Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan budidaya ikan di Indonesia saat ini mengalami
kemajuan yang cukup menggembirakan, terutama budidaya ikan air
tawar. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya beberapa lembaga
perikanan yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Balai
Benih Ikan Punten di desa Sidomulyo, Batu Malang. Salah satu ikan yang
dibudidayakan di Punten adalah ikan mas (Cyprinus carpio).
Ikan mas (Cyprinus carpio) memiliki potensi yang cukup besar
sebagai ikan budidaya, diantaranya yaitu dapat dipelihara dalam kepadatan
yang relatif tinggi, dapat menerima makanan yang beragam (mulai dari
makanan alami sampai dengan makanan buatan), mampu beradaptasi
terhadap perubahan suhu, mudah berkembangbiak dalam lingkungannya,
dan pertumbuhannya relatif cepat.
Budidaya ikan mas di Punten tidak hanya sebagai komoditas
ekonomi, tetapi juga merupakan tempat untuk melakukan penelitian
tentang berbagai macam cara rekayasa genetika pada ikan mas yang sangat
bermanfaat bagi masyarakat. Ikan mas betina yang memiliki ukuran yang
lebih besar dan lebih berat dibandingkan ikan mas jantan. Apabila hal itu
dikembangkan maka akan meningkatkan nilai ekonomi bagi pembudidaya
ikan. Hal itu memotivasi para peneliti untuk melakukan pembudidayaan
ikan yang menghasilkan ikan betina.
Fertilisasi ikan yang dilaukan secara eksternal, dapat memudahkan
pembudidaya untuk melakukan fertilisasi buatan untuk menghasilkan ikan
mas betina melalui berbagai perlakuan dalam penelitian. Oleh karena itu,
dilakukan beberapa rekayasa genetika yang dapat menghasilkan ikan mas
betina, yaitu meliputi ginogenesis meiosis, ginogenesis mitosis, triploidi,
dan tetraploidi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkah laku ikan yang sedang memijah?
2. Bagaimana ikan jantan dan ikan betina yang matang gonad?
3. Bagaimana cara sripping ikan?
4. Bagaimana cara melakukan fertilisasi buatan?
5. Bagaimana melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat
ginogenesis pada ikan?
6. Bagaimana melakukan rekayasa reproduksi dengan menggunakan
ikan triploid?
7. Bagaimana melakukan rekayasa reproduksi dengan menggunakan
ikan tetraploid?

C. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengamati tingkah laku ikan yang sedang memijah.
2. Untuk mengamati ikan jantan dan ikan betina yang matang gonad.
3. Untuk mengamati cara stripping ikan.
4. Untuk melakukan fertilisasi buatan.
5. Untuk melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat
ginogenesis pada ikan.
6. Untuk melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat ikan
triploid.
7. Untuk melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat ikan
tetraploid.

D. MANFAAT
Manfaat dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. mengetahui tingkah laku ikan yang sedang memijah.
2. mengetahui ikan jantan dan ikan betina yang matang gonad.
3. mengetahui cara stripping ikan.
4. mengetahui cara melakukan fertilisasi buatan.
5. mengetahui cara melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat
ginogenesis pada ikan.
6. mengetahui cara melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat
ikan triploid.
7. mengetahui cara melakukan rekayasa reproduksi dengan membuat
ikan tetraploid.
BAB II
DASAR TEORI

Dalam kegiatan budidaya ikan maupun non ikan, ketersediaan benih


merupakan unsur yang harus dipenuhi. Penyediaan benih tergantung pada
ketersediaan induk matang gonad yang siap untuk dipijahkan, pakan dan kualitas
air. Dalam proses pengembangan budidaya ikan secara intensif melalui
pembenihan yang tepat dan baik agar kontinuitas benih dapat tersedia setiap
waktu dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas benih yang baik.
Proses penyediaan benih dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang
unggul dapat diperoleh melalui kegiatan rekayasa reproduksi dengan teknik-
teknik modern yang dikombinasikan dengan program pemuliaan ikan secara
konvensional, dengan melakukan manipulasi pada kromosom ikan.
Manipulasi kromosom mungkin dilakukan selama siklus nukleus dalam
pembelahan sel, dasarnya adalah penambahan atau pengurangan sel haploid atau
dipolid. Pada ikan dan hewan lainnya dengan fertilisasi eksternal. Proses-proses
buatan dapat dilakukan untuk salah satu gamet sebelum fertilisasi atau telur
terfertilisasi pada beberapa periode selama formasi pada zigot. Salah satu metode
manipulsi kromosom adalah poliploidisasi.
Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik
seperti kejutan (shock) suhu panas maupun dingin, hydrostatic pressure atau
secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau pembelahan sel
pertama pada telur terfertilisasi. Masing-masing memiliki intensitas, lama dan
waktu perlakuan yang kritis dan perlu evaluasi lebih lanjut, sedangkan tiap spesies
mungkin memiliki perbedaan dalam merespon masing-masing perlakuan tersebut.
Peloncatan polar body II terjadi 3-7 menit setelah fertilisasi pada beberapa
spesies, sedangkan pembelahan mitosis pada ikan mas terjadi 20-40 menit setelah
fertilisasi.

Tingkah laku ikan memijah


Induk ikan betina yang siap melepaskan telur dapat diketahui dengan cara
memasukkan induk ikan jantan ke dalam bak pembenihan. Apabila induk jantan
mengikuti induk betina dan mendorong induk betina pada bagian lubang/porus
genitalnya dengan menggunakan moncongnya, induk jantan menggiring induk
betina untuk memijah dan biasanya disekitar perairan berbau amis.
Stripping ikan dan fertilisasi buatan
Stripping adalah pengurutan di bagian perut ikan dari anterior menuju ke
posteror atau menuju lubang kelamin/ porus genitalis. Sebagian besar telur yang
matang akan jatuh ke dalam rongga ovarian. Hal ini akan memudahkan dalam
melakukan stripping, sel telur dengan mudah dapat dikeluarkan. Keluarnya sel
telur atau sperma ketika ditekan pelan-pelan pada sisi dinding perut porus genital
induk betina atau jantan merupakan indikasi ikan tersebut telah matang gonad. Sel
telur yang keluar ditampung dalam wadah plastik yang kering.
Pada waktu yang bersamaan induk betina distripping, salah satu induk
jantan juga distripping. Apabila sperma telah diambil, sperma dimasukkan ke
dalam wadah yang berisi sel-sel telur, kemudian diaduk-aduk dengan
menggunakan bulu ayam agar terjadi fertilisasi secara buatan.

Ovum dan sperma yang baik


Untuk mendapatkan kondisi telur dan sperma matang dalam keadaan baik,
dapat digunakanmetode hormonal inducing breeding atau kawin suntik dengan
menggunakan hormon. Hormon yang digunakan adalah Carp pituitary Gland
(CpG) atau kelenjar hipofisa iakn mas dan Human Chorionic Gonadotrophin
(HCG). Dalam proses kawin suntik hal yang harus diperhatikan adalah hubungan
antara jenis hormon, dosis yang digunakan, suhu air untuk inkubasi induk dan
waktu laten (jarak antara penyuntikan dengan stripping).

Perkembangan Ovum(sel telur) dan sperma.


Perkembangan seksual ikan (ovum) dalam gonad dapat dibedakan dalam
beberapa stadia:
1. Stadia 1 : Sel telur primitif masih sangat kecil dengan ukuran 8-12 μ.,
pembelahannya secara mitosis.
2. Stadia II : Sel telur berkembang dengan ukuran 12-20 µ, disekitar sel telur
mulai membentuk folikel.
3. Stadia III: Sel telur tumbuh dan bertambah besar secara nyata sampai
mencapai ukuran 40-200 μ dan tertutup oleh folikel. Stadia 1-III
merupakan periode yang belum menggunakan nutrien untuk
perkembangan sel telur.
4. Stadia IV: Selama stadia ini mulai terjadi produksi dan pengumpulan
nutrien dari kuning telur. Sel telur harus berkembang berukuran
200-300 μ dengan akumulasi bintik-bintik material lipoid dalam
sitoplasmanya.
5. Stadia V : Stadia ini merupakan fase kedua dari vitelogenesis. Sitoplasma
dipenuhi oleh bintik-bintik lipoid dan mulai menghasilkan kuning
telur. Ukuran telur 350-500 μ.
6. Stadia VI : Merupakan fase ketiga dari vitelogenesis. Pada fase ini kuning
telur merupakn bintik-bintik lipoid kebagian pinggir/tepi sel,
disini mulai membentuk dua cincin. Nukleoli berperan
mensintesis protein dan akumulasi nutrien. Terlihat melekat
dengan membran nukleus, diameter sel telur 600-900 μ.
7. Stadia VII : Pada stadia ini proses vitelogenesis telah lengkap dan telur
berukuran 900-1000 μ. Ketika akumulasi kuning telur berakhir,
nukleoli tertarik kebagian tengah nukleus. Mikrovil berkembang
selama stadia ini. Stadia IV-VII ini merupakan fase
vitelogenesis, kuning telur disintesis dan terakumulasi dalam sel
telur. Sel telur pada stadia tersebut telah lengkap, betina
memerlukan pakan berprotei tinggi dan suhu lingkungan yang
optimal.
Perkembangan selanjutnya dari telur menjelang ovulasi diatur oleh
hipotalamus untuk mengeluarkan gonadotropin releasing hormone
(GnRH/GtRH), GnRH ini merangsang hipofisa anterior untuk
mengeluarkan gonadotropin hormone (GnH/GtH) yang terdiri dari FSH
dan LH yang akan disekresikan dan dialirkan kedalam aliran darah.
Pada kondisi lingkungan yang optimal, semua organ perasa
memberikan informasi tentang kondisi lingkungan seperti suhu yang
sesuai, arus air, kehadiran lawan jenis dan sebagainya. Akumulasi
informasi dari sensori ini didalam hipotalamus untuk memerintahkan
dikeluarkannya GnRH pada hipofisa anterior untuk melepaskan GnH
kedalam sistem peredaran darah. Pelepasan GnH menuju gonad yang
bekerjanya sebelum proses ovulasi akhir. Pengaruh utama GnH terhadap
sel telur adalah perpindahan nukleus menuju mikrofil. Hal ini akan diikuti
oleh perpindahan massa, sehingga telur menyerap air. Sesudah preovulasi,
pada membran nukleus mulai nampak kromosomnya, telur mengalami
stadia meiosis (jumlah kromosom berkurang setengahnya). Pada waktu
yang sama, follikel melindungi ovum/sel telur pada dinding ovari
dilarutkan oleh suatu enzim dan telur yang telah siap untuk proses meiosis
sel telur siap menunggu sperma, memaksakan kedalam nukleus dari sel
telur dan akhirnya ke mikrofil. Lebih lanjut, adanya pronukleus jantan
penting untuk pronukleus betina.
Proses perkembangan sperma tidak sekomplek perkembangan sel
telur. Spermatogonia primitif memperbanyak diri secara mitosis pada
dinding tubuli seminiferus testis. Dari spermatogonia akan berkembang
menjadi spermatosit primer, setiap spermatosit primer berkembang
menghasilkan dua spermatosit sekunder. Setiap spermatosit sekunder
menhasilkan dua spermatid, dan spermatid akan berkembang menjadi
spermatozoa/sperma. Sperma berkumpul didalam rongga tubulus
seminiferus testis dan tetap dalam stadia dorman sampai kondisi
lingkungan sesuai, ketika diperintahkan oleh gonadotropin agar ikan
jantan siap untuk memijah.
Periode motil dari sperma sangat pendek dan dipengaruhi oleh
suhu air. Didalam air payau, sperma bergerak sangat aktif hanya kira-kira
setengah menit atau satu menit. Sperma ikan sangat kecil, jumlahnya 1cm 3
sperma diperkirakan 10000-20000 juta sel, tergantung dari kepadatan milt.

Perkembangan dan inkubasi telur


Sesaat setelah telur terbuahi, telur segera berkembang.
Perkembangan telur sampai menjadi fase embrionik didalam sel telur
selama inkubasi dan menetas menjadi larva melalui pemecahan sel telur.
Pada saat mengembang. Telur telah lengkap yang mengalami dua
fase yaitu inti menjadi bentuk yang lebih mudah dibedakan baik dari
bentuk maupun warnanya. Kutub animal berbentuk bukit kecil dan kuning
telur warnanya menjadi kuning gelap. Proses tersebut tergantung pada
suhu air. Pembelahan pada kkutub animal dimulai dan satu sel membelah
berturut-turut menjadi 2, 4, 8, 16 dan 32 sel. Stadia ini terllihat seperti
sebuah ” mulberry ” dan ini merupakan akhir dari stadium morula.
Selanjutnya memasuki fase banyak sel atau blastoderm yang dimulai
dengan satu selaput sel. Kemudian secara berangsur-angsur berkembang
menjadi beberapa lapisan sel. Sel tersebut disebut blastomer. Jumlah
blastomer meningkat dan ukurannya menjadi semakin kecil. Pada stadia
morula, perkembangan embrio sangat sensitif terhadap goncangan dan sel
tersebut akan mudah terlepas dari permukaan sehingga menyebabkan
kematian dari embrio. Didalam sel trbentuk sebuah ruang yang berukuran
kecil antara kuning telur yang disebut segmentation cavity. Embrio pada
stadia ini disbut blastula.
Sel-sel blastoderm pada mulanya tersusun pada bagian atas kuning
telur berbentuk mangkuk. Pada tingkat selanjutnya, sel mulai menutup dari
kuning telur sampai keseluruhan. Yang tersisa hanya bagian akhir dengan
bukaan kecil dari blastophore dan akhirnya blastophore ini juga tertutup
seluruhnya. Ini merupakan fase transisi dari perkembangan embrionik dan
memulai stadia perkembangan germ atau inti.
Masa sel menebal pada sebagian lingkaran blastophore, kepala
berujung ekor kelihatan pada kedua ujungnya, sesaat kemudian, kedua
ujung ekor dan kepala menjadi sangat jelas dan ruas pertama dari badan
menjadi kelihatan. Mata berkembang berupa ” opticvesicle ” pada kepala,
dan ekor mulai tumbuh secara longitudinal.
Jantung mulai berkembang dan berdenyut. Pada waktu yang sama
sistem kapiler atau pembuluh darah berkembang pada permukaan kuning
telur. Ekor embrio berangsur-angsur mulai bergerak, diikuti oleh
pergerakan badan, bahkan selanjutnya mulai memutar pada ruang
perivitelin. Perputaran dan pergerakan lainnya menjadi sangat efektif
menjelang menetas.
Metabolisme dari embrio menghasilkan beberapa enzim yang
dihasilkan oleh sel dan melarutkan selaput sel dari bagian dalam sehingga
selaput sel menjadi lemah dan memungkinkan embrio untuk memecah sel
dengan mudah dan menetas. Embrio dapat dengan mudah ditetaskan
apabila sel telur pecah secara mekanis. Untuk perlakuan telur dengan
perlakuan tannin dilakukan sebelum penutupan blastophore, karena selama
perkembangannya dalam inkubator, tannin merubah sifat selaput sel telur
menjadi lebih lemah.
Untuk perkembangan telur memrlukan O2 terlarut yang tinggi
secara terus-menerus. Konsumsi O2 dapat diabaikan pada perkembangan
awal, tetapi kebutuhannya meningkat tajam pada saat perkembangan telur
selanjutnya. Kekurangan O2 pada masa perkembangan embrio dapat
mematikan embrio. Perkembangan telur secara normal memerlukan suhu
seperti suhu di alam. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan
mempengaruhi proses perkembangan telur dan mengahalangi proses-
proses lainnya.
Air yang bersih dan bebas dari plankton merupakan persyaratan
dasar pada hatvhery. Air yang terpolusi akan menyebabkan berbagai
macam masalah, seperti kemungkinan adanya serangan dari hewan-hewan
plankton.
Selama perkembangannya, telur mengeluarkan beberapa senyawa
berbahaya CO2 dan NH3. Senyawa-senyawa tersebut apabila terakumulasi
dapat menjadi racun bagi telur itu sendiri. Kebanyakan telur ikan sangat
sensitif terhadap gangguan yang disebabkan oleh goncangan. Keadaan ini
terutama sekali selama masa awal pembelahan sel dan stadia morula.
Penyebab kematian telur selama inkubasi biasanya pada stadia
morula atau sebelum penutupan blastophore yang disebabkan karena :
didalam inkubator kekurangan O2 karena tidak adanya pertukaran air, suhu
yang tidak stabil, kebanyakan telur ikan sangat sensitif terhadap
guncangan. Keadaan ini terutama sekali selama masa awal pembelahan sel
dan stadia morula dan adanya serangan bakteri, jamur dan crustaceae
carnivor (cyclope), atau serangan predator berupa larva insekta atau
hewan-hewan air lainnya.

Ginogenesis pada ikan


Ginogenesis buatan adalah hasil pemijahan ikan yang didapatkan
dari perkembangan sebuah ovum setelah diferrtilisasi buatan oleh sperma
yang telah diirradiasi, kemudian diberi kejutan suhu, disini tidak ada
kontribusi material genetik dari sperma. Hasil dari ikan ginogenesis
biasanya berkelamin betina
Terdapat dua cara untuk mendapatkan ikan ginogenesis, yaitu
secara meiosis dan mitosis. Pada ginogenesis meiosis, ovum normal
difertilisasi dengan sperma yang telah diirradiasi, maka jumlah kromosom
didalam ovum tetap 2N, proses selanjutnya adalah pada saat ovum
mengalami meiosis II dan sebelum terjadi peloncatan polar bodi II diberi
kejutan suhu untuk menahan peloncatan polar bodi II. Dengan demikian,
maka jumlah kromosom didalam ovum tetap 2N. Selanjutnya ovum
mengalami proses mitosis dan berkembang serta menetas menjadi ikan
yang mempunyai 2N kromosom.
Ginogenesis mitosis, ovum normal difertilisasi dengan sperma
yang telah diirradiasi, maka jumlah kromosom didalam ovum tetap 2N,
proses selanjutnya adalah pada saat ovum mengalami meiosis II dan
dibiarkan terjadinya peloncatan polar bodi II, sehingga didalam ovum
jumlah kromosomnya tinggal 1N. Proses selanjutnya ovum mengalami
proses mitosis, disini terjadi duplikasi kromosom sehingga jumlah
kromosom menjadi 2N dan diberi kejutan suhu. Selanjutnya ovum
berkembang serta menetas menjadi ikan yang mempunyai 2N kromosom.

Rekayasa reproduksi dengan membuat ikan triploid


Triploidisasi pada ikan adalahproses terbentuknya ikan triploidi
yang terjadi bila telur normal dibuahi dengan sperma normal tanpa
diirradiasi, maka akan terdapat 3N kromosom didalam telur sebelum
peloncatan polar bodi II, telur diberi kejutan (suhu atau chemis seperti
kolkhisin atau sitokhalasin B), sehingga kromosomnya tetap 3N. Proses
selanjutnya telur akan mengalami proses mitosis, kemudian berkembang
dan menetas. Ikan triploidi ini akan menjadi steril karena jumlah
kromosomnya ganjil (3N), sehingga pada saat perkembangan gonad tidak
akan melangsungkan proses perpasangan kromosom dan akhirnya gonad
tidak dapat berkembang lagi (steril). Triploidisasi pada ikan yaitu proses
pembuahan telur pada kondisi normal terjadi pada saat meiosis II dan satu
set kromosom yang ada dalam polar bodi II akan memisahkan diri dari inti
sel telur, karena polar bodi II mengalami degenerasi. Satu set kromosom
yang tetap berada dalam inti akan bergabung dengan satu set kromosom
spermatozoa. Kemudian akan terbentuk individu diploid dengan dua set
kromosom. Apabila proses pemisahan satu set kromosom ini dapat
dicegah, maka telur tersebut tetap memiliki dua set kromosom dan
bergabung dengan satu set kromosom spermatozoa, sehingga terbentuk
individu triploid dengan tiga set kromosom.

Rekayasa reproduksi dengan membuat ikan tetraploid


Tetraploid dibuat dengan melakukan kejutan pada zigot diploid
saat mengalami fase pembelahan mitosis I. Kejutan dilakukan setelah
kromosom melakukan replikasi dan nukleus zigot kira-kira terbagi dua.
Kejutan akan mencegah nukleus pada bagian sel, sehingga mengakibatkan
nukleus zigot akan berjumlah 4 set kromosom, bukan 2 set. Tetraploid
adalah perlakuan penahanan pada saat mitosis I dari telur-telur yang
terfertilisasi dengan spermatozoa hidup (normal).
Bila telur yang normal setelah difertilisasi oleh sperma normal
akan mempunyai tiga set kromosom. Setelah mengalami peloncatan polar
bodi II, telur akan mempunayi dua set kromosom. Pada proses selanjutnya
sebelum terjadinya proses mitosis, telur diberi perlakuan kejutan kimia
seperti kolkhisin, sehingga didalam selnya terdapat empat set kromosom.
Setelah mengalami mitosis, telur akan berkembang dan menetas, serta
menjadi ikan yang mempunyai empat set kromosom (tetraploid).
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. JENIS PERCOBAAN
Percobaan ini merupakan percobaan eksperimen karena melibatkan
variabel kontrol, variabel manipulasi, dan variabel respon dan pembanding
penelitian.

B. ALAT DAN BAHAN


 Alat: Gelas ukur, mangkok plastik, lampu UV 15 Watt, magnetic
stirrer, thermometer, spuit/kanula, cawan petri, gelas arloji, stopwatch,
bak kejutan suhu, bulu ayam, bak inkubator, saringan, kompor gas,
ceret, tabung reaksi, pipet, aerator.
 Bahan: Larutan NaCl fisiologis 0,9 %, larutan penyubur (lactatate
inger’s), induk ikan mas jantan dan betina matang gonad, 2 butir telur
ayam kampung dan air.

C. VARIABEL PERCOBAAN
Variabel percobaan ini adalah sebagai berikut:
Variabel kontrol : jenis ikan
Variabel manipulasi : irradiasi sperma, waktu pemberian kejutan
Variabel respon : fertilitas telur, jumlah kromosom, jenis kelamin
ikan

D. LANGKAH KERJA
Gynogenesis meiosis
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang
gonad kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan
betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara
menebarkan telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan
melakukan pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung pada
malam hari (tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam setelah
dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif saling
berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa jarum
sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik hingga
tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Meradiasi sperma selama 9 menit kemudian mencampur sperma
yang telah diradiasi dengan sel telur yang sudah disiapkan dalam
mangkok plastik, kemudian mengadukknya pelan-pelan dengan bulu
ayam kurang lebih 0,5 menit.
12. Menetesi telur yang sudah tercampur dengan sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih 3
tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
13. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
14. Setelah 3 menit dari pemeberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air yang
bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
15. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya pada bak penetasan yang sudah diberi aerator.

Gynogenesis meiosis
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang
gonad kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan
betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara menebarkan
telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan melakukan
pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung pada malam
hari(tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam setelah
dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif saling
berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa jarum
sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik hingga
tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Meradiasi sperma selama 9 menit kemudian mencampur sperma
yang telah diradiasi dengan sel telur yang sudah disiapkan dalam
mangkok plastik, kemudian mengadukknya pelan-pelan dengan bulu
ayam kurang lebih 0,5 menit.
12. Menetesi telur yang sudah tercampur denga sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih 3
tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
13. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
14. Setelah 29 menit dari pemberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air yang
bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
15. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya ke dalam bak penetasan yang sudah diberi aerator.

Triploidisasi
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang gonad
kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara menebarkan
telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan melakukan
pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung pada malam
hari(tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam setelah
dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif saling
berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa jarum
sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik hingga
tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Menetesi telur yang sudah tercampur denga sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih 3
tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
12. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
13. Setelah 3 menit dari pemberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air yang
bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
14. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya ke dalam bak penetasan yang sudah diberi aerator.

Tetraploidisasi
1. Memasukkan pasangan induk ikan mas jantan dan betina matang gonad
kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina 3:1.
2. Merangsang pemijahan (induced spawning) dengan cara menebarkan
telur ayam pada kolam pemijahan. Ikan mas akan melakukan
pemijahan secara alami yang biasanya berlangsung pada malam
hari(tengah malam) dengan selang waktu 11-18 jam setelah
dipasangkan.
3. Setelah nampak tanda-tanda ikan memijah, ditandai dengan
timbulnya busa-busa putih pada air kolam, ikan bergerak aktif saling
berkejar-kejaran dan diperairan tercium bau amis.
4. Menangkap induk ikan jantan dan betina yang sedang memijah.
5. Menstripping indik betina untuk mengeluarkan sel telur.
6. Menampung telur hasil stripping kedalam mangkok plastik.
7. Mengambil telur 200 butir dan menaruhnya pada mangkok plastik.
8. Mengambil sperma dari induk ikan mas jantan dengan cara
distripping, kemudian disedot dengan menggunakan spuit tanpa
jarum sebanyak 1 cc, kemudian memasukkannya pada gelas ukur.
9. Mengencerkan sperma dengan menambahkan 9 cc NaCl fisiologis
0,9% kedalam gelas ukur yang berisi 1 cc sperma, kemudian mulut
tabung reaksi ditutup dengan jempol tangan dan dibolak-balik
hingga tercampur rata.
10. Mengambil 2 cc sperma yang sudah diencerkan, kemudian
meletakkannya di gelas arloji yang ada dalam kotak UV.
11. Menetesi telur yang sudah tercampur denga sperma yang telah
diirradiasi dengan larutan penyubur (lactate Ringer’s) kurang lebih
3 tetes, mengaduk pelan-pelan dengan bulu ayam kurang lebih 0,5
menit( waktunya dihitung dianggap jam ke-0).
12. Menebarkan secara merata sel telur yang sudah terbuahi ke dalam
saringan penetasan dengan bulu ayam.
13. Setelah 29 menit dari pemberian larutan penyubur, meletakkan
saringan penetasan yang berisi sel telur terfertilisasi kedalam air
yang bersuhu 400 C (kejutan suhu panas) selama 1,5 menit.
14. Setelah itu mengangkat saringan penetasan tersebut dan
meletakkannya ke dalam bak penetasan yang sudah diberi aerator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

 HASIL
A. Pemijahan ikan mas

Gambar 1. Ikan mas betina (kiri) dan


ikan jantan (kanan) yang siap memijah
B. Stripping
Gambar 2. Pengambilan sperma
(kiri) dan stripping pada ikan betina (kanan)

C. Fertilisasi buatan

Gambar 3. Telur ikan mas hasil stripping

Gambar 4. Fertilisasi buatan secara eksternal


D. Rekayasa reproduksi ginogenesis pada ikan mas
Gambar 5. Proses pengenceran sperma
E. Rekayasa reproduksi ikan triploid
Pada reproduksi ikan triploid dihasilkan ikan yang bersifat betina steril
yang memiliki kromosom 3n.

F. Rekayasa reproduksi ikan tetraploid


Pada reproduksi ikan tetraploid dihasilkan ikan yang bersifat betina fertil
yang memiliki kromosom 4n.

 Analisis Data

 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai