Anda di halaman 1dari 39

TEKNIK PENGOPRASIAN ALAT TANGKAP Pole End Line TERHADAP

HASIL TANGKAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus Pelamis) PADA


KAPAL KM. INKA MINA 281

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DISUSUN OLEH

SANTRANI RUSLI
NPM 12105 54244 16008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
2020
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Santrani Rusli

NPM : 12105 54244 16008

Fakultas : Pertanian

Program Studi : Teknologi Hasil Perikanan

Judul : Teknik Pengoprasian Alat Tangkap Pole end Line Terhadap


Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Pada
Kapal KM. Inka Mina 281

Mengetahui:

Pembimbing PKL Penguji pkl

Syahnul S Titaheluw, S.Kel, M.Si Umar Tangke, S. Pi, M. Si


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat jasmani

dan rohani sehingga Praktek Kerja Lapangan saya ini yang berjudul Teknik

Pengoprasian Alat Tangkap Pole end Line Terhadap Hasil Tangkapan Ikan

Cakalang (Katsuwonus pelamis) Pada Kapal KM. Inka Mina 281 bisa

diselesaikan dengan baik. Praktek Kerja Lapangan ini diajukan sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian program Studi

Teknologi Hasil Perikanan.

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini berisi mengenai tinjauan singkat dari

hasil Praktek yang saya lakukan. Praktek kerja lapangan ini merupakan wahana

pengembangan ilmu dan wawasan tentang perikanan sehingga menjadi salah satu

sarana informasi dan pengembangan ilmu bagi saya. Semoga Praktek Kerja

Lapangan dengan hasil yang baik amiin. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada sebesar-besarnya kepada Bapak Syahnul S Titaheluw, S.Kel, M.Si selaku

pembimbing Praktek Kerja Lapanagan saya dan penguji Bapak Umar Tangke,

S.Pi, M.Si. Saya terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun guna

terlaksananya penyusunan hasil praktek kerja lapangan ini.

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………….…..….. ii
DATRAR ISI …………………………………………………..…….….…. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ………………………….……………………....…..… v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vi

I. PENDAHULUAN ………………………………………………..........… 1
1.1 . Latar Belakang …......................................................................…. 1
1.2 . Tujuan Praktek Kerja Lapangan …………….……………………....... 2
1.3 . Manfaat Praktek Kerja Lapangan ….……………………….........….. 2

1.1. II. TINJAUN PUSTAKA ….…….…..…………………..…………… 3


2.1. Deskripsi Ikan Cakalang (Katsowonus pelamis) ………………………. 3
2.2. Pengertian Pole and Line ………………………………………………. 4
2.3. Umpan Hidup Untuk Ikan Cakalang………..…………………….…..... 5
2.4. Sifat Umpan Hidup Untuk Penangkapan Ikan Cakalang…..……....….. 6
2.5. Syarat-syarat Umpan hidup.…………..…………………………..……. 7
2.6. Tingkah Laku ikan Umpan …………..………………………...….....… 8
2.7. Umpan Tiruan Untuk Penangkapan Ikan Cakalang…….……....………. 8
2.8. Daerah Penangkapan……………………………………..………….…. 9
2.9. Pengoprasian Alat Penangkapan Ikan Pole and Line ………………..... 10
2.10. Penangkapan dan Pengadaan Umpan Ikan …………………………… 12

III. METODE PRAKTEK …………….………..….................................. 14


3.1. Waktu dan Tempat………………………………………….…...….….. 14
3.2. Alat dan Bahan ……………………..……….………………………….. 14
3.3. Metode Praktek Kerja Lapangan………..…….…………………….….. 15

IV. Hasil Praktek Kerja Lapangan …………..…………………….…… 16


4.1. Lokasi Praktek Kerja Lapang……………………………………….…. 16
4.2. Deskripsi Alat Tangkap KM. Inka Mina 281………………………..… 16
1. Joran ………………………………………………………………........ 17
2. Tali Pancing …………………………………………………………..… 17
3. Mata Pancing ………………………………………………………..….. 18
4.3. Persiapan Oprasi Penangkapan KM. Inka Mina …………………..…… 18
4.4. Persiapan Tenaga Kerja KM. Inka Mina …………………………..…… 19
4.5. Kapal Penangkapan Ikan KM. Inka Mina ………………………..……. 19
4.6. Persiapan Pengambilan Umpan Hidup …………………………………. 21
4.7. Pengakapan Ikan Cakalang Menggunakan Pole and line ……………… 21
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………… 24
5.1. Kesimpulan ……………………………………………………………. 24
5.2. Saran …………………………………………………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Klasifikasi Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) …………………..…… 4


2. Umpan umpan hidup (Pole and Line) ………………………………… 6
3. Peta lokasi praktek kerja lapangan …………………………………….. 14
4. Pemuatan es balok …………………………………………………….. 21
5. Persiapan Pengambilan Umpan Hidup ……………………………….. 21
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persiapan tenaga kerja KM. Inka Mina 281 ………………….……. 19


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran Praktek Kerja Lapangan…….………………………………… 27


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kabupaten Halmahera Selatan masuk dalam wilayah administrasi Provinsi

Maluku Utara, secara geografis berada pada posisi126⁰45′ BT- 129⁰30′ BT dan

0⁰30′ LU-2⁰00′ LS. Sebagai bagian dari Wilayah Provinsi Maluku Utara, secarake

seluruhan daerah ini memiliki luas 40.236,72 km2dan lebih di dominasi oleh

wilayah laut yaitu sebesar 31.484,40 km2(78%), sedangkan wilayah daratannya

sebesar 8.779,32 km2 (22%) (BPS Kabupaten Halmahera Selatan 2016). Dengan

luas wilayah laut Halmahera Selatan yang begitu luas ini memiliki potensi

perikanan yang berlimpah salah satunya adalah sektor perikanan tangkap.

Pole and Line atau Huhate sangat sederhana desainnya, hanya terdiri dari

joran, tali dan mata pancing yang tidak berkait balik. Namun, dalam

pengoperasiannya sangatlah kompleks karena memerlukan umpan hidup untuk

merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan target. Ikan yang menjadi

tujuan penangkapan Pole and Line adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Huhate (pole and line) adalah alat tangkap yang terdiri atas joran atau bambu, tali

pancing dan mata pancing. Alat tangkap ini khusus dipakai untuk menangkap

cakalang (Katsuwonus pelamis).Alat ini sering disebut pancing cakalang (Diniah

et al., 2001).

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu ikan ekonomis

pentingyang ada di perairan Indonesia. Ikan cakalang banyak yang digemari

karena tekstur dagingnya yang halus dengan cita rasa yang tinggi karena memiliki
sumber protein hewani yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Menurut Gigentika,

(2012) ikan cakalang merupakan salah satu sumberdaya perikanan ikan pelagis

yang banyak dijadikan objek dalam usaha perikanan tangkap, baik di Indonesia

maupun dinegara-negara lainnya.

Penangkapan ikan cakalang pada umumnya merupakan hasil proses

penangkapan yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan berbagai alat

tangkap baik yang bersifat tradisional maupun moderen. Alat tangkap yang umum

digunakan para nelayan di Kabupaten Halmahera Selatan salah satunya adalah

pole and line. Salah satu jenis usaha perikanan tangkap yang lumayan banyak

dilakukan di Palabuhan Pendaratan Ikan Labuha adalah usaha perikanan tangkap

pole and line.

Penanganan saat ikan tertangkap merupakan hal yang sangat penting untuk

diperhatikan, khususnya pada usaha perikanan karena menyangkut bagaimana

mendapatkan mutu ikan cakalang yang baik. Mutu produk yang baik yang dapat

dipertahankan secara konsisten akan meningkatkan kepercayaan konsumen.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka tujuan dan manfaat Praktek

Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:

1.2. TujuanPraktek Kerja Lapangan


Untuk mengetahui secara langsung pengoperasian alat tangkap Pole and
Line diatas kapal KM. Mina 281 terhadap hasil tangkapan ikan cakalang

1.3. Manfaat Praktek Karja Lapangan


Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang usaha
perikanan tangkap khususnya pengoprasian alat tangkap Pole and Line di Perairan
Labuha Kabupaten Halmahera Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Ikan Cakalang (Katsowonus pelamis)


Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) termasuk jenis ikan tuna dalam famili

Scombridae, species (Katsuwonus pelamis) ciri-ciri morfologi cakalang yaitu

tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang berjumlah 53-

63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip

punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip

punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops

diantara sirip perut, sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik

kecuali pada barut badan terdapat titik-titik kecil. Bagian punggung berwarna

biru kehitaman gelap disisi bawah bagian punggung berwarna biru kehitaman

gelap disisi bawah dan perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna

hitam yang memanjang pada bagian samping badan (Matsumoto, 1984).

Ikan cakalang (katsuwonus pelamis) secara alamiah terdapat dilautan pasifik

mulai dari timur benua Afrika sampai di Indonesia. Potensi Ikan Cakalang di

Indonesia di Daerah Kendari, Ambon, Sorong, Biak, Maluku utara dan Sulawesi

Utara. Ikan cakalang terdapat didaerah tersebut karena beberapa keadaan yaitu

makanan yang cukup tersedia, temperatur optimum 19-23%, serta optimum 25-33

% (Nomuraet al., 1975).

Ikan cakalang mempunyai daerah penyebaran dan migrasi yang luas, yaitu

meliputi daerah tropis dan subtropis dengan daerah penyebaran terbesar terdapat

disekitar perairan katulistiwa. Daerah penangkapan merupakan salah satu faktor

penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan
(Muhammad et al., 1999). Klasifikasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dapat

diliha pada Gambar 1. dibawah ini.

Gambar 2. Klasifikasi Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) (Gunarso, 1985).

Phyllum : Vertebrata
Class : Telestoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis

2.2. Pengertian Pole and Line


Pengrtian Huhate atau umumnya lebih dikenal dengan pole and line adalah

cara pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk

menangkap ikan cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia.

Selanjutnyadikatakan juga menurut Ayodhoya, (1981) pole and line umum

digunakan untuk menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga

dengan kata perikanan pole and line sering pengertian kita ke arah perikanan

cakalang, sungguhpun dengan carapole and line juga dilakukan penangkapan

albacore, mackerel dan lain sebagainya.


Studi yang dilakukan Bustaman dan Hurasan, (1997) menunjukkan bahwa
ada tujuh jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tuna atau
cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap tersebut, Pole and line, Long line
dan Trawl line merupakan tiga jenis alat tangkap yang paling produktif untuk
menangkap ikan tersebut (Winarso, 2004).
Menurut Ditjen Perikanan, (1989) sebagai penangkap ikan, alat ini sangat
sederhana desainnya. Hanya terdiri dari joran, tali dan pancing. Tetapi
sesungguhnya sangat komplek karena dalam pengoperasiannya memerlukan
umpan hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar pada ikan sebelum
pemancingan dilakukan serta semprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan
terhadap kapal dan para pemancing.
Huhate ataupole and line khusus dipakai untuk menangkap ikan cakalang.

Oleh karena digunakan hanya untuk menangkap cakalang, maka alat ini sering

disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat

terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal

akan mengejar gerombolan ikan, setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal

lalu diadakan pemancingan.

2.3. Umpan Hidup Untuk Penangkapan Ikan Cakalang


Umpan hidup dalam perikanan cakalang sangat memegang peranan penting

untuk menjamin keberhasilan oprasi penangkapan Widodo, (1973). Menurut

Simbolon, (2003)bahwa umpan hidup yang dipakai berfungsi untuk menarik

perhatian ikan, sehingga memudahkan proses penangkapan. Pengaruh umpan

terhadapa hasil penagkapan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya schooling ikan

yang menjadi tujuan penagkapan dalam kondisi ikan itu sendiri (lapar atau

kenyang). Ikan cakalang yang lapar cendrung lebih rakus dan nafsu makanya
lebih tinggi untuk menangkap umpan hidup yang digunakan. Selanjutnya

dikatakan bahwa umpan yang dipakai dalam perikanan pole and line adalah

umpan alami yang masih hidup (live bait) umpan hidup dapat dilihat pada Gambar

2. Dibawah ini. Umpan yang digunakan untuk jenis pancing lain seperti long

line, troll line dan lain-lain adalah umpan buatan atau umpan alami yang sudah

mati.

Gambar 2. Ikan teri umpan hidup yang digunakan untuk penangkapan ikan
cakalang.
2.4. Sifat Umpan Hidup Untuk Penangkapan Ikan Cakalang
Dari hasil penelitian diketahui bahwah ikan teri (Stolephorus sp) merupakan

jenis yang paling baik untuk dijadikan umpan hidup pada perikanan pole and line.

Ini disebabkan karena jenis ikan ini memiliki ukuran 5-10,4 cm dan memiliki ciri-

ciri sebagai umpan yang sangat disenangi oleh ikan cakalang menurut Monintja et

al, (1995). Jenis umpan ikan yang sangat disenangi oleh cakalang karena

memiliki sifat sebagai berikut: (1) berwarna terang dan mengkilat atau keputi-

putihan sehingga mudah menarik perhatian ikan cakalang, (2) tahan hidup lama di

dalam bak penyimpangan pada saat pelayaran dari daerah penagkapan ikan umpan

menuju daerah penagkapan cakalang, (3) umpan yang disebarkan di antara

schooling cakalang memiliki sifat yang cendrung bergerak mendekati kapal untuk
berlindung, (4) sisik umpan tidak mudah terkelupas, sehingga tingkat kecerahan

warnah dapat dipertahankan dan (5) panjang (size) umpan hidup sesuai dengan

ukuran yang disenangi oleh cakalang yang menjadi target penangkapan.

Menurut Gafa dan Merta, (1987) masalah utama yang sering dialami dalang

perikanan cakalang dengan menggunakan pole and line adalah ketersediaan

umpan hidup pada waktu-waktu tertentu dan tingginya tingkat kematian umpan

dalam bak penyimpanan di ats kapal. Dilain pihak, kegiatan operasi penangkapan

cakalang tidak akan berhasil apabila umpan hidup tidak tersedia dalam jumlah

yang memadai. Dengan demikian, umpan hidup merupakan faktor pembatas

(limiting faktor) paling dalam perikanan cakalang dengan menggunakan pole and

line.

2.5. Syarat-syarat Umpan Hidup


Walaupun jenis-jenis ikan umpan dapat digunakan untuk penangkapan atau

pemancingan cakalang namun perlu diperhatikan terutama dalam pemeliharaan

agar dapat mempertahankan ikan umpan tetap hidup dan mutunya hingga waktu

penggunaan dalam operasi penangkapan deng an Pole and line. Hal ini umpan

hidup yang baik umumnya: (a) Warna terang/mengkilat putih/perak yang

menimbulkan refleksi yang baik di air, (b) Dapat hidup lama dalam bak

penampungan, (c) Memiliki sisik tidak mudah lepas (mengurangi mortalitas

kematian, (d) Ukuran panjang umumnya berkisar antara 10-12,5 cm, atau

tergantung dari jenis yang digunakan, (e) Berenang cepat menuju permukaan air.

(Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2003).


2.6. Tingkah Laku Umpan
Menurut Tampubolon, (1980) ada beberapa ikan umpan yang memiliki

sifat–sifat yang digunakan sebagai umpan hidup pada penangkapan ikan cakalang

dengan alat penangkap ikan huhate yaitu ikan umpan tersebut memilki sifat atau

tingkah laku memberi refleksi yang baik dipermukaan air, bila ditebarkan

cenderung untuk kembali mendekati kapal (untuk berlindung) antara lain ikan: (a)

Puri (Stoleporus devisi), yang memiliki kepala berwarna merah dengan ukuran

panjang antara 6,5-72 mm, (b) Puri gelas (Steoleporus indikus) dengan ukuran

panjang 73 mm.

2.7. Umpan Tiruan Untuk Penangkapan Ikan Cakalang


Dalam pelaksanaan operasi penangkapan ikan dengan pole and line ini

disamping menggunakan umpan hidup yang tidak dikaitkan pada mata pancing

(hanya ditebar ke perairan)juga menggunakan umpan tiruan berupa, bulu ayam

dan potongan tali rafia. Pemanfaatan umpan hidup ini untuk perhatian

gerombolan ikan cakalang agar lebih mendekat pada areal kapal untuk

memudahkan pemancingan diatas kapal. Sedangkan dalam melakukan operasi

pemancingan digunakan pancing tanpa dikaitkan ikan umpan lihat pada Gambar

2. Dibawah ini. Hal ini bertujuan untuk efisie nsi dan efektifitas alat penangkap,

karena ikan cakalang termasuk pemangsa yang rakus. Menurut pendapat

Ayodhyoa, (1981) bahwa jika ikan makin banyak dan makin bernafsu memakan

umpan, maka dipakai pancing tanpa umpan (umpan tiruan). Pada bagian atas

mata pancing terdapat timah berbentuk slinder dengan panjang sekitar 2 cm dan

berdiameter 8 mm dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik

perhatian ikan cakalang. Selain itu, pada sisi luar silinder terdapat cincin sebagai
tempat mengikat tali sekunder, dibagian mata pancing dipasang sejumlah rumbai-

rumbai yang dapat menarik perhatian ikan.

Umpan memegang peranan penting dalam perikanan pole and line  Ruivo,

(1959) menjelaskan bahwa umpan adalah salah satu bentuk rangsangan atau

stimulus yang bersifat fisik maupun kimiawi dan dapat menimbulkan respon bagi

ikan tertentu.

2.8. Daerah Penangkapan


Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, (2005) penagkapan ikan

dengan alat tangkap pole and line hanya diijinkan pengoperasiannya di wilayah

perairan tertentu dan ZEE Laut Sulawesi dan ZEE Samudera Pasifik. Penentuan

daerah penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh nelayansejauh ini masih

menggunakan cara-cara tradisional, yang diperoleh secara turun-temurun.

Akibatnya, tidak mampu mengatasi perubahan kondisi oseanografi dan cuaca

yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah

secara dinamis. Ekspansi nelayan besar ke daerah penangkapan nelayan kecil

mengakibatkan terjadi persaingan yang kurang seh at bahkan sering terjadi konflik

antara nelayan besar dengan nelay an kecil. Secara garis besarnya daerah

penangkapan, penyebaran dan migrasi ikan sangat luas, yaitu meliputi daerah

tropis dan sub tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat disekitar

perairan khatulistiwa.

Daerah penangkapan ikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat

menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan ikan. Dalam

hubungannya dengan alat penangkap, maka daerah penangkapan tersebut haruslah


baik dan dapat menguntungkan dalam arti ikan melimpah, berg erombol, daerah

aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat penangkap mudah dioperasikan,

(Waluyo, 1987). Lebih lanjut Paulus, (1986) menyatakan bahwa hal ini erat

hubungannya dengan kondisi oseanografi dan meteorologi suatu perairan dan

faktor biologi dari ikan-ikan itu sendiri. Musim penangkapan di perairan

Indonesia bervariasi, musim penangkapan di suatu perairan belum tentu sama

dengan perairan yang lain. Berbedadari musim ke musim dan bervariasi menurut

lokasi penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut

musim puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya musim paceklik.

Pengetahuan mengenai penyebaran dan bioekologi berbagai jenis ikan

sangat penting artinya bagi usaha penangkapan, data dan informasi tentang

penyebaran dan bioekologi ikan pelagis sangat diperlukan dalam mengkaji daerah

penangkapan ikan di suatu perairan seperti perairan laut Banda, laut Halmahera,

kawasan Timur Indonesia, kawasan Samudera Hindia dan samudera pasifik.

2.9. Pengoprasian Alat Penangkapan Ikan Pole and Line


Berdasarkan operasional alat tangkap huhate dapat digolongkan dalam
perikanan pancing, maka faktor umpan yang sangat berpengaruh untuk kaitannya
dengan hasil tangkapan. Umpan yang digunakan baik jenis dan ukurannya harus
dapat memberikan rangsangan bagi ikan untuk mendekati dan memakan umpan
tersebut. Dalam pengoperasian alat tangkap huhate ini jenis umpan yang
digunakan adalah umpan tipuan dan umpan hidup dimana dalam pengoperasian
kedua jenis umpan ini digunakan secara bersamaan dan memiliki fungsi yang
berbeda.
Keberhasilan dalam penangkapan ikan dengan huhate sangat ditentukan

oleh tersedianya umpan hidup yang cukup disamping umpan tiruan sebagai

mempengaruhi ikan target agar dapat memangsanya. Umpan tipuan artificial bait

dan umpan hidup. Umpan tipuan ini umumnya berwarna menarik sehingga mudah

dilihat ikan karena daya penglihatan ikan di dalam air cukup tajam. Umpan tipuan

untuk huhate dan tonda dirancang dengan memperhatikan bentuk dan warna yang

maksudnya untuk menarik perhatian ikan. Menurut Yami (1989), alat bantu pada

kapal huhate mencakup hand net, seser, ember umpan dan bak umpan bait

chumming tanks. Operasi penangkapan tentunya dimulai dari persiapan-persiapan

terutama perbekalan dan perlengkapan, persiapan itu meliputi : bahan makanan,

es, lampu, dan bahan bakar minyak, alat navigasi, persiapan mesin, persiapan

pengaturan alat tangkap dan bahan lainnya (Sadhori ,1983).

Menurut Mallawa dan Sudirman, (2004) setelah persiapan yang harus


dilakukan di laut adalah mempersiapkan peralatan penangkapan yang menunjang
keberhasilan penangkapan ikan cakalang serta penyediaan umpan hidup. Adanya
faktor umpan hidup membuat cara penangkapan ini menjadi agak rumit. Hal ini
disebabkan karena umpan hidup tersebut harus sesuai dalam ukuran dan jenis
tertentu, disimpan, dipindahkan, dan dibawa dalam keadaan hidup.
Operasi penangkapan dengan pole and line dilakukan dengan cara mencari
dan memburu kelompok ikan cakalang. Pencarian gerombolan ikan dilakukan
oleh seorang pengintai yang tempatnya biasa berada di anjungan kapal dan
menggunakan teropong (Mallawa dan Sudirman, 2004).
Keberadaan ikan cakalang dapat dilihat melaui tanda-tanda antara lain:
adanya buih atau cipratan air, loncatan ikan cakalang ataupun gerombolan
burung-burung yang terbang menukik ke permukaan laut dimana gerombolan ikan
berada. Setelah menemukan gerombolan ikan, yang harus diketahui adalah arah
renang kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut.
Sementara pemancing sudah bersiap masing-masing pada sudut kiri, kanan,

dan haluan kapal.Pelemparan umpan dilakukan oleh boi-boi setelah diperkirakan

ikan telah berada dalam jarak jangkauan lemparan, kemudian ikan dituntun ke

arah haluan kapal. Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga

gerakan ikan dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat

pelemparan umpan tersebut, mesin penyemprot sudah dihidupkan agar ikan tetap

berada di dekat kapal. Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal,

maka mesin kapal dimatikan.

Sementara jumlah umpan yang dilemparkan ke laut dikurangi, mengingat

terbatasnya umpan hidup. Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan diupayakan

secepat mungkin mengingat kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba

menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari

mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas. Hal lain yang perlu

diperhatikan pada saat pemancingan adalah menghindari ikan yang telah

terpancing jatuh kembali ke laut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan ikan

yang ada akan melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan meninggalkan

kapal, sehingga mencari lagi gerombolan ikan yang baru tentu akan mengambil

waktu. (Mallawa dan Sudirman, 2004).

2.10. Penangkapan dan Pengadaan Umpan Ikan


Alat penangkap yang digunakan untuk menangkap ikan sebagai umpan

dalam operasi penangkapan cakalang dengan huhate adalah jenis jaring yang

dioperasikan di daerah pantai, yaitu jaring lingkar lampara, mini purse seine, dan

jaring angkat (liftnet), stikckhelddipnet dan jaring kantong, bagan apung atau

bagan tancap (FAO, 1980).


Dalam pengadaan ikan umpan pada umumnya kapal penangkap ikan
cakalang dengan pole and line bekerja sama atau membeli pada nelayan bagan,
hal ini dilakukan kapal penangkap ikan pole and line dalam operasi penangkapan
ikan di laut dapat lebih efekt if dan effisiensi waktu operasi penangkapan ikan
sehingga tidak mengganggu kegiatan dalam operasi penangkapan ikan.

Penangkapan ikan cakalang dengan pole and line harus menggunakan

umpan hidup. Umpan harus ditangani dengan baik agar bertahan hidup sampai

digunakan. Umpan mulai ditangani dari pengambilan sampai disimpan dalam

palka sirkulasi. Sumber umpan kapal pole and line umumnya berasal dari bagan,

purse seine, dan sebagian kecil dari alat tangkap jaring bouke ami , yang dibawa

bersama dalam kapal pole and line.


BAB III
METODE PRAKTEK

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan perairan Labuha


Kabupaten Halmahera Selatan di atas kapal KM. Inka Mina 281 yaitu pada bulan
Juni–Agustus 2020. Gambar 3. Dibawah ini merupakan Peta Lokasi Praktek
Kerja Lapangan di Pelabuhan Pendaratan Ikan Panamboang Bacan Halmahera
Selatan

Lokasi PKL PPI Panambuang


Bacan Halsel

Gambar 3. Peta lokasi praktek kerja lapangan

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek
Kerja Lapangan meliputi antara lain camera digital, buku, pulpen, alat pancing
tradisional, kapal pole and line.
3.2. Metode Praktek Kerja Lapangan
Metode Data Praktek Kerja Lapanagn ini dikumpulkan berdasarkan:

1. Wawancara adalah tanya jawab lisan pemilik kapal KM. Mina 281 dan Anak

buah kapal di secara langsung bertujuan untuk mendapatkan data yang

lengkap.

2. Data Primer adalah adalah data yang di peroleh secara langsung dari obyek

Praktek Kerja Lapangan (PKL) melalui observasi survei, diskusi dan

dokumentasi.

3. Data sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung dalam bentuk

(penelitan kepustakaan) yaitu mengumpulkan data dilakukan dengan kaitan

permasalahan yang diteliti melalui literatur jurnal, buku, dan dua instansi

Dinas yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan Halmahera Selatan.

4. Dokumentasi adalah teknik pengambilan data atau gambar terkait dengan

kondisi perikanan tangkap Pole and Line yang ada di perairan Labuha

Halmahera Selatan.
BAB 1V
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1. Lokasi Praktek Kerja Lapang


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Pelabuhan Pendaratan Ikan

Panamboang khusnya diatas kapal KM. Inka Mina 281 dengan lokasi perairan

Labuha dan Obi Kabupaten Halmahera Selatan. Dalam melakukan suatu kegiatan

PKL diatas KM. Inka Mina 281 untuk penangkapan ikan cakalang menggunakan

alat tangkap pole and line. Sebelum melaksanakan kegiatan PKL pada tanggal 5-

6 Juli 2020 sebelumnya melakukan observasi lokasi dan melapor kepada dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan dan pihak pengelola KM.

Inka Mina 281, selanjutnya melakukan pertemuan untuk kegiatan PKL dengan

cara terlibat langsung dalam melakukan wawancara dan berprofesi langsung

sebagai nelayan penangkapan ikan dengan tujuan mengetahui teknik pengoprasian

alat tangkap pole end line.

4.2. Deskripsi Alat Tangkap KM. Inka Mina 281


KM. Inka Mina 281 melakukan penangkapan ikan masih menggunakan

pole and line atau huhate penangkapan ikan laksanakan oleh pemancing atau

kelompok nelayan yang mengikuti penangkapan ikan pole and line di kapal. Alat

tangkap yang dimiliki KM. Inka Mina memiliki bagian-bagian umum yang terdiri

dari kapal, alat tangkap berupa joran, tali dan mata pancing serta alat bantu

penangkapan berupa rumpon, umpan hidup spayer. Alat ini dalam pengoperasian

sangat dipengaruhi oleh keterampilan khusus dan pengalaman oleh pemancing,

selain itu untuk mencapai hasil yang optimal harus didukung adanya ketersediaan
umpan hidup, keadaan kondisi cuaca yang baik memungkinkan untuk melakukan

operasi penangkapan ikan.

Alat tangkap pole and line KM. Inka Mina yang ada di TPI Panamboang

perairan Labuha yang digunakan tergolong sederhana dan hanya terdiri dari 3

bagian yaitu:

1. Joran
Dari hasil praktek kerja lapangan mendapatkan nelayan KM. Inka Mina

yang di yang memakai pemancing untuk joran bagian alat ini berfungsi sebagai

tangkai pancing yang terbuat dari bambu yang dicat berwarna kuning dan ada juga

tidak dicat karena cukup elastis dan terang, rongga yang ada di dalam tidak terlalu

besar, murah dibeli dan mudah didapat oleh nelayan pole end line di Labuha

Kabupaten Halmahera Selatan.

2. Tali Pancing
Tali pancing yang digunakan nelayan KM. Inka Mina sebagai berikut:

1. Tali kepala, adalah tali yang berada dibagian paling atas yang langsung

berhubungan dengan tali utama dengan menggunakan simpul mata, terbuat

dari nylon yang panjangnya 5-10 cm.

2. Tali utama adalah tali yang terpanjang pada kapal pole and line yang terletak

dibagian tengah antara tali kepala dan tali pengikat, terbuat dari nylon dengan

panjang 1-2 m dan diunjung dibuat simpul mata. Tali utama tidak boleh

melebihi panjang joran, hal ini mempertimbangkan kondisi operasi agar tidak

saling terbelit antara pancing yang satu dengan pancing yang lain dan untuk

memudahkan menaikkan ikan ke kapal.


3. Tali pengikat, adalah tali yang berhubungan langsung dengan mata pancing,

terbuat dari nylon dengan panjang 5-10 cm dan pada bagian ujungnya yang

berhubungan dengan tali utama dibuat simpul utama.

3. Mata Pancing
Mata pancing yang digunakan nelayan KM. Inka Mina berbentuk

menyerupai umpan tiruan biasa namun tidak memiliki kait balik pada bagian atas

mata pancing terdapat timah yang dibungkus dengan lilitan nikel yang mengkilat,

selain itu juga dilengkapi dengan sobekan-sobekan tali rafia dan bulu ayam pada

bagian bawah yang berwarna-warni.

4.3. Persiapan Operasi Penangkapan KM. Inka Mina

Sebelum melakukan oprasi penangkapan ikan KM. Inka Mina menyiapakn

beberapa persiapan meliputi jumlah alat tangkap yang akan dipakai oleh

pemancing, melakukan pendataan jumlah pemancing yang ikut berangkat, dan

persiapan kapal uuntk persiapan kapal KM. Inka Mina meliputi sebagai berikut:

a.   Persiapan bahan bakar, meliputi pemeriksaan drum bahan bakar, dimana

dalam setiap trip digunakan 6 drum solar

b.   Persiapan mesin, meliputi pemeriksaan minyak pelumas, sistem pendinginan

dan bagian-bagian penting lainnya agar daya kerja mesin tetap optimal dan

terpelihara.

c.   Persiapan semprotan air, meliputi pemeriksaan pipa dan selang air dengan

tetap diperhatikan bahwa data dorong semprotan yang baik adalah yang

menyerupai air hujan dengan jarak semprotan berkisar 1,5-3 meter.

d. Perbekalan meliputi pemuatan es batu, pemuatan air tawar, pemuatan bahan

bakar, pemuatan bahan makanan. Dalam suatu operasi penangkapan pole and line
KM. Inka Miana membutuhkan waktu 1 hari jarak yang ditempuh ke daerah

penangkapan fishing ground.

4.4. Persiapan Tenaga Kerja KM. Inka Mina


Persiapan tenaga kerja KM.Inka Mina menggerjakan tenaga kerja

sebanyak 20 orang antara lain dapat dilihat pada Tabel 1. Dibawah ini:

No Jabatan Jumlah Tugas


Bertanggung jawab mengemudikan kapal
1 1 orang mulai dari keberangkatan kapal,
pengambilan umpan, penangkapan ikan
Kapten
sampai pulang kemudian bertanggung
jawab terhadap keselamatan orang-orang
yang ada di dalam kapal
Mengurus segala keperluan atau
2 Comprador 1 orang perlengkapan kapal, mengatur keuangan
kapal
1 orang
Juru mudi Mengemudikan kapal
3
Kepala kamar Bertanggung jawab terhadap kamar mesin,
4 mesin 1 orang mesin kapal dan perbaikan mesin
Oliman Asisten kepala kamar mesin
5 1 orang
Sebagai pelempar umpan pada saat
6 Boi-boi 1 orang pemancingan dan merangkap juga sebagai
fishing master (mencari gerombolan ikan)
2 orang Bertanggung jawab menyediakan makanan
Juru mudi
7 untuk orang di kapal
Papalo dan 3
Bertugas mengambil umpan
8 manamo
9
Pemancing Memancing
9
Jumlah 20 orang
Tabel 1. Tugas ABK pada kapal pole and line KM.Inka Mina 281

4.5. Kapal Penangkapan Ikan KM. Inka Mina


Hasil praktek kerja lapangan pada KM. Inka Mina 821 mempunyai

panjang kapal 19 m dan lebar kapal 3,80 m dengan kapasitas kapal 30 GT. KM.

Inka Mina dalam operasi penangkapan ikan cakalang menggunakan pole and line

yang terbuat dari kayu dengan bentuk garis aliran dan mampu berolah gerak,
lincah, dan tergolong kapal yang mempunyai layanan kecepatan yaitu di atas 10

knot yang digunakan oleh nelayan KM. Inka Mina 281. KM. Inka Mina terdiri

dari ruang kemudi kapal, ruang mesin, ruang tempat tidur ABK, palka umpan

hidup, ruang dapur, palka untuk menyimpan hasil tangkapan dan palka tempat

penyimpanan es balok.

Untuk palka umpan hidup memerlukan sirkulasi air yang baik agar ikan

dapat tetap hidup dalam jangka waktu yang lama. Palka umpan hidup KM. Inka

Mina di beri lubang sebanyak 18 lubang yang terdiri dari 6 lubang samping atas,

12 lubang pada bagian bawah untuk saluran pengeluaran air serta 2 lubang untuk

saluran pemasukan air. Pada lubang pemasukan air dibuat menggunakan bambu

dengan tujuan untuk memeperlancar sirkulasi air laut yang masuk keluar

sehingga umpan hidup ikan teri yang ada didalam palka bisa tetap bertahan hidup

dengan oksigen yang tersedia.

Kapal pole and line mempunyai jam operasi yang lama, sehingga

dilengkapi dengan tempat penampungan ikan hasil tangkapan dan tempat

penyimpanan es balok. Tempat penampungan ikan cakalang berjumlah 2 buah

dengan kapasitas 40 ton yang terbuat dari papan berbentuk segi empat yang

terletak pada bagian depan ruang kemudi, sedangkan untuk penyimpanan es blok

terbuat dari plat logam besi yang berbentuk segi empat yang terletak pada bagian

depan haluan kapal, kapasitas maksimum tempat penyimpanan es balok ialah

sekitar 300 kg. Gambar 4. Diabwah ini adalah pemuatan es balok di atas kapal

Km. Inka Mina.


Gambar 4. Pemuatan es balok
4.6. Persiapan Pengambilan Umpan Hidup
Penangkapan ikan menggunakan pole and line sangat tergantung pada

ketersedian umpan hidup, oleh karena itu persiapan umpan hidup dilakukan pada

malam hari yang ambil atau peroleh dari hasil tangkapan alat tangkap bagan

rumbo atau jaring lingkar. Adapun jenis umpan yang digunakan adalah ikan teri

(Stolephorus spp) atau ikan tembang. Gambar 5. Dibawah ini adalah pengambilan

umpan hidup di perairan Obi.

Gambar 5. Pengambilan umpan hidup


4.7. Pengakapan Ikan Cakalang Menggunakan Pole and line
Persiapan penangkapan ikan cakalang pada KM. Inka Mina 821 sebelum

melakukan keberangakatan di lokasi pengamibilan umpan melakukan persiapan

untuk pemberangkatan yaitu mengambil dan menaikan es batu diatas kapal

kemudian dimasukan pada tempat yang disediakan, minyak solar, minyak oli,
minyak tanah, dan bahan kebutuhan makananan. Setelah selesai melakukan

persiapan tersebut kami langsung melakuakan pemberangkatan menuju tempat

pengambilan umpan hidup dari pelabuhan Panamboang menuju tempat

pengambilan umpan pada jam 15.00 WIT sampai pada tempat pengambilan

umpan pada pukul 19:30 dengan jarak 24 mil laut diperairan pulau Obi, setelah

selesai pengambilan umpan selama 2 jam (dua jam) selesai pada pukul 21.00 KM.

Inka Mina melakukan keberangkatan dari tempat pengambilan umpan menuju

tempat penangkpan ikan atau fishing ground dengan jarak tempuh 29 mil laut

sampai pada pukul 06.00 WIT. KM. Inka Mina melakukan penangkapan ikan

pada posisi antara 126°45’-129°30’ Bujur Timur dan 0°30’ Lintang Utara dan

2°00’ Lintang Selatan,

Sebelum penangkapan ikan Inka Mina melakukan pemantauan untuk

mengetahui kondisi laut dengan adanya tanda burung berkumpul dan ikan

cakalang bermain diatas permukaan laut kemudian nelayan mengeluarkan umpan

hidup dan dihamburkan terus meneurus di laut setelah menemukan gerombolan

ikan yang berada di daerah penangkapan atau cukup dekat kapal, maka oleh

kapten memberikan tanda kepada juru mesin untuk memperlambat kapal dan juga

mengaktifkan sprayer untuk semprotan air selanjutnya nelayan melakukan

penangkapan ikan cakalang dengan alat pole and line atau disebut huhate.

Ketersedian umpan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan namun

demikian umpan hidup yang didapatkan KM. Inka Mina sedikit sehinnga dalam

penangkapan ikan hanya berlangsung selama 2 jam yaitu pada pukul 06.00-08.00

WIT. Hasil tangkapan ikan cakalang sebanyak 2 ton tersebut Inka Mina
berangakat dari lokasi penangkapan menuju pelabuhan PPI Panamboang untuk

melakukan pembongkaran ikan dipelabuhan. Inka Mina melakukan penangkapan

ikan cakalang pole and line biasanya memakan waktu 1 hari tergantung kondisi

perairan laut dan musim.

Menurut Kekenusa, dkk (2010), ikan cakalang di perairan Timur Indonesia

dapat ditangkap sepanjang tahun. Musim tangkap ialah pada bulan April dan

November, sedangkan bulan Januar, Maret dan Desember bukan musim tangkap.

Pada musim tangkap perlu dilakukan persiapan yang lebih baik, terutama tentang

kondisi kapal agar dapat beroperasi dengan kapasitas penuh. Jika melakukan

perbaikan kapal penangkap ikan, sebaiknya pada saat bukan musim tangkap ikan

cakalang sedang berlangsung.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Hasil PKL bahwa KM. Inka Mina melakukan penangkapan ikan cakalang

menggunakan pole and line dengan jangkauan 29 mil laut mulai melaksanakan

penangkapan pada pukul 06.00-08.00 WIT selam 2 jam mendapatakan ikan

cakalang sebanyak 2 ton. Penangkapan ikan cakalang disesuaikan dengan

ketersedian umpan hidup yang diperolah pada saat pengambilan umpan.

5.2. Saran

Adapun saran dari Praktek Kerja Lapangan ini yaitu waktu yang baik

untuk penangkapan pole and line yaitu dilakukan pada waktu pagi sampai siang

hari, selain itu ketersediaan umpan hidup yang banyak, serta perlu dilakukan

penelitian lanjutan dengan membandingkan hasil tangkapan pada pagi, siang dan

cara penanganan ikan di atas kapal pole end line sampai di pelabuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa, A. U. 1981. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Yayasan Dewi Sri.


Bogor.
Badan Pusat Statistik. BPS. 2016. Kabupaten Halmahera Selatan dalam angka.

B.G. Gafa dan G.S. Merta. 1987. “Telaah ketersediaan umpan hidup dalam rangka
pengembangan perikanan huhate (pole and line) di Perairan Sorong”. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. No. 39. Hal 47-
Bastaman S. dan Hurasan S. (1997); Perspektif Pengembangan Teknologi Penang
kapan dengan Kapal Ikan Cakalang di Maluku; Prosiding Dinamika
Sumberdaya dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Diniah. 2001. Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen pemanfaatan


Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2003. Pencapaian Pembangunan


Perikanan Tangkap Tahun 2001-2003. Departemen Kelautan dan Perikanan,
Jakarta.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP, 2005. Pemacuan Stok Ikan Dalam
Upaya Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap, Makalah Seminar,
Makassar.
FAO, 1980. Pengelolaan Perikanan. Food and Agricultural Organization of The
United Nations, Roma. 85 hlm.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat,
Metode dan Taktik Penangkapan. Diktat Kuliah. Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor. 149 hal.
Gigentika, S. (2012). Optimasi Pengembangan Perikanan Cakalang di Kabupaten
Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (Tesis). Bogor: Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Kekenusa, J.S., Victor, N.R.W., dan Djoni, H. 2010. Analisis Penentuaan Musim
Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Manado
Sulawesi Utara. Jurnal FMIPA Unsrat. 1(1): 114-119.
Matsumoto, 1984. Sinopsis of Biological Data on Skipjack Tuna, Katsuwonus
Pelamis.NOAA Technical Report. FAO Fisheries Sypnopsis No. 136 hlm.
Muhammad, I. Mawardi, W. Darmawan. 1999. Pengaruh Kecepatan Penarikan
Jaring (Hauling) Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung di
PelabuhanRatu. Buletin PSP. Volume VIII.No.1.Fakultas Perikanan.Institut
Pertanian Bogor.
Nomura, M and T., Yamazaki. 1975. Fishing Techniques I, Japan International
Cooperation Agency, Tokyo, 1975.
Paulus. K, 1986. Penangkapan Cakalang dengan Purse Seine. Diklat AUP
Jakarta.
Ruivo, M. 1959. Discussion of Fish Attraction. In Modern Fishing Gear of the
World. Edited by H. Kristjonson. FAO. London : Fishing News Books, Ltd.
P.571-574.
Simbolon D. 2003. Pengembangan Perikanan Pole and line yang Berkelanjutan
di Perairan Sorong Suatu Pendekatan Sistem. Disertasi Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Tampubolon N. 1980. Persiapan dan Pengoperasian Pole dan Line. Bogor: Ikatan
Alumni Fakultas Perikanan IPB. 34 hal.
Winarso, 2004. Analisis Manajemen “Waktu” pada Usaha Penangkapan Ikan
Tuna/Cakalang dengan Sistem Rumpon di Kawasan Timur Perairan
Indonesia.Icaserd Working Paper No. 30.
Widodo M. 1973. Survei Penangkapan Cakalang dengan Pole and Line oleh
Beberapa Perusahaan Joint Venture di Indonesia Timur. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut BPPL, Vol.2. Jakarta. Hal. 13-24.
Monintja, D. R., dam Zulkarnain. 1995. Analisis Dampak Pengoperasian Rumpon
Tipe Philipine di Perairan ZEE terhadap Perikanan Cakalang di Perairan
Teritorian Selatan Jawa dan Utara Sulawesi.Laporan Penelitian. Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.
Waluyo. A.S, 1987. Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine Tuna. Diklat AUP.
Jakarta.
LAMPIRAN PKL
1. KM. Inka Mina 281

2. Pemuatan es batu

3. Pemuatan air bersih


4. Joran pole and line alat penangkapan ikan

5. Umpan tiruan

6. GPS untuk menentukan titik lokasi penangkapan ikan


7. Pemantauan untuk mengetahui lokasi gerombolan burung dan ikan

8. Pengambilan umpan hidup

9. Persiapan pemancingan ikan


10. Pelemparan upan hidup laut oleh boi-boi

11. Aktifitas penangkapan ikan cakalang

12. Hasil penangkapan ikan cakalang

Anda mungkin juga menyukai