) DI
UD. SUPRI JAYA ABADI, PEMALANG
Oleh:
MUHAMMAD LUTHFI FADHLI
26030114140078
Kerja Lapangan yang berjudul “Proses Pengolahan Pindang Cue Ikan Layang
(Decapterus sp.) Di UD. Sutardi Grup, Desa Bajomulyo Pati.” Telah selesai pada
waktunya tanpa ada hambatan. Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah
ikan layang.
1. Ibu Dr. Ir. Fronthea Swastawati, M.Sc selaku penguji I dan Bapak Slamet
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
Semarang, 20 Juni 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... x
I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
I.1. Latar Belakang............................................................................. 1
I.2. Tujuan ......................................................................................... 2
I.3. Manfaat........................................................................................ 3
I.4. Waktu........................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
II.1......................................................................................................... Ikan
Layang (Decapterus sp).................................................................. 4
2.1.1 Morfologi Ikan Layang (Decapterus sp)......................... 4
II.2......................................................................................................... Garam
5
II.3.........................................................................................................
Pindang Ikan................................................................................... 6
II.3.1. Pengertian Pemindangan.................................................. 6
II.3.2. Metode Pemindangan....................................................... 7
II.4......................................................................................................... Proses
Pengolahan Ikan Pindang................................................................ 9
2.5.1 Penyiangan dan Pencucian................................................ 9
2.5.2 Penyusunan Ikan dalam Wadah........................................ 10
2.5.3 Pemasakan......................................................................... 10
2.5.4 Pendinginan....................................................................... 11
II.5......................................................................................................... Mutu
Ikan Pindang................................................................................... 11
LAMPIRAN....................................................................................................... 38
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan layang adalah ikan yang termasuk ke dalam golongan ikan pelagis kecil
yang tersebar hamper diseluruh Indonesia. Ikan layang juga memiliki nilai
ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dari berbagai pengolahan
kandungan energi 109 kkal, 22 gram protein dan 1,7 gram lemak.
Ikan layang sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan
mengandung asam amino essensial yang sangat diperlukan oleh tubuh, disamping
itu nilai biologinya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga
mudah dicerna. Hal penting lain, harganya yang lebih murah dari sumber protein
lainnya. Protein ikan layang relatif besar yaitu antara 15 - 25% per 100 gram
daging ikan. Manfaat daging ikan layang bagi kesehatan manusia diantaranya
sumber alami yang mengandung sejumlah khasiat calciferol yang diketahui dapat
senyawa asam lemak tak jenuh tunggal yang dapat memainkan peran untuk
pencegahan serta mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes, dan
infeksi.
penting dari mata rantai industri perikanan. Tanpa adanya kedua proses tersebut,
peningkatan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia – sia, karena
tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan
kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri
untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi
selama proses pengawetan seperti menjaga kebersihan bahan dan alat yang
digunakan, menggunakan ikan yang masih segar serta bahan pengawet yang aman
dan bersih. Ada bermacam – macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara
ikan.
ikan secara tradisional yang telah lama dikenal dan dilakukan di negara kita. Ikan
pindang sangat digemari oleh masyarakat, karena mempunyai rasa yang khas dan
tidak terlalu asin. Ikan pindang merupakan salah satu produk olahan ikan
tradisional yang sangat populer dan banyak disukai oleh masyarakat Indonesia.
Berdasarkan urutan disposisi dalam pengolahan tradisional, produk pindang
menduduki posisi ke 2 setelah produk ikan asin. Beberapa jenis pindang yang
tersedia di pasar adalah pindang presto, pindang ’badeng’ atau ’paso’ dan pindang
’naya’ atau ’cue’. Pindang presto merupakan jenis pindang yang pada umumnya
dibuat dari ikan bandeng, berduri lunak, dan paling awet karena dalam
Metode cue merupakan salah satu metode pemindangan yaitu dengan cara
merebus ikan di dalam air garam. Metode ini banyak dilakukan oleh pengolah
ikan pindang, dikarenakan metode tersebut tidak sulit untuk dilakukan bahkan
untuk pengolah ikan pemula. Selain itu metode cue memiliki kelebihan produk
Setelah dilakukan uji pada bahan baku secara organoleptik dari bahan baku
1.4. Tujuan
2. Mutu bahan baku dan ikan pindang secara organoleptik serta sanitasi dan
higiene; dan
3. Kendala dan solusi di dalam produksi ikan pindang di UD. Sutardi Grup,
Bajomulyo, Pati
1.5. Manfaat
berikut:
pemindangan;
pemindangan; dan
kompetensi.
1.6. Waktu danTempat
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan ini mempunyai peranan yang sangat penting tidak saja sebagai
sumber makanan bergizi tetapi juga sebagai sumber mata pencaharian dan sumber
lapangan kerja bagi banyak penduduk. Nama lokal ikan layang (Decapterus sp)
di Banda Neira adalah ikan ”tali-tali” Ikan layang D. macrosoma pada awalnya
dieksploitasi menggunakan pancing ulur dan jaring insang (gill net). Namun
Sampai saat ini penangkapan ikan layang dengan armada mini purse seine
terpenting di Indonesia. Ikan layang tergolong suku carangidae ini biasanya hidup
cm. Bentuk ciri khas morfologi yang dapat dijumpai pada ikan layang ialah
terdapatnya sirip (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat
sisik (lateral line) dan terdapat sisik yang tebal (lateral acute). Bentuk badan
memanjang, agak gepeng dengan warna biru kehijauan pada bagian atas dan putih
perak pada bagian bawah. Ikan layang mempunyai kelopak mata berlemak
(adipose) dan rahang bawah sedikit menonjol, (1) Sirip punggung pertama berjari-
jari keras 8-9, (2) sirip punggung kedua berjari-jari keras satu dan jari-jari lemah
30-35. Ikan Layang dapat ditangkap dengan berbagai alat tangkap seperti yang
disebutkan berikut, perairan sekitar Bulukumba ditangkap dengan alat Purse Seine
Selat Bali, Perairan Indonesia Timur Laut Banda, Selat Makassar dan Sangihe,
lain terdapat di Selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat). Decapterus
maruadsi termasuk ikan layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti
di Laut Banda tertangkap pada kedalaman 100 meter lebih (Nontji, 2002) .
dan Mei cenderung berkumpul pada perairan yang hangat (29,8°C) dengan
konsentrasi klorofil-a sekitar 0,4 mg. di sekitar perairan pantai (≤ 150 m). Kondisi
diperlukan data lapangan yang memadai dalam durasi waktu yang lebih lama
Komposisi kimia ikan tergantung kepada spesies, umur, jenis kelamin dan
protein 15- 24%, lemak 0,1-22%, karbohidrat 1-3% dan bahan anorganik 0,8-2%
(Abdillah, 2006).
2.2. Garam
memberikan rasa yang gurih pada ikan dan menurunkan kadar cairan didalam
maupun organisme. Garam yang digunakan berbentuk kristal dan jumlah garam
yang digunakan berkisar antara 5-10% dari berat total ikan. Garam ditaburkan
diatas lapisan ikan sehingga seluru tubuh ikan tertutup. Tebal lapisan garam antara
ikan sekitar 0,5 cm, setelah garam selesai ditaburkan kemudian ditambahkan 1
liter air bersih untuk setiap ikan, penambahan air ini untuk membantu proses
Hal ini disebabkan oleh garam yang diserap ke dalam daging ikan
membebakan air keluar daging ikan. Dengan mengurangi kadar air, bahan pangan
mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, tetapi vitamin-vitamin dan zat warna
2.3 Tawas
digunakan untuk mengeraskan acar ketimun, udang, kepiting dan sarden. Sodium
adalah dengan menambahkan tawas pada air baku (raw water). Tawas merupakan
bahan kimia dengan rumus molekul Kal (SO4)2 12 H2O. Alumuium bersifat
keras, kuat, memiliki massa jenis kecil, dan tahan terhadap korosi oleh karena itu
aluminium sering digunakan untuk pembuatan pesawat, mobil dan lain sebagainya
2.4. Pindang Ikan
2.4.1. Pengertian Pemindangan
pemindangan dengan waktu yang relatif singkat yaitu sekitar 15 menit sampai
dengan 20 menit untuk jenis ikan yang berukuran kecil atau sedang, 30 menit
sampai dengan 50 menit untuk jenis ikan berukuran besar. Berbagai jenis ikan laut
yang sering diolah dengan cara pemindangan yaitu, ikan tongkol dengan berbagai
ukuran, lemuru/tenguru, benggol layang, ikan banyar, ikan bloso, ikan blanak,
sebagian besar bakteri pada ikan, terutama bakteri pembusuk dan patogen. Selain
itu, pemanasan dengan kadar garam tinggi menyebabkan tekstur ikan berubah
pindang ’badeng’ atau ’paso’ dan pindang ’naya’ atau ’cue’. Pindang presto
merupakan jenis pindang yang pada umumnya dibuat dari ikan bandeng, berduri
bertekanan (autoclave) dan dikemas dalam kantung plastik hampa udara / vakum.
Pindang jenis ini biasa dijajakan di pasar swalayan. Produk pindang ’badeng’ atau
’paso’ pada umumnya dibuat dari ikan tongkol, dan pindang naya biasanya
diolah dari ikan layang atau lemuru yang dipasarkan di pasar tradisional dengan
ditempatkan dalam paso atau naya dalam keadaan terbuka, karena kadar
garamnya relatif kecil dan kadar airnya yang masih cukup tinggi, daya tahan
pindang ’’naya’’ sangat pendek yaitu berkisar 1–3 hari (Ariyani dan Yennie,
2008).
Indonesia sendiri dikenal dengan dua nama, yaitu ikan pindang dan ikan cue.
Perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada cara memasaknya saja (Afrianto
dan Liviawaty, 1989).
Di Thailand dikenal dengan nama Pla thu nung, di Philipina Sinaeng, di Malaysia
dan Singapura dikenal dengan nama boiled fish, sedang di negara kita sendiri
dikenal beberapa sebutan yaitu, ikan pindang, cue, ataupun presto. Perbedaan
sebutan ini disebabkan ada kelainan dalam hal cara pembuatannya. Jenis – jenis
ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku ikan pindang antara lain :
mas (Ciprynus carpio), nila (Tilapia mosambica) dan lain – lain. Proses
keuntungan, yaitu: (1) cara pengolahannya sederhana dan tidak memerlukan alat
yang mahal, (2) hasilnya berupa produk matang yang dapat langsung dimakan
tanpa perlu dimasak terlebih dahulu, (3) rasanya cocok dengan selera masyarakat
Indonesia pada umumnya, (4) dapat dimakan dalam jumlah yang relatif banyak,
(Astawan, 2004).
ikan-ikan ukuran kecil seperti ikan selar, ikan layang, bandeng kecil, tongkol
kecil, dan lain-lain.
dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran dan sisa darah yang masih
menempel pada ikan. Ikan layang yang telah bersih disusun dalam ‘naya’,
diatasnya ditaburi garam sebanyak 7–8% dari bobot ikan kemudian ‘naya’ yang
berisi ikan dicelupkan ke dalam air garam mendidih dengan konsentrasi 15%
(Gambar 1). Setelah tiris ‘naya’ berisi ikan tersebut dibagi menjadi 3 kelompok
berisi ikan ditiriskan dan disimpan pada suhu kamar. Untuk melihat perubahan
mengeluarkan isi perut dan insangnya akan mampu memperpanjang daya awet.
Kalau penyiangan dapat dilakukan selagi ikan masih hidup, darah akan sempurna
dipompakan ke luar tubuh ikan dan sebagai hasilnya akan diperoleh daging ikan
yang berwarna lebih putih. Penyiangan perlu diikuti dengan pencucian sempurna
di dalam rongga perut dan insang menggunakan air bersih yang dingin.
Bahan baku yang diterima sebagian besar dalam keadaan beku, sehingga
tampak kurang higienis. Upaya untuk menjaga temperatur ikan pada 4°C
tampaknya sukar dicapai. Proses selanjutnya adalah penyiangan dan pencucian di
dengan menggunakan air kolam dengan sirkulasi sangat minim, sementara sisa
penyiangan juga sebagian dilarutkan kembali ke dalam kolam tersebut Air yang
bersih. Peluang kontaminasi silang dari hasil pencucian tersebut sangat besar yang
2.5.2. Penggaraman
tubuh ikan dan keluarnya cairan dari tubuh ikan karena perbedaan konsentrasi.
Cairan itu dengan cepat dapat melarutkan kristal garam atau mengencerkan
dalam tubuh ikan, partikel garam akan memasuki tubuh ikan. Lama kelamaan
garam didalam tubuh ikan. Bahkan pertukarn garam dan cairan tersebut berhenti
mengandung protein haruslah hati – hati, karena sifat protein yang mudah
suatu perubahan protein dari sifat aslinya, yang dapat menyebabkan perubahan
sifat biologik maupun kelarutannya. Protein ada yang larut dalam air, dan ada
2.5.3. Perebusan
yang relatif singkat yaitu sekitar 15 menit sampai dengan 20 menit dan itupun
tergantung pada besar kecilnya ukuran ikan yang diolah. Berbagai jenis ikan laut
yang biasa diolah dengan cara pemindangan yaitu, ikan tongkol dengan ukuran
variasi, ikan lemuru, banggol layang, lenguru, ikan banyar, ikan bloso, ikan
berkurangnya nilai gizi protein karena terbentuknya ikatan silang dalam protein
2.5.4. Pengemasan
bahan kemasan tersebut harus tahan terhadap serangan hama atau binatang
Ikan pindang dikemas dengan disusun dalam keranjang atau kotak kardus
yang dilapisi dan ditutup kertas semen. Dengan model kemasan ini, ikan pindang
akan terlindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi kotoran dari luar selama
transportasi (Wibowo, 1996).
Bahan baku mempunyai peranan penting dalam menentukan mutu ikan pindang
pada tiap jenis karena perbedaan komposisi kimianya. Ikan – ikan yang kecil lebih
ikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal meliputi jenis dan ukuran ikan, bakteri dan enzim yang
terkandung dalam tubuh ikan serta adanya oksidasi yang terjadi dalam tubuh ikan
tersebut. Adapun faktor eksternal antara lain adalah penangkapan, lingkungan dan
Suhu ikan adalah faktor yang paling besar peranannya dalam menentukan
waktu yang diperlukan ikan memasuki, memulai, dan melewati rigor. Semakin
rendah suhu penanganan ikan segera setelah ditangkap semakin lambat ikan
memasuki tahap rigor dan semakin panjang waktu rigor itu berakhir (Ilyas, 1983).
Bahan baku yang digunakan berupa ikan yang segar hasil tangkapan dari
nelayan, setelah itu melalui beberapa tahapan sehingga menjadi produk yang siap
Ikan yang tidak banyak berontak ketika ditangakap atau sebelum mati,
kesegarannya akan lebih tahan lama daripada ikan yang lama berontaknya. Ikan
hasil tangakapan jaring tercampur dan tergencet bersama udang, kotoran, lumpur,
serta segala benda yang berasal dari dasar laut ketika diangkat (Moeljanto, 2006).
kesehatan.
2. Bahan pembantu dan tambahan yang dipakai harus tidak mengubah atau
merusak komposisi dan sifat ikan pindang. Dosisnya harus sesuai dengan
3. Teknik sanitasi dan higiene. Produk pindang harus ditangani, diolah, dikemas,
Ikan pindang yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Cara paling
mudah untuk menilai mutu ikan pindang adalah dengan menilai mutu sensorisnya.
Ada cara pengujian lain yang lebih obyektif yaitu pengujian kimiawi dan
tidak mudah dan tidak murah dilakukan. Minimal empat parameter sensoris yang
perlu dinilai yaitu rupa dan warna, bau, rasa dan tekstur. Untuk mendapatkan
mutu pindang yang tinggi diperlukan cara pengolahan yang baik dan benar yang
diikuti pengawasan mutu yang ketat, serta sanitasi dan higiene yang terpelihara
(Wibowo, 1996).
Menurut Adawyah (2007), sejauh ini mutu ikan pindang yang dihasilkan
menyebabkan diantaranya penggunaan larutan garam yang tidak bersih, mutu ikan
kurang bagus, penggunaan larutan perebusan yang berulang kali sampai kental
dan coklat, serta berbau tidak sedap atau tengik, sanitasi dan higienitas yang
3.1. Materi
3.1.1. Alat
data pada proses pengolahan pemindangan ikan layang ini digunakan alat dalam
Tabel 3. Alat yang digunakan selama Praktek Kerja Lapangan pada proses
pengolahan ikan layang ( Decapterus sp. ) metode cue
No Alat Spesifikasi (cm) Fungsi
1. Ember plastik 65 x 45 x 30 Untuk tempat ikan segar
2. Bak perebusan 120 x 70 x 100 Untuk wadah perebusan
3. Reyeng 15 x 7 x 5 Untuk tempat ikan
4. Bak pencucian 50 x 50 x 50 Untuk mencuci ikan
3.1.2. Bahan
Pengumpulan data dengan metode deskriptif ada 2 jenis yaitu pengumpulan data
primer dan data sekunder. Menurut Nasir (2009), metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
3.2.1 Pengumpulan data
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber
yang dapat langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2006).
1. Observasi
Grup dari pencarian bahan baku, penerimaan bahan baku, penyiangan, pencucian,
2. Wawancara
3. Dokumentasi
(pemasaran) dan pengambilan gambar dari tata letak dalam ruangan produksi atau
4. Kuisioner
Praktek Kerja Lapangan. Dengan cara Studi Pustaka yang dilakukan adalah:
1. Studi Pustaka
ikan layang sehingga dapat dijadikan sebagai pembanding dalam pengolahan data.
Kerja Lapangan ini, landasan teoritis perlu ditegakkan agar pengamatan yang
dilakukan mempunyai dasar yang kokoh. Studi pustaka dapat dijadikan sebagai
yang digunakan berasal dari buku-buku teks, jurnal penelitian, skripsi, prosiding
seminar nasional dan website yang terkait.
Kerja Lapangan. Laporan – laporan di perusahaan dan dari instansi terkait dapat
Praktek Kerja Lapangan. Data laporan perusahaan tersebut seeperti Surat Ijin
mendirikan perusahaan, data produksi setiap harinya, data hasil uji dari lembaga
3.3. Analisa Data
Keterangan :
n : Banyaknya panelis
dimulai sejak tahun 2001 yang berkonsentrasi pada proses pengolahan ikan
pindang. Beliau membangun usaha dagang pengolahan ikan pindang berawal dari
idenya melihat pedagang ikan pindang di daerah tempat bekerjanya yang saat itu
pengolahan ikan pindang yang baik lalu memutuskan tidak bekerja di Salatiga
Juwana. Pada tahun 2006 Beliau mulai menerima pesanan dari warga sekitar atau
Semakin pesat usaha pindang berkembang sehingga tahun 2010 pekerja yang
menjadi 38 orang. Pada tahun 2016 hingga 2017 pemindangan Bapak Sutardi
telah dipercaya oleh banyak pelanggan karena ikan pindang hasil proses usaha
dagang beliau memiliki kenampakan ikan pindang yang utuh dan bersih.
untuk menyetor ikan ke dalam ruang penyimpanan bahan baku, mengawasi para
pekerja dan mengurus keuangan usaha pengolahan ikan pindang. Perlu adanya
baku, ruangan penyimpanan reyeng, kantor dan toilet. Ruang pengolahan terbagi
dengan tempat pengangkutan ikan pindang. Semua ruangan tidak memiliki sekat
yang terbuat dari dinding, sekat hanya berupa anyaman kayu yang disusun
menjajar ke atas.
4.1.2.1. Penerangan
Penerangan merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah tempat
proses pengolahan karena akan mempengaruhi produk yang dihasilkan, selain itu
milik Bapak Sutardi mengandalkan dua sumber penerangan yaitu melalui celah
bambu bagian atas dinding, pintu masuk dan keluar, dan melalui lampu yang
Sutardi belum maksimal karena ruangan proses masih terlihat kurang terang
pengaruh yang sangat besar dalam hal kontaminasi pada produk, dinding yng
tidak dibersihkan serta bahan dinding yang tidak baik akan mengontaminasi
produk. Dinding pada usaha dagang pengolahan ikan pindang Bapak Sutardi
terbuat dari semen pada bagian bawah dan anyaman bambu pada bagian atas,
bagian atas terbuat dari anyaman bambu dengan lubang yang diharapkan dapat
menjadi ventilasi udara pada ruang pengolahan. Dinding seperti pada usaha
dagang Bapak Sutardi untuk usaha pengolahan tradisional sudah cukup baik
4.1.2.3 Lantai
Lantai pada usaha pengolahan produk perikanan memiliki peran yang penting,
bentuk lantai dan bahan pembuat lantai tersebut. Lantai pada usaha dagang
sehingga agak licin dan semua pekerja harus berhati-hati agar tidak tergelincir.
Lantai untuk pengolahan yang baik terbuat dari bahan yang tidak licin dan mudah
dibersihkan.
4.1.2.4 Atap
Atap pada sebuah perusahaan pengolahan haruslah terbuat dari bahan yang baik
minimal selayaknya atap rumah dan bersih karena dapat mempengaruhi produk
dengan kayu, sebaiknya untuk usaha yang memproses sebuah produk pangan atap
4.1.3. Karyawan
terdiri dari, 4 pekerja laki-laki dan 27 pekerja perempuan. Namun, tidak semua
pekerja setiap hari datang untuk bekerja. Dalam sistem bekerja juga mengenal
absen karena hasil upah yang diterima tiap pekerja berbeda, ketika absen pekerja
tidak mendapatkan upah. Pekerja laki-laki mulai bekerja pukul 08.00 WIB dan
pekerja perempuan mulai bekerja pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 16.00
WIB. Tergantung banyaknya bahan baku yang diolah. Waktu istirahat diberikan
pada pukul 12.30 WIB selama satu jam. Semua pekerja perempuan diberikan
ton. Bapak Sutardi selaku pemilik setiap hari menyediakan ikan sebanyak lebih
dari 2 ton, yang digunakan untuk proses pengolahan esok hari. Sehingga ketika
para pekerja datang sudah ada bahan baku yang akan diproses sekaligus
menggunakan sistem borongan dimana tiap harinya dibayar sebesar 700.000 ribu
rupiah untuk dibagi rata setiap orang yang datang bekerja pada hari itu, sehingga
Pembayaran diberikan pada pekerja satu bulan sekali yaitu di akhir bulan. Selain
upah utama para pekerja diberikan tunjangan ketika hari raya, tunjangan hari raya
didapatkan dari hasil penjualan barang – barang sisa produksi tunjangan para
pekerja mencapai sebesar 800.000 ribu rupiah per orang diberikan satu minggu
sebelum hari Lebaran.. Setiap pekerja diberikan kesempatan untuk libur saat hari
besar selama satu atau dua hari namun untuk lebaran dan tahun baru di khususkan
diberikan kesempatan libur sebanyak tiga sampai empat hari. Selama pekerja
4.2. Peralatan Pengolahan Pindang Cue
4.2.1. Alat
1. Ember plastik
sebagai wadah ikan segar yang telah di thawing. Ember plastik yang digunakan
terbuat dari bahan plastik yang berbentuk persegi panjang, dengan panjang 65 cm,
lebar 45 cm, dan tinggi 30 cm. Ember plastik dipilih karena harganya yang murah
2. Bak pencucian
Bak pencucian terbuat dari beton permanen berbentuk kubus, dengan panjang sisi
50 cm. Bak pencucian berjumlah dua buah dengan ukuran yang sama, yang
selesai produksi.
3. Bak perebusan
Bak perebusan berbentuk persegi panjang dengan panjang 120 cm, lebar 70 cm,
dan tinggi 100 cm. Terbuat dari bahan beton permanen yang tahan terhadap panas
namun bersifat tetap tidak dapat dipindahkan, terdapat lubang kecil pada salah
satu sisi untuk membuang air rebusan. Bak perebusan digunakan untuk merebus
ikan
4. Reyeng
Reyeng yang digunakan terbuat dari bambu yang dianyam membentuk persegi
sebagai wadah ikan pada saat perebusan, dan sekaligus wadah pengemasan ikan
4.3.1. Bahan Baku
a. Ikan
Sutardi Grup dengan TPI sejauh 1 km, dan memakan waktu perjalanan dengan
mobil pick up sekitar 5 menit, selain dari TPI apabila terjadi kelangkaan ikan atau
stok ikan untuk pengolahan tidak mencukupi maka stok ikan berasal dari cold
Rp. 12.000,- /Kg, namun harga tersebut bisa naik atau turun tergantung dari
banyaknya ikan di TPI. Apabila bahan baku tersedia banyak maka harga ikan
relatif turun dan apabila persediaan ikan sedikit maka harga ikan juga ikut
cold storage pun tidak jauh berbeda dengan harga ikan di TPI, namun untuk
menghemat waktu dan biaya bahan bakar lebih baik mengambil ikan di TPI
terlebih dahulu.
berkisar antara 10 hingga 15 cm, ukuran tersebut bersifat mutlak dikarenakan jika
sampel di ambil dari cold storage telah dilakukan penyortiran, bahan baku masih
dalam keadaan beku dan baru dilakukan proses thawing di tempat pengolahan
pindang yang berarti kemungkinan besar kondisi ikan masih dalam keadaan segar
dan belum mundur mutu, kondisi ikan segar mempunyai tanda kenampakan yang
utuh dan baik, bau spesifik ikan segar, warna cerah, tektur elastis jika ditekan, dan
Ikan pindang dengan kualitas bahan baku yang buruk akan memiliki kenampakan
yang kurang baik, kurang utuh, dan daging yang tidak kompak sehingga produk
dari bahan baku ikan layang (Decapterus sp ) beku yang telah di-thawing pada
mata cerah, insang merah kurang cemerlang, lendir agak keruh, bau segar spesifik
yang memiliki tingkat kesegaran rendah apabila diolah atau diawetkan akan
menghasilkan produk yang kurang baik. Ikan yang memiliki tingkat kesegaran
rendah akan memerlukan waktu yang lebih cepat dalam proses penggaramannya,
Pabrik pengolahan ikan pindang UD. Sutardi Grup mampu mengolah ikan
pindang sebanyak 2 ton setiap hari dengan produk yang dihasilkan sebanyak 1,8
ton yang berarti persentase produksi ikan pindang UD. Sutardi Grup sebesar 90%.
Persentase hasil produksi ikan pindang UD. Sutardi Grup memiliki persentase
yang cukup besar dikarenakan tidak adanya penyiangan ikan pada alur proses
4.3.2. Garam
krosok yang relatif rendah dan harga jual dari ikan pindang yang dihasilkan itu
sendiri memiliki harga yang tidak terlalu tinggi. Sehingga pengolah lebih memilih
menggunakan garam krosok tersebut. Garam yang digunakan berasal dari daerah
kasar, butiran besar dan warnanya kurang putih cemerlang. Garam krosok sendiri
tidak memiliki rasa asin seperti garam dapur, dikarenakan masih banyaknya zat
dalam meningkatkan konsistensi, cita rasa dan waktu simpan ikan pindang.
gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, serta dapat memantapkan
bentuk dan rupa. Secara umum garam terdiri atas 39,39% Na dan 60,69% Cl,
4.3.3. Tawas
mengangkat kotoran – kotoran sisa yang tertinggal pada proses perebusan ikan
pindang. Berat tawas yang digunakan adalah berkisar satu kilogram perhari,
tawas berbentuk bongkahan berwarna putih bersih. Tawas yang digunakan berupa
bongkahan besar yang harus dipecah – pecahkan terlebih dahulu baru kemudian
flokulasi dan koagulasi pada partikel – partikel kecil, menurut Putra et al (2009)
partikel kecil hasil koagulasi menjadi flok yang lebih besar sehingga cepat
mengendap. Tawas dan kapur merupakan zat koagulan dan flokulan yang telah
diawasi oleh beberapa badan yang mengurus tentang bahan tambahan pangan. Di
beberapa negara seperti Amerika penggunaan tawas diawasi secara ketat dengan
kadar tertentu dan pangan tertentu seperti pengaplikasian pada air minum.
Menurut Syahputra (2008) pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8 – 7,4
atau 5,9 – 7, pemakaian yang pernah diteliti adalah setiap 150 gr/l menjadi air
minum yang memenuhi persyaratan. Dengan kualitas air yang ada di Amerika
Diketahui namun belum secara luas bahwa beberapa bahan pangan seperti
ikan asap, bakso dan telur asin, di pasaran menggunakan tawas sebagai bahan
tambahan pangan baik untuk menjaga tekstur, pengawetan dan pemutih. Dalam
fungsi – fungsi penggunaan tersebut sudah jelas bagaimana peran tawas dalam
bahan pangan, tetapi dalam penggunaannya tidak boleh berlebihan karena akan
unsur penyusun tawas ( Aluminium ) dalam tubuh, selain itu juga dapat
menurunkan pH yang cukup besar hal ini berkaitan dengan kerja enzim. Menurut
pengolahan ikan asap, namun juga digunakan pada pembuatan telur asin dan
bakso. Pada pembuatan telur asin tawas digunakan untuk membuat permukaan
kulit telur terlihat putih, sedangkan pada pembuatan bakso bertujuan untuk
mengeraskan tekstur bakso. Telur asin yang dibuat dengan adonan garam yang
ditambah dengan tawas total bakterinya lebih rendah dibandingkan yang tanpa
penambahan tawas. Penambahan tawas pada telur asin juga mampu meningkatkan
daya simpannya.
keadaan beku, yang diperoleh dari TPI Bajomulyo dan cold storage yang
bertempat tidak jauh dari tempat pengolahan ikan pindang. Penanganan ikan beku
dilakukan dengan cara membiarkan ikan dalam keadaan terbuka dengan suhu
ruang 300C di dalam ruangan selama 1-1,5 jam, kemudian ikan tersebut disemprot
dengan air mengalir kurang lebih 1 jam. Menurut Moeljanto (2006) pada
pencairan dengan air, produk beku dicelupkan atau disemprot air. Bila pencairan
dengan udara, sebaiknya pencairan dibantu dengan kipas supaya lebih cepat.
berlangsung lama pada suhu antara -1 dan -50C. Sebab, dalam hal ini denaturasi
protein terjadi lebih cepat. Dalam pencairan dengan udara, sebaiknya permukaan
produk tidak sampai kering. Sedangkan bila dengan air, ikannya jangan sampai
ikan yang bermutu rendah karena sebagian unsur gizi juga ikut hilang.
4.5. Pencucian
dari beton permanen yang berisi air dan diberi garam sebanyak 5% dari berat ikan.
selanjutnya bahan baku di dalam bak pencucian sambil diangkat ke atas berulang-
sumber air dari sungai sehingga memungkinkan kontaminasi bakteri lebih besar
konsistensi, cita rasa. Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), ikan harus dicuci
dengan air bersih agar semua kotoran yang masih melekat, terutama bagian
rongga perut dan sisa-sisa pembuluh darah serta selaput yang ada dapat
dibersihkan. Bila perlu gunakan sikat, agar lemak dan lapisan lendir mudah
dilepaskan. Sebaiknya air yang digunakan untuk mencuci adalah air yang
ekor dan ditaburi garam kemudian diikat sebanyak 12 reyeng dalam satu ikat,
setelah dicuci bersih ikan dilumuri garam lalu diatur berlapis – lapis dalam besek.
Alasnya diberi merang atau daun pisang kering, sampai padat dan penuh. Di atas
lapisan merang dan di antara lapisan – lapisan ikan diberi lapisan garam,
jumlahnya 20 – 25%. Ikan di dalam besek itu lalu didiamkan selama 0,5 – 3 jam
Logam berat di dalam bahan pangan tidak hanya terdapat secara alami,
namun juga dapat merupakan hasil migrasi dari bahan pengemasnya. Oleh karena
itu, pengemasan bahan pangan harus dilakukan secara hati-hati. Beberapa kertas
kemasan dan nonkemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan
ditentukan, karena terjadinya migrasi logam berat terutama Pb dari tinta pada
koran ke makanan. Pengemasan makanan dengan aroma kuat, seperti PVC ( poly
4.7. Perebusan
dilakukan dengan suhu perebusan 950C selama 3–4 menit untuk bahan baku ikan
layang (Decapterus sp), sekali prose perebusan dapat merebus 20 ikat dengan satu
ikat berisi 12 reyeng yang ditepatkan pada “loho” (, atau sampai terlihat tanda-
tanda masak pada ikan, yaitu mata keluar, daging sudah pecah, permukaan kulit
apabila disentuh kesat dan tidak berlendir. Menurut Anisah dan Susilowati (2007)
ikan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan jenis ikan yang akan dipindang.
Kemudian ikan dilumuri garam dan disusun rapi dalam besek. Didiamkan sekitar
1-3 jam agar garam meresap ke dalam daging ikan. Setelah itu ikan disusun dalam
loho. Setiap loho diisi antara 15-20 besek. Susunan besek dan lohonya direbus di
dalam air mendidih dalam keadaan mengapung selama 15-45 menit. Cara
pembakaran kayu dengan tujuan agar ikan pindang yang dihasilkan masak secara
merata dan tidak pecah ataupun hangus.Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989),
api yang digunakan untuk merebus sebaiknya tidak terlalu besar agar seluruh
bagian tubuh ikan menjadi benar-benar matang dan tidak hangus. Bila api terlalu
besar, biasanya tubuh ikan bagian luar akan menjadi kering sedangkan bagian
dalam masih mentah. Ikan pindang demikian kurang baik karena proses
4.8. Penirisan
pemasakan terutama pemesan dilakukan dengan cara, ikan pindang yang telah
masak kemudian diangkat dan didinginkan dengan suhu ruang 300C selama 1 jam
menghilangkan uap air pasca perebusan sebelum didistribusikan selain itu ikan
pindang yang masih panas akan mempercepat kerusakan pada produk karena
adanya uap panas pada produk. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman (2004)
bahwa Setelah ikan matang, matikan api dan biarkan wadah (belanga) tetap
berada diatas tungku untuk tahap pendinginan selama satu malam. Ikan pindang
yang baik berwarna mengkilat, kekuning-kuningan, padat, tidak terlalu asin dan
rasanya gurih
4.9. Pengemasan
Bahan pengemas yang digunakan terbuat dari bambu yaitu reyeng yang
dijadikan sebagai tempat ikan pada saat perebusan dan sekaligus sabagai wadah
ikan pada saat dijual ke masyarakat. Pada saat pengangkutan, ikatan reyeng yang
berisi ikan pindang disusun ke dalam bak truk kemudian ditutup menggunakan
terpal, dengan tujuan menghindarkan ikan pindang terkontaminasi dari luar seperti
debu. Pengepakan produk pindang UD. Sutardi Grup terdapat dua jenis yaitu
pengepakan kecil dan pengepakan besar, pada pengepakan kecil berisi enam
reyeng dalam satu ikat sedangkan pada pengepakan besar terdapat 20 reyeng
dalam satu ikat. Pengepakan kecil biasanya digunakan untuk pemasaran penjual
kecil atau penjual pasar sekitar daerah pengolahan, dan pengepakan besar
dan penyimpanan ikan pindang harus benar-benar diperhatikan agar mutu ikan
pindang tidak menurun. Wadah ikan harus tertutup rapat agar tidak terkontaminasi
oleh kotoran dari luar dan disimpan ditempat yang kering dan sejuk. Jangan
simpan wadah ditempat panas atau lembab, karena akan menyebabkan aktifitas
Kemasan yang baik adalah kemasan yang dapat menjaga produk hingga
Selain itu kemasan yang baik memiliki petunjuk berupa komposisi ataupun
informasi lain yang dapat menjadi sumber informasi bagi konsumen. Menurut
makanan harus diwadahi dan atau dikemas dengan cepat, tepat dan saniter.
Produk akhir harus diberi label yang memuat antara lain jenis produk, nama
produsen, ukuran, tipe produk, mutu, tanggal kadaluwarsa, berat, nama bahan
tambahan (jika dipakai), kode produksi dan persyaratan lain. Wadah harus mampu
Penyimpanan bahan baku maupun produk akhir harus terpisah dengan bahan lain
dan tempat penyimpanan dijaga saniter. Wadah dan atau bahan pengemas harus
disimpan di tempat yang bersih dan tidak bercampur dengan bahan baku yang
Pengangkutan ikan pindang yang baik menggunakan bak truk tertutup dan
dilengkapi dengan mesin pendingin untuk menghindari kontaminasi dari luar dan
menjaga suhunya agar tetap dingin sehingga ikan pindang tersebut terhindar dari
kerusakan karena bahan baku ikan pindang yang berasal dari perishable food,
makanan mempunyai sifat cepat atau rusak (perishable), oleh karena itu
4.10. Pemasaran
daerah pembeli tetap dari UD Sutardi Grup. Namun terkadang pedagang pasar
membeli beberapa ikat yang berisi enam buah reyeng satu ikatnya. Selanjutnya
pengatur kecepatan pergerakan bahan dan jasa dalam mata rantai usaha perikanan.
Ketika laju pemasaran meningkat, maka sistem yang berada di bawahnya akan
tersebut.
4.11. Uji Organoleptik
dari ikan pindang yang dihasilkan. Penggunaan jenis garam sebagai bahan
tambahan pada proses pengolahan ikan pindang juga mempengaruhi kualitas ikan
ikan utuh tidak patah dan berwarna cemerlang, bau spesifik ikan pindang, rasa
memiliki tekstur yang padat kompak lentur serta rasa yang enak namun kurang
gurih.
Sutardi Grup menggunakan air sungai bersumber dari sungai sekitar pabrik
pengolahaan ikan pindang tersebut, jarak antara sumber air sungai dengan pabrik
hanya beberapa meter saja. Air sungai digunakan oleh Bapak Sutardi dengan
alasan belum adanya pelayanan PAM yang masuk, selain itu air sungai tersedia
Penggunaan air baik untuk mencuci maupun pengolahan sebaiknya berstandar air
minum, agar terbebas dari kontaminasi yang berbahaya untuk kesehatan manusia.
Air yang baik tidak berwarna, tidak keruh, tidak berbau, dan tidak, memiliki
dalam pengolahan makanan minimal harus memenuhi syarat air yang dapat
diminum. Adapun syarat-syarat air yang dapat diminum adalah : bebas dari
bakteri berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian kimiawi, bersih dan jernih,
tidak berwarna dan tidak berbau, tidak mengandung bahan tersuspensi, serta
pemukiman dekat dengan sungai yang dijadikan sarana transportasi nelayan dan
(2003) bahwa bangunan unit pengolahan harus ditempatkan di daerah yang bebas
dari kotoran yang bersifat bakteriologis, biologis, fisik dan kimia seperti di
perkampungan yang padat penduduk dan kotor, daerah kering dan berdebu,
industri yang menyebabkan pencemaran udara dan air, gudang pelabuhan dan
terdapat langit-langit langsung atap, dinding terbuat dari beton , lantai terbuat dari
semen kasar dengan miring pada bagian tempat pembuangan air, sedangkan
bagian penyusunan ikan terdapat wadah permanen yang dilapisi oleh keramik, dan
dekat dengan pintu bagian belakang pabrik sebagai ventilasi udara. Menurut
ruangan kerja harus ada ventilasi yang cukup untuk menjamin sirkulasi udara,
retak, tidak bercelah, tidak terdapat tonjolan dan sambungan terbuka, kedap air
dan berwarna terang, untuk menghindari tumbuhnya jamur. Lantai di tempat
bahan kedap air, tahan lama dan mudah dibersihkan sehingga ada perlindungan
berjumlah satu buah dan terletak berdekatan dengan ruang pengolahan. Kedekatan
letak toilet dengan ruang pengolahan akan menyebabkan bau yang mengganggu
Bina Usaha Tani dan Pengolahan Hasil (1998) menyebutkan bahwa setiap unit
pengolahan harus memiliki toilet dengan jumlah 1 toilet untuk kurang dari 10
toilet untuk setiap penambahan 50 orang dan harus dibedakan antara toilet pria
selesai kegiatan, peralatan dibersihkan dengan cara disikat dan jika perlu disabun
dimulai, permukaan yang kontak dengan pangan dibersihkan dengan air dingin
dan disanitasi dengan jenis sanitizer Sodium hypoklorite 100 mg/L dengan
frekuensi monitoring setiap 4 dan 8 jam; selama istirahat, kotoran dalam bentuk
padatan harus dihilangkan dari lantai, peralatan dan permukaan yang kontak
dengan pangan.
Karyawan yang bekerja tidak memakai masker, sarung tangan, dan sepatu
5.1 Kesimpulan
Pengolahan Pemindangan Ikan Layang (Decapterus sp) di UD. Sutardi Grup Desa
cm. Proses pemindangan ikan layang (Decapterus sp) di UD. Sutardi Grup
ikan beku, selanjutnya ikan dicuci dan disusun ke dalam reyeng diakhiri
segar dengan ciri – ciri mempunyai kenampakan yang utuh dan baik, bau
spesifik ikan segar, warna cerah, tektur elastis jika ditekan, dan matanya
yang masih jernih. Pada produk berupa ikan pindang didapatkan analisa
oleh pemerintah, tawas biasanya ditemukan pada tahu, mi, dan bakso.
Tawas dapat menjadi koagulan pada air limbah sehingga kotoran pada air
secara sembarangan.
5.2 Saran
(Decapterus sp) metode cue UD. Sutardi Grup di Desa Bajomulyo, Pati adalah
sebagai berikut :
Arpah. 1993. Pengawasan Mutu Daging Abon Dan Ikan Pindang. Tarsito.
Bandung.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2005. Ikan Pindang. Dinas Perikanan dan
Kelautan. Jakarta.
Haryanti,R. 2005. Perbedaan variasi Lama Simpan Pada Telur Asin Dengan
Perebusan Tawas Dan Tanpa Tawas Terhadap Total Mikroba. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Hanafiah A.M dan A.M Saefuddin. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan Ed I Cet
2.UI Press. Jakarta.
Hiadyat, A dan Ibrahim, B. 1996. Hubungan Nilai Gizi Protein Dan Lama Waktu
Perebusan Ikan Pindang. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, Vol, II No. 2.
1996.
Senen,B., Sulistiono, dan I. Muchsin. 2011. Beberapa Aspek Biologi Ikan Layang
Deles (Decapterus macrosoma) Di Perairan Banda Neira, Maluku.
Pengembangan Pulau – pulau Kecil. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Syaiful, M., A. Intan, dan D. Andriawan. 2014. Efektivitas Alum dari Kaleng
Minuman Bekas Sebagai Koagulan untuk Penjernihan Air. Jurusan Teknik
Kimia. Universitas Sriwijaya. 20 (4) : 39 – 45.
Riansyah, A., A. Supriadi, dan R. Nopianti. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu dan
Waktu Pengeringan terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam (
Trichogaster pectoralis ) dengan Menggunakan Oven. Fakultas Pertanian.
Universitas Sriwijaya. 2 (1) : 53 – 68.
Telah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Tahun 2017 dengan
sebaik-baiknya di UD. Sutardi Grup Desa Bajomulyo, Pati selama empat pekan
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Pati, .....................
Mengetahui :
Pemilik UD. Sutardi Grup
( ....................................................... )
Lampiran 1. Scoresheet Organoleptik Ikan Segar (SNI 2729.2013)
Nama :
Tanggal :
Kode Contoh
Spesifikasi Nilai
1 2 3 4 dst
1. Kenampakan
a. Mata
- Bola mata cembung, kornea dan pupil 9
jernih, mengkilap spesifik jenis ikan
- Bola mata rata, kornea dan pupil 8
jernih, agak mengkilap spesifik jenis
ikan
- Bola mata rata, kornea agak keruh, 7
pupil agak keabu abuan, agak mengkilap
spesifik jenis ikan
- Bola mata agak cekung, kornea agak 6
keruh, pupil agak keabu-abuan, agak
mengkilap spesifik jenis ikan
- Bola mata agak cekung, kornea keruh. 5
Pupil agak keabu-abuan, tidak
mengkilap
- Bola mata cekung, kornea keruh, pupil 3
keabu-abuan, tidak mengkilap
- Bola mata sangat cekung, kornea 1
sangat keruh, pupil abu-abu, tidak
mengkilap
b. Insang
- Warna insang merah tua atau coklat 9
kemerahan, cemerlang dengan sedikit
sekali lendir transparan
- Warna insang merah tua atau coklat 8
kemerahan, kurang cemerlang dengan
sedikit lendir transparan
- Warna insang merah muda atau coklat 7
muda dengan sedikit lendir agak keruh
- Warna insang merah muda atau coklat 6
muda dengan lendir agak keruh
- Warna insang merah muda atau coklat 5
muda pucat dengan lendir keruh
- Warna insang abu-abu atau coklat 3
keabu-abuan dengan lendir putih susu
bergumpal
- Warna insang abu-abu, atau coklat 1
keabu-abuan dengan lendir coklat
bergumpal
c. Lendir Permukaan Badan 2
- Lapisan lendir jernih, transparan, 9
mengkilap cerah
- Lapisan lendir jernih, transparan, 8
cukup cerah
- Lapisan lendir mulai agak keruh 7
- Lapisan lendir mulai keruh 6
- Lendir agak tebal, mulai berubah 5
warna
- Lendir tebal sedikit menggumpal, 3
berubah warna
- Lendir tebal menggumpal, berubah 1
warna
2. Daging
- Sayatan daging sangat cemerlang, 9
spesifik jenis, jaringan daging sangat
kuat
- Sayatan daging cemerlang spesifik 8
jenis, jaringan daging kuat
- Sayatan daging sedikit kurang 7
cemerlang, jaringan daging kuat
- Sayatan daging kurang cemerlang, 6
jaringan daging sedikit kurang kuat
- Sayatan daging mulai pudar, jaringan 5
daging kurang kuat
- Sayatan daging kusam, jaringan daging 3
kurang kuat
- Sayatan daging sangat kusam, jaringan 1
daging rusak
3. Bau
- Sangat segar, spesifik jenis kuat 9
- Segar, spesifik jenis 8
- Segar, spesifik jenis kurang 7
- Netral 6
- Sedikit bau asam 5
- Bau asam kuat 3
- Bau busuk kuat 1
4. Tekstur
- Padat, kompak, sangat elastis 9
- Padat, kompak, elastis 8
- Agak lunak, agak elastis 7
- Agak lunak, sedikit kurang elastis 6
- Agak lunak, kurang elastis 5
- Lunak bekas jari terlihat dan sangat 3
lambat hilang
- Sangat lunak, bekas jari tidak hilang 1
Lampiran 2. Lembar penilaian sensori ikan pindang SNI 2717. 1: 2009
……………..
pengujian.
Berilah tanda √ pada nilai yang dipilih sesuai kode contoh yang diuji.
Kode Contoh
Spesifikasi Nilai
1 2 3 4 dst
1. Kenampakan
Utuh, rapih, bersih, warna 9
sangat cemerlang
Utuh, rapih, bersih, warna 8
cemerlang
Utuh, rapih, bersih, warna 7
kurang cemerlang
Utuh, rapih, kurang bersih, 6
agak kusam
Utuh, tidak rapih, kurang 5
bersih, agak kusam
3
Utuh, tidak rapih, kusam
Utuh, tidak rapih, sangat 1
kusam
2. Bau
9
Sangat segar, harum
8
Segar, harum
7
Segar, kurang harum
6
Kurang segar mendekati netral
5
Mulai timbul bau asam
3
Asam agak basi
1
Asam, busuk
3. Rasa
9
Sangat enak, gurih
8
Enak, gurih
Tabel A. 1 ( Lanjutan )
Kode Contoh
Nila d
Spesifikasi
i 1 2 3 4 s
t
7
Enak, kurang gurih
6
Kurang gurih agak hambar
5
Netral
3
Asam agak basi
1
Asam busuk
4. Tekstur
9
Sangat padat, kompak lentur
8
Padat, kompak lentur
7
Padat, kurang kompak
Padat, kurang kompak agak 6
lembek
Kurang padat, kurang kompak 5
lembek
3
Lembek dan berair
1
Lembek sekali
5. Lendir
9
Tidak berlendir
8
Lender tipis tidak berbau
7
Lender tipis agak netral
6
Lender mulai mengering
5
Lendir mengering
3
Lender kental dan asam
1
Lender kental dan busuk
Lampiran 3. Proses Pengolahan Pemindangan Ikan Layang ( Decapterus sp )
Metode Cue di UD. Sutardi Grup Desa Bajomulyo, Pati