Anda di halaman 1dari 17

Curug Cipendok

Curug Cipendok

Curug Cipendok memiliki ketinggian sekitar 93 m dan masuk dalam wilayah


Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur. Lingkungan di
sekitar curug ini masih terasa alami dengan hutan produksi dan lindung yang terjaga
baik sehingga menjadi daya tarik tersendiri.  Kesunyian disekitar curug ini juga
masih terasa dimana belum banyak pelancong yang datang menikmati keindahan
alamnya.

Sejarah
Nama Curug Cipendok bermula dari legenda yang masih berkaitan dengan sejarah
Perang Diponegoro. Perang ini merupakan perang lima tahun (1825-1830) antara
Pangeran Diponegoro melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Perang yang
dimenangkan Belanda itu membuat seluruh wilayah kerajaan Surakarta termasuk
wilayah Dulangmas, meliputi Kedu, Magelang, Banyumas berada dibawah
kekuasaan pemerintahan kolonial.  Perjanjian tersebut tertuang dalam perjanjian
Dulangmas.

Salah satu wilayah Banyumas yaitu Ajibarang, saat itu dipimpin oleh seorang
Wedana bernama Raden Ranusentika. Pada saat itu diberi tugas untuk melakukan
kerja rodi, berupa pembukaan hutan belantara di sekitar lereng Gunung Slamet
untuk dijadikan area perkebunan. Sudah delapan bulan lamanya beliau memimpin
pembukaan hutan di lereng Gunung Slamet, namun belum juga mendapatkan hasil.
Senantiasa terjadi keanehan, pada saat pohon-pohon selesai ditebang, esoknya
tubuh lagi seperti semula. Seolah-olah seperti belum pernah ditebang sama sekali.
Kejadian ini terjadi berulang-ulang, sehingga membuat bingung dan pusing Raden
Ranusentika.

Karena baru kali ini menemukan permasalahan yang aneh, maka kemudian Raden
Ranusentika berdoa dan bermohon kepada Tuhan dengan cara bertapa beberapa
saat. Karena merasa belum mendapat petunjuk juga, beliau kemudian menyudahi
bertapanya. Sembari mengusir kegundahan dan mencari jalan keluar, Raden
Ranusentika pergi memancing ikan di dekat air terjun. Di tengah-tengahnya
memancing, tiba-tiba beliau merasa kailnya seperti ditarik-tarik oleh ikan yang besar,
sampai-sampai gagang pancingnya melengkung. 

Namun alangkah terkejutnya, saat pancingnya ditarik bukannya ikan yang didapat,
melainkan sebuah barang mirip cincin yang merupakan pendok atau cincin
warangka keris yang bersinar kuning keemasan. Ketika didekatkan, tiba-tiba Raden
Ranusentika bisa melihat banyak sekali makhluk halus yang berada di hutan yang
telah ditebang habis. Mereka semua yang selama ini menggagalkan pekerjaan
Raden Ranusentika. 

Atas usulan Breden Santa, seorang kepala pekerja, air terjun dimana Raden
Ranusentika menemukan pendok keris, dinamakan Curug Cipendok. Berasal dari
kata curug yang berarti air terjun dan pendok atau cincin dari bilah keris. 

Fasilitas dan Akomodasi 

Tersedia tempat parkir, tempat istirahat, arena bermain anak-anak seperti ayunan
dan kamar mandi.  Dilokasi curug ini terdapat menara pandang  yang dapat melihat
pemandangan kota Purwokerto apabila cuaca sedang cerah. Juga sepanjang jalan
menuju lokasi, banyak warung yang menjajakan mendoan, susu murni dan makanan
kecil.

Lokasi

Terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas,


Propinsi Jawa Tengah. 
Peta dan Koordinat GPS: 7° 20' 11.72" S  109° 8' 12.52" E  

Aksesbilitas

Berjarak kurang lebih 15 km dari arah barat kota Purwokerto dengan waktu
tempuh sekitar setengah jam atau sekitar 7 km dari Ajibarang.  Menuju Curug
Cipendok tidaklah terlalu susah. Hanya saja, belum ada angkutan umum resmi
yang sampai ke sana, sehingga kalau  mengunjungi tempat itu harus dengan
kendaraan pribadi atau sewaan.
Jika dari kota Purwokerto dengan melewati jalan Jend. Sudirman ke arah alun-
alun. Kemudian lurus menuju ke jalan raya Losari, sekitar 7 km jauhnya dari
Purwokerto.  Selanjutnya akan ditemui plang tanda jalan masuk ke curug yang
keberadaannya disebelah kiri jalan raya.  Plang masuk ini berada di rambu
lampu kuning berkelap-kelip di pertigaan jalan raya Cilongok.  Dari pertigaan ini
ambil belokan ke kanan ke jalan raya Cilongok dengan jarak sekitar 8 km hingga
pintu gerbang curug.   Kondisi jalan ini  cukup berkelok-kelok dan naik, namun
kondisi jalan sudah beraspal semua dan ada penunjuk jalannya.

Sesampainya di pintu gerbang perjalanan diteruskan sekitar 1 km hingga tiba di


lokasi area parkir.  Dan dari lokasi parkir ini untuk menuju ke Curug Cipendok
perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jalan setapak sejauh 500
meter dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit.

Tiket dan Parkir

Tiket masuk adalah Rp 6000 per orang, sudah termasuk asuransi kecelakaan.

Pengaruh Curug Cipendok Terhadap Masyarakat daerah sekitar dilihat dari


aspek ekonomi sosial dan budaya

- Aspek ekonomi
Dengan adanya keberadaan curug cipendok dari aspek ekonomi berdampak
positif yaitu meningkatnya pendapatan masyarakat skitar curug karena
banyaknya wisatawan yang datang dan masyaeakat memanfaatkan dengan
menjual berbagai macam barang yg dibutuhkan para wisatawan
- Aspek Sosial
Meningkatnya kualitas hidup warga sekitar karna makin kerapnya hubungan
sosial antara warga dan pengunjung curug cipendok
- Aspek Budaya
Terjadinya akulturasi budaya antara penduduk setempat dengan pendatang dan
juga pengujung wisata

Manfaat yg diperoleh tentang mencari informasi ttg curug cipendok


Kita akan lebih mengetahui.

1. Mengetahui peninggalan sejarah yang ada di kawasan lokawisata curug


cipendok.
2. Bisa mengenal kebudayaan Banyumasan khas curug cipendok yang biasa
dipentaskan oleh para seniman di curug cipendok.
3. Belajar menghargai alam.
4. Termotivasi untuk lebih giat melestarikan alam raya.
5. Merasakan kesejukan udara pegunungan lereng gunung Slamet yang masih
asri.
6. Dapat menikmati keindahan alam Purwokerto dari atas ketinggian curug
cipendok.

Kesimpulan.

curug cipendok adalah Aset daerah kabupaten Banyumas yang harus di


pelihara kelestariannya oleh Pemerintah Kabupaten bersama dengan
Masyarakat Banyumas,
wujud pelestarian curug cipendok adalah
 Dengan mengetahui Sejarah latar belakang budaya tentang curug
cipendok
 Mengembangkan Sektor pariwisata curug cipendok khususnya
wisatawan lokal sendiri agar lebih mencintai budaya lokal kabupaten
banyumas
 Meningkatkan Kesejahteraan dan kemajuan secara ekonomi sosial
budaya lokasi sekitar curug cipendok
TUGAS
KLIPING

Disusun Oleh :
Nama : Haqa Maulana Arif
Kelas :3
SDU AISYIYAH CILONGOK, BANYUMAS
TAHUN AJARAN 2016 - 2017

Foto curug cipendok


NAMA :
NURNANGIMAH
KELAS : VII-2
Tarian Tradisional Kalimantan Selatan Dan Penjelasannya

Tarian Tunggal

Tarian Baksa Kambang

Pada jaman dahulu Tarian Baksa Kambang berkembang di lingkungan kraton


Banjar. Fungsi tarian ini adalah untuk menyambut tamu dari negara lain atau
keraton lain, untuk jaman sekarang tetap fungsinya. Selain itu Tarian Baksa
Kambang juga dipentaskan dalam acara keluarga seperi Khitanan, Nikahan,
pentas seni dll. Untuk melakukan tarian ini para penari membawa Kembang
Bogam yaitu rangkaian dari berbagai jenis bunga diantaranya bunga
mawar,bunga kantil,bunga melati,dan bunga kenanga. Fungsi bunga nanti
tersebut nanti akan diberikan kepada tamu yang hadir. Untuk jumlah penari
biasanya ganjil dan tarian ini menceritakan seorang putri yang bermain di taman
bunga dan sedang menari. Tarian ini dalam pentasnya diiringi oleh gamelan
yang beriarama lagunya yang sudah baku,yaitu seperti Lagu Ayakan dan
Jangklong atau sering disebut Kambang Murni.

Tari Galuh Marikit

Sebuah tarian yang berjenis tari kreasi baru yang digarap bersumber dari gerak-
gerak klasik dan dipadu dengan gerak tari rakyat setempat. Tarian ini hidup dan
berkembang di daerah Kota Banjarbaru. Tarian ini menggambarkan bagaimana
masyarakat Cempaka keserahariannya sebagai pendulang intan. Cempaka
memang sebuah daerah yang banyak menghasilkan intan yang sangat terkenal
baik di Indonesia maupun Manca Negara. TarianGaluh Marikit ini
menggambarkan suasana bagaimana Galuh Marikit yang menjadi idaman para
pendulang, dengan gigih dan dengan segenap upaya agar dapat “mamicik”
(memperoleh) Galuh Marikit tersebut. Kata “ Galuh Marikit “ adalah sebutan
pengganti kata “intan”. Sebab, siapapun apa lagi bagi pendulang intan sangatlah
tabu bila langsung menyebut kata “intan “ bila berada di daerah pendulangan
terlebih lagi sewaktu sedang mendulang. Menurut kepercayaan, pendulang jika
langsung menyebut kata intan maka intan tersebut akan menjauh atau
menghilang. Dalam tarian ini ada beberapa pelaku yaitu : Galuh Marikit sebagai
tokoh utama, Aamasan, titimahan, dan bebatuan lainnya sebagai pendukung
( babantalan ). Arsyad Indradi sebagai kreograper, menitik beratkan pada
penokohan “Galuh Marikit”. Jadi gambaran pekerja pendulang adalah sebagai
backgroundnya saja. Pelaku tarian ini adalah : Galuh Marikit, Aamasan,
Titimahan, dan bebatuan lainnya sebagai pendukung (babantalan) sekaligus
berperan sebagai pendulang.

Kreografer : Arsyad Indradi


Tarian Berpasangan

Tarian Radap Rahayu

Tarian Rahayu merupakan tarian yang sakral, pada jaman dahulu tarian ini
merupakan tarian untuk upacara ritual tolak balak bagi masyarakat Banjarmasin.
Tari Radap Rahayu dilakukan pada upacara seperti kehamilan, perkawinan, dan
kematian. Tarian ini terinspirasi dari kejadian kapal Perabu Yaksa  berisi patih
Lambung Mangkurat yang pulang berkunjung dari kerajaan majapahit. Ketika
sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai barito, kapal ini kandas di
tengah perjalanan. Perahu oleng dan nyaris terbalik. Pada intinya tarian ini
merupakan gambaran rasa bersyukur karena kapal tersebut tidak tenggelam.
Tarian Bagandut

Tarian Bagadut adalah tarian yang

mirip dengan tarian tayub, ronggeng. Tarian ini merupakan termasuk tarian

erotis, pada waktu dulu tarian ini berkembang hanya dilingkungan kerajaan.

Sekarang tarian ini bisa kita lihat di acara Pernikahan, khitanan, acara seni dll.

Tarian ini cepat merakyat karena penari bisa meminta penonton untuk ikut

menari atau tamu yang di khususkan. 

Gandut merupakan profesi yang unik dalam masyarakat dan tidak sembarangan

wanita mampu menjadi Gandut. Selain syarat harus cantik dan pandai menari,

seorang Gandut juga wajib menguasai seni bela diri dan mantera-mantera

tertentu. Ilmu tambahan ini sangat penting untuk melindungi dirinya sendiri dari

tangan-tangan usil penonton yang tidak sedikit ingin memikatnya memakai ilmu

hitam. Dahulu banyak Gandut yang diperistri oleh para bangsawan dan pejabat

pemerintahan, disamping paras cantik mereka juga diyakini memiliki ilmu

pemikat hati penonton yang dikehendakinya. Nyai Ratu Komalasari, permaisuri

Sultan Adam adalah bekas seorang penari Gandut yang terkenal.


Tarian Berkelompok

Tarian Kuda Gepang

Tarian Kuda Gepang merupakan

tarian yang unik karena kudanya bukan dinaikin tetapi di jepik di ketiak. Menurut

cerita dahulu Tarian ini berasal dari Lambung Mangkurat yang datang ke

Majapahit untuk bertemu dengan Gajah Mada ketika mau pulang di beri hadiah

kuda, ketika dinaiki kudanya lumpuh, dengan kesaktiannya kudanya di kecilin

dan di bawa pakai tangan untuk dinaikkan ke kapal. Tarian Kuda Gepang ini

sangat terkenal di masyarakat Banjar biasanya dipentaskan pada upacara

perkawinan, khitanan atau pentas seni. Tari ini biasanya dilengkapi juga dengan

diusungnya/bausung kedua pengantin saat menuju pelaminan.

 
Tarian Maayam Tikar

Merupakan jenis tari khas dari

Kabupaten Tapin yang menggambarkan remaja putri dari daerah Margasari,

Kabupaten Tapin yang sedang menganyam tikar dan anyaman. Tari berdurasi

sekitar 6 menit ini biasanya dibawakan oleh 10 orang penari putri. Tari ini

diciptakan oleh Muhammad Yusuf, Ketua Sanggar Tari Buana Buluh Merindu,

dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin.

Keindahan tarian ini banyak membuat orang suka sehingga tarian ini terus

berkembang di masyarakat Banjar

Semoga informasi tentang Tarian Tradisional Provinsi Kalimantan Selatan bisa

memberikan kita tambahan pengetahuan tentang Tarian Tradisional di provinsi

lain. Khususnya bagi pelajar atau generasi muda memahami dan

mengenal tarian tradisional Nusantara wajib sebab bila kita tidak mengenal maka

kita tidak akan mau melestarikan


TANJIDOR

ALAT MUSIK GONG


ALAT MUSIK KOLINTANG

Anda mungkin juga menyukai