Anda di halaman 1dari 12

1.1 PEMBENTUKAN TELUR.

Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk


persediaan perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak
ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan
mekanisme endokrin, metabolik dan kimia. Bertelur sama dengan mekanisme
laktasi. Telur unggas mengandung makanan untuk perkembangan embrionik
selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio sangat tergantung pada zat
makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu lemak dari sudut kalori lebih
pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya akan lemak dari pada gula
(dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984).
A. Ovarium
Pada awal perkembangan embrio, terdapat dua ovarium dan dua ovidak.
Bagian sebelah kanan mengalami atrofi sehingga pada saat menetas yang
tinggal hanya ovarium dan ovidak bagian kiri. Sebelum produksi telur ovarium
terisi penuh oleh folikel yang mengandung ova. Beberapa ova cukup besar
sehingga dapat dilihat dengan mata, sedangkan yang lainnya harus
menggunakan mikroskop. Beberapa ribu ova terdapat pada setiap hewan
betina. Saat dewasa ova menjadi kuning telur yang berukuran penuh dan
berperan penting untuk produksi telur selama hewan hidup.
1. Yolk / Kuning telur
Kuning telur (yolk) bukan sel reproduktif sejati, tetapi merupakan sumber
bahan pakan bagi sel kecil (blastoderm) dan selanjutnya digunakan oleh embrio
untuk menunjang pertumbuhannya.
Apabila unggas telah mencapai dewasa, ovariumnya dan ovidaknya
mengalami perubahan-perubahan sekitar selama 11 hari sebelum bertelur
pertama, yaitu kelenjar pituitary anterior memproduksi folikel stimulating
hormone (FSH). Akibatnya, ukuran folikel ovarium bertambah. Ovarium yang
aktif mulai mengahsilkan hormone esterogen, progesterone, testosterone.
Sementara ukuran ovidak bertambah besar sehingga memungkinkan
memproduksi protein albumen, membrane kerabang, kalsium karbonat
kerabang, dan kultikula.
Yolk pertama menjadi dewasa karena sebagian besar bahan yolk yang
diproduksi di hati dialirkan oleh darah langsung ke yolk. Satu atau dua hari
kemudian, yolk ke dua mulai berkembang, dan seterusnya sampai pada saat
telur pertama dikeluarkan sekitar 5-10 yolk sedang dalam proses
pekembangan. Setiap yolk menjadi dewasa membutuhkan wkatu 10-11 hari.
Pada awalnya penimbunan bahan yolk sangat lambat dan warnanya terang.
Akhirnya, ovum mencapai diameter 6mm. pada saat pertumbuhannya
mencapai tingkat yang terbesar dan diameter bertambah sekitar 4 mm setiap
hari. Selama periode yang singkat sekitar 7 hari sebelum ovulasi 95-99%,
material yolk ditambahkan. (Suprijatna, 2008).
Kuning telur atau yolk terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25
sampai 150 m garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan
yang berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan
berdiameter sekitar 2 m. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa terdiri
dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada dalam bentuk
lipoprotein (Bell dan Freeman, 1971).
Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein kuning telur
berasal dari hati atas rangsangan hormon estrogen. Kemudian diangkut oleh
darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium aves mengandung 1000
sampai 3000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari ukuran mikrokopik
sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh
dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam infundibulum.
Kuning telur diliputi oleh suatu membran folikuler, yang menempelkannya pada
ovari. Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit
mengandung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah
tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat ovulasi.
Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah
menuju ke ovidak, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama
kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah
yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur (James
Blakely dan David, 1985).
Pengendalian Hormon Bertelur.
Reproduksi, berkaitan dengan sistem pengendalian pada ayam yang
sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler yakni gradasi berat dan ukuran
folikel. Hanya satu folikel yaitu yang terbesar yang menjadi masak dan di
ovulasikan dalam waktu satu hari, segera setelah folikel ini pecah, kemudian
nomor 2 terbesar tumbuh menjadi besar, demikian seterusnya peristiwa
tersebut terjadi berurutan. Rincian permainan hormonal antara ovarium dengan
sistem hipotalamus-hipofiseal unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui
benar-benar ialah bahwa ovarium secara total tergantung pada hormon
Gonadotrofik yang berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus
dalam pengendalian pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus
melalui cara pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah
paraventrikuler, ternyata dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990).
1. Oviduk.
Oviduk merupakan sebuah pipa yang panjang dimana yolk lewat dan
bagian telur lainnya disekresikan. Secara normal ukurannya kecil, diameternya
relative kecil tetapi menjelang ovulasi pertama ukuran dan ketebalan
dindingnya bertambah besar.
Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam
infundibulum kuning telur akan berdiam kurang lebih selama jam dan
dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan, setelah itu diteruskan ke
magnum (Rasyaf, 1992). Nalbandov, (1990) menambahkan bahwa disini telur
menerima lapisan albumen. Sekresi albumen pada magnum dikontrol oleh dua
hormone, yaitu hormon estrogen yang fungsi utamanya menyebabkan
perkembangan anatomi dan perkembangan kelenjar seluruh oviduk, tetapi
estrogen saja tidak dapat menyebabkan pembentukan calon albumen dalam
kelenjar, atau sekresi albumen sendiri ke dalam lumen magnum. Hormon yang
kedua dibutuhkan untuk kepentingan kedua-duanya, baik pembentukan atau
sekresi albumen.
Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi terhadap magnum yang
berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan pertumbuhan granula
albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen. Setelah pertumbuhan
magnum yang didukung oleh estrogen dan pembentukan granula albumen
yang disebabkan baik androgen ataupun progesteron, satu peristiwa lagi masih
tertinggal yaitu sekresi albumen kedalam lumen. Hal ini biasanya terpicu oleh
adanya benda asing di magnum , apakah itu ovum ataukah benda asing yang
berada dalam magnum.
Albumen pada sebutir telur terdiri dari empat lapisan. Masing-masing
adalah Chalazae (27%), putih kental (57%), putih telur encer dalam (17,3%),
dan putih telur encer bagian luar (23%). Keempat lapisan tersebut diproduksi
pada magnum tetapi putih telur encer luar tdak lengkap sampai air ditambahkan
di uterus.(Suprijatna, 2008).
Setelah albumen dalam perjalanan di magnum selama 2,5 jam atau 3
jam, telur bergerak ke isthmus, disini disekersikan kerabang lunak. Bagian
oviduk ini secara histologis berbeda dengan magnum tetapi dikontrol oleh
hormon yang sama, yang beraksi dengan cara yang sama dan dalam rangkaian
tahap yang sama, seperti yang terjadi pada magnum. James Blakely dan David,
(1985)mengemukakan di daerah isthmus mendapat pelapisan membran yaitu
membran luar dan membran dalam, dalam keaadaan normal masing-masing
membran menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membran tersebut
berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut
membentuk suatu rongga udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih
1,5 jam dan setelah menerima kerabang lunak dan air, Rasyaf (1992)
menambahkan bahwa dibagian ini ditambahkan pula Natrium, Kalsium dan
garam. Telur tersebut bergerak ke kelenjar kerabang atau yang dinamakan pula
uterus, telur tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22 jam, dan kerabang
kapur disekresikan menyelubungi (Nalbandov, 1990).

2. Pengeluran Telur (Oviposisi).


Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika
induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan
dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti sebabnya,
tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara
horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur itu
dikeluarkan. Ovulasi secara normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan.
Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan
David, 1985). Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh
cahaya sehingga merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada
gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan
oviposisi.

Bentuk dan ukuran telur.


Sebagian besar, telur berbentuk oval. Bentuk telur secara umum
dikarenakan fanctor genetis. Setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk
yang sama yaitu bulat, panjang, lonjong, dan sebagainya.
Besar telur yang berasal dari satu induk adalah bervariasi, hal ini
disebabkan karena factor genetis yang berpengaruh terhadap lama periode
pertumbuhan ova, berkurangnya jumlah albumen yang diproduksi, komponen
makanan yang mengandung protein serta cuaca panas juga mempengaruhi
menurunnya ukuran telur.
Komposisi telur.
Air menyusun sekitar 45% dari kerabang telur. Isi telur mengandung
sekitar 74%. Kandungan air pada albumen tinggi, bagian yang padat hamper
seluruhnya protein dan sejumlah kecil karbohidrat. Sekitar separuh dari yolk
berupa air, tetapi bagian yang padat tersusun dari sebagian lemak, protein,
vitamin, dan mineral (Suprijatna, 2008).

1.3 PERKEMBANGAN EMBRIO DAN PENETASAN


1.3.1 Perkembangan Embrio
Perkembangan embrio pada unggas ini berbeda dengan mamalia Karena
berlangsung diluar tubuh induknya. Prekembangan ini meliputi perkembangan
telur sebelum keluar tubuh dan di luar tubuh serta perkembangan embrio
selama penetasan.
a. Perkembangan telur sebelum ke luar tubuh dan di luar tubuh.
Setelah terjadi pembuahan dan terbentuk zigot maka perkembangan
embrional akan di mulai. Sekitar lima jam setelah ovulasi, saat telur yang
sedang berkembang berada dalam ismus, pembelahan sel pertama
berlangsung. Pembelahan selanjutnya terjadi sekitar 20 menit kemudian.
Setelah itu, satu jam kemudian, pada saat telur meningalkan ismus,
berlangsung perkembangan embrional dengan membentuk 16 sel. Setelah
sekitar empat jam berada di dalam uterus , telah terbentuk 256 sel sebagian
blastoderm.
Blastoderm menyebar keseluruh yolk berdiferensiasi menjadi dua
lapisan sel melalui suatu proses yang disebut gastrulasi. Kedua lapisan
tersebut akan tampak sebagai lingkaran berwarna keputihannpada
permukaan yolk bila telur yang telah dibuahi dipecah. Sedangkan pada telur
yang tidak dibuahi tidak akan tampak lingkaran tersebut. Lapisan ketiga,
mesodermis, jika telur sudah dierami (Suprijatna, 2008).
Secara rinci,perkembangan embrional di luar tubuh induk selama
pengeraman yaitu :
Periode Tahap perkembangan
Telur dalam tubuh induk. Fertilisasi, pembelahansel, pertumbuhan sel
hidup, dan segresi sel menjadi kelompok-kelompok yang berfungsi khusus.
Telur di luar tubuh induk sebelum ditetaskan. Tidak berkembang, embtio
dalam keadaan hidup inaktif.
Selama penetasan:
Hari ke 1
16 jam Tanda pertama perkembangan embrio
18 jam Tamak saluran percernaan
20 jam Tampak vertebral column
21 jam Pertama pembentukan system saraf
22 jam Pertama pembentukan kepala
23 jam Tampak butir-butir darah dan system sirkulasi
24 jam Mulai pembentukan mata
Hari ke 2
25 jam Mulai pembentukan hati
35 jam Mulai pembentukan telinga
42 jam Jantung melai berdenyut
Hari ke 3
50 jam Mulai pembentukan amnion
60 jam Mulai pembentukan nasal
62 jam Mulai pembentukan kaki
64 jam Mulai pembentukan sayap
70 jam Mulai pembentukan allantois
Selanjutnya Hari ke 4 Melai pembentukan lidah
Hari ke 5 Mulai pembentukan organ reproduksi dan diferensiasi sex
Hari ke 6 Mulai pembentukan paruh dan gigi telur
Hari ke 8 Mulai pembentukan bulu
Hari ke 10 Mulai pembentukan paruh
Hari ke 13 Penampakan sisik dan kuku
Hari ke 14 Embrio memutar kepalanya kearah ujung tumpul telur
Hari ke 16 Sisik, kuku, dan paruh menjadi halus dan keras
Hari ke 17 Paruh memutar ke arah rongga udara
Hari ke 19 Yolk sac mulai memasuki rongga udara
Hari ke 20 Yolk sac seluruhnya masuk rongga tubuh; embrio memenuhi
semua ruang dalam telur, kecualirongga udara
Hari ke 21 Telur menetas
b. Perkembangan embrio selama penetasan.
Pada saat setelah telur dierami maka lapisan sel ke tiga, mesodermis,
akan berkembang menjadi tulang, darah serta organ reproduksi dan organ
sekretori. Penyerapan zat makan yang didapatkan oleh embrio ini adalah
berasal dari telur itu sendiri. Perkembanga embrio dalam telur ini dapat
berlangsung karena adanya membran ekstraembrional.
Membran ekstra embrional ada empat yaitu :
Choiron : merupakan lapisan yang paling luar.
Amnion : merupakan kantong yang berisi cairan transparan yang
berguna untuk memelihara embrio agar dapat bergerak bebas
selama pertumbuhan.
Yolk sac (kantog kuning telur) : merupakan membrane yang
membungkus kuning telur.
Allantois : merupakan membrane yang menyeliputi embrio dan
berperan sebagai suatu system sirkulasi.
Pertumbuhan embrio selama dalam telur memerlukan protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, air, dan oksigen sebagai bahan
makanan untuk mencapai perkembangan yang normal.
a. Energy
Energy yang dibutuhkan oleh embrio ini berasal dari protein, karbohidrat,
dan lemak. Selama empat hari pertama, perkembangan embrio, karbohidrta
meruapakan sumber energinya. Salanjutnya adalah protein dan karbohidrat
yang ditandai dengan terbentuknya urea yang merupakan hasil akhir
metabolism protein. Pada tahap akhir yang menjadi sumber energy adalah
lemak yang berasal dari kuning telur. Selama pengeraman berlangsung,
produksi panas terus meningkat sejalan dengan terjadinya perkembangan
embrio. Dalam pembentukan panas ini diperlukan udara segar yang berupa
oksigen dengan jumlah yang terus bertambah. Hal ini ditunjukkan dengan
respiratory quotient yang terus menurun. RQ adalah perbandingan antara
volume oksigen yang dikonsumsi pada saat tertentu (Suprijatna,2008).
b. Mineral
Mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu
kalsium. Sumber mineral ini utamanya adalah kalsium yang terdapat dalam
kerabang. Kandungan kalsium dalam telur meningkat, mulai hari ke 12. Kadar
kalsium yang terus meningkat tersebut beasal dari kalsium kerabang karena
pada telur yang infertile yang dieramkan tidak terjadi peningkatan kadar kalsium
selama pengeraman tersebut. Adanya peningkatan kadar kalsium pada telur
fertile yang dieramkan ini hanya mungkin diperoleh karena adanya transfer dari
kerabangtelur melalui membrane kerabang. Mineral lainnya yang dibutuhkan
selama perkembanagn embrional terdapat dalam telur.
1.3.2 Penetasan
Penetasan merupakan proses perkembangan embrio dalam telur sampai
telur pecah sampai mengahasilkan individu baru. Penetasan ini dapat dilakukan
secara alami oleh induknya atau secara buatan menggunakan mesin
penetasan.
Spesies yang menetas secara alami merupakan cara penetasan yang
paling efisien dan ekonomis. Sedangkan pada penetasan secara buatan masih
tergantung pada beberapa factor, anatara lain telur tetas, mesin tetas, dan
tatalaksan penetasan.

a. Telur Tetas.
Telur tetas harus mempunyai kualitas yang baik, yaitu memiliki fertilitas
yang tinggi dan daya tetas yang tiggi pula. Karena tidak semua telur memilki
kualitas yang tinggi.
Fertilitas merupakan presentasi telur yang fertile dari seluruh telur yang
digunakan dalam suatu penetasan. Faktor yang memnentukan fertilitas anatara
lain:
Nisbah kelamin atau sex ratio, yaitu perbandingan jantan dan betina
dalam suatu pemeliharaan pembibitan. Jika terlalu banyak ayam pejanta,
maka akan berakibat pada meningkatnya stress pada ayam karena
kegaduhan akibat terjadinya persaingan antar pejantan dalam
memporoleh pasangannya.
Umurnya, pada umur yang tua mempunyai fertilitas yang rendah. Jika
telur berasal dari ayam yang masih muda juga tida baik ditetaskan karena
akan menghasilkan anak ayam yang berkualitas rendah. Jadi, telur yang
digunakan dalam penetasan harus berasal dari ayam yang masih dalam
masa produktif.
Lama waktu mulai perkawinan sampai telur dikumpulkan untuk ditetaskan.
Semakin lama jarak waktu antara perkawinan dengan telur yang
digunakan sebagai telur tetas maka fertilisasinya semakin rendah.
Manajemen pemeliharaan, pembibitan, meliptuti perkandangan dan
pencahayaan.
Pakan yang meliputi protein, kalsium dan sebagainya.
Musim. Pada musim panas akan mengakibatkan ayam mengalami stress
maka libido akan menurun sehingga fertilitas telur yang dihasilkan rendah.
Untuk mengetahui telur fertile pada suatu penetasan, dilakukan dengan
cara meneropongkan telur pada suatu alat yang dilengkapi dengan sumber
cahaya. Alat tersebut disebut dengan cander. Namun dalam penggunaan
praktis, untuk mengetahui kualitas telur tetas adalah daya tetas (hatchability).
Daya tetas memiliki dua pengertian, yaitu :
1. Presentasi telur yang menetas dari seluruh telur yang ditetaskan.
Pengertian ini banyak digunakan pada perusahaan penetasan
(hatchery).
2. Presentase telur yang menetas dari telur yang fertile (terbuahi).
Pengertian ini lebih tepat, trutama bila pengamatan mengenai telur
yang fertile akurat. Namun, bila tidak tepat karena kesulitan teknis,
cara pertama lebih menguntungkan untuk menduga kualitas telur
tetas.
Seleksi telur tetas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memilih telur tetas yang memenuhi persyaratan untuk ditetaskan.
Persyaratan telur tetas yang baik yaitu :
a. Telur tetas harus berasal dari induk (pembibit) yang sehat dan
produktivitasnya tinggi dengan sex ratio yang baik sesuai dengan
rekomendasi jenis ayam.
b. Umur telur tidak boleh lebih dari satu minggu. Daya tetas akan
menurun sejalan dengan bertambahnya umur telur.
c. Kualitas fisik telur. Meliputi ; a). bentuk telur normal. Perbandingan
panjang dan lebar adalah 7:5. b). berat atau besar telur harus
seragam sesuai strain atau bangsa. c). cangkang yang sedang
(tidak tipis juga tidak tebal). d). permukaan kulitnya halus, tidak
kotor, dan tidak retak.

b. Mesin Tetas.
Mesin tetas berfungsi mengganti peran induk. Dalam penetasan telur untuk
menghasilkan individu baru , cara kerja mesin tetas pada prinsipnya meniru
induknya pada waktu mengerami telurnya. Itulah sebabnya mesin tetas dapat
menciptakan kondisi sebagaimana kondisi alami oleh induknya. Untuk
menciptakan kondisi yang ideal seerti pada penetasan alami, harus
diperhatikan panas atau temperature, kelembapan dan seirkulasi udara dalam
ruang mesin.
Perkembangan e,brio akan engalami masa istirahat, tidak berkembang pada
kondisi temperature tertentu, yaitu yang disebut sebagai physiological zero.
Temperature tersebut adalah 75 F (23,5C). di atas temperature tersebut,
embrio akan berkembang. Telur akan menetas pada penetasan buatan
(menggunakan mesin tetas) jika temperaturnya 95-105F (35-40,5C).
Kelembapan udara dalam mesin tetas yang optimal selama penetasan harus
dijaga sehingga tidk terjadi dehidrasi maupun terlalu lembab. Kelembaban
optimal berkisar 50-60%, tetapi tepatnya bergantung pada banyak hal, antara
lain besar telur dan temperature mesin tetas.
Komponen utama udara adalah oksigen, nitrogen, karbondioksida, dan uapa
air. Selama penatasan belangsung, embrio membutuhkan udara segar untuk
berlangsungnya proses metabolisme.

Anda mungkin juga menyukai