Anda di halaman 1dari 2

Segara Anakan Beranak Pinak

Oleh Herman Saputra

Kepala BPKSA hanya menyediakan perahu kecil untuk pelayaran


rombongan kami, padahal jumlah personelnya ada 8 orang termasuk nahkoda.
Kami terpaksa duduk lesehan, berderet dari depan ke belakang. Saya duduk di
tengah bersebelahan dengan Pak Arif petugas dari BPKSA sebagai pemandu.
Cuaca agak mendung. Perahu motor BPKSA 05, mulai bergerak pelahan
menelusuri perairan Teluk Cilacap. Sebelah utara tampak kilang minyak
Pertamina dan di bagian selaan kelihatan tumpukan batu bara untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kabupaten Cilacap. Pemandangan paling
dominan adalah Pulau Nusakambangan.
Hanya beberapa menit, rombongan sudah menyusuri kawasan hutan
mangrove. Hutan ini dulunya tidak ada, Pak ! Pulau-pulau yang ditumbuhi
mangrove ini, dulu lautan luas namun akibat sedimentasi dari Sungai Citanduy
sekarang banyak pulau disini.
Sesekali kami berpapasan dengan nelayan dan wisatawan asing dari
Pengandaran menuju Cilacap. Beraneka ragam pepohona di hutan mangrove,
antara lain Bakau Tancang, Bakau Bantul, Bogem, Api-api, bahkan banyak
pohon Sonerasia yang akarnya bias dijadikan bahan untuk kepala Shuttle Cock
dan gabus tutup botol. Begitu juga binatang yang hidup di situ terutama dari
jenis burung dan kera.
Di sepanjang perjalanan terdengar sayup-sayup siulan burung bersahutan.
Di pesisirnya terlihat burung kuntul, belibis atau blokok mencari ikan. Kalau
sedang kebetulan, biasanya suka ada kera yang berenang dari satu pulau ke
pulau lain, mereka mencari makanan kesukaannya terutama buah Bogem yang
banyak tumbuh di kawasan ini.
Keelokan alam di situ agak jarang ditemui di tempat lain. Banyak celah
berbentuk sungai yang bermuara ke perairan induk atau kanal yang di bentuk
oleh alam. Kawasan yang dulunya lautan itu sebetulnya Laguna Segara
Anakan.
Kami mencoba masuk lebih jauh ke pedalamannya melalui cabang-cabang
perairan yang berbentuk sungai. Di situ ditemui banyak nelayan menangkap
kepiting.
Kawasan ini merupakan habitat sangat baik bagi kepiting. Menurut
pengepul ikan di Cilacap, lebih dari setengah ton kepiting setiap hari
dipasarkan ke Jawa Barat.
Pukul 10.45 WIB perahu kami merapat di Situ, namanya Desa Klaces. Desa
Klaces termasuk kampung paling besar di Kec. Kampung Laut. Sekolah yang
ada di sana sampai tingkat SMA. Banyak murid dari kampung pulau bersekolah
di sana menggunakan angkutan perahu motor.
Dulu, muara Sungai Citanduy di Majingklak yang disebut Segara Anakan,
masih langsung bermuara ke lautan luas sampai Teluk Cilacap. Sekarang sudah
tidak lagi seperti itu, Segara Anakan sudah beranak pinak dengan munculnya
belasan pulau akibat endapan Lumpur Sungai Citanduy.
Tidak jauh dari muara sudah sampai ke Plawangan Barat, yaitu selat antara
Jawa Barat dan Nusakambangan. Dulu lebar perairannya sekitar 450 m, tetapi
karena adanya sedimentasi kini hanya tinggal 100 m, itu pun sudah mulai

dangkal. Mungkin dalam waktu singkat Nusakambangan akan bersatu dengan


Jawa Barat.
Pendangkalan yang terus menambah akan sampai di Pelabuhan Cilacap.
Itulah yang barangkali dikhawatirkan Pemda Jateng sehingga mengusulkan
supaya dibuat Sodetan Citanduy.
Pikiran Rakyat, 23 Juni 2007

Setelah Anda membaca, menganalisis teks bacaan


yang berjudul Segara Anakan Beranak Pinak,
isilah/lengkapi kalimat elipsis berikut ini !
1. Tema teks bacaan di atas adalah
..
2. Paragraf yang menceritakan tema teks bacaan tersebut, terdapat
pada paragraf ke .......
3. Sumber informasi, tema tersebut diperoleh dari media
..
Jawab :
1. Pelayaran
2. 10
3. Cetak (koran)

Anda mungkin juga menyukai