NIM : 1923201001 DOSEN PENGAMPU : RIKA CHERIS, S.T., M.Sc 1. RTH TUNJUK AJAR INTEGRITAS Pada titik awal kami berkumpul di RTH Tunjuk Ajar In- tegritas. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tunjuk Ajar Integritas merupakan salah satu taman favorit masyarakat Pekanbaru yang terletak di Jalan Ahmad Yani, tepatnya di seberang Rumah Dinas Wali Kota Pekanbaru. Kawasan ini letaknya strategis di daerah perkotaan dan sangat mudah di jangkau oleh masyarakat. RTH ini memiliki bermacam fasilitas untuk para pengunjung, mulai dari area teater, tempat bermain anak, toilet, dll. Selain itu, terdapat juga masyarakat Pekanbaru yang berjualan makanan disini. Namun terdapat kelemahannya, yaitu pertama karena terlalu banyak pedagang yang berjulan sehingga memakan tempat untuk berjualan sehingga pengunjung yang ingin berjalan-jalan santai jadi terhalang. Kedua keadaan RTH yang merupakan ruang public, tidak dilengkapi dengan area parkir yang memadai, sehingga memakan bahu jalan dan area perkerasan RTH. 2. ISTANA HINGGAP SULTAN SIAK PEKANBARU Setelah semua berkumpul, kami langsung bertolak ke lokasi yang kedua yaitu Istana Hinggap Sultan Siak atau disebut juga RUMAH INAP SULTAN SYARIF QASIM RAJA SIAK KE XII terletak di Jl. Senapelan Gg. Pinggir (dibelakang SMK Muhammadiyah I). Bangunan ini berdiri pada tahun 1929 dengan Arsitektur Rumah ini bernuansa klasik dengan model bangunan penggabungan dari Eropa dan Turki dan di bangun oleh arsitek Belanda. Kondisi rumah sampai saat ini masih berdiri kokoh karena terbuat dari beton. Rumah ini masih dalam bentuk asli, mulai dari tiang, pintu, jendela serta teralis yang ada di jendela. 3. RUMAH SINGGAH TUAN KADI Setelah dari lokasi sebelumnya, kami langsung ke lokasi yang ke3 yaitu Rumah Singgah Tuan Kadi. Bangunan ini merupakan rumah singgah Sultan Siak Sri Indrapura setelah melakukan perjalanan menyusuri kerajaan siak di hulu sungai siak. yang berlokasi di jalan Perdagangan Kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru. Rumah Singgah Tuan Kadi merupakan salah satu objek wisata sejarah yang ada di Kota Pekanbaru. Kelemahan dari bangunan ini pada saat perencanaan sebagai tempat wisata seperti memisahkan bangunan dengan keaadaan sekitar walaupun bertujuan untuk melestarikan bangunan tersebut. Sebaiknya menyelaraskan atau memberikan penghubung antara masyarakat dengan bangunan sehingga masyarakat merasakan kepemilikan terhadap bangunan Rumah Tuan Qadhi tersebut. Setelah itu minimnya area parkir yang mengakibatkan pengunjung harus parkir ditepi jalan yang menimbulkan kemacetan. 4. MASJID RAYA PEKANBARU Selanjutnya kami mengunjungi salah satu masjid tertua di Riau, Masjid Raya Pekanbaru memiliki sejarah yang melekat dengan kebudayaan masyarakat Pekanbaru. Masjid ini tercatat telah berdiri sejak abad ke-18. Sebelum menjadi Masjid Raya Pekanbaru, masjid ini terlebih dahulu di kenal dengan nama Masjid Senapelan. Masjid Senapelan didirikan di Pekanbaru yang merupakan pusat Kerajaan Siak kala itu. Dahulu Masjid Raya Pekanbaru memiliki gaya arsitektur Melayu dan Timur Tengah. Desainnya merupakan perpaduan corak budaya Melayu di Pekanbaru dengan unsur agama Islam yang dibawa oleh pengaruh pendatang Timur Tengah. Namun sayangnya, pada 2009 perombakan arsitektur masjid dilakukan pengelola dan membuatnya menjadi terlalu modern. Rekonstruksinya dilakukan tanpa adanya koordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya setempat. Akibatnya bentuk Masjid Raya Pekanbaru berubah secara signifikan yang menyebabkan hilangnya ciri khas struktur masjid awal yang merupakan bagian dari sejarah. 5. PASAR BAWAH PEKANBARU Lanjut kami berjalan kaki menuju pasar tradisional tujuan berbelanja favorit di Kota Pekanbaru. Pasar Bawah adalah sebuah pasar tradisional yang paling tua yang ada di Pekanbaru. Menurut sejarah yang ada, pasar yang berada di Jalan Saleh Abas, Kampung Dalam, Kec. Senapelan ini diperkirakan berdiri sejak tahun 1700-an. Pasar tradisional ini dirancang oleh seorang Raja atau Sultan ke-4 dari kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja tersebut bernama Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah. Pasar Bawah memiliki popularitas tinggi dikalangan masyarakat. Sehingga pemerintah provinsi setempat menjadikannya pasar wisata. Meskipun nama pasar wisata ini adalah Pasar Bawah, bukan berarti letaknya ada di bawah tanah. Nama pasar ini berasal dari letak geografis pasar wisata ini. Letaknya yaitu di tepi Sungai Siak, yang mana tepi sungai ini letaknya lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang lain. Karena itulah Pasar ini dinamakan Pasar Bawah. Untuk bangunannya sendiri terdiri dari area parkir yang ada di lantai bawah dan empat lantai lainnya. Setiap bangunannya memiliki corak yang memadukan corak khas melayu. 6. PERKAMPUNGAN TIONGHOA MELAYU PEKANBARU Selanjutnya kami menyusuri kawasan perkampungan tionghoa pertama di kota Pekanbaru. Kampung Tionghoa atau China Town ala Pekanbaru berada di Jl. Dr. Leimena sebagai awal pusat perniagaan sebelum kemerdekaan. Kini merupakan kawasan ruko tua yang berjejer sepanjang sekitar 100 meter. Lokasi jalan ini sangat dekat dengan Pasar Bawah sebagai salah satu kebanggaan pusat perbelanjaan barang-barang luar negeri. Beranjak dari sejarah panjang, kawasan Jl. Dr. Leimena atau dulu disebut Jl. Karet yang banyak dihuni keturunan Tionghoa ini, dulunya sebagai pusat perbelanjaan masyarakat Pekanbaru. Kawasan ini juga masih menyisakan jejak-jejak bangunan lama sebagai bukti keberadaan kota lama Senapelan. Selain itu masyarakat di kawasan ini juga masih tetap mempertahankan tradisi leluhurnya seperti penyeleng garaan Imlek, Cap Go Meh, Waisak serta kegiatan kebudayaan lainnya.