PULAU NUSAKAMBANGAN
Oleh:
Nama Nusa Kambangan dipercaya berasal dari kata Nusa Kembangan, dimana Nusa
berarti Pulau dan Kembangan berasal dari kata kembang yang berarti bunga-bungaan.
Disebut bunga karena di pulau tersebut tumbuh sejenis bunga khas yang diberi nama
bunga Wijaya Kusuma. Nusakambangan terletak di sebelah Selatan Pulau Jawa dan
merupakan pulau kecil terluar yang berbatasan dengan Australia. Di sebelah Utara pulau
ini terdapat selat yang terkenal dengan sebutan Segara Anakan. Selat ini memisahkan
Pulau Nusakambangan dengan daratan Pulau Jawa, khususnya dengan Kota Cilacap. Kota
Cilacap merupakan daerah terdekat dan berbatasan langsung dengan kawasan Pulau
Nusakambangan. Sebelah Selatan Pulau Nusakambangan adalah Samudera Hindia yang
terkenal dengan ombaknya yang besar. Luas Pulau Nusakambangan adalah sekitar 210
km2 atau 21.000 ha, memanjang dari Barat ke Timur. Pulau ini memiliki titik referensi
(TR) 143.
1. Sejarah
Pulau ini mulai dibuat menjadi sebuah pulau penjara pada masa periode penjajahan
Belanda. Pemerintah kolonial membangun sebuah penjara keamanan tinggi di pulau
terisolasi untuk pengasingan para penjahat dan pembangkang politik. Penjara di
Nusakambangan dibuka pada pertengahan tahun 1920 oleh mantan penguasa kolonial
Belanda di Indonesia dan pernah dianggap sebagai lembaga pidana paling keras di Asia
Tenggara. Pulau ini dinyatakan terlarang pada tahun 1905 oleh Belanda.
Penggunaannya sebagai
pemerintahan mantan Presiden Soeharto, ratusan pembangkang politik ditahan di pulau ini.
Sebagian besar tahanan politik, anggota Partai Komunis yang dilarang di Indonesia atau
para simpatisan. Para tahanan politik tidak pernah dibawa ke pengadilan, dan banyak dari
mereka meninggal karena kelaparan atau sakit.
Pada tahun 1996 terjadi kesepakatan antara Departemen Kehakiman dengan Departemen
Pariwisata untuk membuka Pulau Nusa Kambangan untuk keperluan pariwisata. Pulau itu
akhirnya resmi dibuka untuk umum sebagai tujuan wisata pada tahun 1996.
Pulau ini juga berperan dalam penanganan pengungsi. Sekitar 140 pengungsi Afghanistan
ditahan di pulau ini setelah kapal mereka, yang sedang dalam perjalanan ke Christmas
Island, Australia, tenggelam di laut kasar pada tanggal 17 Agustus 2001. Namun, lebih dari
90 pengungsi ini kemudian melarikan diri pada 19 September 2001 berlayar jauh dengan
kapal nelayan kecil dan diyakini akan menuju Australia.
Pulau ini juga terkena dampak gempa bumi dan tsunami Pangandaran pada 2006, ketika
itu gempa bumi bawah laut 7,7 skala Richter terjadi di lepas pantai barat Jawa. Setidaknya
11 warga hilang dan 8 orang tewas dalam tsunami berikutnya, dua di antaranya adalah
tahanan di salah satu penjara Permisan. Dan setidaknya lima belas narapidana di penjara
Nusakambangan dekat Pangandaran juga hilang.
didominasi tipe ganda (semi diurnal). Salinitas perairan di sekitar pulau tersebut berkisar
sekitar 32o/oo, sedangkan kecerahan perairan sekitar kurang lebih 25 meter.
Klimatologi
Iklim di wilayah pulau ini tergolong tropis kering dan termasuk iklim kering tipe D/E
berdasarkan zona agroklimat. Musim kemarau berlangsung selama + 3 bulan (Juni
Agustus) dengan curah hujan kurang dari 200 mm/bulan dan musim penghujan selama 5
bulan (November Maret) dengan curah hujan lebih dari 200 mm/bulan. Kecerahan pada
musim hujan sekitar 30 60% setiap hari sedangkan pada musim kemarau tingkat
kecerahan berkisar antara 70 80% dengan tingkat kelembaban nisbi sekitar 70 85%.
Suhu udara terdingin di Pulau Nusakambangan adalah 220 C dan terpanas sekitar 330 C
sedangkan suhu rata-rata adalah sekitar 280 C. Bulan-bulan terdingin terjadi pada saat
pergantian musim kemarau ke musim penghujan, yaitu sekitar bulan Agustus hingga
Oktober. Bulan-bulan terpanas terjadi pada musim kemarau sekitar Juni hingga Juli.
dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman dan HAM. Sedangkan Pemkab Cilacap hanya
mengelola beberapa gua di Nusakambangan sebagai obyek wisata.
Ekonomi dan sosial
Berbagai obyek wisata di Pulau Nusakambangan seperti wisata religius maupun wisata
ilmiah hutan tropis telah memberi sumbangan devisa bagi Pemkab Cilacap. Pengelolaan
pariwisata di pulau ini diserahkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Cilacap, walaupun
status kepemilikan Pulau Nusakambangan masih diklaim sebagai milik Departemen
Hukum dan HAM.
(Zygia jiriga Jack kostern), kedawung (Parkia roxburghli g.Don), kelapa (Cocos
nucifera L), kelumpang (Sterculla foetida L), kenanga (Canangan odorata Hook flct),
kedondong (Spondia pennata Kurz), kemiri (Aleurites moluccana Wild), kalimanga
(Kleinhovia
hospita L),
kramina
kendal
(Cardia
dichotama Forst), laban (Vitex pubesceas Vahl), matoro lokal (Leucaenae glaucal), lankep
(Arenga
abstuxfolia Mart),
mundu
(Garcinia
balica Miq),
nangka
(Articarpus
(Macaca spp), lutung (Prebystis cristanus), harimau tutul (Panthera pardus), harimau
kumbang (Panthera pardus), kalong (Pteropus spp), babi hutan (Sus spp), kijang
(Munticus muncak), kancil (Herpetes javanicus), musang (Tragalnus spp), lingsang
(Paradoxurus ermaproditus), tupai (Lariscus spp), landak (Hystrix grachyura), dan
kelelawar (Hypposlderos commertonl).
Disamping jenis mamalia, beberapa jenis reptil dan amphibia juga ada di pulau ini, yaitu :
buaya (Crocodytus acutus), biawak (Varanus salvator), bengkarung (Mabunya spp), ular
cobra (Bangarus spp), ular hijau (Drophis spp), ular pohon (Raana spp), katak air
(Rana spp), penyu (Chelonia mydas), dan ular sanca (Phyton spp).
Jenis burung atau aves yang terdapat di Pulau Nusakambangan adalah : kuntul (Bubucus
ibis), blekok (Ardeola Ardeola rallaoides), bangau putih (Egretta garzetta), bangau
tongtong (Leptotillis lavanicus Host), burung raja udang (Hylcyon cloris), burung cucuk
urang (Hylcyon cyanoventris Vicili), elang elanus (Cacrulus), alap-alap (Accipiter spp),
tengkek (Pelaugopsis sp), betet (Peltacula alexandri), katik (Treron griseicapilla), emprit
(Lonchura spp), burung sesap madu (Anthereptes malacensir), prenjak (Prinia mouruata),
kutilang (Pycnonotus spp), trotokan (Pycnonotus spp), sikatan (Rhipichira spp), camar
(Sterna albifron), tekukur (Streptopella spp), perkutut (Geopillia spp), ayam hutan merah
(Gallus sp), gemak (Arborophilia spp), ayam-ayaman (Ixobrichus cinnamomous), gagak
(Corus sp), bubut (Centropus bunlensisi), rangkok (Buceros rhinocerus Vicilli), merak
(Paromucicus), milwis (Dendrocygna avanicus), srigunting (Dcirurus macrocertus Klass),
kepodang (Oridus Chinensis), walet/lawet (Callocalla spp).
Perikanan
Sekitar pulau ini ditemukan beberapa spesies ikan karang yang berasosiasi terhadap
ekosistem terumbu karang seperti ikan hias, ikan demersal dan ikan pelagis serta udang
lobster.
Pulau ini dijadikan sebagai tempat penangkapan ikan dan udang bagi nelayan Cilacap.
Hasil tangkapan yang dominan terdiri dari ikan pelagis dan demersal. Jenis ikan pelagis
ekonomis penting yang tertangkap di perairan ini antara lain : tembang, kembung,
cakalang, tenggiri, dan tongkol. Jenis ikan demersal yang dominan adalah jenis kerapu,
kakap, baronang, bawal, ekor kuning, kurisi dan berbagai jenis udang lobster serta jenis
ikan lainnya.
Selain berbagai jenis ikan (ikan hias maupun ikan karang), perairan pulau ini juga sangat
kaya
akan
terumbu
karang.
Terumbu
karang
yang
dominan
adalah Acropoda sp, Echinopora sp, Turbinaria sp, Porites sp, Montipora sp, Pavona sp,
Goniopora sp dan Millepora sp.
Dalam kurun waktu tahun 2004, peneliti Herbarium Bogoriense dari Pusat Penelitian
Biologi LIPI telah berhasil mencatat 18 jenis tumbuhan yang dianggap catatan baru
untuk Pulau Jawa, khususnya di Pulau Nusakambangan tercatat 34 jenis yang selama ini
belum pernah dikumpulkan secara ilmiah dan belum diketahui keberadaannya di Pulau
Jawa. Penemuan jenis baru tersebut merupakan kontribusi penting bagi khasanah ilmu
pengetahuan dan kontribusi nyata peneliti Indonesia.
b. Kekayaan Fauna
Pulau Nusakambangan merupakan kawasan yang menarik dari segi keunikan dan
keanekaragaman jenis. Kekayaan dan kekhasan faunanya sepertinya berhubungan erat
dengan keanekaragaman tipe ekosistem. Dari hasil survey yang dilakukan oleh Pusat
Penelitian Biologi LIPI Bogor, sedikitnya telah berhasil dicatat 107 jenis kupu-kupu
yang mewakili 28% kupu-kupu Jawa dengan dominasi jenis kupu-kupu yang banyak
ditemukan di Jawa Barat.
Keberadaan jenis kupu-kupu ini sangat berkaitan dengan jenis flora yang umumnya
tersebar sampai Pangandaran dan Ujungkulon. Demikian halnya dengan kelompok lain
seperti sedikitnya ada 70 jenis burung, 26 jenis ikan dan 8 jenis reptil. Dari 26 jenis ikan
Pulau Nusakambangan, tercatat satu jenis wader (Puntius binotatus) yang potensial sebagai
ikan hias dan atau konsumsi.
Berdasarkan data dari Nature Conservation in Indonesia yang disponsori oleh Gibbon
Foundation tahun 1999, di Pulau Nusakambangan dan kawasan Segara Anakan terdapat 8
jenis mamalia, 115 jenis aves (burung), 2 jenis reptil dan 17 genera pisces (ikan).
Jenis-jenis mamalia yang masuk kategori dilindungi adalah :
Jenis reptil yang ditemukan dan dilindungi adalah biawak (Varanus salvator). Sedangkan
penyu jenis langka yang dilindungi Undang-Undang dan bahkan masuk kategori appendix
I dalam CITES (yaitu satwa yang haram diperdagangkan karena sudah di ambang
kepunahan/endangered) yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) ditemukan dan sering bertelur
di pantai Pulau Nusakambangan.
Dari segi keanekaragaman hayati, peran Pulau Nusakambangan bagi daerah sekitarnya
menjadi semakin penting, selain sebagai habitat berbagai kelompok fauna, sisa kawasan
hutan pamah (hutan hujan tropis dataran rendah) Jawa Tengah ini juga berfungsi sebagai
sumber plasma nutfah bagi daerah sekitar Cilacap. Hilangnya habitat alami berupa tutupan
hutan alam di Jawa diduga telah memaksa berbagai kelompok fauna terutama burung dan
serangga untuk mencari tempat hidup baru, di antaranya ke Pulau Nusakambangan.
c. Potensi Bahan Galian Golongan C
Struktur batuan Pulau Nusakambangan terdiri dari satuan batuan gamping dan breksi. Batu
gamping merupakan bahan baku pembuatan semen atau material industri kimia dan pupuk.
d. Ekowisata
Pulau Nusakambangan dipisahkan dari Pulau Jawa oleh Segara Anakan yang mengalami
pendangkalan akibat endapan lumpur sungai Citanduy. Proses pendangkalan ini dapat
dilihat dari terbentuknya tanah timbul di bagian Utara Nusakambangan. Fenomena alam
ini merupakan kondisi
yang menarik sebagai obyek ekowisata. Sejumlah ekowisata yang terdapat di Pulau
Nusakambangan adalah Pantai Permisan, Pasir Putih, Karangbolong, Cagar Alam
Nusakambangan, gua alam (Gua Ratu, Gua Lawa, Gua Pasir, Gua Pantai Panjang, Gua
Ketapang, Gua Masigit Selo).
e. Wisata Sejarah
Pulau Nusakambangan juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu obyek
wisata sejarah, yaitu adanya peninggalan Lembaga Pemasyarakatan baik yang saat ini
masih digunakan maupun Lembaga Pemasyarakatan yang sudah tidak digunakan lagi.
Obyek ini dapat dijadikan satu rangkaian wisata dengan obyek wisata Benteng Pendem
dan Benteng Karangbolong.
f. Potensi Air Bersih
7. Permasalahan
Banyak potensi wisata yang belum dikelola dengan maksimal oleh pemerintah
daerah setempat.
Banyaknya penduduk ilegal yang tanpa izin bermukim dan mencari penghasilan di
Pulau Nusakambangan.
8. Solusi Permasalahan
Pembatasan
kegiatan
penambangan
yang
merusak
lingkungan
Pulau
Nusakambangan.
Melakukan promosi tentang daerah dan tempat wisata yang ada di Pulau
Nusakambangan.