DISUSUN OLEH
SANTRANI RUSLI
NPM 12105 54244 16008
Fakultas : Pertanian
Mengetahui:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat jasmani
dan rohani sehingga Praktek Kerja Lapangan saya ini yang berjudul Teknik
Pengoprasian Alat Tangkap Pole end Line Terhadap Hasil Tangkapan Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis) Pada Kapal KM. Inka Mina 281 bisa
diselesaikan dengan baik. Praktek Kerja Lapangan ini diajukan sebagai salah satu
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini berisi mengenai tinjauan singkat dari
hasil Praktek yang saya lakukan. Praktek kerja lapangan ini merupakan wahana
pengembangan ilmu dan wawasan tentang perikanan sehingga menjadi salah satu
sarana informasi dan pengembangan ilmu bagi saya. Semoga Praktek Kerja
Lapangan dengan hasil yang baik amiin. Penulis mengucapkan terima kasih
pembimbing Praktek Kerja Lapanagan saya dan penguji Bapak Umar Tangke,
S.Pi, M.Si. Saya terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun guna
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. i
KATA PENGANTAR …………………………………………….…..….. ii
DATRAR ISI …………………………………………………..…….….…. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ………………………….……………………....…..… v
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… vi
I. PENDAHULUAN ………………………………………………..........… 1
1.1 . Latar Belakang …......................................................................…. 1
1.2 . Tujuan Praktek Kerja Lapangan …………….……………………....... 2
1.3 . Manfaat Praktek Kerja Lapangan ….……………………….........….. 2
Halaman
Halaman
Halaman
Maluku Utara, secara geografis berada pada posisi126⁰45′ BT- 129⁰30′ BT dan
0⁰30′ LU-2⁰00′ LS. Sebagai bagian dari Wilayah Provinsi Maluku Utara, secarake
seluruhan daerah ini memiliki luas 40.236,72 km2dan lebih di dominasi oleh
sebesar 8.779,32 km2 (22%) (BPS Kabupaten Halmahera Selatan 2016). Dengan
luas wilayah laut Halmahera Selatan yang begitu luas ini memiliki potensi
Pole and Line atau Huhate sangat sederhana desainnya, hanya terdiri dari
joran, tali dan mata pancing yang tidak berkait balik. Namun, dalam
merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan target. Ikan yang menjadi
tujuan penangkapan Pole and Line adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
Huhate (pole and line) adalah alat tangkap yang terdiri atas joran atau bambu, tali
pancing dan mata pancing. Alat tangkap ini khusus dipakai untuk menangkap
et al., 2001).
karena tekstur dagingnya yang halus dengan cita rasa yang tinggi karena memiliki
sumber protein hewani yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Menurut Gigentika,
(2012) ikan cakalang merupakan salah satu sumberdaya perikanan ikan pelagis
yang banyak dijadikan objek dalam usaha perikanan tangkap, baik di Indonesia
tangkap baik yang bersifat tradisional maupun moderen. Alat tangkap yang umum
pole and line. Salah satu jenis usaha perikanan tangkap yang lumayan banyak
Penanganan saat ikan tertangkap merupakan hal yang sangat penting untuk
mendapatkan mutu ikan cakalang yang baik. Mutu produk yang baik yang dapat
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka tujuan dan manfaat Praktek
tubuh berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapis insang berjumlah 53-
63 pada helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip
punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip
punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops
diantara sirip perut, sirip anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik
kecuali pada barut badan terdapat titik-titik kecil. Bagian punggung berwarna
biru kehitaman gelap disisi bawah bagian punggung berwarna biru kehitaman
gelap disisi bawah dan perut keperakan, dengan 4-6 buah garis-garis berwarna
mulai dari timur benua Afrika sampai di Indonesia. Potensi Ikan Cakalang di
Indonesia di Daerah Kendari, Ambon, Sorong, Biak, Maluku utara dan Sulawesi
Utara. Ikan cakalang terdapat didaerah tersebut karena beberapa keadaan yaitu
makanan yang cukup tersedia, temperatur optimum 19-23%, serta optimum 25-33
Ikan cakalang mempunyai daerah penyebaran dan migrasi yang luas, yaitu
meliputi daerah tropis dan subtropis dengan daerah penyebaran terbesar terdapat
penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu operasi penangkapan
(Muhammad et al., 1999). Klasifikasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dapat
Phyllum : Vertebrata
Class : Telestoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis
dengan kata perikanan pole and line sering pengertian kita ke arah perikanan
Oleh karena digunakan hanya untuk menangkap cakalang, maka alat ini sering
disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat
terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal
akan mengejar gerombolan ikan, setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal
terhadapa hasil penagkapan juga dipengaruhi oleh besar kecilnya schooling ikan
yang menjadi tujuan penagkapan dalam kondisi ikan itu sendiri (lapar atau
kenyang). Ikan cakalang yang lapar cendrung lebih rakus dan nafsu makanya
lebih tinggi untuk menangkap umpan hidup yang digunakan. Selanjutnya
dikatakan bahwa umpan yang dipakai dalam perikanan pole and line adalah
umpan alami yang masih hidup (live bait) umpan hidup dapat dilihat pada Gambar
2. Dibawah ini. Umpan yang digunakan untuk jenis pancing lain seperti long
line, troll line dan lain-lain adalah umpan buatan atau umpan alami yang sudah
mati.
Gambar 2. Ikan teri umpan hidup yang digunakan untuk penangkapan ikan
cakalang.
2.4. Sifat Umpan Hidup Untuk Penangkapan Ikan Cakalang
Dari hasil penelitian diketahui bahwah ikan teri (Stolephorus sp) merupakan
jenis yang paling baik untuk dijadikan umpan hidup pada perikanan pole and line.
Ini disebabkan karena jenis ikan ini memiliki ukuran 5-10,4 cm dan memiliki ciri-
ciri sebagai umpan yang sangat disenangi oleh ikan cakalang menurut Monintja et
al, (1995). Jenis umpan ikan yang sangat disenangi oleh cakalang karena
memiliki sifat sebagai berikut: (1) berwarna terang dan mengkilat atau keputi-
putihan sehingga mudah menarik perhatian ikan cakalang, (2) tahan hidup lama di
dalam bak penyimpangan pada saat pelayaran dari daerah penagkapan ikan umpan
schooling cakalang memiliki sifat yang cendrung bergerak mendekati kapal untuk
berlindung, (4) sisik umpan tidak mudah terkelupas, sehingga tingkat kecerahan
warnah dapat dipertahankan dan (5) panjang (size) umpan hidup sesuai dengan
Menurut Gafa dan Merta, (1987) masalah utama yang sering dialami dalang
umpan hidup pada waktu-waktu tertentu dan tingginya tingkat kematian umpan
dalam bak penyimpanan di ats kapal. Dilain pihak, kegiatan operasi penangkapan
cakalang tidak akan berhasil apabila umpan hidup tidak tersedia dalam jumlah
(limiting faktor) paling dalam perikanan cakalang dengan menggunakan pole and
line.
agar dapat mempertahankan ikan umpan tetap hidup dan mutunya hingga waktu
penggunaan dalam operasi penangkapan deng an Pole and line. Hal ini umpan
menimbulkan refleksi yang baik di air, (b) Dapat hidup lama dalam bak
kematian, (d) Ukuran panjang umumnya berkisar antara 10-12,5 cm, atau
tergantung dari jenis yang digunakan, (e) Berenang cepat menuju permukaan air.
sifat–sifat yang digunakan sebagai umpan hidup pada penangkapan ikan cakalang
dengan alat penangkap ikan huhate yaitu ikan umpan tersebut memilki sifat atau
tingkah laku memberi refleksi yang baik dipermukaan air, bila ditebarkan
cenderung untuk kembali mendekati kapal (untuk berlindung) antara lain ikan: (a)
Puri (Stoleporus devisi), yang memiliki kepala berwarna merah dengan ukuran
panjang antara 6,5-72 mm, (b) Puri gelas (Steoleporus indikus) dengan ukuran
panjang 73 mm.
disamping menggunakan umpan hidup yang tidak dikaitkan pada mata pancing
dan potongan tali rafia. Pemanfaatan umpan hidup ini untuk perhatian
gerombolan ikan cakalang agar lebih mendekat pada areal kapal untuk
pemancingan digunakan pancing tanpa dikaitkan ikan umpan lihat pada Gambar
2. Dibawah ini. Hal ini bertujuan untuk efisie nsi dan efektifitas alat penangkap,
Ayodhyoa, (1981) bahwa jika ikan makin banyak dan makin bernafsu memakan
umpan, maka dipakai pancing tanpa umpan (umpan tiruan). Pada bagian atas
mata pancing terdapat timah berbentuk slinder dengan panjang sekitar 2 cm dan
perhatian ikan cakalang. Selain itu, pada sisi luar silinder terdapat cincin sebagai
tempat mengikat tali sekunder, dibagian mata pancing dipasang sejumlah rumbai-
Umpan memegang peranan penting dalam perikanan pole and line Ruivo,
(1959) menjelaskan bahwa umpan adalah salah satu bentuk rangsangan atau
stimulus yang bersifat fisik maupun kimiawi dan dapat menimbulkan respon bagi
ikan tertentu.
dengan alat tangkap pole and line hanya diijinkan pengoperasiannya di wilayah
perairan tertentu dan ZEE Laut Sulawesi dan ZEE Samudera Pasifik. Penentuan
daerah penangkapan ikan yang umum dilakukan oleh nelayansejauh ini masih
yang berkaitan erat dengan perubahan daerah penangkapan ikan yang berubah
mengakibatkan terjadi persaingan yang kurang seh at bahkan sering terjadi konflik
antara nelayan besar dengan nelay an kecil. Secara garis besarnya daerah
penangkapan, penyebaran dan migrasi ikan sangat luas, yaitu meliputi daerah
tropis dan sub tropis dengan daerah penangkapan terbesar terdapat disekitar
perairan khatulistiwa.
Daerah penangkapan ikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
aman, tidak jauh dari pelabuhan dan alat penangkap mudah dioperasikan,
(Waluyo, 1987). Lebih lanjut Paulus, (1986) menyatakan bahwa hal ini erat
dengan perairan yang lain. Berbedadari musim ke musim dan bervariasi menurut
lokasi penangkapan. Bila hasil tangkapan lebih banyak dari biasanya disebut
musim puncak dan apabila dihasilkan lebih sedikit dari biasanya musim paceklik.
sangat penting artinya bagi usaha penangkapan, data dan informasi tentang
penyebaran dan bioekologi ikan pelagis sangat diperlukan dalam mengkaji daerah
penangkapan ikan di suatu perairan seperti perairan laut Banda, laut Halmahera,
oleh tersedianya umpan hidup yang cukup disamping umpan tiruan sebagai
mempengaruhi ikan target agar dapat memangsanya. Umpan tipuan artificial bait
dan umpan hidup. Umpan tipuan ini umumnya berwarna menarik sehingga mudah
dilihat ikan karena daya penglihatan ikan di dalam air cukup tajam. Umpan tipuan
untuk huhate dan tonda dirancang dengan memperhatikan bentuk dan warna yang
maksudnya untuk menarik perhatian ikan. Menurut Yami (1989), alat bantu pada
kapal huhate mencakup hand net, seser, ember umpan dan bak umpan bait
es, lampu, dan bahan bakar minyak, alat navigasi, persiapan mesin, persiapan
ikan telah berada dalam jarak jangkauan lemparan, kemudian ikan dituntun ke
arah haluan kapal. Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga
gerakan ikan dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat
pelemparan umpan tersebut, mesin penyemprot sudah dihidupkan agar ikan tetap
berada di dekat kapal. Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal,
menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari
mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas. Hal lain yang perlu
terpancing jatuh kembali ke laut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan ikan
yang ada akan melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan meninggalkan
kapal, sehingga mencari lagi gerombolan ikan yang baru tentu akan mengambil
dalam operasi penangkapan cakalang dengan huhate adalah jenis jaring yang
dioperasikan di daerah pantai, yaitu jaring lingkar lampara, mini purse seine, dan
jaring angkat (liftnet), stikckhelddipnet dan jaring kantong, bagan apung atau
umpan hidup. Umpan harus ditangani dengan baik agar bertahan hidup sampai
palka sirkulasi. Sumber umpan kapal pole and line umumnya berasal dari bagan,
purse seine, dan sebagian kecil dari alat tangkap jaring bouke ami , yang dibawa
1. Wawancara adalah tanya jawab lisan pemilik kapal KM. Mina 281 dan Anak
lengkap.
2. Data Primer adalah adalah data yang di peroleh secara langsung dari obyek
dokumentasi.
3. Data sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung dalam bentuk
permasalahan yang diteliti melalui literatur jurnal, buku, dan dua instansi
kondisi perikanan tangkap Pole and Line yang ada di perairan Labuha
Halmahera Selatan.
BAB 1V
HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Panamboang khusnya diatas kapal KM. Inka Mina 281 dengan lokasi perairan
Labuha dan Obi Kabupaten Halmahera Selatan. Dalam melakukan suatu kegiatan
PKL diatas KM. Inka Mina 281 untuk penangkapan ikan cakalang menggunakan
alat tangkap pole and line. Sebelum melaksanakan kegiatan PKL pada tanggal 5-
6 Juli 2020 sebelumnya melakukan observasi lokasi dan melapor kepada dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Selatan dan pihak pengelola KM.
Inka Mina 281, selanjutnya melakukan pertemuan untuk kegiatan PKL dengan
pole and line atau huhate penangkapan ikan laksanakan oleh pemancing atau
kelompok nelayan yang mengikuti penangkapan ikan pole and line di kapal. Alat
tangkap yang dimiliki KM. Inka Mina memiliki bagian-bagian umum yang terdiri
dari kapal, alat tangkap berupa joran, tali dan mata pancing serta alat bantu
penangkapan berupa rumpon, umpan hidup spayer. Alat ini dalam pengoperasian
selain itu untuk mencapai hasil yang optimal harus didukung adanya ketersediaan
umpan hidup, keadaan kondisi cuaca yang baik memungkinkan untuk melakukan
Alat tangkap pole and line KM. Inka Mina yang ada di TPI Panamboang
perairan Labuha yang digunakan tergolong sederhana dan hanya terdiri dari 3
bagian yaitu:
1. Joran
Dari hasil praktek kerja lapangan mendapatkan nelayan KM. Inka Mina
yang di yang memakai pemancing untuk joran bagian alat ini berfungsi sebagai
tangkai pancing yang terbuat dari bambu yang dicat berwarna kuning dan ada juga
tidak dicat karena cukup elastis dan terang, rongga yang ada di dalam tidak terlalu
besar, murah dibeli dan mudah didapat oleh nelayan pole end line di Labuha
2. Tali Pancing
Tali pancing yang digunakan nelayan KM. Inka Mina sebagai berikut:
1. Tali kepala, adalah tali yang berada dibagian paling atas yang langsung
2. Tali utama adalah tali yang terpanjang pada kapal pole and line yang terletak
dibagian tengah antara tali kepala dan tali pengikat, terbuat dari nylon dengan
panjang 1-2 m dan diunjung dibuat simpul mata. Tali utama tidak boleh
melebihi panjang joran, hal ini mempertimbangkan kondisi operasi agar tidak
saling terbelit antara pancing yang satu dengan pancing yang lain dan untuk
terbuat dari nylon dengan panjang 5-10 cm dan pada bagian ujungnya yang
3. Mata Pancing
Mata pancing yang digunakan nelayan KM. Inka Mina berbentuk
menyerupai umpan tiruan biasa namun tidak memiliki kait balik pada bagian atas
mata pancing terdapat timah yang dibungkus dengan lilitan nikel yang mengkilat,
selain itu juga dilengkapi dengan sobekan-sobekan tali rafia dan bulu ayam pada
beberapa persiapan meliputi jumlah alat tangkap yang akan dipakai oleh
persiapan kapal uuntk persiapan kapal KM. Inka Mina meliputi sebagai berikut:
dan bagian-bagian penting lainnya agar daya kerja mesin tetap optimal dan
terpelihara.
c. Persiapan semprotan air, meliputi pemeriksaan pipa dan selang air dengan
tetap diperhatikan bahwa data dorong semprotan yang baik adalah yang
bakar, pemuatan bahan makanan. Dalam suatu operasi penangkapan pole and line
KM. Inka Miana membutuhkan waktu 1 hari jarak yang ditempuh ke daerah
sebanyak 20 orang antara lain dapat dilihat pada Tabel 1. Dibawah ini:
panjang kapal 19 m dan lebar kapal 3,80 m dengan kapasitas kapal 30 GT. KM.
Inka Mina dalam operasi penangkapan ikan cakalang menggunakan pole and line
yang terbuat dari kayu dengan bentuk garis aliran dan mampu berolah gerak,
lincah, dan tergolong kapal yang mempunyai layanan kecepatan yaitu di atas 10
knot yang digunakan oleh nelayan KM. Inka Mina 281. KM. Inka Mina terdiri
dari ruang kemudi kapal, ruang mesin, ruang tempat tidur ABK, palka umpan
hidup, ruang dapur, palka untuk menyimpan hasil tangkapan dan palka tempat
penyimpanan es balok.
Untuk palka umpan hidup memerlukan sirkulasi air yang baik agar ikan
dapat tetap hidup dalam jangka waktu yang lama. Palka umpan hidup KM. Inka
Mina di beri lubang sebanyak 18 lubang yang terdiri dari 6 lubang samping atas,
12 lubang pada bagian bawah untuk saluran pengeluaran air serta 2 lubang untuk
saluran pemasukan air. Pada lubang pemasukan air dibuat menggunakan bambu
dengan tujuan untuk memeperlancar sirkulasi air laut yang masuk keluar
sehingga umpan hidup ikan teri yang ada didalam palka bisa tetap bertahan hidup
Kapal pole and line mempunyai jam operasi yang lama, sehingga
dengan kapasitas 40 ton yang terbuat dari papan berbentuk segi empat yang
terletak pada bagian depan ruang kemudi, sedangkan untuk penyimpanan es blok
terbuat dari plat logam besi yang berbentuk segi empat yang terletak pada bagian
sekitar 300 kg. Gambar 4. Diabwah ini adalah pemuatan es balok di atas kapal
ketersedian umpan hidup, oleh karena itu persiapan umpan hidup dilakukan pada
malam hari yang ambil atau peroleh dari hasil tangkapan alat tangkap bagan
rumbo atau jaring lingkar. Adapun jenis umpan yang digunakan adalah ikan teri
(Stolephorus spp) atau ikan tembang. Gambar 5. Dibawah ini adalah pengambilan
kemudian dimasukan pada tempat yang disediakan, minyak solar, minyak oli,
minyak tanah, dan bahan kebutuhan makananan. Setelah selesai melakukan
pengambilan umpan pada jam 15.00 WIT sampai pada tempat pengambilan
umpan pada pukul 19:30 dengan jarak 24 mil laut diperairan pulau Obi, setelah
selesai pengambilan umpan selama 2 jam (dua jam) selesai pada pukul 21.00 KM.
tempat penangkpan ikan atau fishing ground dengan jarak tempuh 29 mil laut
sampai pada pukul 06.00 WIT. KM. Inka Mina melakukan penangkapan ikan
pada posisi antara 126°45’-129°30’ Bujur Timur dan 0°30’ Lintang Utara dan
mengetahui kondisi laut dengan adanya tanda burung berkumpul dan ikan
ikan yang berada di daerah penangkapan atau cukup dekat kapal, maka oleh
kapten memberikan tanda kepada juru mesin untuk memperlambat kapal dan juga
penangkapan ikan cakalang dengan alat pole and line atau disebut huhate.
demikian umpan hidup yang didapatkan KM. Inka Mina sedikit sehinnga dalam
penangkapan ikan hanya berlangsung selama 2 jam yaitu pada pukul 06.00-08.00
WIT. Hasil tangkapan ikan cakalang sebanyak 2 ton tersebut Inka Mina
berangakat dari lokasi penangkapan menuju pelabuhan PPI Panamboang untuk
ikan cakalang pole and line biasanya memakan waktu 1 hari tergantung kondisi
dapat ditangkap sepanjang tahun. Musim tangkap ialah pada bulan April dan
November, sedangkan bulan Januar, Maret dan Desember bukan musim tangkap.
Pada musim tangkap perlu dilakukan persiapan yang lebih baik, terutama tentang
kondisi kapal agar dapat beroperasi dengan kapasitas penuh. Jika melakukan
perbaikan kapal penangkap ikan, sebaiknya pada saat bukan musim tangkap ikan
5.1. Kesimpulan
Hasil PKL bahwa KM. Inka Mina melakukan penangkapan ikan cakalang
menggunakan pole and line dengan jangkauan 29 mil laut mulai melaksanakan
5.2. Saran
Adapun saran dari Praktek Kerja Lapangan ini yaitu waktu yang baik
untuk penangkapan pole and line yaitu dilakukan pada waktu pagi sampai siang
hari, selain itu ketersediaan umpan hidup yang banyak, serta perlu dilakukan
penelitian lanjutan dengan membandingkan hasil tangkapan pada pagi, siang dan
cara penanganan ikan di atas kapal pole end line sampai di pelabuhan.
DAFTAR PUSTAKA
B.G. Gafa dan G.S. Merta. 1987. “Telaah ketersediaan umpan hidup dalam rangka
pengembangan perikanan huhate (pole and line) di Perairan Sorong”. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut. No. 39. Hal 47-
Bastaman S. dan Hurasan S. (1997); Perspektif Pengembangan Teknologi Penang
kapan dengan Kapal Ikan Cakalang di Maluku; Prosiding Dinamika
Sumberdaya dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap DKP, 2005. Pemacuan Stok Ikan Dalam
Upaya Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap, Makalah Seminar,
Makassar.
FAO, 1980. Pengelolaan Perikanan. Food and Agricultural Organization of The
United Nations, Roma. 85 hlm.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat,
Metode dan Taktik Penangkapan. Diktat Kuliah. Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor. 149 hal.
Gigentika, S. (2012). Optimasi Pengembangan Perikanan Cakalang di Kabupaten
Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (Tesis). Bogor: Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Kekenusa, J.S., Victor, N.R.W., dan Djoni, H. 2010. Analisis Penentuaan Musim
Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Manado
Sulawesi Utara. Jurnal FMIPA Unsrat. 1(1): 114-119.
Matsumoto, 1984. Sinopsis of Biological Data on Skipjack Tuna, Katsuwonus
Pelamis.NOAA Technical Report. FAO Fisheries Sypnopsis No. 136 hlm.
Muhammad, I. Mawardi, W. Darmawan. 1999. Pengaruh Kecepatan Penarikan
Jaring (Hauling) Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung di
PelabuhanRatu. Buletin PSP. Volume VIII.No.1.Fakultas Perikanan.Institut
Pertanian Bogor.
Nomura, M and T., Yamazaki. 1975. Fishing Techniques I, Japan International
Cooperation Agency, Tokyo, 1975.
Paulus. K, 1986. Penangkapan Cakalang dengan Purse Seine. Diklat AUP
Jakarta.
Ruivo, M. 1959. Discussion of Fish Attraction. In Modern Fishing Gear of the
World. Edited by H. Kristjonson. FAO. London : Fishing News Books, Ltd.
P.571-574.
Simbolon D. 2003. Pengembangan Perikanan Pole and line yang Berkelanjutan
di Perairan Sorong Suatu Pendekatan Sistem. Disertasi Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Tampubolon N. 1980. Persiapan dan Pengoperasian Pole dan Line. Bogor: Ikatan
Alumni Fakultas Perikanan IPB. 34 hal.
Winarso, 2004. Analisis Manajemen “Waktu” pada Usaha Penangkapan Ikan
Tuna/Cakalang dengan Sistem Rumpon di Kawasan Timur Perairan
Indonesia.Icaserd Working Paper No. 30.
Widodo M. 1973. Survei Penangkapan Cakalang dengan Pole and Line oleh
Beberapa Perusahaan Joint Venture di Indonesia Timur. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut BPPL, Vol.2. Jakarta. Hal. 13-24.
Monintja, D. R., dam Zulkarnain. 1995. Analisis Dampak Pengoperasian Rumpon
Tipe Philipine di Perairan ZEE terhadap Perikanan Cakalang di Perairan
Teritorian Selatan Jawa dan Utara Sulawesi.Laporan Penelitian. Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.
Waluyo. A.S, 1987. Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine Tuna. Diklat AUP.
Jakarta.
LAMPIRAN PKL
1. KM. Inka Mina 281
2. Pemuatan es batu
5. Umpan tiruan