Anda di halaman 1dari 9

MODUL - BIOTEKNOLOGI TANAMAN

Pendahuluan
Bioteknologi adalah seperangkat teknik yang digunakan untuk
menghasilkan atau memodifikasi, meningkatkan kemapuan dan
mengembangkan system hidup atau organisme atau bagian
organisme meliputi hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang
berguna bagi seluruh kehidupan manusia. Bioteknologi tanaman
adalah seperangkat teknik yang digunakan untuk mengadaptasi
tanaman untuk kebutuhan atau peluang tertentu. Misalnya, satu
tanaman mungkin diperlukan untuk menyediakan makanan yang
berkelanjutan dan nutrisi yang sehat, perlindungan lingkungan, dan
peluang untuk pekerjaan dan pendapatan. Menemukan atau
mengembangkan tanaman yang cocok biasanya merupakan
tantangan yang sangat kompleks.

Bioteknologi tanaman umumnya menggunakan alat dan teknik


modern dalam seleksi dan manipulasi genetik tanaman untuk
mengembangkan produk tanaman / tanaman yang bermanfaat.
Teknik ini melakukan pemuliaan untuk ‘memperbaiki’ tanaman
karena berbagai alasan seperti peningkatan hasil dan kualitas
(termasuk nutrisi tanaman); ketahanan terhadap panas dan
kekeringan; ketahanan terhadap fitopatogen, herbisida dan
serangga, dan peningkatan biomassa untuk produksi biofuel.
Bioteknologi tanaman juga dapat mengurangi sejumlah komponen
makanan yang tidak diinginkan contohnya, salah satu protein
alergen utama dalam beras atau alergen utama pada kacang tanah
atau kedelai dengan memodifikasi urutan asam aminonya.
Telah diketahui bahwa tanaman merupakan sumber berbagai
macam senyawa sekunder yang memiliki banyak manfaat. Produksi
senyawa bermanfaat ini sebagai bentuk interaksi tanaman dengan
linkgungan abiotic maupun biotiknya. Namun secara alami produksi
senyawa sekunder memiliki banyak keterbatasan seperti, dihasilkan
dalam jumlah sedikit dan pada kondisi atau umur fisiologis tertentu
suatu tanaman. Misalnya, senyawa metabolit tertentu hanya
dihasilkan pada organ daun, bunga, umbi, atau yang lainnya
sehingga tidak tersedia secara sepanjang waktu. Selain itu produksi
senyawa sekunder sangat dipengaruhi lingkungan tumbuhnya
sehingga kuantitas dan kualitasnya dapat sangat bervariasi.

Teknik kultur sel dan jaringan tanaman memberikan alternatif solusi


dalam melibatkan bioteknologi yang telah digunakan secara luas
untuk manipulasi in vitro dan revegetasi sejumlah besar spesies
untuk tujuan komersial, termasuk banyak tanaman obat. Kultur
jaringan adalah teknik yang digunakan untuk memelihara atau
menumbuhkan sel, jaringan, atau organ tanaman dalam kondisi
steril pada media kultur dengan komposisi nutrisi yang diketahui.
Teori totipotensi sel mendasari keberhasilan produksi tanaman dari
satu individu sel sekalipun. Teori totipotensi sel menyatakan bahwa
setiap individu sel dapat tumbuh menjadi individu organisme
asalkan berada lingkungan tumbuh yang sesuai. Kondisi aseptik
merupakan syarat mutlak dalam aplikasi bioteknologi melaui kultur
jaringan.

Beberapa aplikasi kultur sel dan jaringan tanaman adalah: 1)


propagasi mikro, 2) pengembangan energi biomassa, 3) produksi
metabolit sekunder, 4) mengembangkan variasi genetik, dan 4)
hibridisasi somatik.
A. Propagasi mikro
Propagasi mikro dipalikasi antara lain pada tanaman yang memiliki
masa dormansi panjang, spesies pohon, anggrek dan banyak jenis
tanaman buah. Teknik ini bermanfaat untuk memasok bahan
tanaman sepanjang tahun terlepas dari variasi musiman.
Keuntungannya produksi tanaman dapat dilakukan dalam skala
besar dengan stok genetik yang sama.

Propoagasi mikro dilakukan bahan tanaman yang sangat sedikit dan


berukuran kecil, seperti potongan daun, tangkai daun, batang
maupun akar yang masih bersifat meristematis. Bahan tanaman
yang ditanam pada media buatan yang telah mengandung nutrisi
kompleks maupun zat pengatur tumbuh dapat menghasilkan
individu tanaman baru dalam jumlah banyak tanpa terkendala
musim dan cuaca.
B. Energi biomassa
Populasi penduduk dunia yang terus meningkat dan industrialisasi
yang sedang berlangsung di planet kita, menunjukkan adanya
pertumbuhan kolosal dalam permintaan energi bersih. Bersama
dengan jumlah bahan bakar fosil yang terbatas, tantangan ini
mendorong penelitian seputar penggunaan sumber energi alternatif
yang tidak mengganggu ketahanan pangan.

Mengembangkan dan menerapkan tanaman sumber energi baru


dan berkelanjutan sangat penting untuk mencapai teknologi yang
efisien dan layak secara ekonomi untuk produksi bioenergi. Kultur
jaringan tanaman yang juga disebut sebagai kultur in vitro, telah
diperkenalkan sebagai salah satu metode yang paling menjanjikan
dan ramah lingkungan untuk pasokan biofuel yang berkelanjutan.
Potensi kalus (catatan: kalus adalah jaringan yang aktif membelah
tidak teroganisasi sehingga berbentuk amorf) rami industri yang
ditanam secara in vitro yang diperoleh dari eksplan (catatan: eksplan
adalah bagian tanaman yang digunakan dalam kultur jaringan) daun,
akar, dan batang sebagai telah diteliti sebagai generasi baru
tanaman penghasil energi. Kultur in vitro rami industri diharapkan
dapat memaksimalkan dan mengoptimalkan penerapan tanaman ini
ke sektor bioenergi. Untuk tujuan ini, eksplan yang ditumbuhkan
secara in vitro pertama kali dikarakterisasi secara lengkap dalam hal
komposisi unsur dan kimia.
Beberapa skema sistem kultur in vitro pada organogenesis
(pembentukan organ daun/tunas), rhizogenesis (pembentukan akar)
dan kalogenesis (Pembentukan kalus).

Komersialisasi tanaman hutan (pohon) secara in vitro : Acacia


nilotica, Albizia lebbeck, Azadirachta indica, Tectona grandis, Pinus
sylvestris, dll telah banyak dilakukan. Spesies tanaman ini
bermanfaat untuk produksi energi biomassa di hutan.

C. Metabolit sekunder
Tanaman telah digunakan di seluruh dunia untuk pengobatan sejak
zaman kuno. Sifat farmakologis tanaman didasarkan pada
komponen fitokimianya terutama metabolit sekunder yang
merupakan sumber senyawa bioaktif bernilai tambah yang luar
biasa. Metabolit sekunder memiliki komposisi kimia yang kompleks
dan diproduksi sebagai respons terhadap berbagai bentuk stres
untuk melakukan tugas fisiologis yang berbeda pada tanaman.
Metabolit sekunder digunakan dalam industri farmasi, kosmetik,
suplemen makanan, wewangian, rasa, pewarna, dll. Penggunaan
yang lebih lama dari metabolit ini di berbagai sektor industri telah
memprakarsai kebutuhan untuk memfokuskan penelitian pada
peningkatan produksi dengan menggunakan teknik kultur jaringan
tanaman dan mengoptimalkan produksi skala besar mereka
menggunakan bioreaktor. Teknik kultur jaringan yang tidak
bergantung pada kondisi iklim dan geografis akan menghasilkan
produksi metabolit sekunder yang berkelanjutan, ekonomis, dan
layak.
Kultur sel tanaman telah banyak dikembangkan untuk produksi
senyawa bermanfaat seperti alkaloid (Codeine, Vincristine, Quinine,
dll.), Steroid (Diosgenin), senyawa Glikosidik (Digoxin) dan banyak
minyak atsiri lainnya (Jasmine), perasa dan zat pewarna (saffron) .
Tujuan ini dapat dicapai dengan seleksi sel-sel spesifik yang
berpotensi menghasilkan senyawa yang diinginkan dalam jumlah
banyak di media yang sesuai.

Metabolit sekunder digunakan dalam industri farmasi, kosmetik,


suplemen makanan, wewangian, rasa, pewarna, dll. Rekayasa
metabolisme adalah sarana biologis penting untuk menghasilkan
metabolit yang memeiliki nilai komersial. Jalur biosintetik untuk
produksi metabolit sekunder pada tanaman berasal dari jalur
shikimate, terpenoid, dan poliketida. Sejumlah besar tanaman obat
dan metabolitnya telah diproduksi dengan teknik in vitro.

D. Variasi genetik
Variabilitas genetik ini disebabkan oleh sel-sel berbagai tingkat ploidi
dan konstitusi genetik dari eksplan awal atau juga dapat
dikembangkan karena kondisi kultur yang berbeda. Ketidakstabilan
kromosom dalam sel yang dikultur berperan penting dalam
poliploidisasi sel dan tanaman yang secara genetik dapat
ditingkatkan. Umumnya tanaman hasil poliploidisasi memiliki
karakter yang lebih baik dibanding tanaman diploid.

Keuntungan/kelebihan Variasi Somaklonal

Variasi somaklonal memiliki peran utama dalam perbaikan tanaman.


Variasi tersebut dapat menjadi pendekatan yang berguna untuk
memperkenalkan varietas baru pada tanaman, terutama dalam hal
penanaman jenis tanaman hias. Ini bisa menjadi pendekatan yang
berguna untuk membiakkan spesies baru. Selain itu variasi
somaklonal dapat digunakan untuk memperkenalkan karakteristik
spesifik pada tanaman, seperti ketahanan terhadap spektrum
penyakit, patotoksin, herbisida, dan cekaman biotik dan abiotik.

Kerugian /kekurangan Variasi Somaklonal


Hal ini dapat menyebabkan munculnya beberapa karakteristik yang
tidak diinginkan pada tanaman. Varian dapat diproduksi secara acak
dan dengan demikian secara genetik tidak stabil. Hal ini perlu
dibukikan dengan beberapa kali uji coba lapangan hingga
mendapatkan hasil yang tidak diinginkan. Varian yang
dikembangkan melalui variasi somaklonal dapat memiliki efek
pleitropi, yaitu satu variasi dapat mempengaruhi lebih dari satu
karakteristik dan ciri pada tumbuhan. Variasi tersebut tidak
digunakan untuk sifat-sifat agronomi yang kompleks, seperti hasil
dan kualitas tanaman.

E. Hibridisasi somatik
Hibridisasi tanaman adalah proses persilangan antara kedua
tetua yang secara genetik berbeda untuk menghasilkan
hibrida yang seringkali menghasilkan keturunan yang bersifat
poliploid. Hibridisasi somatik adalah proses somatik atau
aseksual dapat dilakukan dengan menggunakan protoplas
(catatan: protoplas adalah sel yang telah dihilangkan dinding
selnya) sel somatik yang terisolasi sehingga dapat dilakukan
hibridisasi dalam lingkup yang lebih luas.

Pada dasarnya proses hibridisasi somatik melalui fusi


protoplas bertujuan untuk menggbungkan karakter unggul
dari kedua tetua (protoplas) sehingga dihasilkan anakan baru
yang membawa kombinasi sifat unggul dari kedua tetuanya.
Tidak adanya dinding sel sebagai materi pelindung sel sangat
memungkin untuk dilakukannya introduksi banyak karakter
yang berguna dari genotipe liar ke varietas tanaman budidaya.
Selain itu fusi protoplas juga dapat memperoleh tanaman
hibrida somatik antara tanaman yang secara seksual
kompatibel maupun tidak kompatibel.

Anda mungkin juga menyukai