapa
Genjah dan22 aksesi Kelapa Dalam. Setelah dievaluasi datakomponen buah dan
produksi kopra ditetapkan 4kultivar sebagai calon tetua hibrida yaitu GenjahKuning
Nias (GKN) asal Sumatera Utara, DalamTenga (DTA) asal Sulawesi Utara, Dalam
Bali (DBI) asal Bali dan Dalam Palu (DPU) asal Sulawesi Tengah (Liyanage, 1975).
Kemudian sejak tahun 1973/1974 dilakukan hibridisasi antara Kelapa Genjah dan
ketiga Kelapa Dalam tersebut yaitu GKN x DTA, GKN x DBI dan GKNx DPU
(Liyanage, 1974). Ketiga jenis kelapa hibrida ini ditanam di dua lokasi yaitu Kebun
Percobaan Mapanget, Sulut pada ketinggian 80 mdpl dan Kebun Percobaan
Pakuwon, Jabar pada ketinggian 450 m dpl.
Hasil penelitian di Mapanget menunjukkan bahwa pembungaan pertama
ketiga jenis kelapa hibrida ini ternyata lebih awal dibandingkan ketiga tetua Kelapa
Dalam yaitu 42 bulan sejak berkecambah dibandingkan 52-56 bulan pada Kelapa
Dalam. Produksi kopra ketiga hibrida ini pada umur lima tahun adalah 1,4-2,0
ton/ha (Novarianto et al., 1984). Pembungaan pertama ketiga kelapa Hibrida yang
sama di Pakuwon lebih lambat sekitar 10 bulan sedangkan untuk Kelapa Dalam
sekitar 20 bulan dibandingkan jenis yang sama di Mapanget. Produksi kopra pada
umur delapan tahun di Pakuwon berkisar 2,2-2,7 ton/ha, pada umur sembilan
tahun meningkat antara 3,66-4,22 ton/ha (Novarianto et al., 1992). Pengamatan
lebih lanjut terhadap jenis kelapa hibrida ini di Mapanget ternyata saat berumur 10
tahun telah mencapai hasil 4,7-5,0 ton kopra/ha. Analisis daya gabung
memperlihatkan efek heterosis yang nyata pada hasil kopra. Ketiga jenis kelapa
Hibrida ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 1984 dengan nama
KHINA- 1 untuk silangan GKN x DTA, KHINA-2 untuk silangan GKN x DBI, dan
KHINA-3 untuk silangan GKN x DPU.
Hasil observasi yang dilakukan terhadap KHINA-1, 2, dan 3 yang tetuanya
diseleksi dari individu tetua betina GKN yang berbunga di bawah 28 bulan, dan
tetua jantan DTA, DBI, DPU yang berbunga di bawah 45 bulan, menunjukkan
bahwa pembungaan awal KHINA-1 pada umur 24 bulan, KHINA-2 pada umur 25
bulan, dan KHINA-3 pada umur 23 bulan sedangkan keseluruhan populasi lainnya
berbunga masingmasingpada umur 38 , 40, dan 39 bulan (Tenda etal., 1988).
Walaupun kelapa hibrida lebih cepat berbuah,ternyata pada 1-3 tahun
pertama ditemukanmasalah patah tandan muda.Masalah iniditemukan baik pada
kelapa hibrida local (KHINA) maupun introduksi (PB-121). Hasilpengamatan buah
yang gugur dari tandan yangpatah beragam antara 5-10 bulan, dan
persentasegugur beragam antara 8,59-29,95%. Penyebabnya adalah jumlah dan
berat buah/tandan.Penanggulanganpatah tandan muda telah berhasilditemukan
teknologinya yaitu dengan menggunakantali berpengait (Mahmud et al., 1990).
Lahan pasang surut yang tersebar diSumatera, Kalimantan dan Irian Jaya
diperkirakansekitar tujuh juta hektar berpotensi untukpertanian.Salah satu jenis
tanaman yang berpeluang dikembangkan di lahan ini adalah kelapa dan telah
diusahakan petani sejak lama.Gambar 2. Penampilan tanaman kelapa varietas
KHINA-1Foto : PuslitbangbunPerakitan kelapa hibirida intervarietas dan
pengembangannya di Indonesia (Elsje T. Tenda) 39Hasil penelitian di lahan
pasang surut terhadaplima jenis kelapa hibrida di antaranya KHINA-1dan PB-121
ternyata pertumbuhan vegetatif,generatif, jumlah buah dan produksi
kopra/hasampai umur lima tahun sama potensinya. Dalamhal komponen buah,
berat buah yang terberatadalah Kelapa Hibrida KHINA-1, untuk beratsabut KHINA-
1 dan PB-121, berat air buahKHINA-1, berat tempurung KHINA-1 dan PB-121, dan
berat daging buah KHINA-1 (Luntunganet al., 1994).
Hasil evaluasi Kelapa Hibrida KHINA-1yang ditanam di beberapa lokasi di
Minahasa dan Bolaang Mongondow menunjukkan bahwa dengan pemeliharaan
yang sangat terbatas, sama dengan Kelapa Dalam rata-rata produksi
kopra/pohon/tahun di Sidate 20–22 kg,Solimandungan 22 kg, Koka 21,5 kg,
Wasian 17,81 kg, dan Pandu 27,14 kg. Apabila dikonversi ke hektar maka
produksinya di atas 2,5 ton/ha/tahun (Tenda et al., 1997). Hasil analisis stabilitas
hasil KHINA dan tetuanya yang diamati selama 5 tahun menunjukkan bahwa
KHINA-3 (GKN xDPU) dan DPU mampu beradaptasi pada keadaan musim yang
berfluktuasi, sedangkan KHINA-1 (GKN x DTA) tergolong jenis kelapa hibrida
untuk lingkungan yang spesifik seperti di Kebun Percobaan Mapanget Sulut
mampu berproduksi sampai 2,8 ton kopra/ha/tahun tanpa pemeliharaan yang
berarti (Tenda etal.,1998). Hasil penelitian Tampake et al. (2002) menunjukkan
bahwa KHINA-1 lebih adaptif dibandingkan PB-121 baik di lahan mineral maupun
di lahan gambut.