Anda di halaman 1dari 3

Alamat: Jalan Komplek Taman Sari, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, 55133 Denah Map: Klik Disini HTM: Wisatawan Lokal Rp.5.000, Wisatawan Manca Rp.12.000
Buka Tutup: 08.00 – 17.00 WIB

Taman Sari Jogja Gaya arsitektur unik yang memadukan arsitektur Jawa dengan Portugis menjadi daya
tarik utama dari Taman Sari Keraton Yogyakarta atau Taman Sari Jogja. Sehingga meski kondisinya sudah
tidak utuh lagi sebagaimana saat difungsikan dulu, namun tetap mengundang perhatian para wisatawan,
baik wisatawan lokal maupun manca.

Terlebih, meskipun landmark ini merupakan bagian dari bangunan Keraton Yogyakarta, gaya arsitektur
yang diusung berbeda dengan bangunan utama. Baik dari sisi artistik maupun sisi fungsionalitas, karena
Taman Sari lebih tematik dengan menonjolkan bagian pemandian yang membuatnya mendapat julukan
Water Castle atau Istana Air.

Perbedaan itulah yang membuat para wisatawan yang telah berkunjung ke Keraton Yogyakarta masih
merasa belum lengkap sebelum singgah ke Taman Sari, karena apa yang disuguhkan Taman Sari
memang berbeda dengan yang ada di Keraton Jogja.

Selain itu, banyaknya pengunjung yang memenuhi Taman Sari setiap harinya, terlebih pada saat
weekend dan musim liburan, juga disebabkan karena lokasi landmark ini memang cukup strategis. Yaitu
di Jalan Komplek Taman Sari, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta yang sejak dulu
hingga kini dijadikan sebagai tempat rekreasi.

Hanya saja pada jaman dahulu tidak hanya sekedar menjadi tempat rekreasi, tapi juga difungsikan
sebagai benteng pertahanan. Untuk berkunjung ke Taman Sari juga tidak sulit, karena dari Keraton Jogja
jaraknya hanya sekitar 1 km, tepatnya di dekat alun-alun Selatan Yogyakarta.

Jika berangkat dari Jalan Malioboro tinggal membawa kendaraan menuju ke arah Keraton atau Alun-
alun Utara Jogja, selanjutnya mengambil jalan yang ada di Barat Alun-alun. Saat bertemu dengan
perempatan pertama, ambil jalan yang berbelok ke kiri dan ikuti jalan tersebut hingga tiba di lokasi.

Jika tidak ingin repot, Anda bisa menitipkan kendaraan di tempat parkir Keraton yang lokasinya di
sebelah Timur Alun-alun, kemudian naik becak dengan tarif Rp.10.000 – Rp.15.000. Di atas becak
disepanjang jalan menuju Water Castle, Anda bisa menikmati keindahan bangunan-bangunan kuna yang
menghiasi beberapa titik jalan.

Harga Tiket Masuk Taman Sari yang dibuka untuk umum pada jam 08.00 – 17.00 WIB ini, menarik tiket
masuk seharga Rp.5.000 untuk wisatawan lokal dan Rp.12.000 untuk wisatawan asing. Jika ingin
mengetahui lebih lengkap sejarah Taman Sari dan fungsi dari setiap bangunan yang ada di tempat ini,
Anda dapat menyewa pemandu wisata dengan tarif Rp.25.000 – Rp.30.000.

Pastikan guide yang memandu kunjungan Anda berlisensi, karena tidak sedikit pemandu wisata di
Taman Sari yang tidak memiliki lisensi. Sehingga informasi yang disampaikannya bertolak belakang
dengan fakta sejarah dan cenderung menyampaikan cerita-cerita bombastis yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sejarah Mitos Situs bersejarah ini, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I
sekitar tahun 1758 – 1765. Awalnya, taman yang berjuluk “The Fragrant Garden” ini luasnya 10 hektar
lebih dengan jumlah bangunan yang berdiri di atasnya sebanyak 57 bangunan. Yang meliputi gedung,
kolam pemandian, danau serta pulau buatan beserta lorong bawah air, kanal air, jembatan gantung dan
beberapa jenis bangunan yang lain.

Taman Sari yang secara efektif dimanfaatkan sekitar tahun 1765 – 1812, konon dibangun di atas puing-
puing Pesanggrahan Garjitawati atau bekas keraton lama. Yang didirikan dan dimanfaatkan oleh
Susuhunan Paku Buwono II sebagai peristirahatan kereta kuda yang akan dibawa ke Imogiri.

Seluruh biaya pembangunan Taman Sari ditanggung oleh Tumenggung Prawirosentiko yang kala itu
menjabat sebagai Bupati Madiun. Sebagai imbalannya, penduduk Madiun dibebaskan dari kewajiban
membayar pajak. Pimpinan proyek pembangunan Taman Sari, awalnya dipegang oleh Tumenggung
Mangundipuro.

Namun ditengah jalan dia mengundurkan diri sehingga diganti oleh Pangeran Notokusumo. Sedang yang
bertindak selaku arsitek adalah seorang berkebangsaan Portugis yang dikenal dengan nama Demang
Tegis. Karena itulah gaya arsitektur dari Taman Sari merupakan perpaduan antara gaya arsitektur Jawa
dan Portugis.

Meski fungsi utama dari Taman Sari sebagai taman istana, namun jika dilihat dari model bangunannya
juga difungsikan sebagai benteng pertahanan terakhir, manakala istana mendapat serangan dari musuh.
Kedua fungsi yang menyatu dalam satu wujud bangunan tersebut, menjadikan landmark ini memiliki
nilai lebih dibanding bangunan-bangunan kuna yang lain, utamanya yang ada di Yogyakarta.

Kompleks Taman Sari terbagi atas 4 bagian, yaitu: danau beserta pulau buatan di sisi sebelah Barat,
Pemandian Umbul Binangun di sebelah Selatan danau buatan, Kolam Garjitawati dan Pasarean Ledok
Sari yang juga berada di bagian Selatan. Serta beberapa bangunan yang berdiri di sisi sebelah Timur
danau buatan hingga kearah Timur dan Tenggara Kompleks Magangan.

Namun, sebagian besar dari kompleks bangunan yang sangat fenomenal pada jamannya tersebut saat
ini kondisinya sangat memprihatinkan. Ada yang hanya tinggal puing-puingnya saja, bahkan ada
bangunan yang hanya tinggal namanya saja karena telah beralih wujud dan juga beralih fungsi.

Sisa-sisa kemegahan dan keindahan Taman Sari yang saat ini masih dapat dinikmati hanya tinggal
bangunan yang berada di sebelah Barat Daya Kompleks Kedhaton. Daya Pesona Meski tidak seindah dan
semegah pada waktu masih difungsikan, daya pesona yang dipancarkan Taman Sari masih dapat
dinikmati hingga saat ini, utamanya dari sisi artistik dan keunikan bangunannya.

Pesona tersebut sudah dipancarkan di depan pintu gerbang masuk lewat ornamen pada dinding gapura
yang berbentuk ukiran-ukiran cantik. Melewati dua pintu ke dalam, akan terlihat dua buah kolam
dengan airnya yang berwarna kebiru-biruan menyambut kedatangan Anda.

Karena objek wisata ini merupakan cagar budaya dan bukan kolam pemandian, sudah barang tentu
kolam berair jernih tersebut tidak boleh digunakan mandi dan berenang, kecuali hanya untuk
dipandang. Kedua kolam tersebut adalah salah satu bagian dari tiga area kolam pemandian yang ada di
Taman Sari. Ketiga area kolam pemandian tersebut masing-masing bernama Umbul Kawitan untuk
kolam putri-putri raja,

Umbul Pamuncar untuk kolam para selir raja, serta Umbul Panguras yang merupakan kolam khusus raja.
Di area kolam ini dihiasi ornamen menyerupai air mancur dengan bentuk kepala naga dan
disekelilingnya dihiasi pot-pot bunga untuk menambah daya tarik interior. Masih di sekitar area kedua
kolam, terdapat sebuah gapura panggung yang dahulu hanya boleh dimasuki Sultan dan keluarganya.
Diatas ketinggian gapura inilah Sultan menikmati indahnya pemandangan Taman Sari yang dahulu masih
dilengkapi dengan danau buatan serta taman yang menghampar berhias berbagai macam jenis bunga.

Disini pula Sultan sekali waktu menikmati tarian yang diiringi musik gamelan. Di area yang dulu menjadi
tempat pribadi Sultan tersebut dapat dilihat sebuah periuk yang dulu digunakan oleh istri-istri raja untuk
bercermin serta almari pakaian Sultan. Gapura panggung itu sendiri dilengkapi dengan tangga yang
terbuat dari kayu jati dengan kondisi yang masih kokoh dan berkesan antik.

Bangunan berikutnya yang ada di Taman Sari adalah Gapura Agung yang menjadi tempat
pemberhentian kereta kencana yang dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura yang menjadi pintu masuk
keluarga Sultan ini didominasi ornamen berbentuk bunga dan sayap burung. Tidak jauh dari Gapura
Agung, terdapat pesanggrahan yang dahulu digunakan Sultan sebagai tempat untuk bersemedi dan
menyusun strategi perang, serta untuk menyimpan baju perang, senjata dan menyucikan keris.

Tempat menarik lainnya yang ada di Taman Sari adalah Sumur Gumuling yang berfungsi sebagai masjid
bawah tanah. Masjid ini terdiri atas dua tingkat berbentuk melingkar 360 derajat dengan bagian tengah
berlubang dan didesain untuk menghasilkan tata akustik yang baik. Sehingga pada saat imam memimpin
sholat, suaranya bisa terdengar ke seluruh penjuru ruangan.

Pada bagian tengah masjid yang berlubang terdapat space berbentuk persegi yang di sekelilingnya
dihubungkan 5 anak tangga. Kemungkinan dahulu digunakan untuk mengumandangkan adzan. Karena
bangunan masjid bawah tanah ini sangat unik dan artistik, membuatnya kerap dijadikan sebagai lokasi
pengambilan foto prewedding. Hanya saja untuk menuju masjid bawah tanah ini, Anda harus berjalan
menuruni anak tangga dan melewati lorong-lorong yang panjang.

Tempat terakhir yang masih tersisa di Taman Sari adalah Gedung Kenongo. Gedung tertinggi di Taman
Sari ini dahulu berfungsi sebagai tempat bersantap raja. Di sini dapat Anda nikmati indahnya golden
sunset dan seluruh bagian dari Taman Sari, termasuk dinding tebal berwarna putih dengan tinggi antara
2 – 4 meter yang mengelilingi seluruh bangunan.

Punya rekomendasi lain?? Komen dibawah ya gaes! Catatan: Semua data di atas adalah data terakhir
pada saat artikel ini dibuat. Jika ada perubahan terbaru yang Kamu ketahui, silakan informasikan kepada
kami untuk segera diperbaiki. Bagi Usaha Rental atau Travel yg ingin masuk dalam artikel diatas, silahkan
mengisi kolom komentar. Lengkap dengan informasi: Alamat, Nomer Telepon, WhatsApp dan informasi
pendukung lainnya.

Tempat wisata di berastagi yang wajib kamu kunjungi tahun ini klubmain.com/inilah-tempat-wisata-di-
berastagi-yang-wajib-kamu-kunjungi-tahun-ini/

Anda mungkin juga menyukai