Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

PRAKTEK KERJA INDUSTRI


NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine dan Penanganan Hasil Tangkapan pada
KM. Laksana Baru A yang Berbasis di PPN Juwana Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah

Disusun oleh:

ILHAM NASRON A.
NIS : 1449

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 6


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
Lembar Pengesahan

Pengesahan Laporan kegiatan praktek kerja industri (Prakerin)

Judul : Praktek Kerja Industri Nautika Kapal Penangkap Ikan


Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine dan Penanganan Hasil
Tangkapan pada Kapal Purse Seine yang Berbasis di PPN Juwana
Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah

Nama : ILHAM NASRON A.

NIS : 1449

Kompt. Keahlian : Nautika Kapal Penangkap Ikan

Kegiatan praktek kerja industri (prakerin) akan dilaksanakan di atas kapal Purse Seine yang
berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Juwana, Kabupaten Pati , Propinsi Jawa
Tengah pada Bulan November – Januari , kurang lebih 3(tiga) bulan.

Bandar Lampung, 28 Januari 2019

Guru Pembimbing 1

YOHANES S.Pd
NIP. 19660727200012 1 002

Mengetahui,

Kepala SMKN 6 Bandar Lampung Ketua Kompetensi Keahlian NKPI

Drs. Salahudin S.T.,M.P.d Hery Yanti, S.Kel.


NIP. 19670613199102 1 001 NIP. 19821021200902 2 005

2
Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, atas semua limpahan
Rahmat-Nya sehingga laporan Kegiatan Praktek Kerja Industri yang dilaksanakan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Juwana selama kurang lebih 3 (tiga) bulan, mulai dari
Bulan April – Juli 2013, dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan laporan Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tuaku yang senantiasa memberikan dukungannya kepada penyusun dengan


penuh kasih sayang
2. Salahudin S.T.,M.Pd selaku Kepala SMK Negeri 6 Bandar Lampung.
3. Ibu Hery Yanti, S.Kel. selaku Ketua Kompetensi Keahlian NKPI
4. Yohanes S.Pdselaku guru pembimbing Prakerin
5. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulisan dan penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Penyusun
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat konstruktif dan membangun
demi perbaikan penyusunan laporan ini kedepannya.
Akhir kata, semoga laporanl ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………………………………….. 1
Lembar Pengesahan…………………………………………………………………………………………………. 2
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………. 3
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………… 4
Daftar Gambar …………………………………………………………………………………………………………. 6
Daftar Tabel……………………………………………………………………………………………………………… 7
Daftar Lampiran………………………………………………………………………………………………………… 8

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………… 9
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………… 10
1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………………………………………………… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Alat Tangkap Purse Seine……………………………………………………………… 12
2.2 Sejarah Purse Seine di Indonesia……………………………………………………………… 13
2.3 Jenis-jenis Alat Tangkap Purse Seine………………………………………………………… 13
2.4 Daerah Penangkapan Ikan Purse Seine …………………………………………………….. 15
2.4.1 Pengertian Daerah Penangkapan Ikan………………………………………………………… 15
2.4.2 Ciri-ciri Daerah Penangkapan Ikan……………………………………………………………… 16
2.4.3 Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan……………………………………………………… 16
2.4.4 Pemilihan Daerah Penagkapan Ikan……………………………………………………………. 18
2.4.5 Klasifikasi Daerah Penangkapan Ikan………………………………………………………….. 18
2.5 Persiapan Operasi Penangkapan Ikan………………………………………………………………….. 19
2.6 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine…………………………………………………. 20
2.6.1 Setting…………………………………………………………………………………………………………. 21
2.6.2 Hauling………………………………………………………………………………………………………... 28
2.6.3 Handling………………………………………………………………………………………………………. 30
2.7 Penanganan Hasil Tangkapan Purse Seine………………………………………………………….... 30
2.7.1 Pentingnya Penanganan Hasil Tangkapan…………………………………………………........ 30
2.7.2 Teknik Penangkapan Mempengaruhi Kualitas Hasil Tangkapan………………… 31
2.7.3 Kualitas Ikan dan Parameternya……………………………………………………………….. 31
2.7.4 Penanganan Hasil Tangkapan di Atas Kapal Purse Seine…………………………… 34
2.7.5 Penanganan Hasil Tangkapan di Tempat Pendaratan Ikan……………………….. 34
2.7.6 Penanganan Hasil Tangkapan selama Kegiatan Distribusi………………………….. 35
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………………………………………………… 36
3.2 Metode Pengambilan dan Pencatatan Data……………………………………………………….. 36
3.2.1 Metode Pengambilan dan Pencatatan Data……………………………………………….. 36
3.2.2 Bahan dan Alat……………………………………………………………………………………………. 36
3.2.3 Informasi Data……………………………………………………………………………………………. 3
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Geografis Kota Juwana, Pati, Jawa Tengah
4.2 Identitas Kapal Purse Seine KM. Laksana Baru A
4.3 Persiapan Operasi Penangkapan Ikan…………………………………………………………………..
4.4 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine………………………………………………….
4.4.1 Setting………………………………………………………………………………………………………….
4.4.2 Hauling………………………………………………………………………………………………………...
4.4.3 Handling……………………………………………………………………………………………………….
4.5 Penanganan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Purse Seine.......................................
4.5.1 Kualitas Ikan dan Parameternya………………………………………………………………..
4.5.2 Penanganan Hasil Tangkapan di Atas Kapal Purse Seine……………………………

4
4.5.3 Penanganan Hasil Tangkapan di Tempat Pendaratan Ikan………………………..
4.5.4 Penanganan Hasil Tangkapan selama Kegiatan Distribusi…………………………..

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................................
5.2 Saran......................................................................................................................

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………………..

Daftar Gambar

5
1. Alat Tangkap Purse Seine dioperasikan dengan Satu Kapal…………………………………
2. Alat Tangkap Purse Seine dioperasikan dengan Dua Kapal …………………………………
3. Bentuk Umum Jaring Lingkar (1 segi empat, 2. trapesium, 3. Lekuk)....................
4. Jaring Lingkar Berdasarkan Jumlah Kapal yang Mengoperasikan..........................
5. Fishing Ground Alat Tangkap Purse Seine……………………………………………………………
6. Penyusunan Jaring di Sisi (lambung)Kanan Kapal…………………………………………………
7. Penyusunan Jaring di Sisi (lambung)Kiri Kapal………………………………………………………
8. Penyusunan Jaring di Buritan (dek kapal)………………………………………………………………
9. Kapal Purse Seine sedang Melakukan Operasi Penangkapan Ikan………………………..
10.a. Kedudukan Alat Tangkap Terhadap Angin b.Kedudukan Alat Tangkap Terhadap Arus…
11.Kedudukan Alat Tangkap Terhadap Terhadap arah Pergerakan Ikan……………………
12.Kedudukan Kapal Penangkap Terhadap Terhadap arah Sinar Matahari…………………
13.Proses pemindahan ikan hasil tangkapan kapal purse seine ke atas kapal
pengangkut ikan yang dilakukan di tengah laut………………………………………………………

Daftar Tabel

6
1. Tanda-tanda Ikan Segar dan Ikan yang Sudah Tidak Segar………………………………….
2. Tanda-tanda Udang Segar dan Udang yang Sudah Tidak Segar…………………………..

Daftar Lampiran

7
BAB I. PENDAHULUAN

8
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau ,selain itu indonesia juga
negara yang memiliki laut yang sangat luas dan sumber daya laut yang sangat baik untuk itu
hal tersebut perlu kita jaga agar semakin berkembang dan dapat dikenal oleh manca negara
dengan cara penangkapan yang ramah lingkungan dan penanganan hasil tangka yang
baikdan benar,untuk itu proposal ini dibuat untuk memelajari cara penangkapan dan
penanganan sumber daya laut yg baik dan benar sesuai dengan standar. Seperti yang kita
ketahui di Indonesia belum diterakan atau diberlakukannya cara penangkapan dan
penanganan hasil tangka yang ramah lingkungan maka dari itu kita harus memulainya dari
sekarang agar usaha dibidang perikanan di Indonesia menjadi lebih maju,berkembang dan
tidak ketinggalan zaman.
Penangkaan yang ramah lingkungan adalah cara penangkaan yang tidak dapat
merusak ekosistem dibawah laut dengan alat tangkap yang tidak berbahaya agar tidak
merusak sumber daya laut yang sudah baik ini ,jangan hanya pengetahuan tentang cara
penangkaan yang kurang baik membuat sumber daya laut Indonesia menjadi rusak.Untuk
dapat mewujudkan hal-hal diatas jangan di gunakan alat tangkap yang berbahaya dan tidak
ramah lingkungan seperti. Bahan peledak ,racun, dan sebagainya.Dan juga lakukanlah
penanganan hasil tangkap yang baik dan benar.
Keberadaan berbagai alat tangkap erat kaitannya dengan jenis ikan yang juga
memiliki sifat yang berbeda, sehingga dibutuhkan alat dan cara penangkapan yang harus
disesuaikan dengan faktor tersebut. Salah satu alat tangkap yang selama ini banyak
digunakan baik para nelayan maupun beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang
perikanan tangkap adalah alat tangkap pukat cincin atau yang lebih dikenal dengan purse
seine.
Perairan jawa yang dipengaruhi oleh sirkulasi angin muson Barat dan Timur
merupakan salah satu ekosistem produktif di Indonesia. Angin muson ini selain menentukan
sifat-sifat perairan laut Jawa dan aktifitas penangkapan juga berpengaruh terhadap
keanekaragaman, penyebaran dan kelimpahan ikan pelagis kecil ( Atmaja dan Nugroho
1999). Pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis ini masih perlu diupayakan mengenai
identifikasi tentang beberapa aspek biologi dan aspek penangkapannya di daerah operasi
penangkapan pukat cincin terutama dikaitkan dengan komposisi hasil tangkapan.
Pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis menjadi semakin intensif sejak mulanya
beroperasinya armada pukat cincin atau pukan kantong yang berasal dari Tegal dan
Pekalongan pada tahun 1983/1984 di perairan teritorial dan ZEE wilayah Indonesia.
Komposisi dari alat tangkap purse seine adalah ikan-ikan pelagis seperti ikan-ikan Layang
(Decapterus spp), Bentong (Carrax crumenopthalmus), Kembung (Sardinella sp ), Banyar,
Tongkol dan lain-lainya.

9
Alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap berupa jaring berukuran besar,
dimana cara pengoperasiaannya melingkari ikan yang sedang berkumpul atau yang
membentuk gerombolan. Alat ini sangat kuat dan mampu menangkap ikan dengan hasil
yang maksimal, sehingga dapat memenuhi segala permintaan dari masyarakat. Alat tangkap
ini banyak digunakan sekitar perairan Indonesia . Hal ini dikarenakan biaya pengoperasian
dan perawatan yang dinilai mudah dan terjangkau.
Melihat hal itu maka Kompetensi Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan, SMK Negeri
6 Bandar Lampung tahun ini akan mengadakan program kegiatan Praktik Kerja Industri
(Prakerin) yang dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan mulai Bulan April – Bulan Juli
2013 untuk melihat dan mengidentifikasi teknik pengoperasian alat tangkap ikan purse seine
dan penangnan hasil tangkapan pada kapal purse seine yang berbasis di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Juwana, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dianalisa pada kegiatan Prakerin ini adalah :
1. Mengidentifikasi teknik pengoperasian alat tangkap purse seine yang berbasis di
PPN Juwana, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah
2. Mengidentifikasi penanganan hasil tangkapan pada kapal purse seine yang berbasis
di PPN Juwana, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan penyusunan proposal kegiatan Prakerin ini adalah :
1. Sebagai persyaratan program tahunan yang wajib dilaksanakan oleh setiap siswa
kelas XI Program Kompetensi Nautika Kapal Penangkap Ikan SMK Negeri 6 Bandar
Lampung
2. Mengidentifikasi teknik pengoperasian alat tangkap purse seine yang berbasis di
PPN Juwana,Kabupaten Pati, Jawa Tengah
3. Mengidentifikasi penanganan hasil tangkapan pada kapal purse seine yang berbasis
di PPN Juwana, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah

Manfaat penyusunan proposal kegiatan Prakerin ini adalah :


1. Meningkatkan keterampilan yang pernah diperoleh dari Program Kompetensi
Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan SMK Negeri 6 Bandar Lampung
2. Meningkatkan keahlian profesi, pengalaman, dan displin dengan terlibat secara
langsung di lapangan dengan mengikuti kegiatan perasi penangkapan kapal purse
seine
3. Mengetahui cara kerja alat tangkap purse seine secara langsung

10
4. Mengetahui kontruksi alat tangkap purse seine yang berbasis di PPN Juwana, Pati,
Jawa Tengah
5. Mengetahui komposisi ikan hasil tangkapan dari alat tangkap purse seine yang
berbasis di PPN Juwana, Pati, Jawa Tengah
6. Mengetahui beberapa aspek biologi ikan hasil tangkapan dengan alat tangkap purse
seine
7. Mengetahui aspek perikanan seperti : kapal, alat tangkap, administrasi pelabuhan,
serta tata cara teknik penangkapan ikan yang baik dari kegiatan setting, hauling dan
handling
8. Melatih tenaga-tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional
9. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan
10. Mengaplikasikan hasil yang diperoleh dari materi di sekolah dengan pengalaman
melalui bekerja secara langsung di dunia kerja

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Alat Tangkap Purse Seine

11
Purse seine atau jaring lingkar adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk persegi
panjang atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang
diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor
bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung dalam jaring
(www.frezeries.blogspot.com).
(Subani, W dan Barus, 1989 dalam www.marine-aquarium.com) Purse seine
merupakan alat tangkap ikan yang dipergunakan nelayan dalam penangkapan ikan di
daerah Jawa Tengah khususnya di Juwana. Alat tangkap ikan ini pada umumnya
dioperasikan pada malam hari pada saat gelap bulan. Pengoperasian purse seine
mempergunakan rumpon dan cahaya lampu untuk memancing atau memikat (atraktif )
gerombolan ikan supaya berkumpul.
Pukat cincin ( purse seine ) adalah salah satu alat tangkap ikan yang digolongkan
dalam kelompok jaring lingkar ( surrounding nets ). Purse seine telah lama dikenal di
Indonesia dan menjadi salah satu alat tangkap yang telah memberikan kontribusi
besar pada produksi perikanan di Indonesia.

Gambar 1. Alat Tangkap Purse Seine Dioperasikan dengan Satu Kapal (www.camartolol.files.wordpress.com)

Gambar 2. Alat Tangkap Purse Seine Dioperasikan dengan Dua Kapal (www.europacifistuna.com)

2.2 Sejarah Purse Seine di Indonesia


Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai uatara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada
tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri)

12
dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang
pesat sampai sekarang (www.fisheries.com).
Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara
nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya
dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya
tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk
(kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya
(www.fisheries.com).

2.3 Jenis-jenis Alat Tangkap Purse Seine


Purse seine dapat dibedakan atas berbagai segi. Ada yang membedakan berdasarkan
ada tidaknya kantong, sehingga dikenal ada purse seine berkantong dan purse seine tanpa
kantong. Akan tetapi, ada juga yang membedakan berdasarkan jumlah kapal yang
digunakan sehingga dikenal one boat purse seine dan two boat purse seine. Ada pula yang
menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan sehingga kita
kenal tuna purse seine, sardine purse seine, dan sebagainya. Berdasarkan tipenya kita
kenal ada tipe Amerika dan tipe Jepang.
Pada umumnya dalam pengoperasian purse seine dikenal dua cara yaitu :
1. Purse seine yang dioperasikan dengan mengejar gerombolan ikan, hal ini biasanya
dilakukan pada siang hari;
2. Purse seine yang menggunakan alat bantu penangkapan seperti rumpon, cahaya dan
fish finder. Hal ini dapat dilakukan pada siang hari dan malam hari.

Sesuai dengan International Standards Stastistic Classification of Fishing Gear – FAO,


klasifikasi jaring lingkar menggunakan singkatan dan berkode ISSCFG 01.0.0. Tipe jaring
lingkar dengan singkatan dan kode sebagai berikut

1. Jaring lingkar 01.0.0.


2. Jaring lingkar bertali kerut PS 01.1.0
3. Jaring lingkar satu kapal PS 01.1.1
4. Jaring lingkar dua kapal PS 01.1.2
5. Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara LA 01.2.0

1. Jaring lingkar, adalah jaring yang terdiri dari: sayap, badan dan kantong semu
membentuk empat persegi panjang atau trapesium yang pengoperasiannya
melingkari kawanan ikan ikan.
2. Jaring lingkar bertali kerut yaitu : jaring lingkar yang dilengkapi cincin dan tali kerut,
pengoperasiannya dengan mengkerutkan jaring pada bagian bawah.

13
3. Jaring lingkar satu kapal yaitu : jaring lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya
menggunakan satu kapal.
4. Jaring lingkar dua kapal yaitu :jaring lingkar bertali kerut yang pengoperasiannya
menggunakan dua kapal
5. Jaring lingkar tanpa tali kerut / lampara yaitu: jaring lingkar tanpa menggunakan tali
kerut.

Macam–Macam Jaring Lingkar dengan Tali Kerut

Jaring lingkar dengan tali kerut pada umumnya dapat dikelompokan menurut :

1. Bentuk dasar jaring lingkar


2. Tujuan ikan yang ditangkap
3. Jumlah kapal yang digunakan untuk mengoperasikannya

Berdasarkan Bentuk Dasar Jaring Lingkar dengan Tali Kerut

Jaring lingkar dengan tali kerut berdasarkan bentuk dapat dibagi menjadi 3 yaitu : bentuk
segi empat, trapesium, dan lekuk (lihat Gambar 3)

3. purse seine lekuk

Gambar 3. Bentuk Umum Jaring Lingkar (1 segi empat, 2. trapesium, 3. Lekuk)

Berdasarkan Jumlah Kapal yang Mengoperasikan

Jaring lingkar dengan tali kerut berdasarkan jumlah kapal yang mengoperasikan dibagi
menjadi 2 yaitu : dengan 1 kapal dan 2 kapal.

14
Gambar 4. Jaring Lingkar Berdasarkan Jumlah Kapal yang Mengoperasikan

Berdasarkan Ikan yang Ditangkap

Jaring lingkar dengan tali kerut berdasarkan ikan yang menjadi sasaran tankap dapat dibagi
menjadi : jaring lingkar cakalang, jaring lingkar layang, jaring lingkar achovy dan lain
sebagainya.

2.4 Daerah Penangkapan Ikan Purse Seine


2.4.1 Pengertian Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan atau lazim disebut “ fishing ground” adalah suatu daerah
dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang mengguntungkan.
Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian purse seine yaitu :
a. bukan daerah yang dilarang menangkap ikan
b. terdapat ikan pelagis yang bergerombol
c. perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya jaring

Operasi penangkapan yang membutuhkan rumpon sebagai alat bantu menangkap


ikan, maka kapal penangkap tersebut setelah sampai daerah penangkapan yang diinginkan
maka rumpon diturunnkan ke dalam perairan dan diberi pelampung tanda kemudian
ditinggalkan, biasanya nelayan membawa lebih dari satu rumpon.
Tetapi ada pula Metode Penangkapan dan Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine)
rumpon tidak ditinggalkan, tetapi setelah kapal lego jangkar (menurunkan jangkar) rumpon
diturunkan ke dalam air kemudian diikatkan satu buah di haluan di haluan dan satu buah di
buritan kapal. Lampu penerangan (listrik atau minyak tanah) dinyalakan di sekeliling kapal
sehingga kapal tersebut sanggat terang, maksudnya supaya ikan bergerombol di sekitar
kapal.

2.4.2 Ciri-ciri Daerah Penangkapan Ikan


Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan”
apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan
teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Hal ini dapat
diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang

15
menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan
berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.

Sebab-Sebab Utama Jenis ikan berkumpul disuatu daerah perairan.


a. Ikan-Ikan tersebut memiliki perairan yang cocok untuk hidupnya.
b. Mencari makanan.
c. Mencari tempat yang sesuai untuk pemijahannya maupun untuk perkembangan
larvanya.

2.4.3 Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan


Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan
adalah sebagai berikut :
a. Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-
sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut.
Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan
pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui
sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan
ikan harus dimungkinkan dengan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat
ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas
memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu
ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu
yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi
daerah penangkapan ikan.
b. Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan
penangkapan ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah
penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi
terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap,
khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral
walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki
arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat
tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan
mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan
peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse
seine.
Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi
keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para

16
nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan
menangkap ikan.
c. Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat alamiah di
mana manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi
dan pemasukan. Anggaran dasar yang mencakup pada investasi sebagian besar dibagi
menjadi dua komponen, yakni modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan
kapal perikanan, dan modal tidak tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan
biaya perbekalan. Para manajer perikanan harus membuat keuntungan pada setiap
operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, itu akan
memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar
memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang
lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan
manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi
usaha perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita
dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih
jauh.
d. Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan
untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut,
sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi,
daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan
keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan
permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah
penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang
dimodernisasi.

Gambar 5. Fishing ground alat tangkap purse seine (www.3.bp.blogspot.com)

2.4.4 Pemilihan Daerah Penangkapan Ikan


(www.mukhtar-api.blogspot.com)Hal pertama yang harus kita ketahui tentang
keberadaan daerah penangkapan ikan menurut spesis ikan dan dari musim. Pemilihan

17
daerah penangkapan ikan akan dibahas dengan sesuai pemahaman dari efisiensi,
keuntungan dan ekonomi usaha perikanan. Metode pemilihan akan dibahas sebagai berikut:
a. Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah laku ikan yang
diarahkan dengan menggunakan data riset oseanografi dan meteorologi.
b. Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman menangkap
ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan penangkapan ikan masa
lampau.
c. Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan mempertimbangkan
dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan gerombolan ikan, kondisi meteorologi,
dan lain sebagainya.

2.4.5 Klasifikasi Daerah Penangkapan Ikan (www.mukhtar-api.blogspot.com)


 Berdasarkan Daerah Operasinya.
1. Littoral Zone Fishing Ground
2. Coastal Fishing Ground
3. High Sea Fishing Ground
4. Island Waters Fishing Ground
 Berdasarkan Alat dan Metode Penangkapannya
1. Fixed Trap Net Fishing Ground
2. Lift Net Fishing Ground
3. Purse Seine Fishing Ground
4. Trawl Net Fishing Ground
5. Gill Net Fishing Ground
6. Angling Fishing Ground
 Berdasarkan Jenis Ikan Target Penangkapan
1. Sardine Fishing Ground
2. Mackerel Fishing Ground
3. Bonito Fishing Ground
4. Tuna Fishing Ground
 Berdasarkan Habitat Ikannya.
1. Demersal Fishing Ground
2. Pelagic Fishing Ground
3. Shallow Fishing Ground
 Berdasarkan Kedalaman Perairannya.
1. Shallow Sea Fishing Ground
2. Deep Sea Fishing Ground
 Berdasarkan Nama Perairannya.
1. Cina Selatan Sea Fishing Ground

18
2. Banda Sea Fishing Ground
3. Samudera Sea Fishing Ground
4. Arafura Sea Fishing Ground
 Berdasarkan Letak Perairannya.
1. Laut Fishing Ground
2. Sungai Fishing Ground
3. Danau Fishing Ground
4. Rawa Fishing Ground

2.5 Persiapan Operasi Penangkapan Ikan


(Mudztahid, A. dalam www.adzwarmudztahid.wordpress.com) Penyusunan alat
tangkap sebelum kapal purse seiner (kapal penangkap ikan dengan purse seine)
merupakanpekerjaan yang harus dikerjakan.

Penyusunan jaring di atas dek kapal biasanya disusun pada :


- samping kiri,
- samping kanan, atau
- buritan kapal.

Penempatan alat tangkap di atas kapal ini disesuaikan arah putaran baling-baling
kapal. Pada kapal dengan balingbaling kapal putar kiri (dilihat dari buritan kapal) biasanya
pukat cincin diletakan di sisi kiri, pada kapal dengan balingbaling putar kanan alat tangkap
diletakan di sisi kanan kapal, sedangkan penyusunan di buritan kapal dapat dilakukan
pada kapal baling-baling putar kiri maupun kanan.

Gambar 6. Penyusunan jaring di sisi (lambung) kanan kapal


(Mudztahid, A. dalam www.adzwarmudztahid.wordpress.com)

19
Gambar 7. Penyusunan jaring di sisi (lambung) kiri kapal
(Mdztahid, A. dalam www.adzwarmudztahid.wordpress.com)

Gambar 8. Penyusunan jaring di buritan (dek belakang)


(Mudztahid, A. dalam www.adzwarmudztahid.wordpress.com)

2.6 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine


Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu
gerombolan ikan dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertical,
dengan demikian gerak ikan ke arah horizontal dapat dihalangi. Setelah itu, bagian bawah
jaring dikerucutkan untuk mencegah ikan lari di kearah bawah jaring, dengan demikian ikan-
ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup
gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring
pada jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.

Gambar 9. Kapal Purse Seine sedang Melakukan Operasi Penangkapan Ikan

Panjang purse seine tergantung pada dimensi kapal, waktu operasi dan jenis ikan yang
akan ditangkap. Purse seine yang ditujukan untuk operasi pada siang hari adalah lebih
panjang dari purse seine yang ditujukan untuk operasi penangkapan pada malam hari.
Begitu pula dengan jenis ikan, untuk menangkap ikan jenis tuna, purse seine yang digunakan
harus lebih panjang karena ikan ini termasuk perenang cepat. Jaring yang terlalu pendek

20
akan kurang berhasil dalam mendapatkan hasil tangkapan dan sebaiknya penambahan
jaring yang berlebih-lebihan tidak akan membuat penangkapan menjadi efektif dan efisien.
Terdapat 2 jenis metode operasi penangkapan dengan jarring lingkar yaitu :
1. Mengejar gerombolan ikan
Metode operasi penangkapan dengan mengejar gerombolan ikan umumnya
dilakukan pada pagi atau sore hari dimana ikan sedang aktif mencari makan di dekat
permukaan air.
2. Mengumpulkan ikan
Metode mengumpulkan ikan membutuhkan alat bantu penangkapan untuk menarik
perhatian ikan (atractif) sehingga ikan berkumpul di sekitar tempat tersebut. Jenis
alat bantu yang digunakan pada kapal-kapal jaring lingkar di Utara Jawa adalah:
rumpon, lampu dan lampu petromaks. Pada umumnya pengoperasian alat tangkap
dengan metode ini dilakukan pada dini hari sebelum matahari terbit atau sore hari
menjelang malam sehingga efektifitas lampu dapat maksimal. Namun di beberapa
daerah, pada pengoperasian jaring lingkar kecil (mini purse seine) dengan alat bantu
rumpon (tanpa lampu), penangkapan ikan dilakukan pada siang hari disekitar
rumpon yang telah dipasang beberapa waktu sebelumnya.

2.6.1 Setting
Penangkapan dengan purse seine biasanya dilakukan pada sore (setelah matahari
terbenam sampai dengan pagi hari (menjelang matahari terbit), kadang kala dilakukan siang
hari. Waktu penangkapan ini berhubungan dengan berkumpulnya ikan di alat penggumpul
ikan (rumpon dan lampu). Pada saat malam ikan-ikan pelagis yang menjadi target
penangkapan biasanya kumpul bergerombol di daerah sekitar rumpon, sehingga pada saat
ini paling tepat purse seine dioperasikan. Tetapi ada pula operasi penangkapan tidak
menggunakan rumpon tetapi mencari gerombolan ikan yang ada dengan menggunakan alat
bantu pencari ikan/SONAR (Sound Navigation and Ranging) yaitu suatu alat yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui keberadaan gerombolan ikan di dalam laut.
Pada umumnya nelayan mengoperasikan 2 s/d 4 kali sehari, hal ini tergantung dari
jumlah ikan yang tertangkap. Bila hasilnya banyak maka operasi penangkapan sampai
dengan penyimpanan hasil ke dalam palkah relatif membutuhkan waktu yang lama,
sehingga dalam satu hari hanya melakukan dua kali penangkapan. Demikian sebaliknya bila
hasil tangkapan sedikit maka operasi penangkan sampai dengan penyimpanan memerlukan
waktu yang sedikit pula, sehingga dalam satu hari dapat dioperasikan purse seine lebih dari
empat kali.

 Teknik Operasi Penangkapan dengan satu kapal

21
Walaupun terdapat dua jenis metode operasi penangkapan dengan jaring lingkar,
namun secara garis besar keduanya memiliki prosedur penurunan (setting) alat tangkap
yang hampir sama, perbedaannya hanya pada beberapa kegiatan sebelum penurunan alat
tangkap. Pada metode pengumpulan ikan dilakukan pemikatan ikan menggunakan rumpon
dan cahaya sedang pada metode pengejaran gerombolan ikan tidak dilakukan.

Berikut ini proses penurunan jaring lingkar yang dilakukan bersamaan dengan
pelingkaran gerombolan ikan berdasarkan metode yang digunakan :
A. Metode mengumpulkan ikan
 Kapal mencari daerah penangkapan yang diperkirakan banyak terdapat ikan termasuk
memeriksa rumpon-rumpon yang ditaruh permanen.
 Setelah mendapat lokasi penangkapan disekitar rumpon, rakit rumpon diikat pada kapal
(pada beberapa kapal rumpon permanen ditarik ke atas kapal dan diganti dengan
rumpon besar baru yang dibawa).
 Kapal segera labuh jangkar untuk menunggu malam.
 Menjelang sore hari, lampu-lampu besar segera dinyalakan untuk menarik ikan-ikan
berkumpul disekitar rumpon sampai dini hari (umumnya setting dilakukan pada pagi
hari).
 Menjelang pagi sebelum matahari terbit, proses persiapan setting mulai dilakukan.
 Lampu pompa minyak tanah (petromaks) dinyalakan satu persatu dan ditaruh di atas
rakit.
 Rumpon besar ditarik dan diganti rumpon kecil atau rumpon permanen ditarik dan
disisakan kurang lebih 15 – 20 meter untuk kemudian ditenggelamkan kembali.
 Rakit pompa minyak tanah perlahan-lahan diturunkan ke laut dengan dijaga oleh 2 – 3
orang juru arus. Dengan tali, rumpon kecil diikatkan pada rakit pompa minyak tanah.
 Tali ris dan tali kerut depan diikatkan pada tongkat tanda.
 Lampu besar dipadamkan.
 Mesin utama kapal dihidupkan.
 Jangkar ditarik menggunakan gardan.
 Roller segera dipasang pada dudukannya.
 Kapal perlahan-lahan bergerak menjauhi rakit lampu pompaminyak tanah dan rumpon
untuk mengambil posisipelingkaran.
 Awak kapal yang bertugas pada penurunan jaring lingkar bersiap pada posisinya masing-
masing

Dalam menentukan titik awal penurunan alat tangkap (setting) perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini:

22
 Arus
Arah arus perlu diperhatikan karena ketika jaring lingkar telah berada di dalam air maka
akan sangat terpengaruh oleh kekuatan arus. Posisi yang diharapkan adalah arus
mendorong alat tangkap menjauhi badan kapal sehingga alat tangkap tidak masuk ke
bawah kapal (kapal masuk ke dalam lingkaran jaring) sehingga penaikan alat tangkap
tidak terlalu berat atau tidak tersangkut baling-baling.
 Angin
Arah arus juga perlu diperhatikan karena bagian kapal yang berada di atas air akan
terpengaruh oleh angin. Posisi yang salah dapat menyebabkan kapal terdorong masuk ke
lingkaran jaring karena itu diharapkan jarring berada antara kapal dan arah datangnya
angin sehingga badan kapal terdorong menjauhi jaring.
 Panjang jaring
- Panjang jaring berarti luas area pelingkaran. Pada saat pelingkaran, semakin besar
haluan kapal berarti area pelingkaran akan semakin luas yang berarti membutuhkan
jaring yang semakin panjang. Jarak minimal jaring dengan gerombolan ikan adalah
50 meter.
- Pada titik A di atas, Nakhoda memberikan aba-aba kepada juru tanda yang
membawa tongkat tanda yang telah diikatkan tali ris atas dan tali kerut depan untuk
meloncat ke laut sebagai titik awal setting atau pelingkaran. Kecepatan kapal sedang
antara 6 – 8 knot tergantung dari kekuatan mesinutama.
- Bersamaan dengan melajunya kapal, bagian-bagian jaringmulai turun ke laut. Agar
proses penurunan jaring lingkar berlangsung cepat, lancar dan untuk menghindari
kemungkinan terbelit atau tersangkutnya bagian-bagian jaring maka beberapa
petugas membantu dan mengawasi proses penurunan tersebut, yaitu :
1. orang mengawasi/membantu penurunan pelampung
2. orang mengawasi/membantu penurunan pemberat dan cincin
3. orang mengawasi/membantu penurunan tali kerut

- Dengan panduan lampu pada rakit dan tongkat tanda, Nakhoda memperkirakan
derajat haluan kapal. Menjelang mendekati lampu tanda atau titik akhir, kapal
dipercepat maksimal agar proses penurunan alat tangkap segera selesai sebelum
ikan melarikan diri.
- Beberapa meter sebelum titik akhir, kecepatan kapal di netralkan hingga kapal
melaju dengan sisa tenaga. Pada beberapa kapal ketika benar-benar mendekati titik
akhir, mesin kapal diputar balik agar kapal tiba-tiba berhenti pada kecepatan tinggi.
Hal ini tergantung dari teknik yang biasa dilakukan oleh masing-masing Nakhoda.
- Ketika kapal mencapai juru tanda yang memberikan tongkat tanda petugas A maka
proses penurunan jaring lingkar telah selesai.

23
Pada metode ini, lebih mudah menentukkan titik awal penurunan jaring sesuai
dengan arah arus dan angin. Hal ini dikarenakan arah renang gerombolan ikan cenderung
membentuk lingkaran (shoaling) memutari rumpon dan rakit petromaks. Namun beberapa
bulan sebelum melakukan penangkapan harus memasang beberapa rumpon terlebih
dahulu.

B. Metode mengejar gerombolan ikan


 Kapal mencari adanya gerombolan ikan yang naik ke permukaan air. Hal ini biasanya
terlihat pada pagi antara jam 07.00 sampai 10.00 atau sore hari antara jam 15.00 – 17.30
ketika sinar matahari tidak terlalu terik.
 Beberapa anak buah kapal menempati posisi yang cukup tinggi seperti di atas anjungan
untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas untuk mencari tanda-tanda adanya
gerombolan ikan.

Beberapa tanda-tanda kemungkinan adanya gerombolan ikan adalah:


- Burung laut
Terlihatnya kelompok burung laut yang terbang berputarputar, menukik dan
menyambar-nyambar permukaan air. Burung laut seperti camar (Laridea) mencari
mangsa berupa ikan-ikan kecil yang juga merupakan mangsa dari ikan-ikan lebih
besar seperti cakalang dan tongkol. Oleh karena itu besar kemungkinan adanya
kawanan burung laut mengindikasikan adanya gerombolan ikan yang menjadi
tujuan penangkapan jaring lingkar.
- Buih-buih atau riakan air di permukaan laut.
Adanya buih-buih atau riakan air di permukaan laut dapat disebabkan gerakan
gerombolan ikan besar yang sedang mengejar dan memangsa ikan-ikan kecil yang
berada didekat permukaan air. Buih-buih atau riakan air tersebut berpindah-
pindah sesuai dengan pergerakan ikan. Beberapa saat menghilang namun
kemudian tampak lagi pada lokasi yang lain. Untuk mencari tanda berupa riakan
air ini lebih sulit dibandingkan dengan tanda burung-burung laut. Namun, dengan
adanya riakan air ini lebih dapat dipastikan keberadaan, arah ruaya dan besarnya
gerombolan ikan.
- Lumba-lumba
Keberadaan lumba-lumba walau tidak pasti mengindikasikan adanya gerombolan
ikan. Hal ini dikarenakan mangsa lumba –lumba adalah beberapa jenis ikan yang
juga merupakan tujuan penangkapan jaring ingkar.
- Ikan yang melompat-lompat

24
Ikan yang melompat-lompat ke permukaan laut jelas menandakan keberadaan
ikan. Beberapa jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan jaring lingkar sering
terlihat melakukan ini seperti: tongkol, cakalang dan tuna sirip kuning. Tanda ini
lebih tampak dari kejauhan dibandingkan dengan tanda riakan air.
- Perbedaan warna air laut
Perbedaan warna air laut yang dimaksud disini apabila di permukaan laut tampak
ada warna yang lebih gelap/pekat yang luasnya mencakup beberapa puluh meter
dibandingkan dengan warna air disekelilingnya. Tanda ini cukup sulit diidentifikasi
karena banyak faktor dapat menyebabkan perbedaan warna permukaan laut dan
rendahnya posisi pengamat yang berada di kapal, kecualiapabila dilihat dari
ketinggian tertentu misalnya menggunakan pesawat udara atau satelit.
Penggunaan sarana tersebut akan sangat membantu penangkapan karena luasnya
cakupan pandangan dan dapat memberikan data yang lebih akurat tentang arah
ruaya dan besarnya gerombolan ikan. Selain itu, terkadang bila tampak ada batang
- kayu terapung,
Nakhoda akan mengamati untuk memeriksa kemungkinan adanya gerombolan
ikan disekitarnya.

Dari sekian banyak tanda-tanda yang menunjukan adanya gerombolan ikan seperti
diuraikan di atas, yang paling sering ditemui dan digunakan di lapangan adalah
tandatanda berupa buih-buih di permukaan laut, ikan yang melompat-lompat dan
burung laut yang terbang berputar putar.

 Bila telah ditemukan adanya gerombolan ikan maka kapal dengan cepat akan segera
mendekati.
 Anak buah kapal segera bersiap di posisinya masing-masing sama seperti pada
mengumpulkan gerombolan ikan.
 Kapal semakin mendekat untuk mengetahui beberapa informasi seperti: arah renang,
kedalaman perairan, jenis ikan, kecepatan renang, tingkah laku ikan, kepadatan
(densitas) dan besarnya gerombolan ikan tersebut. Jarak terdekat dengan gerombolan
ikan yang masih memungkinkan adalah 50 meter untuk menghindari kemungkinan ikan
ketakutan dan kabur. Selain itu perlu juga diketahui arah arus, angin dan matahari.
 Setelah itu segera ditentukan titik awal penurunan jaring.
 Kapal melakukan olah gerak untuk mengambil posisi untuk bersiap melakukan
pelingkaran. Teknik pelingkaran yang sering dilakukan kapal jaring lingkar adalah sebagai
berikut:
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan Pelingkaran :
a) Prinsip pelingkaran gerombolan adalah menghadang arah renang ikan.

25
b) Diameter pelingkaran minimal 50 meter dengan gerombolan ikan sebagai porosnya.
c) Kecepatan kapal maksimal agar pelingkaran dapat segera diselesaikan.
 Proses penurunan alat tangkap sama dengan metode mengumpulkan gerombolan ikan.
Kesulitan terbesar dari metode ini adalah memperkirakan arah renang gerombolan
ikan sehingga titik awal penurunan jaring/pelingkaran harus tepat dan dilakukan dengan
cepat. Pelingkaran yang sesuai dengan arah arus dan angin sulit untuk dilakukan sehingga
ketika dilakukan penarikan jaring kapal harus sering melakukan olah gerak. Oleh karena itu
pada metode ini sering digunakan sistem 2 buah kapal (two boats system) untuk
mempercepat proses pelingkaran dan memudahkan penarikan jaring.

 Operasi penangkapan dengan dua kapal


Ikan-ikan akan bergerombol di sekitar rumpon yang diberi penerangan telah terlihat
padat maka operasi penangkapan dapat dilaksanakan. Pertama adalah melepas rumpon dari
haluan kapal, rumpon yang di buritandinaikan ke atas kapal. Rumpon yang dilepas dan
diberi tanda serta penerangan, kemudian kapal hibob jangkar(menaikan jangkar) menjauhi
rumpon sampai dengan jarak yang optimum untuk melingkari gerombolan ikan disekitar
rumpon (Mudztahid, A. dalam www.adzwarmudztahid.wordpress.com).

Operasi penangkapan dengan purse seine perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
(Mudztahid, A. dalam www.adzwarmudztahid.wordpress.com) :
a. Arah angin
yaitu jaring harus di atas, maksudnya jaring berada dimana arah angin datang sedangkan
kapal penangkap berada setelah alat tangkap. Sehingga kapal tidak akan masuk ke dalam
lingkaran purse seine, sebab kapal lebih cepat terbawa angin dibandingkan dengan alat
tangkap.

Gambar 10. a. Kedudukan alat tangkap terhadap angin


b. Kedudukan alat tangkap terhadap arus

26
b. Arah arus
kebalikan dari arah angin, yaitu kapal harus berada di atas arus sehingga alat tangkap
tidak hanyut dibawah kapal, sehingga menyulitkan penarikan alat tangkap ke atas dek
kapal.
c. Arah pergerakan gerombolan ikan.
Jaring harus menghadang arah pergerakan gerombolan ikan sehingga ikan yang telah
dilingkari tidak dapat meloloskan diri. Jaring diturunkan di depan gerombolan ikan
sehingga setelah selesai setting kapal berada di belakang gerombolan ikan.

Gambar 11. Kedudukan alat tangkap terhadap arah pergerakan ikan

d. Arah datangnya sinar matahari


Operasi penangkapan pada siang hari harus memperhatikan arah datangnya sinar
matahari, sebab bila penempatannya tidak sesuai maka gerombolan ikan akan
memencar sehingga operasi penangkapan tidak berhasil. Terhadap datangnya sinar
matahari alat tangkap harus diletakan sesuai dengan datangnya sinar matahari dan kapal
berada berlawanan dengan datangnya sinar matahari

Gambar 12. Kedudukan kapal penangkap terhadap arah sinar matahari

Setelah penggaruh-penggaruh tersebut dipertimbangkan dan mencapai jarak dengan


gerombolan yang diinginkan maka pelingkaran jaring dapat dimulai.

Adapun urut-urutan penurunan jaring (2 kapal purse seine) sebagai berikut :


1. Ujung-ujung tali ris (atas dan bawah) disatukan dengan tali kerut , kemudian diberi
pelampung tanda dan pelampung tersebut di bawa terjun kelaut oleh seorang anak buah

27
kapal (ABK), pada kapal yang beroperasi dengan dua kapal ujung tersebut di bawa oleh
kapal yang tidak membawa alat tangkap dan kapal yang satunya membawa alat tangkap.
2. Setelah itu maka kapal penangkap akan melingkari gerombolan ikan dimulai dengan
menurunkan : jaring, pelampung, pemberat, dan cincin, menuju ke arah pelampung
tanda atau kapal pembawa ujung jaring awal, bagi purse seine yang dioperasikan dengan
dua buah kapal. Kapal dengan baling-baling putar kanan maka arah pelingkaran jaring ke
arah kanan dan sebaliknya kapal dengan balin-baling putar kiri pelingkaran jaring ke arah
kiri
3. Pada saat pelingkaran sudah selesai maka ujung jaring yang satu dinaikan ke kapal
penangkap dan selanjutnya tali kerut ditarik hingga cincinnya terkumpul demikian juga
jaring bagian bawah sudah terkumpul menjadi satu di atas dek. Dengan demikian ikan-
ikan sudah terkurung di dalam jaring.

2.6.2 Hauling
A. Pengoperasian dengan satu kapal (Mengumpulkan atau mengejar gerombolan ikan)
Metode pengejaran dan mengumpulkan gerombolan ikan, memiliki proses penaikan
jaring lingkar yang sama sehingga akan dibahas bersamaan di bawah ini :
 Petugas A yang telah memegang tongkat tanda segera melepas tali ris dan tali kerut
depan. Tali kerut depan dan belakang dilewatkan ke roller sebelum diserahkan ke 2
orang petugas gardan.
 Kedua petugas gardan menerima tali kerut tersebut dan melilitkan pada gardan. Dengan
aba-aba dari petugas B di dekat side roller, petugas gardan melakukan penarikan tali
kerut secara bersamasama untuk menutup arah renang vertikal ikan. Penarikan tali kerut
depan dan belakang dilakukan dengan putaran yang sama agar tidak terlalu berat.
 Ketika cincin-cincin hampir mencapai side roller, petugas B memberikan tanda agar
penarikan dihentikan.
 Tali kerut dikaitkan ke stopper agar tidak kembali tenggelam.
 Side roller dan 2 roller lainnya dilepaskan dari dudukannya.
 Pengangkatan cincin-cincin ke atas kapal dilakukan oleh beberapa awak kapal secara
bersama-sama. Pada beberapa kapal lainnya, pengangkatan cincin dilakukan dengan
menggunakan boom.
 Setelah cincin terangkat maka bagian bawah jaring telah tertutup dan berbentuk
kerucut.
 Pada metode mengumpulkan gerombolan ikan, rakit pompa minyak tanah, rumpon dan
para juru arus segera naik ke kapal.
 Kemudian dilakukan penarikan badan jaring yang dimulai dari tali ris atas (pelampung)
bersamaan secara perlahan-lahan oleh seluruh awak kapal.

28
 Posisi kapal dijaga dengan melakukan olah gerak untuk selalu berada di atas arah arus
sehingga badan jaring yang masih berada di dalam air tidak masuk ke bagian bawah
(lambung) kapal atau
 tersangkut pada baling-baling (propeller). Pada metode pengejaran gerombolan ikan
sering terjadi kapal masuk ke lingkaran jaring sehingga diperlukan bantuan kapal lain
untuk menarik dan melepaskan kapal dari perangkap tersebut. Pada penangkapan jaring
lingkar di Aceh yang menggunakan 1kapal apabila kapal terperangkap jaring maka telah
siap kapalkapal berukuran kecil untuk membantu menarik kapal penangkap
 keluar dari lingkaran jaring. Kapal-kapal kecil tersebut akan mendapat bayaran (bagian)
dari hasil tangkapan.
 Badan jaring ditarik hingga hanya tersisa ruang yang dirasa cukup (bagian kantong pada
jaring yang memiliki kantong) untukmenampung ikan hasil tangkapan.
 Tali ris atas dibagian kantong diikatkan ke boom untuk menahan berat ikan hasil
tangkapan.
 Kemudian ikan mulai dinaikan ke kapal dengan menggunakan serokan (caduk). Untuk
serokan besar digerakkan dengan boom sedang serokan kecil menggunakan tenaga
manusia.
 Setelah semua ikan terangkat, jaring diangkat dan disusun beramai-ramai pada setengah
bagian kapal ke arah belakang, siap untuk digunakan kembali.

B. Pengoperasian dengan dua kapal


Pada keadaan tali kerut sudah ditarik cincin dan jaring bagian bwah sudah terkumpul
menjadi satu, maka :
a. Penarikan badan jaring dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan pada purse seine
yang menggunakan kantong yang di tenggah-tenggah jaring atau yang ditarik oleh tenaga
manusia. Tetapi pada purse seine yang ditarik dengan tenaga hidrolik (power block),
biasanya kantong dibuat pada salah satu ujung sayap. Penarikan jaring dilakukan mulai
dari ujung sayap yang tidak berkantong. Penarikan dilakukan dengan melepas ring dari
badan jaring, tetapi pada purse seine yang ditarik manusia cincin tidak dilepaskan.
b. Setelah bagian wing,midle,shoulder naik keatas kapal, maka ikan ikan terkurung pada
bagian bunt yangrelatif lebih sempit. Kemudian ikan dinaikan ke atas kapal dengan
memaki serok sampai dengan ikan-ikanyang ada di dalam bunt terambil semua.
c. Bagian yang masih berada di dalam air di naikan keatas kapal dan disusun kembali
sehingga kapal siap setting.
d. Ikan hasil tangkapan dicuci bersih dan di simapan ke dalam palkah pendingin. Cara
penangan ikan di atas kapal dapat dilihat pada modul penangan hasil tangkap.

2.6.3 Handling

29
Penangkapan dengan purse seine biasanya dilakukan pada sore (setelah matahari
terbenam sampai dengan pagi hari (menjelang matahari terbit), kadang kala dilakukan siang
hari. Waktu penangkapan ini berhubungan dengan berkumpulnya ikan di alat penggumpul
ikan (rumpon dan lampu). Pada saat malam ikan-ikan pelagis yang menjadi target
penangkapan biasanya kumpul bergerombol di daerah sekitar rumpon, sehingga pada saat
ini paling tepat purse seine dioperasikan. Tetapi ada pula operasi penangkapan tidak
menggunakan rumpon tetapi mencari gerombolan ikan yang ada dengan menggunakan alat
bantu pencari ikan/SONAR (Sound Navigation and Ranging) yaitu suatu alat yang dapat
dipergunakan untuk mengetahui keberadaan gerombolan ikan di dalam laut.
Pada umumnya nelayan mengoperasikan 2 s/d 4 kali sehari, hal ini tergantung dari
jumlah ikan yang tertangkap. Bila hasilnya banyak maka operasi penangkapan sampai
dengan penyimpanan hasil ke dalam palkah relative membutuhkan waktu yang lama,
sehingga dalam satu hari hanya melakukan dua kali penangkapan. Demikian sebaliknya bila
hasil tangkapan sedikit maka operasi penangkan sampai dengan penyimpanan memerlukan
waktu yang sedikit pula, sehingga dalam satu hari dapat dioperasikan purse seine lebih dari
empat kali.

Gambar 13. Proses pemindahan ikan hasil tangkapan kapal purse seine
ke atas kapal pengangkut ikan yang dilakukan di tengah laut

2.7 Penanganan Hasil Tangkapan Purse Seine


2.7.1 Pentingnya Penanganan Hasil Tangkapan

Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk. Hal ini dapat
dilihat pada ikan-ikan yang baru ditangkap dalam beberapa jam saja kalau tidak diberi
perlakuan atau penanganan yang tepat maka ikan tersebut mutunya menurun. Penanganan
ikan basah harus dimulai segera setelah ikan diangkat dari air tempat hidupnya, dengan
perlakuan suhu rendah dan memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan
(www.pondok-munzir.blogspot.com).
Penanganan hasil perikanan perlu dilakukan karena mutu ikan akan cepat mengalami
penurunan dan pembusukan, dikarenakan kandukan Air dalam tubuh ikan mencapai 80% –
85% yang memungkikan mikro-organisme dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, Ikan

30
harus bebas dari berbagai mikro-organisme pembusuk, pathogenik, dan parasit serta harus
bebas dari cemaran fisik kimiawi. Serta dalam penanganan ikan, Ikan harus ditangani secara
cepat, cermat, dan bersih /hygienic yang merupakan prinsip dari penanganan ikan
(www.pondok-munzir.blogspot.com).

2.7.2 Teknik Penangkapan Mempengaruhi Kualitas Hasil Tangkapan


Teknik penangkapan mempengaruhi hasil atau kualitas tangkapan dikarenankan
proses pembusukan dimulai dari ikannya sendiri. Ikan yang merotah-rontah ketika akan
ditangkap akan cepat mengalami pembusukan karena proses metabolisme/proses kerja
enzime dalam tubuh ikan bekerja secara aktif. Ketika proses metabolism berjalan secara
aktif, asam laktat akan meningkat hal ini akan membuat ikan menjadi kaku sehingga mikro-
organisme akan cepat dalam perombakan daging ikan (www.pondok-munzir.blogspot.com).

2.7.3 Kualitas Ikan dan Parameternya


Kesegaran ikan merupakan tolak ukur ikan itu baik atau jelek. Ikan dikatakan segar
apabila perubahan-perubahan biokimiawi, mikrobiologik, dan fisikawi belum menyebabkan
kerusakan berat pada ikan (www.ikansegar.wordpress.com).
Ada 4 pembagian kelas mutu ikan :
1. Prima (kesegaran ikan masih baik sekali).
2. Advanced (kesegaran ikan masih baik).
3. Sedang (kesegaran ikan sudah mulai mundur).
4. Mutu Rendah/Jelek (ikan sudah tidak segar lagi/busuk).

Parameter-parameter untuk menentukan kesegaran ikan terdiri atas beberapa faktor yaitu :
A. Faktor Fisikawi.
B. Faktor Kimiawi.
C. Faktor Mikrobiologik.
D. Faktor Sensorik/Organoleptik.

 Parameter-parameter Fisikawi
1. Kenampakan Luar
a. Cerah, tidak suram (segar) karena perubahan biokimiawi belum terjadi,
metabolisme dalam tubuh ikan masih normal.
b. Makin lama menjadi suram warnanya, berlendir sebagai akibat berlangsungnya
proses biokimiawi lebih lanjut dan berkembangnya mikrobia.
2. Kelenturan Daging Ikan
a. Ikan segar dagingnya cukup lentur, apabila dibengkokkan akan kembali kebentuk
semula.
b. Kelenturan ini disebabkan belum terputusnya benang-benang daging.

31
c. Pada ikan yang telah busuk, sudah banyak benang-benang daging yang sudah
putus dan dinding-dinding selnya banyak yang rusak.
3. Keadaan Mata
a. Ikan Segar, biasanya menonjol ke luar, cerah.
b. Ikan Busuk, cekung, masuk ke dalam rongga mata.
4. Keadaan Daging
a. Ikan segar, dagingnya kenyal, jika ditekan dengan jari telunjuk/ibu jari, maka
bekasnya akan segera kembali.
b Daging ikan masih banyak cairan, sehingga daging masih kelihatan basah,
permukaan tubuh belum terdapat lendir.
c. Setelah beberapa jam daging ikan menjadi kaku.
d. Kerusakan terjadi pada benang-benang daging, timbul tetes-tetes air akhirnya
daging kehilangan tekstur kenyalnya.
5. Keadaan Insang dan Sisik
a. Ikan segar, insang berwarna merah cerah, sisik melekat.
b. Ikan tidak segar, insang menjadi coklat gelap, dan sisiknya mudahlepas dari
tubuhnya.
c. Insang merupakan pusat darah mengambil O2 dari dalam air. Kematian ikan
dapat menyebabkan peranan darah (hemoglobin) berhenti, darah teroksidasi
sehingga warnanya berubah menjadi merah gelap.
6. Keadaan Ruas Badan/Ruas Kaki
a. Parameter ini biasanya digunakan pada hasil perikanan yang beruas-ruas,
misalnya udang, lobster, kepiting, rajungan, dan lain-lain.
b. Keadaan segar, ruas badan/kaki masih kuat, tidak mudah putus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas ikan (mutu) dikaitkan dengan kesegaran dan
kerusakan ikan :
a. Daerah Penangkapan
- Jumlah dan jenis mikrofloranya (lingkungan).
- Adanya cemaran pada daerah-daerah tertentu, memungkinkan mempengaruhi cita
rasa daging ikan.
b. Metode/cara penangkapan dan pendaratan ikan
- Jarak pengangkutan dari tempat penangkapan ke tempat pendaratan.
c. Cara penanganan pasca tangkap hasil perikanan
- Peralatan yang digunakan.
- Penggunaan bahan-bahan pendingin (es).
- Cara penyimpanan, pengangkutan, dan lain-lain.
d. Keadaan cuaca/suhu

32
Metode Penentuan Kesegaran ikan Secara Fisikawi
Secara Fisikawi kesegaran ikan dapat ditentukan dengan mengamati tanda-tanda Visualnya
dengan menggunakan parameter-parameter seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Tanda-tanda Ikan Segar dan Ikan yang Sudah Tidak Segar
Parameter Ikan Segar Ikan Tidak segar
Kenampakan Cerah, terang, mengkilat, tak Suram, kusam, berlendir
berlendir
Mata Menonjol keluar Cekung, masuk kedalam rongga mata
Mulut Terkatup Terbuka
Sisik Melekat kuat Mudah dilepaskan
Insang Merah cerah Merah gelap
Daging Kenyal, lentur Tidak kenyal, lunak
Anus Merah jambu, pucat Merah, menonjol keluar
Bau Segar, normal seperti rumput laut Busuk, bau asam
Lain-lain Tenggelam dalam air Terapung diatas air

Tabel 2. Tanda-tanda Udang Segar dan Udang yang Sudah Tidak Segar
Parameter Udang Segar Udang Tidak segar
Kenampakan Cerah, cemerlang, warna asli, udang Banyak warna merah jambu timbul
menurut jenisnya belum berubah terutama pada kepala, antena, dan
kaki. Banyak noktah hitam pada
kakinya
Mata Bulat, hitam, mengkilat, tidak terlalu Kelabu gelap, pudar, menonjol
menonjol keluar keluar, bola mata melekat pada
tangkai mata
Kulit Melekat kuat pada dagingnya, tidak Mudah dilepaskan dari dagingnya,
berlendir pada permukaan lendir tebal pada permukaannya
Ruas Hubungan antar ruas kuat dan Hubungan antar ruas, kepala, dan
kompak, hubungan kepala dan tubuh tidak kuat, mudah dipisahkan
tubuhnya tidak mudah dipisahkan
Daging Kompak (padat), lentur, melekat Kendor, mudah dilepaskan dari
kuat pada kulitnya kulitnya, apabila ditekan dengan jari
terasa lengket
Bau Segar, tidak tercampur bau asing Busuk, bau asam, bau ammonia

Secara Fisikawi kesegaran ikan juga dapat diperiksa dengan menentukan jumlah cairan
daging ikan yang dapat di ekstraksi pada keadaan atau persyaratan tertentu
(www.ikansegar.wordpress.com).

2.7.4 Penanganan Hasil Tangkapan di Atas Kapal Purse Seine

33
Penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal adalah sebagai berikut (www.pondok-
munzir.blogspot.com) :
 Ikan hasil tangkapan segera disemprot dengan air laut bersih sesaat tiba di geladak,
kemudian dipisahkan dan dikelompokkan menurut jenis serta ukurannya.
 Perlakuan yang dikenakan harus dapat mencegah timbulnya kerusakan fisik (ikan tidak
boleh diinjak atau ditumpuk terlalu tinggi).
 Ikan harus dilindungi terhadap terik matahari.
 Pendinginan dilakukan dengan menyelubungi ikan dengan es hancuran dan suhu ikan
dipertahankan tetap pada sekitar 0°C selama penyimpanan.
 Tinggi timbunan ikan dalam wadah penyimpan maksimal 50 cm ( tergantung jenis ikan)
agar ikan tidak rusak.
 Jika pendinginan dilakukan dengan menggunakan air laut yang didinginkan, harus
dilakukan sirkulasi air, baik secara mekanik maupu manual, agar terjadi perataan suhu
dan terhindar dari penimbunan kotoran.
 Penyimpanan tidak boleh lebih dari 4 hari.

2.7.5 Penanganan Hasil Tangkapan di Tempat Pendaratan Ikan


Pada saat pembongkaran ikan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (www.pondok-
munzir.blogspot.com) :
 Sewaktu membongkar muatan, hendaknya dipisahkan hasil tangkapan yang berbeda hari
atau waktu penangkapannya.
 Harus dihindarkan pemakaian alat-alat yang dapat menimbulkan kerusakan fisik, seperti
sekop, garpu, pisau dan lain-lain.
 Pembongkaran muatan harus dilakukan secara cepat dengan mengindarkan terjadinya
kenaikan suhu ikan.
Penanganan ikan hasil tangkapan di tempat pendaratan ikan adalah (www.pondok-
munzir.blogspot.com) :
 Pada saat dibongkar dari perahu, kapal atau kendaraan, sebelum dilelang atau dijual,
sebaiknya ikan dalam wadah masih diselimuti es, agar tidak meningkat suhunya.
 Ikan tidak boleh dicuci dengan air kotor atau air tercemar lainnya.
 Di tempat pendaratan, pengumpulan, pelelangan dan pengepakan, selama menunggu
perlakuan berikutnya, ikan tidak boleh diletakkan di lantai dan sebaiknya ikan ditaburi es.
 Setelah selesai penjualan atau pelelangan, ikan harus segera dikelompokkan menurut
jenis, ukuran dan mutu kesegarannya.
 Jika ikan disiangi, maka sepanjang kegiatan penyiangan dan pencucian harus digunakan
es hancuran yang cukup agar ikan tidak membusuk karena kenaikan suhu.
 Jika ikan disimpan dalam waktu yang lama karena menunggu pengiriman, sebaiknya es
diganti dengan es yang baru kemudian ditata ulang kembali.

34
2.7.6 Penanganan Hasil Tangkapan selama Kegiatan Distribusi
Penanganan hasil tangkapan selama kegiatan distribusi adalah (www.pondok-
munzir.blogspot.com) :
 Selama pengangkutan dan distribusi, suhu ikan harus senantiasa rendah, alas wadah
harus dilapisi es halus kemudian lapisan ikan yang ditaburi es disusun diatasnya.
 Diatas dan dibawah tumpukan peti ikan harus diberi lapisan es yang lebih tebal.
Usahakan kondisi termperatus didalam fom 0°C

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Prakerin ini akan dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Bulan Juli
2013 dengan mengidentifikasi teknik pengoperasian alat tangkap ikan purse seine dan

35
penanganan hasil tangkapan pada kapal purse seine yang berbasis di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Juwana, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah.

3.2 Metode Pengambilan dan Pencatatan Data


3.2.1 Metode pengambilan dan pencatatan data
Metode pengambilan dan pencatatan data yaitu dengan :
1. Metode observasi
Melihat secara langsung kegiatan di lapangan kemudian didokumentasikan dalam
bentuk gambar (foto) maupun di catat
2. Metode literatur dan data
Mencari dan melihat data primer dan sekunder yang diambil dari instansi terkait
(Pelabuhan Perikanan Nusantara Juwana, Pati, Jawa Tengah)
3. Metode wawancara
Melakukan kegiatan tanya jawab kepada pihak-pihak terkait yang dapat memberikan
informasi dan data sesuai tujuan proposal
 Syahbandar PPN Juwana, Pati, Jawa Tengah
 Petugas kepelabuhan PPN Juwana, Pati, Jawa Tengah
 Nahkoda kapal purse seine
 Kru dan ABK kapal purse seine
 Masyarakat di sekitar pelabuhan Juwana

3.2.2 Bahan dan alat


Bahan dan alat yang digunakan selama kegiatan prakerin berlangsung antara lain :
 Buku jurnal prakerin
 Buku tulis
 Buku jurnal prakerin
 Pulpen
 Pensil
 Penggaris
 Kamera digital/ HP berkamera
 Bahan kuesioner untuk wawancara
 Panduan untuk pengambilan data laporan prakerin

3.2.3 Informasi dan data


Informasi dan data yang akan di ambil selama prakerin berlangsung :
 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Juwana, Pati, Jawa Tengah
1. Sejarah dan lokasi wilayah PPN Juwana

36
2. Struktur organisasi PPN Juwana
3. Fasilitas yang terdapat di PPN Juwana
 Kontruksi alat tangkap Purse Seine
1. Kontruksi alat tangkap purse seine
2. Bagian-bagian alat tangkap purse seine
3. Bahan pembuat bagian alat tangkap purse seine
4. Ukuran mata jarring
5. Gambar alat tangkap purse seine
6. Gambar bagian kapal purse seine
 Persiapan alat tangkap sebelum operasi penangkapan ikan
 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine
1. Setting
2. Hauling
3. Handling
 Cara penyusuanan alat tangkap purse seine di atas kapal pasca operasi penangkapan
ikan
 Hasil Tangkapan Setelah Melakukan Operasi Penangkapan Ikan
1. Jenis hasil tangkapan selama operasi penangkapan ikan
2. Jumlah hasil tangkapan selama operasi penangkapan ikan (dalam kg)
 Teknik penanganan hasil tangkapan setelah sampai di atas kapal
 Cara penyimpanan dan penyusunan ikan hasil tangkapan di atas kapal purse seine

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Geografis Kota Juwana, Pati, Jawa Tengah

Secara geografis daerah penelitian adalah 110 derajat 00’30” BT-110 derajat 23’00” BT
dan 7 derajat 35’00” LS-7 derajat 55’30” LS.

37
4.2 Identitas Kapal Purse Seine KM. TIRTA PUTRA KENCANA 1

Nama KM : TIRTA PUTRA KENCANA 1


Nahkoda : BUDI WAHYUDI
Tempat : Juwana, Kab. Pati,, Jawa Tengah
Panjang kapal : 22, 52 m
Lebar kapal : 6,40 m
Dalam : 2,53 m
Bahan kapal : FIBER
Jumlah geladak : 1 Geladak
Penggerak Utama : Mesin
Merk : TKW/ KW
Bahan bakar : Solar
Jumlah baling-baling : 1 Buah
Tahun pembuatan : 1997
Tonase kotor : 99 GT
Tonase bersih : 75 NT
Tanda Pendaftaran : 1998 Ga No. 405/ N
Tempat pendaftaran : Semarang
Jumlah ABK : 37 termasuk Nahkoda

4.3 Persiapan Operasi Penangkapan Ikan

Persiapan operasi penangkapan ikan purse seine yang berbasis di PPN Juwana, Pati, Jawa
Tengah adalah :

1. Menyiapkan alat tangkap beserta alat bantu penangkapan

38
4.4 Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine
4.4.1 Setting
1 . Lalu

2.4.2 Hauling
1.
2.4.3 Handling
1.

2.5 Penanganan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Purse Seine

4.5.1 Kualitas Ikan dan Parameternya


1. Kenampakan Luar
a. Cerah, karena perubahan biokimiawi belum terjadi, metabolisme dalam tubuh
ikan masih normal.
b. Makin lama menjadi suram warnanya, berlendir sebagai akibat berlangsungnya
proses biokimiawi lebih lanjut dan berkembangnya mikrobia.
2. Kelenturan Daging Ikan
a. Ikan segar dagingnya cukup lentur, apabila dibengkokkan akan kembali kebentuk
semula.
b. Kelenturan ini disebabkan belum terputusnya benang-benang daging.
c. Pada ikan yang telah busuk, sudah banyak benang-benang daging yang sudah
putus dan dinding-dinding selnya banyak yang rusak.
3. Keadaan Mata
a. Ikan Segar, biasanya menonjol ke luar, cerah.
b. Ikan Busuk, cekung, masuk ke dalam rongga mata.
4. Keadaan Daging
a. Ikan segar, dagingnya kenyal, jika ditekan dengan jari telunjuk/ibu jari, maka
bekasnya akan segera kembali.
b Daging ikan masih banyak cairan, sehingga daging masih kelihatan basah,
permukaan tubuh belum terdapat lendir.
c. Setelah beberapa jam daging ikan menjadi kaku.
d. Kerusakan terjadi pada benang-benang daging, timbul tetes-tetes air akhirnya
daging kehilangan tekstur kenyalnya.
5. Keadaan Insang dan Sisik
a. Ikan segar, insang berwarna merah cerah, sisik melekat.
b. Ikan tidak segar, insang menjadi coklat gelap, dan sisiknya mudahlepas dari
tubuhnya.

39
c. Insang merupakan pusat darah mengambil O2 dari dalam air. Kematian ikan
dapat menyebabkan peranan darah (hemoglobin) berhenti, darah teroksidasi
sehingga warnanya berubah menjadi merah gelap.

2.5.2 Penanganan Hasil Tangkapan di Atas Kapal Purse Seine


Penanganan ikan hasil tangkapan di atas kapal adalah sebagai berikut :
 Ikan hasil tangkapan segera disemprot dengan air laut bersih sesaat tiba di geladak,
kemudian dipisahkan dan dikelompokkan menurut jenis serta ukurannya.

2.5.3 Penanganan Hasil Tangkapan di Tempat Pendaratan Ikan


 Setiba di pelabuhan dilakukan pembongkaran muatan yang harus dilakukan secara cepat
dengan mengindarkan terjadinya kenaikan suhu ikan.

BAB V. PENUTUP

5.1Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan pada kegiatan Prakerin ini adalah :


1. Teknik pengoperasian alat tangkap yang berbasis di PPN Juwana, Pati, Jawa Tengah
yaitu : setting, hauling dan handling. Dimana pengoperasiannya menggunakan alat
bantu berupa lampu bangkrak dan rumpon

40
2. Penanganan hasil tangkapan alat tangkap purse seine yang berbasis di PPN Juwana,
Pati, Jawa Tengah meliputi :
- karakteristik kualitas ikan yang diterapkan bagi nelayan purse seine yang berbasis di
PPN Juwana sudah dapat menetukan perbedaan kualitas ikan mana yang segar dan
yang tidak
- penanganan ikan di atas kapal setelah ikan tertangkap sampai di tempat pendaratan
ikan sudah menerapkan dan mempertahankan sistem rantai dingin

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan kegiatan prakerin pada kapal purse seine KM.
LAKSANA BARU A yang berbasis di PPN Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah adalah :
1. Hendaknya seluruh awak kapal dapat lebih disiplin dalam melaksanakan tugasnya
2. Tingkat kebersihan dan sanitasi terhadap hasil tangkapaan perlu diperhatikan dan
ditingkatkan dengan menjaga sistem rantai dingin

Daftar Pustaka

Mudztahid, Adzwar.Metode Penangkapan dan Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine).
Teknika Kapal Penangkap Ikan. SMK Negeri 3 Tegal dalam
www.adzwarmudztahid.wordpress.com

www.duniaperikanan.files.wordpress.com

41
www.ikansegar.wordpress.com

www.pondok-munzir.blogspot.com

www.mukhtar-api.blogspot.com

www.europacifistuna.com

www.frezeries.blogspot.com

Wikipedia versus Indonesia, 2006, Wikipedia, http://www.wikipedia.org.

42
LAMPIRAN

43

Anda mungkin juga menyukai