Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Latar Belakang Wilayah Kecamatan Nusa Penida terdiri dari tiga kepulauan yaitu pulau Nusa Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan, terdiri dari 16 Desa Dinas, dengan Jumlah Penduduk 46,749 Jiwa (8.543 KK). Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh +1 jam perjalanan, lewat Sanur dengan menumpang perahu jarak tempuh + 1,5 jam perjalanan. Lewat Kusamba dengan menumpang jukung jarak tempuh +1,5 jam perjalanan. Sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang Kapal Boat yang jarak tempuh + 1 jam perjalanan.Secara umum kondisi Topografi Nusa Penida tergolong landai sampai berbukit. Desa desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar dengan kemiringan 0 3 % dari ketinggian lahan 0 268 m dpl. Semakin ke selatan kemiringan lerengnya semakin bergelombang. Demikian juga pulau Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0- 3% dan dibagian Selatan kemiringannya 3-8 %. Sedangkan Pulau Ceningan mempunyai kemiringan lereng bervariasi antara 8-15% dan 15-30% dengan kondisi tanah bergelombang dan berbukit.Mata pencaharian penduduk adalah pertanian dan sektor perikanan merupakan mata pencaharian utama oleh 6,68% tersebar pada desa-desa pesisir yaitu Suana, Batununggul, Kutampi Kaler, Ped dan Desa Toyapakeh. Di Pulau Lembongan 16,80% penduduk bergerak dibidang perikanan, dan Ceningan 12,88% mengingat kondisi dan topografi daerah maka yang cocok dikembangkan adalah Sektor Pertanian, dan Sektor Pariwisata. Potensi Wilayah Nusa Penida yang terletak di sebelah timur Pulau Bali merupakan kawasan pariwisata yang memiliki daya tarik yang sangat potensial untuk dikunjungi. Nusa Penida merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Klungkung yang telah ditetapkan sebagai salah satu dari 15 kawasan pariwisata di Bali Ketiga pulau ini dapat dicapai dengan boat/perahu motor/kapal pesiar sekitar 1,5 jam dari Pelabuhan Benoa atau Sanur, atau dengan menggunakan ferry dari Pelabuhan

Padang Bai menuju ke Pelabuhan Mentigi di Nusa Besar. Perjalanan pagi hari sangat dianjurkan, sebelum ombak besar yang biasanya mulai menerpa di siang dan sore hari. Meskipun jaraknya yang tidak jauh dari Bali dan ketersediaan transportasi laut yang semakin baik, namun nampaknya pulau-pulau ini belum banyak dikenal oleh wisatawan sebagai tempat wisata seperti halnya Bali. Wisatawan dari Bali yang berkunjung ke Nusa Penida umumnya hanya untuk day trip saja di ponton (kapal pesiar besar yang menyediakan tempat untuk berekreasi -semacam waterboom mini), padahal begitu banyak keindahan yang ditawarkan oleh pulaupulau ini. Deretan pantai berpasir maupun berkarang dengan berbagai kegiatan wisata bahari dan budaya menjadi andalan daya tarik wisata Nusa Penida. Pantai Teluk Sanghyang dan Pantai Jungutbatu di Lembongan merupakan pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Kapal pembawa wisatawan dari Sanur biasanya mendarat di teluk ini. Wisatawan dapat berenang dan bermain pasir di pantainya yang putih. Kayaking, jet ski, banana boat juga dapat dilakukan di Pantai Teluk Sanghyang memiliki pasir putih dengan karang-karangnya yang indah. Berbagai fasilitas penginapan seperti Mushroom Cottage, Nusa Lembongan Resort, Bali Hai, restoran dan rumah makan, kios-kios dan toko cenderamata juga tersedia di tempat ini, dengan harga yang sangat bervariasi. Resort mewah bisa menawarkan sampai 1 juta rupiah/malam. Alam bawah laut Nusa Penida juga sangat terkenal keindahannya. Kawasan taman laut yang tersebar di hampir seluruh peraian pulau, didukung oleh airnya yang jernih dan bersih. Kegiatan diving dan snorkling sudah dilakukan oleh wisatawan di Nusa Penida meskipun belum optimal. Beberapa spesies khas Nusa Penida misalnya ikan dugong, hiu sirip putih, kima, manta ray dan napoleon. Saat cerah, dari Pantai Teluk Sanghyang dapat dilihat panorama Pulau Bali dengan Gunung Agungnya. Sangat direkomendasikan untuk bermalam di Tanjung Sanghyang atau Jungutbatu, selain karena fasilitas yang cukup lengkap dan beragam, juga panorama sunset dari Teluk Sanghyang yang menawan. Di

tempat inipun wisatawan yang melakukan rekreasi bahari seperti berenang, kayaking, banana boat dan lain-lain. Rekreasi bahari diponton juga menjadi trend baru yang banyak dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida. Kapal pesiar Bali Hai, Bounty Cruise, Quick Silver yang berangkat dari Pelabuhan Benoa biasanya bersandar di sekitar perairan di utara Lembongan. Secara rutin kapal-kapal ini menawarkan paket wisata one day tour ke Nusa Penida, termasuk untuk menggunakan fasilitas kapal pesiar mereka, makan siang dan berbagai aktivitas wisata bahari. Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan umumnya adalah berseluncur dan berenang, snorkling, banana boat, jet ski, dan kayaking. Atau mereka bisa juga mengambil paket berkunjung ke daratan untuk sekedar berjalanjalan dan berjemur di pinggir pantai sambil melihat-lihat aktivitas nelayan. Bagi yang memiliki waktu cukup banyak dan berniat bermalam di pulaupulau ini, wisatawan dapat berkeliling pulau dengan menyewa motor/ojek sebesar Rp. 100 ribu permotor/hari. Baik di Nusa Lembongan, Ceningan, dan juga Nusa Besar, banyak sekali tempat-tempat dan pemandangan yang menarik untuk dilihat. Dari Puncak Bukit Mundi di Nusa Besar kita bisa menikmati keindahan panorama Nusa Penida. Selain di darat, berperahu keliling pulau atau sambil menyeberang dari Nusa Lembongan ke Nusa Besar juga memberikan pengalaman lain sekaligus melihat pantai bertebing dan berhutan bakau yang menakjubkan. Hutan bakau (mangrove) yang masih terpelihara di Lembongan dan Ceningan merupakan salah satu day tarik wisata yang menarik untuk dinikmati. Wisatawan dapat menyewa perahu untuk menyusuri sungai ke arah hulu yang masih asri dengan pepohonan bakau, sambil mengamati dan memotret burungburung yang hidup bebas di hutan bakau ini. Beberapa lokasi lainnya seperti Crystal Beach, Sunset Beach, Pantai Sakti juga menjadi tempat yang potensial untuk dikunjungi. Di Crystal Beach sudah terdapat resor yang memiliki private beach tersendiri. Pembangunan fasilitas di Sunset Beach dan Pantai Sakti masih sedang ditingkatkan. Beberapa lokasi wisata memang masih terbatas pencapaiannya, seperti Pantai Pasir Hug di Desa Sakti, dan Pantai Atuh di Desa Pejukutan.

Ke Nusa Ceningan dari Nusa Lembongan saat ini baru bisa dicapai dengan kendaraan roda 2 karena ukuran jembatan antara Lembongan dan Ceningan memang baru bisa dilalui oleh kendaraan motor. Alam Nusa Ceningan yang masih asli sangat menarik untuk dijelajahi. Panorama dari Ceningan ke arah selat dan Pulau Lembongan sangat menarik, apalagi saat matahari terbenam. Di puncak perbukitan di Nusa Besar juga didirikan beberapa kincir angin sebagai sumber energi alternatif yang diharapkan juga nantinya menjadi daya tarik di Pulau Nusa Penida. Hanya sayang kondisinya pada saat dikunjungi hanya 1 yang berjalan normal dari 9 kincir yang ada. Di lokasi ini juga dibuat energi solar cell yang sayangnya -juga tidak terpelihara. Tempat dengan view yang indah ini sebetulnya sangat menarik. Dari tempat ini bisa dilihat panorama ke arah laut lepas. Hal lain yang menarik untuk dilihat di Nusa Penida adalah kegiatan budidaya rumput laut yang dilakukan penduduk nelayan di Lembongan dan Nusa Besar. Kawasan budidaya rumput laut memang berkembang pesat terutama di pantai utara Nusa Penida, dan bahkan menjadi basis kegiatan ekonomi masyarakat lokal. Sangat menarik melihat kegiatan masyarakat menjemur dan mengeringkan rumput laut di halaman rumahnya. Permukiman nelayan yang memanjang di pesisir pantai utara dan timur Nusa Penida serta di Nusa Lembongan dan Ceningan memperlihatkan kehidupan sehari-hari nelayan seperti membuat jaring, menangkap ikan, maupun kehidupan sosial budaya mereka, termasuk dalam melakukan upacara-upacara keagamaan yang rutin diadakan di Nusa Penida, dan bahkan juga didatangi oleh penduduk dari daratan Pulau Bali. Pura di Nusa Penida memiliki hubungan religious dengan Pura Besakih di Bali daratan. Saat ini pura yang banyak dikunjungi wisatawan di Nusa Penida adalah Pura Penataran Ped dan Pura Puncak Bukit Mundi. Pura-pura lainnya misalnya Pura Batu Medau, Pura Sahab, Pura Segara dan Pura Pelawang. Nusa Penida - tepat kiranya jika disebut sebagai a hidden paradise, keindahan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.

DATA-DATA POTENSI
Sunfish / Mola-mola

Gambar 1 Sunfish (Mola-mola)

Pernah membayangkan, makhluk bak banteng dengan body bongsor, kulit tebal dan tanduk sekeras baja, tapi kelakuannya lemah gemulai dan pemalu kayak kucing rumahan? Menggemaskan? Bikin deg-degan karena takut? Atau justru memancing penasaran? Makhluk ajaib itu bernama Sunfish alias Mola-Mola. Fisiknya sama sekali tidak indah. Tapi begitu makhluk ini muncul, tampang bodoh dan tubuh masifnya langsung memicu emosi dan adrenalin. Hantaman air dingin dan arus kencang seketika tak lagi dirasa. Bentuknya aneh, lonjong dengan mulut di satu sisi dan sisi lainnya membulat dengan ekor seperti kipas. Siripnya cuma 2, mencuat ke atas dan bawah. Yang paling dahsyat, lebar tubuhnya bisa mencapai 1,5 meter sampai 3 meter lebih. Beratnya, antara 1000 sampai 2000 kg lebih. Meskipun besar dan berkulit tebal (7 cm lebih), ikan raksasa ini tidak tahan dingin. Ia bisa mati kalau kelamaan terendam suhu kurang dari 12 derajat Celcius. Secara berkala, mereka mesti mencari perairan hangat. Jadi seperti turisturis dari negeri 4 musim, tiap tahun antara Juli sampai Oktober, Mola berbondong-bondong berjemur di Crystal Bay, Nusa Penida, Bali. Teluk kecil berair bening di pantai barat Nusa Penida itu merupakan satusatunya tempat di dunia, di mana Mola muncul di perairan dangkal. Mola biasanya ditemui laut lepas, beredar di kedalaman sekitar 200 meter. Di Crystal

Bay, Mola sudah terlihat di kedalaman antara 20-30 meter (kadang malah 16 meter), cuma sekitar 100 meter dari garis pantainya yang berpasir putih. Pelilit - Pejukutan Perjalanan ke Pelilit perlu kesabaran, karena jalannya sempit dan naik turun laut disebelah kiri tampak jauh dibawah.

Gambar 2 Tebing di Pelilit - Pejukutan

Beberapa buah batu tampak menonjol ke laut. Ombak memecah karang pantai. Batu-batu di tepi pantai yang curam dan terjal itu dinamakan seperti nama bagian rumah Bali, antara lain : Batu Gineng, Batu Pawon, Batu Sanggah, Batu Dua dan tebingnya yang curam namanya Molenteng. Sompang Pasih Uwag

Gambar 3 Pasih Uwig The Monta Point

Ditempat ini ikan manta sering berkumpul dan bergerombol, oleh karenanya di sebut sebagai Manta Point. Dan benar, saja ada seekor Manta yang berenang dan di bawah tempat ini. Pantai di Pasih Uwig

Gambar 4 Pantai di Pasih Uwig

Pantai ini terletak di Nusa Lembongan di kawasan Nusa Penida. Ombak di kawasan ini ombaknya cukup besar.Keindahan airnya pun sangat indah untuk dilihat dan dinikmati. Ekosistem Terumbu Karang

Gambar 5 Ekosistem Terumbu Karang

Keindahan alam bawah laut kepulauan Nusa Penida ini memiliki pesona alam tersendiri. Yaitu Ekosistem terumbu karang yang masih alami. Hal ini membuktikan kawasan ini belum tercemari oleh aktivitas manusia.

Butterfly Fish

Gambar 6 Butterfly Fish

Gambar 7 Coral Fish

Gambar 8 Mooray Eel

Keragaman ekosistem bawah laut ini tidak kalah dengan keindahan ekosistem bawah laut di daerah laennya.Hal ini dibuktikan dengan banyaknya populasi ikan yang terdapat di wilayah Nusa Penida ini.

BAHASAN
Pembangunan Wilayah Pesisir Nusa Penida Definisi pembangunan terakhir ini mengantar kerangka pikir tentang pembangunan ke suatu ruang tertentu, bahkan ke berbagai sektor yang sifatnya lebih operasional. Kalau pembangunan didefinisikan sebagai proses, realisasinya bisa terjadi pada upaya membangun sesuatu, berbeda dengan apa dan di mana membangun. Salah satu penentu sukses-tidaknya pembangunan yang bisa dilakukan kapan saja, di mana, dan apa pun yang akan dibangun, adalah kreativitas. Dengan membawa kerangka pikir definisi pembangunan tadi, kita harus melakukan tahapan-tahapan kreativitas. Pertama, mengamati apakah ada peluang untuk melakukan perubahan. Jika tidak ada, berarti sama dengan fenomena positif. Jika ada, berarti sama dengan fenomena negatif. Fenomena positif berarti suatu keadaan sesuai atau searah dengan tujuan manusia umumnya. Fenomena negatif, berarti sebaliknya. Fenomena positif maupun negatif, memerlukan perubahan dan pasti akan mengalami perubahan, karena faktor dimensi waktu, ruang, perilaku atau sifat manusia. Kedua, memikirkan apa yang harus dilakukan untuk perubahan, bagi fenomena positif maupun negatif. Di sini akan tampak, jenis dan kualitas kreativitas manusia, sebagai pejabat daerah maupun sebagai warga masyarakat yang hidup dalam ruang tersebut. Jika pimpinan daerah tidak memiliki visi dan misi pembangunan, daerah yang dipimpinnya tidak akan menampakkan perubahan, karena tidak akan mungkin dapat mengoperasionalkan aktivitas yang bermuatan kreativitas. Pimpinan daerah yang memiliki paham pembangunan yang kreatif, akan terjadi perubahan yang terukur dengan nilai kreativitas. Nilai kreativitas tersebut dapat diukur dari satuan nilai efisiensi dan efektivitas. Ketiga, melakukan aksi yang diawali pembentukan kerangka operasional. Di sini tampak jelas, jenis dan bentuk perubahan yang akan terjadi, bahkan dimensi waktu pun sudah pasti. Mari kita ke Nusa Penida untuk melihat peluang perubahan. Peluang perubahan sebagai suatu fenomena negatif adalah: 1. Gugusan pulau ini merupakan daerah kritis dengan penduduk 46.749 jiwa hidup dalam

ruang yang luasnya 192,72 km2. 2. Penduduknya berada dalam kategori miskin, karena sumber kegiatan ekonominya sangat terbatas. Hanya ada pertanian rumput laut yang paling potensial di antara potensi lainnya, namun tidak mampu menyerap sumber daya manusia yang tersedia. 3. Pulau ini terisolir yang menyebabkan terbatasnya ruang gerak produktivitas masyarakat. Sarana perhubungan laut seperti kapal Roro yang ada sekarang ini sebenarnya dapat mengatasi masalah sosial masyarakat, namun masih belum dapat memecahakan permasalahan. 4. Kekuatan daya beli masyarakat sangat lemah, karena harga menjadi lebih tinggi dibandingkan harga kebutuhan pokok di daratan Bali. Hal ini akibat ketidaksempurnaan sarana perhubungan laut. Akan tetapi, harga produk yang menjadi andalan sumber pendapatan masyarakat seperti rumput laut tidak menentu, harganya sering turun drastis. 5. Isu negatif yang ada membuat kekuatan pasar internasional ikut memporak-porandakan Nusa Penida. Misalnya, ada isu akan dibangun industri kepariwisataan besar-besaran, sehingga banyak spekulan tanah membeli dan menguasai sebagian besar tanah di situ. Masyarakat menjualnya, tetapi hingga saat ini isu itu belum terwujud. Masyarakat selalu menantinya dengan gelisah. Spekulan tanah ikut kebakaran jenggot, investasinya tenggelam terlalu lama, akhirnya sekarang terjadi transaksi jual beli antarspekulan. Isu itu terhembus sejak tahun 1980-an. Sekarang sudah 30 tahun informasi negatif itu menerpa Nusa Penida. Ada lima fenomena negatif yang merupakan tahapan kreativitas yang pertama. Kedua, kita masuki tahap berpikir, artinya ide apa yang kita siapkan untuk memasuki implementasi proses pembangunan. Dengan menyintesakan kelima dimensi fenomena geografis. itu, ide yang bisa kita dengan miliki sbb: 1. Membangun Nusa Penida. Dalam hal ini, kita berpikir tentang pembangunan Implementasinya diawali mewujudnyatakan pembangunan transportasi yang memadai. Transportasi yang dimaksudkan, transportasi laut. Perlu dibangun pelabuhan kapal barang di pantai Klungkung maupun di Nusa Penida. Pelabuhan ini sebagai prasarana untuk meningkatkan frekuensi perjalanan kapal dari Klungkung ke Nusa Penida dan sebaliknya. Disusul mengoperasikan kapal sebagai sarana transportasi laut. Setelah transportasi laut memadai untuk

kebutuhan Nusa Penida dalam arti kompleks, dilanjutkan dengan melakukan pembangunan Nusa Penida. Membangun Nusa Penida, berarti dalam konteks geografis seperti: Pembangunan pantai untuk menghindari abrasi sekaligus memelihara keindahan alam; pembangunan tata ruang dalam kaitannya dengan pembangunan jalan di daratan dengan konsep pemikiran jangka panjang; pembangunan alam dalam konteks religius, artinya menentukan secara pasti dan tegas tempat-tempat suci yang harus dilestarikan, karena hal ini akan terkait dengan kebutuhan sektor kepariwisataan. 2. Usaha pembangunan pertanian laut (rumput laut) dapat diekspansi dengan menggunakan teknologi baru, sehingga petani tidak hanya menanam rumput laut di pinggir pantai, tetapi bisa di air yang lebih dalam lagi, seperti di Kepulauan Seribu. Diperlukan investasi sangat besar seperti untuk penyiapan perahu besar dan rakit-rakit yang termodifikasi dengan teknologi baru. Di sektor industri di Nusa Penida bisa ditumbuh-kembangkan industri pengolahan rumput laut, dan pengolahan pabrik ikan laut. Dengan adanya industri pabrik ikan laut, berarti ada pelung untuk melakukan ekspansi penangkapan ikan ke laut yang lebih jauh dalam batas wilayah Indonesia yang sangat kaya akan ikan-ikan tuna dan sebagai peluang besar untuk merebut pasar internasional. Diperlukan investasi besar seperti kapal penangkapan ikan sebagaimana kapal penangkap ikan yang banyak bersandar di Pelabuhan Benoa. Disektor jasa , persiapan untuk menopang pembangunan kepariwisataan. Kami memperkirakan, kepariwisataan akan dapat dibangun hanya oleh masyarakat setempat, tetapi prosesnya perlahan-lahan. Jika sarana transportasi laut tuntas dibangun, dapat diduga pembangunan kepariwisataan menjadi terwujud lebih cepat lagi. Dengan ide seperti itu berarti tahap kreativitas kedua sudah terlampaui untuk sementara. Kreativitas ketiga, realisai atau pelaksanaan ide. Tidak mungkin kreativitas pembangunan dapat terealisir, jika hanya dilakukan pemerintah atau hanya oleh masyarakat. Bentuk kerja sama ini diawali dengan kesepakatan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Kemudian, pemerintah dapat membentuk kerja sama dengan investor dalam dan luar negeri dengan harus memiliki keteguhan prinsip. Keteguhan prinsip berarti memiliki niat atau

kemauan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan Nusa Penida dan bermanfaat bagi daerah itu dan seisi alam di sana. Pengembangan Wisata Wilayah Pesisir Nusa Penida

Gambar 9 Nusa Penida

Seperti gambar peta yang kita lihat diatas potensi wilayah pesisir nusa penida sangatlah besar.Adapun langkah langkah pengembangan wisata yang kami anggap tepat di wilayah pesisir Nusa Penida ini agar tidak hanya disebut a hidden paradise adalah sebagai berikut. 1. Membangun infrastruktur yang mendukung di kawasan pesisir Nusa Penida, seperti: pembangunan tempat - tempat peristirahatan sehingga para wisatawan bisa menikmat liburannya , tidak seperti keadaan yang kita temui sekarang, para wisatawan hanya berdiam di ponton saja, 2. Menyediakan tempat-tempat hiburan seperti yang terdapat di kawasan wisata lainnya.Adapun tempat-tempat hiburan yang dapat dibangun adalah Hardrock Cafe,Planet Surf,serta tempat-tempat yang menyediakan pernakpernik khas wilayah pesisir Nusa Penida, 3. Menyediakan Guide (Pemandu Wisata) yang menguasai multi bahasa serta mengenal wilayah Nusa Penida,sehingga wisatawan dapat mengenal wilayah pesisir Nusa Penida secara menyeluruh, 4. Menambah sarana wisata air seperti : speedboat,snorkling,diving,dst.

Pengelolaan Sumber Daya Laut Menurut pandangan kami di dalam pengelolaan sumber daya laut diperlukan adanya KKL (Kawasan Konservasi Laut). Kawasan Konservasi Laut (KKL) telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk perlindungan keragaman hayati laut dan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang lestari, khususnya untuk perikanan dan pariwisata. Keberhasilan pengelolaan KKL juga berdampak nyata pada peningkatan kunjungan wisata yang berdampak langsung pada perekonomian lokal. KKL tersusun dari beberapa zona peruntukkan dalam usaha mengakomodasi berbagai tingkatan pemanfaatan sumber daya di setiap zona. Zona larang-ambil (no-take zone), yang masih bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata, memberikan perlindungan yang baik bagi sumbe daya ikan dan sangat diperlukan sebagai penyedia sumber ikan bagi daerah penangkapan di sekitarnya. Zona ini juga memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman sumberdaya hayati. Zona lainnya dalam KKL memungkinkan,memperbolehkan pengambilan sumberdaya dengan alat yang tidak merusak habitat organisme laut dan melalui perijinan yang diatur dengan prinsip daya dukung sumberdaya. Perairan Nusa Penida dinilai salah satu contoh lokasi yang sangat unik dan tepat untuk dijadikan Kawasan Konservasi Laut. Nusa Penida terletak pada batas barat-selatan segi-tiga karang dunia (Coral Triangle) yang sering diartikan sebagai pusat keanekaragaman sumber daya hayati laut di bumi. Keberadaan ikan mola-mola dan manta merupakan dua jenis keanekaragaman sumber daya hayati unik dan langka yang perlu mendapat penanganan serius. Ikan ini menjadi favorit para penyelam dunia dan sangat sulit dijumpai di perairan lain.Pengelolaannyapun perlu diperhatikan untuk tetap melestarikan keberadaan ikan yang sangat langka ini.Menurut pandangan kami adapun langkah-langkah untuk pengelolaan ekosistem laut ikan mola-mola dan manta ini adalah : 1. Larangan perburuan secara liar seperti menggunakan racun,dan bahan peledak ataupun bahan bahan lain yang dapat merusak ekosistem ini.

2. Larangan pembuangan sampah sembarangan di kawasan pesisir wilayah ini karena dapat mencemari perairan dimana ikan tersebut berkembang biak. 3. Menjaga,memellihara,melindungi,serta membuat suatu peraturan yang mengikat kepada masyarakat dan para pengunjung agar wilayah ini dapat terlindungi dari suatu pencemaran. Sebagian besar pantai Nusa Penida dimanfaatkan sebagai ladang budi daya rumput laut yang pernah menjadi sumber utama mata pencaharian masyarakat setempat. Selain itu, kini Nusa Penida juga berkembang sebagai pusat kegiatan pariwisata pantai dan laut di Bali. Akomodasi dari berbagai kepentingan ini sangat sesuai untuk disatukan dalam bentuk perencanaan Kawasan Konservasi Laut untuk melindungi sumber mata pencaharian masyarakat. Ancaman kerusakan lingkungan perairan Nusa Penida harus diselamatkan. Salah seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan saat ini banyak kapal besar semacam pukat harimau yang menangkap ikan di perairan Nusa Penida. Akibatnya, sebagian besar nelayan di lima desa daerah pesisir Nusa Penida yang berprofesi sebagai nelayan banyak terlilit hutang pada rentenir. Para rentenir kini mengikat nelayan kecil dengan menyediakan perahu, jaring, sampai bahan bakar perahu. Nusa Penida berdekatan dengan dua pulau kecil yakni Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan yang juga ramai dikunjungi turis. Banyak kapal pesiar kecil yang memanfaatkan potensi bahari perairan ini seperti Quick Silver, Bali Hai, dan Bounty Cruise. Ironisnya, Nusa Penida masih dianggap daerah miskin dan banyak warganya yang bekerja di luar daerah. Dengan dasar hukum UU No. 5/1990, pemerintah Indonesia telah menetapkan dan mengelola luas total KKL mencapai sekitar 5,6 juta ha. Pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan bahkan menyatakan keinginan untuk menambah luas KKL di Indonesia mencapai 10 juta ha pada tahun 2010 dan 20 juta ha pada tahun 2020. Strategi Perbaikan Kawasan Pesisir Nusa Penida 1. Empowerment versus Planning Wilayah Pesisir (Coastal Zone)

Pulau Nusa Penida sebagai wilayah pesisir (Coastal Zone) merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik serta problema yang unik dan kompleks. Kompleksitas di wilayah pesisir ini ditandai pula dengan keberadaan berbagai pengguna serta berbagai entitas pengelola wilayah pesisir yang mempunyai kepentingan dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan sumber daya alam di wilayah Nusa Penida. Dengan memahami karakteristik wilayah pesisir yang sarat dan rentan dengan problema yang unik serta kompleks, maka strategi pengembangan kawasan pesisir Nusa Penida harus mengikuti model perencanaan pengembangan kawasan terkini yang selalu berorientasi pada perencanaan berbasis masyarakat. Tetapi, bagaimana peran masyarakat itu diterjemahklan selalu menjadi persoalan yang sangat rumit. Masyarakat lokal sebagai penghuni kawasan pesisir memang sangat unik. Introduksi model-model perencanaan harus dilaksanakan secara hati-hati. Untuk itu perlu diperhatikan tiga tingkatan peran masyarakat yaitu: 1. Peran Filosofis 2. Peran Konseptual 3. Peran Teknis Pada kebanyakan model perencanaan yang mengusung perencanaan partisipatif, peran-peran tersebut telah dimanipulasi dan diisolasi hanya pada tingkatan yang ketiga saja yaitu pada peran teknis. Coba kita pahami ketiga tingkatan peran masyarakat tersebut: 1. Peran Filosofis Pada tingkatan ini, pengakuan dan penghormatan terhadap cara pandang masyarakat lokal terhadap ruang kelautan harus dilakukan dalam rangka perumusan konsep-konsep perencanaan yang kelak akan merubah tatanan dan wajah fisik tata ruang dimana saat ini mereka hidup. Perubahan-perubahan fisik hendaknya tidak berubah apalagi mencabut akar makna ruang kelautan bagi masyarakat lokal kawasan pesisir. Cara pandang mistisisme dan naturalisme hendaknya tidak dinegasi atau ditenggelamkan atas nama cara pandang fungsionalisme yang sangat rentan pada intervensi atau pemaksaan cara pandang eksternal terhadap cara pandang masyarakat local. Sering terjadi

manipulasi atau pembelokan kepentingan-kepentingan luar atas nama kepentingan masyarakat lokal. 2. Peran Konseptual Pada tingkatan ini para planner yang diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat lokal kawasan pesisir harus mampu membaca dan mengkonstruksikan konsep-konsep hubungan antar kelompok (kluster) masyarakat, kepentingan-kepentingan, tabu-tabu dan keberatankeberatan, serta seting naturalis hubungan antar penghuni lokal dengan ruang natularnya. Dalam konteks dan tingkatan ini konsep-konsep perencanaan yang muncul harus mengarah pada misi untuk menganyam dan memperkuat jaringan-jaringan kluster sistem nilai (sosial, ekonomi, budaya dan keruangan) yang telah hidup dan eksis dalam waktu yang panjang. Konsep-konsep perencanaan hendaknya tidak membuat perubahan ruang kelautan menjadi asing bagi masyarakat local penghuni kawasan pesisisr. 3. Peran Teknis Peran teknis yang dimaksud adalah peran kasat mata masyarakat lokal dalam proses pembuatan rencana pembangunan kawasan pesisir dimana mereka hidup. Peran ini sangat penting dalam rangka mengajak masyarakat lokal dapat mengetahui, merasakan dan membayangkan perubahan-perubahan ruang hidupnya di masa mendatang. Pemanfaatan dan peruntukan kawasan pesisir Kecamatan Nusa Penida saat ini hanya sebatas untuk Kawasan Pariwisata, berdasarkan Peraturan daerah Provinsi bali Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi bali ditetapkan nama-nama Kawasan Pariwisata serta Obyek dan daya Tarik Wisata Khusus (ODTWK) di Provinsi Bali, yang mana kawasan pariwisata Kabupaten Klungkung ditetapkan 7 (tujuh) kawasan pariwisata yang semuanya terdapat di Kepulauan Nusa Penida yaitu meliputi : Desa Suana, Batununggal, Ped, Toyapakeh, Sakti, Lembongan dan Desa Jungutbatu. Dari 7 (tujuh) desa yang ditetapkan sebagai kawasan pariwisata tersebut, hanya 1 (satu) desa sebagai kawasan pariwisata yang bukan kawasan pesisir yaitu Desa Sakti.

Untuk meminimize permasalahan yang muncul akibat Pemanfaatan dan peruntukan kawasan pesisir yang tidak berpihak pada kepentingan dan empowerment masyarakat lokal, maka pentingnya sikap dan tindakan yang diperlukan bagi aktor dalam kegiatan managemen sumber daya alam dan lingkungan yang terintergrasi (Born dan Margerum, 1995). Born dan Margerum menekankan diperlukannya tiga pendekatan pokok dalam proses pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang terintegrasi, yaitu inclusiveness, interaction dan strategic. Inclusiveness, merupakan pendekatan proses perencanaan dan pengelolaan yang berpandangan secara menyeluruh dan luas yang melihat fungsi, peran dan tindakan serta kaitan antar faktor-faktor internal pokok (di dalam wilayah pesisir), maupun keterkaitan antara faktor internal dengan faktor eksternal di dalam ekosistem yang lebih luas di luar wilayah kendali (kontrol) pengelolaan. Walupun demikian, pendekatan ini tidak mensyaratkan untuk memasukkan seluruh faktor perencanaan, namun lebih dibatasi pada faktor pokok/kunci yang terkait. Disamping (aktor-aktor yang itu perencanaan dapat dan pengelolaan proses yang terintegrasi, hasil mensyaratkan adanya interaksi yang terus menerus diantara berbagai stakeholders mempengaruhi maupun perencanaan/pengelolaan secara berarti) di dalam proses pengelolaan. Interaksi tersebut dilakukan melalui proses pertukaran informasi, konsultasi, maupun negosiasi dan tawar menawar. Untuk dapat mencapai proses negosiasi serta tawar menawar pihak-pihak yang saling berselisih (konflik) harus mempunyai kekuatan politik (political power dan support) yang secara relatif berimbang. Oleh karenanya, secara implisit pendekatan yang secara interaktif ini menyarankan proses pemberdayaan bagi golongan-golongan marginal yang dapat dengan mudah tergusur dari wilayah pesisir oleh rekyasa pihak-pihak yang mempunyai kekuatan yang lebih besar. Pendekatan yang bersifat strategis di dalam perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi menekankan pada 2 (dua) hal pokok yaitu: 1. Secepatnya mengarah atau berfokus pada isu-isu pokok atau kunci 2. Berorientasi pada program-program aksi.

Secara tidak langsung, pendekatan ini menekankan pada proses reduksi (reduction process) yang tertuju pada isu-isu kunci dan tidak secara panjang lebar membahas isu dan masalah bukan pokok. Pendekatan strategis mengarah pada program-program aksi, artinya proses perencanaan pengembangan wisata wilayah pesisir (coastal zone) haruslah berorientasi pada pelaksanaan (implementasi). Perencanaan yang berorientasi pada implementasi adalah merupakan suatu proses perencanaan dimana setiap pada tahapnya selalu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan dapat atau tidaknya usulan-usulan yang disajikan untuk dapat dilaksanakan berdasar kondisi teknis, ekonomis, sosial, fisik lingkungan, administratif dan politik yang melingkupinya.

Anda mungkin juga menyukai