Anda di halaman 1dari 5

Nama : Pandana Zukhruf Pramudita

NIM : 1130020103

Articel Holiday Vibes

Liburan semester telah datang, disini saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan kali
ini untuk mengunjungi tempat-tempat yang menjadi wisata luhur dan wisata daerah. Sambil
belajar dan menambah wawasan, yuk baca dengan seksama apa saja yang saya dapat pada
liburan kali ini.

Tempat yang pertama saya kunjungi adalah Astana Mengadeg. Astana Mangadeg
(mangadeg: berdiri) adalah kompleks pemakaman untuk penguasa awal ("Mangkunagara")
dan kerabat dekat (dalem) Praja Mangkunegaran. Di kompleks ini dimakamkan
Mangkunagara I (MN I), MN II, dan MN III. Selain itu di dalam kompleks ini juga
dimakamkan sejumlah kerabat dekat dan para pembantu perjuangan dalam peperangan
melawan Kesultanan Mataram dan VOC hingga berakhir dengan disepakatinya Perjanjian
Salatiga (1758). Komplek pemakaman ini berada di puncak bukit kecil (bernama Bukit
Mangadeg) di kaki Gunung Lawu, di sebelah timur pusat Kecamatan Matesih. Tempat ini
sendiri sebelumnya adalah tempat Mangkunagara I bersemedi pada masa perjuangannya
(sebelum menjadi raja ia bernama R.M. Said). Peziarah mengunjungi tempat ini untuk
bermeditasi atau mendoakan bagi leluhur mereka. Komplek pemakaman ini hanya
diperkenankan dikunjungi oleh para keturunan raja-raja Mangkunagara. Lokasinya masih
berdekatan dengan Astana Girilayu dan Astana Giribangun. Berada di ketinggian sekitar 750
meter, Astana Mangadeg yang merupakan kompleks pemakaman raja-raja Kraton
Mangkunegaran memiliki udara yang sejuk. Rimbunnya pepohonan serta keberadaannya
yang terletak di kaki Gunung Lawu membuat Astana Mangadeg cukup asri. Kebersihannya
juga cukup terjaga. Jalur yang berkelok-kelok tetap tertata rapi sehingga membuat peziarah
tidak terlalu kesulitan. Hanya saja, butuh tenaga ekstra untuk mencapai area pemakaman raja
pertama Kraton Mangkunegaran, Sri Mangkunegara I atau yang akrab dikenal sebagai
Pangeran Sambernyawa. Terdapat beberapa arca serta gapura di sepanjang jalur menuju
kompleks pasarean. Termasuk adanya sebuah tugu di tengah perjalanan. Pada kompleks
utama pasarean, ada tiga raja Mangkunegaran yang dimakamkan di tempat tersebut, yakni
Mangkunegara I yang waktu muda juga dikenal sebagai Raden Mas Said, Mangkunegara II
dan Mangkunegara III. Khusus untuk peziarah putri harus mengenakan kain jarik saat
memasuki kompleks makam yang terletak di desa Karang Bangun Kecamatan Matesih
Karanganyar ini. Sementara peziarah putra dapat memasuki area pemakaman asal
mengenakan pakaian sopan. Selain terdapat tiga penguasa awal Mangkunegaran, pada area
pemakaman tersebut juga terdapat sejumlah makam keluarga, kerabat dan pengikut Sri
Mangkunegara I saat terlibat konflik dengan Sri Sultan HB I dan VOC. Makam Sri
Mangkunegara I sudah dibangun sejak wafatnya pada 1795. Sampai saat ini, bangunan
makam tetap utuh. Hanya bagian atap saja yang pernah direnovasi sebanyak 3 kali. Astana
Mangadeg ini posisinya lebih tinggi dari Astana Giribangun, tempat dimakamkan Presiden
ke-2 RI, HM Soeharto yang lokasinya terletak tidak terlalu jauh. Sedang dikisahkan, Raden
Mas Said sendiri masih memiliki hubungan paman dan keponakan dengan Pangeran
Mangkubumi atau Sri Sultan HB I. Bahkan Pangeran Sambernyawa dinikahkan dengan putri
Sri Sultan HB I.

Tempat kedua, Waduk Kembangan. Wilayah Kabupaten Sragen memiliki banyak


waduk yang sejatinya untuk pasokan kebutuhan air pertanian. Namun pada umumnya waduk
juga menjadi jujukan bagi warga yang ingin melepas penat. Salah satunya waduk Kembangan
di Desa Mojorejo, Kecamatan Karangmalang. Jaraknya cukup terjangkau dari pusat kota
Sragen, hanya 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor atau sekitar 10
kilometer. Biasanya pada waktu-waktu tertentu seperti akhir pekan, waduk Kembangan
menjadi tujuan rombongan gowes. Pada umumnya mereka berniat melihat untuk olah raga
sambil menikmati indahnya pemandangan Gunung Lawu di seberang bendungan.
Rombongan pesepeda juga tampak melepas dahaga menikmati jajanan di pinggir bendungan.
Beberapa pedagang menjajakan kopi dan makanan ringan seperti gorengan. Harga makanan
dan minum pun wajar dan terjangkau karena memang masyarakat sekitar yang
berdagang.Selain itu Waduk Kembangan juga diminati para pemancing. Tak jarang
pemancing menyalurkan hobinya ke waduk yang cukup kaya dengan beragam jenis ikan ini.
Namun menurut beberapa pemancing, pada waktu-waktu tertentu ikan di waduk kembangan
ogah makan umpan. Namun kembali sesuai fungsinya, Waduk Kembangan ini memang
bukan dikelola untuk tempat wisata. Sehingga tidak ada perahu keliling di sekitar area
waduk. Sejauh ini dikelola Dirjen Sumberdaya Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Bengawan Solo. Dengan luas 13,4 hektare, kondisi volume air di Waduk Kembangan cukup
melimpah. Bahkan jalan di atas tanggul yang dulu bisa dilintasi sepeda motor, setahun
terakhir ditutup dengan portal. Pihak pengelola mempertimbangkan ketahanan tanggul agar
tidak cepat rusak. Hanya sepeda yang diizinkan melintas.

Tempat ketiga, Gunung Kemukus dan Waduk Kedung Ombo. Waduk Kedung Ombo
merupakan bendungan raksasa seluas 6.576 hektar yang areanya mencakup sebagian wilayah
di tiga Kabupaten, yaitu; Sragen, Boyolali, dan Grobogan. Waduk yang membendung lima
sungai itu terdiri dari wilayah perairan seluas 2.830 hektar dan 3.746 hektar lahan yang tidak
tergenang air. Lokasi obyek wisata Waduk Kedung Ombo yang menjadi andalan Sragen
terletak di Kecamatan Sumberlawang, sekitar 30 km dari pusat kota. Selain disuguhi
pemandangan nan indah, para pengunjung Waduk Kedung Ombo bisa menikmati wisata air,
menumpang perahu motor bertualang mengunjungi pulau-pulau yang bermunculan di tengah
waduk. Anda penyuka ikan bakar atau hobi mengail ikan? Jangan khawatir, di Waduk
Kedung Ombo juga tersedia tempat pemancingan sekaligus warung yang menjajakan aneka
makanan olahan berbahan ikan. Begitu turun dari commit to user kendaraan di area parkir,
aroma wangi ikan yang dibakar atau digoreng langsung menyergap, mengundang selera
makan. Di kawasan Waduk Kedung Ombo, tepatnya di desa Ngargotirto, telah dibangun
arena pacuan kuda dengan lintasan sepanjang 600 meter. Arena pacuan kuda yang diberi
nama Nyi Ageng Serang itu merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulo Mas
Jakarta. Pada bulan Desember 2006 silam di lokasi tersebut dilangsungkan kejuaraan pacuan
kuda tingkat nasional memperebutkan piala Gubernur Jawa Tengah. Potensi pengembangan
obyek wisata adalah memperbanyak homestay yang menyatu dengan rumah penduduk,
sehingga para wisatawan dapat tinggal lebih lama di kawasan Waduk Kedung Ombo. Adanya
homestay membuat wisatawan dapat melihat dari dekat kehidupan sehari-hari masyarakat,
dan bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal. Ada juga objek wisata ziarah
makam pangeran samudro yang lebih dikenal dengan sebutan gunung kemukus terletak di
Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Sekitar + 29 km
di sebelah utara kota Solo. Dari kota Sragen sekitar 34 km ke arah utara. Jarak tersebut bisa
dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kawasan Gunung
Kemukus merupakan sebuah bukit dengan ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan
laut dengan dibangunnya Waduk Kedung Ombo menjadikan Makam Pangeran Samudro
berada di atas bukit yang menjorok ke tengah Waduk Kedung Ombo. Oleh karena itu, Obyek
Wisata Gunung Kemukus juga merupakan salah satu objek wisata tirta di Kabupaten Sragen.
Komplek Makam Pangeran Samudro adalah Obyek Wisata Budaya di Kabupaten Sragen.

Tempat keempat, Museum Manusia Purba Sangiran. Museum Sangiran atau lebih
dikenal dengan museum manusia purba ini berlokasi di Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen.
Letaknya tak begitu jauh dari Solo, hanya sekitar 17 kilometer ke arah utara. Museum
Sangiran menyimpan puluhan ribu fosil dari jaman pleistocen (lebih dari dua juta tahun yang
lalu). Temuan fosil di Sangiran untuk jenis hominid purba (diduga sebagai asal evolusi
manusia) ada 50 jenis atau individu. Fosil yang ditemukan di wilayah ini merupakan 50
persen dari temuan fosil di dunia dan 65 persen dari temuan di Indonesia. Hingga saat ini
telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil, di mana 2.931 fosil ada di museum dan sisanya
disimpan di gudang penyimpanan. Ruang pameran museum yang menjadi salah satu warisan
budaya dunia (World Heritage List) terbagi menjadi beberapa bagian. Tiap-tiap ruang
pameran tersebut menyuguhkan berbagai fosil jutaan tahun lalu yang tertata rapi, dilengkapi
dengan keterangan fosil tersebut. Ruang pameran juga dilengkapi dengan AC, sehingga
pengunjung dapat menikmati dan belajar apa yang ada di sana dengan nyaman. Tak hanya
itu, museum yang diurus Dinas Pariwisata Sragen ini juga mempunyai fasilitas lain seperti
laboratorium, gudang fosil, dan ruang slide. Selain itu, juga terdapat kios-kios yang berjajar
rapi yang menjual berbagai pernak-pernik dari batuan, baju, topi, makanan dan lainnya.
Berdasarkan penelitian para ahli Geologi terdahulu, pada masa purba kawasan Museum
Sangiran merupakan hamparan lautan. Karena proses geologi dan bencana alam, letusan
Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, membuat Sangiran menjadi daratan.
Hal ini pun terbukti dari lapisan-lapisan tanah yang membentuk wilayah Sangiran berbeda
dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut
jenis dan jamannya.

Nah, itu tadi adalah tempat-tempat yang saya kunjungi selama liburan ini. Semoga
menambah wawasan dan mengerti akan sejarah serta pengelolaan daerah sekitar.

Anda mungkin juga menyukai