Kami Taruna Sekolah Tinggi Perikanan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
dengan semangat bahari dalam rangka Pembangunan Nasional, berjanji :
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta taat kepada Negara dan Pemerintah Indonesia yang
berdasarkan Pancasila.
2. Menghormati semua pihak demi terbinanya suasana hidup kekeluargaan yang berazaskan Pancasila.
3. Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Membantu serta tidak menghambat terselenggaranya kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat.
5. Senantiasa belajar dengan tekun dan berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai
dengan bidangnya.
6. Menjaga nama baik Institusi dan almamater.
7. Menjunjung tinggi kebudayaan nasional, nilai moral dan kebenaran ilmiah.
8. Menjaga integritas pribadi dan kejujuran intelektual.
9. Memelihara, menjaga sarana dan prasarana pendidikan.
10. Wajib menjaga kebersihan, keindahan, ketertiban, keamanan dan keselamatan.
11. Berdisiplin, bersikap jujur, bersemangat, bertanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan
tercela.
12. Berbudi luhur, berperilaku dan berpakaian sopan.
13. Mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di Sekolah Tinggi Perikanan.
BAGIAN SATU
PENDAHULUAN
Pasal 1
(1) Sekolah Tinggi Perikanan selanjutnya disingkat STP adalah Pendidikan Tinggi di lingkup
Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang menyelenggarakan program pendidikan vokasi dibidang
perikanan.
(2) Unsur Pimpinan STP terdiri dari Ketua dan 3 (tiga) Pembantu Ketua.
(3) Senat STP adalah merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di lingkungan STP.
(4) Pendidik adalah dosen yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya mendapat tugas di STP.
(5) Tenaga Kependidikan adalah tenaga selain dosen yang bertugas di STP.
(6) Tenaga Pembina Taruna adalah pendidik, tenaga kependidikan dan pihak lain yang ditugaskan
untuk membina Taruna oleh Ketua STP.
(7) Tenaga Pembina Khusus adalah orang yang ditugaskan secara khusus untuk membina Taruna
sebagai pelatih dibidangnya oleh Ketua STP.
(8) Taruna adalah peserta didik yang terdaftar dan mengikuti pendidikan vokasi di STP, dengan sebutan
Taruna bagi peserta didik laki-laki dan Taruni bagi peserta didik perempuan.
(9) Tenaga Kesehatan adalah tenaga medis pada Balai Pengobatan (BP) meliputi dokter, perawat,
asisten apoteker dan analis kesehatan yang bertugas di STP.
(10) Tenaga Bimbingan dan Konseling (BK) terdiri dari Psikolog dan petugas yang ditunjuk oleh Ketua STP
(11) Unit Pembinaan Taruna dan Asrama (UPTA) adalah unit yang berfungsi membantu pelaksanaan dan
pengawasan sistem pembinaan sikap dan kepribadian Taruna STP secara berkelanjutan dalam
seluruh aspek kehidupan Taruna dan Asrama sesuai dengan buku SPSKT.
(12) Pembinaan adalah suatu proses belajar dengan tujuan membantu Taruna untuk mengembangkan
sikap, kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan hidup dan kerja/ belajar yang sedang
dijalani secara lebih efektif.
(13) Pamong adalah Pembina Taruna yang ditugaskan oleh Ketua STP sebagai pembina angkatan taruna
(14) Piket Pembina Taruna (PPT) adalah Pembina Taruna yang sedang melakasanakan piket pembinaan
taruna dan asrama sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
(15) Sistem Pembinaan Ketarunaan adalah satu kesatuan yang terintegrasi untuk mengatur proses
pembinaan sikap dan kepribadian Taruna.
(16) Jenjang Pembinaan ketarunaan adalah suatu tahapan dalam pembinaan berkelanjutan yang
ditetapkan bedasarkan tingkat perkembangan Taruna serta keluasan dan kedalaman bahan
pembinaannya.
(17) Program Pembinaan adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pembinaan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembinaan.
(18) Sumberdaya pembinaan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pembinaan yang terwujud
sebagai tenaga, dana, sarana, dan prasarana yang tersedia atau diadakan dan didayagunakan
untuk Taruna baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
(19) Sikap Taruna adalah potensi kejiwaan Taruna yang dipengaruhi oleh tiga unsur, yaitu cipta, rasa
dan karsa yang membentuk pola pikir tertentu yang mempengaruhi tingkah lakunnya.
(20) Tingkah Laku Taruna adalah perwujudan sikap Taruna yang tampil mengemuka secara operasional
atau nyata dalam bentuk perbuatan tertentu baik positif maupun negatif sesuai dengan situasi kondisi
lingkungan yang mempengaruhinya.
(21) Kepribadian Taruna adalah pola umum perilaku Taruna yang mencerminkan kebiasaan berpikir,
ungkapan sikap, bakat, perasaan, cara, dan tingkah laku serta pandangan hidupnya.
(22) Prosedur pembinaan adalah tahapan kegiatan dalam pembinaan ketarunaan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
BAB II
DASAR, FUNGSI, DAN TUJUAN
Dasar
Pasal 2
Pembinaan ketarunaan berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Fungsi
Pasal 3
Tujuan
Pasal 4
Pasal 5
Untuk mencapai tujuan pembinaan sebagaimana dimaksud pada pasal 4, Sasaran pengembangan sikap dan
kepribadian Taruna adalah untuk menumbuhkan :
(1) Kesetiaan terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, Pemerintah dan STP.
(2) Kemampuan berprestasi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada dirinya dan
bersungguh-sungguh dalam belajar dan/atau bekerja.
(3) Tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya dengan baik dan
tepat pada waktunya, serta berani memikul resiko atas tindakan yang dilakukannya.
(4) Ketaatan terhadap segala peraturan perundang-undangan dan kedinasan yang berlaku serta perintah
kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang.
(5) Kejujuran dalam melaksanakan tugas dengan tulus hati dan tidak menyalahgunakan wewenang yang
diberikan.
(6) Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas yang ditentukan, sehingga
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
(7) Prakarsa dalam mengambil keputusan, langkah-langkah yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
tanpa menunggu perintah dari atasan.
(8) Jiwa kepemimpinan untuk meyakinkan orang lain untuk dikerahkan secara maksimal dalam
melaksanakan tugas pokok bagi yang memangku satu jabatan kedinasan.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN TARUNA UNTUK MEMPEROLEH PEMBINAAN
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pelaksanaan ketentuan sebagimana dimaksud pada pasal 7 diatur oleh Ketua STP sebagaimana
lampiran yang tidak terpisahkan dari ketentuan ini.
BAB IV
PEMBINAAN
Pasal 9
Pasal 10
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (1) diatur dalam sistem penyelenggaraan
pendidikan STP.
Pasal 11
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (2) disesuaikan dengan penyelenggaraan
pendidikan STP.
Pasal 12
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (2) dan (3) meliputi :
(1) Pembinaan kerohanian.
(2) Pembinaan kedisiplinan.
(3) Pembinaan minat dan bakat (olahraga, seni dan budaya).
(4) Pembinaan organisasi Senat Taruna dan organisasi lain dibawahnya.
(5) Pembinaan kewirausahaan dan kesejahteraan.
(6) Pembinaan kebersihan dan keamanan.
(7) Pembinaan keputrian.
(8) Pembinaan bahasa asing.
(9) Pembinaan kesamaptaan.
Pasal 13
(1) Tenaga Pembina Taruna adalah dosen dan tenaga kependidikan yang diangkat oleh Ketua STP
dengan tugas khusus membina Taruna.
(2) Tenaga Pembina Taruna bertugas menyelenggarakan kegiatan membimbing, melatih,
mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang yang dibina.
(3) Tenaga Pembina Khusus adalah orang yang ditugaskan secara khusus oleh Ketua STP untuk
membina Taruna sebagai pelatih dibidangnya.
Pasal 14
Pasal 15
BAB V
PROGRAM PEMBINAAN
Pasal 16
Program pembinaan disusun untuk mewujudkan tujuan pembinaan Taruna dengan memperhatikan tahap
perkembangan Taruna dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-
masing satuan pembinaan.
Pasal 17
Program pembinaan merupakan bahan kajian untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pembinaan
dalam rangka upaya pencapaian tujuan pembinaan yang lebih humanis.
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Program pembinaan minat bakat olah raga, seni dan budaya meliputi :
(1) Menyelenggarakan latihan olah raga.
(2) Menyelenggarakan latihan kesenian dan kebudayaan.
(3) Menyelenggarakan Pekan Olah Raga dan Seni Taruna (PORNITAR).
(4) Mengikutsertakan Taruna dalam berbagai perlombaan.
Pasal 21
Program pembinaan organisasi Senat Taruna dan organisasi yang berada dibawahnya dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan STP serta ditetapkan melalui keputusan Ketua
STP.
Pasal 22
(2) Pendekatan partisipatif yaitu penyelenggaraan program pembinaan disampaikan melalui situasi belajar
bersama Pembina dan para Taruna belajar satu sama lain.
(3) Pendekatan eksperensial yaitu penyelenggaraan program pembinaan melibatkan langsung para
Taruna secara aktif dalam situasi dan pengalaman nyata.
Pasal 23
(1) Metode penyelenggaraan pembinaan Ketarunaan dilaksanakan melalui metode penerapan disiplin
Taruna dan metode among (Bimbingan).
(2) Metode penerapan disiplin Taruna merupakan pembinaan yang memegang teguh kedisiplinan
Taruna STP.
(3) Metode among (bimbingan) merupakan suatu proses teknis yang teratur untuk membantu individu
taruna dalam memilih penyelesaian yang cocok baginya terhadap masalah yang dihadapinya.
(4) Penerapan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (2), menganut azas :
a) Senioritas (atasan-bawahan) Taruna dengan urutan :
• Taruna Remaja (tingkat I), Taruna Madya (tingkat II), Taruna Perdana (Tingkat III), dan Taruna
Utama (tingkat IV).
• Taruna junior (bawahan) harus menghormati dan mematuhi Taruna senior (atasan).
• Taruna senior harus mengasihi dan memberikan teladan kepada Taruna junior.
b) Pembinaan berjenjang adalah tanggung jawab berada pada senior satu tingkat diatasnya dengan
pengawasan dari Pembina Taruna.
c) Pembina memberikan penghargaan kepada Taruna yang berprestasi dan memberi sanksi kepada
Taruna yang melakukan pelanggaran.
(5) Penerapan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (3), menganut azas :
a) Moralitas.
b) Keteladanan.
c) Kreatifitas dan produktivitas.
d) Motivasi dan semangat untuk melakukan tindakan terpuji.
BAB VI
SUMBER DAYA PEMBINAAN
Pasal 24
Sumberdaya pembinaan berasal dari STP, institusi terkait, masyarakat dan orang tua Taruna.
Pasal 25
BAB VII
PENGELOLAAN
Pasal 26
(1) Penanggung jawab tertinggi penyelenggaraan pelaksanaan dan pengawasan dalam pembinaan
ketarunaan adalah Ketua STP.
(2) Prosedur pembinaan ketarunaan meliputi kegiatan perencanaan, penyelenggaraan pelaksanaan,
pengawasan dan penilaian yang dilakukan oleh tenaga pembina dikoordinasikan oleh Pembantu
Ketua III.
(3) Tenaga Pembina berwenang mengambil tindakan administratif terhadap para Taruna yang
berprestasi maupun melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur pada BAGIAN
DUA Sistem Pembinaan Sikap dan Kepribadian Taruna STP.
BAB VIII
PENILAIAN
Pasal 27
Terhadap kegiatan dan kemajuan pengembangan sikap dan kepribadian Taruna dilakukan penilaian.
Pasal 28
Secara berkala dan berkelanjutan STP melakukan penilaian terhadap Sistem Pembinaan Sikap dan
Kepribadian Taruna STP.
BAGIAN DUA
PERATURAN DISIPLIN TARUNA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
(1) Maksud Peraturan Disiplin Taruna adalah memberikan pedoman dalam pembinaan disiplin dan
kepribadian Taruna.
(2) Tujuan Peraturan Disiplin Taruna adalah mengatur dan memperlancar usaha pembinaan kepada
Taruna dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kampus.
BAB III
KODE ETIK TARUNA
Pasal 3
Kode etik Taruna terdiri dari Janji dan Ketentuan moral sebagaimana tercantum dalam Janji Setia Panca
Bhakti Taruna
BAB IV
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
Hak
Pasal 4
Kewajiban
Pasal 5
Larangan
Pasal 6
BAB V
TATA KRAMA TARUNA
(1) Berdiri harus ditempat yang pantas sesuai dengan kehormatan Taruna.
(2) Berdiri dan berjalan harus tegak dengan pandangan lurus kedepan.
(3) Melangkah harus dengan wajar dengan langkah diayun secara serasi.
(4) Apabila berjalan bersama lebih dari satu orang, sesuaikan langkah dan temponya.
(5) Tidak memalingkan muka (menengok) secara berlebihan.
(6) Pada saat berjalan, jangan terlalu banyak berbicara satu sama lain.
(7) Berjalan dilakukan secara serasi sesuai dengan keadaan.
(8) Taruna senior/pria berada di sebelah kanan Taruna junior/wanita (Taruna junior/wanita berada
ditempat yang aman).
(9) Pada waktu berjalan menaiki tangga Taruna mendahulukan wanita/orang yang lebih tua, dan waktu
menuruni tangga Taruna mendahului wanita/orang tua.
(10) Duduk di tempat yang pantas dengan badan tegak.
(11) Usahakanlah untuk tidak membawa barang secara berlebihan dan bawalah barang di tangan
kiri selama memungkinkan.
(12) Tidak diperbolehkan mengendong tas saat menggunakan pakaian dinas (PDH dan PDUB)
Kebersihan dan Kerapihan Diri
Pasal 8
(1) Kebersihan badan dan kerapihan pakaian harus selalu dijaga sesuai dengan martabat Taruna.
(2) Merias wajah/tubuh sewajarnya sesuai dengan martabat Taruna.
(3) Kerapihan rambut dan kuku disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku sebagai Taruna dan Taruni.
Berbicara
Pasal 9
Berkenalan
Pasal 10
(1) Dalam berjabat tangan dengan seseorang, lakukan dengan kesungguhan dan menghadaplah
kepada orang tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi.
(2) Sebutkan nama dengan jelas dan lengkap.
(3) Perkenalkanlah diri terlebih dahulu terhadap orang yang lebih tua.
(4) Apabila memperkenalkan teman kepada atasan atau orang yang lebih tua, cara memperkenalkan
ialah dengan terlebih dahulu menyebutkan nama teman tersebut.
(5) Pada saat berpisah setelah berkenalan, ucapkan salam.
Pasal 11
Bertamu
Pasal 12
(1) Beritahukan terlebih dahulu kepada orang yang akan dikunjungi bahwa Taruna akan bertamu, kecuali
dalam keadaan mendesak.
(2) Hendaklah mengetuk pintu/menekan bel/mengucapkan salam dan memberi hormat kepada tuan
rumah.
(3) Duduklah dengan sikap yang baik dan sopan setelah dipersilahkan oleh tuan rumah.
(4) Selama bertamu, janganlah mendominasi pembicaraan.
(5) Sesuaikan sikap dan pembicaraan dengan situasi dan kondisi tuan rumah.
(6) Selama bertamu tetap bersikap sebagai Taruna.
(7) Waktu yang tepat untuk bertamu harus di perhatikan.
(8) Bila waktu untuk bertamu telah selesai ucapakanlah terima kasih dan salam serta berikan hormat kepada
tuan rumah.
Memasuki Ruangan
Pasal 13
(1) Setiap Taruna yang berpakaian seragam harus membuka tutup kepalanya sebelum
memasuki dan selama berada dalam suatu ruangan.
(2) Taruna yang hendak masuk ke dalam ruangan pembina perlu memperhatikan sikap sebagai berikut :
a) Tutup kepala di buka di luar ruangan.
b) Ketok pintu dan masuk setelah mendapat izin.
c) Langsung menghadap, dan berdiri lebih kurang 4 langkah di depannya (disesuaikan dengan
keadaan ruangan), menyampaikan penghormatan tanpa tutup kepala, setelah selesai
menghormat mengucapkan "izin menghadap",
d) Selesai menghadap mengambil sikap sempurna, mengucapkan "izin menghadap selesai",
menyampaikan penghormatan dan langsung balik kanan meninggalkan ruangan
Menerima Tamu
Pasal 14
Berbelanja
Pasal 15
Makan
Pasal 16
(1) Usahakan untuk tidak meminjam sesuatu dari orang lain kalau tidak terpaksa.
(2) Hendaklah bertanggung jawab penuh atas barang yang di pinjam.
(3) Usahakan untuk segera mengembalikan barang pinjaman.
(4) Pada saat mengembalikan barang - barang pinjaman, ucapkan "terima kasih".
(5) Hendaklah tidak meminjam dan meminjamkan barang pinjaman.
Berkendaraan
Pasal 18
(1) Taruna dalam berkendaraan umum (kapal laut, kapal terbang, kereta api, bus, dan lain - lain) :
a) Harus memiliki karcis yang berlaku.
b) Duduklah di tempat yang di tentukan.
c) Berikanlah tempat duduk kepada orang lebih tua / lemah atau wanita.
d) Tempatkanlah teman-teman wanita di tempat yang aman.
e) Jangan membuat gaduh dan menggangu penumpang lain.
f) Usahakan menutup muka dengan sapu tangan bila tidur.
g) Patuhilah peraturan yang berlaku.
h) Dilarang membeli sesuatu lewat jendela kendaraan.
(2) Becak/Ojek :
a) Usahakan tidak naik becak/ojek apabila tidak terpaksa.
b) Jangan mengadakan tawar-menawar sampai bertele-tele.
c) Dilarang naik becak lebih dari dua orang sedangkan ojek tidak lebih dari satu orang.
d) apabila bersama teman wanita, teman wanita naik lebih dahulu dan pada waktu turun
Taruna mendahului.
Menunggu Kendaraan
Pasal 19
BAB VI
KETERTIBAN KAMPUS
BAB VII
KETERTIBAN ASRAMA
Tertib Penempatan
Pasal 22
Tertib Wisma
Pasal 23
(4) Setiap Taruna harus mengganti barang inventaris yang hilang, rusak atau tidak sesuai dengan
waktu penerimaan awal.
(1) Taruna dapat menerima tamu pada tempat dan waktu yang telah ditentukan.
(2) Taruna dilarang menerima/membawa tamu ke dalam kamar tidur.
(3) Taruna dilarang memasuki wisma Taruni dan Taruni dilarang memasuki wisma Taruna kecuali untuk
kepentingan dinas atau seizin pembina.
(4) Jam bertamu sebagaimana diatur pada BAGIAN TIGA Sistem Pembinaan Sikap dan Kepribadian Taruna
STP.
(5) Tamu taruna diluar jam bertamu harus seizin Pembina Taruna.
Tertib Pakaian
pasal 25
(1) Setiap Taruna Taruni harus memakai pakaian dinas sebagai berikut :
a) Hari Senin sampai Kamis memakai Pakaian Dinas Harian (PDH) Taruna Taruni STP.
b) Hari Jum'at memakai Pakaian Dinas Harian (PDH) Menwa dan Hari Sabtu memakai Pakaian Dinas
Lapangan (PDL) Menwa.
c) Untuk kegiatan-kegiatan tertentu, Taruna diwajibkan menggunakan pakaian dinas yang telah
ditetapkan.
(2) Pakaian yang telah ditentukan wajib digunakan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan
apel malam.
(3) Setiap keluar wisma sesudah pukul 17.00 WIB, tetapi masih dalam Iingkungan kampus dan sedang
tidak berdinas, taruna diperbolehkan berpakaian bebas dan rapi sesuai ketentuan.
(4) Setiap keluar dari kamar, meskipun masih berada di wisma, Taruna Taruni harus selalu
berpakaian sopan.
(5) Untuk kepentingan ibadah dapat berpakaian sesuai keperluan dan seijin pembina.
(6) Pada saat pesiar, Taruna wajib memakai Pakaian Dinas Harian (PDH) berdasi atau Pakaian Dinas
Pesiar (PDP).
(1) Taruna makan bersama - sama di ruang m akan pada wak tu dan jam makan kecuali bagi
Taruna yang melaksanakan puasa dan keadaan khusus lainnya yang diijinkan oleh pembina.
(2) Setiap jam makan di tandai dengan bunyi lonceng.
(3) Setiap memasuki ruang makan Taruna harus berpakaian rapi dan sopan sesuai dengan
ketentuan penggunaan pakaian dinas dan pakaian bukan dinas (pakaian bebas rapi).
(4) Pelaksanaan makan dipimpin petugas piket.
(5) Taruna wajib tenang dan tertib sesuai tata cara makan.
(6) Taruna wajib membawa peralatan makan pribadi (sendok, garpu, dan gelas/muk).
(7) Taruna wajib memelihara kebersihan ruang makan.
(8) Taruna dilarang memasuki ruang makan atau dapur selama waktu persiapan makan.
(9) Taruna dilarang membawa makanan atau peralatan dapur keluar ruang makan kecuali untuk
yang sakit dan atau mendapat izin pembina.
(10) Kegiatan makan dilakukan sesuai prosedur makan yang telah ditentukan.
(1) Ruang tamu digunakan untuk menerima tamu atau kepentingan lain sesuai izin pembina.
(2) Setiap memasuki ruang tamu Taruna harus berpakaian rapi dan sopan.
(3) Taruna harus memelihara kebersihan dan ketertiban di ruang tamu.
(1) Waktu istirahat malam bagi taruna adalah mulai pukul 22.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 Wib
(2) Pada jam istirahat Taruna harus tenang dan tertib serta menggunakannya sebaik mungkin.
(3) Taruna dilarang keluar wisma pada jam istirahat kecuali petugas atau seijin pembina.
(4) Dilarang mengaktifkan TV, Radio, tape pada saat jam istirahat malam.
(1) Taruna wajib mengikuti apel pagi kecuali yang di ijinkan oleh pembina.
(2) Apel pagi dilaksanakan setiap hari, kecuali hari minggu/hari libur.
(3) Apel pagi dilaksanakan pada pukul 07.30 s/d 07.45 W I B.
(4) Apel pagi dipimpin oleh perwira jaga atau pembina.
(5) Pelaksanaan apel pagi sesuai dengan tata cara yang telah di tetapkan.
(6) Setelah apel pagi, perwira jaga melaporkan hasil kegiatan apel pagi kepada pembina.
(1) Taruna wajib mengikuti apel malam kecuali yang di ijinkan oleh pembina.
(2) Apel malam dilaksanakan setiap hari kecuali malam Minggu/hari libur.
(3) Apel malam pada pukul 21.00 s/d 22.00 Waktu setempat.
(4) Apel malam di pimpin oleh perwira jaga atau pembina.
(5) Pelaksanaan apel malam sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan.
(1) Apel khusus antara lain Apel Devisi dan Apel Besar .
(2) Apel Devisi dilaksanakan sewaktu-waktu oleh Pembina Taruna, diluar apel yang terjadwal
dengan seijin kepala UPTA atau Puket 3.
(3) Apel Besar dilaksanakan pada hari Sabtu untuk pengecekan personil dan persiapan pesiar oleh
PPT dan UPTA bersama perangkat piket harian Taruna.
(1) Petugas Dinas Dalam adalah Taruna yang diusulan oleh Senat Taruna dan disetujui oleh pembina.
(2) Petugas Dinas Dalam adalah perwira jaga, bintara jaga, komandan jaga, dan piket harian lainnya
(3) Petugas Dinas Dalam bertanggung jawab terhadap keamanan dan ketertiban kampus, serta
membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar.
(4) Waktu pelaksanaan Dinas Dalam disesuaikan dengan jenis kegiatan
(5) Perijinan untuk tidak mengikuti kegiatan sehari-hari bagi petugas Dinas Dalam diatur oleh pembina.
Tertib Perizinan
Pasal 34
(1) Taruna yang tidak dapat mengikuti kuliah (teori/praktek) atau kegiatan dinas lainnya harus terlebih
dahulu mendapat izin sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
(2) Sesudah jam kerja, permintaan izin seperti disebut dalam ayat (1) dapat diberikan oleh pembina.
(3) Waktu pesiar bagi Taruna sebagaimana diatur pada BAGIAN TIGA Sistem Pembinaan Sikap dan
Kepribadian Taruna STP.
BAB VIII
KETERTIBAN KULIAH DAN UJIAN
Tertib Kelas
Pasal 35
(1) Taruna wajib mengikuti kuliah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh STP.
(2) Taruna yang tidak dapat mengikuti kuliah, harus dapat menunjukkan surat izin sebagaimana dimaksud
pada pasal 35 ayat (1).
(3) Taruna yang tidak dapat mengikuti kuliah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mendapatkan
izin dari Dosen pengajar.
(4) Taruna wajib hadir dikelas sebelum kuliah dimulai dan menandatangani daftar hadir.
(5) Taruna wajib berpakaian dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(6) Taruna wajib menjemput Dosen Pengajar sebelum kuliah dimulai dan mengantarkan dosen
setelah selesai pelajaran.
(7) Taruna wajib menyiapkan sarana dan hal-hal yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kuliah.
(8) Taruna wajib memberikan laporan dan berdo'a sebelum dan sesudah kuliah dilaksanakan, dipimpin
oleh seorang piket kelas.
(9) Taruna wajib menjaga kebersihan kelas dan keutuhan sarana/prasarana yang ada di dalam kelas.
Tertib Ujian
Pasal 36
(1) Ujian bagi Taruna meliputi Ujian Tengah Semester (UTS) Ujian Akhir Semester (UAS). ujian
akhir program dan ujian - ujian yang di tetapkan oleh STP.
(2) Setiap Taruna Wajib:
a) Mengikuti ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini.
b) Menyelesaikan tugas akademik dan administrasi serta kartu bebas Taruna (clearing
card) yang berlaku di STP sebelum mengikuti ujian.
(3) Apabila taruna tidak dapat memenuhi ketentuan pada ayat (2) butir a) karena alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan mempunyai hak untuk mengikuti ujian susulan.
(4) Selama ujian berlangsung peserta ujian di larang :
a) Bercakap-cakap, berbisik-bisik dengan peserta ujian lainnya.
b) Menengok k e k iri, k e k anan, k e belakang atau hal lain yang dapat dianggap
mengganggu suasana ujian.
c) Membawa buku atau catatan keda!am ruang ujian, kecuali atas izin dosen pengampu mata
Kuliah yang di ujikan.
d) Pinjam meminjam peralatan tulis-menulis dan peralatan yang lain, selama ujian berlangsung.
e) Menerima/memberi bantuan dari/ke peserta ujian lain, dalam menyelesaikan soal ujian.
f) Menyontek, membuka buku atau catatan.
g) Keluar ruangan ujian selama ujian sedang berlangsung.
(5) Ketentuan lain yang belum tercantum dalam pasal ini akan di atur lebih lanjut oleh STP.
BAB IX
KETERTIBAN PRAKTEK DI DALAM KAMPUS
BAB X
KETERTIBAN PRAKTEK DI LUAR KAMPUS
Pasal 38
Magang
Pasal 39
(1) Pada libur akhir semester Taruna dapat melakukan kegiatan magang di instansi pemerintah/perusahaan-
perusahaan perikanan yang terkait dengan bidang studinya.
(2) Dalam pelaksanaan kegiatan magang sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Taruna wajib mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 39.
BAB XI
TATA TERTIB DI KAPAL LATIH
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
BAB XII
TERTIB DI PERPUSTAKAAN
Pasal 45
BAB XIII
PENILAIAN KONDITE TARUNA PEDOMAN PENILAIAN
Pasal 46
(1) Setiap prestasi dan pelanggaran yang dilakukan oleh Taruna akan di nilai sesuai jenis dan bobotnya.
(2) Setiap prestasi akan mendapat penghargaan dari STP.
(3) Setiap pelanggaran akan mendapat sanksi dari STP.
Pasal 47
(1) Prestasi yang di capai kedua kalinya atau lebih akan di berikan penghargaan setingkat lebih tinggi
dari penilaian yang seharusnya.
(2) Pelanggaran yang di lakukan ke dua kalinya atau lebih akan di berikan sanksi setingkat lebih tinggi
dari penilaian yang seharusnya.
Prestasi
Pasal 48
Pasal 49
(1) Penilaian prestasi di kelompokkan menjadi prestasi luar biasa, prestasi biasa dan prestasi cukup.
(2) Kisaran bobot penilaian prestasi adalah plus 1 sampai dengan plus 20.
Pasal 50
(1) Prestasi luar biasa dengan nilai sebesar-besarnya plus 20 dan sekecil-kecilnya plus 11, mencakup:
a) Nilai plus 20 : melakukan suatu perbuatan yang sangat terpuji sehingga menghindarkan dari
bahaya yang mengancam jiwa dan harta;
b) Nilai plus 19 : adalah apabila :
• menjadi juara dalam suatu perlombaan/ pertandingan bidang kegiatan non akademik di
tingkat Internasional.
• ikut serta dalam penyelamatan lingkungan.
c) Nilai plus 18 : menjadi peserta dalam suatu perlombaan/ pertandingan bidang kegiatan non-
akademis di tingkat internasional.
d) Nilai plus 17 : menjadi juara dalam suatu perlombaan/ pertandingan bidang kegiatan non-
akademis di tingkat nasional.
e) Nilai plus 16 : menjadi juara dalam suatu perlombaan/ pertandingan bidang kegiatan non-
akademis di tingkat propinsi;
f) Nilai plus 15 : menjadi peserta dalam suatu perlombaan/ pertandingan bidang kegiatan non-
akademis di tingkat nasional;
g) Nilai plus 14 : menjadi peserta dalam suatu perlombaan/ pertandingan bidang kegiatan non-
akademis di tingkat propinsi;
h) Nilai plus 13 : menjadi panitia suatu kegiatan sosial dan atau aktifitas di bidang lingungan
tingkat nasional;
i) Nilai plus 12 : adalah apabila :
• Menjadi panitia suatu kegiatan sosial dan atau aktifitas di bidang lingkungan tingkat
propinsi.
• Berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan sosial di tingkat nasional.
j) Nilai plus 11 : berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan sosial dan atau bidang lingkungan
ditingkat propinsi.
(2) Prestasi Umum Biasa dengan nilai sebesar-besarnya plus10 dan sekecil-kecilnya plus 5, yaitu :
a) Nilai plus 10 : menjadi juara dalam suatu perlombaan/pertandingan bidang kegiatan non-
akademis di tingkat kabupaten/ kotamadya.
b) Nilai plus 9 : menjadi peserta dalam suatu perlombaan/ pertandingan bidang kegiatan non-
akademis di tingkat kabupaten/ kotamadya.
c) Nilai plus 8 : menjadi panitia suatu kegiatan non-akademis ditingkat kabupaten/ kotamadya.
d) Nilai plus 7 : berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan non-akademis di tingkat kabupaten/
kotamadya.
e) Nilai plus 6 : sebagai Ketua Senat Taruna STP.
f) Nilai plus 5 : duduk dalam suatu kepengurusan Senat Taruna STP.
(4) Prestasi umum cukup, dengan nilai sebesar-besarnya plus 4 dan sekecil-kecilnya plus 1, adalah:
a) Nilai plus 4 : menjadi juara dalam suatu kejuaraan kegiatan non-akademis di tingkat lokal.
b) Nilai plus 3 : adalah apabila :
• Sebagai ketua/ koordinator dalam kepengurusan kegiatan yang berada dibawah naungan
organisasi senat Taruna dan/atau kegiatan ekstra dan ko-kurikuler.
• Menjadi peserta dalam suatu kejuaraan kegiatan non-akademis di tingkat lokal.
c) Nilai plus 2 : adalah apabila :
• Menjadi ketua kelas, ketua wisma, atau ketua panitia.
• Aktif dalam kegiatan positif yang tidak terprogram oleh STP.
d) Nilai plus 1 : adalah apabila :
• Juara perlombaan antar Taruna yang diselenggarakan oleh sekolah, Jurusan, Program
Studi atau Senat Taruna.
• Aktif dalam kegiatan positif yang terpogram oleh STP.
Pasal 51
(1) Prestasi khusus luar biasa dengan nilai maksimum plus 20 dan mínimum plus 11, mencakup :
a) Nilai plus 20 : penemuan IPTEK baru yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
b) Nilai plus 19 : adalah apabila :
• juara dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat internacional.
• pembicara dalam pertemuan ilmiah tingkat internacional.
c) Nilai plus 18 : mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat internasional;
d) Nilai plus 17 : adalah apabila :
• juara dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat nacional.
• pembicara dalam pertemuan ilmiah tingkat nacional.
e) Nilai plus 16 : adalah apabila :
• mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional.
• membantu persiapan materi pada lomba karya ilmiah tingkat internacional.
f) Nilai plus 15 : menjadi ketua atau koordinator kegiatan ilmiah tingkat nasional.
g) Nilai plus 14 : peserta dalam pertemuan ilmiah tingkat internacional.
h) Nilai plus 13 : membantu persiapan materi pada lomba karya ilmiah tingkat nacional.
i) Nilai plus 12 : berperan secara aktif dan/ atau menjadi anggota kepanitiaan pertemuan ilmiah
tingkat nacional.
j) Nilai plus 11 : pembicaraan dalam pertemuan ilmiah tingkat provinsi.
(2) Prestasi khusus biasa dengan nilai maksimum plus 10 dan mínimal plus 6, mencakup :
a) Nilai plus 10 : adalah apabila :
• juara dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat provinsi.
• peserta dalam pertemuan ilmia tingkat nasioanl.
b) Nilai plus 9 : adalah apabila :
• mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat provinsi.
• juara dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat kabupaten/kotamadya.
• pembicara dalam pertemuan ilmiah tingkat kabupaten/kotamadya.
c) Nilai plus 8 : adalah apabila :
• menjadi ketua/koordinator kegiatan ilmiah tingkat provinsi.
• mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat kabupaten/kotamadya.
• peserta dalam pertemuan ilmiah tingkat provinsi.
• membantu persiapan lomba karya tulis ilmiah tingkat provinsi.
d) Nilai plus 7 : adalah apabila :
• berperan secara aktif dan/atau anggota panitia pelaksanaan pertemuan ilmiah tingkat
provinsi.
• berperan secara aktif dan/atau anggota panitia pelaksanaan pertemuan ilmiah tingkat
kabupaten/kotamadya.
e) Nilai plus 6 : adalah apabila :
• menjadi peserta adalam pertemuan ilmiah tingkat kabupaten/kotamadya.
• membantu persiapan lomba karya ilmiah tingkat kabupaten/kotamadya.
• menjadi asisten untuk mata kuliah tertentu.
• menjadi juara/ranking 1 pada angkatannya.
• pembicaraan dalam pertemuan ilmiah tingkat local.
(3) Prestasi khusus cukup dengan nilai setinggi-tingginya plus 5 dan serendah-rendahnya plus 1,
mencakup :
a) Nilai plus 5 : juara/ranking 1 sampai dengan 3 pada program studi.
b) Nilai plus 4 : presentasi dalam pertemuan ilmiah di STP.
c) Nilai plus 3 : menjadi ketua/koordinator pertemuan ilmiah di STP.
d) Nilai plus 2 : berperan sangat aktif dan menonjol dalam kegiatan pengajaran dan
pelatihan/praktek.
e) Nilai plus 1 : berperan sangat aktif dan menonjol dalam pertemuan ilmiah di STP.
Pelanggaran
Pasal 52
(1) Pelanggaran di golongkan sebagai pelanggaran sangat berat, berat, sedang, dan ringan.
(2) Kisaran bobot penilaian adalah minus 1 sampai dengan minus 20.
(3) Pelanggaran sangat berat dan berat sebagaimana di maksud pada ayat 1 tidak mengacu pada
kisaran bobot penilaian sebagaimana di maksud pada ayat 2.
Penilaian Pelanggaran
Pasal 53
(1) Pelanggaran sangat berat di berikan sanksi di keluarkan dari Sekolah Tinggi Perik anan yang
barak ibat pada pencopotan status sebagai Taruna STP. Pelanggaran sangat berat mencakup :
a) Membocorkan hal - hal yang bersifat rahasia negara.
b) Merencanakan dan/ atau melakukan kegiatan makar.
c) Mencemarkan nama baik STP.
d) Menentang/ melawan pimpinan STP, Pembina Taruna, pendidik dan tenaga kependidikan
e) Tindakan plagiat.
f) Tidak mengikuti kegiatan kuliah dan/ atau praktek selama 6 hari bertuirut- turut tanpa alasan
yang dapat di pertanggung jawabkan.
g) Tidak mengikuti ujian akhir smester atau ujian negara tanpa alasan yang dapat di
pertanggung jawabkan.
h) Tidak jujur dalam mengikuti ujian.
i) Menyebabkan dan/ atau memperoleh bocoran soal ujian semester.
j) Dengan sengaja merusak sarana, prasarana,dan/ atau fasilitas STP.
k) Melakukan atau terlibat tindakan kriminal (mencuri, merampok atau mengambil yang bukan haknya).
l) Melakukan perbuatan amoral/asusila.
m) Melakukan penganiayaan.
n) Menikah, hamil.
o) Menyalahgunakan narkotika/ obat terlarang.
p) Memfitnah, menghasut, memberi keterangan palsu, berdusta.
q) Meninggalkan kampus tanpa izin selama 6 (enam ) hari atau lebih secara berturut-turut.
(2) Pelanggaran berat dapat diberikan sanksi setinggi-tingginya dikeluarkan dari Sekolah Tinggi
Perikanan yang berakibat pada pencopotan status sebagai Taruna STP, dan seringan-
ringannya skorsing/pencabutan sementara status sebagai Taruna selama satu tahun.
Pelanggaran berat meliputi :
a) Tidak mengikuti ujian akhir semester untuk lebih dari sepertiga jumlah mata ujian tanpa
alasan yang dapat dipertanggung jawabkan,
b) Tidak mengikuti kegiatan kuliah dan/atau praktek selama 5 hari berturut turut tanpa alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan.
c) Tidak melaksanakan dan menyelesaikan tugas akademik program studi sesuai dengan ketetapan.
d) Melakukan kegiatan praktek tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
e) Berkelahi.
f) Menimbulkan keonaran.
g) Menyimpan senjata api/bahan peledak/ senjata tajam, tanpa izin.
h) Minum-minuman keras/berjudi.
i) Mengacam/ mengintimidasi.
j) Meninggalkan kampus tanpa izin selama 5 hari berturut-turut.
(3) Pelanggaran sedang dapat diberikan kisaran bobot penilaian antara minus 6 sampai dengan
minus 20.
a) Nllai minus 20 : adalah apabila :
• Tidak mengikuti ujian tengah smester untuk sepertiga mata ujian tanpa alasan yang
dapat di pertanggungjawabkan.
• Tidak mengikuti ujian akhir smester untuk sepertiga mata ujian tanpa alasan yang dapat di
pertanggung jawabkan.
• Tidak mengikuti kuliah selama 4 hari berturut-turut tanpa alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan.
• Keluar kampus tanpa izin selama 4 hari.
b) Nilai minus 15 : adalah apabila :
• Tidak menyelesaikan tugas dari dosen, merobek/ menghilangkan buku kondite Taruna;
menghilangkan Kartu Taruna/ KTA menwa; menyalahgunakan izin/ dispensasi.
• Menyalahgunakan sarana dan fasilitas belajar-mengajar tidak sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
• Tidak mengikuti kuliah selama 3 hari berturut-turut tanpa alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
• Keluar kampus tanpa izin selama 3 hari.
c) Nilai minus 10 : adalah apabila :
• Tidak melaksanakan sanksi yang diberikan karena suatu pelanggaran.
• Menyalahgunakan barang inventaris STP.
• Mencoret - coret buku kondite Taruna .
• Tidak mengikuti kuliah selama 2 hari berturut - turut tanpa alasan yang dapat di pertanggung
jawabkan.
• Keluar kampus tanpa izin selama 2 hari.
d) Nilai minus 6 ; adalah apabila :
• Tidak membawa buku kondite Taruna.
• Memindahkan sarana dan fasilitas belajar-mengajar tanpa melalui ketentuan yang
telah di tetapkan.
• Tidak mengikuti kuliah selama 1 hari tanpa alasan yang dapat di pertanggung jawabkan.
• Keluar kampus tanpa izin selama 1 hari.
(4) Pelanggaran ringan disamping diberi penilaian terhadap pelanggaran dengan kisaran bobot
penilaian maksimum minus 5 dan minimum minus1; meliputi :
a) Nilai minus 5; adalah apabila
• Terlambat lebih dari 15 menit dalam mengikuti kegiatan perkuliahan/ praktek;
• Merusak barang inventaris STP pada saat sedang dalam tugas baik untuk kegiatan
akademis maupun non akademis.
b) Nilai minus 4 : pelanggaran terhadap peraturan Dinas Dalam.
c) Nilai minus 3 : melanggar peraturan Tata Krama Taruna dan ketertiban kampus.
d) Nilai minus 2 : satu kali tidak mengikuti kegiatan asrama atau non akademis lainnya.
e) Nilai minus 1 : tidak melapor ke BAAK jika buku kondite sudah penuh atau habis.
(5) Pemberian Surat Peringatan (SP) pada Taruna bila melakukan pelanggaran dan atau Nilai Kondite
Taruna (Nk) pada semester yang berlangsung mencapai nilai sebagai berikut:
a) Nilai minus 5 maka yang bersangkutan akan dberikan Surat Peringatan Pertama (SP1) dari
Kepala UPTA.
b) Nilai minus 10 dan atau pernah mendapatkan SP1 maka yang bersangkutan akan dberikan
Surat Peringatan Kedua (SP2) dari Puket III.
c) Nilai minus 15 dan atau pernah mendapatkan SP2, maka yang bersangkutan akan diberikan
Surat Peringatan ketiga (SP3) dari Ketua STP.
(6) Blla Nilai Kondite Taruna (Nk) pada semester yang berlangsung mencapai minus 20 atau lebih, maka
yang bersangkutan di klasifikasikan telah melakukan pelanggaran berat dan dapat dikenakan
sanksi sebagaimana di atur dalam ayat (2) pasal ini.
Sanksi Tambahan
Pasal 54
(1) Sanksi tambahan di berikan terhadap pelanggaran yang termasuk dalam kelompok pelanggaran
sedang dan ringan.
(2) Sanksi tambahan sebagaimana di maksud ayat (1) pasal ini dapat berupa :
a) Tidak boleh pesiar atau keluar kampus maksimum selama satu bulan :
b) Melaksanakan kerja bakti maksimum satu minggu.
c) Mengganti sarana, prasarana, fasilitas yang di rusakkan atau di hilangkan;
d) Melaksanakan suatu tugas khusus.
e) Melaksanakan tugas dinas dalam maksimum satu minggu;
(3) Pelanggaran yang berkenaan dengan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan baik yang
utama dan/ atau penunjang akan di kenakan sanksi penggantian sesuai spesifikasi sarana,
prasarana, dan fasilitas pendidikan tersebut atau denda penggantian sesuai dengan nilai
sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang berlaku.
(4) Sanksi masal untuk pelanggaran ringan sampai sedang diberikan apabila sebagai berikut :
a. Suatu pelanggaran yang melibatkan lebih dari 5 Taruna.
b. Suatu pelanggaran sejenis yang telah terjadi lebih dari 3 kali dan telah diberikan peringatan
sebelumnya.
c. Saksi masal dalam pelaksanaannya harus seijin kepala UPTA dan Puket III
(5) Sanksi masal dapat berupa sanksi fisik atau non fisik, yaitu :
a. Sanksi fisik :
• Lari lapangan upacara maksimal 15 putaran
• Pus-up maksimal 50 kali
• Sit-up maksimal 50 kali
• Merayap sejauh kurang lebih 50 meter
• Wajib diawasi langsung oleh Pembina yang bersangkutan
b. Bentuk sanksi non fisik ditetapkan oleh Pembina, diantaranya dapat berupa kebersihan
lingkungan dan atau bentuk lainya (kondite)
BAB XIV
ADMINISTRASI PRESTASI DAN PELANGGARAN
Pasal 55
(1) Setiap Taruna mendapat satu buku kondite Taruna selama mengikuti pendidikan di STP.
(2) Buku kondite Taruna berfungsi untuk mencatat setiap prestasi dan pelanggaran
Pasal 56
(1) Setiap tenaga Pembina dan/atau tenaga pendidik berkewajiban mencatat pada Buku Kondite Taruna saat
mengetahui prestasi atau pelanggaran dilakukan oleh Taruna.
(2) Kewenangan pencatatan nilai prestasi atau pelanggaran pada buku Kondite Taruna adalah tenaga
Pembina yang disesuaikan dengan bukti dan merujuk pada ketentuan yang ada.
(3) Pemberian penghargaan prestasi luar biasa, sanksi berat dan sangat berat hanya dapat diberikan oleh
Ketua STP dengan pertimbangan Unsur Pimpinan melalui rapat yang minimal dihadiri oleh unsur; Unit
Pembinaan Taruna dan Asrama (UPTA), Jurusan, Program Studi, BAAK, Puket, Bimbingan dan
Konseling (BK), serta dokter Balai Pengobatan (BP) apabila menyangkut taruna sakit
(4) Bila dipandang perlu, STP dapat menghadirkan Taruna atau senat Taruna untuk memberikan informasi
terkait sebelum membuat keputusan tentang bentuk penghargaan atau sanksi.
Pasal 57
Nk = Npr – Npl
Nk : Nilai KonditeTaruna
Npr : Nilai Prestasi
Npl : Nilai Pelanggaran
(3) Rumus evaluasi keidsiplinan Taruna ini tidak berlaku bagi pelanggaran sangat berat dan berat
Penetuan Keberhasilan
Pasal 58
(1) Penilaian kedisiplinan Taruna dilakukan secara periodik dua kali dalam satu semester, yaitu
pertengahan dan akhir semester.
(2) Hasil penilaian pertengahan semester sebagai bahan umpan balik pembinaan lebih lanjut.
(3) Hasil penilaian akhir semester sebagai bahan penentuan keikutsertaan Taruna dalam pendidikan di
STP.
(4) Untuk dapat mengikuti pendidikan di STP, nilai minimal kedisiplinan seorang Taruna adalah Cukup (C).
BAB XV
PENUTUP
Pasal 59
(1) Dengan berlakunya Peraturan Disiplin Taruna ini maka semua ketentuan/peraturan yang
bertentangan dinyatakan tidak berlaku lagi.
(2) Peraturan Disiplin Taruna ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap civitas akademika mengetahuinya diinstruksikan kepada semua pimpinan untuk
mensosialisasikan Peraturan Disiplin Taruna ini dengan sebaik-baiknya.
Catatan :
1. Hari Jum'at, pukul 11.30-13.00 Sholat Jum'at (bagi yang non muslim dapat menyesuaikan)
2. Kegiatan lain, pelaksanaannya akan diatur kemudian
Catatan
1. Taruna yang tidak ikut kuliah karena sakit, surat izin dikeluarkan oleh BAAK dengan dasar surat
keterangan sakit dari Balai pengobatan STP/ dokter luar yang divalidasi oleh Balai Pengobatan STP.
2. Taruna tidak ikut kuliah karena tugas, surat izin tidak kuliah dikeluarkan oleh BAAK.
Catatan:
• Izin keluar kampus hanya diperlukan diluar waktu pesiar atau libur
• Jenis perizinan lainnya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
Lampiran 3. Formullr A
Nama/Nrp : …………………………...........................................................................................
Tingkat/Program Studi : …………………………...........................................................................................
Hari/Tanggal : …………………………...........................................................................................
Alasan/Keperluan : …………………………...........................................................................................
Persetujuan dari :
Jakarta, ……………………..
Mengetahui,
Ketua Jurusan/ Ka. Program Studi
(………………………….)
Lampiran 4 Formulir B
Hari/Tanggal :……………………………
Nama / Nrp :……………………………
Tingkat / Program Studi :……………………………
Hari/Tanggal :………………s/d...……….
Alasan/Keperluan .:...... ................ /................
Jakarta, .................................
Menyetujui,
Ketua Jurusan/ Prodi............. PPT/ Pamong
(…………………………) (…………………………)
(…………………………)
Catatan
- Untuk perijinan tanpa menginap dapat dilakukan oleh Piket Pembina Taruna (PPT)
- Jika untuk perijinan menginap maka perlu persetujuan dari Pamong dan diketahui oleh Kepala
UPTA atau Pembantu Ketua lll.
- Persetujuan Ketua Jurusan atau Ketua Program Studi diperlukan apabila yang bersangkutan
tidak mengikuti kegiatan akademik.
Lampiran 5. Formullr C
Jakarta, ………………………
Kepala Bagian Administrasi Akademik
dan Ketarunaan,
(..................................................)
Lampiran 6.
SURAT PERINGATAN
Nomor : …………………………………….
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menegakkan disiplin pembinaan sikap dan keperibadian
para taruna Sekolah Tinggi Perikanan;
b. Bahwa saudara ..................... Nrp. ................... Taruna Sekolah Tinggi
Perikanan ( STP ) Semester .... Tahun Akademik ................... Program Studi
.............................. telah melakukan pelanggaran yaitu
....................................................... sampai Keputusan ini di tandatangani;
c. Bahwa taruna tersebut dalam butir b, telah melakukan pelanggaran terhadap
Peraturan dengan kriteria pelanggaran dengan akumulasi nilai
kondite.............................. terhadap Peraturan Disiplin Taruna yang berlaku di
Sekolah Tinggi Perikanan.