Anda di halaman 1dari 41

PEMIJAHAN ALAMI IKAN GURAMI di

DINAS KELAUTAN dan


BALAI BENIH IKAN (BBI) CIMAJA PELABUHAN RATU – JAWA
BARAT

Disusun Oleh:
ARYA AGUSTIN
NIS.1620210823

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAARUSSALAM


AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dilaksanakan praktek kerja lapangan oleh siswa smk darussalam, kota
sukabumi, yang dimulai tanggal 05 September 2022 sampai 29 November 2022
Di Balai benih ikan cimaja Pelabuhan Ratu

Nama : Arya Agustin


Nis : 1620210823
Program keahlian : Agribisnis Perikanan
Asal Sekolah : SMK Darussalam, Kota Sukabumi,Provinsi Jawa Barat

Mengetahui,

Kepala Bidang Pengujian Dan Pembimbing Lapangan,


Dukungan Teknis

Ramlan kurniawan
Novi anggrayani

Kepala Sekolah Ketua Jurusan Perikanan


SMK Darussalam

(Rifqi yasin.S.pd) Ramlan kurniiawan


RINGKASAN

Ikan gurami ( osphronemusgouramy ) merupakan salah satu jenis ikan air


tawar asli Indonesia yang sudah lama di budidayakan dan di konsumsi masyarakat
karena rasa daging nya yang lezat,sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Ikan gurame soang dikenal masyarakat sebagai gurame Jawa Barat. Nama ini
melekat pada mulanya gurame soang banyak di temukan di provinsi Jawa Barat,
khususnya di sekitaran Ciamis. Pada gurame jantan ciri yang cukup mencolok
dibandingkan gurame betina adalah dahi yang menonjol. Makin dewasa gurame
jantan dahinya tampak menonjol di atas yang mirip kepala angsa. Angsa dalam
bahasa Sunda berarti soang, itulah sebabnya gurame ini di namakan gurame
soang.
Dibandingkan dengan jenis gurami lainnya, ukuran tubuh gurami soang
jadi lebih bongsor, panjang tubuhnya dapat mencapai 65cm dengan bobot 8kg
pertumbuhannya juga dapat dipacu lebih cepat.Dengan perawatan intensif, pada
umur 9-10 bulan gurame ini sudah dapat mencapai bobot 700 g/ekor. Oleh karena
itu, gurami soang lebih banyak dibudidayakan. Selain pertumbuhannya cepat,
produktivitasnya telurnya pun cukup tinggi dengan jumlah telur antara 3.000-
5.000 butir sekali bertelur.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) dengan judul Teknik Pendederan Ikan Gurame
(osphronemusgouramy) di Dinas Kelautan dan Perikanan Balai Benih Ikan (BBI)
Cimaja.
Sesuai dengan PermendikbudNo 60 tahun 2014 lampiran 1 a. III. B (point |
sampai dengan Praktik Kerja Lapangan) merupakan salah satu model
pembelajaran yang di laksanakan diluar sekolah untuk memperoleh pengetahuan,
sikap, keterampilan dan etos kerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Agar
kegiatan ini dapat dilaksanakan secara sistematis dan terarah dan mampu
menyerap keterampilan profesional dari lapangan sesuai dengan bidangnya, maka
perlu disusun panduan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Laporan ini di buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh sekolah
untuk saya selaku siswa yang sedang melaksanakan Praktik Kerja Lapangan bagi
siswa kelas XII SMK DAARUSSALAM kompetisi keahlian AGRIBISNIS
PERIKANAN AIR TAWAR yang dimulai pada tanggal 05 SEPTEMBER 2022
hingga selesai praktikum ini.
Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang memberikan rahmat dan kasih sayang serta nikmat bagi
umat-nya
2. Bapak Ramlan kurniawan.Selaku pembimbing penulis laporan praktek kerja
lapangan ( PKL)
3. Bapak Novi anggrayani selaku pembimbing lapangan,perantara dan pembagi
divisi
4. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung,memberikan semangat,dan
kasih sayang yang telah di curahkan kepada penulis.
5. Teman-teman seperjuangan yang membantu penulis dalam melaksanakan PKL.
Saya sangat berharap apa yang tertuang dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi siapapun. Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya dan
mohon maaf apabila ada kekurangan saya ucapkan terimakasih.
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xii

I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan..................................................................................................... 2
1.3 Tempat & waktu.................................................................................... 3
II PEMBAHASAN
2.1 Pemeliharaan induk…............................................................. 1
2.2 Seleksi induk........................................................................... 2
2.3 Pemijahan induk...................................................................... 3
2.4 Persiapan kolam pemijahan..................................................... 3
2.5 Penaganan telur dan pemeliharaan larva.................................. 4
2.3 Persiapan wadah pemeliharaan larva........................................ 5
2.3 Pengelolaan kualitas air...........................................................
2.4

III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 kesimpulan............................................................................................ 1
3.2 saran......................................................................................................
2 2

1.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

No Halaman
1.Data FR (Fertilitity Rate) ...................................................................................37

3. Data FR (Fertilitity Rate) dan HR (Hatching Rate)...........................................37


4. Data hasil pengukuran kualitas air media pemeliharaan larva...........................39
5. Data pemanenan larva dan SR (Survival Rate)..................................................41
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1.kolam beton...........................................................................................................3
2.kolam semi beton................................................................................................13
3.hatchrey indor dan hatchrey outdor....................................................................13
4.tandon..................................................................................................................16
5.kantor balai..........................................................................................................16
6.ruang pengawasan...............................................................................................17
7.ruang pakan dan peralatan...................................................................................18
8.ruang mesin.........................................................................................................19
9.alat teransportasi.................................................................................................20
10.ikan gurami.......................................................................................................21
11.ikan gurami jantan dan betina...........................................................................22
12.pemberian pakan indukan ikan gurami.............................................................23
13.harva atau wadah injuk dan kolam pemijahan..................................................24
14.pemasangan harva di tengah kolam .................................................................25
15.media penempatan sarang atau sosog...............................................................25
16.aquarium pemeliharaan larva............................................................................28
17.batu aerasi dan katapang dan heater..................................................................29
18.pengangangkatan telur......................................................................................29
19.telur yang terbuahi............................................................................................30
20.telur yang sudah di sortir...................................................................................31
21.corong yang buat menyimpan cacing ........…………………………………..40
22. cacing sutra(tubifex sp)…………...............................………………….……40
23 persiponan wadah pemeliharaan larva.............................…………………….40
24.alat untuk panen larva........................................................................................43
DAFTAR LAMPIRAN

No
1. sempling pertumbuhan larva..............................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Praktek kerja lapangan (PKL)merupakan model pelatihan yang bertujuan


untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai
dengan tuntutan kemampuan bagi pekerja, Oemar Hambalik (2001: 21).
PKL dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional dan
diharapkan akan menerapkan ilmu yang diperoleh, sekaligus dapat dipraktekkan
oleh peserta PKL pada dunia kerja PKL dapat dilakukan oleh siswa, mahasiswa
dan tenaga kerja baru.Praktek kerja lapangan (PKL) dapatdilaksanakan
sesuaidengan jurusan yang dipelajari di SMK.
Tujuan kegiatan PKL adalah untuk melatih kemampuan manajerial dan
keterampilan serta memupuk kemampuan beradaptasi dan daya tangkap siswa
dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang diembankankepadanya.Pelaksanaan
kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan untukmengimplementasi
secara langsung mengenai apa yang didapat di masa sekolah/SMK, salah satu
jurusan yang ada di SMK adalah bidang perikanan. Salah Satu tempat yang dapat
melakukan kegiatan PKL adalah Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja di Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Di balai ini terdapat banyak berbagai Jenis Ikan mulai dari
pemebenihan, pembesaran sampai ke pemasarannya. SalahSatu ikan yang terdapat
di Balai ini adalah ikan Gurami (Osphronemusgouramy) di Balai ini kegiatan
budidayanya benar-benar diperhatikan dari awal penyebaran Induk sampai dengan
pemasarannya. Balai Perikanan didukung oleh sarana dan Fasilitas yang cukup
memadai khususnya sarana dan fasilitas yang dapat menunjang Dalam bidang
usaha komoditas ikan air tawar, serta memiliki tenaga-tenaga yang Ahli dan
terampil yang siap membantu dilapangan.
IkanGurami(Osphronemusgouramy) merupakan salah satu ikan asli
perairan Indonesia. Ikan ini berasal dari kepulauan Sumatera, Jawa dan
Kalimantan sedangkan penyebarannya sudah meliputi Asia Tenggara, India,
Cina, Madagaskar, Mauritius, Seychelles, Australia, Srilanka, Suriname, Guyana,
artinique dan Haiti.Ikan ini sudah lama dibudidayakan secara komersial sehingga
pada beberapa daerah sudah terbentuk kawasan pengembanganbudidayanya.
Sejalan dengan pengembangan kawasan usaha budidaya Gurami yang
semakin luas, maka kebutuhan induk dan benih juga semakin meningkat Untuk
memenuhi kebutuhan yang makin meningkat diperlukan pasokan benih dalam
jumlah yang cukup dan kualitas yang baik.
Teknik pemeliharaan induk kolam ikan yang baik dan benar haruslah
Diperlukan, karena jika adanya kesalahan dalam membangun wadah budidaya
Tersebut akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar dan bisa mengganggu
aktivitas pemeliharaan ikan. Untuk mencapai ikan yang maksimal diperlukan
Pemeliharaan yang intensif, dimana salah satu contoh pemeliharaan indukan yaitu
Dengan memberikan pakan yang sesuai untuk kelangsungan hidup dan
peningkatan Produksi pada ikan (Adria 2012).
Berdasarkan uraian di atas mengenai keberlanjutan kegiatan budidaya
pada Komoditas Ikan Gurami (Osphronemusgouramy) harus terus dikembangkan.
Maka dari Itu hal ini telah membuka peluang dan kesempatan siswa untuk
mencari Informasi mengenai teknik pemeliharaan induk ikan Gurami
(Osphronemusgouramy) dengan jelas dan Menyeluruh melalui kegiatan Praktik
Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di Balai Benih Ikan Cimaja ini, sehingga apa
yang telah dipelajari dapat diterapkan dan Berguna bagi masyarakat.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya PKL adalah untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan di sekolah,tujuan lain dari PKL yaitu untuk meningkatkan mutu dan
wawasan dasar dalam dunia usaha, serta melatih dan mengasah siswa dalam dunia
usaha.

1.3 Tempat dan Waktu


Kegiatan Praktik Kerja Lapang ini di laksanakan mulai dari tanggal 12 Juli
2022 – 16Oktober 2022 bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja, Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan PKL adalah metode
observasiObservasi adalah studi yang dilakukan dengan sengaja atau terencana
melaluipenglihatan atau pengamatan terhadap gejala –gejala spontan yang terjadi
saat itu (Indrawati etal. 2007). Dalam PKL ini, observasi yang dilakukan adalah
dengan cara mengamati, mencatat kegiatan apa yang dilakukan dan
mendokumentasikan hal – hal yang berkaitan dalam kegiatan pembenihan Ikan
Gurami (Osphronemusgouramy) di Balai Benih Ikan Cimaja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Lokasi PKL

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan Cimaja


merupakan salah satu unit pelaksana teknis di lingkup Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Sukabumi. Keberadaan Balai Benih Ikan selain
memproduksi benih dan calon induk ikan yang bermutu untuk mendukung
usaha budidaya, sekaligus menjadi salah satu sumber pendapatan asli
daerah yang nyata serta sebagai unit produksi yang diharapkan mampu
melakukan pembinaan dan transfer teknologi pembenihan kepada Unit-
unit Pembenihan Rakyat (UPR), kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan)
dalam rangka menghasilkan benih ikan yang bermutu baik.
UPTD Balai Benih Ikan Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi
pada saat ini terdiri dari 3 ( tiga ) lokasi yaitu Balai Benih Ikan Cimaja,
Tonjong dan Talaga-Caringin. Balai Benih Ikan Cimaja terletak di Desa
KarangpapakKecamatan Cisolok. Balai Benih Ikan Cimaja memiliki luas
lahan keseluruhan yang sudah dikelola adalah 15.000 m² sedangkan lahan
yang produktif 10.500 m².

2.1.1 Letak Geografis


Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan (BBI)
Cimaja terletak di Kabupaten Sukabumi tepatnya berlokasi di JI. Raya
Cisolok km.11 Desa Karangpapak, Kecamatan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara Administratif berbatasan dengan
wilayah sebagai berikut:
Utara : Desa Tanah Sukarame Kecamatan Cisolok
Selatan : Samudra Hindia
Barat : Desa Cisolok/Cikelat Kecamatan Cisolok
Timur : Desa Cimaja Kecamatan Cikakak

Secara geografis, Kecamatan Cisolok terletak antara 6°57 23.0 LS


dan 106 28 39.2 BT, luas wilayah Kecamatan Cisolok 18.333 Ha yang
terdiri dari 13 desa, 398 RT, 144 RW dan 58 Dusun. Kecamatan Cisolok
terletak disebelah barat Ibu Kota Kabupaten Sukabumi Palabuhanratu,
dengan orbitasi dari Pusat Pemerintah Kabupaten + 14 km. Wilayah
Kecamatan Cisolok bervariasi mulai dari laut pantai, dataran rendah serta
perbukitan dan pegunungan.

Luas lahan yang dimiliki Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja secara
keseluruhan yaitu sebesar 12.075 M2 dengan luas lahan produktif sebesar
10.500 M2. Kedalaman tanah pada umumya kurang dari 90 cm, jenis
sebagian besar terdiri dari tanah Laterit, Grumasol, Pandolik dan Aluvial.
Iklim di Kawasan Pesisir Teluk Palabuhanratu tergantung iklim wilayah
Kabupaten Sukabumi yang iklim tropis basah dengan hujannya sangat
dipengaruhi oleh angin bertiup dari daratan Australia dan Asia. Rata-rata
curah hujannya adalah 1,28 mm/tahun dengan jumlah hujan sebanyak 87
hari hujan, Curah hujan rata-rata Kecamatan Cisolok adalah 2500-4500
mm/tahun dengan intensitas hujan 13,6-20,4 mm/hari hujan. Suhu rata-rata
Kecamatan Cisolok berkisar antara 39°C sebagai suhu maksimun dan
22°C sebagai suhu minimum.

2.1.2 Sejarah dan Perkembangan BBI Cimaja

Dinas kelautan dan Periknan Kabupaten Sukaburmi dibentuk


berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 32 Tahun
2008 tentang Organisasi Perangkat Dacrah Pemerintah Kabupaten
Sukabumi dan Peraturan Bupati Nomor 49 Tahun 2010 tentang Perubahan
atas Peraturan Bupati Nomor 71 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi.
Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan Cimaja
merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Sukabumi, memiliki tugas dan fungsi memproduksi
benih dan calon induk ikan yang berkualitas dari aplikasi teknologi
pembenihan sesuai kaidah Cara Pembenihan Ikan yang baik (CPIB) dan
Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).
Keberadaan Balai Benih Ikan selain memproduksi benih dan calon
induk ikan yang berkualitas untuk mendukung usaha budidaya, sekaligus
unit produksi yang diharapkan mampu melakukan pembinaan dan transfer
teknologi perbenihan kepada Unit-unit Pembenihan Rakyat (UPR),
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dalam rangka menghasilkan
benih ikan yang bermutu.

2.1.3 Visi dan Misi UPTD Balai Benih Ikan Cimaja


Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja Sukabumi memiliki tugas dan fungsi
memproduksi benih dan calon induk ikan yang bermutu dari aplikasi
teknologi pembenihan sesuai kaidah Cara Pembenihan Ikan yang Baik
(CPIB) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB).

2.1.4Visi dan Misi BBI Cimaja

Visi : Mewujudkan Balai Benih Ikan yang Produktif sebagai Mitra dan
Pelayan Masyarakat Pembudidaya Ikan di Kabupaten Sukabumi.
Misi :
1. Menunjang ketersediaan benih dan calon induk unggul;
2. Meningkatkan profesionalisme tenaga pengelola Balai Benih Ikan;
3. Menjalin kemitraan dengan masyarakat pembudidaya ikan
4. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
2.1.5 Tugas Pokok dan Fungsi UPTD Balai Benih Ikan Cimaja

UPTD Balai Benih Ikan mempunyai tugas pokok melaksnakan


sebagian fungsi dinas di bidang teknis penunjang pengelolaan balai benih
ikan.

Adapun fungsi UPTD Balai Benih Ikan sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana dan program kerja UPTD Balai Benih Ikan;


2. Pengumpulan dan pengolahan data teknis operasioanal pengelolaan balai
benih ikan di wilayah kerjanya;
3. Penyusunan bahan kebijakan teknis, fasilitasi, koordinasi dan evaluasi di
bidang teknis operasional pengelolaan balai benih ikan;
4. Pelaksanaan teknis operasional pengelolaan balai benih ikan di
wilayahnya;
5. Pengawasan pelaksanaan tugas di bidang tata usaha, pelaksanaan tugas
kelompok jabatan fungsional dan fungsuional umum;
6. Pelaksanaan monitoring evaluasi dan pelaporan teknis operasional
pengelolaan balai benih ikan di wilayah kerjanya;
7. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di budang tugasnya;
8. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas;
9. Pelaporan hasil pelaksanaan tugas;

2.1.6 Infrastruktur dan Sarana Produksi

Kondisi Infrastruktur Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja yang berlokasi di


Komplek Perkantoran Cimaja Jl. Raya Cisolok Km 11, dilihat dari kondisi
infrastrukturnya BBI Cimaja berlokasi strategis dan mudah dicapai oleh
kendaraan umum karena lokasi kantor dipinggir jalan utama. Oleh karena itu
lokasi tersebut sangat memungkinkan bagi kendaraan apapun baik roda dua
maupun roda empat untuk masuk ke lokasi BBI.
Sarana yang ada di Balai Benih Ikan (BBI) Cimajadiantaranya kantor,
ruang pelayanan, sarana ibadah, kolam pendederan, hatcheryindoor,
hatcheryoutdoor kolam induk, kolam pakan, gudang mesin, gudang pakan,
ruang kesling, mess pegawai, bak tandon, dan filter air.

2.1.7 Area Perkolaman

Gambar 1. Kolam Beton

Gambar 2. Kolam Semi Beton

Dalam kegiatan budidaya ikan gurame di Balai Benih Ikan Cimaja


yaitu menggunakan kolam beton dan kolam semi beton. Untuk kolam
beton yang digunakan untuk pendederan 2 berukuran 4x2m. Untuk
pendederan 3 menggunakan kolam semi beton yang berukuran 17 x 15 m
dan 27 x 23 m. Kolam yang digunakan untuk pemijahan yaitu kolam semi
beton dengan ukuran 24 x 14,5 m. Dan untuk kolam yang digunakan calon
induk yaitu kolam semi beton yang berukuran 13,5 x 7,5 m.

2.1.8 Hatchery

Gambar 3. Indoorhatchery dan Outdoorhatchery

Hatchery merupakan tempat atau bangunan yang digunakan untuk


kegiatan pembenihan ikan, dari pemijahn hingga menghasilkan larva.
Hatchery merupakan bagian sangat penting dalam kegiatan pembenihan
ikan, karena dengan adanya hatchery kegiatan dalam pembenihan ikan
menjadi terkontrol yang dapat menghasillkansurviverate (SR) benih secara
maksimal. Hatchery di Balai Benih Ikan Cimaja terdiri dari indoorhatchery
dan outdoorhatchery.

2.1.9Sistem Pengairan

Gambar 4. Tandon
Media pemeliharaan yang paling utama dalam budidaya ikan yaitu air.
Air yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik agar ikan tumbuh
dengan optimal. Sumber air untuk area perkolaman di Balai Benih Ikan
(BBI) Cimaja berasal dari Sungai Marinjung. Air yang mengalir dari
Sungai Marinjung masuk melalui satu pintu air dan kemudian dialirkan
melalui saluran-saluran air. Sebelum masuk ke kolam, air tersebut
ditampung terlebih dahulu pada tandon air. Hal ini bertujuan agar air yang
masuk ke area perkolaman merupakan air yang bersih, serta tidak ada
endapan lumpur yang ikut masuk ke area perkolaman.

2.1.10 Kantor Balai

Gambar 5. Kantor balai

Di Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja terdapat satu unit kantor yang
terletak di depan gerbang utama balai. Ruang kantor ini digunakan sebagai
tempat administrasi berbagai kegiatan, juga sebagai tempat penerimaan tamu
balai.
2.1.11Ruang Pengemasan

Gambar 6. Ruang Pengemasan

Pengemasan atau packing ikan adalah salah satu faktor terpenting


dalam kegiatan usaha perikanan. Agar ikan sampai ke tangan konsumen
dalam keadaan sehat dan hidup. Di Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja
memiliki tempat/ruang pengemasan berfungsi sebagai tempat pengepakan
atau tempat packing ikan dari mulai ikan stadia larva, benih, hingga calon
induk. Pada ruang pengepakan terdapat beberapa alat seperti kantong
plastik, tabung oksigen dan karet gelang.

2.1.12 Gudang Pakan

Gambar 7. Ruang Pakan dan Peralatan


Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja memiliki sebuah gudang pakan.
Gudang pakan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan yang
dapatmelindungi pakan dari kontaminasi atau dari pengaruh lingkungan,
seperti fluktuasi suhu dan kelembapan, sinar matahari, air hujan, serta
hewan pengganggu, sehingga kualitas dan kuantitas pakan tetap terjaga
tanpa adanya kerusakan seperti kering, basah atau berjamur.

2.1.13Ruang Peralatan

Ruangperalatan sesuai dengan namanya berfungsi sebagai tempat


penyimpanan alat, biasanya adalah alat untuk kegiatan produksi. Tujuan
dibuatnya ruang barang yakni agar barang atau alat yang ada tertata rapih
dan memudahkan pegawai saat membutuhkan alat tersebut.

2.1.14 Ruang Mesin

Gambar 8. Ruang Mesin

Ruang mesin yang terdapat di Balai Benih Ikan Cimaja memiliki


fungsi sebagai tempat penyimpanan mesin, seperti genset, mesin pompa, dan
mesin pemotong rumput. Ruang mesin dibangun dengan tujuan melindungi
mesin, sehingga mesin dapat berfungsi dengan baik.
2.1.15 Alat Transportasi

Gambar 9. Alat Transportasi

Transportasi yang digunakan sebagai alat untuk pendistribusian ikan


pada Balai Benih Ikan (BBI) Cimaja ini terdiri atas beberapa kendaraan yakni
mobil

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1Klasifikasi dan Morfologi

Adapun klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemusgouramy) menurut Romero


(2002)

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Belontiidae

Famili : Osphronemidae
Gambar 10. Ikan Gurami (Listianingrum 2015)
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemusgouramy

Ikan Gurami (Osphronemusgouramy) merupakan ikan tawar dari keluarga


Anabantidae. Ikan ini mempunyai bentuk badan pipih dan lebar. Ikan yang sudah
dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau 3⁄4 kali panjang
tubuhnya. Bentuk kepala ikan Gurami yang masih berusia muda lancip ke depan.
Warna tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan
pada bagian perut berwarna kekuning – kuningan atau keperak-perakan. Sepasang
sirip perut Gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang
yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya
sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung, panjang
tubuh maksimum 65 cm (Irawan 2012).Ikan Gurami (Osphronemusgouramy)
termasuk bangsa ikan Labyrinthici, yaitu bangsa ikan air tawar memiliki alat
pernapasan tambahan berupa labirin yang mulai terbentuk pada umur 18 hari–24
hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena
mampu mengambil oksigen dari udara bebas (Nirmala dan Rasmawan 2010).

Di alam, Gurami mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti


rawa, situ, dan danau. Di sungai yang berarus deras, jarang dijumpai ikan Gurami.
Kehidupannya yang menyukai perairan bebas arus itu terbukti ketika Gurami
sangat mudah dipelihara di kolam-kolam tergenang.WalauGurami dapat
dibudidayakan diDataran rendah dekat pantai, perairan yang paling optimal untuk
budidaya adalah yang terletak pada ketinggian 50 – 40 m di atas permukaan laut
seperti di Bogor, Jawa Barat. Ikan ini masih bertoleransi sampai pada ketinggian
600 m di atas permukaan laut seperti di Banjarnegara, Jawa Tengah. Yang jadi
patokan adalah suhu air di lingkungan hidupnya. Suhu ideal untuk ikan Gurami
adalah 29°C – 30°C (Wahyudinata 2013).

2.2.2 Habitat Ikan Gurami (Osphronemusgouramy)

Ikan Gurami merupakan ikan air tawar yang distribusinya tersebar luas di
berbagai wilayah di Asia Tenggara. Menurut Roberts (1992) dalamRachmatika
(2010) penyebaran alami ikan Gurami di Asia Tenggara adalah meliputi wilayah
Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.Habitat asli
Gurami di perairan tawar yang airnya jernih tenang dalam, seperti rawa, danau
dan sungai yang alirannya tidak deras atau di aliran yang tergenang lainnya.
Gurami dapat berkembang dengan baik di daerah dataran rendah hingga sedang
yakni 400 - 600 meter dpl, jika budidaya di daerah ketinggian lebih dari 600 meter
dpl, dapat memperlambat pertumbuhan Gurami hal ini disebabkan ikan akan
kehilangan selera makan saat suhu udara dan air rendah (Bachtiar 2010). Ikan
Gurami di habitat aslinya hanya kawin di musim kemarau, namun ketika
dipelihara secara intensif melalui berbagai rekayasa lingkungan, Gurami bisa
melakukan perkawinan sepanjang tahun sehingga akan menghasilkan telur
(Rasyid etal. 2013).

2.2.3 Kebiasaan MakanIkanGurami (Osphronemusgouramy)

Ikan Gurami termasuk pemakan segala atau omnivora dimana pada fase
benih ikan Gurami dapat diberikan pakan alami berupa infusoria
(Paramaeciumsp.), rotifera (Brachionussp.), kladosera (Moinasp.), cacing sutera
(Tubifexsp.), bloodworm (Chironomussp.), dan kutu air (Daphniasp.). Pakan
alami tersebut mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna
dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan
lebar bukaan mulut larva / benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan
merangsang benih / larva ikan untuk memangsanya. Ikan Gurami dewasa biasa
diberi pakan berupa dedaunan yang banyak mengandung karbohidrat dan serat
kasar. Ikan Gurami menyukai pakan daun, keladi, atau biji-bijian seperti jagung,
tepung singkong dan padi yang sering dikonsumsi ikan Gurami banyak
mengandung karbohidrat kompleks seperti pati (Cahyoko 2011).

Daun sente mengandung beberapa bahan yang diantaranya mempunyai


Vitamin C dan beberapa kandungan flavonoid (Sulhietal. 2011).

Daun talas mengandung vitamin C, flavonoid dan polifenol pada tangkai


dan daun yang dapat meningkatkan daya tahan ikan terhadap serangan penyakit,
rimpangnya kaya akan pati dan daunnya dapat digunakan untuk meningkatkan
fertilitas (Sulhietal. 2012)

2.2.4 Hama danPenyakitIkanGurami(Osphronemusgouramy)

Serangan penyakit pada budidaya ikan merupakan masalah yang sangat


serius. Timbulnya suatu penyakit pada lingkungan budidaya diakibatkan oleh
ketidakseimbangan hubungan antara inang, lingkungan, dan patogen (Sarjitoetal.
2013).

Hama adalah hewan berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan


gangguan pada ikan (Kristina dan Sulantiwi 2015).Ikan Gurami merupakan jenis
ikan yang tidak terlepas dari serangan hama dan penyakit, beberapa jenis
mikroorganisme penyebab penyakit dan hama yang dapat menyerang ikan Gurami
adalah bakteri (Aeromonashydrophila, Aeromonassorbia), parasit (Henneguyasp.,
Trichodinasp., Vorticellasp.), jamur (Aspergillussp.) (Khumaidi dan Hidayat
2018), serta hama (larva cybister, ular dan biawak) (Budiana 2018).

Pada tahun 2013, penelitian kematian massal ikan Gurami di beberapa daerah di
Indonesia yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali menunjukkan bahwa
penyebab utamanya adalah serangan giantgouramiiridovirus (GGIV)
(Koesharyani dan Gardenia 2013). Kematian massal ikan Gurami juga dapat
dipengaruhi oleh serangan Aeromonas (Tanjung etal. 2013) serta rendahnya
kualitas air pada media budidaya (Putri etal. 2016).

2.2.5 Kualitas Air

Menurut Wahyudinata (2013) ikan Gurami akan tumbuh baik pada


lingkungan dengan suhu air sekitar 29 C°– 30 C°. Ikan Gurami mempunyai
labirin yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara sehingga kadar
oksigen dalam air tidak terlalu mempengaruhi Gurami. Meskipun demikian, air
kolam budidaya ikan Gurami minimum mengandung oksigen terlarut 4-6 mg/liter.
Ikan Gurami mempunyai toleransi yang luas terhadap derajat keasaman air yaitu
pada pH 5-9 (Fitriadi etal. 2014).

Air sebagai media hidup ikan yang dipelihara harus memenuhi


persyaratan baik kualitas maupun kuantitasnya. Pengelolaan kualitas air
bertujuan untuk mengurangi resiko kegagalan produksi dengan cara memantau
parameter kualitas air selama proses budidaya dilaksanakan(Fitriadi etal. 2014).

2.3 Pemijahan induk


2.3.1 Seleksi induk
Seleksi induk merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan untuk
menentukan keberhasilan produksi. Tujuan dari seleksi adalah untuk mendapatkan
induk yang berkualitas dengan pertumbuhan baik sehingga sifat unggul tersebut
dapat diturunkan ke anakan yang dihasilkan (Setiyono etal. 2012)Data seleksi
induk jantan dan induk betina ikan Gurami pada saat kegiatan Praktek Kerja
Lapangan, tidak dapat dilakukan oleh peserta menggunakan data primer atau
secara langsung karena faktor keamanan dimana pembimbing teknisi lapangan
BBI Cimaja Sukabumi tidak merekomendasikan pengambilan induk untuk
melihat perbedaan antara induk jantan dan induk betina yang telah siap pijah,
dimana dikhawatirkan pengambilan induk Gurami pada kolam dapat mencederai
baik persertaPraktek Kerja Lapangan maupun pembimbing teknisi lapangan BBI
Cimaja Sukabumi, sehingga pengambilan data mengenai seleksi induk jantan dan
betina ikan Gurami pada PraktekKerja Lapangan kali ini menggunakan data
sekunder.

Teknik untuk seleksi induk ikan Gurami dapat dilihat dengan cara
memperhatikan morfologi dari ikan Gurami itu sendiri. Adapun ciri-ciri ikan
Gurami siap pijah bila pada induk jantan telah berumur 24-30 bulan, dengan
panjang 30-35 cm dengan berat 1,5-2,0 kg/ekor, sedangkan ciri pada induk betina
siap pijah adalah berumur 30-36 bulan, berukuran panjang 30-35 cm, dengan
berat 2,0-2,5 kg/ekor. Hal tersebut diperkuat menurut pendapat Sulhi (2010) bila
pada induk Gurami jantan memiliki tonjolan jelas di dahi, sirip ekor rata, bibir
tebal, gerakan lincah, bentuk tubuh atau perut langsing, jika diletakkan di tempat
datar ekor akan naik, sedangkan pada ikan Gurami betina yang siap pijah tidak
memiliki tonjolan jelas di dahi, sirip ekor membulat, bibir tipis, gerak lamban,
bentuk tubuh atau perut gendut, jika diletakkan di tempat datar ekor hanya
bergerak-gerak (Gambar 2). Jumlah induk Gurami yang ditebar pada kolam
pemijahan pada saat Praktek Kerja Lapangan berlangsung adalah sebanyak 60
ekor dengan perbandingan 15 ekor jantan dan 45 ekor betina.

(a) (b)

Gambar 11. Ikan Gurami jantan (a) dan ikan Gurami betina (b)
(Listianingrum2015)

2.3.2 Pemeliharaan induk

Di UPTD BBI Sukabumi pemeliharaan induk Gurami menggunakan


kolam beton dengan dasar tanah yang berjumlah 1 kolam. Jumlah induk Gurami
yang dipelihara di kolam pemeliharaan hasil seleksi berjumlah 60 ekor terdiri dari
jantan 15 ekor dan betina 45 ekor. Kolam pemeliharaan dilengkapi dengan sistem
air mengalir, terdapat inlet dan outlet pada bagian kolam, sehingga kualitas air
yang berada dalam kolam pemeliharaan induk serta kandungan oksigen terlarut
dalam kolam pemeliharaan induk dapat terjaga dengan baik.

Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan induk ikan Gurami dilakukan


dengan dua frekuensi pemberian pakan yaitu pada pagi hari pada jam 08.00 WIB
dan pada sore hari pada jam 16.00 WIB dengan 2 jenis pakan yang berbeda pada
tiap waktu, yaitu pada pagi hari pemberian pakan menggunakan pakan buatan
(pellet) dengan merk Hi – Profit 781 dengan bentuk pelletfloating ukuran 3,2 – 4
mm dengan kandungan protein 31 – 33 % dan lemak 4-6 % dengan merk Hi –
Profit 781 dengan bentuk pelletfloating ukuran 3,2 – 4 mm dengan kandungan
protein 31 – 33 % dan lemak 4-6 %, sedangkan sore hari diberikan daun talas
sebanyak 5 lembar atau seberat 500 g daun talas, pemberian pakan menggunakan
pakan buatan atau pellet dilakukan dengan metode sekenyangnya (adsatiation)
dengan jumlah pakan yang diberikan dalam sehari adalah 500 g daun talas dan 2
kg pellet apung atau floating. Pemeliharaan induk dilakukan sampai menjelang
waktu pemijahan.

Gambar 12. Pemberian pakan induk ikan Gurami (dokumentasi pribadi)

2.3.3 Persiapan kolam pemijahan


Kolam pemijahan ikan Gurami di UPTD BBI Cimaja, menggunakan
kolam beton dengan kondisi dasar kolam berupa tanah, dengan ukuran luas kolam
348 meter persegi dengan ukuran 24x14,5 m². Persiapan kolam pemijahan dengan
memasang Harpa atau media tempat menaruh ijuk bahan sarang, dengan bahan
bambu yang dibuat berbentuk persegi dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 1
meter (Gambar 13)
Gambar 13. Harpa atau wadah injuk dan kolam pemijahan (dokumentasi pribadi)

Pada bagian tiap sudut Harpa diikatkan pada bambu yang telah ditancapkan
hingga ke dasar kolam dengan ukuran panjang bambu 2 meter agar media Harpa
tidak terbawa oleh arus air. Harpa dipasang di tengah kolam dan diberikan ijuk
pada bagian atasnya (gambar 14)

Gambar 14. Pemasangan harpa di tengah kolam (dokumentasi pribadi)

Pemasangan media penempatan sarang dan telur ikan Gurami atau sosog
dilakukan pada sekitaran pinggir kolam, jarak sosog dengan pinggir kolam adalah
berjarak 15 cm. Bahan sosog yang digunakan terbuat daritong sampah bekas
dengan diameter15 cm. Tong sampah direkatkan pada 2 buah bambu dengan
ukuran panjang bambu 2 meter (Gambar 15)
Gambar 15. Media penempatan sarang atau sosog(dokumentasi pribadi)

Pemasangan sosog dilakukan denganmenancapkan hingga kedalaman 15


cm dari permukaan air. Pemasangan sosog dilakukan dengan menghadap media
harpa, jumlah sosog yang dipasang dikolam pemijahan ikan Gurami berjumlah 6
buah dengan jarak pemasangan antar tiap sosog berjarak 3 meter dipasang secara
sejajar

2.3.4 Pemijahan Induk


Pemijahan induk ikan Gurami dilakukansecara alami tanpa pemberian
hormon apapun. Perbandingan induk jantan daninduk betina yang digunakan
adalah 1:3 dengan jumlah induk Gurami jantan 15 ekor dan jumlah induk ikan
Gurami betina 45 ekor. Pemijahan ikan Gurami diawali denganinduk jantan ikan
Gurami akan memulai membuat sarang dengan menggunakan injukpada media
harpa yang terdapat dikolam. Injuk akan disusun oleh induk jantan hingga
menyerupai bentuk buntar seperti sarang burung.
Setelah induk jantan ikan Gurami menyelesaikan pembuatan sarang, maka
induk ikan Gurami akan melakukan pemijahan. Ikan Gurami melakukan
pemijahan secara external induk betina menempelkan telurnya pada substrat
kemudian diikuti dengan penyemprotan sperma induk jantan, untuk mengetahui
sarang ikan Gurami yang sudah terisi oleh telur, dapat dilihat darisosog yang telah
penuh dengan injuk dan bila sosog di goyangkan akan mengeluarkan minyak dari
dalam sarangnya. Siklus pemijahan induk Gurami pada Balai Benih Ikan Cimaja
berlangsung sepanjang tahun.

2.4 Penanganan Telur dan Pemeliharaan Larva


2.4.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan Larva
Wadah yang di gunakan dalam pemeliharan larva pada ruang hatchery
UPTD BBI Cimajasukabumi yaitu dengan menggunakan 2 akuarium yang
berukuran 200cm x 100cm x 50cm. Persiapan di mulai dari pengeringan wadah
dengan cara mensipon air yang berada di dalam akuarium. Selanjutnya akuarium
di cuci sampai bersih menggunakan air bersih dan di lap menggunakan kain lap
pada tiap-tiap bagian permukaan dalam akuarium, dan membilas akuarium dengan
air bersih.

Gambar 16. Aquarium pemeliharaan larva (dokumentasi pribadi )

Gambar 17. Pembersihan akuarium larva (dokumentasi pribadi )


Setelah wadah pemeliharaan larva bersih akuarium diisi air sebanyak 300
liter dari total volume akuarium dan memberikan daun ketapang sebanyak 5
lembar pada taip tiap akuarium yang telah di bersihkan dan diisi dengan air
(Gambar 8) menurut (setiawan 2019) pemberian daun ketapang pada ikan Gurami
berpengaruh dalam peningkatan pertumbuhan ikan Guramibaik panjang dan
bobotnya. Wadah pemeliharaan larva di berikan aerasi dan heater dengan
memasukan 4 batu aerasi yang di letakan pada setiap sudut akuarium pada wadah
pemeliharaan yang sebelumnya batu aerasi terhubung pada blower serta di
lakukan pengaturan suhu pada heater dengan nillai 300C, pemeliharaan larva
sesuai dengan lingkungan ideal ikan Gurami yaitu pada suhu 290C – 300C
( Wahyudinata 2013)
Gambar 18. Batu aerasi, daun ketapang dan, heater (dokumentasi pribadi)
2.4.2 Penanganan Telur

Induk ikan Gurami akan meletakkan telurnya pada sarang yang telah di
buat oleh induk Guramijantan. Pembuatan sarang terjadi di dalam sosog yang
terdapat di kolam. Sarang yang telah berisi telur di tandai dengan keluarnya
minyak pada bagian permukaan kolam pada sekitar sarang. Sarang yang berisi
telur kemudian di angkat secara perlahan dari kolam pemijahan untuk mencegah
telur keluar dari sarang .

Gambar 19.Pengangkatan telur (Dokumentasi pribadi)


Sarang yang telah berisi telur kemudian di masukan ke dalam ember
baskom yang telah diisi air dengan mengeluarkan telur yang berada di sarang
injuk.Kemudian di lakukan pensortiran telur dengan memisahkan antara telur ikan
Guramiyang terbuahi dan yang tidak terbuahi. Adapun ciri telurGurami yang telah
terbuahi adalah terlihat dengan warna kuning bening (Gambar 11 ).
Gambar 20.Telur yang terbuahi (dokumentasi pribadi)

Persortiran telur dilakukan didalam baskom kecil berdiameter 40 cm,


sarang Gurami dimasukkan kedalam baskom dan dilakukan penyortiran dengan
menggunakan seser kecil, telur Gurami yang sudah di sortir dimasukkan kedalam
wadah baskom yang sudah diisi air yang sudah disiapkan.

Gambar 21. Telur yang sudah di sortir (dokumentasi pribadi)


Telur ikan Gurami yang telah disortir kemudian dimasukkan ke dalam
wadah penetasan,dengan padat tebar 11 butir/cm. Waktu penetasan telur
berlangsung selama 2 hari.
Dalam Praktek kerja lapangan selanjutnya dilakukan penghitungan
Fertility Rate (FR) dan Hatching Rate (HR). Fertility Rate (FR) merupakan
persentase telur yang terbuahi dari jumlah telur yang dikeluarkan pada proses
pemijahan, sementara Hatching Rate (HR) Menurut Manunggal, A (2018)
Hatching Rate (HR) adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas.
 Derajat pembuahan dapat dihitung dengan rumus FR
Total telur terbuahi
FR= x 100 %
Total telur

 Derajat penetasan dapat dihitung dengan rumus HR


Total telur menetas
HR= x 100 %
Total telur terbuahi

Dalam praktek kerja lapangan ini data FR dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1 Data FR (Fertility Rate)
Tanggal Tanggal Jumlah Telur Yang FR
Memijah Menetas Telur Tebuahi
17-08-2022 19-08-2022 3540 3440 97,17%

Tabel 2 data HR (Hatching Rate)


Jumlah telur terbuahi Total telur menetas HR
3440 3136 91,16%

Jumlah telur yang di hasilkan induk Gurami adalah 3540 butir telur.
Tingkat pembuahan telur (Fertility Rate) tergolong tinggi 97,17%. Jumlah telur
yang menetas tergolong tinggi yaitu menghasilkan larva3136 ekor dengan
HR(Hatching Rate)91,16%.

2.4.3 Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan larva ikan Gurami diberikan


pakan alami berupa Cacing Sutera (Tubifex.sp), larva ikan gurami yang baru
menetas masih memiliki cadangan makanan berupa egg yolk sehingga pemberian
pakan pada larva ikan Gurami dapat diberikan ketika larva telah berumur 4-5 hari
atau pada saat cadangan makanan berupa egg yolk pada larva ikan Gurami telah
habis.
Pakan yang diberikan pada larva ikan Gurami dilakukan dengan cara
memasukan cacing pada corong (gambar 22) frekuensi pemberian pakan
dilakukan selama dua hari sekali, atau bisa dilihat dari cacing yang masih ada di
corong atau tidak.
Gambar 22 corong tempat menyimpan cacing (dokumentasi pribadi)
Menurut Wijayanti (2010) kandungan nutrisi cacing Tubifex sp yaitu:
kadar air 11,21%, protein kasar 62,47 %, lemak kasar 17,62 %, serat kasar 0%,
Abu 7,84 %, dan BETN 10,0.% . Pemberian pakan berupa Cacing Sutera
(Tubifex.sp) dilakukan mulai hari ketujuh pada saat cadangan makanan berupa
egg yolk pada larva ikan Gurami telah habis. Metode pemberian pakan pada larva
ikan Gurami yaitu sekenyang-kenyangnya (ad libitum) atau sebanyak43,80
gramCacing Sutera (Tubifex.sp) di setiap corong, pakan diberikan di tiga titik
aquarium.

Gambar 23. Cacing sutera (Tubifex.sp)


2.4.4 Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air pada wadah pemeliharaan larva sangat


diperlukan agar selama pemeliharaan larva dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Beberapa cara dalam pengelolaan kualitas air pada pemeliharaan larva meliputi
penyiponan, pengelolaan pakan dengan memberikan pakan cacing sutera
(Tubifex.sp) sebanyak 131,4 g pada setiap pemberian pakan, penggantian air, dan
penyediaan sumber air yang bersih. Penyiponan dilakukan jika diperlukan, seperti
adanya endapan kotoran dan larva yang mati.Pergantian air dengan pemeliharaan
larva dilakukan selama satu minggu sekali dengan mengganti air seperempat dari
volume air dalam akuarium pemeliharaan larva
Suhu pada wadah pemeliharaan larva ikan Gurami ini yaitu 29,8ºC.
Nilai suhu ini sesuai menurut (Wahyudinata 2013) suhu ideal untuk ikan Gurami
adalah 29°C – 30°C sehingga layak untuk kehidupan larva ikan Gurami. pH air
wadah pemeliharaan larva sebesar 7,0 hal ini sesuai menurut (Fitriadi et al. 2014)
nilai pH ideal untuk ikan gurami adalah pada pH (5,0-9,0), sehingga masih
tergolong layak untuk kehidupan larva ikan Gurami.

Gambar 24. Pensiponan wadah pemeliharaan(dokumentasi pribadi)

2.4.5 Pemanenan Larva

Pemanenan larva ikan Gurami dilakukan pada saat larva mencapaiumur


31 hari dengan ukuran 1-1,5 cmPemanenan dilakukan pada waktu pagi atau sore
hari (jam 08.00 atau 16.00 WIB) untuk menghindari larva stres. Alat yang
digunakan dalam proses pemanenan larva ini diantaranya adalah selang,seser,dan
baskom.

Gambar 25. Alat untuk panen larva(dokumentasi pribadi)

Pemanenan dilakukan dengan cara menurunkan air di aquarium sampai


ke ketinggian 5cm, selanjutnya pengambilan larva menggunakan seser halus
dilakukan dengan perlahan untuk menghindari larvastres selanjutnya larva
dimasukkan kedalam ember baskom yang berisi air. Setelah itu larva dipindahkan
ke wadah pemeliharaan benih dan dihitung untuk mengetahui jumlah dan tingkat
kelangsungan hidup larva.

Data pemanenan larva dan SR(Survival Rate) dapat dilihat di tabel 3.


 Derajat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus : SR
jumlah larva akhir
SR= x 100 %
jumlah larvaawal

Tabel 3 data SR(Survival Rate)

Jumlah larva awal Jumlah larva akhir SR


3136 1745 55,64%

Berdasarkan Tabel 3 di atas, kelangsungan hidup larva ikan Gurami


(Osphronemus gouramy) yaitu 55,64%yang artinya tergolong rendah, faktor yang
bisa mempengaruhi keberlangsungan hidup larva yaitu diantaranyaadalah kualitas
benih, jenis pakan, kualitas air, dan penyakit.Salah satu penyebab rendahnya
SR(Survival Rate) di Balai Benih Ikan ini adalah pengendalian kualitas air yang
kurang baik sehingga mempengaruhi tingkat keberlangsungan hidup larva.

2.2.6 Sampling Pertumbuhan Larva

Kegiatan sampling dilakukan hanya pada minggu pertama dan minggu


ke empat hal ini dikarenakan demi menjaga keberlangsungan hidup ikan yang
semakin hari semakin turun jumlahnya. Sampling dilakukan denganmenggunakan
penggaris dalam ukuran sentimeter (cm) dan juga timbangan digital .Sampling
atau pengambilan data pengukuran dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan
larva dari panjang dan berat larva. Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil
10 ekor larva dari akuarium penetasan.
Pengukuran pertumbuhan dilakukan pada larva umur hari ke- 7 dan hari
ke- 31 data sampling selama pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4 data sampling

Mingu ke- 1 Minggu ke- 4


Panjang Berat Panjang Berat
(cm) (g) (cm) (g)
0,8 0,04 1,4 0,21
0,8 0,04 1,2 0,25
0,7 0,02 1,5 0,20
0,8 0,03 1,4 0,21
0,8 0,04 1,5 0,17
0,7 0,04 1,2 0,26
0,7 0,05 1,2 0,15
0,8 0,04 1,4 0,20
0,7 0,03 1,5 0,24
0,8 0,04 1,3 0,26
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
(cm) (gr) (cm) (gr)
0,76 0,03 1,36 0,21

Gambar…. grafik pertumbuhan

Grafik Pertumbuhan Berat (gr)


0.25 0.21
Berat bobot (gr)

0.2
0.15
0.1
0.05 0.03
0
1 4
Minggu

Grafik pertumbuhan panjang


1.36
Ukuran Panjang (cm)

1.5
0.76000000
1 0000001
0.5

0
1 2
minggu
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Kegiatan Pemijahan ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di UPTD BBI


Cimaja Sukabumi. Kegiatan dimulai dari persiapan wadah, pemeliharaan induk,
pemijahan, penetasan larva, pemanenan larva, pemeliharaan larva, pengelolaan
kualitas air,dan pemeliharaan benih.Pemijahan dilakukan secara alami dengan sex
ratio jantan : betina adalah 1 : 3.

Dari peraktik kerja lapangan yang dilakukan di UPTD BBI Cimaja


Sukabumi diperoleh nilai FR tertinggi 98,2% dan terendah 92,6%, nilai HR
tertinggi 99,5% dan terendah 87,2%, dan nilai SR ikan Gurami yaitu 94,8
%.Pengelolaan kualitas air pada media pembenihan ikan Gurami pada kolam
induk yaitu meliputi penerapan system air mengalir dan pembersihansampah yang
terbawa arus air sungai pada kolam serta pada media wadah pemeliharan larva
dan benih yaitu meliputi penyiponan dan pergantian air. Hasil kualiatas air
menunjukkan suhu dan pH dalam kisaran baku mutu.

UPTD BBI Cimaja Sukabumi menerapkan sistem pencegahan hama dan


penyakit seperti pergantian air yang rutin pada media pemeliharaan ikan,
pemberian pakan yang sesuai prosedur dan menjaga kebersihan baik lingkungan
maupun peralatan budidaya. Selama kegiatan Kuliah Kerja Lapangan berlangsung
tidak ditemukan penyakit yang menyerang ikan Gurami.
3.2 Saran

Kebersihan akuarium dan pemberian pakan dalam pemeliharaan


larvaharus tetap terjaga konsistensinya agar peningkatan hasil pemanenan larva
dapat ditingkatkan dan menghindari terjadinya gagal panen, pemerhatian yang
lebih terhadap sarang Gurami pada kolam media pemijahan perlu untuk
ditingkatkan agar pengangkatan telur dapat dilakukan dengan baik dan hasil
jumlah telur yang didapat menjadi lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bodiana, Rahardja SB. 2018. Teknik Pembenihan Ikan Gurami (Osphronemus way) Balai
Benih Ikan Ngoro, Jombang Journal of Aquaculture and Fish Health 7(3):90-97

Cahyoko Y. 2011. Pengaruh Beberapa Jenis Karbohidrat dalam Pakan terhadap


Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Ophronemas gourumy Lac.) yang Berumur 80
Hari Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 3(2): 133-138.

Fitriadi WM, Basaki F. Nugmbo AR 2014. Pengaruh Pemberian Recombinant Growth


Hormone (GH) melalui Metode Oral dengan Interval Waktu yang Berbeda
terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Larva Ikan Curumi var Bustard
(Osphronemas gouramy Lacepede 1801), Journal of Aquaculture Management
and Technology 3277-85

Listianingrum N 2015 Pengaruh Penambahan Vitamin C Dalam Pakan Terhadap


Gambaran Darah Pada Ikan Gurumi (spironemus gouramy) [skripsi).

Purwokerto: Universitas Muhammadiyah. Nirmala dan Rasmawan 2010. Kinerja


Pertumbuhan Ikan Gurme (Osphronemgramy Lac.) yang dipelihara Pada Media
Bersalinitas Dengan Paparan Mestan Listrik. Jurnal Akuakultur Indonesia 9(1):46-
55.

Rasyid MD, Wirayudha MTL, Wijaya GMI 2013. Kajian Kualitas Indukan ikan Gurami
(Oxphromerus gosramy) terhadap Kondixi Optimal Perijah Berdasarkan Analias
Bioakustik (PKM) Bogne Institut Pertanian Bogor.

Sulhi M, Samsudin R. Subogia 1, Hendra. 2012. Peningkatan Kualitas dan Kountitas


Produksi Benih Gurami Melalui Penggunaan Ekstrak Daun Sente (Alocasia
macronfuza) dalam Pakan Induk Prosiding Indoaqua-Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur.

Sarjito, Prayitno SB, Haditomo AHC 2013, Baku Pengantar Parasit dan Penyakit Ikan
Semarang UNDIP Press.

Tanjung LR. Said DS, Triyanto, Maghfirah M. 2013. Ikan Gurumi (Osphronemus gouramy)
Strain Padang Terbukti Memiliki Ketahanan Alami terhadap Infeksi Aeromonas
Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia.

Wahyadinata Y. 2013. Analisis Proyeksi Produksi Budidaya Ikan Gurame Berdasarkan


Pemetaan Lahan Potensial Kabupaten Majalengka [skripsi]. Bandung: Universitas
Padjadjarım.

Anda mungkin juga menyukai