Anda di halaman 1dari 5

Proses Pembuatan Bungkil Kedelai

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber utama protein nabati dan minyak nabati
yang paling baik serta sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan serat. Kandungan protein
berkisar 30-40%, karbohidrat 34,8%, lemak 18,1% dan masih mengandung zat gizi yang lain
sehingga mempunyai potensi yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak,
khususnya kebutuhan protein. Selain itu kedelai merupakan sumber protein nabati yang
efisien, dalam arti bahwa untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai
dalam jumlah yang kecil.

Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah


pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai p akan. Pengolahan
pakan disini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna, utamanya
untuk ternak ruminansia serta peningkatan kandungan protein bahan. Beberapa alternatif
pengolahan dapat dilakukan secara fisik (pencacahan, penggiling an dan atau pemanasan),
kimia (larutan basa dan atau asam kuat), biologis (mikroorganisme atau enzim) maupun
gabungannya.

Dengan jumlah kandungan nutrisi yang dimiliki oleh kedelai cukup baik, terutama bagi
ternak dan adanya teknologi pengolahan u ntuk mengolah limbah yang dihasilkan dari kedelai
tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak maka pemanfaatan limbah kedelai
untuk dijadikan bungkil menjadi alternatif yang baik dengan mengingat kandungan nutrisi
yang dimilikinya. Faktor lain seperti memiliki kandungan phosfor lebih rendah dibandingkan
dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%, seperti biji kedelai tidak kaya riboflavin
tetapi kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya, kandungan
niacin tidak tinggi, kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya dapat
menjadi alas an untuk proses pembuatan bungkil kedelai sebagai pakan ternak.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki maksud dan tujuan, yaitu sebagai b erikut :

1) Mengetahui proses pengolahan bungkil kedelai

2) Mengetahui kandungan nutrisi bungkil kedelai

1.3 Identifikasi Masalah

1. Apa yang dimaksud Bungkil kedelai?

2. Bagaimana proses pembuatan bungkil kedelai?

3. Apa saja kandungan nutrisi pada bungkil kedelai?

II

Pembahasan
Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan
protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan
serat kasar rendah, sekitar 6%, tetapi kandungan methionin rendah. Penggunaan bungkil
kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%. Walaupun dalam penggunaannya
sangat dominan, akan tetapi memiliki zat anti nutrisi yang ada pada Kacang kedelai mentah
mengandung beberapa tr ypsin, yang tidak tahan terhadap panas, oleh karena itu sebaiknya
kacang kedelai diolah lebih dahulu.

Selain mengandung protein, kedelai juga mengandung zat besi, kalsium, vitamin A
dan vitamin B1. Protein kedelai merupakan satu -satunya leguminosa yang mengandung semua
asam amino esensial. Asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh tubuh, jadi harus
dikonsumsi dari luar. Meskipun kadar minyaknya sekitar 18%, tetapi ternyata kadar lemak
jenuhnya rendah dan bebas terhadap kolesterol serta ren dah nilai kalorinya.

Bungkil kedelai mempunyai sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein
kasarnya, sehingga kurang baik jika diberikan terlalu banyak. Kedelai mentah mengandung
beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (anti tripsin) tidak tahan panas, sehingga
bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi masalah
dalam penyusunan ransum untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara
pengolahan. Pemanasan yang terlalu lama dapat mer usak kadar lisin.

Bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak kasar,
60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Protein yang terkandung dalam
bungkil kedelai cukup tinggi sehingga dalam penyusunan ransum b ungkil kedelai digunakan
sebagai sumber protein. Kualitas bungkil kedelai tergantung pada proses pengambilan
minyaknya, varietas kacang kedelai dan kualitas kacang kedelainya.
Bungkil kedelai mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga kedua bahan terse but
digunakan sebagai sumber utama protein pada pakan unggas, disamping pakan lainnya.

Persyaratan mutu standar bungkil kedelai meliputi kandungan nutrisi dan batas tolerasi
aflatoxin. Persyaratan mutu standar bungkil kedelai yang harus dipenuhi m enurut SNI 01-
2904-1996 adalah sebagai berikut:

Mutu I

Mutu II

Kadar air (%) maksimum

12

12

Protein kasar (%) minimum

46

40

Serat kasar (%) maksimum


6,5

Abu (%) maksimum

Lemak (%) maksimum

3,5

Calsium (%)

0,2-0,4

0,2-0,4

Fosfor (%)

0,5-0,8

0,5-0,8

Aflatoxin (ppb) maksimum

50

50

Proses Pembuatan Bungkil Kedelai (Harris dan Karmas, 1989)

Sekitar 50 % protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai dan pemakaiannya
untuk pakan ayam pedaging berkisaran antara 15 – 30%, sedangkan untuk pakan ayam
petelurbekisaran antara 10-25% (Wina, 1999). Kandungan protein bungkil kedelai mencapai
43 – 48% bungkil kedelai juga mengandung zat antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat
mengganggu pertumbuhan unggas, namun zat anti nutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan
sehingga aman untuk digunakan sebagai pakan unggas (Boniran S, 1999).

1. Mula-mula kedelai disortasi untuk memilih kedelai yang baik, membuang


benda asing dan kedelai yang rusak atau pecah.
2. Kemudian kedelai direndam selama 8 – 16 jam, dan direbus 30 menit.
3. Setelah itu, kedelai ditiriskan dan dipisahkan kulitnya.
4. Lalu dikeringkan dengan dijemur atau menggunakan oven dengan suhu 50 –
60 O C dan digiling halus sehingga diperoleh tepung kedelai. (Boniran S, 1999)
1. Memilih Kedelai yang baik

Benih yang baik adalah berukuran besar, tidak cacat, berwarna seragam (putih, kekuning -
kuningan). Biji kedelai terdiri dari 7,3% kulit, 90,3% kotiledon (isi atau “daging” kedelai) dan
2,4% hipokotil.

2. Proses Perendaman

Kedelai merupakan sumber protein paling ba ik akan tetapi, ada faktor -faktor penghambat
dalam pengolahan kedelai sehingga harus diperhitungkan optimasi prosesnya. Variabel tetap
yang digunakan adalah lama perebusan 20 menit, suhu perebusan 90°C, waktu penggilingan
konstan, berat bahan 500 gram, per bandingan berat air : berat kedelai = 5:1. Sedangkan
variabel berubahnya lama perendaman (1, 2, 3, 4, dan 5 jam) dan suhu perendaman (40, 50,
60, 70, dan 80°C). Pertama timbang bahan, rendam sesuai variabel, cuci kedelai, giling
bersamaan dengan penambahan air sehingga terbentuk bubur.

Masak bubur tersebut dan suhu dijaga konstan. Saring dan ambil ampasnya. Ampas
dikeringkan dalam oven kemudian dianalisa kadar proteinnya mengunakan metode kjedahl.
Dari percobaan diperoleh hubungan % protein tak terekstrak d engan waktu dan suhu
perendaman. Semakin lama waktu perendaman dan semakin tinggi suhu perendaman % protein
tak terekstrak semakin menurun. Pada penelitian kami, variabel optimum dicapai pada lama
perendaman 5 jam dan suhu perendaman 600C.(yuliana.2009).

3. Pemisahan Kulit / Pengupasan Kulit Biji Kedelai

Proses pengupasan secara tradisional memiliki beberapa permasalahan seperti kerugian


terhadap waktu serta kualitas kupasan yang kurang maksimal. Perancang mesin pengupas kulit
ari biji kacang kedelai disertai mekanisme pemisah antara biji dan kulit arinya bertujuan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pengupasan. Mesin ini menggunakan sistem
gesek dalam proses pengupasan, dimana pengupasan terjadi akibat adanya gesekan antara dua
batu gerinda sebagai bidang gesek dengan biji kedelai. Proses pemisahan biji dengan kulitnya
menggunakan media air yang mengalir.

4. Proses Pengeringan

Pada umumnya pengeringan kedelai di Indoneseia dilakukan dengan cara menjemur dibawah
sinar matahari. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan salah satunya yaitu, sangat
tergantung pada keadaan cuaca. Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah
dengan menggunakan mesin pengering diantaranya mesin pengering tipe bak. Salah satu
keuntungan penggunaan mesin pengeri ng adalah dapat diaturnya kondisi pengeringan sesuai
dengan yang dikehendaki. (Ali,norizon.2011).

5. Proses Penggilingan

Hasil gilingan kedelai yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan minyak kedelai
dengan melakukan pengolahan lebih lanjut. Da ri pembuatan minyak kedelai dihasilkan bungkil
kedelai tanpa kulit dengan kadar protein 40 – 50 persen. Bungkil ini dapat dibuat tepung,
isolat dan konsentrat protein kedelai. Karena sifat fungsional yang baik, produk -produk
tersebut banyak digunakan dalam industri sebagai bahan formulasi berbagai makanan.
Disamping dari bungkil, tepung kedelai dapat juga dibuat dari biji kedelai utuh.
III

Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah
diekstraksi minyaknya secara mekanis (ekspeller) atau secara kimia (solvent).
2. Protein yang terkandung dalam bungkil kedelai cukup tinggi dan kualitas
bungkil kedelai tergantung pada proses pengambilan minyaknya, varietas kacang
kedelai dan kualitas kacang kedelainya.
3. Proses pembuatan bungkil kedelai diantaranya; memilih kacang kedelai yang
baik, lakukan perendaman, pengupasan kulit, pengeringan, dan penggilingan.

3.2 Saran

1. Dalam pembuatan bungkil kedelai sebaiknya memenuhi persyaratan standar


mutu bungkil kedelai sesuai SNI agar kualitas terjamin.
2. Proses pembuatan sebaiknya dilakukan seteliti mungkin agar menghasilkan
bungkil kedelai yang sesuai harapan.
3. Pada proses pengeringan untuk lebih efektif dapat diganti dengan
menggunakan mesin pengering.

Anda mungkin juga menyukai