Anda di halaman 1dari 15

Kelompok :3

Tanggal : 25 Maret 2023

MODUL III : PENCAIRAN ES

Nama : Rasyid Wira Pradipta NIM : 26030120140050 Ttd :

Pengantar Teori Praktikum


Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pendinginan menggunakan es adalah
perbandingan ataupun rasio antara jumlah es yang digunakan dengan besar kecilnya ikan atau produk
perikanan lainnya yang akan diberi es.
Faktor ini mempengaruhi suhu yang akan dicapai. Jika rasionya kecil, suhu yang didapat kurang
rendah untuk tetap mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama, sebaliknya jika rasionya terlalu
besar akan menyebabkan ikan menjadi rusak secara fisik karena himpitan atau tekanan dari bongkahan atau
pecahan es yang digunakan. Es yang ditambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan sampai 0C.

Tujuan
1. Mengetahui kecepatan pencairan es dengan menggunakan wadah, isolator dan suhu lingkungan yang
berbeda; dan
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencairan es.

Kompetensi
1. Mampu menjelaskan beberapa proses pencairan es dengan menggunakan wadah isolator dan suhu
lingkungan yang berbeda; dan
2. Mampu melakukan analisa faktor – faktor yang mempengaruhi pencairan es.

Prosedur Kerja
a. Bahan
Es air garam 5%, es iar gula 10%, dan es air tawar
b. Alat
Termometer, timbangan roti, stopwatch, wadah (blong, box styrofoam, dan box polyethiline), penjepit es,
dan sendok
c. Metoda
- Siapkan jenis wadah isolator yang berbeda untuk es.
- Timbang 300 gram es dan masukan ke dalam wadah.
- Catat suhu dalam wadah, suhu lingkungan dan timbang sisa es setiap 10 menit sekali hingga es mencair
semua
- Catat waktu pada saat es mencair.
- Cocokan dengan perhitungan rumus pencairan es
- Plot grafik hubungan antara lama waktu penyimpanan dan sisa berat es.
Lembar Hasil Pengamatan
1. Pengamatan Hasil Pencairan Es
Tabel 10. Hasil Pengukuran Wadah Pencairan Es
Panjang Tinggi Tebal Diameter Lebar
No. Wadah
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 Box Styrofoam 36 30 2 - 25
2 Baskom - 10 0,1 30 -
Sumber : Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan, 2023.

2. Pengamatan Hasil Pengukuran Suhu dan Berat Es pada Wadah Baskom yang
Digunakan

a. Wadah Baskom dan Es Air Tawar


Tabel (…). Lama Pencairan Es Air Tawar pada Wadah Baskom
No Waktu Suhu Suhu Es Suhu Wadah Massa es Waktu (WIB)
(Menit) Lingkungan (°C) (°C) (g)
(°C)
1 0 24.9 3.3 24.9 82 11.33
2 10 20 3.2 26 72 11.43
3 10 19.7 5.8 18.8 62 12.53
4 10 24.2 8.2 24.4 49 12.08
5 10 21.15 11.7 21 35 12.18
6 10 27.1 13.5 23.4 24 12.28
7 10 24.5 16.6 24.4 17 12.38
8 10 25.5 17 25 8 12.49
9 10 27 17 26 3 12.59
Sumber: Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan, 2023.

b. Wadah Baskom dan Es Air Garam


Tabel (…). Lama Pencairan Es Air Garam dan Wadah Baskom

Waktu Suhu Suhu


Suhu Es Massa Es
No (Menit)Lingkungan Wadah
(0C) (gram)
(0C) (0C)
1 0 30 25,4 2,6 80
2 10 28,6 17,4 4,6 17
3 20 24,8 24 0 0
Sumber: Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan, 2023.
3. Pengamatan Hasil Pengukuran Suhu dan Berat Es pada Wadah Styrofoam yang Digunakan
Trip

a. Wadah Styrofoam Es batu air garam

Tabel(…). Hasil Pengamatan Pencairan Es Air Tawar dengan Wadah Styrofoam


Suhu Suhu Suhu
Massa es
No. Waktu (menit) lingkungan wadah es Waktu (WIB)
(gram)
(0C) (0C) (0C)
1. 0 22 21 0 94 11:37
2. 10 23 23 2 78 11:47
3. 20 22 21 0 58 11:57
4. 30 21 20 1 33 12:07
5. 40 22 19 2 20 12:17
6. 50 24 23 0 15 12:27
Sumber: Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan, 2023.

b. Wadah styrofoam Es batu air garam


Tabel(…). Hasil Pengamatan Pencairan Es Air Garam dengan Wadah Styrofoam
Waktu Suhu lingkungan Suhu Suhu
Massa es
No (Menit) (°C) wadah es
(gram)
(°C) (°C)
1 0 30 23 8 88
2 10 29 22 7,7 52
3 20 28 19 8,3 39
4 30 30 21,3 12 20
5 40 28 24 7,9 9

Sumber: Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan, 2023.


4. Grafik Hubungan Antara Lama Waktu Penyimpanan dan Berat Es pada Wadah Styrofoam
dan Baskom.

Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Berat ES pada Wadah


Baskom
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Air Tawar Air Garam

Gambar (…). Grafik Hubungan Antara Lama Waktu Penyimpanan dan Berat Es pada
Wadah Baskom
(Sumber : Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan, 2023)

Hubungan Lama Waktu Penyimpanan dan Berat ES pada Wadah Sty-


rofoam
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60

Air Tawar Air Garam

Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Lama Waktu Penyimpanan dan Berat Es pada Wadah
Styrofoam
(Sumber : Praktikum Teknologi Penanganan Hasil Perikanan, 2023)
Perhitungan:

P=kATX 1−T 2 P=¿Qt ¿

Q = mes x Lf

Ket:
P : Laju pengaliran panas dalam wadah (J s-1)
K : Konduktivitas material wadah
X : Tebal wadah (cm)
A : Luas permukaan wadah berdasar bagian terluar (cm2)
T1 : Suhu udara luar (°C)
T2 : Suhu udara dalam (°C)
Q : Banyaknya kalor (J)
T : Waktu es mencair (s)
Mes : Massa es (kg)
Lf : Kalor lebur es (3,35 x 105 J kg-1) atau 80 kal/g

Perhitungan :
Luas Permukaan Wadah
a. Wadah Styrofoam
Diketahui :
P = 36cm
L = 25cm
T = 30cm
tebal = 2
Ditanya : A?

Jawab : A= 2 [(p×l)+(p×t)+(l×t)]
= 2 [(36×25)+(36×30)+(25×30)]
= 2 (2730)
A= 5460 cm2
b. Wadah Baskom

Diketahui :
t = 10 cm
D = 30 cm
r = 15 cm
tebal = 0,1 cm

Ditanya : A?

Jawab : A= πr(r+2t)
= 3,14×15(15+2.10)
= 47,1 (35)
A= 1648,5 cm2

Perhitungan P, Q, dan T
a. Air Tawar Wadah Baskom
Diketahui:
T1 = 24,9 ℃
T2 = 24,9 ℃
A = 1648,5 cm
x = 0,1 cm
Mes = 82 gram
Lf = 80 kal/gr
k = 0,33

Ditanya : a. P?
b. Q?
c. t?

T1-T2
Jawab : a. P=kA
X
13 ,1 - 11 , 8
=0,33×1 648,5
0,1
= 544 , 005× 13
P= 7072,0 65 J s-1

b. Q=Mes×Lf
=8 2×80
=6 560

Q
c. P =
t
6 560
7072,065 =
t
6 560
t =
7072,065
t = 0,927 s
b. Air Garam Wadah Baskom
Diketahui:
T1 = 30 ℃
T2 = 25,4 ℃
A = 1648,5 cm
x = 0,1 cm
Mes = 80 gram
Lf = 80 kal/gr
k = 0,33

Ditanya : a. P?
b. Q?
c. t?

T1-T2
Jawab : a. P=kA
X
30 - 25,4
=0,33×1648,5
0,1
=544,005× 46
P= 25024 , 23 J s-1

b. Q=Mes×Lf
=8 0 ×80
=6 400

Q
c. P =
t
6 400
25024,23 =
25024,23
6 400
t =
25024 ,23
t = 0,2557 s
c. Air Garam Wadah Styrofoam
Diketahui:
T1 = 30 ℃
T2 = 25,4 ℃
A = 5460 cm2
x = 2 cm
Mes = 80 gram
Lf = 80 kal/gr
k = 0,01

Ditanya : a. P?
b. Q?
c. t?

T1-T2
Jawab : a. P=kA
X
30-25,4
=0,01×5460
2
4,6
= 54,6×
2
P=1 25 ,58 J s-1

b. Q=Mes×Lf
=8 0 ×80
= 640 0

Q
c. P =
t
6400
125,58=
t
6 40 0
t = = 50,96
125,58

d. Air Tawar Wadah Styrofoam


Diketahui:
T1 = 24,9 ℃
T2 = 24,9 ℃
A = 5460 cm2
x = 2 cm
Mes = 82 gram
Lf = 80 kal/gr
k = 0,01
Ditanya : a. P?
b. Q?
c. t?

T1-T2
Jawab : a. P=kA
X
24,9 -2 4 , 9
=0,01×5460
2
620,01
=54,6×
2
P=1 6926 , 273 J s-1

b. Q=Mes×Lf
=8 2×80
= 6 560

Q
c. P =
t
6 560
16926,273=
t
6 560
t = = 0,387
16926,273

Kesimpulan Sementara:
Hasil pengamatan pencairan es, dilakukan menggunakan jenis es air tawar dan air
garam. Lama waktu mencairkan es air garam dan air tawar berbeda meskipun menggunakan
wadah yang sama, yaitu wadah baskom plastik. Terdapat perbedaan waktu hampir 60 menit
lebih lambat untuk mencairkan Es air tawar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan
dan kondisi wadah itu sendiri. Es air garam dan Es air tawar dalam menjaga kestabilan suhu
es situ sendiri juga memiliki perbedaan, meskipun Es air garam lebih cepat mencair namun
suhu pada es air garam tidak berkurang derastis, hanya naik sekitar 2°C dibandingkan
dengan suhu Es air tawar pada berat yang sama. Hal tersebut diakibatkan karena air tawar
dapat menurunkan suhu es lebih cepat.
Pembahasan:
Praktikum kali ini menggunakan satu jenis es batu yang berbeda, yaitu es batu
dengan air tawar dan air garam. Es batu air tawar diperoleh dari air tanah yang kemudian
dibungkus plastik lalu dibekukan, seperti halnya es air garam. Air tawar membeku pada suhu
3,3°C dikarenakan, air tawar yang dibekukan lebih cepat mencair pada suhu ruangan, namun
air garam membeku hingga suhu di bawah 0˚C. Titik beku suatu larutan adalah suhu di mana
pelarut cair dan zat terlarut berada pada kesetimbangan, sehingga tekanan uap keduanya
sama. Larutan belum membeku pada suhu 0˚C. Menurut Setiawan et al. (2018), kemampuan
pendinginan es yang ditambah garam akan menghasilkan suhu hingga di bawah 0°C.
Rendahnya suhu dan kecepatan penurunan suhu es, dapat dimanfaatkan untuk menghambat
pembusukan pada ikan. Es yang ditambah garam dapat menyerap panas dari tubuh ikan lebih
besar dari pada media es yang menggunakan air biasa.
Wadah sangat berpengaruh pada waktu pencairan es. Jenis wadah baskom plastik
yang dimana bagian atasnya terbuka tidak bisa mempertahankan suhu dingin, hal tersebut
berpengaruh pada kecepatan pencairan es. Pencairan es akan lebih cepat terjadi jika es di
dalam wadah terkena paparan langsung dari suhu luar. Luas permukaan wadah yang
digunakan juga berpengaruh pada kecepatan waktu pencairan es. Diameter wadah yang
gunakan yaitu 15 cm dan tinggi 10 cm. Wadah lain yang digunakan pada praktikum ini
adalah wadah Styrofoam. Wadah Styrofoam box tersebut juga dapat dipergunakan untuk
kebutuhan lainnya seperti berjualan makanan dan minuman dingin. Menurut Wijaya et al.
(2021), dibandingkan produk kemasan, bahan makanan dari hasil alam lebih mudah rusak
dan tidak tahan lama. Oleh karena itu dengan memasukan es balok pada styrofoam box
cocok untuk dijadikan tempat penyimpanan sementara agar kualitas bahan makanan tetap
terjaga.
Jenis wadah yang baik untuk digunakan sebagai wadah pendinginan adalah wadah
yang dapat mempertahankan suhu es di dalamnya dan melindungi es dan bahan baku yang
didinginkan. Salah satu jenis yang bagus untuk digunakan adalah cool box. Wadah pendingin
merupakan kotak pendingin yang biasanya berbentuk balok dan bisa mempertahankan suhu
es hingga waktu yang lama. Cool box sering digunakan untuk mendinginkan makanan,
minuman, bahan baku memiliki bahan khusus mirip seperti bahan plastik. Cool box yang
sering digunakan oleh nelayan ataupun kapal kapal penangkapan ikan merupakan cool box
yang terbuat dari bahan styrofoam. Cool box yang terbuat dari styrofoam memiliki harga
yang lebih murah. Menurut Trebar et al. (2015), wadah untuk pendingian yang baik adalah
wadah yang memiliki ketahanan terhadap pengaruh dari luar kotak pendingin. Styrofoam
sering kali digunakan sebagai kotak pendinginan ikan karena memiliki struktur yang
bervariasi mulai dari ukuran dan kerapatan, namun pengemasan ikan didalam Styrofoam juga
harus diperhatikan agar kualitas ikan tetap terjaga
Metode pencairan es yang digunakan adalah metode yang sangat sederhana. Metode
ini diawali dengan menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Bahan atau sampel yang
digunakan adalah es batu air tawar dan es batu air garam. Alat alat yang digunakan pada
metode praktikum ini adalah termometer, timbangan roti, stopwatch, dan wadah untuk
pencairan es berupa styrofoam dan baskom plastik. Wadah styrofoam disiapkan untuk
dijadikan tempat es disimpan. Menurut Belema et al. (2017), styrofoam dapat menjadi salah
satu wadah yang baik untuk es dan bahan makanan, karena dinilai praktis dan efisien. Es
batu air tawar dan es batu air asin ditimbang dan diambil sebanyak 80 gram dan dimasukan
ke dalam wadah styrofoam. Pengukuran suhu es di dalam wadah styrofoam dan suhu
lingkungan memanfaatkan termometer. Melakukan penimbangan sisa es tiap 10 menit yang
ada di dalam wadah menggunakan timbangan roti dan catat hasilnya hingga es mencair
semua. Cocokan dengan rumus penilaian pencairan es dan dideskripsikan menggunakan
grafik hubungan antara lama waktu penyimpanan dan sisa berat es.
Hasil pengamatan pencairan es kali ini mengunakkan wadah baskom dengan
parameter waktu, massa dan suhu. Pengukuran massa es dilakukan selama 10 menit sekali
dalam kurun waktu selama 90 menit. Pengamatan pencairan es yang pertama yaitu pada es
batu dengan air tawar dan air garam. Es batu air tawar saat dilakukan pengukuran awal, suhu
yang dihasilkan 3,3°C, dan es air garam 2,6°C lebih rendah dari es air tawar. Pengamatan 10
menit pertama suhu es batu mempunya suhu yang konstan di 3°C, akan tetapi suhu es air
garam naik 2°C dari yang semulai 2,6°C menjadi 4,6°C. Mulai pada pengamatan ketiga, es
batu dengan air tawar suhunya naik menjadi 5°C. Pada pengamatan ke 4, terjadi kenaikan
suhu pada es batu air garam dan bertambah 3°C , yang pada awalnya 5°C menjadi 8°C.
Pengamatan ke 5, suhu es batu naik derastis menjadi 11°C. Pengamatan selanjutnya suhu
terus naik hingga di pengamatan terakhir diangka 17°C. Es batu yang menggunakan air
tawar sangat cepat mencair, namun bisa mempertahankan pembekuan lebih lama. Penyebab
lainnya adalah penggunaan wadah baskom yang tidak tertutup mengakibatkan udara luar
bisa masuk dan proses pencairan menjadi lebih cepat. Sehingga diperlukan wadah tertutup,
dan tentunya dapat mempertahankan suhu dingin. Penggunaan wadah styrofoam merupakan
solusi untuk menghambat pencairan yang cepat. Menurut Widianto et al. (2014), styrofoam
memiliki konduktifitas pada panas yang rendah. Akibatnya, penyerapan udara panas lebih
minim dibandingkan dengan wadah plastik. Wadah dari Styrofoam lebih direkomendasikan
untuk pendinginan pada ikan untuk menekan aktivitas mikrobilogis pada ikan.
Pencairan es dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi pencairan
es yaitu seperti suhu lingkungan dan suhu wadah pada proses pencairan. Lingkugan yang
memiliki suhu lebih tinggi akan menyebabkan pencairan lebih cepat, begitu juga sebaliknya
suhu yang lebih rendah menyebabkan pencairan lebih lambat. Faktor lainnya yaitu kadar
garam pada air es yang dapat mempengaruhi pencairan es karena garam pada es membuat
suhu awal dan suhu akhir pada saat es mencair lebih rendah dibandingkan dengan es yang
dibuat dari air tawar. Wadah juga menjadi faktor yang mempengaruhi pencairan es. wadah-
wadah yang terbuat dari polyethilene proses pencairan es berlangsung cepat karena
polyethilene memiliki sifat menyerap panas. Ukuran wadah juga mempengaruhi karena
wadah yang mempunyai luas permukaan dan volume yang relatif kecil, pendinginan akan
lebih cepat, sedangkan wadah yang mempunyai luas permukaan dan volume yang lebih
besar pendinginan akan lebih lambat. Ketebalan wadah berpengaruh pada semakin tebal
wadah tersebut, maka akan semakin lama menjaga suhu agar tetap dingin. Menurut Husna et
al. (2021), beberapa hal dapat mempengaruhi proses dan lama waktu pencairan. Hal yang
dapat mempengaruhi lama proses pencairan yaitu wadah dan suhu lingkungan. Semakin
tinggi suhu udara di sekitar maka proses pencairan akan lebih cepat terjadi, karena
penyerapan panas oleh wadah yang digunakan

Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Kesimpilan yang didapat dari praktikum Teknologi Penanganan dan Refigerasi Hasil
Perikanan Modul Pencairan Es adalah sebagai berikut:
1. Es batu merupakan salah satu media yang sering digunakan untuk melakukan
pendinginan bahan baku ataupun produk. Hasil yang didapatkan yakni es air garam 5%
lebih cepat mencair dibandingkan dengan es air tawar. Hal ini disebabkan oleh jenis
sampel yang berbeda, dimana es air garam memiliki titik beku dan titik leleh yang
berbeda dengan es air tawar.dan;
2. Faktor yang mempengaruhi pencairan es yaitu suhu lingkungan dan wadah, wadah
yang digunakan. Suhu tentunya selalu mempengaruhi perubahan dan penyaluran kalor.
Titik leleh pada es memiliki tingkat yang berbeda-beda. Lingkungan pendinginan juga
berpengaruh terhadap pencairan es. Faktor faktor eksternal seperti suhu lingkungan
dapat diminimalir dengan penggunaan wadah yang kedap terhadap udara dan suhu
lingkungan

B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum Teknologi Penanganan dan Refigerasi
Hasil Perikanan Modul Pencairan Es adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya, alat thermokopel bisa disediakan lebih banyak supaya dapat mempersingkat
waktu pengukuran serta praktikan dapat mengukur media es sesuai waktu yang
ditentukan.
2. Sebaiknya, air es lebih bervariasi supaya dapat diketahui perbedaan lama waktu
pencairan. dan;
3. Sebaiknya, penggunaan thermometer dalam pengukuran suhu harus lebih baik dan teliti
supaya hasil lebih akurat

Daftar Pustaka

Belema, M., K. O. Idowu., K. D. Aghogho., A. Ndubuisi., A. Oluwakemi., dan U. Stella.


2017. Handling and Packaging of Ornamental Fishes for Successful
Transportation. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies, 5(5), 263-
265.

Husna, N., C. Amri dan Haryono. 2021. Penggunaan Tudung Saji Insulator untuk
Memperpanjang Masa Simpan Produk Es Krim. Sanitasi: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 13(1): 1-5.

Setiawan, A., F. Faisal dan A. Sulaiman. 2017. Kaji Eksperimental Pengaruh Lapisan
Dinding dengan Material Es dan Garam pada Dinding Cold Box Terhadap Laju
Perpindahan Panas. Jurnal Polimesin, 15(1): 9-21.
Trebar, M., M.Lotrič., dan I. Fonda. 2015. Use of RFID Temperature Monitoring to Test and
Improve Fish Packing Methods in Styrofoam Box. Journal of Food
Engineering, 159(2): 66-75.

Widianto, T. N., W. Hermawan dan B. S. B. Utomo. 2014. Uji Coba Peti Ikan Segar
Berpendingin untuk Pedagang Ikan Keliling. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan, 9(2): 185-191.
Wijaya, E. S., Y. Sari., A. R. Baskara., dan A. Rivaldy. 2021. Penerapan Logika Fuzzy
Tsukamoto Untuk Pemantauan Kestabilan Suhu menggunakan Sensor DS18B2
Pada Styrofoam Box Pengemasan Ikan. JUSTE (Journal of Science and
Technology), 2(1), 59-77.

Anda mungkin juga menyukai