Anda di halaman 1dari 4

Pulau Mandra adalah pulau di Indonesia .

[1] Hal ini terletak di Provinsi Jawa Barat , di


bagian barat negara, 120 km selatan ibukota Jakarta . Di sekitar Pulau Mandra tumbuh
sebagian besar savannah woodland . [2]

iklim muson tropis yang berlaku di daerah. Suhu rata-rata tahunan di lingkungan adalah 23
C . Bulan terpanas adalah September, ketika suhu rata-rata 25 C, dan terdingin adalah 22
Mar C. [3] Rata-rata curah hujan tahunan adalah 4247 milimeter. Bulan terbasah adalah
Januari, dengan rata-rata 632 mm curah hujan , dan terkering adalah September, dengan 42
mm curah hujan. [4]

Di Teluk Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terdapat pulau kecil yang bernama
Pulau Mandra, luasnya sekitar 0,5 km persegi. Pulau ini dapat ditempuh dari muara Ci Kadal
sekitar lima menit.

Kata mandra dapat diartikan enak, gembira, atau bagus. Jadi, pulau kecil yang indah
pemandangannya ini menjadi tempat yang bagus dan menyenangkan untuk disinggahi,
apalagi kalau sambil makan atau botram.

Tidak jauh dari Pulau Mandra, terdapat Pulau Manuk dan Pulau Kunti. Bagian selatan Pulau
Kunti masih menyatu dengan lereng Gunung Badak yang berada di daratan Jawa Barat. Di
sana terdapat endapan melang atau batuan bancuh, campuran aneka batuan yang berasal dari
berbagai formasi dan umur. Di Pulau Kunti terdapat singkapan lava dengan struktur lava
bantal, padahal bentuknya lebih mirip guling warna hitam, yang menurut Schiller, umurnya
89,6 juta tahun. Walau tidak terlalu luas, singkapan lava bantal ini sangat menarik. Garis-
garis rekahan serta rongga tempat keluarnya gas pada saat lava ini membeku, kemudian diisi
larutan batukapur yang sudah mengkristal, membentuk jaring-jaring warna putih yang
menarik.

Antara 50 - 65 juta tahun yang lalu, kawasan Ciletuh masih berupa dasar dari palung laut
dalam, tempat lempeng samudra menunjam lempeng benua. Kamudian, kelompok batuan
yang terdapat di zona penunjaman itu terangkat ke permukaan, menjadi batuan yang
mendasari kawasan Taman Bumi Ciletuh saat ini. Di Ciletuh terdapat kerak samudra dan
mantel, bagian atas bumi yang bercampur endapan laut dalam dan batuan bancuh atau batuan
campur-aduk atau mlange, yang berumur Pra-Eosen Tengah, sekitar 60 juta tahun, yang
tersingkap di Gunung Badak, Gunung Beas, Pasir Luhur, Ci Tisuk, Ci Kopo, Ci Kepuh, dan
Ci Tirem. Di sinilah batuan tertua di Pulau Jawa yang terangkat ke permukaan berada.
Dinamika bumi terus berlangsung, zona penunjaman saat ini membentang barat timur di
tengah Samudra Hindia, sekitar 150 km dari pantai saat ini.

Kini, kawasan bekas longsoran purba itu membentuk morfologi tapal kuda yang menghadap
Samudra Hindia, dasarnya sudah dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi pesawahan, kebun,
talun kelapa, dan pemukiman.

Untuk mencapai tempat-tempat yang terdapat singkapan batuan yang khas secara geologis,
harus sambil berperahu. Di Teluk Ciletuh, terlihat Gunung Badak yang puncaknya ditutupi
oleh batuan breksi, yang mirip adukan batu beton dengan warna kehijauan sampai kehitaman.
Di sisi baratnya ditutupi batuan berwarna kehitaman yang sulit melapuk, sehingga tempat ini
kurang ditutupi tumbuhan.

Ada juga Gunung Aseupan dengan bentuknya yang menarik, seperti aseupan, alat menanak
nasi yang terbuat dari anyaman bambu dan berbentuk kerucut. Ujung atas batuannya yang
mencuat kuat, karena Gunung Aseupan ini berupa batuan terobosan yang datang dari
kedalaman perut bumi.

Dari tepian Dataran Tinggi Jampang yang melengkung setengah lingkaran, terlihat dengan
jelas amfiteater Teluk Ciletuh di bawahnya, menerus sampai ke pantai hingga ke laut lepas.
Tempat memandang bentang alam itu dikenal dengan nama panyawangan, tempat untuk
nyawang, untuk memandang bentang alam dari kejauhan. Dinding tegak Plato Jampang
menjadi latar amfiteater Teluk Ciletuh yang megah, terdapat air terjun yang berjajar.

Di Panenjoan dan sekitarnya, batuan yang mendasarinya berupa berupa breksi vulkanis,
batuan rombakan yang tersusun dari bahan-bahan berukuran kasar, bersudut, yang berasal
dari letusan gunungapi, yang diikat oleh bahan yang berbutir halus, terlihat seperti adukan
batu beton.

Lajur yang membujur barat timur di selatan Pulau Jawa, termasuk kawasan Ciletuh,
puluhan juta tahun yang lalu berupa jalur gunungapi bawah laut. Kawasan yang terbuka ke
laut dalam, diiris patahan yang berarah barat daya timut laut di sisi barat dan timurnya, serta
patahan berarah barat timur, sehingga kawasan yang diiris patahan dari berbagai arah itulah
yang kemudian runtuh, longsor ke dasar laut dalam.

Sebagian besar kawasan Ciletuh merupakan kawasan Suaka Alam (kawasan Cibanteng) di
utara, termasuk kawasan Gunung Badak, serta kawasan Suaka Margasatwa (kawasan
Cikepuh) di selatan, termasuk ke dalamnya kawasan Citisuk, Cikepuh, dan Citirem. Kedua
kawasan ini berada dalam pengelolaan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)
Kabupaten Sukabumi.

Untuk mencapai Ciletuh dapat melalui jalur laut menggunakan perahu motor dari
Palabuanratu sampai muara Ci Kadal selama 2 jam. Atau melalui jalan darat selama 8-9 jam
dari Bandung sejauh + 225 km.

Ke depan, kawasan ini sangat layak untuk dijadikan kampus lapangan bagi pelajar dan
mahasiswa. Sedangkan bagi masyarakat umum, Ciletuh merupakan tempat yang baik bila
dijadikan tujuan wisata bumi. Di sini terdapat perpaduan yang nyata antara ilmu-ilmu
kebumian, hayati, budaya, dan petualangan.***

Pulau dengan luas kurang dari 1 km2 ini terletak di desa Mandrajaya. Akses menuju pulau sekitar 3
menit dengan perahu dari muara Sungai Ciletuh. Pulau ini populer sebagai tempat memancing bagi
penduduk lokal.Pulau Mandra menpunyai beberapa keindahan diantaranya bentuk pulau
yang sangat indah, bentuk karang-karang yang sangat unik serta pemandangan laut yang
sangat menawan sekali sehingga membuat otak dan pikiran kita menjadi fresh setelah melihat
pemandangaan di tepi Pulau tersebut.
Yang tidak kalah lagi bagi para pencinta MANCING MANIA Pulau Mandra menjadi salah
satu tempat/objek pemancingan yang sangat nyaman dan menyenangkan bagi para pencinta
Mancing, karena di berbagai sudut Pulau Mandra terdapat karang-karang yang dihuni para
ikan.

Khusus untuk para pencinta MANCING MANIA jika anda ingin memancing di Pulau
Mandara diusahakan anda harus berangkat sekitar jam 15.30 Wib, karena disaat matahari
mau mulai tenggelam disitu ikan-ikan akan keluar untuk mencari makan, menurut
pengalaman pribadi saya yang telah berkali kali berangkat mancing di Pulau Mandra.

Pulau Mandra berukuran panjang 1 km dan lebar 0,5 km ini tergolong unik. Ia tersusun dari
bukit-bukit kecil dengan puncak tertinggi sekitar 30 meter di atas permukaan laut. Pulau tak
berpenghuni ini ditumbuhi pohon beringin, ilalang, dan rumput.

Menurut Ahli Geologi Sukamto, seluruh Pulau Mandra diselimuti batu pasir greywacke yang
diduga merupakan Formasi Ciletuh bagian bawah. Hadiwisastra menambahkan permukaan
tersebut merupakan endapan laut dangkal sampai delta yang dicirikan dengaan adanya lignit
yang menjadi fragmen dalam lensa-lensa batu pasir kasar dalam satuan batu pasir greywacke.

Anda mungkin juga menyukai