Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kesadaran,
karena penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, pada waktu yang telah di tentukan dan makalah ini
sebagai salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Prinsip dan Praktik
Ekonomi Islam”.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait, dalam proses pembuatan
makalah ini, sehingga makalah dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah ini bermanfaat
Penyusun
1.
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.................................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................3
A. Pengertian Mu’amalah.............................................................................................4
B. Macam-macam Mualamah.......................................................................................4
C. Syirkah....................................................................................................................10
D. Mudarabah..............................................................................................................11
E. Musaqah.................................................................................................................12
G. Perbankan...............................................................................................................13
H. Asuransi Syariah.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
2.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak orang, khususnya bagi umat
Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme sebagai arus
utama perdebatan sebuah sistem ekonomi dunia, terutama sejak perang dunia II yang memunculkan
banyak Negara-negara Islam bekas jajahan imperialis. Dalam hal ini, keberadaan ekonomi Islam sebagai
sebuah model ekonomi alternatif memungkinkan bagi banyak pihak, muslim maupun non muslim untuk
melakukan banyak penggalian kembali berbagai ajaran Islam. Meskipun begitu, system ekonomi dunia
saat ini masih dikendalikan oleh system ekonomi kapitalisme, karena umat Islam sendiri masih terpecah
dalam hal bentuk implementasi ekonomi Islam dimasing-masing Negara. Kenyataan ini oleh sebagian
pemikir Islam masih diterima dengan lapang karena ekonomi Islam secara implementasinya di masa kini
relatif masih baru. Masih perlu dilakukan banyak sosialisasi dan pengarahan serta pengajaran kembali
umat Islam untuk melakukan aktifitas ekonominya sesuai dengan hukum Islam. Sementara sebagai
lainnya menilai bahwa faktor kekuasaan memainkan peran signifikan, karenanya mengkritisi bahwa
ekonomi Islam atau ekonomi syariah belum akan dapat sesuai dengan syariah jika pemerintahnya
sendiri belum menrapkan syariah dalam kebijakan-kebijakannya.
B. Rumusan Masalah
2. Jelaskan macam-macam Mu’amalah!.
C. Tujuan
3.
BAB II
PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM
A. Pengertian Mu’amalah
Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqih islam berarti tukar
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual beli,
pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa- menyewa, utang- piutang, dan
pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya seperti berikut :
B. Macam-Macam Mu’amalah
Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’amalah disini akan dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut.
1. Jual Beli
Jual beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar menukar benda untuk memiliki benda
tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan Firman Allah berikut ini :
ك ِب أ َ َّن ُه ْم
ْطانُ م َِن ْال َمسِّ َذلِ َالش ي َ
َّط ُه َّ ُون إِال َك َما َيقُو ُم الَّذِي َي َت َخب ُ ون الرِّ َبا ال َيقُوم َ ِين َيأْ ُكلُ َ الَّذ َ
َقالُوا إِ َّن َما ْال َب ْي ُع م ِْث ُل الرِّ َبا َوأَ َح َّل هَّللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ َبا َف َمنْ َجا َءهُ َم ْوعِ َظ ٌة ِمنْ َر ِّب ِه َف ا ْن َت َهى َف َل ُه َم ا
ف َوأَمْ ُرهُ إِ َلى هَّللا ِ َو َمنْ َعادَ َفأُو َل ِئ َ َ
ون ()٢٧٥ ار ُه ْم فِي َها َخالِ ُد َ ك أصْ َحابُ ال َّن ِ َس َل َ
Artinya : “...dan Allah Swt. Telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba...” (Q.S. al-
baqarah/2:275).
4.
ْن إِ َلى أَ َج ٍل م َُس ًّمى َفا ْك ُتبُوهُ َو ْل َي ْك ُتبْ َب ْي َن ُك ْم َكا ِتبٌ ِب ْال َع ْد ِل َيا أَ ُّي َها الَّذ َ
ِين آ َم ُنوا إِ َذا َتدَا َي ْن ُت ْم ِبدَ ي ٍ
ب َك َما َعلَّ َم ُه هَّللا ُ َف ْل َي ْك ُتبْ َو ْليُمْ ل ِِل الَّذِي َع َل ْي ِه ْال َح ُّق َو ْل َي َّت ِق هَّللا َ َر َّب ُه ب َكا ِتبٌ أَنْ َي ْك ُت َ َوال َيأْ َ
ضعِي ًفا أَ ْو ال َي ْس َتطِ ي ُع أَنْ ُي ِم َّل ان الَّذِي َع َل ْي ِه ْال َح ُّق َسفِيهًا أَ ْو َ س ِم ْن ُه َش ْي ًئا َفإِنْ َك َ َوال َيب َْخ ْ
ْن َف َر ُج ٌل ْن ِمنْ ِر َج الِ ُك ْم َف إِنْ َل ْم َي ُكو َن ا َر ُج َلي ِ ه َُو َف ْليُمْ لِ ْل َولِ ُّي ُه ِب ْال َع ْد ِل َواسْ َت ْش ِه ُدوا َش ِهيدَ ي ِ
األخ َرى َوال ض ْو َن م َِن ال ُّش َهدَا ِء أَنْ َتضِ َّل إِحْ دَ ا ُه َما َف ُت َذ ِّك َر إِحْ دَا ُه َما ْ ان ِممَّنْ َترْ َ َوا ْم َرأَ َت ِ
ط ص ِغيرً ا أَ ْو َك ِبيرً ا إِ َلى أَ َجلِ ِه َذلِ ُك ْم أَ ْق َس ُ ب ال ُّش َهدَا ُء إِ َذا َما ُدعُوا َوال َتسْ أَمُوا أَنْ َت ْك ُتبُوهُ َ َيأْ َ
اض َر ًة ُت دِيرُو َن َها َب ْي َن ُك ْم ار ًة َح ِ ون ت َِج َ عِ ْن َد هَّللا ِ َوأَ ْق َو ُم لِل َّش َهادَ ِة َوأَ ْد َنى أَال َترْ َتابُوا إِال أَنْ َت ُك َ
ُض ارَّ َك ا ِتبٌ َوال َش ِهي ٌد َوإِنْ ْس َع َل ْي ُك ْم ُج َنا ٌح أَال َت ْك ُتبُو َه ا َوأَ ْش ِه ُدوا إِ َذا َت َب ا َيعْ ُت ْم َوال ي َ َف َلي َ
ُوق ِب ُك ْم َوا َّتقُوا هَّللا َ َوي َُعلِّ ُم ُك ُم هَّللا ُ َوهَّللا ُ ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِي ٌم ()٢٨٢ َت ْف َعلُوا َفإِ َّن ُه فُس ٌ
Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nialainya,dan agar tidak terjadi
kekurangan dibelakang hari, al-Qur’an menyarankan agar dicatat, dan ada saksi, lihatlah penjelasan ini
pada Q.S. al-baqarah/2:282
a. Balig,
b. Berakal sehat,
a. Halal dan Suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan
berhala, termasuk lemak bangkai tersebut.
َ ان ال َّشي
)٢٧( ْطانُ ل َِر ِّب ِه َكفُورً ا ِ ِان ال َّشيَاط
َ ين َو َك َ إِنَّ ْال ُم َب ِّذ ِر
َ ين َكا ُنوا إِ ْخ َو
Artinya : “ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isra/17:27)
c. Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat
diserah terimakan. Contohnya, menjual ikan dalam laut atau barang yang sedang
dijadikan jaminan sebab semua itu mengandung tipu daya.
e. Milik sendiri, sabda Rasulullah Saw., “tak sah jual-beli melainkan atas barang yang
dimiliki.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
5.
3) Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” Pembeli menjawab, “Baiklah
saya beli.”
Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah Saw. Bersabda,
“sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.” (H.R Ibnu Hibban).
b. Khiyar
1. Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau membatalkannya. Islam
memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada
unsur paksaan sedikitpun. Penjual berhak mempertahakan harga barang dagangannya, sebaliknya
pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah Saw. Bersabda,
“penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya berlaku
benar-benar dan suka menerangkan keadaan (barang)nya, maka jual beli akan memberkahi keduanya.
Apabila keduanya menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus
keberkahan jual belinya.” (H.R Bukhari dan Muslim).
2. Macam-macam Khiyar
a. Khiyar Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada ditempat
berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar. Keduanya berhak memutuskan atau membatalkan jual-
beli. Rasulullah Saw. Bersabda, “ dua orang yang berjual beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak
selama keduanya belum berpisah.” ( H.R Bukhori dan Muslim).
b. Khiyar syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya penjual mengatakan,”saya
jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar tiga hari.” Maksudnya penjual memberi batas
waktu kepada pembeli untuk memutuskan jadi tidaknya pembeliannya tersebut dalam waktu tig hari.
Apabila pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam masa khiyar) tidak ada
pemiliknya, artinya, si penjual tidak berhak menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya
pembeli memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali. Rasulullah Saw. Bersabda
kepada seorang lelaki, “Engkau boleh khiyar pada segala barang yang engkau beli selama tiga hari
tigamalam.” (H.R Baihaqi dan Ibnu Majah).
c. Khiyar Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembelikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat yang
dapat mengurangi kualitas nilai barang tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
6.
c. Riba
1) Pengertian Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering terjadi dalam pertukaran
bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.
Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram. Sanksi hukumnya juga sangat berat.
Diterangkan dalam hadist yang di riwayatkan bahwa, “Rasulullah mengutuk orang yang mengambil riba,
orang yang mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang menyaksikannya. (H.R Muslim). Dengan
demikian, semua orang yang terlibat dalam riba sekalipun hanya sebagai saksi, terkena dosanya juga.
c) Tunai
Apabila tidak sama jenisnya seperti emas dan perak boleh berbeda takarannya, namun tetap harus
secara tunai dan diserah terimakan saat itu juga. Kecuali barang yang berlainan jenis dengan perbedaan
seperti perak dan beras, dapat berlaku ketentuan jual-beli sebagaimana barang-barang yang lain.
2) Macam-macam Riba
a) Riba Fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya, misalnya cincin emas
22karat sebesar 10 gram ditukar dengan emas 22 gram kelebihannya itulah yang termasuk riba.
b) Riba Qordi, adalah peminjaman dengan syarat harus memberikan kelebihan saat mengembalikannya.
Misal si A bersedia meminjami si B uang sebesar Rp 100.000,00 asal si B bersedia mengembalikannya
sebesar Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah yang disebut riba.
c) Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun penjualan dan pembeli
berpisah sebelum melakukan serah terima.
d) Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu kemudian.
7.
2. Utang-piutang
a. Pengertian Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan akan
dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah keadaannya. Misalnya utang
Rp100.000,00 dikemudian hari harus melunasinya Rp100.000,00. Memberi utang kepada seseorang
berarti menolongnya dan sangat dianjurkan oleh agama.
b. Rukun Utang-piutang
3) Lafadz kesepatan. Misal: “saya utangkan ini kepadamu.”Yang berutang menjawab, “Ya, saya
utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan jelas” atau jika sudah punya akan saya lunasi.”
Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah Swt. Menyarankan agar kita mencatat dengan baik
utang-piutang yang kita lakukan.
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan, Allah Swt.
Menganjurkan memberinya kelonggaran.
)٢٨٠( ُون َ ان ُذو عُسْ َر ٍة َف َنظِ َرةٌ إِ َلى َم ْي َس َر ٍة َوأَنْ َت
َ ص َّدقُوا َخ ْي ٌر َل ُك ْم إِنْ ُك ْن ُت ْم َتعْ َلم َ َوإِنْ َك
Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia
memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui..” (Q.S.al-Baqarah/2: 280)
Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas kemauannya sendiri
tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan itu halal bagi yang berpiutang, dan merupakan suatu kebaikan
bagi yang berutang. Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-
baiknya kita membayar utang.” (sepakat ahli hadis). Abu Hurairah ra. Berkata, “Rasulullah saw. Telah
berutang hewan, kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang
itu, dan Rasulullah saw. Bersabda, “Orang yang paling baik ialah orang yang dapat membayar utangnya
dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang melunasi utang
dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh. Tambahan pelunasan tersebut tidak
halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. Berkata “Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat maka ia
semacam dari beberapa macam riba.” (HR. Baihaqi)
8.
3. Sewa-menyewa
a. Pengertian Sewa-menyewa
Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus diterima oleh seseorang
atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau
hewan.
َّضا َع َة َو َع َلى ْال َم ْولُو ِد َل ُه ِر ْزقُهُن َ َّْن لِ َمنْ أَ َرادَ أَنْ ُي ِت َّم الر ِ ِدَات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْوالدَ هُنَّ َح ْو َلي
ِ ْن َكا ِم َلي ُ َو ْال َوال
ضارَّ َوالِ َدةٌ ِب َو َل ِد َها َوال َم ْولُو ٌد َل ُه ِب َو َل ِد ِه َو َع َلىَ َو ِكسْ َو ُتهُنَّ ِب ْال َمعْ رُوفِ ال ُت َكلَّفُ َن ْفسٌ إِال وُ سْ َع َها ال ُت
ْاض ِم ْن ُه َم ا َو َت َش اوُ ٍر َفال ُج َن ا َح َع َلي ِْه َم ا َوإِنْ أَ َر ْد ُت ْم أَن ٍ ِصاال َعنْ َت َر َ ث م ِْث ُل َذل َِك َفإِنْ أَ َرادَا ف ِ ْال َو
ِ ار
َتسْ َترْ ضِ عُوا أَ ْوالدَ ُك ْم َفال جُ َنا َح َع َل ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّمْ ُت ْم َما آ َت ْي ُت ْم ِب ْال َمعْ رُوفِ َوا َّتقُوا هَّللا َ َواعْ َلمُوا أَنَّ هَّللا َ ِب َم ا
)٢٣٣( ون بَصِ ي ٌر َ ُ َتعْ َمل Artinya: ”...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...” (Q.S. al-Baqarah/2:
233)
ِ ض ِّيقُوا َع َلي ِْهنَّ َوإِنْ ُكنَّ أُوال
ت َح ْم ٍل َ ض ارُّ وهُنَّ لِ ُت َ ْث َس َك ْن ُت ْم ِمنْ وُ جْ ِد ُك ْم َوال ُتُ أَ ْس ِك ُنوهُنَّ ِمنْ َحي
ف ٍ ورهُنَّ َو ْأ َت ِم رُوا َب ْي َن ُك ْم ِب َمعْ رُو
َ ضعْ َن َل ُك ْم َف آ ُتوهُنَّ أ ُ ُج
َ ْضعْ َن َحمْ َلهُنَّ َفإِنْ أَر َ َفأ َ ْنفِقُوا َع َلي ِْهنَّ َح َّتى َي
)٦( َوإِنْ َت َعا َسرْ ُت ْم َف َس ُترْ ضِ ُع َل ُه أ ُ ْخ َرى
Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya kepada
mereka...” (Q.S. at-Talaq/65: 6)
1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah balig dan berakal sehat.
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya.
5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh kedua belah pihak.
Misalnya, ada orang yang menyewa sebuah rumah. Si penyewa harus menerangkan secara jelas kepada
pihak yang menyewakan, apakah rumah tersebut mau ditempati atau dijadikan gudang. Dengan
demikian, si pemilik rumah akan mempertimbangkan boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan
rumah antara dipakai sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang. Demikian
pula jika barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan dipergunakan untuk apa saja.
7) Harga sewa dan car pembayaannya juga harus ditentukan dengan jelas serta disepakati bersama.
9.
Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas dan disepakati
bersama sebelumnya hal-hal berikut.
3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan ataukah borongan?
C. Syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga
tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Menurut
istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakuakan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
a) Rukun dan Syarat Syirkah
1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidni). Syarat orang yang melakukan akad adalah harus memiliki
kecakapan (ahliyah) melakukan taasarruf (pengelolaan harta).
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud’alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun syarat
pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama dan
pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah akad harus berupa tasarruf , yaitu
adanya aktivitas pengelolaan.
b) Macam-macam Syirkah
1) Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi konstribusi kerja
(amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma ‘sahabat.
2) Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing, hanya memberikan
konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal (amal). Kerja kerja itu dapat berupa kerja pikiran
(seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperi tukang batu). Syirkah ini juga dise.but syirkah ‘amal.
3) Syirkah Wujuh
Syrikah wujuh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau keahlian (wujud)
seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama
memberikan konstribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal).
10.
D. Mudarabah
Mudarabah adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang/pihak atau lebih dan salah satu
orang/pihak,diantara mereka bersedia mengeluarkan sejumlah modal uang atau barang untuk
diperdagangkan oleh pihak lainnya dengan ketentuan pembagian laba sesuai kesepakatan. Hukum
mudarabah adalah jaiz(boleh)selama tidak ada pihak yang dirugikan. Sebagai firman Allah Swt. Berikut
Mudarabah ini telah terjadi di Zaman Rasulullah saw.,bahkan beliau sendiri pernah melakukannya
dengan Siti khadijah sebelum beliau menikahinya. Rasulullah saw. Pergi ke negeri Syam dengan
membawa modal dagangan dari Siti Khadijah,dan sepulangnya dari perniagaan beliau segera
menyerahkan modal pokoknya dan membagi keuntungan sesuai kesepakatan.
2. Syarat-syarat Mudarabah
a. Modal yang akan dimudarabah harus jelas dalam bentuk uang tunai,bukan barang,emas,perak
batangan,atau barang barang berharga lainnya.
b. Jumlah modal yang akan dimudarabahkan harus jelas jumlah nya agar dapat dibedakan dengan
keuntungan yang didapatkannya.
c. Keuntungan yang akan didapatkan oleh pemilik modal dan bekerja harus dijelaskan dalam transaksi
sesuai kesepakatan,misalnya dengan sistem paruhan,sepertiga,atau seperempat.
d. Mudarabah harus bersifat mutlak,artinya sipemilik modal tidak boleh ikut campur dalam pelaksanaan
usaha yang akan dijalankan oleh pihak pekerja.
Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi,mudarabah tidak dapat dijalankan. Artinya,mudarabah
menjadi batal dengan sendirinya manakala ditengah perjalanan ada syarat-syarat yang dilanggar oleh
salah satu pihak yang bertransaksi.
11.
3. Rukun Mudarabah
Rukun mudarabah adalah ijabdan kabul,yaitu suatu transaksi atau timbang terima yang dilakukan oleh
kedua belah pihak. Dalam melakukan ijab kabul tidak disyaratkan mengucapkannya dengan bahasa atau
lafal-lafal tertentu,tetapi cukup dengan bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak yang melakukan ijab kabul. Hikmah disyariatkannya investasi mudarabah dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Mudarabah akan menampakkan sifat dan semangat kebersamaan serta keadilan.Hal ini terbukti melalui
kebersamaan menanggung kerugian yang dialami suatu usaha,dan membagikan keuntungan yang
besar(sesuai dengan perjanjian)di saat ekonomi sedang booming.
b. Mudarabah akan menyatukan modal dengan skill(keahlian)yang selama ini senantiasa terpisah dalam
sistem perekonomian konversional,sebab sistem tersebut memang diciptakan untuk menunjang mereka
yang memiliki modal.
c. Mudarabah dapat menggairahkan perekonomian umat islam,khususnya bagi para pemilik modal yang
selama ini masih ragu-ragu tentang hukum bunga bank konvensional. Secara mudarabah,mereka yakin
usahanya terhindar dari hal-hal yang meragukan dan tetap sesuai dengan syariat islam.
E. Musaqah
Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik kebun menyerahkan kepada
petani agar dipelihara panennya nanti akan dibagi dua menurut persentase yang ditentukan padawaktu
akad.
Konsep musaqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak
(simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan tidak memiliki waktu luang untuk merawat
perkebunannya. Sementara dipihak lain ada petani yang memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan
adanya sistem kerja sama musaqah,setiap pihak akan sama-sama mendapatkan manfaat.
Muzara’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan
Petani penggarap. Dalam kerja sama ini benih tanaman berasal dari petani. Sementara mukhabarah
ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap. Dalam kerja sama
ini,benih tanamannya berasal dari pemilik lahan. Muzara’ah memang sering kali diindentikkan dengan
mukharabah. Namun demikian,keduanya sebenarnya memilki sedikit perbedaan. Muzara’ah benihnya
berasal dari petani penggarap,sedangkan mukhabarah benihnya berasal dari pemilik lahan.
Muzara’ah dan mukhabarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah saw. Dalam hal ini,pemilik lahan memberikan
lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan pembagian persentase
tertentu dari hasil panen. Di Indonesia,Khusunya di kawasan pendesaan,kedua model penggarapan
tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh masyarakat petani. Landasan syariahnya terdapat dalam hadis
dan ijma’ulama.
12.
G. Perbankan
1. Pengertian perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana masyarakat dan
disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat dan tujuan bank ialah untuk membantu
masyarakat yang memerlukan. Bank membantu masyarakat dalam bentuk penyimpanan maupun
peminjam,baik berupa uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan
oleh masyarakat sebagai pengguna jasa bank.
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya,dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu seperti berikut.
a. Bank Konvensional
Bank konversional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang
memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha. Penghimpun dana digunakan untuk
mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga.
bank islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut syariat islam. Istilah
bunga yang ada pada bank konvensional tidak dalam bank islam. Bank syari’ah menggunakan beberapa
cara yang bersih dari riba, misalnya sebagai berikut.
1) Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan perjanjian bagi hasil dan
sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai perjanjian. Dalam sistem mudarabah,pihak
bank sama sekali tidak mengintervensi manajamen perusahaan.
2) Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusaha di manamasing-masing pihak sama-
sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah pihak mengelola usahanya secara bersama-sama
dan menanggung untung ruginya secara bersama-sama pula.
3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga. Amanah dari pihak
nasabah tersebut dipelihara dengan baik oleh pihak bank. Pihak bank juga memiliki hak unuk
menggunakan dana yang dititipkan dan menjamin bisa mengembalikan dana tersebut sewaktu-waktu
pemiliknya memerlukan.
4) Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang baik dalam keadaan
darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan pokok pada saat jatuh tempo biasanya
layanan ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki deposito di bank tersebut sehingga menjadi
wujud penghargaan bank kepada nasabahnya.
13.
5) Murabahah, yaitu istilah dalam fiqih islam yang menggambarkan suatu jenis penjualan dimana penjual
sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan ditambah jumblah keuntungan
tertenteu diatas biaya produksi. Disini, penjual mengungkapkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan
dan beberapa keuntungan yang hendak di ambilnya. Pembayaran dapat dilakukan saat penyerahan atau
ditetapkan pada tanggal tertentu yang disepakati. Dalam hal ini, bank membelikan atau menyediakan
barang yang diperlukan pengusaha untuk dijual lagi. Kemudian, bank meminta tambahan harga atas
harga pembeliannya tersebut. Namun demikian, pihak bank harus secara jujur menginformasikan harga
pembelian yang sebenarnya.
H. Asuransi Syari’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, Assuranite yang artinya pertanggungan. Dalam bahasa Arab
dikenal dengan at-Ta’min yang berarti pertanggungan, perlindungan, keamanan, ketenangan atau
bebas dari perasaan takut. Si penanggung (Assuradeur) disebut Mu’ammin dan tertanggung
(grasrurrerde) disebut musta’min.
Dalam islam, asuransi merupkan dari muamalah. Dasar hukum asuransi menurutfikih islam adalah
boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum
islam. Pada umumnya, para ulama berpendapat asuransi yang berdasarkan syariah dibolehkan dan
asuransi konvensional haram hukumnya.
Asuransi dalam ajaran islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang didasarkan nilai tauhid.
Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak memiliki daya apapun ketika
menerima musibah dari Allah SWT., baik berupa kematian, kecelakaan, bencana alam maupun takdir
buruk yang lain untuk menghadapi berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara untuk
menghadapinya. Pertama, menanggungnya sendiri. Kedua, mengalihkan resiko ke pihak lain. Ketiga,
mengelolanya bersama-sama.
Dalam ajaran islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan masalah kelompok
walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu. Apalagi jika musibah itu mengenai masyarakat
luas seperti gempa bumi atau banjir. Berdasarkan ajaran inilah, tujuan asuransi sangat sesuai dengan
semangat ajaran tersebut.
14.
Allah SWT. menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, di antaranya berikut ini :
ْتَ ِّين ْال َبيَ ي َوال ْال َقال ِئ َد َوال آم َ ِين آ َم ُنوا ال ُت ِحلُّوا َش َعائ َِر هَّللا ِ َوال ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َوال ْال َه ْد َ َيا أَ ُّي َها الَّذ
ْاص َطا ُدوا َوال َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم أَن ْ ض َوا ًنا َوإِ َذا َح َل ْل ُت ْم َفْ ض ال ِمنْ َرب ِِّه ْم َو ِر ْ ون َف َ ْال َح َرا َم َي ْب َت ُغ
ْ ص ُّدو ُك ْم َع ِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َرام أَنْ َتعْ َت ُدوا َو َت َع َاو ُنوا َع َلى ْال ِب رِّ َوال َّت ْق َوى َوال َت َع َاو ُنوا َع َلى
اإلث ِم َ
ِ
)٢( ب ِ ان َوا َّتقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا َ َشدِي ُد ْال ِع َقاِ َو ْالع ُْد َو
Artinya : “... dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah SWT... “ (Q.S Al-Maidah/5 : 2)
Banyak pula hadis Rasulullah saw. yang memerintahkan umat islam untuk salingmelindungi
saudaranya dalam menghadapi kesusahan. Berdasarkan ayat Al-Quran dan riwayat hadis, dapat
dipahami bahwa musibah ataupun resiko kerugian akibat musibah wajib ditanggung bersama. Setiap
individu bukan menanggungnya sendiri-sendiri dan tidak pula dialihkan kepihak lain. Prinsip
menanggung musibah secara bersama-sama inilah yang sesungguhnya esensi dari asuransi syariah.
Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensinal dikenal dana hangus, dimana peserta tidak dapat
melanjutkan pembayaran premi ketika ingin mengundurkan diri sebelum jatuh tempo. Dalam konsep
asuransi syari’ah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun,
karena satu dan hal ingin mengundurkan diri, dana atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan
BAB III
KESIMPULAN
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai
islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Prinsip-prinsip kegiatan Ekonomi Islam
adalah sebagai berikut:
1. Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang absolute atas semua yang ada.
2. Manusia merupakan pemimpin (khalifa) Allah di bumi tapi bukan pemilik yang sebenarnya.
3. Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing Allah, oleh karena itu saudara-
saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-
saudaranya yang lebih beruntung.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dapat menghapuskan konflik antar golongan dengan
cara membagikan kepemilikan seseorang setelah kematiannya kepada para ahli warisnya.
8. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu termasuk bagi
anggota masyarakat yang miskin.
Muāmalah ialah kegiatan tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang
ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, pinjam-meminjam, urusan bercocok
tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Syirkah (perseroan) berarti suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. Syirkah ada beberapa macam:
syirkah `inān, syirkah „abdān, syirkah wujūh, dan syirkah mufāwaḍah.
Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan semua modal (ṡāhibul māl), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola atau
pengusaha (muḍarrib).
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang pemilik kebun
menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti dibagi dua menurut
persentase yang ditentukan pada waktu akad.
Bank Islam atau bank syariah, yaitu bank yang menjalankan operasinya menurut syariat Islam.
16.
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/business/prinsip-dan-praktik-ekonomi-islam-pdf-file.html
http://neynafn.blogspot.co.id/2015/05/makalah-prinsip-prinsip-ekonomi-islam.html