Anda di halaman 1dari 5

Sejarah yang banyak mewarni kehidupan saat ini tercermin dari peninggalan-peninggalan sebagai

warisan masa lalu. Situs-situs serta bangunan bersejarah tersebut banyak tersebar di berbagai
tempat. Namun, pada kenyataannya tidak semua bangunan-bangunan tersebut dikelola dengan
baik, bahkan beberapa sudah mulai mengalami kerusakan. Kepedulian dari pemerintah dan
masyarakat sangat diperlukan untuk turut menjaga cagar budaya sehingga dapat turut disaksikan
anak cucu Kita.

image credit

Di Indonesia dengan sejarah panjang yang dialaminya, mulai zaman kerajaan, kolonialisme, sampai
masa pengisian kemerdekaan, telah banyak benda-benda dan bangunan-bangunan peninggalan
yang diwariskan dari berbagai lika-liku masa tersebut. salah satu di antara kota yang masih memiliki
beberapa bangunan yang memiliki nilai historis ini adalah Riau. Berikut kami sajikan “8 Bangunan
Bersejarah di Riau” khusus untuk anda: 

1. Masjid Raya Pekanbaru

Masjid yang cukup megah ini dibangun pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1762. Masjid yang
terletak di Jalan Senapelan Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur yang indah dan berseni.
Masjid ini juga merupakan penanda bahwa dulunya telah berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan
Siak Sri Indrapura yang bertahta di Pekanbaru (Senapelan), yaitu di masa Sultan Abdul Jalil
Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke-IV dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah
sebagai Sultan Siak ke-V.
image credit

Sejarah unik yang mewarnai berdirinya masjid ini adalah ketika sultan Alamuddin Syah memindah
ibukota pemerintahan ke Senapelan (yang saat ini dikenal dengan Pekanbaru). Adat dan tradisi
yang dimiliki bangsa Siak mengharuskan bahwa dalam pemindahan suatu pusat pemerintahan
haruslah diikuti dengan pendirian 3 bangunan yakni "Istana Raja", "Balai Kerapatan Adat", dan
"Mesjid". Ketiga unsur tersebut wajib dibangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan, adat
dan ulama (agama) yang biasa disebut "Tali Berpilin Tiga" atau "Tungku Tiga Sejarangan". Karena
berhubungan dengan kisah sultan Alamuddin ini, Masjid Raya Pekanbaru sering disebut dengan
Masjid Alam.

2. Tugu Pahlawan Kerja

Berlokasi di kecamatan Bukit Raya, tugu ini merupakan salah satu bangunan yang dibangun
sebagai ungkapan apresiasi kepada para pahlawan yang gugur dalam membela tanah air ketika
masa kependudukan Jepang di Indonesia. Mereka merupakan korban Romusha (Kerja Paksa) pada
zaman penjajahan Jepang. Di mana ketika itu, pihak Jepang membangun rel kereta api dari
Pekanbaru ke Muara Sijunjung yang terdapat di Sumatera Barat. Pada masa itu, Riau sudah
menjadi provinsi tersendiri di bawah pemerintahan Gubernur Jepang Makino Susaboro dan
mempunyai pelabuhan besar. Tugu ini diresmikan pada tanggal 10 November 1978 oleh Gubernur
KKDH TK I Riau R H Soebrantas Siswanto.
3. Istana Sayap Pelalawan

Istana Sayap ini berada di Pelalawan yang saat ini telah menjadi salah satu kabupaten di Riau.
Sejarah Pelalawan diawali dari kerajaan Pekantua yang didirikan oleh Maharaja Indera (sekitar
tahun 1380 M). Beliau adalah bekas Orang Besar Kerajaan Temasik (Singapura) yang mendirikan
kerajaan ini setelah Temasik dikalahkan oleh Majapahit dipenghujung abad XIV. 

Istana ini sendiri dibangun oleh Sultan Pelalawan ke-29, yakni Tengku Sontol Said Ali (1886-1892
M). Istana ini berlokasi di sebelah Sungai Rasau (anak Sungai Kampar), berlokasi di Kota Jauh dan
Kota Dekat. Karena lokasinya yang dekat dengan muara sungai, maka istana ini pernah dinamakan
dengan ‘Istana Ujung Pantai’, namun pada saat Sultan Syarif Hasyim II memulai proyek
pembangunan istana yang dulunya sempat terhenti dan menambahkan di kedua sisi istana dua
bangunan sayap, maka istana ini pun dinamakan istana Sayap Pelalawan.

4. Balai Adat Riau

Terletak di Jalan Diponegoro Pekanbaru Riau. Bangunan ini merupakan bangunan yang difungsikan
untuk keperluan berbagai prosesi adat resmi Melayu Riau. Balai Adat Riau dibangun dan didesain
dengan variasi warna dan ukiran motif yang bercirikan khas Melayu. Arsitekturnya yang khas
melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. 

Bangunan bercorak khas Melayu ini memiliki 2 lantai. Yang menarik adalah kita bisa melihat banyak
petuah-petuah Melayu di dinding-dinding balai. Petuah ini terdiri dari pasal-pasal yang
menggambarkan filosofi yang dipegang pada masa itu. Bangunan ini sampai saat ini masih
berfungsi sebagai pusat pelestarian bahasa dan berbagai adat tradisi Riau. Disini tempat ini pula
berbagai penghargaan digelarkan kepada para memimpin Indosesia. Di antara tokoh-tokoh yang
pernah mendapat penghormatan gelar adat adalah Susilo Bambang Yudhoyono yakni Presiden
Indonesia ke 6, dan Sultan Hamangkubuono X.

5. Istana Kerajaan Siak

Assyaidis Syarif Hasyim merupakan salah satu sultan kerajaan Siak yang berjasa membangun
bangunan ini. Kerajaan Siak Sri Indra Pura dikatakan merupakan kerajaan Islam terbesar yang
pernah ada yang Berjaya mulai abad ke-16 sampai abad ke-20 dengan 12 sultan yang pernah
memimpinnya. Istana Kerajaan Siak dibangun pada tahun 1889 dan dinamakan as-Sirayatul
Hasyimiyah. Berbagai benda peninggalan masih tersimpan rapi di Istana ini, diantara benda-benda
tersebut terdapat Singgasana raja yang berhiaskan emas.

6. Masjid Raya Sultan Riau

Bangunan ini yang memiliki luas 18 x 20 meter ini didirikan pada tahun 1832. Masjid yang juga
menjadi kebanggaan masyarakat Riau ini didirikan oleh Raja Abdurrahman. Terdapat 4 tiang utama
yang menyokong bangunan ini di dalamnya dan ditiap sudut terdapat menara yang menjulang tinggi.
Sedangkan di atap menara ini telah dijajari 13 kubah. Bangunan beton yang kokoh pada masjid ini
adalah berbahan campuran putih telur dan juga kapur, bahan yang sama untuk pembangunan
piramida Giza di Mesir. Pembangunan Masjid ini sendiri dilakukan dengan menggunakan tenaga
masyarakat Riau yang suka rela turut memeras keringatnya demi berdirinya salah satu bangunan
megah sebagai item kota kebanggaan mereka.

7. Candi Muara Takus

Tidak hanya di Jawa, Riau yang merupakan salah satu kota yang terletak di Pulau Sumatera
ternyata juga memiliki Candi. Ialah Candi Muara Takus, sebuah Candi Buddha yang terletak di desa
Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar. Candi ini berjarak kurang lebih 135
kilometer dari Kota Pekanbaru. Bangunan Candi Muara Takus dikelilingi oleh tembok berukuran 74
x 74 meter, yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm. Di luar arealnya terdapat
pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir
Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut
dengan Candi Sulung.

8. Benteng Tujuh Lapis

Terletak di Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai sekitar 23 km dari makam raja-raja Rambah, benteng
ini dibangun oleh Tuanku Tambusai pada tanggal tahun 1835. Benteng ini terkenal cukup kokoh
sebagai tempat perlindungan. Di sekelilingnya terdapat 7 lapis pertahanan dengan dikelilingi
gundukan tanah mencapai tinggi 11 meter yang ditanami duri dan juga terdapat parit dengan
kedalaman 10 meter. Saat ini bangunan benteng yang berusia telah berusia 179 tahun ini bisa anda
kunjungi sebagai salah satu wisata bersejarah.

Anda mungkin juga menyukai