Anda di halaman 1dari 65

PENGOPERASIAN PURSE SEINE

DI KM PERDANA BARU, PRIGI JAWA TIMUR

DANY MAULANA DWI JAYANTO

PROGRAM STUDI TEKNIK PENANGKAPAN IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN
KARAWANG
2018
PERNYATAAN MENGENAI PKL DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Praktek Kerja Lapang


dengan judul Pengoperasian Purse Seine Di Km Perdana Baru adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir laporan ini.

Karawang, 13 Agustus 2018


Dany Maulana Dwi Jayanto
NIT. 16.1.04.003
PENGOPERASIAN PURSE SEINE
DI KM PERDANA BARU, PRIGI JAWA TIMUR

Oleh :

DANY MAULANA DWI JAYANTO


NIT. 16.1.04.003

PROGRAM STUDI TEKNIK PENANGKAPAN IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN
KARAWANG
2018
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum tentang Pengoperasian Purse Seine Di KM
Perdana Baru.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya dan tak terhingga penulis


tujukan kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moral,
spiritual, dan terutama material kepada penulis hingga detik ini.

Terima kasih kepada dosen pembimbing Rahmad Surya HS, S.ST.Pi,


M.Sc selaku pembimbing utama yang telah memberikan arahan penyempurnaan
serta ulasan kritis terhadap analisis teknis pengoperasian purse seine dan juga
terima kasih kepada Apih Suparlin, A.Pi, SE, MM selaku pembimbing
pendamping atas kesediaan waktu memberikan telaah mendalam, koreksi dan
revisi terhadap sejumlah data dan informasi.

Atas dedikasi tersebut, pada kesempatan ini penulis menyampaikan


penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Aef Permadi, Selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan


Karawang atas izin pelaksanaan.

2. Dr. Liliek Soeprijadi, A.Pi, MM selaku Pembant Direktur 1 Politeknik


Kelautan dan Perikanan Karawang

3. Rahmad Surya HS, S.ST.Pi, M.Sc selaku Ketua Program studi Teknik
Penangkapan Ikan Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang.

4. Suparno, selaku Nakhoda dan semua Awak Kapal KM Perdana Baru

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelsaian Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

Karawang, 13 Agustus 2018


Dany Maulana Dwi Jayanto

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................i
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kapal Purse Seine .......................................................................................... 3
2.2 Jaring Purse Seine ......................................................................................... 4
2.3 Daerah Pengoperasian Purse Seine ............................................................. 10
2.4 Teknik Pengoperasian Purse Seine .............................................................. 10
2.5 Hasil Tangkapan .......................................................................................... 13
2.6 Penanganan Ikan Hasil Tangkapan ............................................................. 14
2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan ............... 15

BAB III. METODOLOGI


3.1 Waktu Dan Tempat ..................................................................................... 18
3.2Alur Kerja PKL ............................................................................................ 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Kapal .......................................................................................................... 21
4.2 Jaring ........................................................................................................... 22
4.3 Daerah Pengoperasian Purse Seine ............................................................. 29
4.4 Teknik Pengoperasian Purse Seine .............................................................. 29
4.5 Komposisi Hasil Tangkapan ...................................................................... 32
4.6 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Operasi Penangkapan .............. 34

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 36
5.2 Saran ............................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi Kapal ............................................................................................... 21

2. Dimensi Kapal ................................................................................................... 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kapal Purse Seine ............................................................................................... 4


2. Bentuk Jaring Purse Seine ................................................................................... 5
3. Alur Kerja PKL ................................................................................................. 19
4. Tali pelampung.................................................................................................. 24
5. Tali Ris Atas...................................................................................................... 25
6. Tali ris bawah .................................................................................................... 25
7. Tali pemberat .................................................................................................... 26
8. Pemberat ............................................................................................................ 27
9. Pelampung ......................................................................................................... 28
10. Cincin .............................................................................................................. 28
11. Persentase Komposisi Hasil Tangkapan ......................................................... 34

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Letak Desa Tasikmadu Dalam Peta Provinsi Jawa Timur ........................ 39

2. Kapal Purse Seine Perdana Baru ....................................................................... 40

3. General Arrangement Kapal Purse Seine Perdana Baru................................... 41

4. Konstrusi Jaring Purse Seine KM. Perdana Baru Berbentuk Persegi Empat ... 42

5. Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan .............................................................. 43

6. Jenis Hasil Tangkapan....................................................................................... 46

7. Surat Surat Kapal .............................................................................................. 48

vi
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan jumlah pulau yang sangat banyak dan
dimana sebagian besar luas wilayahnya adalah laut, yang memiliki sumber hayati
perikanan yang tinggi untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan
masyarakat.

Jawa Timur, khususnya perairan laut Selatan Jawa mempunyai sumber


daya hayati perikanan yang tinggi dan melimpah serta memberikan manfaat yang
besar bagi para nelayan modern maupun tradisional yang mengelolanya, terlebih
lagi menambah pemasukan devisa negara.

Merupakan suatu program pendidikan yang diselenggarakan oleh


Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang di luar kampus yakni; Praktek Kerja
Lapangan II (dua). Kegiatan PKL II dilaksanakan pada kawasan usaha perikanan
dengan pengelolahan sumber daya perikanan, keluatan, bisnis, serta manajemen.
sehingga dengan dilaksanakannya PKL II ini melatih taruna untuk mulai
mengenal dan mencintai lingkungan dan kehidupan laut sehingga timbul
semangat kebaharian untuk tetap menjaga kelestrian sumber daya kelautan
sertadapat bersosialisasi dangan masyarakat nelayan dimana para taruna
ditempatkan pada saat praktek.

Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah


bergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yangbaik, potensi
perikanan yang ada dan bagaimana operasi penangkapan dilakukan. Beberapa
cara dilakukan dalam upaya penangkapan diantaranya dengan menggunakan alat
bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum
digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan
menggunakan cahaya lampu.

Purse Seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi
dengan cincin untuk mana tali cincin atau tali kerut di lalukan di dalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya
tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.

1
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari
suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah
dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan
kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat
melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah
sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan. Untuk itu maka
penulis mengambil judul “ Pengoperasian Purse Seine di KM Perdana Baru
Prigi Jawa Timur “

1.2 Tujuan

Praktek kerja lapangan satu ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memahami teknik pengoperasian purse seine;


2. Memahami komposisi ikan hasil tangkapan;
3. Memahami berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan
ikan dengan purse seine;

1.3 Batasan Masalah

Penulis sangat ingin lebih banyak mengetahui tentang penangkapan ikan


dengan purse seine, namun dikarenakan beberapa faktor maka hanya ini saja yang
mampu ditulis dalam tujuan penulisan. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Waktu yang diberikan terbatas hanya dua minggu.


2. Anggaran dana yang diberikan terbatas untuk akomodasi.
3. Cuaca buruk dan ombak besar di laut Samudera Hindia, sedangkan kapal kecil
sehingga jangkauan pelayaran terbatas.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Purse Seine

Kapal purse seine termasuk jenis kapal encircling dan merupakan kapal
yang digunakan untuk membawa purse seine yang menangkap ikan yang bersifat
schooling fish. Oleh karena itu kapal harus memiliki kapasitas dukung yang besar
dan sebagai kapal yang membawa alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
dilingkari maka kestabilan sangat penting. Menurut Fyson (1985) bahwa purse
seine umumnya memilik hasil tangkapan dalam jumlah banyak sehingga perlu
dirancang agar memiliki kapasitas daya muat yang tinggi.

Kapal pukat cincin (Purseiner) adalah jenis kapal yang dibuat dengan
tujuan untuk mengoperasikan pukat cincin, dan dilengkapi dengan palkah
pendingin untuk menampung hasil tangkapan, mepunyai geladak kerja yang luas,
mudah untuk diolah gerakan dan mempunyai kecepatan yang cukup untuk menuju
ke daerah penangkapan ikan dan melingkarkan jaring.

Kapal pukat cincin biasanya memiliki ruangan - ruangan sebagai berikut :

1. Tempat persiapan jaring di geladak (depan, belakang, samping kiri atau


kanan) tergantung dari mana jaring akan diturunkan.
2. Tempat penarikan (hauling) biasanya terdapat di bagian depan, tengah, atau
belakang; Tempat penyimpanan ikan.
Kecepatan kapal terdiri dari kecepatan normal (normal speed) dan
kecepatan percobaan (trial speed). (Ardidja, 2007). Kapal purse seine harus
mempunyai kecepatan yang cukup tinggi untuk mengejar gerombolan ikan, dan
kecepatan kapal purse seine dipengaruhi oleh, kekuatan mesin yang digunakan,
umur ekonomis kapal, kelayakan kapal dan desain konstruksi kapal purse seine
yang harus tahan terhadap hantaman gelombang, arus dan juga angin.

3
Jenis kapal yang digunakan untuk operasi pure seine dan lampara dasar
sebaiknya dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan beberapa aspek
sebagai berikut :

1. Keleluasaan dalam olah gerak pada saat penebaran dan penarikan jaring, serta
untuk menempatkan jaring di atas kapal, hal ini membutuhkan lebar (B) yang
cukup.
2. Stabilitas yang mantap dengan mengurangi frekuensi goncangan dan ayunan,
akan memberikan kenyamanan bagi nelayan dalam melakukan operasi
penangkapan. Hal ini dapat diperoleh dengan menambah nilai (D) dan centre
of gravitynya.
Untuk lebih jelasnya mengenai desain kapal purse seine dapat dilihat pada
gambar berikut ini

Gambar 1. Kapal Purse Seine


Sumber : Didapat dari KKP News – Kementerian Kelautan dan Perikanan

2.2 Jaring Purse Seine

Purse seine tergolong dalam alat tangkap jaring lingkar dengan


menggunakan tali kerut (purse line) yang terletak di bagian bawah jaring. Dengan
adanya tali kerut memungkinkan jaring ditutup seperti pundi-pundi terbalik dan
mengurung ikan yang tertangkap. Pukat cincin dapat berukuran sangat besar dan

4
dioperasikan oleh satu atau dua buah kapal. Biasanya purse seine dioperasikan
oleh satu kapal dengan atau tanpa bantuan kapal pembantu (Nedelec, 2000).
Menurut Subani dan Barus (1989), purse seine biasa disebut juga dengan
jaring kantong karena bentuk jaring tersebut waktu dioperasikan menyerupai
kantong. Pukat cincin kadang-kadang juga disebut jaring kolor karena pada
bagian bawah jaring (tali ris bawah) dilengkapi dengan tali kolor yang gunanya
untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara menarik tali
kolor tersebut. Pukat cincin digunakan untuk menangkap ikan yang bergerombol
(scholling) di permukaan laut.
Menurut bentuknya, jaring purse seine terbagi menjadi 3, yaitu purse seine
bentuk segi empat, bentuk trapesium dan berbentuk lekuk . Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2. berikut ini

Gambar 2. Bentuk Jaring Purse Seine

5
2.2.1 Konstruksi Purse Seine

Seperti juga pada penangkap ikan lainnya, maka suatu unit purse seine
terdiri dari jaring, kapal, dan alat bantu penangkapan seperti (Roller, lampu,
echosounder, dan sebagainya).

Pada garis besarnya jaring Purse seine terdiri dari badan jaring, kantong
(bag, bunt),tepi jaring, pelampung (float, cork), tali pelampung (cork line, float
line), sayap, (wing), tali penarik (purse line), tali cincin (purs ring), dan srampat
(selvage). (Sudirman dan Malawa, 2004).

Jaring purse seine terdiri atas beberapa bagian yaitu :

2.2.1.1 Badan dan Sayap Jaring

Bahan jaring utama pukat cincin terbuat dari bahan nylon atau vinylon,
dengan ukuran mata jaring yang disesuaikan dengan jenis ikan yang akan
ditangkap, semakin besar jenis ikan yang akan ditangkap semakin besar pula
ukuran mata jaring (mesh size) yang digunakan. Ukuran mata jaring pada tiap-tiap
bagian adalah tidaklah sama. Bagian yang memiliki ukuran yang sama pada
bagian sayap dengan ukuran mata yang besar. Sementara pada bagian kantong
ukuran matanya lebih kecil, karena pada bagian ini merupakan tempat
berkumpulnya ikan-ikan yang tertangkap sebelum ikan diangkat ke permukaan.
Untuk ukuran mata jaring yang terkecil adalah 2,5 cm. hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah yang dituangkan dalam Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia no: 85, tahun 1982 .

Pada jaring purse seine terdapat bagian yang disebut badan jaring dan
sayap jaring. Badan jaring terletak disebelah kiri dan kanan dari kantong, material
pembentuknya adalah nylon. Fungsi badan jaring sendiri adalah sebagai
penggiring ikan ke bagian jaring, dengan begitu ikan - ikan akan dengan mudah
terkumpul pada bagian kantong. Sedangkan sayap terletak pada bagian kiri dan
kanan badan jaring dengan material pembentuk nylon. Sayap jaring sendiri
berfungsi sebagai alat untuk menggiring ikan ke dalam areal tangkap dari alat ini.

6
2.2.1.2 Kantong

Bagian kantong yang terletak dibagian jaring dengan material


pembentuknya, yang dimaksudkan dengan kantong adalah bagian jaring yang
pada waktu penarikan tali kolor dengan serentaknya membentuk suatu kantong,
yang nantinya akan berfungsi sebagai tempat untuk mengurung/mengumpulkan
ikan. Karena berfungsi sebagai penadah maka kantong memiliki ukuran mata
jaring yang lebih kecil dibandingkan dengan mata jaring yang terletak pada
kantong dan sayap sehingga diharapkan ikan-ikan yang telah terkumpul pada
bagian kantong tidak dapat meloloskan diri

Pada dasarnya purse seine dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : purse
seine dengan kantong di bagian ujung jaring dan purse seine dengan kantong
dibagian tengah. Purse seine dengan kantong di ujung jaring biasanya
dioperasikan oleh nelayan kecil dengan alat tangkap yang relatif kecil. Sedangkan
purse seine dengan kantong di tenggah biasanya dioperasikan oleh kapal-kapal
modern yang relatif lebih besar.

2.2.1.3 Srampat (Selvege)

Pada tali ris bawah maupun tali ris atas, selvege merupakan mata jaring
penguat yang dipasang untuk melindungi bagian pinggir dari jaring utama agar
tidak mudah rusak atau robek pada saat operasi penangkapan. Bahan jaring
srampat biasanya lebih kaku dari bahan jaring utama seperti polyethilen (PE).
Ukuran matanya selalu lebih besar dari jaring utama, demikian juga dengan
nomor benangnya. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali.
Srampatan (selvege) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan
bahan dan ukuran mata yang sama.

7
2.2.1.4 Tali Temali

Usemahu (2003), mengatakan bahwa ada beberapa macam tali yang


terdapat pada jaring purse seine sesuai dengan fungsinya yaitu:

1. Tali pelampung.
Tali pelampung digunakan untuk dapat menempatkan pelampung dan
merupakan penghubung antara pelampung yang satu dengan pelampung yang
lainnya.
2. Tali ris atas.
Tali ris atas digunakan sebagai pengikat tali pelampung atau merupakan
penghubung antara tali pelampung dan juga berfungsi sebagai tempat untuk
nmengikat jaring sebelah atas.
3. Tali pemberat.
Tali pemberat digunakan untuk menghubungkan pemberat satu dengan yang
lainnya serta berfungsi sebagai penghubung jaring dengan tepi bagian bawah.
4. Tali cincin.
Tali cincin merupakan tali yang dipasang antara tali pemberat dengan cincin
sepanjang bawah pada jaring. Biasanya tali cincin ini terbuat dari bahan yang
sama dengan bahan tali ris atas atau tali ris bawah. Bahan yang digunakan
untuk tali cincin ini adalah bahan kuralon atau polyethylene dengan diameter
yang lebih kecil dengan tali ris.
5. Tali kerut.
Tali yang dipasang untuk dapat menghubungkan cincin - cincin yang terletak
dibawah bridle line pada bagian bawah yang dimaksudkan untuk menutup
bagian sisi tepi jaring pada waktu pengoperasian purse seine. Dengan
ditariknya tali kerut ini maka tali cincin akan terkumpul yang kemudian jaring
akan membentuk sebuah kantong. sehingga tali kerut biasanya dipilih dari tali
yang permukaannya licin, kaku dan tidak mudah putus.
6. Bridle line.
Tali tempat untuk menggantungkan tepi jaring ( selvage ) sebelah sampinmg
yang berfungsi untuk menarik tali pemberat dan tali kerut ke permukaan.

8
7. Tali bantu.
Tali bantu merupakan tali yang dipasang untuk memisahkan sero dengan tali
jangkar. Tali ini juga khusus dipakai untuk membantu dalam penangkapan
dengan cara melingkar sero.

2.2.1.5 Pelampung

Pelampung berguna untuk memberikan daya apung pada alat tangkap, agar
alat tangkap dapat terbentang dengan sempurna pada saat dioperasikan. Bahan
yang digunakan adalah bahan yang berat jenisnya lebih kecil dari berat jenis air
laut. Pada saat ini bahan yang banyak digunakan adalah dari busa plastik yang
keras. Ukuran pelampung disesuaikan dengan daya apung tiap pelampung
misalnya bentuk oval dengan diameter 13 cm dan panjang 23 cm. Sedangkan
jumlah pelampung tergantung dari extra buoyancy yang diinginkan. Pelampung
biasanya dipasang pada tali pelampung buoy line yang besar ukurannya sama
dengan tali ris atas yang berbeda hanya arah pintalan tali tersebut. (Usemahu,
2003).

2.2.1.6 Cincin

Alat ini berguna untuk jalannya tali kerut (purse line) pada waktu jaring
ditarik sehingga bagian bawah jaring dapat terkumpul dan membentuk kantong.
Bahan yang digunakan untuk cincin biasanya terbuat dari bahan tembaga atau
kuningan namun adapula yang terbuat dari bahan besi yang dilapisi dengan
kuningan.

2.2.1.7 Pemberat

Pemberat berguna untuk memberikan daya tenggelam pada alat tangkap


sehingga jaring dapat terbentang dengan sempurna. Pemberat terbuat dari bahan
yang tidak mudah berkarat, harganya murah dan mudah didapat misalnya timah.
Ukuran panjang pemberat biasanya 3 cm dan diameter 3-5 cm.

9
2.3 Daerah Pengoperasian Purse Seine

Daerah penangkapan untuk alat tangkap purseseine merupakan daerah


terbuka yang luas, dasarnya harus bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal
karam. Karena ikan yang menjadi sasaran purse seine berupa ikan bergerombol
yang hidup pelagis maka umumnya daerah penangkapannya berupa laut yang sifat
airnya oceanis di daerah lepas pantai dengan kedalaman air sekitar 50 meter
(Usemahu, 2003).

Tanda-tanda daerah penangkapan ikan pelagis di suatu permukaan laut


tampak sebagai berikut:

1. Banyaknya burung-burung yang terbang rendah dan menukik-nukik diatas


permukaan laut.
2. Adanya buih – buih dipermukaan air.
3. Terlihat adanya perubahan pada warna air laut yang cenderung menjadi agak
gelap yang menandakan adanya gerombolan ikan.
4. Banyaknya ikan-ikan yang melompat-lompat dipermukaan air laut pada suatu
daerah tertentu.
5. Riak – riak kecil dipermukaan air laut. (Usemahu, 2003).

2.4 Teknik Pengoperasian Purse Seine

2.4.1 Persiapan

Operasi penangkapan ikan dilakukan setelah segala sesuatu peralatan dan


perlengkapan operasional dipersiapkan secara teliti, seperti penyusunan alat
ditempatnya agar mudah diturunkan, pemeriksaan mesin – mesin (mesin induk,
winch), pembersihan palka, perbekalan es (Bila dikapal tidak ada mesin
pendingin) dan sebagainya (Usemahu, 2003).

Segala perbekalan yang akan dibawa selama operasi harus sudah dinaikan
ke atas kapal, adapun perbekalan tersebut meliputi : bahan bakar, minyak
pelumas, bahan makanan, air tawar, cadangan alat tangkap dan bahan untuk
memperbaikinya. Selain itu harus dipersiapkan pula : alat - alat navigasi, suku
cadang mesin, bahan untuk merawat kapal.

10
Sebelum meninggalkan fishing base menuju fishing ground maka perlu
melakukan persiapan pembekalan dan peralatan yang akan digunakan pada saat
operasi penangkapan yang harus dipersiapkan secara matang, sehingga pada saat
operasi penangkapan dapat berjalan dengan lancar. Adapun persipan yang
dilakukan didarat meliputi : penyediaan es, persiapan BBM ( solar, minyak tanah,
dan oli ), persiapan air tawar, persiapan makanan, persiapan alat tangkap,
perawatan harian kapal, pemeriksaan harian mesin, pemeriksan dan perawatan
lampu petromaks, dan perawatan sekoci.

Penyusunan alat tangkap harus sudah dipersiapkan saat kapal berangkat


menuju fishing ground. Penataan jaring diatas dek kapal biasanya antara
pelampung badan jaring dan pemberat ( termasuk cincin ) dipisahkan. Bagian atas
jaring yang berpelampung dipersiapan diturunkn paling awal kemudian diikuti
dengan badan jaring dan selanjutnya pemberat besert cincin – cincinnya. Cincin
disusun secara berurutan sehingga jaring tidak kusut pada saat diturunkan.

2.4.2 Penurunan Jaring (Setting)

Setelah gerombolan ikan ditemukan, perlu diketahui pula swimming


direction, swimming speed dan density ikan, demikian juga kecepatan dan
kekuatan arus serta angin yang perlu diperhitungkan, sehingga operasi
penangkapan dapat segera dilakukan setelah melakukan berbagai perhitungan
yang cermat (Ayodhyoa, 1981).

Menurut (Sadhori, 1985) bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dengan


cermat sebelum penurunan jaring meliputi :

1. Kecepatan dan arah angin.


2. Kecepatan dan arah arus.
3. Arah renang gerombolan ikan.
4. Kedalaman dasar perairan.

Menurut Usemahu (2003), menyatakan bahwa penurunan alat dapat


dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut :

11
1. Mula-mula ujung tali kerut yang diberi pelampung tanda dan disatukan
dengan ujung-ujung tali ris atas dan tali ris bawah dilemparkan ke posisi yang
telah ditentukan.
2. Selanjutnya kapal penangkap segera melingkari gerombolan ikan sambil
menurunkan jaring dan peralatannya (jaring, pelampung, pemberat, ring)
menuju ke ujung tali kerut yang telah dilemparkan pada waktu permulaan
operasi.

2.4.3 Penarikan Tali Kerut (Hauling)

Menurut Mudztahid (2008), menyatakan jika kedua ujung jaring yang satu
dinaikkan ke kapal penangkapan dan selanjutnyya tali kerut ditarik hingga
cincinya terkumpul demikian juga jaring bagian bawah sudah terkumpul menjadi
satu di atas dek. Dengan demikian ikan-ikan sudah berkumpul dan terkurung di
dalam jaring.

Penarikan tali kolor harus dilakukan sehalus dan secepat mungkin sampai
seluruh cincin-cincin purse seine terkumpul dan muncul dari laut, atau sampai
dirasa cukup (Ben Yami, 1994). Untuk menghindari kesalahan sering dilakukan
hauling sebagian tali pelampung dan isi jaring dengan cara manual.

2.4.4 Penarikan Jaring ke Atas Kapal (Hauling)

Penarikan badan jaring dimulai dari ujung - ujung sayap, hal ini dilakukan
pada purse seine yang menggunakan kantong yang di tengah-tengah jaring atau
yang ditarik oleh tenaga manusia. Tetapi pada purse seine yang ditarik dengan
tenaga hidrolik (Power block), biasanya kantong dibuat pada salah satu ujung
sayap. Penarikan jaring dilakukan mulai dari ujung sayap yang tidak berkantong.
Penarikan dilakukan dengan melepas ring dari badan jaring, tetapi pada purse
seine yang ditarik manusia cincin tidak dilepaskan.

Menurut Ayodhyoa (1981), setelah tali kerut ditarik maka sedikit demi
sedikit badan jaring dinaikkan ke atas kapal yang dimulai dari bagian sayap ke
bagian kantong. Setelah jaring di naikkan ke atas kapal kemudian ikan yang
berada di dalam jaring dapat diambil dengan serok atau alat bantu lainnya.
Kemudian jaring dapat ditarik ke atas kapal dan disusun pada tempat yang telah
ditentukan seperti saat penurunan jaring (setting), sehingga memudahkan pada

12
saat setting berikutnya. Ikan juga dapat lolos melalui sela-sela antara ujung jaring
yang bisaanya setelah pelingkaran masih terdapat celah dimana ikan mendapat
kesempatan untuk meloloskan diri dari cakupan jaring.

2.4.5 Penarikan Isi Jaring

Penarikan isi jaring harus dilakukan dengan cepat namun berhati-hati


mengingat ikan masih dapat lolos dan melarikan diri dengan cara melompati
tali pelampungnya (Ben Yami, 1994).

Menurut (Von Brandt, 1964) mengatakan bahwa proses penarikan


isi jaring dari laut ke atas kapal dapat dipermudah dengan penggunaan alat-alat
bantu seperti Power block yang dioperasikan secara hidrolik, jaring ditarik
dengan winch dan diangkat dengan menggunakan block. Kemudian ada Net
houler yang merupakan alat penarik jaring, dan Drum Seining yang merupakan
alat penarik jaring berbentuk drum besar yang letaknya di buritan kapal.Penarikan
isi jaring dengan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia dapat
dilakukan ketika penarikan tali kolor belum selesai semuanya, hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi beban tarik Capstand serta efisiensi waktu untuk
operasi selanjutnya.

2.5 Hasil Tangkapan

Ikan yang menjadi tujuan penangkapan pukat cincin adalah jenis ikan
pelagis yang hidup secara bergerombol (pelagic shoaling species) yang berarti
ikan-ikan tersebut bergerombol berada dekat dengan permukaan air (Sea surface)
serta memiliki densitas shoal yang tinggi, maksudnya jarak antara ikan-ikan
tersebut haruslah sedekat mungkin. Ikan-ikan pelagis yang biasa tertangkap
dengan pukat cincin antara lain: layur (Trichiurus lepturus), selar kuning
(Selaroides leptolepis), kembung (Rastrelliger faughni), cakalang (Katsuwonus
pelamis), tenggiri (Scomberomorus commerson), tongkol (Euthynnus affinis),
lemuru (Sardinella lemuru) (Ayodhyoa, 1981) .

Terutama untuk daerah jawa dan sekitarnya adalah : layang, (Decapterus


spp), bentong (Selaroides crumenopthalmus), kembung (Rastrelliger spp),
lemuru (Sardinella spp), dan lain - lain (Subani dan Barus, 1989).

13
2.6 Penanganan Ikan Hasil Tangkapan

Penanganan hasil tangkapan bertujuan agar mutu dari ikan tetap baik.
Disamping itu, penanganan dengan cara menurunkan suhu ikan ( sampai ikan
beku ) adalah upaya memperpanjang waktu penyimpanan sehingga ikan tetap
bermutu baik dalam waktu yang relatip lama.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam penanganan ikan di atas kapal


yang lebih besar adalah sebagai berikut :

2.6.1 Penyortiran

Sebelum jaring ikan diangkat ke dek segala peralatan yang akan


bersentuhan dengan ikan hendaknya dicuci bersih lebih dahulu. Setelah ikan
sampai di dek, bersihkan segala kotoran yang besar-besar yang ikut terjaring.
Kemudian ikan dicuci dengan cara menyemprotkan air laut sampai segala kotoran
kecil seperti lumpur, rumput laut, dan binatang-binatang yang tidak dimanfaatkan
terpisah dari ikan.

Kemudian setelah itu penggolongan hasil tangkapan menurut jenis dan


ukuran. Setelah itu andaikata hasil tangkapan berlain jenis dan ukurannya maka
perlu diadakan pemisahan dan penggelompokan ikan menurut jenis dan ukuran
ikan, sambil mengasingkan ikan yang luka, cacat dan bernilai rendah.

2.6.2 Pencucian

Ikan yang tertangkap segera dicuci bersih dari kotoran dan lumpur,
dipisahkan menurut jenis dan ukuran lalu segera disimpan dalam es. Jenis ikan
yang berharga mahal sudah tentu harus diberi perhatian khusus dan prioritas
dalam menanganinya

2.6.3 Penyimpanan dalam Palka

Setelah dicuci, ikan segera dimasukkan ke dalam palka dan diberi es.
Jangan dibiarkan terlalu lama di dek tanpa di es atau terkena sinar matahari
lansung. Waktu mengangkat atau memindahkan ikan ke palka harus hati-hai dan
cepat. Jangan sampai dilempar-lempar karena dapat mengakibatkan ikan terluka
dan air bekas cucian ikut terbawa. Ketika diturunkan ke palka, hendaknya ika
diletakkan dalam keranjang (bambu/plastik) atau peti kayu.

14
2.6.4 Pembongkaran di Tempat Pendaratan

Penanganan ikan sejak pembongkaran di pelabuhan atau di pelelangan


selanjutnya, juga memegang peranan penting guna mempertahankan mutu ikan
segar. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pembongkaran ikan adalah
sebagai berikut:

1. Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati dan sedapat mungkin tidak


memakai sekop atau garpu utuk menghindari luka/memar pada badan ikan.
2. Pisahkan es dari ikan untuk memudahkan penimbangannya. Setelah ikan
ditimbang harus segera di-es lagi.
3. Wadah (container) sebaiknya dibuat dari bahan-bahan yang mudah
dibersihkan, seperti alumunium, stainless steel, plastik keras tetapi tidak
mudah pecah, atau peti kayu yang ringan, kuat dan mudah dibersihkan (isinya
kira-kira 25 - 30 kg).
4. Ikan –ikan jangan dibiarkan terkena sinar matahari langsung, dan selalu
tambahkan es-nya bila lama menunggu saat pelelangan, pengangkutan, atau
pengolahan. Kalau terlalu lama, sebaiknya disimpan di kamar dingin (chilling
room). Meskipun disimpan di kamar dingin ikan harus tetap di-es, sebab
kamar dingin hanya berfungsi memperlambat pencairan es saja. Karena itulah
untuk mempertahankan prinsip rantai dingin ini, es harus selalu tersedia di
mana pun ikan ditangkap dan di daratkan.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan


operasi Penangkapan adalah sebagai berikut:

2.7.1 Kecerahan Perairan

Traspanrasi air sangat penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau


banyak sedikit lampu. Jika kecerahan berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel
yang menyebar didalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis
tertahan (diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian
atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya agak jauh.

15
2.7.2 Adanya Gelombang

Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan


lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merunah sinar-sinar yang
semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan
akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan Fleckering Light. Maka besar
gelombang makin besar pula Fleckering Light dan makin besar hilangnya
efesiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikan maupun biota lainnya menjadi
lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan
penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya
dengan memberi reflaktor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan
lampu bawah air (under water lamp).

2.7.3 Sinar Bulan

Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan


menggunakan lampu (Light Fishing) karena cahaya terbagi rata, sedangkan
penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias
sempurna ke dalam air.

2.7.4 Musim

Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapat memberikan dampak positif


untuk penangkapan yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh
gelombang besar, angin dan arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat
dilakukan di daerah mana saja maupun setiap musim asalkan angin dan
gelombang tidak begitu kuat.

2.7.5 Ikan dan Binatang Buas

Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahaya lampu, namun
lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar (pemangsa)
umumnya berada pada lapisan yang lebih dalam sedangkan binatang - binatang
lain seperti ular laut, lumba - lumba berada di tempat - tempat gelap mengelilingi
kawanan ikan - ikan kecil tersebut. Binatang - binatang tersebut sebentar -
sebentar menyerbu (menyerang) ikan - ikan yang berkerumun di bawah lampu
dan akhirnya mencereberaikan kawanan ikan yang ditangkap.

16
2.7.6 Panjang dan Kedalaman Jaring

Untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring
yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah
lampu tidak bergerak terlalu menyebar. Jaring harus cukup dalam untuk
menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di
bawah lampu.

2.7.7 Kecepatan Kapal Pada Waktu Melingkar Gerombolan Ikan

Kecepatan kapal purse seine harus disesuaikan dengan kecepatan hasil


tangkapan. Jika kecepatan hasil tangkapan atau target melebihi kecepatan kapal
maka akibatnya tidak akan mendapat hasil yang memuaskan atau dengan kata lain
semua hasil tangkapan atau target akan kabur. Selain kecepatan kapal dalam
mengejar hasil tangkapan juga, faktor yang berpengaruh adalah kecepatan jaring
melingkar dan kecepatan jaring membentuk kantong .

2.7.8 Kecepatan Penarikan Tali Kerut

Kecepatan saat penalikan tali ris hauling terhadap hasil tangkapan


berpengaruh sangat erat. Hal ini berarti bahwa semakin lama kecepatan saat
hauling maka hasil tangkapan ikan akan semakin menurun, karena jika ikan yang
sudah bergerombol tidak langsung ditutup bagian bawahnya maka ikan tersebut
dapat melarikan diri melalui bagian bawah jaring.

17
BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktik Kerja Lapangan 1I ( dua ) ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juni –


23 Juli 2018 berlokasi di Perairan Selatan Trenggalek, tepatnya di Desa
Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur.

Tasikmadu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Watulimo


Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Desa ini berbatasan dengan Desa
Keboireng Kabupaten Tulungagung di sebelah Utara, Samudera Hindia di sebelah
Selatan dan Timur, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Prigi dan Desa
Watulimo. Terletak pada kuadran 08° 18’ 43” Lintang Selatan (LS) serta 111°
43’ 08” Bujur Timur (BT), untuk lebih spesifiknya dapat dilihat pada lampiran 1.

Kondisi geografis desa ini berada di garis lempeng Indo -Australia dan
Eurasia, maka desa rawan terhadap bencana yang disebabkan aktivitas lempeng
tektonik. Kondisi topografis desa ini cukup landai yakni dengan titik tertinggi 510
m berada di puncak bukit Dusun Gares dan titik terendah 1 m berada di area
Pantai Prigi Dusun Ketawang.

18
3.2Alur Kerja PKL

Gambar 3. Alur Kerja PKL

Prosedur kerja yang dilakukan dalam Praktik Kerja Lapangan II( dua )
adalah sebagai berikut:

1. Dengan Cara wawancara (interview) yakni penulis melakukan


wawancara(tanya jawab) dengan pihak terkait yang dianggap -

19
mampu memberikan informasi dalam hal ini adalah nelayan dan
pemilik kapal.

2. Metode Dokumentasi, yakni penulis melakukan pengambilan


gambar kegiatan nelayan mulai dari persiapan menuju fishing
ground sampai tibakembali ke fishing base.

Selain itu data yang digunakan pada praktik ini juga berasal dari 2 sumber,
yaitu data primer dimana penulis melakukan pengamatan langsung mengenai
tahapan dalam proses pengoperasian purse seine dan juga melakukan wawancara
kepada para nelayan diantaranya nakhoda kapal, pemilik kapal serta mencatat
waktu dalam berbagai aktifitas yang dilakukan oleh nelayan. Selain data primer,
didapatkan pula data sekunder yakni pengambilan beberapa referensi dari internet.

20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kapal

Kapal KM Perdana Baru yang digunakan nelayan prigi merupakan salah


satu jenis alat tangkap yang menggunakan jarring pukat cincin sebagai alat utama
penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya kapal tersebut
menggunakan sistem purse seine tipe Jepang dengan kapal ganda. Sejalan dengan
perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh
masyarakat maka desain dan konstruksi kapal semakin berkembang.

Tabel 1. Spesifikasi Kapal

Nama Kapal KM. Perdana Baru


No. SIPI P2T/272/13.03/01/V/2015
No. SIUP P2T/26/13.01/01/V/2015
WPP 573
Tahun Pembuatan Kapal 2014
Bahan Utama Kapal Kayu
Tempat Pembuatan Kapal TASIKMADU, TRENGGALEK
Gross Tonnage (GT) 25 Ton
Muatan Bersih ( NT ) 8 Ton
Isi Palkah 10 m³

Jumlah Palkah 2 Unit


Daya Mesin (PK) 100 PK
Merk Mesin Mitsubishi 100 PK
Jenis Mesin Diesel

Fungsi kapal itu sendiri pada alat tangkap purse seine adalah sebagai alat
mobilisasi agar alat tangkap dapat berpindah pada wilayah perairan.

21
Mesin penggerak kapal utama bertenaga 100 PK dengan merk Mitsubishi.
Mesin ini menjadi satu – satunya tenaga penggerak kapal dan juga sebagai mesin
genset untuk menyalakan lampu saat malam hari. Bahan bakar mesin tersebut
adalah solar dengan konsumsi sekali perjalanan sebanyak 200 liter.

Tabel 2. Dimensi Kapal

Ukuran ( m ) KM. Perdana Baru


Panjang (LOA) 17,2
Lebar (B) 4, 90
Tinggi/dalam (D) 1, 65
Draft (d) 1,3
Freeboard 0,5
Semakin rendah freeboard, maka peluang air masuk ke dek kapal semakin
besar. Namun pengoperasian kapal purse seine sebagai kapal penangkap ikan,
freeboard yang masih tergolong tinggi dapat menambah nilai tegangan jaring
pada saat haulingserta akan mempengaruhi stabilitas kapal (sudut oleng) akibat
gaya tegangan jaring.

Freeboard kapal purse seine umumnya dibuat sedekat mungkin dengan


permukaan air (rendah) agar memudahkan dalam mengoperasikan alat tangkap
terutama saat aktivitas hauling. Untuk lebih jelasnya bentuk kapal dan general
arrangement KM. Perdana Baru dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3.

4.2 Jaring

Jaring yang digunakan adalah jaring dengan mata jaring 1 inch dengan
posisi terletak pada bagian samping kiri kapal. Jaring tersebut terbuat dari bahan
polyethylene (PE) dengan panjang mencapai 800 meter serta dalam mencapai 15
meter. Jumlah cincin pengerutnya sebanyak 800 unit serta terdapat 1600 pemberat
dan 1000 pelampung. Pada jaring tersebut juga terdapat tali kerut dengan panjang
mencapai 1000 meter.

Ukuran mata jaring disesuaikan dengan jenis-jenis ikan yang akan


ditangkap. Semakin besar ikan yang ditangkap, maka semakin besar pula ukuran
mata jaring yang digunakan. Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian jaring

22
utama ada yang sama dan ada juga yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya,
konstruksi desain jaring dapat dilihat pada lampiran 4.

4.2.1 Spesifikasi bagian jaring

Spesifikasi bagian jaring purse seine yang digunakan adalah sebagai


berikut:

4.2.1.1 Sayap (Wing)

Jaring pada bagian sayap berfungsi sebagai penggiring gerombolan ikan


kebagian badan jaring yang nantinya akan diteruskan oeh badan jaring kebagian
kanntong. Bahan jaring bagian sayap terbuat dari benang poliyamide berwarna
biru muda dengan ukuran mata jarring 3 Inch.

4.2.l.2 Badan (Webbing)

Badan jaring berfungsi sebagai penggiring geromboan ikan agar ikan


berkumpul pada bagian akhir yaitu pada bagian kantong jaring. Bahan yang
digunakan pada bagian badan jaring yaitu polyamide berwarna biru muda dengan
ukuran mata jaring 2 Inch.

4.2.l.3 Kantong (Bunt)

Pada jaring yang digunakan nelayan prigi tersebut ada bagian sebagai
tempat mengumpulkan atau mengonsentrasikan ikan yang tertangkap. Bagian ini
merupakan bagian yang terpenting dan terletak ditengah-tengah. Pada bagian
tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai ukuran benang yang lebih
tebal dibandingkan bagian yang lain. Dibagian kantong harus menggunakan bahan
yang kuat. Hal ini disebabkan karena pada bagian kantong tempat akhir
terkumpulnya ikan tangkapan yang akan memberikan tekanan beban sehingga
membutuhkan jaring kantong digunakan bahan yang lebih kuat dan tahan. Jaring
kantong terbuat dari benang karet berwarna biru tua. Ukuran mata jaring bagian
kantong 1 Inch.

4.2.l.4 Serampat (Selvage)

Bagian pinggir jaring ini dibuat dengan bahan benang lebih tebal dengan
ukuran mata yang lebih besar atau sama sebagai penghubung jaring dengan tali ris

23
dan berfungsi sebagai penguat atau untuk melindungi jarring bagian
tepi/pinggiran jaring. Berdasarkan letaknya disebut srampat atas, srampat bawah
dan srampat samping. Selvege terbuat dari benang polyethylen berwarna hijau tua.
Ukuran mata jaring pada serampat 3 Inch sebanyak 25 mata jaring kebawah untuk
menghubungkan dari tali ris atas ke bagian jaring.

4.2.2 Spesifikasi Tali Temali jaring

Beberapa macam tali yang terdapat pada jaring purse seine yang
digunakan nelayan Prigi sesuai dengan fungsinya yaitu:

4.2.2.1 Tali Pelampung (Float Line)

Tali pelampung digunakan untuk mengikat atau memasang pelampung


pada purse seine. Tali pelampung tersebut terbuat dari bahan polyethylene (PE)
dengan panjang kurang lebih 820 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2 di bawah ini.

Gambar 4. Tali pelampung

4.2.2.2 Tali Ris Atas

Tali ris atas berfungsi sebagai tempat menggantungkan jaring bagian atas.
Dan merupakan penghubung antara tali pelampung juga berfungsi sebagai tempat
untuk mengikat pepetan tali pelampung. Tali ris atas tersebut terbuat dari bahan

24
polyethylene (PE) dengan panjang kurang lebih 820 meter. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 5. Tali Ris Atas


4.2.2.3 Tali Ris Bawah

Tali ris bawah berfungsi sebagai tempat untuk meleketkan tali pemberat
dan juga pemberat agar konstruksi alat tangkap bagian bawah menjadi sempurna.
Tali ris bawah tersebut terbuat dari bahan polyethylene (PE) dengan panjang
kurang lebih 850 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 di
bawah ini.

Gambar 6. Tali ris bawah


4.2.2.4 Tali Pemberat

Tali pemberat berfungsi untuk menempatkan dan memasang pemberat


yang satu dengan yang lain, serta berfungsi sebagai penghubung dengan jarring
pada tepi bagian bawah. Tali pemberat tersebut terbuat dari bahan polyethylene

25
(PE) dengan panjang kurang lebih 850 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 7. Tali pemberat


4.2.2.5 Tali Cincin

Tali cincin yang dipergunakan untuk menggantungkan cincin (ring), tali


ring ini kadang-kadang juga disebut dengan tali kang.bentuk tali cincin pada kapal
KM. Perdana Baru adalah bentuk tali cincin tunggal. Tali cincin yang digunakan
terbuat dari bahan kuralon.

4.2.2.6 Tali Kolor

Untuk mengumpulkan ring atau jaring bagian bawah pada waktu operasi
digunakan tali kolor yang ditarik setelah jaring dilingkarkan. Karena dengan
terkumpulnya ring maka bagian bawah jaring akan terkumpul pula menjadi satu
dan jaring akan berbentuk seperti kantong.

Ukuran tali kolor adalah ukuran yang terbesar di antara ukuran tali-tali
yang lain pada purse seine dikarenakan tali kolor memerlukan kekuatan yang
cukup besar bila dibandingkan dengan tali-tali yang lain. Oleh karena itu, pada
purse seine yang besar kadang-kadang menggunakan tali kolor dari labrang
(pintalan kawat baja).

26
4.2.3 Perlengkapan Bahan Alat Purse Seine

4.2.3.1 Pemberat (Sinker)

Agar jaring bagian bawah cepat tenggelam waktu dioperasikan, pada tali
ris bawah perlu diberi pemberat. Pemberian pemberat tidak boleh terlalu
berlebihan karena disamping merupakan pemborosan juga akan mengurangi daya
apung dan membuat jaring terlalu tegang.

Bahan pemberat umumnya menggunakan timah atau timbal (timah hitam).


Apabila akan menggunakan bahan lain sebaiknya bahan pemberat adalah dari
bahan yang tidak berkarat bila terkena pengaruh air laut dan mudah dibentuk serta
harganya murah. Jumlah pemberat kurang lebih sebanyak 3600 buah dan dipasang
pada tali pemberat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 8. Pemberat
4.2.3.2 Pelampung (Buoy)

Pelampung (buoy) berfungsi untuk mengapungkan jaring bagian atas.


Fungsi dari pelampung saat operasi penangkapan adalah sebagai pengapung untuk
memberikan adanya daya apung pada alat secara keseluruhan jaring bagian atas
yang dioperasikan dipermukaan air. Kemudian sebagai material pengapung untuk
mempertahankan jaring pukat cincin agar selalu berada dipermukaan air dan juga
sebagai tanda atau batas mengurung ikan pada saat operasi penangkapan ikan,

27
sehingga ikan tidak dapat lolos melewati permukaan air. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini.

Gambar 9. Pelampung
4.2.3.3 Cincin (Ring)

Cincin berfungsi sebagai tempat lewatnya tali kolor pada saat melakukan
houling. Cincin yang terletak tepat ditengah jaring terbuat dari bahan besi putih
dengan diameter lubang 11,5 cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas
tali yang panjangnya 30 cm dengan jarak 3 meter dan berjuimlah sebanyak 250
buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.

Gambar 10. Cincin

28
4.3 Daerah Pengoperasian Purse Seine

Pada umumnya daerah penangkapan ikan kapal KM. Perdana Baru


adalah dimana rumpon diletakkan dan juga dengan cara melihat adanya kayu yang
hanyut. Daerah penangkapan tersebut merupakan daerah terbuka yang luas,
dasarnya bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal karam.

Seperti yang dikatakan Usemahu dalam Teknik Penangkapan Ikan. Pusat


Pendidikan dan Penelitian Perikanan DKP, tanda-tanda daerah penangkapan ikan
yang menjadi target operasi KM. Perdana Baru sebagai berikut:

1. Banyaknya burung-burung yang terbang rendah dan menukik-nukik diatas


permukaan laut.
2. Adanya buih – buih dipermukaan air.
3. Terlihat adanya perubahan pada warna air laut
4. Banyaknya ikan-ikan yang melompat-lompat di permukaan air laut pada suatu
daerah tertentu.
5. Riak – riak kecil di permukaan air laut.

4.4 Teknik Pengoperasian Purse Seine

Pengoperasian alat tangkap purse seine dilakukan dengan cara bertahap


demi tahap. Adapun tahap-tahap operasionalnya sebagai berikut:

4.4.1 Persiapan Menuju Daerah Penangkapan Ikan

Persiapan menuju fishing ground terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan


dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoprasian bagan
di fishing base. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan terhadap lampu
dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah kebutuhan
perbekalan oprasi penangkapan seperti air tawar, solar, dan bahan makanan.

Kapal menuju daerah penangkapan pada pukul 15.00 WIB dengan durasi 2
jam, hingga tiba di tempat. Nelayan Prigi tidak mengetahui posisi ikan sejak di
darat, biasanya juru mudi yang bertugas menjalankan kapal menggunakan
pengalaman dan instingnya untuk memperkirakan posisi ikan, hal ini dikarenakan

29
mereka tidak menggunakan teknologi seperti fish finder maupun sonar dan
terkadang mereka juga menggunakan jasa orang pintar atau semacam paranormal.

Perahu dijalankan sesuai dengan kehendak juru mudi. Selama mantho atau
orang yang melihat gerombolan ikan tidak melihat ikan, selama itu pula perahu
terus bergerak menyusuri ganasnya lautan. Dengan kata lain lokasi fishing ground
tidak pernah ditentukan karena hanya berdasarkan pengelaman dan insting
seorang juru mudi.

4.4.2 Pencarian Greombolan Ikan ( Searching )

Pencarian gerombolan ikan yang dilakukan para nelayan prigi masih


menggunakan tanda – tanda alam. Mereka tidak menggunakan teknologi
melainkan hanya menggunakan tanda seperti riak air, lumba – lumba, buih yang
mengumpul di lautan dan juga terbang rendahnya burung – burung. Seorang
mantho atau orang yang betugas untuk melihat gerombolan ikan biasa disebut
fishing master bekerja sama dengan juru mudi mengarahkan kapal untuk mencari
gerombolan ikan pelagis yang selanjutnya akan ditangkap. Kapal tidak akan
berhenti bergerak hingga sang fishing master memberi instruksi untuk berhenti.

Hal ini mengakibatkan pengoperasian alat tangkap menjadi tidak efektif


dan efisien. Setelah sang mantho yakin menemukan gerombolan ikan, maka
selanjutnya ia member instruksi kepada juru mudi untuk mempersiapkan kapal
melakukan penurunan alat tangkap.

4.4.3 Persiapan Penurunan Alat Tangkap ( Preparing )

Setelah gerombolan ikan terlihat, juru mudi melakukan olah gerak kapal
untuk mempersiapkan penurunan alat tangkap. Hanya dengan berdasarkan
pengalaman, seorang juru mudi akan memncari posisi yang tepat untuk persiapan
menurunkan alat tangkap karena kapal akan terkena pengaruh angin dan alat
tangkap akan terpengaruh arus.

Kapal harus bersada pada posisi yang tepat terhadap gaya yang dihasilkan
oleh arus dan angin, sehingga disinilah talenta dan pengalaman seorang nakhoda
akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya penurunan alat tangkap.

30
4.4.4Penurunan Alat Tangkap ( Setting )

Setelah juru mudi merasa bahwa kapal sudah berada dalam posisi yang
tepat, maka dengan cepat juru mudi akan melakukan olah gerak kapal secara
melingkar dan bersamaan dengan itu para abk menurunkan jaring. Hal-hal yang
harus diperhatikan dengan cermat oleh juru mudi sebelum penurunan jaring
meliputi :

1. Kecepatan dan arah angin.

2. Kecepatan dan arah arus.

3. Arah renang gerombolan ikan.

4. Kedalaman dasar perairan.

Proses setting dimulai dengan komando Nakhoda, pelampung besar (buoy)


dilepas kelaut, kapal dijalankan dengan cepat hampir searah dengan arus,
kemudian jaring dilingkarkan pada gerombolan ikan, dengan
memperhitungkan jari-jari lingkaran jaring dan gerombolan ikan maka setelah
selesai penawuran jaring maka pelampung besar sudah berada di haluan kapal
dan segera dinaikan ke atas kapal. Bahwa penurunan jaring harus dilakukan
dengan cepat karena hal ini merupakan faktor penting yang berpengaruh pada
seberapa besar kelompok ikan yang akan mampu dikelilingi.

4.4.5 Penarikan Tali Kerut ( Purseing )

Penarikan tali kerut harus dilakukan sehalus dan secepat mungkin sampai
seluruh cincin - cincin purse seine terkumpul dan muncul dari laut, atau sampai
dirasa cukup. Untuk menghindari kesalahan sering dilakukan hauling sebagian tali
pelampung dan isi jaring dengan cara manual. Penarikan tali kerut tidak
memakan waktu yang lama kira - kira 30 menit dengan kecepatan sedang agar
supaya tali kolor tidak cepat aus sehingga tidak mudah putus, disamping itu
penarikan tali kolor yang terlalu cepat akan menyebabkan kapal akan tertarik
masuk kedalam lingkaran jaring. Semakin cepat proses penarikan tali kolor, maka
semakin cepat pula cincin purse seine akan terkumpul sehingga jaring akan
membentuk sebuah kantong dan kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri lagi.

31
4.4.6 Penarikkan Alat Tangkap ( Haulling )

Pengangkatan alat tangkap (hauling) dilakukan segera setelah alat


tangkap selesai dilingkarkan mengelilingi gerombolan ikan, dengan tujuan
mengangkat alat tangkap dan hasil tangkapan ke atas kapal. Kegiatan ini terbagi
dalam 2 (dua) kegiatan utama, yaitu penarikan tali kolor dan penarikan isi jaring.

Setelah tali kolor ditarik, cincin dan batu semua terangkat. Tindakan
selanjutnya para awak kapal melakukan penarikan jaring serta pelampung keatas
deck kapal. setelah jaring bagian sayap, dan badan ditarik dan disusun rapi oleh
awak kapal. gerombolan ikan (schooling) telah terkumpul pada bagian kantong.

4.4.7 Pengangkatan Ikan Hasil Tangkapan Ke Atas Kapal ( Brailling )

Setelah ikan terkumpul di bagian kantong. kapal penampung mendekati


kapal jaring dari sebelah kanan. Tali - tali tambat dilemparkan dan diikat pada
bolder kapal. Kemudian ikan dinaikkan ke atas kapal yang selanjutnya akan
segera dilakukan penanganan.

4.4.8 Penanganan Hasil Tangkap ( Handling )

Setelah selesai melakukan penangkapan ikan. Tahap akhir yang dilakukan


oleh awak ka]apal adalah melakukan penanganan ikan hasil tangkapan dengan
cara menghambat pembusukan ikan. Hingga saat ini penanganan yang dianggap
baik adalah dengan penerapan rantai dingin, yaitu mengusahakan agar ikan tetap
dingin (suhu rendah). Penanganan yang paling ekonomis dan efektif adalah
menggunakan es.

Pada KM. Perdana Baru proses penanganan ikan dilakukan dengan


menggunakan es. Es dan ikan disusun dalam palkah ikan dengan cara terlebih
dahulu es balok diletakkan di dalam palkah, kemudian disusun secara rapi ikan
dan es curah di dalam palkah ikan dengan cara rasio 1:2 atau satu lapis ikan
banding 2 lapis es curah. Saat melakukan penanganan terhadap ikan, kebersihan
dan kecermatan sangat dibutuhkan agar kualitas ikan terjaga.

4.5 Komposisi Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan purse seine adalah ikan pelagis kecil yaitu ikan Tongkol
Lisong atau lisong (Auxis rochei) adalah sejenis ikan laut anggota suku

32
Scombridae. Ikan yang tergolong dalam kelompok tuna ini menyebar luas di
perairan tropika. Dalam bahasa Inggris, lisong dikenal sebagai Bullet tuna atau
Bullet mackerel, merujuk pada bentuk tubuhnya yang serupa peluru atau torpedo.

Hasil tangkapan lainnya adalah Lemuru (Sardinella lemuru) yaitu spesies


ikan Actinopterygii dalam genus Sardinella. Di perairan Indonesia ikan ini
banyak terdapat di perairan Selat Bali, dan laut Selatan Jawa ikan ini banyak
sebutannya seperti, jika badannya masih kecil disebut semenit atau sempenit, Jika
beranjak dewasa dan panjang badannya sekitar 12 cm dijuluki protolan. Ketika
badannya mencapai 15 cm disebut lemuru. Tapi kalau ukurannya lebih besar lagi
disebut lemuru kucing.

Hasil tangkapan berikutnya adalah Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)


adalah ikan berukuran sedang dari familia Skombride (tuna). Satu-satunya spesies
dari genus Katsuwonus. Cakalang yang banyak tertangkap berukuran panjang
sekitar 50 cm. Nama-nama lainnya di antaranya cakalan, cakang, kausa, kambojo,
karamojo, turingan, dan ada pula yang menyebutnya tongkol. Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai skipjack tuna.

Dalam satu kali trip, KM Perdana Baru mendapatkan total jumlah hasil
tangkapan sebanyak 2 Ton, dengan komposisi ikan Tongkol (Auxis rochei)
sebanyak 800 Kg, Lemuru (Sardinella lemuru) sebanyak 700 Kg dan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) sebanyak 500 Kg dengan persentase sebagai berikut :

Rumus Persentase Ikan Cakalang :

500
+ 100 = 25%
2000

Rumus Persentase Ikan Lemuru :


700
+ 100 = 35%
2000

Rumus Persentase Ikan Tongkol :

800
+ 100 = 40%
2000

33
Persentase Hasil Tangkapan

Cakalang
Tongkol 25%
40%

Lemuru
35%

Gambar 11. Persentase Komposisi Hasil Tangkapan

4.6 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Operasi Penangkapan

4.6.1 Kecerahan Perairan

Kecerahan perairan atau transparasi air tidak terlalu berpengaruh terhadap


operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan Prigi, hal itu dikarenakan
mereka tidak menggunakan lampu. Kecerahan perairan malah membantu fishing
master untuk dapat melihat keberadaan gerombolan ikan. Namun pada saat bulan
purnama, hasil tangkapan memang cenderung menurun dikarenakan ikan banyak
yang meneyebar dan tidak bergerombol.

4.6.2 Ikan dan Binatang Buas

Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya berada di lapisan yang lebih


dalam sedang binatang - binatang lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di
tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut.
Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan
yang bekerumun dan akhirnya mencerai beraikan kawanan ikan yang akan
ditangkap.

34
4.6.3 Kecepatan Menarik Purse Line

Purse line harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke
bawah. Karena pada saat jaring sudah menyambung ujung satu dengan yang lain
maka jaring bagian bawah masih terbuka sehingga ikan masih dapat berenang ke
bawah. Oleh karena itu tali kerut harus ditarik secepat mungkin agar ikan yang
terperangkap semakin banyak.

4.6.4 Musim

Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapat memberikan dampak positif


untuk penangkapan, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus
kuat. Seperti di laut selatan Trenggalek misalnya, pada saat musim cuaca buruk
nelayan enggan melaut dikarenakan ombak di laut selatan yang relatif besar.

35
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan II ( Dua ) ini dapat disumpulkan :

1. Pengoperasian purse seine dimulai dari persiapan yakni pengisian


bahan bakar, pengisian es ke dalam palka, persiapan ransum,
pemeriksaan kondisi kapal, mesin, alat tangkap dan penarikan tali
jangkar dan pengoperasian purse seine pada dasarnya terdiri dari 5
tahapan kegiatan yaitu proses searching, preparing, setting,
haulling dan handling.
2. Komposisi hasil tangkapan KM Perdana Baru dengan
menggunakan purse seine adalah ikan Tongkol Lisong atau lisong
(Auxis rochei) dengan persentase sebanyak 40%, ikan Lemuru
(Sardinella lemuru) dengan persentase sebanyak 35% dan Ikan
Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan persentase sebanyak 25%.
3. Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan
ikan dengan purse seine adalah kecepatan menarik purse line,
musim, keberadaan pemangsa seperti lumba – lumba, serta
kecerahan perairan.

5.2 Saran

Pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi nelayan tradisonal di Prigi


seperti mempermudah dalam pengurusan surat surat ijin penangkapan,
pengadaan alat tangkap, sosialisasi alat tangkap yang lebih efisien dan juga harus
mengaktifkan kembali tempat pelelangan ikan agar supaya para nelayan tidak
harus menjual ikan kepada para bakul atau tengkulak yang sering memberikan
harga rendah terhadap ikan hasil tangkapan nelayan.

Untuk kedepannya praktik kerja lapangan sebaiknya dilakukan ditempat


lain yang memiliki lebih banyak kapal dan jenis alat tangkap dan setiap taruna
pada saat praktik harus mendapatkan satu kapal dan lebih banyak waktu , agar
lebih bisa mandiri, bisa belajar bagaimana berhubungan dengan nelayan, dan
belajar bagaimana cara hidup mereka.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ardidja, S. 2007. Kapal Penangkap Ikan. Sekolah Tinggi Perikanan, Teknologi


Penangkapan Ikan. Jakarta. 103 hlm.

Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.Bogor.

Ben Yami, M. 1994. Purse Seining Fishing Manual. In: Food and

Agricultural Organization of the United Nations. Fishing News Book Ltd.


Oxford. p 416.

Fyson,J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Fisheries Industries Officer (Vessels).
Fisheries Industries Division. FAO. Italy. 320 hal.

Nedelec, 2000. Definisi dan Klafikasi Alat Tangkap Ikan. Balai Pengembangan
Penangkapan Ikan. Semarang.

Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. Bandung.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.

Usemahu, A. R. dan L. A. Tomasila. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Pusat


Pendidikan dan Penelitian Perikanan. Jakarta

Von Brandt, A. 1968. Fishing Methods of The World and Action. Fishing News
(Book) Ltd. London.418 hal.

37
LAMPIRAN

38
.

Lampiran 1. Peta Letak Desa Tasikmadu Dalam Peta Provinsi Jawa Timur

39
Lampiran 2. Kapal Purse Seine Perdana Baru

40
Lampiran 3. General Arrangement Kapal Purse Seine Perdana Baru

41
Lampiran 4. Konstrusi Jaring Purse Seine KM. Perdana Baru Berbentuk Persegi Empat

Keterangan :
A. Bodi F. Selvegde Bagian Atas K. Tali Pelampung P. Tali Pemberat.
B. Sayap G. Pelampung L. Tali Penguat Ris Atas Q. Tali Kolor
C. Kantong Bagian Atas H. Pemberat M. Tali Ris Atas
D. Kantong Bagian Bawah I. Cincin N. Tali Ris Bawah
E. Selvegde Bagian Bawah J. Tali Kang O. Tali Penguat Ris Bawah

42
Lampiran 5. Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan

Persiapan Menuju Fishing Ground

Setting alat tangkap

43
Haulling alat tangkap

Penaikan Hasil Tangkap

44
Penyortiran hasil tangkapan

45
Lampiran 6. Jenis Hasil Tangkapan

Tongkol Lisong atau lisong (Auxis rochei)

Lemuru (Sardinella lemuru)

46
Cakalang (Katsuwonus pelamis)

47
Lampiran 7. Surat Surat Kapal

Surat Keterangan Kecakapan ANKAPIN III

48
Surat Akta Pendaftran Kapal

49
Surat Laik Operasi

50
Surat Ukur Dalam Negeri

51
Surat Izin Penangkapan Ikan

52
Surat Izin Usaha Perikanan

53
Surat Tanda Bukti Keberadaan Kapal

54
55
56

Anda mungkin juga menyukai