Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengembangbiakan ikan merupakan salah satu kegiatan dari  proses budidaya ikan. Ikan yang akan
dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat
berkelanjutan. Untuk mendapatkan ikan yang berkualitas banyak langkah yang telah dilakukan para
pembudidaya. Dimulai dari metode hibridisasi, sex reversal, poliploidisasi hingga selektif breeding.
Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromososm untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih ikan dengan keunggulan pertumbuhan
cepat, toleransi terhadap lingkungan, resisten terhadap penyakit, dan persentase daging tinggi.

Manipulasi kromosom mungkin dilakukan selama siklus nukleus dalam pembelahan  sel, dasarnya
adalah penambahan  atau pengurangan sel haploid  atau diploid. Pada ikan dan hewan lainnya
dengan fertilisasi eksternal proses dapat dilakukan  untuk  salah satu gamet sebelum fertilisasi atau
telur terfertilisasi pada beberapa periode selama formasi pada  zigot (Purdom, 1993). Salah satu
metode manipulasi kromosom adalah ginogenesis.

Salah satu tujuan poliploidi adalah menghasilkan individu triploid yang diduga steril karena jumlah
set kromosom yang ganjil akan menghambat pembelahan meiosis sehingga perkembangan gonad
akan terhambat pula. Dengan demikian masalah overpopulasi dapat dihindari dan individu ini
berpeluang untuk tumbuh dan behtehan hidup dibandingkan dengan ikan normal. Keberhasilan
pembentukan individu triploid ditentukan oleh tiga hal pokok, yaitu waktu kejutan dimulai, suhu
kejutan, dan lam pelaksanaan kejutan. Pemilihan waktu awal, lama waktu dan suhu kejutan yang
tepat adalah spesifik atau khas pada masing-masing spesies.

1. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu

 Melakukan teknik ginogenesis untuk memproduksi populasi ikan betina

 Melakukan teknik manipulasi jumlah kromosom untuk memproduksi ikan yang    memiliki
kromosom sebanyak 3 set (triploid) dan 4 set (tetraploid)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas (cyprinus carpio)

Ikan Mas adalah Jenis ikan konsumsi air tawar. Nama ilmiahnya adalah cyprinus carpio dalam bahasa
inggris ikan ini dikenal sebagaicarp fish.

Klasifikasi ikan mas ( Cyprinus carpio  ) Saanin (1984) dalam


Sulistio (2001) adalah sebagaiberikut:

Kingdo          :  Animalia
Filum            :  Chordata
Subfilum      :  Vertebrata
Kelas            :  Osteichthyes
Subkelas       :  Teleostei
Ordo             :  Ostariophysi
Subordo        :  Cyprinoidea
Famili           :  Cyprinidae
Genus           :  Cyprinus
Spesies          : Cyprinus carpio L

Ikan Mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang
halus, dua pasang kumis (barbels) yang kadang-kadang satu pasang diantaranya rudimenter, ukuran
dan warna badan sangat beragam (Sumantadinata, 1983 dalam Wibawa, 2003).

2.2.  Pengertian Ginogenesis

Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan.
Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur dan sifat-
sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan.

Ginogenesis adalah proses perkembangan embrio yang berasal dari telur tanpa kontribusi material
genetic jantan (Thomson, 1983).

Ginogenesis merupakan salah satu proses terjadinya  zigot tanpa materi genetik dari jantan
(Purdom1993). Pada mulanya radiadi sperma terjadi secara alami yaitu pada ikan gold fish 
(Golovinskaya, 1972 dalam Cerfas 1972 dalam Supiarti, 2007).

Partenogenesis adalah satu-satunya proses reproduksi yang sama sekali tak memerlukan peran
pejantan. Keturunan partenogenesis akan betina semua jika dua kromosom yang sama membentuk
jenis kelamin betina (sistem kromosomnya XX adalah betina dan XY jantan), salah satunya adalah
ginogenesis.

Rekayasa memainkan inti sel telur (pronukleus betina) atau inti spermatozoon dalam proses
fertilisasi dapat menciptakan individu baru. Ginogenesis adalah perkembangan sel telur yang hanya
dikomandokan oleh inti sel telur saja, sedangkan inti spermatozoon tidak berperan karena tidak
melebur menjadi sinkarion. Sebaliknya, apabila yang mengkomandokan perkembangan hanya inti
spermatozoon saja, maka disebut androgenesis. (Mammed Sagi, 1995).

Ginogenesis (gynogenesis) merupakan pembuahan palsu yang terjadi karena gamet jantan yang
memasuki bakal telur atau ovum tidak membuahinya sehingga akan terjadi
parthenogenesis (wikipwdia: 2010)

Ginogenesis adalah proses perkembangan embrio yang berasal dari kuning telur tanpa kontribusi
material genetik jantan (irmawan: 2009).

Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan.
Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur dan sifat-
sifat genetisnya tidak diturunkan. Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan. Nagy et al,.
1978, menyebutkan ginogenesis adalah terbentuknya zigot 2n (diploid) tanpa peranan genetik
gamet jantan. Jadi gamet jantan hanya berfungsi secara fisik saja, sehingga prosesnya hanya
merupakan perkembangan pathenogenetis betina (telur). Untuk itu sperma diradiasi. Radiasi pada
ginogenesis bertujuan untuk merusak kromososm spermatozoa, supaya pada saat pembuahan tidak
berfungsi secara genetic (Sumantadinata, 1981).

Bentuk reproduksi aseksual yang berhubungan dengan partenogenesis adalah ginogenesis.


Keturunan dihasilkan dengan mekanisme yang sama seperti pada partenogenesis, tetapi dengan
ketentuan sel telur harus distilmulasi dengan keberadaan sperma sehingga dapat berkembang.
Bagaimanapun juga, sel sperma tidak memberikan kontribusi material genetik apapun kepada hasil
keturunan (Wikipedia: 2011).

Ginogenesis merupakan reproduksi seksual yang jarang terjadi pada pembuahan, karena nukleus
sperma yang masuk ke dalam telur dalam keadaan tidak aktif, sehingga perkembangan telurnya
hanya dikontrol oleh sifat genetik betina saja. Oleh karena itu, keturunannya merupakan replika dari
induk betina baik secara marfologi maupun susunan genetiknya (Purdon, 1983).

Rangsangan pembetukan embrio dapat dihasilkan malalui beberapa perlakuan selama pembuahan
pada awal perkembangan telur yaitu meradiasi sperma dengan menggunakan bahan mutagen
diploidisasi betina dengan kejutan panas. Untuk memastikan  sperma secara genetic dapat
digunakan species ikan yang berbedadan sperma yang tidak mampu membentuk hibrida serta
syaratnya adalah memilki ukuran sperma halus minimal dengan spcies ikan betina (Anonim
2009).  Ginogenesis dibutuhkan karena pada sebagian besar ikan baik ikan konsumsi dan ikan hias
individu betina lebih bermanfaat baik dari kendahan, harga dan pertumbuhan serta untuk
memperbanyak keturunanya.

2.3.  Tujuan dan Manfaat Ginogenesis

Ø  Tujuan ginogenesis

1.      Untuk mempercepat silang dalam ikan, hasilna berupa strain murni dengan homozigositas yang
tinggi.

2.      Untuk memproduksi keturuna yang semuanya betina, bila digunakan induk yang homogametic
(XX).
Ø  Manfaat ginogenesis

1.      Pemurnian gen untuk mendapatkan galur murni hanya dilakukan dua kali perkawinan,
sedangkan melalui inbreeding galur murni didapatkan setelah enam kali perkawinan.

2.      Ikan mas betina (2n) pertumbuhannya lebih cepat dibanding ikan jantan.

3.      Ikan mas triploid (3n) juga lebih cepat pertumbuhannya, karena tidak bereprodusi.

Sedangkan menurut Sumantadinata (1997), teknologi ginogenesis memberikan banyak manfaat


diantaranya :

1.      Mempercepat proses pemurnian (homozigositas)

2.      Membuat populasi klon hanya dalam dua generasi

3.      Membuat polulasi tunggal kelmin betina, misalnya pada ikan mas

4.      Mempercepat proses seleksi ikan

5.      Mendeterminasi genotip jenis kelamin betina

2.4 Ginogenesis Alami dan Buatan

Ginogenesis secara alami jarang terjadi karena pada umumnya spermatozoa yang membuahi sel
telur dalam keadaan aktif (Golovinskaya, 1972). Namun, ginogenesis dapat berlangsung secara
spontan seperti Pb II yang akan keluar bertabrakan dengan spermatozoa yang akan masuk sehingga
gamet jantan tidak jadi masuk dan Pb II tetap berada pada posisinya (double haploid). Menurut
Cherfas (1981), ginogenesis alami dapat terjadi pada ikan crusian carp (Carrasius auratus gibelio) dan
vivipar kecil dari family Poeciliidae  (Poecilia  dan  Poeciliopsis). 

Ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet (UV) dan
kejutan panas. Radiasi yang terjadi merupakan proses penyinaran dengan menggunakan bahan
mutagen untuk menghasilkan mutan. Sinar ultraviolet (UV) merupakan radiasi yang juga merupakan
sinar tidak tampak yang mempunyai panjang gelombang 200-380 nm.

Ginogenesis buatan dilakukan melalui beberapa perlakuan pada tahapan pembuahan dan awal
perkembangan embrio. Perlakuan ini bertujuan :

1.      Membuat supaya bahan genetik jantan menjadi tidak aktif  

2.      Mengupayakan terjadinya diploisasi agar telur dapat menjadi zigot (Nagy, et al,. 1979). Bahan
genetik dalam spermatozoa dibuat tidak aktif dengan radiasi sinar gama, sinar X dan sinar ultraviolet
(Purdon, 1983). Sinar ultraviolet banyak digunakan, karena murah.

Ginogenesis buatan memungkinkan untuk dilakukan  pada semua spesies ikan yang telah dapat
malakukan pembuahan buatan. Ginogenesis juga pada dasarnya mengatasi dua masalah pada
pertumbuhan ikan yaitu pertumbuhan zigot. Pertama adalah menonaktifkan materi genetik jantan
dan kemudian yang ke dua merangsang diploidisasi. Ginogenesis dibutuhkan karena pada sebagian
besar ikan baik ikan konsumsi dan ikan hias individu betina lebih bermanfaat baik dari kendahan,
harga dan pertumbuhan serta untuk memperbanyak keturunanya.

Menurut Nagy et al. (1978) dan Sumantadinata (1997), ada dua tahap penting dalam ginogenesis
buatan. Pertama menonaktifkan bahan genetic dari gamet jantan, antara lain dapat dilakukan
dengan cara radiasi. Kedua meningkatkan jumlah zigot diploid dengan cara pemberian kejutan panas
pada fase meiosis II atau meiosis I. penggunaan sinar UV untuk inaktivasi materi genetic lebih banyak
digunakan karena selain murah, lebih mudah dan aman digunakan dibandingkan dengan sinar
gamma, sinar X dan betta ( Lou dan Purdom 1984; Horvarth dan orban 1995). Perlakuan meradiasi
sperma tidak menyebabkan berkurangnya kemampuan sperma sebagai fungsi membuahi telur dan
sebagai trigger perkembangan embrio (Streisinger et al. 1981; Arai 2001). Menurut Chourrout
(1984), keberhasilan inaktifasi materi genetic jantan dengan cara radiasi sperma, bila membuahi
betina akan menghasilkan embrio haploid yang tidak bertahan hidup. Menurut Sumantadinata et al.
(1990), padaginogenesis ikan mas, proses radiasi sperma dapat dilakukan dengan menggunakan dua
lampu UV yang masing-masing berkekuatan 15 watt untuk meradiasi sperma dengan jarak
penyinaran 15 cm.

2.5.  Perlakuan Ginogenesis

Untuk mendapatkan benih ikan yang monosex secara ginogenesis ada beberapa perlakuan yang
dapat dilakukan yakni antara lain:

1.      Penyinaran sperma dengan sinar ultraviolet

Sebelum sperma dicampur dengan sel telur (pemijahan buatan) sperma tersebut diberi perlakuan
penyinaran dengan sinar UV. Hal ini dilakukan untuk merusak bahan genetik sperma. Komposisi
kimiawi sperma pada plasma inti (nukleoplasma) diantaranya adalah DNA, Protamine, Non Basik
Protein. Sedangkan seminal plasma mengandung protein, potassium, sodium, calsium, magnesium,
posfat, klarida. Sedangkan komposisi kimia ekor sperma adalah protein, lecithin dan cholesterol
(Gusrina, 2008).

Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang di bawah 300 nm dapat diserap secara kuat oleh bahan
biologi tertentu, terutama asam nukleat, protein, dan koenzim. Tetapi sinar ini tidak sampai
mengionisasi atom-atom dan molekulnya disamping itu kemampuan sinar ultraviolet untuk
menembus bahan sangat terbatas. Walaupun sinar ultraviolet yang dapat masuk ke bahan biologi
tersebut sedikit, tetapi hampir semua diserap. Hal ini berarti efisiensi penyerapan sinar ultraviolet
olleh bahan-bahan biologi sangat tinggi. Pada panjang gelombang hingga 260 nm sinar UV dapat
merusak fungsi pirimidin AND yang merupakan bahan genetic sperma. Walapun sperma diradiasi
namun tidak sampai merusak kemampuannya untuk bergerak dan membuahi telur. Dengan
demikian sperma ini masih mampu untuk memicu untuk terjadinya pembuahan dan perkembangan
telur.

2.      Perlakuan kejut suhu

Setelah sperma diberi perlakuan penyinaran kemudian dicampur dengan sel telur dan dilepaskan
dalam air agar terjadi pembuahan. Setelah pembuahan terjadi kemudian telur yang terbuahi
tersebut diberi kejutan lingkungan. Hal ini dapat berupa kejut suhu atau dengan tekanan hidrostatis.
Perlakuan dengan tekanan hidrostatis memerlukan peralatan yang rumit, mahal sehingga suli untuk
diterapkan telur dalam jumlah banyak namun metode ini efektif untuk memproduksi tingkat
heterozigositas nol persen. Kejut suhu lebih praktis dalam penggunaannya sehingga bisa diterapkan
pada jumlah yang banyak. Kejut suhu dimaksudkan untuk pencegahan keluarnya polar body II telur
pada saat terjadi pembelahan miosis kedua atau pencegahan pembelahan sel setelah duplikasi
kromosom pada saat terjadi pembelahan mitosis pertama sehingga jumlah kromosom telur
mengganda lagi pada awal perkembangan zigot (Nagy et al:, 1978). Kejut suhu disini berupa kejutan
panas dan kejutan dingin. Pemberian kejutan panas lebih singkat periodenya dibandingkan dengan
kejut dingin.

Pada saat oogenesis (proses pembentukan sel telur hingga siap untuk ovulasi), sel telur belumlah
dalam keadaan 2N  melainkan 4N. Saat pembelahan sel miosis I terjadi,saat itu dikatakan  sel telur
telah matang. Saat itulah ada "loncatan" polar body I (2N), sehingga sel telur yang awalnya 4N
menjadi 2N. Pembelahan sel secara miosis, ada pengurangan set kromosom menjadi setengah dari
semula. Perbedaannya dengan pembelahan sel mitosis (pembelahan yang ditandai dengan
penggandaan atau perbanyakan jumlah sel).

Satu buah sel telur yang memiliki dua set kromosom (2N) dan satu buah sel sperma memiliki satu set
kromosom (1N). Jika keduanya kita pasangkan, maka terjadilah pembuahan. Setelah sel telur dibuahi
oleh sperma, maka satu set kromosom sperma memasangkan diri terhadap satu set kromosom pada
sel telur. Dan sebagai akibatnya, ada satu set kromosom sel telur yang tidak mendapatkan pasangan.
Itulah yang kemudian dipahami oleh beberapa peneliti, bahwa polar body II yang berisi satu set
kromosom (1N) akan "ke luar" dari sistem. Satu set yang tidak memiliki pasangan kromosom itu
akan  ter denaturasi. Dengan terjadinya, maka sel telur yang sudah dibuahi tersebut, kembali pada
kondisi normal (2N) dan menyiapkan diri untuk melakukan proses berikutnya; yakni pembelahan sel
mitosis.

Jika proses keluarnya polar body II kita ganggu dengan kejut suhu di atas hingga mengalami
kegagalan, maka tentu saja sel telur yang sudah dibuahi itu akan tetap memiliki tiga set kromosom;
dua set dari sel telur dan satu set dari sel sperma. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai triploid
atau individu yang memiliki tiga set kromosom (3N). Karena materi genetic sperma telah rusak maka
yang akan berkembang dan mengalami pembelahan hanya pada set kromosom telur dari induk
betina. Oleh karena itu ginogenesis hanya akan menghasilkan anakan yang sama dengan sifat
induknya jika metode ini berhasil.

Ginogenesis dapat digunakan untuk pemurnian ikan menggantikan teknik perkawinan


sekerabat.  Menurut Rohadi, D. S, (1996) dengan ginogenesis buatan dapat menghasilkan ikan
bergalur murni dengan sifat homozigositas. Hasil pemurnian ikan dengan metode ginogenesis
selama satu generasi sama dengan hasil tujuh sampai delapan generasi perkawinan sekerabat
sedangkan homozogositas satu generasi ikan ginogenesis sama dengan homozigositas tiga generasi
ikan hasil perkawinan sekerabat. Keberhasilan dari metode ini ditentukan oleh umur zigot, lama
waktu kejutan dan suhu kejutan panas yang digunakan. Lamanya kejutan suhu, pemilihan waktu
yang tepat serta suhu perlakuan yang tepat adalah spesifik atau khas untuk masing-masing jenis
ikan.
BAB III

METODOLOGI

1. A.    Waktu Dan Tempat

Waktu :

Tempat : Laboratorium Reproduksi dan Genetika ikan Politknik Pertanian Negeri Pangkep

1. B.     Alat Dan Bahan

Table 1. alat yang digunakan didalam prktikum

Alat Spesifikasi jumlah Kegunaan

Bak pemijahan Ukuran standar 1 buah Tempat pemijahan

Hapa 1 x 2 m2 1 buah Tempat pemijahan

Kakaban 40 x 60 cm2 2 buah Tempat pelekatan


telur

Seser halus   1 buah Menangkap induk

Lap halus   2 lembar Membungkus


induk saat
distripping

Kotak radiasi (UV Kotak kayu dilapisi 1 unit Perangkap radiasi


BOX) plastic hitam

Lampu TL 15 watt 2 buah Perangkat radiasi


Ultraviolet sperma

Shaker Untuk mengaduk 1 buah Homogenesis


cairan dalam sperma pada saat
petridisk radiasi

Petridisk Diameter 5 cm 6 buah Menampung


sperma saat proses
radiasi dan
perlekatan telur
untuk pengamatan
dengan mikroskop

Gelas objek   10 buah Pengamatan telur


dengan mikroskop

Water bath 60 x 40 x 40 cm2 1 unit Perangkat


suhu max. 40oc perlaukuan kejutan

Akuarium 50 x 30 x 30 cm3 1 buah Wadah untuk


triploid

Perangkat aerasi   6 set Aeasi telur

Lempengan kaca 15 x 10 x 0,4 cm3 15 lembar Pelekatan telur 5-


10 buah untuk
setiap aquarium

Rak lempengan 15 x 10 x 10 cm3 5 buah Menempatkan


kaca lempengan kaca
berisi telur yang
akan dikejut

Cawan plastik Diameter 5 cm 1 buah Menampung telur

Spoit tanpa 10 ml 3 buah Menyedot sperma


jarum

Spoit dengan 5 ml 3 buah Penyuntikan


jarum dengan ovaprim

Bulu ayam   1 buah Pencampur telur


dan sperma

Baskom plastic 30 x 25 x 5 cm3 3 buah Menempatkan


segi empat lempengan kaca
untuk perlektan
telur

Baskom bulat Volume 20 liter 2 buah  

Mikroskop Pembesaran 400x 1 unit  

Pipet Volume 10 ml 2 buah  

Tissue gulung   1 buah  


Nama bahan Spesifikasi Jumlah Kegunaan

Induk ikan mas 200-300 g matang 6 ekor Penyedia sperma


jantan gonad

Induk ikan mas 300-400 g matang 3 ekor Penyedia telur


betina gonad

Telur ayam ras Sudah direbus 3 butir Pakan awal larva

Cacing tibifex Beku 1 kg Pakan benih


Artemia salina   1 kaleng Pakan larva

Aquades   5 liter Pembuatan larutan

Alcohol 75 % 5 liter Sterilisasi


peralatan

Hormone ovaprim   10 ml Merangsang


kematangan gonad

Larutan fisiologis Fresh 500 ml Pengenceran


(7,98 g NaCl + 0,02 sperma
g NaHCO3 dalam 1
L aquades)

Larutan Fresh 500 ml Proses pembuahan


pembuahan (3 g
urea (CO(NH2)2) +
4 g NaCl dalam 1 L
aquades

Methyline blue   10 gram Mencegah


pertumbuhan
jamur pada telur

C.    Prosedur Kerja

1.      Pemijahan

 Siapkan bak pemijahan

 Atur agar tejadi gerakan air (sirkulasi) di dalam bak pemijahan dan buat hujan buatan (air
jatuh) dengan menggunakan selang dan pompa celup

 Atur kakaban menutupi bak pemijahan

 Masukkan induk jantan dan betina dengan perbandingan bobot 1 : 1

 Ciptakan suasana tenang dan gelap disekitar bak pemijahan

 Tunggu dan amati tingkah laku pemijahan, air kelihatan berbusa, induk betina melepaskan
telur di atas kakaban. Segera tangkap kedua induk sebelum telur dan sperma habis. Tamping
induk didalam baskom yang telah disiapkan sebelumnya.
2. Teknik genogenesis
 Siapkan alat yang diperlukan uintuk proses fertilisasi buatan
 Isi akuarium dengan air sebanyak ¾ volume dan aerasi
 Letakkan 5 buah gelas plate ke dalam 1 baskom segiempat berisi air dan
aerasi
 Ambil induk jantan dan betina dari bak pemijahan dengan seser dan
masukkan ke dalam baskom yang telah berisi air yang telah diaerasi. Aerasi
tetap dilakukan selama induk berada dalam didalam baskom
 Stripping induk jantan dan dengan menggunakan spoit,sedot spermanya
sebanyak 5 ml,lalu encerkan dengan 45 ml larutan fisiologis dan campur
merata,tampung di dalam petridisk.
 Matikan petridisk berisi sperma ke dalam kotak radiasi,letakkan petridisik
diatas shakernya. Radiasi selama 1,5 menit
 Striping induk betina dan tampung telurnya (kira-kira sebanyak 3 ml) di
dalam cawan plastic
 Masukkan sperma yang telah diradiasi kedalam cawan berisi telur, lalu
tuangkan larutan pembuahan. Campur telur dan sperma dengan mengaduk
perlahan menggunakan bulu ayam
 Dengan menggunakan bulu ayam,sebarkan telur tadi ke atas lempengan
kaca di dalam baskom berisi air (suhu air 25°C). sebarkan secara merata dan
usahakan tidak ada telur yang saling berlekatan. Atur lempengan kaca di
dalam raknya.
 Tiga menit setelah fertilisasi, lakukan proses kejutan dengan memasukkan
rak berisi lempengan kaca yang mengandung telur kedalam water bath 38-
40°C. Lakukan selama 1,5 menit
 Keluarkan lempengan kacaberisi telur dari water bath,lalu tempatkan
didalam akuarium dengan posisi tegak dan cukup mendapat aerasi
 Beri methylene blue 2-3 ppm ke dalam setiap akuarium
3. Teknik poliploidisasi

1. Teknik Triploidisasi
 Siapkan alat yang diperlukan uintuk proses fertilisasi buatan
 Isi akuarium dengan air sebanyak ¾ volume dan aerasi
 Letakkan 5 buah gelas plate ke dalam 1 baskom segiempat berisi air dan
aerasi
 Ambil induk jantan dan betina dari bak pemijahan dengan seser dan
masukkan ke dalam baskom yang telah berisi air yang telah diaerasi. Aerasi tetap dilakukan
selama induk berada dalam didalam baskom
 Stripping induk jantan dan dengan menggunakan spit,sedot spermanya
sebanyak 5 ml,lalu encerkan dengan 45 ml larutan fisiologis dan campur merata, tampung di
dalam petridisk
 Stripping induk betina dan tampung telurnya (kira-kira sebanyak 3 ml) di
dalam cawan plastik
 Campur telur dan dengan mengaduk perlahan menggunakan bulu ayam.
Sebarkan telur tadi ke atas lempengan kaca didalam baskom berisi air (suhu air 25°C).
Sebarkan secara merata dan usahakan tidak ada telur yang saling berlekatan. Atur
lempengan kaca didalam raknya.
 Tiga menit setelah fertilisasi,lakukan proses kejutan dengan memasukkan
rak berisi lempengan kaca yang mengandung telur ke dalam water bath 38-40°C. lakukan
selama 1,5 menit.
 Keluarkan lempengan kaca berisi telur dari water bath,lalu tempatkan di
dalam akuarium dengan posisi tegak dan cukup mendapat aerasi
 Beri methylene blue 2-3 ppm ke dalam setiap akuarium

2. Teknik Tetraploidisasi

 Siapkan peralatan yang diperlukan untuk proses fertilisasi buatan

 Isi aquarium dengan air sebanyak ¾ volume dan aerasi

 Letakkan 5 buah glass plate ke dalam 1 baskom segiempat berisi air dan aerasi

 Ambil induk jantan dan betina dari bak pemijahan dengan seser dan masukkan kedalam
baskom yang telah berisi air dan aerasi. Aerasi tetap dilakukan selama induk berada di dalam
baskom.

 Stripping induk jantan dengan menggunakan spoit, sedot spermanya sebanyak 5 ml, lalu
encerkan dengan 45 ml larutan fisiologis dan campur merata, tamping didalam petridisk
 Stripping induk betina dan tempung telurnya ( kira-kira sebanyak 3 ml) didalam cawan
plastic

 Campur telur dan sperma dengan mengaduk perlahan menggunakan bulu ayam. Sebarkan
telur tadi ke atas lempengan kaca di dalam baskom berisi air ( suhu air 25°C ). Sebarkan
merata dan usahakan tidak ada telur yang saling berlekatan/ dempet. Atur lempengan kaca
di dalam raknya

 Lakukan kejutan panas 40-42 menit setelah fertilasi dengan memasukkan rak berisi
lempengan kaca yang mengandung telur ke dalam wate bath 38-40 °C. Lakukan selama 1,5
menit

 Keluarkan Lempengan kaca yang mengandung telur dari water bath, lalu tempelkan di dalam
aquarium dengan posisi tegak dan cukup mendapat aerasi.

 Beri methyline blue 2-3 ppm ke aquarium

Parameter yang harus diamati


1. Hitung FR setelah 8 jam dari proses fertilisasi buatan

Telur yang dibuahi


FR = x100%
jumlah total telur
2. Hitung SR embrio setelah 32 jam dari proses fertilisasi buatan

Jumlah Telur yang Menetas


SRe= x100%
Jumlahtelur yang dibuahi
3. Hitung HR setelah telur menetas
Jumlah telur yang menetas
HR= x100%
Jumlah telur yang dibuahi
4. Hitung SR larva umur 7 hari

Jumlahlarva umur 7 hari


SR0-7= x 100 %
jumlah telur yang menetas
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Jumlah telur 2625


jumlah telur yang dibuahi 1481

jumlah embrio yang hidup 452

jumlah telur yang menetas 85


FR 56%
SR embrio 31%
HR 5,70%
SR larva 7 hari 85,80%
SR larva 14 hari 75,20%

3.2 Pembahasan

Umumnya persentase penetasan ikan secara normal berkisar antara 50–80 %).Rendahnya  derajat 
penetasan  telur  ikan  mas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kualitas telur,
kualitas air media inkubasi (penetasan) dan perlakuan kejutan panas. Kualitas telur dan kualitas air
media inkubasi sangat menentukan keberhasilan proses penetasan telur. Kualitas telur yang baik dan
didukung oleh kualitas air media yang  memadai  dapat  membantu  kelancaran pembelahan sel dan
perkembangan telur untuk mencapai tahap akhir terbentuknya embrio ikan.  salah satu faktor
kualitas air yan g  penting  dalam  memen gar uh i  pembelah an  sel (penetasan telur) adalah suhu
air medium.

           Tipe telur ikan mas yang bersifat melekat (adhesif) kemungkinan besar sebagai satu faktor
kualitas telur yang menyebabkan rendahnya derajad penetasan pada telur ikan mas. Sifat telur ikan
mas yang melekat, membutuhkan tempat pelekatan atau substrat yang baik. Telur ikan mas yang
bersifat adhesive   yaitu melekat  pada substrat atau antara telur yang satu dengan telur yang lain,
sering mengakibatkan telur-telur tersebut tidak dapat menetas karena difusi oksigen menjadi ber
kur an g. Kekurangan oksigen merupakan salah satu penyebab adanya kematian pada telur atau
embrio yang sedang berkembang. Sifat adhesif   telur ikan mas disebabkan oleh adanya
lapisan gluco-protein atau  globuline pada permukaan telur. perbedaan substrat sebagai in kubasi
dapat berpengaruh terh adap perkembangan pertama dan fisiologis keturunan.

Rendahnya derajat penetasan ikan mas poliploid juga diakibatkan oleh pengaruh perlakuan kejutan
suhu panas yang diberikan pada telur dalam proses poliploidisasi . Suhu media  inkubasi yan g terlalu
tinggi dapat mengganggu aktivitas enzim penetasan pada telur dan men gakibatkan pengerasan
pada chorion, seh ingga mengha mbat pr oses penetasan pada telur dan dapat mengakibatkan
terjadinya keabnormalitasan (cacat) pada larva ikan yang dihasilkan. larva cacat dapat disebabkan
oleh lapisan terluar dari telur (chorion) yang mengalami pengerasan, sehingga embrio akan sulit
untuk keluar. Setelah chorion  dapat dipecahkan, maka embrio akan lahir dengan keadaan tubuh
yang cacat. Keberhasilan poliploidisasi melalui perlakuan kejutan suhu sangat dipengaruhi oleh suhu
kejutan, waktu kejutan dan lama kejutan dan tergantung juga pada umur dan kualitas (kematangan )
telur.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet
jantan, gamet jantan  hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur tanpa
menurunkan sifat-sifat genetiknya.
·            Tujuan dari ginogenesis salah satunya adalah untuk mempercepat silang dalam ikan, hasilna
berupa strain murni dengan homozigositas yang tinggi, sehingga dapat mempercepat proses
pemurnian (homozigositas).
·            Ginogenesis dapat terjadi secara alami atau buatan, ginogenesis secara alami jarang terjadi
karena pada umumnya spermatozoa yang membuahi sel telur dalam keadaan aktif atau
ginogenesis berlangsung secara spontan. Sedangkan ginogenesis buatan dapat dilakukan
dengan mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet (UV) dan kejutan panas.

5.2 Saran

Saran saya untuk para mahasiswa yang hendak praktikum agar menyapkan alat dan bahan yang baik,
agar praktikumnya berjalan lancar.

Anda mungkin juga menyukai