(Nemipterus sp.)
TUGAS AKHIR
OLEH :
ASRIANTI
1422030591
RINGKASAN
Hasil tangkapan ikan Kurisi (Nemipterus Sp.) sangat berlimpah dan hampir
tidak mengenal musim tetapi ikan Kurisi adalah bahan baku yang mudah busuk
(perishable material) sehingga diperlukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan,
sehingga mampu disimpan lama lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan
sebagai bahan konsumsi. Konsumsi ikan yang meningkat membuat upaya untuk
pengolahannya semakinn bervariatif. Salah sartu upaya adalah dengan
mengembangkan surimi dari produk lanjutannya. Surimi merupakan produk
olahan perikanan setengah jadi (intermediate product) yang berpeluang memberi
nilai tambah (value added) yang berupa hancuran daging ikan yang mengalami
proses pencucian dengan larutan garam, pengepresan, penambahan bahan
tambahan (food additive), pengepakan dan pembekuan.
Proses pengolahan surimi dari ikan Kurisi (Nemipterus Sp.) adalah
penerimaan bahan baku, penyiangan, pemisahan daging ikan, pencucian
(leaching), penyaringan, dan pengepresan daging, pencampuran, pencetakan, dan
pengemasan, pembekuan., pengecekan logam berat, pengepakan dan pelabelan,
penyimpanan beku dan distribusi. Faktor yang mempengaruhi mutu dari surimi
yaitu jenis bahan baku, proses yang dilakukan, sanitasi dan hygiene.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah menganalisi proses pengolahan
surimi beku dari ikan kurisi (Nemipterus sp.) di PT. Bintang Karya Laut,
Rembang, Jawa Tengah. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan di
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.
Penyusunan tugas akhir ini berdasarkan kegiatan Pengalamam Kerja Praktek
Mahasiswa mulai dari tanggal 23 januari – 9 April 2017 di PT. Bintang Karya
Laut, Rembang, Jawa Tengah, kegiatan ini dilakukan dengan pengamatan
langsung dan studi pustaka.
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyeselesaikan tugas akhir.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW, serta para keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita
dari alam kegelapan, menuju alam yang terang menderang seperti yang kita
rasakan pada saat sekarang ini. Tugas Akhir ini disusun sebagai bukti fisik
kegiatan penulis di lokasi dan merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI................................................. ii
RINGKASAN ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
2.1 Tujuan dan kegunaan ..................................................................... 2
V. PENUTUP ............................................................................................. 26
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 27
5.2 Saran .............................................................................................. 27
No Halaman
1. Tabel 1 Komposisi pada Ikan Kurisi ....................................................... 4
2. Tabel 2 Perbandingan antara Ikan Kurisi dan Beberapa Ikan Demersal
Jenis lain ............................................................................................... 5
3. Warna Plastik Kemasan Surimi ........................................................... 23
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Ikan Kurisi (Nemipterus sp.) …............................................................ 3
2. Diagram Alur Proses Pengolahan Surimi Beku ................................... 12
I. PENDAHULUAN
Ikan kurisi (Nemipterus sp.) adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis penting
atau sering dikatakan sebagai hasil perikanan berdaging putih yang memiliki nilai
ekonomis dan banyak di konsumsi oleh penduduk Asia. Ikan kurisi merupakan
salah satu komoditi ekspor sektor perikanan selain udang-udangan di Indonesia
yang memiliki nilai gizi tinggi. Ikan kurisi juga dapat ditangkap diseluruh perairan
Indonesia, sehingga hasil tangkapan ikan kurisi sangat melimpah dan hampir tidak
mengenal musim. Ikan kurisi juga merupakan bahan baku yang mudah busuk,
setelah ditangkap dan mati, oleh karena itu ikan kurisi perlu ditangani dengan baik
sehingga tetap dalam kondisi yang layak dikonsumsi oleh konsumen (Amri dan
Khairuman, 2008)
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Family : Nemipteride
Genus : Nemipterus
Ikan kurisi tergolong ikan berdaging putih dan ekonomis. Ikan kurisi
termasuk kedalam jenis ikan demersal. Hal ini dicirikan dengan bentuk mulut
yang letaknya agak ke bawah dan adanya sungut yang terletak didagunya yang
digunakan untuk meraba dalam usaha pencarian makanan. Ciri-ciri ikan kurisi
berukuran kecil, badan langsing dan padat (Sulistyawati, 2011).
Ikan kurisi tergolong jenis ikan yang berprotein tinggi dan rendah lemak.
Ikan yang tergolong berlemak rendah dan berprotein tinggi memiliki kandungan
protein 15- 20% dan kandungan lemaknya kurang dari 5% . Komposisi kimia dari
ikan kurisi berdasarkan penelitian Sedayu (2004) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi pada ikan Kurisi (Sedayu 2004).
Kadar air 79,55%
Kadar abu 0,97%
Kadar protein 16,85%
Kadar lemak 2,2%
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa kadar protein pada ikan kurisi
menjadi komponen terbanyak setelah kadar air, yaitu 16,85% dari keseluruhan
komposisi ikan kurisi. Dari data lain, ditemukan bahwa kadar protein pada ikan
kurisi mencapai 19,66%, dan apabila dibandingkan dengan jenis ikan demersal
lain memiliki kandungan protein yang tidak jauh berbeda. Bahkan jika
dibandingkan dengan ikan kakap merah dan ikan kerapu, ikan kurisi memiliki
kandungan protein lebih tinggi. Ikan kakap merah dan ikan kerapu merupakan
jenis ikan yang harganya tergolong tinggi jika dibandingkan dengan harga kurisi
di pasaran. Dengan kandungan protein yang tinggi pada ikan kurisi maka dapat
diketahui untuk memenuhi kebutuhan protein pada masyarkat tidak harus dengan
mengkonsumsi ikan dengan harga yang terbilang tinggi. Perbandingan antara ikan
kurisi dan beberapa ikan demersal jenis lain dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan antara ikan kurisi dan beberapa ikan demersal jenis lain.
Nama ikan Kadar air Kadar abu Kadar Kadar
(%) (%) protein (%) lemak (%)
Ikan kurisi 77,61 1,56 19,66 0,94
Kakap merah 80,51 1,33 17,82 0,55
Kerapu 81,2 1,11 16,97 0,47
Sange 80,02 1,38 18,08 0,53
Gerot-gerot 78,19 19,60 19,60 0,2
b. Penyiangan
Berdasarkan SNI 2693:2013 penyiangan dilakukan dengan cara
membuang kepala dan isi perut, karena pada bagian tersebut terdapat enzim dan
bakteri yang bersifat menguraikan dan pada bagian isi perut adalah tempat
pencernaan ikan sehingga bakteri pembusuk bisa membantu mempercepat proses
pembusukan.
e. Pencampuran (mixing)
Pada proses ini daging dicampur cryoprotectant yang terdiri dari gula
Kristal, Sodium Tripolyphosphate (STTP), dan Egg White Powder (EWP).
Penambahan cryoprotectant pada surimi bertujuan untuk menghambat denaturasi
protein dan dehidrasi daging surimi selama penyimpanan beku karena bahan-
bahan tersebut dapat mengikat air.
g. Pembekuan
Proses pembekuan surimi dilakukan setelah proses pencetakan dan
pengemasan. Pembekuan surimi menggunakan mesin pembeku jenis contact plate
freezer (CPF) dengan amoniak refrigerannya.
k. Pendistribusian (stuffing)
Distribusi dilakukan dengan menggunakan media pengangkut truk
container yang berada pada suhu rendah yaitu – 220 C jika kurang dari maka
container mengalami kerusakan. Menurut Ilyas (1993), bahwa dengan unit
refrigerasi pengontrolan suhu dalam sarana angkut dapat diatur mulai dari 0 0 C
sampai dengan – 250 C.
III. METODOLOGI
Blong
Basket
Fiber Box,
Timbangan Digital
Meja Pengolahan
Pisau
Trolly
Fish Scalling Machine
Conveyor
Meat Bone Separator
Leaching Tank
Rotary Screen
Refiner
Screw Press
Bowl Cutter Mixer
Former
Long Pan
Contact Plate Freezer
Metal Detector
Ice Machine
Forklift
Rhemoeter
Yeasten Moisture Meter
pH meter.
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan proses pengolahan surimi beku
dari ikan kurisi (Nemipterus sp.)
Ikan Kurisi (Nemipterus Sp.)
Air Bersih Bersuhu 40 C
Kalsium Klorida (Cacl2)
Gula
Sodium Tripolyphosphate (STTP),
Egg White Powder (EWP)
Ice Flake
Selain itu adapun bahan sanitasi yang digunakan dalam pelaksanaan proses
pengolahan surimi beku dari ikan kurisi (Nemipterus sp)
Klorin
Deterjen/sabun
Alkohol
3.3 Prosedur Kerja
- Penerimaan bahan baku, pada saat penerimaan bahan baku dilakukan uji
organaleptik dan untuk menjaga kesegaran ikan ditambahkan ice flake
- Di lakukan pencucian I, pada saat proses ini ikan yang berada diruang
gelap di masukkan ke dalam mesin pencucian I, dimana ikan di masukkan
langsung ke dalam mesin fish scalling machine.
- Setiap ikan yang keluar dari mesin akan di timbang (penimbangan I) dan
di catat berbasket untuk data perbandingan. Setiap basket memiliki berat
yang berbeda-beda.
- Pada proses pemotongan kepala. Ikan di potong kepalanya secara manual
menggunakan pisau stainlees steel yang tajam, tidak berkarat. Pemotongan
kepala secara miring agar isi perut ikan lebih mudah dihilangkan.
- Ikan yang telah melalui proses pemotongan kepala akan di timbang
kembali (penimbangan II)
- Pencucian II dilakukan dengan menggunakan air mengalir secara cepat,
cermat, dan saniter untuk menjaga suhu ikan tetap berada dibawah 10 0 C
dengan perbandingan air yang digunakan 1:1
- Di lakukan proses pemisahan daging ikan dari tulang, duri, kulit, dan sisik.
Ikan dari proses pencucican II di masukkan ke dalam mesin pemisah
daging Meat Bone Separator melalui Conveyor
- Proses leaching di lakukan, pada proses leaching daging ikan sudah
berbentuk lumatan daging yang telah di pisahkan dari tulang, duri, kulit,
dan sisik oleh Meat Bone Separator kemudian di campur air dingin yang
bersuhu ± 40 C
- Di lakukan proses penyaringan (Refining) pada mesin refiner dilakukan
penyaringan kembali pada lumatan daging sehingga dihasilkan daging
murni yang berwarna putih, cerah yang yang akan keluar dari rongga-
rongga kecil yang terdapat pada mesin refiner. Setelah itu masuk ke dalam
proses screw press untuk mengurangi kadar air pada surimi.
- Daging yang telah melalui proses screw press di tampung kedalam
baskom sebanyak 10 kg/baskom dan lakukan penimbangan III.
- Kemudian daging ikan di campur dengan bahan Cryoprotectant yang
terdiri dari gula Kristal, Sodium Tripolyphosphate (STTP) dan Egg White
Powder (EWP).
- Daging yang telah di campur dengan bahan tambahan di masukkan ke
dalam mesin pencetak dengan menggunakan former yang terhubung
langsung dengan mesin mixer. Kemudian surimi masuk kedalam plastik
yang berbahan Polyetilene (PE) dan di timbang dengan berat 10 kg/plastik
di letakkan pada long pan
- Pada proses pembekuan ini, surimi yang telah di cetak di tumpuk diatas
trolly kemudian di bawa ke ruang pembekuan dan di masukkan kedalam
contact plate freezer.
- Di lakukan pengecekan surimi apakah terdapat benda-benda asing
didalamnya dengan menggunakan metal detector. Apabila produk surimi
beku terdapat logam maka alarm pada metal detector akan berbunyi secara
otomatis.
- Kemudian dikemas dengan kemasan karton yang telah di label. Proses
pengemasan surimi menggunakan kardus yang berlapis lilin yang
berfungsi untuk mencegah kerusakan fisik produk surimi.
- Produk surimi yang telah di kemas akan di simpan dalam cold stroge
menggunakan alat forklift.
- Dan di lakukan pendistribusian dengan media mobil container.
Diagram alur proses pengolahan surimi beku dari ikan kurisi (Nemipterus sp.)
dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Pencucian 1
Air dingin
Penyimpanan Penyimpanan Penimbangan 2
Penyiangan
Penimbangan 2
Air dingin
Pencucian 2
Pemisahan daging
Garam© and CaCl2
Pencucian lumatan daging
Penyaringan dan
pengepresan
Penimbangan 3
Pencampuran
plastik
Pencetakan Surimi
Penimbangan Akhir
Note
Strapping Pembekuan
: Proses opsional
Band and
Pendeteksian logam
© : STTP, EWP, and gula
Aditif opsional Master
Carton
Pengemasan dan labeling
Penyimpanan beku
Pendistribusian
b. Uji pH
Pengujian mutu yang berikutnya yaitu uji pH (derajat keasaman) yang
dilakukan pada produk akhir surimi oleh bagian QC (quality control) setiap
harinya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan skala 1-
14. Cara pengujiannya adalah pH meter ditusukkan ke sampel sebanyak 500
gram. Standar nilai pH yang ditetapkan oleh PT. Bintang Karya Laut yaitu 7- 72.
Menurut Munizaga (2004), pH adalah salah satu factor penting dalam
menghasilkan gel surimi yang kuat dan elastic. pH optimal ikan daging putih
untuk memperoleh gel yang kuat sekitar 7,0 – 7,5.
c. Uji Kekenyalan (gel strength)
Surimi yang telah dibekukan dan disimpan dalam cold storage selama
semalam kemudian dikeluarkan, dipotong-potong digiling kemudian diaduk
mengggunakan food processor dan diberi garam sebanyak 15 gram. Daging
cincang ini kemudian dicetak menyerupai bentuk sosis dengan alat sausege
maker setelah dicetak berbentuk sosis kemudian dilakukan perebusan pada suhu
400 C dan 900 C masing-masing selama 20 menit setiap sosis dipotong-potong
dan di uji kekenyalannya menggunakan alat bernama rheometer. Pengukuran
dari kekuatan gel tersebut didapat dari kekuatan pemecah gel (force stergth)
yang dinyatakan dengan W (gram), kemudian kekuatan penahan beban (express
depression depth) yang dinyatakan dengan L (cm) pada surimi. Dari hasil
pengujian akan didapat nilai dari kekuatan gel yang dinyatakan dalam W x L
(gxcm). Standar tertinggi yang ditetapkan untuk gel strength yaitu 1000-up
artinya nilai dari hasil perkalian antara kekuatan pemecah gel (W) dan kekuatan
penahan beban (L) nilainya diatas 100 g.cm. Menurut Agustini et. al., (2008),
rata-rata nilai gel sterngth ikan kurisi dengan perlakuan krioprotektan yang
berbeda adalah antara 1356,416 – 1511, 307 g.cm.
d. Uji gigit
Uji gigit ini dilakukan oleh QC (quality control) dan beberapa panelis
yang dianggap berpengalaman. Sama seperti pembuatan sosis pada uji
kekenyalan, daging cincang yang telah diaduk menggunakan food processor dan
diberi garam kemudian dibuat menjadi bakso dan direbus hingga matang.
Pengujian dilakukan oleh quality control dan panelis dengan cara menggigit bakso
tersebut dan menentukan kekenyalannya. Penentuan nilai kekenyalan uji gigit
dinyatakan dalam nilai 1 – 9. Hasil uji gigit produk surimi PT. Bintang Karya
Laut memiliki skor 8 – 9.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengolahan surimi beku dari ikan kurisi (Nemipterus sp.) yang di
produksi meliputi : pengankutan bahan baku, penerimaan (receiving), penanganan
bahan baku, penyiangan, pemisahan daging, leaching, refine, and dehydrating,
mixing, pencetakan dan pengemasan, pembekuan, metal detecting, pengepakan
dan pelabelan, penyimpanan beku di cold stroge dan pendistribusian.
Bahan baku untuk pembuatan surimi adalah ikan Kurisi, ikan Kapasan, ikan
Mata Lebar, dan ikan Kuniran. Namun bahan baku yang menjadi produk unggulan
adalah yang berasal dari ikan Kurisi dan ikan Mata Lebar karena banyaknya
tingkat permintaan dari konsumen serta dinilai memiliki kualitas gel surimi yang
tinggi jika dibandingkan dengan ikan lainnya. Bahan baku ikan didapat dari
supplier di TPI (Tempat Pelelangan ikan) Rembang, Juawana, dan Brondong
(Lamongan).
Spesifikasi dan standar mutu baik bahan baku untuk produksi surimi adalah
kenampakannya cerah, bolah mata menonjol, insang masih cerah, berbau segar,
dan dagingnya masih elastic. Pada saat penerimaan bahan baku pihak Quality
Control yang akan melakukan pengecekan terhadap bahan baku dan jika terdapat
bahan baku yang tidak sesuai spesifikasi maka akan dipisahkan diolah untuk
dijadikan surimi dengan grade untuk pasar lokal.
1. Potong kepala ikan sampai batas perut secara miring : sirip dan isi perut ikan
pastikan telah bersih
2. Potong kepala ikan secara sejajar setelah bagian kepala terpisah kemudian
potong bagian perut secara miring. Bersihkan isi perut sampai bersih.
Ikan yang telah dipotong kepalanya di tampung di basket kuning
sedangkan untuk kepala dan isi perut di tampung di basket berwarna hijau. Saat
proses pemotongan kepala, ikan yang masih di meja atau belum di potong di beri
es curai agar kesegarannya tetap terjaga dan tidak mengalami kemunduran mutu.
Penyiangan dilakukan secara hati-hati dan jangan sampai isi perut mengotori
daging, karena bagian isi perut mengandung banyak bakteri sehingga dapat
mempercepat pembusukan selain itu juga mempengaruhi warna daging sehingga
produk surimi yang dihasilkan berwarna gelap dan kurang menarik. Suhu ruangan
potong kepala paling sedikit lebih tinggi yaitu 31 0C dikarenakan banyaknya
jumlah pekerja borongan diruangan tersebut, maka dari itu proses ini harus
dilakukan secara cepat dan diberi penambahan es curai pada ikan agar
kesegarannya tetap terjaga dan tidak mengalami kemunduran mutu. Hal ini
dinyatakan dalam Suzuki (1981), bahwa pemotongan kepala berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas (rendemen) surimi, jika pemotongan terlalu ke
depan maka isi perut masih tersisa dan menyebabkan mudah terjadi kemunduran
mutu tetapi jika pemotongan terlalu ke belakang maka rendemen yang dihasilkan
akan kecil. Isi protease serta menjadi sumber bakteri yang dapat dengan
menurunkan mutu ikan yang mengakibatkan turunnya pembentukan gel surimi.
Ikan yang telah di potong kepala dan isi perutnya lalu di tempatkan kembali
pada keranjang dan kembali ditimbang untuk mengetahui presentase
rendemennya. Rendemen bahan baku ikan Kurisi setelah di potong dan di buang
isi perutnya berkisar 60-63 % dari berat utuh. Ikan ditimbang per 20 kg setiap
keranjangnya lalu disiram dengan air dingin yang mengalir dan ditambahkan es
0
curah agar suhu ikan tetap ≤8 C kemudian ikan dimasukkan pada fish scalling
machine. Cara kerja mesin ini seperti mesin cuci yaitu berputar menggulung
daging-daging ikan mencuci dan menghilangkan kotoran sambil juga
menghilangkan sisiknya. Proses pencucian dan penghilangan sisik di mesin ini
menggunakan air dingin bersuhu ≤40C yang berasal dari sumur artetis di sekitar
lingkungan pabrik dan telah teruji klinis dan sesuai standar air minum.
Daging ikan yang telah dipisahkan dari kulit dan tulangnya tersebut keluar
dari meat bone separator sudah berbentuk lumatan daging kemudian bercampur
dengan air dingin bersuhu ≤40C masuk ke dalam pipa menuju leaching tank untuk
dicuci kembali.
EWP (Egg White Powder) merupakan putih telur yang dibuat tepung dan
berfungsi untuk membantu meningkatkan pembentukan gel. Sehingga menambah
tingkat kekenyalan pada daging, EWP (Egg White Powder) di dapatkan dari India.
Bahan tambahan EWP (Egg White Powder) mempunyai sifat yang dapat
mengikat protein, memperbaiki tekstur dan terutama dapat meningkatkan kualitas
gel pada surimi. Menurut Nopianti et al. (2011), kekuatan gel dapat ditingkatkan
dengan gula berkalori rendah, penambahan cryoprotectant, pemberian bahan
tambahan makanan metode pencucian, Agustini dan Swastawati (2003),
memyatakan perkembangan baru daripada teknologi surimi adalah penggunaan
protease inhibitor untuk meningkatkan mutu gel. Salah satu bahan bersifat
menghanbat enzim protease adalah telur putih, sehingga penambahannya pada
surimi dapat memperbaiki mutu gel surimi yang dihasilkan. STTP berfungsi
berfungsi untuk mengikat jelly agar tidak pecah, karena jika ada lemak maka akan
menjadi tidak kenyal. STTP ini didapatkan dari Gresik. Gula berfungsi sebagai
penambah rasa, gula didapatkan dari Banten. Banyaknya penambahan EWP,
STTP, dan gula tergantung permintaan konsumen. Setelah ditambahkan bahan-
bahan tersebut surimi dicetak dengan alat yang bernama former, dan dikemas
dengan plastik PE (Polyethylene).
4.10 Pembekuan
Produk surimi beku yang telah lolos di mesin metal detector kemudian
dilakukan pengepakan dan pelabelan. Surimi dikemas dengan master carton
(MC) yang berlapis lilin berfungsi untuk mencegah kerusaka fisik produk,
menjaga produk agar tidak mudah mencair, dan mengalami dehidrasi saat
disimpan. MC didapat dari semarang. Dalam satu kemasan karton berisi 2 pan
surimi dengan berat 20 kg. Surimi yang telah dikemas dalam karton kemudian
diberi strapping band sesuai dengan warna plastic pembungkusnya.
Beberapa hal yang terdapat pada kemasan produk surimi beku yang
diproduksi oleh PT. Bintang Karya Laut berkaitan dengan informasi produk
diantaranya :
Nama produk
Nam perusahaan
Tanggal kadaluarsa
Packaging date
Jenis ikan
Grade
Berat bersih
4.13 Penyimpanan Beku (Cold Stroge)
Produk surimi beku yang telah dikemas kemudian di simpan terlebih
dahulu sebelum didistribusikan. Surimi beku disimpan dalam ruang penyimpanan
beku (Cold stroge) pada suhu -180C dengan fluktuasi suhu maksimal 30 C. Lama
penyimpanan produk surimi beku maksimal 1 tahun. Bagian bawah packaging
produk di alasi dengan pallet plastic agar master carton tidak kotor dan tidak
terkontaminasi mikroorganisme. Menurut Matsumoto dan Noguchi (1992),
setelah beku, surimi dikemas dalam kantong plastic dan disimpan pada suhu
cukup baik (maksimal -200 C) tanpa banyak mengalami perubahan sifat
fungsional. Fluktuasi suhu yang terjadi selama penyimpanan dapat menurunkan
kemampuan pembentukan gel pada surimi.
PT. Bintang Karya Laut memiliki 2 buah cold stroge dengan masing-
masing kapasitas sebanyak 500 ton. Bahan refrigerant yang di pakai pada cold
stroge sama dengan contact plate freezer yaitu amoniak. Amoniak dianggap lebih
unggul karena lebih murah dan mudah diperoleh selain itu juga karena amoniak
tahan terhadap fluktuasi suhu yang ekstrem jika listrik padam secara tiba-tiba suhu
tidak mudah turun.
Setiap container dapat menampung 1250 carton surimi atau dengan berat
sekitar 25 ton. Proses stuffing surimi ke dalam container dari cold storage
dilakukan dengan bantuan forklift (mobil pengangkut) dan setelah stuffing selesai
container ditutup dan dikunci dengan segel khusus untuk mencegah terjadinya
pencurian.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Standar mutu dari surimi beku yang berkualitas baik yaitu memiliki
kadar air 74-75%, nilai pH 6,8 – 7,1 bau spesifik surimi, tingkat kekenyalan
(gel strength) tinggi yaitu >1000 dan nilai uji gigit yaitu 8- 9.
5.2 Saran
Sebaiknya bahan baku untuk pembuatan surimi diperhatikan kualitasnya,
karena pada saat kerja lapangan masih ditemukan beberapa ikan dengan
kualitas yang kurang baik dan baunya menyengat.
DAFTAR PUSTAKA
Amri dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Astuti, P.E. 2009. Pengaruh Jenis Tepung Dan Cara Pemasakan Terhadap Mutu
Bakso Dan Surimi Ikan Hasil Tangkap Sampingan (HTS). (Skripsi).
Institute Pertanian Bogor, Bogor
Ilyas, S. 1993. Teknologi Refrigrasi Hasil Perikanan. Jilid II. CV. Paripurna,
Jakarta
Matsumoto dan J. J. Noguchi. 1992. Cryostabilization of Protein in Surimi. Surimi
Technology. New York: Marcel Dekker Inc.
Suzuki, T. 1981. Fish and Krill Protein Processing Technology. Applied Science
Publishing London.
Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Bina Cipta,
Bandung.
Sedayu BB. 2004. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Beku Daging Lumat Ikan
kurisi (nemipterus sp) Terhadap Mutu Fisika-Kimia Surimi (Skripsi).
Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Negeri Bogor.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran I. Penentuan CCP Pada Proses Pengolahan Surimi Beku dari Ikan
Kurisi (Nemipterus sp.)
Ya Tidak
Tidak
**) Tingkatan yang dapat diterima dan tidak dapat diterima perlu ditentukan
sesuai tujuan menyeluruh dalam identifikasi TKK pada rencana HACCP
Lampiran II.