Oleh :
ABDUL AZIZ
NIM : 2017130008
Oleh :
ABDUL AZIZ
NIM. 2017130008
Mengetahui : Menyetujui :
Ka. Prodi PSDP Dosen Pembimbing,
i
STUDI PERIKANAN MINI PURSE SEINE DI
PERAIRAN BAWEAN KABUPATEN GRESIK
PROVINSI JAWA TIMUR
Oleh :
ABDUL AZIZ
NIM. 2017130008
Mengetahui :
Ka. Prodi PSDP Dosen Pembimbing,
Dosen Penguji
------------------------------------
NPP:
Tanggal:
ii
RINGKASAN
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……………………………………………………........... i
PENGESAHAN……………………………………………………. ii
RINGKASAN ……………...............….…………………….......... iii
KATA PENGANTAR…....…………………………………........... iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL …………………………………………………. vi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………….…………... viii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………..……........... 1
1.1. Latar Belakang ……...
1
…………………………………….
1.2. Rumusan Masalah ………………...
2
…………………........
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang ………………….
2
……........
1.4 Pemanfaatan Praktek Kerja Lapang ……………..…..........
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …….…………………………… 4
2.1 Pengertian Teknis ……………………...……….……... 4
2.2 Sejarah Purse seine…………………………….....……… 4
2.3 Alat Tangkap …………………...…...…………….......... 5
2.4 Daerah Penangkapan (fishing ground) ……...…….…….. 7
2.5 Teknik Pengoperasian …………………………...………. 8
2.6 Hasil Tangkapan ………………………………...…......... 8
2.7 Alat Bantu Penangkapan …………………………..……. 8
2.8 Hal-hal Yang Mempengaruhi Nilai Keberhasilan
10
Produksi Penangkapan Ikan …..……......…….................
BAB 3 METODE PRAKTEK KERJA LAPANG ………………. 12
3.1 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapang ……………….. 12
3.2 Alat dan Bahan ………………………………………........ 12
3.3 Metode Praktek Kerja Lapang ……...………...…………..
13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ………………….………... 15
4.1 Keadaan Umum Pulau Bawean ………………….....…….. 15
4.2 Perkembangan Armada Pengkapan………………............ 15
4.3 Jumlah Alat Tangkap …………………………...…..….... 16
4.4 Produksi dan Nilai Produksi……………………………… 16
4.5 Alat dan Bahan……………………………………………. 17
v
4.5.1 kantong (bag)………………………………………. 19
4.5.2 Sayap (Wing) …………………………………........ 19
4.5.3 Srampat ……………………………………...…….. 20
4.5.4 Tali Pelampung (Float line) ……………………..... 21
4.5.5 Tali Pemberat ……………………………………… 21
4.5.6 Tali Ris Atas ………………..……..……………..... 22
4.5.7 Tali Ris Bawah ……………………..…………....... 22
4.5.8 Tali Ris Samping …………………..…………….... 23
4.5.9 Tali Cincin (Ring line) ……………...……………... 23
4.5.11 Tali Selembar ……...……………………………... 24
4.5.12 Pelampung (float) …………………...………….... 24
4.5.13 Pemberat ………………………………………..... 25
4.5.14 Cincin (Ring) …………………………………….. 26
4.6 Daerah Penangkpan Ikan ……………………………......... 26
4.7 Teknik Pengoperasian ……………………………………. 27
4.8 Alat Bantu Penangkapan ……………………………......... 28
4.9 Hasil Tangkapan ……………………………...…………... 29
4.10 Hasil Pengukuran Faktor Oceanografi Per/Trip Selama
34
Penangkapan ikan ………………………………………..
4.11 Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Pelabuhan perikanan
Bawean ………………………………………………….. 35
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
2 Lampu sorot………………………………………………………. 29
0
2 Grafik Data Hasil Tangkapan Bulan Oktober …………………..... 30
1
2 Grafik Data Hasil Tangkapan Bulan November ……………….... 31
2
2 Grafik Data Hasil Tangkapan Bulan Desember ………………..... 32
3
2 Hasil Tangkapan ………………………………………………..... 33
4
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perikanan digunakan bermacam-macam alat tangkap yang bersifat tradisional oleh
nelayan Indonesia, juga alat tangkap modern yang merupakan alat tangkap lebih
produktif dan efisien. Dari sekian banyak alat tangkap di Indonesia, alat tangkap
purse seine merupakan alat tangkap yang sangat dikenal di kalangan nelayan
Indonesia karena pengoperasianya sangat mudah dan hasil tangkapannya banyak
terutama untuk menangkap ikan-ikan pelagic (Farid A, 1989). Adapun cara
penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkapan ikan pukat cincin
(purse seine) yang dilakukan oleh nelayan indonesia masih tergolong sederhana
dan belum didukung oleh alat-alat penangkapan yang memadai sehingga demi
mengantisipasi tuntutan ketersediaan tenaga kerja yang berkopetensi dan
berprofesional khususnya dibidang kelautan (penangkapan ikan) agar
pemanfaatan sumber daya perikanan (ikan) bisa lebih optimal.
2
ikan yang tertangkap dengan alat tangkap purse seine, serta untuk mengatahui
nilai produksi dan produksi ikan yang tertangkap oleh purse seine berbaagai
permasalahan permasalahan teknis, sosial dan ekonomi dari perikanan mini purse
seine di perairan bawean.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Pengertian Teknis
Purse seine merupakan alat tangkap yang penting baik untuk perikanan
pantai maupun perikanan lepas pantai dengan tujuan penangkapan adalah ikan-
ikan yang tingkah lakunya antara lain membentuk shoal (gerombolan), dan berada
dekat dengan permukaan air (sea surface), (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan
Mallawa 2004).
Jaring lingkar (pukat cincin) ialah perangkat jaring penangkap ikan yang
dirakit sedemikian rupa untuk digunakan menangkap ikan yang mempunyai sifat
bergerombol dengan cara melingkari ikan sasaran, sehingga ikan tidak dapat
meloloskan diri ke samping dan atau ke bawah.
Alat penangkap ikan pukat cincin 280 meter, termasuk katagori pukat
cincin kecil, dan biasanya ukuran sebesar ini digunakan oleh nelayan yang
memulai mengembangkan usahanya dalam bidang unit usaha pukat cincin.
Alat ini digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang biasa membentuk
gerombolan yang padat dan sampai saat ini merupakan jenis alat penangkap ikan
yang paling efektip dan efisien bagi penangkapan ikan pelagis. Dalam
pengoperasiannya dapat dilakukan dengan mengejar gerombolan ikan, atau
dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan berupa lampu atau rumpon.
Alat bantu pengumpul ikan berupa lampu digunakan pada waktu malam
hari, sedangkan rumpon digunakan pada waktu siang hari. Pengoperasian yang
lebih efektif dan efisien dengan menggunakan alat bantu pengumpul ikan tersebut
dengan cara mengkombinasikan pemanfaatan rumpon dan lampu sekaligus.
1.
2.
2.2 Sejarah Purse Seine
4
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh Badan
Penelitian Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama
dengan pengusaha perikanan di Batam (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik.
Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973/1974) dan berkembang pesat sampai
sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulkan konflik
sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse
seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan
produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus
mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan
perahu atau kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
Konstruksi alat penangkapan ikan pukat cincin menurut Butar (2017) terdiri dari:
a) Jaring
1. Kantong (bunt)
Sebenarnya pukat cincin merupakan jaring yang berbentuk empat persegi
panjang dan tidak mempunyai kantong, tetapi pada jaring tersebut ada bagian
sebagai tempat mengumpulkan atau mengonsentrasikan ikan yang tertangkap.
Bagian ini merupakan bagian yang terpenting, Pada bagian tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga mempunyai ukuran benang yang lebih tebal
dibandingkan bagian yang lain.
5
2. Sayap (wing)
Tipe pukat cincin yang mempunyai bagian kantong di tengah, maka
bagian jaring yang lain dari bentuk jaring empat persegi panjang tersebut dapat
disebut sayap, tetapi untuk tipe pukat cincin dengan bagian kantong terletak pada
ujung, maka bagian jaring yang lain inipun berfungsi yang sama untuk mengurung
ikan sasaran. Pada bagian ini ukuran benang dan ukuran mata lebih lebar
dibandingkan dengan bagian kantong.
3. Srampat
Bagian pinggir jaring yang dibuat dengan bahan benang lebih tebal dengan
ukuran mata yang lebih besar atau sama sebagai penghubung jaring dengan tali ris
dan berfungsi sebagai penguat. Menurut letaknya disebut srampat atas, srampat
bawah dan srampat samping.
b) Tali
1. Tali pelampung
Tali pengikat pelampung yang dapat diidentifikasikan bahwa tali tersebut
dimasukkan ke lubang pelampung dan diikatkan pada tali ris atas yang berfungsi
sebagai pengikat pelampung dengan tali ris atas
2. Tali pemberat
Tali pengikat pemberat, dapat diidentifikasikan bahwa tali tersebut
dimasukkan ke lubang pemberat dan diikatkan pada tali ris bawah yang berfungsi
sebagai pengikat pemberat dengan tali ris bawah
3. Tali ris atas
Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan kiri dan kanan yang diikatkan
bersama dengan srampat atas, mempunyai ukuran lebih besar (kasar) yang dipakai
untuk menggantungkan atau mengikatkan jaring sebelah atas dan pelampung yang
berfungsi sebagai penguat
4. Tali ris bawah
Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan kiri dan kanan yang diikatkan
bersama dengan srampat bawah, dengan ukuran lebih besar (kasar) yang dipakai
untuk mengikat jaring sebelah bawah dan pemberat yang berfungsi sebagai
penguat.
6
5. Tali ris samping
Tali sebanyak 2 utas dengan arah pintalan kiri dan kanan yang diikatkan
bersama dengan srampat samping dengan ukuran lebih besar (kasar) yang
dipakai untuk mengikat jaring sebelah samping atau tepi yang berfungsi sebagai
penguat.
6. Tali cincin
Tali dengan ukuran tertentu yang cukup kuat yang diikatkan pada tali ris
bawah dan dengan panjang tertentu untuk mengikat cincin.
7. Tali kerut
Tali dengan ukuran tertentu yang berfungsi untuk mengkerutkan jaring,
yang dimasukan melalui cincin-cincin dan cukup kuat untuk mengkerutkan jaring.
8. Tali selambar
Tali dengan ukuran tertentu yang terletak pada ujung, diikatkan
pelampung, berfungsi sebagai penarik jaring dan tali kerut.
c) Pelampung
Bagian pukat cincin yang paling ringan dan berfungsi untuk
mengapungkan dan atau memberi keseimbangan daya apung jaring dengan jumlah
sesuai kebutuhan, dan kadang-kadang perlu diberikan pelampung tambahan.
d) Pemberat
Bagian pukat cincin yang paling berat terbuat dari bahan timah hitam (Pb)
atau rantai dengan jumlah tertentu berfungsi pemberat jaring untuk memposisikan
jaring pada kedalaman dan kecepatan tenggelam yang diinginkan.
e) Cincin
Atau gelang terbuat dari logam atau plastik dengan diameter (Æ) dan
jumlah tertentu, yang terikat tali cincin berfungsi sebagai pusat pengkerutan
jaring.
7
Daerah penangkapan atau lazim disebut “fishing ground” adalah suatu
daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang
menguntungkan. Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian mini purse
seine menurut Effendi (2017), yaitu :
a) Bukan daerah yang dilarang menangkap ikan
b) Terdapat ikan pelagis yang berkumpul
c) Perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dalamnya jarring
Untuk daerah pengoperasian alat tangkap purse seine ini dapat diopersikan
pada perairan-perairan tertentu.dimana perairan yang terdapat adanya rumpon,
sedangkan musim penangkapan dengan alat tangkap tersebut yaitu pada musim
puncak, musim biasa dan musim paceklik.
8
(Decapterus sp), bentang, kembung (Rastrehinger sp) lemuru (Sardinella sp),
cumi-cumi (Loligo sp) dan lain-lain (Subani dan Barus, 1989).
9
menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari
permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes).
a. Kecerahan Perairan
Transparasi air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak
sedikit lampu. Jika kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel
yang menyebar di dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis
tertahan (diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian
atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.
b. Adanya gelombang
Angin dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan
mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan
merubah sinar-sinar yang semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang
menjadi berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan
(flickering light). Makin besar gelombang makin besar pula flickering lightnyadan
makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun
biota lainnya menjadi lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian
rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan
menempatkan under water lamp.
c. Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan
menggunakan lampu (ligth fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk
penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya; ampu terbias
sempurna ke dalam air.
10
d. Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif
untuk penangkapan yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh
gelombang besar, angin dan arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat
dilakukan di daerah mana saja maupun setiap musim asalkan angin dan
gelombang tidak begitu kuat.
e. Ikan dan Binatang Buas
Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay lampu, namun
umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar
(pemangsa) umumnya berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-
binatang lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap
mengelilingi kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang
tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di
bawah lampu dan akhirnya mencerai beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.
f. Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring
yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah
lampu tidak bergerak terlalu menyebar. Jaring harus cukup dalam untuk
menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di
bawah lampu.
g. Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera
terkepung.
h. Kecepatan Menarik Purse Line
Purse line harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke
bawah
11
BAB 3
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
3
3.1 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapang
12
Satu unit purse seine terdiri dari jaring, kapal, dan alat bantu (roller,
lampu, echosounder,dsb). Bagian-bagian purse seine:
13
3.3 Metode Praktek Kerja Lapang
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilakukan dengan metode deskriptif
(descriptive methode). Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan
atau mendeskripsikan suatu objek yang diamati dengan menggunakan data simple
atau populasi tanpa analisi statistic terhadap data tersebut. Oleh sebab itu
dibutuhkan teknik pengambilan data.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan (Sugiono,2011).
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, data memiliki peranan
yang penting bagi penarikan kesimpulan dalam penlitian,pencarian informasi,dan
pengambilan keputusan.karena itulah, data untuk menunjang pencapaian beberapa
tujuan harus diperoleh. Bagaiman data yang diperlukan tersebut dapat didapatkan,
terdapat beberapa cara yang mungkin ditempuh untuk memperoleh datanya,
diantaranya adalah observasi, wawancara.(Santoso dan Hamdani,2007).
1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya
(Istijanto, 2005). Data primer dapat opini orang seacara individu maupun
kelompok, hasil pengujian (Nazir, 2011). Pengambilan data primer dalam praktek
kerja lapang ini dilakukan dengan Cara pencatatan hasil observasi, wawancara,
dan partisipasi aktif seperti berikut:
a) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah pencatatan pola perilaku subyek
(orang), obyek (benda),atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan
atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti ( Sangadji dan Sopiah,
2010).observasi dalam praktek kerja lapang ini dilakukan terhadap berbagai hal
yang berhubungan dengan pengoperasian mini purse seine dan perolehan hasil
tangkapan ikan.
14
Data hasil observasi pada Praktek kerja lapang ini berupa data hasil
tangkapakan selama 5 trip dan data hasil pengukuran faktor oseanografi Akan di
catat dan ditabulasi sebagai mana form di bawah ini:
b) Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya atau
pewawancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara) (Nazir, 2011). Hal ini dilakukan
komuniasi seacara langsung dengan pihak terkait, pemilik usaha perikanan mini
purse seine.
2 Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter)
yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Sangadji dan Sopiah (2010).
Menjelaskan bahwa data sekunder dapat diklasifikasikan sebagai data internal dan
data eksternal. Data internal yaitu dokumen-dokumen akutansi dan operasi yang
dikumpulkan, dicatat dan disimpan dalam suatu organisasi. Data eksternal adalah
data sekunder yang pada umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dan
organisasi yang bersangkutan. Contohnya buku jurnal, majalah atau buletin,
antara lain yang memuat data indeks atau referensi, hasil sensus, statistic dan lain-
lain.
15
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah armada penangkpan ikan menurut ukuran kapal di IPPP Bawean pada
kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:
16
Sumber: IPPP Bawean tahun 2020
Alat tangkap merupakan peralatan yang digunakan nelayan untuk memperoleh hasil
laut. Pada perairan Pantai Bawean nelayan telah menggunakan alat tangkap ramah
lingkungan jumlah alat tangkap menurut jenisnya di IPPP Bawean tahun 2016-2020
disajikan dalam table berikut:
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis alat tangkap pukat cincin atau
purse senie tiap tahunnya memiliki jumlah yang stabil, meskipun alat tangkap pancing
ulur memiliki jumlah yang lebih banyak, namun penggunaan alat tangkap purse seine
tetap diminati. Hal ini karena purse seine merupakan alat tangkap dengan nilai ekonomis
tinggi, penggunaan alat tangkap purse seine dinilai lebih singkat waktu pengoprasiannya
namun sangat optimal perolehannya dibanding pancing ulur.
Perairan pantai Bawean tergolong produktif terhadap hasil laut, tentunya setiap
tahunnya mengalami kenaikan ataupun penurunan jumlah hasil tangkapan, hal ini juga
sangat berpengaruh terhadap nilai ekonomi jug nilai produksi hasil perikanannya.
17
Produksi dan nilai produksi ikan di IPPP Bawean selama 2016-2020 adalah pada tabel
berikut:
Data yang telah diperoleh dapat disimpulkan, apabila jumlah produksi tinggi maka
harga rata-rata rendah, dan sebaliknya apabila nilai jumlah produksi rendah maka harga
rata-rata tinggi, hal ini dikarenakan permintaan pasar yang menurun akibat banyaknya
pasokan ikan. Harga ikan di perairan Bawean ditentukan oleh pedagang besar/pengepul.
Pada umumnya apabila ikan semakin siang didaratkan maka harga jualnya semakin
rendah.
18
Gambar 3.konstruksi mini purse seine
19
c) Komponen dan material pelampung,pemberat dan cincin
Pelampung PVC, 260 gr
Pemberat (Pb), 310 gr
Cincin (kuningan), 500 gr
20
ikan kedalam areal tangkap alat, pada bagian ini ukuran mata jaring lebih lebar
dibandingkan dengan bagian kantong, dengan mesh size 1,5 inchi.. Gambar Sayap
(Wing) dapat dilihat pada gambar 6.
Srampat berada di tepi jaring yang dibuat dengan bahan benang lebih tebal
dengan ukuran mata yang lebih besar atau sama jenis bahan yang digunakan yaitu benang
PE (Poly Ethylene) dengan penomeran benang 15 dan ukuran mesh sizenya ¾ inchi,
sebagai penghubung jaring dengan tali ris dan berfungsi sebagai penguat.. Gambar
srampat dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Srampat
Sumber: Data penelitian 2020
21
4.5.4 Tali pelampung (Float line)
Tali pelampung menggunakan bahan nylon dengan penomeran tali 5 dan
arah pintalan tali yang dingunakan arah S. berfungsi sebagai tempat pelampung
dan digunakan untuk dapat menempatkan pelampung juga merupakan
penghubung antara pelampung yang satu dengan pelampung yang lainnya. tali
pelampung dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Pelampung
Sumber: Data penelitian 2020
4.5.5 Tali pemberat
Kegunaan tali pemberat menggunakan bahan nylon dengan penomeran
tali 7 dan arah pintalan tali yang dingunakan arah S. untuk menempatkan atau
memasang pemberat yang satu dengan yang lainnya. Posisi tali pemberat berada
di bawah kantong jaring, Fungsi dari tali pemberat adalah sebagai penghubung
dengan bagian tepi jarring.tali pemberat dapat dilihat pada gambar 9.
22
4.5.6 Tali Ris Atas
Tali ris atas menggunakan bahan nylon dengan penomeran tali 5 dan arah
pintalan tali yang dingunakan arah S. berfungsi sebagai tempat untuk
menggantungkan jaring utama dan tali pelampung, tali ris atas dibuat rangkap dua
dengan pintalan yang berlawanan. Gambar tali ris atas dapat dilihat pada gambar
10.
23
Gambar 11. Tali Ris Bawah
Sumber: Data penelitian 2020
24
Gambar 13. Tali Cincin (Ring line)
Sumber: Data penelitian 2020
25
Gambar 15. Tali Selambar
Sumber: Data penelitian 2020
26
perbiji sedangkan banyak pemberat yang digukan kurang lebih 700 biji. Gambar
pemberat dapat dilihat pada gambar 17.
Dari semua penjelasan konstruksi mini purse seine di atas, mini purse
seine di Bawean tidak ada perbedaan dan tidak ada permasalahan desain
konstruksinya.
27
4.6 Daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Operasi penangkapan ikan biasanya dilakukan sejak pukul 16.00 kapal telah
berangkat melaut dan kembali lagi kedermaga sekitar jam 02.00, proses penangkapan
ikan biasanya lebih singkat bahkan lebih lama dari waktu tersebut, hal tersebut
tergantung cuaca, dan lokasi fishing ground , apabila lokasi fishing ground jauh mala
waktu melaut lebih lama.
Para nelayan berangkat melaut juga sesuai penanggalan bulan, apabila bulan telah
menampakan cahayanya maka alat tangkap segera dinaikan dan kapal kembali menuju
dermaga.
Daerah penangkapan ikan pada setiap harinya berbeda koordinat namun tetap
dilokasi awal ikan ditemukan, biasanya nelayan sudah menentukan koordinatnya
kemudian dibantu dengan GPS. Yang menjadi patokan daerah penempatan 10 mil dari
bibir pantai arah selatah, tenggara , barat daya.
Setting
Pertama kita persiapkan (setting) menghidupkan lampu pada bagian samping perahu
bertujuan untuk mengumpulkan ikan sekitar 5 jam lampu dinyalakan,
Lampu yang digunakan yaitu jenis lampu sorot atau lampu cumi, banyak lampu yang
digunakan 4 set lampu. Lampu dinyalakan pada jam 18.00 setelah ada penampakan ikan
dibawah sinar lampu, maka nahkoda kapal mematikan lampu satu persatu. Kemudian
nahkoda kapal menurunkan lampu kecil untuk memposisikan ikan tetap dbawah lampu
yang dibawah juru air.
28
Gambar 19.lampu air
Purseinning
Pelingkaran jaring (purseinning), pelingkaan jarin dilakukan disaat aba-aba dari yang
turun air melambaikan tangan pertanda gerombolan ikan ada di satu titik lampu tengah
yang dibawa orang terseut kemudian baru peroses pelingkaran dilakukan dengan
kecepatan penuh. Tanda ikan sudah berkumpul ikan yang merasa tenang akan berkelip,
factor yang diperhatikan oleh nahkoda kapal yaitu arus dan arah angin. Jarak kapal
terhadap lampu air yaitu 100 meter dan kecepatan pelingkaran kapal 4- 5 knot, posisi
kapal terhadap arus yaitu kapal mengikuti arah arus dan berlawanan arah angina.
Towing
Penarikan tali kerut (towing). Penarikan tali kerut menggunakan kardan yang sudah
disiapkan di tengah-tengah perahu atau dekat palka. yang harus diperhatikan yaitu saat
perahu melingkar ABK perahu harus siap-siap untuk menghidupkan kardan supaya tali
kerut dapat cepat naik ke atas perahu , kemudian dilanjut penarikan dengan manual yaitu
dibantu anak buah kapal. Kecepatan tali kolor 2-3 knot sampai tali kolor tertutup.
Houling
29
Pengangkatan jaring (houling), pengangkatan jaring menggunakan manual atau dengan
dibantu anak buah kapal yang sudah di bagi tugas masing-masing,
Brelling
Pengangkatan hasil tangkapan (brelling) pengangkatan hasil tangkapan menggunakan
serok dengang manual.
Handling
Penanganan hasil tangkapan (handling) penanganan hasil tangkapan langsung di tarok di
dalam palka kapal karena hasil tangkapan langsung di bawa ke pinggir pantai
Persiapan penangkapan dilakukan sebelom kapal berangkat atau sejak
dipelabuhan sampai menjelang alat tangkat dioprasikan (setting).
30
4.9 Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah
ikan-ikan pelagis yang membentuk gerombolan.berada dekat dengan permukaan
air, jenis ikan yang tertangkap dengan purse seine di daerah Perairan Bawean
adalah: Layang (Decapterus sp), Kembung (Rastrehinger sp), Lemuru
(Sardinella sp), cumi-cumi (Loligo sp), Ikan Layur (Trichirus Lepturus) dan ikan
lainnya. Data hasil Tangkapan selama praktek kerja lapang (PKL) dapat dilihat
pada tabel berikut:
1.Lemuru
1.Lemuru
Jumlah
4.Cumi”
3.Cumi”
2.Kembung
2.Kembung
3.Layang
3.Layang
2.Kembung
1 1 1
sabtu/24 Minggu/25 Sabtu/31
Pada Grafik Diatas Menunjukan Hasil tangkapan yang paling banyak yaitu
Ikan Kembung (Rastrelliger sp) dengan banyaknya 1281 Kg, hasil tangkapan
terendah yaitu cumi-cumi (Mastigoteuthis flammea) dengan banyaknya 99 Kg,
31
sementara ikan lemuru (Sardinelia) sebanyak 870 Kg, dan ikan layang (Decapterus)
sebanyak 640 Kg. Pada bulan oktober data hasil tangkapan terbanyak yaitu ikan
kembung hal ini disebabkan adanya musim dan mata jaring yang di khususkan untuk
ikan pelagis, sehingga ikan pelagis lain ikut tertangkapan.
7000
6000
5000
4000
3000
2000
757 868 769 874 763 643 863
1000 368 156 486 436
138
32 11 20 4816 36 23 20 4317 36 23 4868 38 22 3465 5618 36 12 4919
0
2.Lemuru
2.Lemuru
Jumlah
3.Layur
3.Layur
4.Cumi”
4.Cumi”
4.Cumi”
3.Cumi”
3.Bawal
3.Bawal
1.tongkol
1.Tongkol
1.Tongkol
2.Tongkol
1.Tongkol
2.Kembung
2.kembung
2.Kembung
1 1 1 1 1
Selasa/3 Kamis/5 Senin/9 Rabu’18 Sabtu/21
Pada Grafik Diatas Menunjukan Hasil tangkapan yang paling banyak yaitu
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dengan banyaknya 4125 Kg, hasil tangkapan
terendah yaitu ikan Layur (Trchiurus Lepturus) dengan banyaknya 82 Kg, sementara
ikan lemuru (Sardinelia) sebanyak 804 Kg, dan ikan kembung (Rastrelliger sp)
sebanyak 1898 Kg. dan cumi-cumi (Mastigoteuthis flammea) sebanyak 196 Kg.
Pada bulan November data hasil tangkapan terbanyak yaitu ikan tongkol hal ini
disebabkan adanya pergantian musim kemarau kepada musim peghujan, siklus
hidupnya dalam mencari makan bergerombol, dan mata jaring yang di khususkan
untuk ikan pelagis, sehingga ikan pelagis lain ikut tertangkap.
32
c. Data Hasil Tangkapan Ikan Bulan Desember
2.Lemuru
Jumlah
3.Layur
3.Cumi”
3.Cumi”
3.Cumi”
4.Cumi”
1.tongkol
1.Tongkol
1.Tongkol
2.Tongkol
4.Cumi
1.Tongkol
2.Kembung
2.Kembung
1.Kembung
3.Kembung
1 1 1 1 1
selasa/1 Rabu/8 Minggu/13 Sabtu/19 Rabu/23
Pada Grafik Diatas Menunjukan Hasil tangkapan yang paling banyak yaitu
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dengan banyaknya 3621 Kg, hasil tangkapan
terendah yaitu ikan Layur (Trchiurus Lepturus) dengan banyaknya 34 Kg, sementara
ikan lemuru (Sardinelia) sebanyak 2824 Kg, dan ikan kembung (Rastrelliger sp)
sebanyak 2036 Kg. dan cumi-cumi (Mastigoteuthis flammea) sebanyak 295 Kg.
Pada bulan Desember data hasil tangkapan terbanyak yaitu ikan tongkol hal ini
disebabkan adanya pergantian musim kemarau kepada musim peghujan, siklus
hidupnya dalam mencari makan bergerombol, dan mata jaring yang di khususkan
untuk ikan pelagis, sehingga ikan pelagis lain ikut tertangkap
d. Data Hasil Tangkapan Selama Praktek Kerja Lapang
33
Hasil Tangkapan Ikan
8000 7399
6774
7000
6000
5000 4125
3621
4000 2890
3000 2036
1898
1281 967.7142857142
2000 870804788 1057 86
412.8571428571
640 43
1000 99196295 8234 294
0
tongkol lemuru kembung cumi" layur layang Bawal total Rata-Rata
34
ini dipengaruhi oleh cuaca (musim hujan), dimana masyarakat nelayan jarang
melaut.
.
Berdasarkan data tersebut, kami melakukan pengukuran disetiap trip
selama 5 hari, Berdasarkan pengukuran hasil parameter perairan baik fisika
maupun kimia menunjukan nilai yang mendukung terhadap biota perairan baik
plankton maupun nekton. Suhu berperan penting terhadap proses fisika, kimia,
dan biologi perairan. Terjadi peningkatan metabolis biota air sehingga
meningkatkan konsumsi terhadap O2 dan hasil CO2 sehingga meningkatkan
keasaman air laut. Suhu yang terukur di lokasi termasuk dalam kondisi normal
sesuai baku mutu perairan dengan kisaran 28-30 C sehingga mendukung
terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota perairan (yulius dkk, 2018).
Salinitas perairan memiliki peranan penting terhadap tingkat konsumsi oksigen yang
dilakukan oleh ikan. Terjadinya perubahan salinitas akan menyebabkan perubahan
fisiologi osmoregulasi pada ikan. Semakin rendah salinitas akan meyebabkan
peningkatan tingkat konsumsi oksigen yang dilakukan osmoregulasi laju metabolismenya
akan meningkat sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tingkat konsumsi oksigen
(Khalil dkk, 2015). Menurut Maziyyah (2019) salinitas perairan dilokasi menunjukan
35
nilai yang sesuai untuk kehidupan biota laut dengan kisaran antara 25-30% sehingga
mendukung terhadap kehidupan ikan diperairan tersebut.
Arus merupakan suatu pegerakan massa air yang menyebabkan adanya perpindahan
massa air baik secara horizontal maupun vertical. Arus memberikan pengaruh yang
penting bagi biota laut, salah satunya adalah sebagai penyuplai nutrient dan oksigen yang
dibutuhkan oleh biota laut. Plankon yang merupakan hewan pasif sebaranya dipengaruhi
oleh arus sehingga arus juga mempengaruhi ikan yang merupakan konsumen dari
plankton itu sendiri. Arus yang terukur merupakan arus permukaan yang dipengaruhi
oleh gaya gesek antara molekul air dengan udara sehingga pada umumnya arus
permukaan akan lebih tinggi dibandingkan arus dalam (Yulis dkk, 2018). Arus terukur
menunjukan nilai > 0.5 m/s yang mana FAO (1989) kecepatan tersebut mampu
menggeser posisi rakit jaring perikanan.
36
berbeda-beda, namun juga ada salah satu sistem pembagian hasil yang sama dan
digunakan beberapa responden, pembagian hasil yang dimakud adalah sebagai berikut.
1. Perhitungan harian
Ikan yang telah sampai ke pelabuhan perikanan akan diangkat oleh ABK kapal ke
atas dermaga.kemudian di sisahkan 2 palka ikan untuk dibagi hasil,nahkoda atau
juragan kapal dapat 6 bagian sedangkan ABK kapal dapat 1 bagian lain dengan juru
air dapat 2 bagian
2. Perhitungan bulanan
Perhitugan bulanan adalah untuk menemukan untung rugi selama musim ikan
yaitu 22 hari dalam 1 bulan. Biasanya nelayan menyebut perhitungan bulanan ini
dengan totalan, totalan dilakukan ketika saat padang bulan (akhir musim ikan setiap
bulannya).
37
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil praktek kerja lapang (PKL) dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Perkembangan usaha perikanan mini purse seine apabila dari segi alat tangkap
dan kapal penangkapa berdasarkan dari data 5 tahun terakhir tebilang stabil.
Meode pengoperasian alat tangkap mini purse senie di Bawean menggunakan
metode pukat cincin yang dibantu dengan cahaya lampu untuk menarik ikan
berkumpul di bawah lampu. Komposisi ikan yang tertangkap di perairan Bawean
yaitu ikan-ikan plagis seperti ikan tongkol (Euthynnus affinis) dan ikan kembung
(Rastrelliger sp) dan ikan lemuru (Sardinella) ikan hasil tangkapan selama
praktek kerja lapang. Sedangkan dari produksi dan nilai produksi ikan dari data
pelabuhan perikanna Bawean pada 5 tahun trakhir produksi ikan tertinggi adalah
pada tahun 2019 dengan jumlah 3.175.610 kg dan hasil terendah pada tahun 2016
senilai 1.345.182 kg berdasarkan dari data 5 tahun trakhir dapat disimpulkan
bahwa produksi dan nilai produksi ikan mengalami penaikan dibandingkan
dengan penurunan produksi dan nlai produksi setiap tahunnya. Nilai produksi di
perairan Bawean blom stabil karena harga ikan yang tidak menentu dan di
tentukan oleh permintaan pasar.
1.2 Saran
Diharapkan pada masa yang akan datang perlu diadakannya suatu usaha hasil
tangkapan agar produksi ikan dan nilai produksi tetap stabil serta tidak mengalami
38
penangkapan berlebihan.dan juga pengaturan sistem tempat pelelangan dan sistem jual
beli yang bagus agar menunjang ekonomi dan kesejahteraan pelaku perikanan purse
seine.
Perlu adanya tempat pengolahan ikan supaya nelayan dalam pendaratan hasil
tangkapan ikan yang melimpah tidak hanya dijual tetapi di olah (produk perikanan).
DAFTAR PUSTAKA
Butar, L. Y. B. 2017. Analisis Konstruksi Pada Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse Seine)
Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi Kabupaten Trenggalek Jawa
Timur (Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya).
Pudjio, S., Dyson, L., Setiawan, B., Adi, D., Adib, M., Andriati, R., ... & Muaddib, A.
2013. Pemanfaatan Peluang Bermigrasi ke Luar Negeri: Respon Ketidakpastian
Pendapatan Nelayan Desa Kepuh Kecamatan Tambak Bawean Kabupaten Gresik
Jawa Timur.Jurnal BioKultur,2(2), hal. 133-145.
Santoso, H. dan Fermenas B. 2014. Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse Seine
pada Kapal Timur 00. Karya Ilmiah. Akademi Perikanan Bitung. Bitung.
Silitonga, C., Isnaniah, I., & Syofyan, I. Study on Construction of Purse Seine in Sibolga
Fishing Port Pondok Batu District North Sumatra (Doctoral dissertation, Riau
University).
Subani, W., & Barus, H. R. (1989). Alat penangkapan ikan dan udang laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 50, 248.
Sutoyo, A. 2018. Buku Petunjuk Pelatihan Penggunaan Alat Tangkap Ikan Purse Seine
Untuk Penangkapan Ikan. UNITOMO.
Sutoyo, A. 2018. Materi Pelatihan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Gill Net.
UNITOMO.
39
Suniada, K. I., F. Islamy., A. J. Saputra. S. Hadianti., R. M. P. Mahardika dan E. Susilo.
2015. Dinamika Oseanografi Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pelagis
PPN Pengambengan dari Data Satelit MODIS. Seminar Nasional
Penginderaan Jauh Balai Penelitian dan Observasi Laut, Bali, 567-574.
Tayyib, M., & Winahju, W. S. 2014. Pemodelan Kecepatan Angin di Perairan Pulau
Bawean dengan Menggunakan Fungsi Transfer. Jurnal Sains dan Seni ITS, 3(2),
D248-D253.
Lampiran
40
Lampiran 2. Proses perbaikan alat tangkap purse seine
41
Lampiran 3. Persiapan alat tangkap Purse seine sebelom dinaikan keatas kapal untuk
melakukan penangkapan
42
Lampiran 5. Perahu perjalanan menentukan (Fishing ground)
43
Lampiran 6. Penyortiran hasil tangkapan
44
Lampiran 7.Keranjang plastik/palka untuk wadah ikan setelah ditangkap
45
Lampiran 9. Proses penjualan ikan pada bakul ikan setelah sampai di pelabuhan
perikanan
46
Lapiran 10. Hasil tangkapan purse seine sebelom dilakukan pendaratan kepelabuhan
perikanan
47
Lampiran 11. Proses penaikan hasil tangkapan
48
Lampiran 13. Konsultasi pengambilan data kepada kepala pelabuhan perikanan
49
Panjang
Bulan Hari/Tanggal Trip Jenis Ikan Jumlah (Kg) Standart
(Cm)
Oktober sabtu/24 1 1.Lemuru 340 10
2.Kembung 233 20
3.Layang 420 16
5.Cumi” 45 14
Minggu/25 1 1.Lemuru 298 9
2.Kembung 470 22
3.Layang 220 17
Sabtu/31 1 1.Lemuru 232 10
2.Kembung 578 24
3.Cumi” 54 12
Jumlah
November Selasa/3 1 1.Tongkol 757 32
2.Lemuru 368 11
3.Bawal 156 20
4.Cumi” 48 16
Kamis/5 1 2.Tongkol 868 36
2.Kembung 769 23
3.Bawal 138 20
4.Cumi” 43 17
Senin/9 1 1.tongkol 874 36
2.kembung 486 23
3.Layur 48 68
Rabu’18 1 1.Tongkol 763 38
2.Kembung 643 22
3.Layur 34 65
4.Cumi” 56 18
Sabtu/21 1 1.Tongkol 863 36
2.Lemuru 436 12
3.Cumi” 49 19
Jumlah
Desember selasa/1 1 1.tongkol 764 40
2.lemuru 352 13
3.Cumi” 62 18
Rabu/8 1 1.Tongkol 658 38
2.Kembung 532 23
3.Cumi” 64 18
Minggu/13 1 1.Kembung 537 22
2.Tongkol 782 39
3.Cumi” 56 17
Sabtu/19 1 1.Tongkol 759 35
2.Kembung 425 23
3.Layur 34 68
50
4.Cumi 56 16
Rabu/23 1 1.Tongkol 658 36
2.Lemuru 436 14
3.Kembung 542 23
4.Cumi” 57 18
Jumlah
Lampiran 14. Data Hasil Tangkapan Nelayan Menggunakan Alat tangkap Purse seine
51