Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Untuk memenuhi
kebutuhan penduduk, pemerintah berusaha untuk meningkatkan hasil perikanan baik perikanan
darat maupun perikanan laut. Didalam usahabudidaya ikan, ketersediaan benih merupakan
halyang penting. Benih merupakansarana produksi utama dalam budidaya ikan, oleh
karena itu harus tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas baik, serta dapat
tersedia sctiap saat. Untuk keperluan budidaya, benih dapat diperoleh dari pemijahan
buatan yang hasilnya dapat digunakan kembalikeperairan umun dalam rangka
kelestarian sumberdaya alam (Effendi, 2004).
Awal pembentukan makhluk hidup dimulai dengan embriogenesis. Embriogenesis
merupakan proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat
tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat
spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu
ke-8 dari perkembangan manusia. Tahapan dalam embriogenesis setelah fertilisasi adalah morula,
blastula, dan gastrula. Setelah tahap ini, berlangsung proses organogenesis. Semua makhluk hidup
mengalami proses embriogenesis dalam siklus hidupnya. (Moyle,1988).
Embriogenesis merupakan pembentukkan makhluk hidup yang belum
memiliki bentuk yang mencirikan suatu makhluk hidup. Embriogenesis dimulai
dengan tahap pembelahan (cleavage), blastulasi, gastrulasi, dan neurulasi. Cleavage
adalah proses pembelahan embrio yang sudah mengalami fertilisasi secara mitosis.
Selama pembelahan itu, sel-sel mengalami fase S (sintesis DNA), fase M (mitosis)
siklus sel, fase G1, dan fase G2. Embrio tidak mengalami pertumbuhan pada tahap
ini. Proses pembelahan hanya membagi-bagi sitoplasma menjadi banyak sel yang
lebih kecil dengan nukleusnya masing-masing, yang disebut dengan blastomer. Saat
cleavage, total volume sel embrio sama atau tidak terjadi penambahan ukuran, hanya
jumlah selnya meningkat. Seperti pada ikan, ikan adalah hewan yang sel telur dengan
polaritas yang jelas, sehingga saat mengalami pembelahan (cleavage), sumbu
pembelahan mengikuti pola spesifik yang relative terhadap kutub zigotnya
(Campbell, 2004).

1
Perkembangan embrio merupakan suatu kelanjutan hasil fertilisasi dari hasil
sel telur dan sel sperma yang kemudian setelah dibuahi akan mengalami proses
pembentukan pola-pola pembelahan telur yang disebut cleavage. Sel telur membelah
secara berturut-turut hingga mencapai fase diferensiasi menjadi bentuk dewasa pada
tahap organogenesis. Pertumbuhan menjadi sistem organ yang kompleks dan saling
tergantung merupakan suatu hal yang terinci dalam sistem biologis yang semuanya
akan termodifikasi secara sempurna (Harvey, 1979).
Suhu dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan proses penetasan embrio, jika suhu
rendah embrio akan lebih lama tertahan dalam cangkangnya, sebaliknya jika suhu tinggi akan
menyebabkan embrio menetas secara prematur. Faktor cahaya juga mempengaruhi
masa pengeraman ikan. Jika dalam masa pengeraman ditaruh tempat yang gelap, maka
kan menetas lebih lambat. Faktor luar lainnya yang dapat mempengaruhi masa pengeraman ialah
gas terlarut dalam air terutama CO2 dan amonia dapat menyebabkan kematian embrio dalam
masa pengeraman. Selain itu, kekurangan oksigen tidak hanya memperlambat laju
perkembangan embrio tetapi juga dapat menimbulkan kematian embrio (Rustidja, 1999)
Perkembangan produksi ikan lele selama lima tahun terakhir menunjukkan
hasil yang sangat signifikan yaitu sebesar 21,82 % per tahun. Kenaikan rata ratanya
setiap tahun sebesar 39,66 %. Tahun 2009 produksi ikan lele meningkat sangat
signifikan yaitu dari produksi sebesar 144.755 ton pada tahun 2010 menjadi 242.811
ton, jadi meningkat sebesar 67,74 %. Adapun proyeksi produksi ikan lele nasional
dari tahun 2010 hingga tahun 2014 ditargetkan mengalami peningkatan sebesar 45 %
atau rata-rata meningkat sebesar 35 % per tahun yakni pada tahun 2010 sebesar
270.600 ton meningkat menjadi 900.000 ton pada tahun 2014 (Aeir, 2015).
Oleh karena itu perlunya dilakukan praktikum tentang tahap perkembangan
awal embrio ikan lele ini. Dengan adanya praktikum ini, diharapkan dapat
menambah ilmu pengetahuan tentang embriogenesis dari ikan lele. Sehingga
pembudidaya lele akan lebih mudah meningkatkan produktivitas lele dengan
mempercepat proses embriogenesisnya.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum Perkembangan Hewan tentang Tahap Perkembangan Awal Embrio Ikan


bertujuan untuk melihat tahap perkembangan awal embrio pada ikan.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kematangan gonad merupakan tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan


sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk
perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan
memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan
berlangsung sampai selesai (Campbell, 2004).
Menurut Effendie (2004), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina
pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25 persen dari bobot tubuh dan
pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin rneningkat
tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan menjadi
semakin besar. kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh perkembangan diameter
rata-rata telur dan melalui distribusi penyebaran ukuran telurnya.
Ikan lele merupakan salah satu ikan yang banyak dibudidayakan. Ikan lele
(Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan
ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100 sampai 200 gram. Di
Thailand, ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari bulan
Mei sampai Oktober (Harvey, 1979).
Perkembangan sel telur (oosit) diawali dari germ cell yang terdapat dalam
lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan
suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada diploten dari profasemeiosis pertama.
Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer (Kimball, 1997).
Oosit primer kemudian menjalankan masa tumbuh yang meliputi dua fase.
Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat
pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi
akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi
material kuning telur yang disintesis oleh hati, kemudian dibebaskan ke darah dan
dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis. Peningkatan ukuran indeks gonad
somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit.
Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan
stadianya (Sulistyowati, 2005).

3
Menurut Santoso (1994) stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume
sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning
telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas.
Santoso (1994) membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu stadia kromatin-nukleolus,
perinukleolus (yang terdiri atas awal dan akhir nukleolus), stadium oil drop stadium
yolk primer, sekunder, tertier, dan stadium matang. Sedangkan Kimball (1997)
membagi oosit dalam 6 kelas untuk Clarias sp, dimana stadia nukleolus dan
perinukleolus dikategorikan sebagai stadium pertama.
Setiap stadium dicirikan sebagai berikut, stadium 1, oogonia dikelilingi satu
lapis set epitel dengan pewarnaan hematoksilin-eosin plasma berwarna merah jambu,
dengan inti yang besar di tengah. Stadium 2 memiliki ciri-ciri oosit berkembang
ukurannya, sitoplasma bertambah besar, inti biru terang dengan pewarnaan, dan
terletak masih di tengah sel. Oosit dilapisi oleh satu lapis epitel. Stadium 3
berkembang sel folikel dan oosit membesar danprovitilin nukleoli mengelilingi inti.
Stadium 4 memiliki ciri-ciri uvitilin inti telah berkembang dan berada disekitar
selaput inti. Stadium ini merupakan awal vitelogenesis yang ditandai dengan adanya
butiran kuning telur pada sitoplasma. Pada stadium ini,oosit dikelilingi oleh dua lapis
sel dan lapisan zona radiate tampak jelas pada epitel folikular. Stadium 5,
peningkatan ukuran oosit karena diisi oleh kuning telur. Butiran kuning telur
bertambah besar dan memenuhi sitoplasma dan zona radiata terlihat jelas. Stadium 6
memiliki ciri-ciri inti mengecil dan selaput inti tidak terlihat, inti terletak di tepi.
Zona radiata, sel folikel, dan sel teka terlihat jelas (Harvey, 1979).
Pengetahuan tingkat kematangan gonad sangat penting dan sangat menunjang
keberhasilan dalam membenihkan ikan karena berkaitan erat dengan pemilihan
calon-calon induk ikan yang akan dipijahkan. Semakin tinggi tingkat perkembangan
gonad,telur yang terkandung di dalamnya semakin membesar sebagai hasil dari
akumulasi kuning telur, hidrasi, dan pembentukan butir-butir minyak yang berjalan
secara bertahap.Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dapat dibagi menjadi
dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad ikan sampai ikan menjadi dewasa kelamin
dan selanjutnya adalah pematangan gamet. Tahap pertama berlangsung mulai dari
ikan menetas hingga mencapai dewasa kelamin dan tahap kedua dimulai setelah ikan

4
mencapai dewasa, dan terus berkembang selama fungsi reproduksi masih
tetapberjalannormal (Shukla, 2010).
Menjelang ovulasi akan terjadi peningkatan diameter oosit karena diisi oleh
massa kuning telur yang homogen akibata danya peningkatan kadar estrogen dan
vitelogenin. Ukuran telur juga berperan dalam kelangsungan hidup ikan. Benih ikan
browntrout yang berasal dari telur yang berukuran besar mempunyai daya hidup
yang lebih tinggi daripada benih ikan yang berasal dari telur yang berukuran kecil.
Hal ini terjadi karena kandungan kuning telur yang berukuran besar lebih banyak
sehingga larva yang dihasilkan mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk
membuat daya tahan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan telur-telur yang
berukuran kecil (Rustidja, 1999).
Induk yang pantas dipijahkan adalah induk yang telah melewati fase
pembentukan kuning telur (fase vitellogenesis) dan masuk ke fase dorman. Fase
pembentukan kuning telur dimulai sejak terjadinya penumpukan bahan-bahan kuning
telur da!am sel telur dan berakhir setelah sel telur mencapai ukuran tertentu atau
nukleolus tertarik ke tengah nukleus. Setelah fase pembentukan kuning telur
berakhir, sel telur tidak mengalami perubahan bentuk selama beberapa saat, tahap ini
disebut fase istirahat (dorman) (Moyle, 1988).
Menurut Lam (1985), apabila rangsangan diberikan pada saat fase dorman,
maka akan menyebabkan terjadinya migrasi inti ke perifer, kemudian inti pecah atau
melebur pada saatpematangan oosit, ovulasi (pecahnya folikel), dan oviposisi.
Apabila kondisi lingkungan tidak cocok dan rangsangan tidak tersedia maka telur
dorman tersebut akan mengalami degenerasi (rusak) lalu diserap kembali oleh
lapisan folikel melalui atresia.
Faktor-faktor eksternal lain yang menyebabkan terjadinya atresia adalah
ketersediaan pakan sedangkan faktor internal adalah umur telur. Ukuran sel telur ada
hubungannya dengan fekunditas. Makin banyak telur yangdipijahkan ukuran telurnya
makin kecil, misalnya ikan cod (diameternya 1-1,7mm) produksinya 10 juta telur.
Salmon Atlantik yang memiliki diameter telur 5-6 mm,produksi telurnya 2.000-3.000
butir, sedangkan untuk ikan belut dengan diameter telur 1–1,5 mm produksinya
2.200–5.400 telur (Sulistyowati, 2005).

5
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Tahap Perkembnagan Awal Embiro Ikan dilakukan pada Rabu, 27 Maret
2017 di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu object glass, mikroskop, pipit tetes,
botol film dan alat tulis. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
Formalin dan Ikan Lele yang diambil telur dengan usia 0 -26 jam.

3.3 Cara Kerja

Dilakukan pencuplikan terhadap telur ikan lele dengan usia 0-26 jam dan
dimasukkan kedalam botol film dan diberi formalin. Kemudian masing-masing telur
usia 0 jam, 1 jam, 2 jam dan seterusnya diambil menggunakan pinset, diletakkan
diatas kaca objek dan diamati tahapan-tahapan embrio yang terjadi.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tahap Perkembangan Morula

Keterangan : usia telur 0 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 0 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 2 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 2 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 4 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 4 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

7
Keterangan : usia telur 6 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 6 jam
Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tahap
morula pada Ikan Lele terjadi dari usia telur 0 jam - 6 jam. Pada saat ini ukuran sel
mulai beragam. Sel membelah secara melintang dan mulai membentuk formasi
lapisan kedua secara samar pada kutup anima. Stadia morula berakhir apabila
pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer. Blastomer kemudian memadat
menjadi blastodisk kecil membentuk dua lapis sel. Pada akhir pembelahan akan
dihasilkan dua kelompok sel. Adapun pada praktikum, usia telur 0 jam sudah
diketahui bahwa itu merupakan tahap Morula. Hal tersebut karena pada pengamatan
telur yang sedang berkembang dan sudah mendekati ciri-ciri suatu tahap akan
digolongkan dalam tahap tersebut. Oleh karena itu pada usia telur 0 jam digolongkan
Morula karna sudah mendekati ciri-ciri dari tahap Morula.
Menurut Effendi (1995) bahwa fase morula dimulai ketika telah mencapai 32
sel. Hasil pengamatan fase morula awal terjadi 3 jam setelah pembuahan, sedangkan
Pembelahan kelima (32 sel) terjadi 3 jam 50 menit setelah pembuahan pada suhu
29°C. Ukuran sel blastodisk sudah mulai beragam. Sel membelah secara melintang
dan mulai terbentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutub anima. Fase
morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer yang ukuran
sama tetapi lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodisk kecil
membentuk dua lapis sel.

8
4.2 Tahap Perkembangan Blastula

Keterangan : usia telur 8 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 8 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 10 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 10 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 12 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 12 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

9
Keterangan : usia telur 14 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 14 jam
Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 16 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 16 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tahap blastula pada Ikan Lele
terjadi dari usia telur 8 jam - 16 jam. Blastulasi adalah proses yang menghasilkan
blastula yaitu campuran sel-sel blastoderm yang membentuk rongga penuh cairan
sebagai blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel blastoderm akan terdiri dari neural,
epidermal, notochordal, meso-dermal, dan endodermal yang merupakan bakal
pembentuk organ-organ. Dicirikan dua lapisan yang sangat nyata darisel-sel datar
membentuk blastocoel dan blastodisk berada di lubang vegetal berpindah menutupi
sebagian besar kuning telur.
Menurut Khana (2004) fase blastula telur ikan lele terjadi 4 jam 50 menit
setelah pembuahan pada suhu 29°C. Hal ini bisa saja terjadi karna pengaruh dari
suhu. Pada akhir fase blastula, sel-sel blastoderma akan terdiri dari neural,
epidermal, notochordal, mesodermal serta endodermal yang merupakan bakal
pembentuk organ-organ.

10
Pada blastula sudah terdapat daerah yang akan berdiferensiasi membentuk
organ-organ tertentu (presumtife organ forming) seperti sel-sel saluran pencernaan,
notochorda, saraf dan epidermis, ectoderm, mesoderm, dan entoderm. Bentuk dan
fungsi berbagai bagian blastula terjadi melalui diferensiasi yakni sebuah atau
sekelompok sel mengalami perubahan bentuk atau fungsi. Ada diferensiasi yakni
kimiawi, bentuk dan faali (fungsi). Diferensiasi kimiawi merupakan langkah awal
untuk diferensiasi-diferensiasi berikutnya dan sifatnya menentukan atau membatasi
kegiatan sel kearah fungsi tertentu (Harinadi, 2010).

4.3 Tahap Perkembangan Gasrula

Keterangan : usia telur 18 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 18 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 20 jam (Sumber: Keterangan : usia telur 20 jam


Kelompok 5B) (Harinadi, 2010)

11
Keterangan : usia telur 22 jam (Sumber:
Keterangan : usia telur 20 jam
Kelompok 5B)
(Harinadi, 2010)
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tahap gastrula pada Ikan Lele
terjadi dari usia telur 18 jam - 22 jam. Gastrulasi adalah proses perkembangan
embrio, dimana sel bakal organ yang telah terbentuk pada stadia blastula mengalami
perkembangan lebih lanjut. Proses perkembangan sel bakal organ ada dua, yaitu
epiboli dan emboli. Stadia gastrula merupakan proses pembentukan ketiga lapisan
yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Pada proses gastrula terjadi perpindahan
ektoderm, mesoderm, endoderm dan notochord menuju tempat yang definitif.
Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi oleh lapisan sel. Beberapa
jaringan mesoderm yang berada disepanjang kedua sisi notochord disusun menjadi
segmen-segmen yang disebut somit yaitu ruas yang terdapat pada embrio.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa setelah fase blastula
kemudian dilanjutkan fase gastrula, dimana pada awal fase ini blastoderma menutupi
hampir seluruh kuning telur. Bagian yang tidak menutupi kuning telur dinamakan
blastopore. Jaringan luar embrio terus berkembang mengelilingi kuning telur.
Setelah jaringan menutupi seluruh kuning telur terbentuklah perisai embrio pada
kutub anima. Perisai embrio yang berada pada kutub anima akan berkembang
menjadi tulang belakang. Fase gastrula terjadi 5 jam setelah pembuahan. Akhir dari
proses gastrulasi apabila kuning telur sudah tertutup lapisan sel (perisai embrio).
Bersamaan dengan selesainya proses gastrulasi sebenarnya sudah dimulai awal
pembentukan organ-organ (Effendi, 1995).

12
4.4 Tahap Organogenesis
Gasrula

Keterangan : usia telur 24 jam (Sumber: Keterangan: literatur 24 jam (Khana,


Kelompok 5B) 2004)

Keterangan : usia telur 26 jam (Sumber:


Ket : literatur usia telur 26 jam (Khana,
kelompok 5B)
2004)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan tahapan organogenesis pada


ikan lele adalah pada saat 22 jam-24 jam. Pada tahap organogenesis telah terlihat
berbagai organ semu. Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat
tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi
janin atau fetus (bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk
dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies. Organogenesis
terdiri dari dua periode, yaitu pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir. Selama
pertumbuhan terjadi transformasi dan diferensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari
bentuk primitif menjadi bentuk definitif, yang khas bagi suatu spesies

13
Menurut Kimmel et al (1995), pada tahap organogenesis terbentuk lima tabung
bagian pembentuk organ dasar yang berhubungan dengan notochord axial yaitu
epidermis, neural, endodermal, dan dua mesodermal. Tabung ektodermal menjadi
penutup tubuh (epidermis) dan derivatnya. Tabung mesodermal akan bersegregasi
menjadi bagian dorsal, intermediet dan lateral, dimana mesodermal dorsal telah lebih
dahulu terbagi menjadi somit. Pada tahap somit akan terbentuk sirip pektoral,
notochord, pembuluh darah dan insang. Proses penetasan embrio terjadi apabila
adanya pelunakan korion akan menurun menjelang penetasan (Hatching)
Effendi (2004), menyatakan bahwa organ-organ yang terbentuk dari jaringan
neural antara lain adalah otak, mata, bagian alat pencernaan makanan dan
kelenjarnya serta sebagian kelenjar endokrin. Organogenesis merupakan proses
pembentukan organ-organ yang berhubungan dengan notocord axial. Proses
organogenesis ini berlangsung lebih lama dibanding dengan stadia-stadia lainya.
Organogenesis, yakni proses pembentukan alat-alat tubuh makhluk yang
sedang berkembang. System organ-organ tubuh berasal dari 3 buah daun kecambah,
yakni ectoderm, entoderm dan mesoderm. Dari ectoderm akan terbentuk organ-organ
susunan (system) syaraf dan epidermis kulit. Dari entoderm akan terbentuk saluran
pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat pernapasan. Sedangkan
dari mesoderm akan muncul rangka, otot, alat-alat peredaran darah, alat ekskresi,
alat-alat reproduksi dan korium kulit. Dari mesoderm intermediate dihasilkan ginjal,
gonad dan saluran-salurannya. Mesoderm lateral menjadi lapisan-lapisan dalam dan
luar yang membungkus ruang coelom. Pelapis ruang pericardium, peritoneum,
jantung, saluran-saluran darah, tubuh dan lapisan-lapisan usus semua berasal dari
endoderm (entoderm), sedangkan alat ekskresi melalui pembentukan nephrostom.
Mesenchym di kepala membantu pembentukan lapisan-lapisan luar mata, rangka
kepala, otot kepala dan lapisan dentin pada gigi (Shukla, 2010).

14
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui tahap-tahap


perkembangan awal embrio ikan sebelum organogenesis adalah morula, blastula dan
gastrula. Morula pada Ikan Lele terjadi dari usia telur 0 jam - 6 jam. tahap blastula
pada Ikan Lele terjadi dari usia telur 8 jam - 16 jam. Tahap gastrula pada Ikan Lele
terjadi dari usia telur 18 jam - 22 jam. Sedangkan pada waktu ke 24-26 jam
merupakan tahap organogenesisis.

5.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, untuk praktikum selanjutnya


diharapkan agar praktikan belajar terlebih dahulu sebelum praktikum, agar dapat
memahami materi dan dapat memberikan hasil yang maksimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aeir, C.V.S., Winda, M.M., Ockstan, J. K. 2015. Kejutan suhu pada penetasan telur
dan sintasan hidup larva ikan lele(Clarias gariepinus). Jurnal Budidaya
Perairan Mei 2015 Vol. 3 No. 2: 13 - 18.

Chambell, Neil A. 2004. Biology. Erlangga. Jakarta.

Effendi MI. 1995. Biologi Perikanan. Yayasan Nusatama. Bogor.

Effendi, MI., 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Harinadi. 2010. Embriologi dan Perkembangannya. Erlangga. Jakarta.

Harvey, B. J. 1979. The Theory and Passino. Ichtiology. John Willy and Sons. New
York.

Khana, D. R. 2004. Text Book of Embryology. Discovery Publishing House. New


Delhi-India.

Kimball, John W. 1997. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Kimmel, C.B., and Law, R.D. (1985a) Cell lineage of zebrafish blas-tomeres. I.
Cleavage pattern and cytoplasmic bridges between cells. Dev. Biol. 10878-
85.

Lam TJ. 1985. Induceed spawning in fish. Oceanic Institute and Tungkang
marineLaboratory.

Moyle, P. B. & J. J. Cech. (1988). Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second.

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.


Yogyakarta. 107Hal.

Rustidja. 1999. Kromosom ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Polyploid.


Fakultas Perikanan UniversitasBrawijaya. Malang.

Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo & Lokal. Kanisius.
Yogyakarta.

Shukla. 2010. Fish and Fisheries. Rakesh Kumar Rastogi. India.

Sulistyowati, D. T., Sarah., H. Arfah. 2005. Organogenesis Dan Perkembangan


Awal Ikan. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(2): 67– 66 (2005).

16
17

Anda mungkin juga menyukai