ADMINISTRATIF
Secara administrasi, pulau Maratua merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Maratua,
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan Maratua merupakan kecamatan
yang masih baru karena dibentuk secara definitif sejak tahun 2003. Di Pulau Maratua
terdapat 4(empat) empat kampung yaitu; (1) kampung Bohe Silian; (2) Payung-payung; (3)
Teluk Harapan; dan (4) Teluk Alulu. Pusat pemerintahan Kecamatan Maratua sendiri terletak
di Kampung Teluk Harapan/Bohe Bukut.
KEPENDUDUKAN, SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN
Jumlah penduduk pulau Maratua pada tahun 2004 sebesar 2818 jiwa yang terdiri
dari 1.439 laki-laki dan 1.379 perempuan. Jumlah rumah tangga sebanyak 2.394
rumah tangga yang tersebar di 19 Desa/Kelurahan. Rasio jenis kelamin laki-laki
lebih besar dibandingkan perempuan, hal ini berkaitan dengan pola migrasi
masyarakat yang umumnya adalah daerah penerima migran. Sebagian besar
penduduk Pulau Maratua merupakan suku Bajau dengan mayoritas beragama
Islam. Sedangkan pendatang umumnya berasal dari etnis Kutai, Banjar, Bugis,
Bali dan Jawa. Mata pencaharian penduduk di pulau Maratua sebagian besar
sebagai nelayan. Pendidikan penduduk di Pulau Maratua relatif masih rendah,
yakni rata-rata hanya tamat SD. lainnya. Penangkapan ikan ditujukan untuk
menangkap ikan-ikan pelagis maupun ikan-ikan demersal khususnya ikan karang
konsumsi. Kegiatan perdagangan di Pulau Maratua dapat dibagi menjadi dua,
yaitu perdagangan ikan sebagai komoditas unggulan dan perdagangan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kegiatan perekonomian berupa jasa hanya
dilakukan oleh beberapa masyarakat lainnya, misalnya usaha warung
telekomunikasi dan pertukangan.
AKSESIBILITAS
Pulau Maratua, dapat dijangkau dengan menggunakan beberapa sarana transportasi yang
ada. Awal perjalanan dapat dimulai dari kota Balikpapan yang merupakan salah satu pintu
gerbang utama untuk mencapai wilayah-wilayah administratif Provinsi Kalimantan Timur.
Rute dari Kota Balikpapan adalah melalui kota Tanjung Redeb, Kabupaten Berau.
Perjalanan menuju kota ini, ditempuh menggunakan pesawat udara selama kurang lebih 1
jam. Jalur transportasi air (sungai dan laut) merupakan sarana perhubungan paling
penting di Pulau Maratua untuk mobilitas penduduknya ke tempat lain dan termasuk ke
ibukota kabupaten di Tanjung Redeb. Selain laut, jalan desa yang menghubungkan
kampung Bohe Silian, Payungpayung dan Teluk Harapan juga merupakan sarana
transportasi yang penting. Sarana transportasi laut yang digunakan terdiri dari kapal motor
dan perahu motor cepat (speed boat). Perahu motor atau speed boat ini merupakan
pilihan utama untuk menjangkau pulau Maratua, dengan lama waktu perjalanan sekitar 3 -
4 jam dari Berau. Sedangkan di darat masyarakat meng-gunakan sepeda atau sepeda
motor untuk mobilisasi ke ketiga kampung. Semua kam-pung di Pulau Maratua telah
memiliki dermaga yang merupakan akses menuju luar pulau.
IKLIM
Letaknya yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, menyebabkan kondisi iklim di Pulau Maratua
sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di samudera ini. Faktor oseanografi dipengaruhi pergerakan arus secara
musiman dan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia yang melewati
Selat Makasar. Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober – Mei dengan hari hujan rata-rata 15 – 20 hari
perbulan dan curah hujan terbesar terjadi pada akhir atau awal musim hujan. Musim kemarau berlangsung
pada bulan Juli – September dengan curah hujan terendah pada bulan Juli. Suhu udara rata-rata berkisar
antara 24,8º - 27,9º C. Suhu udara minimum berkisar antara 19º - 23º C dan musiman berkisar antara 32º -
35,6º C. Suhu udara harian rata-rata tidak menunjukkan fluktuasi yang signifikan antara siang dan malam hari.
Perbedaan suhu udara maksimum dan minimum berkisar antara 10º - 12º C.
LINGKUNGAN
Maratua merupakan salah satu pulau dari gugusan pulau-pulau kecil yang berdekatan di perairan Laut
Sulawesi. Pulau ini bersebelahan dengan wilayah Pulau Derawan, Pulau Samama dan Pulau Sangalaki. Pulau
Maratua memiliki bentuk topografi yang bergelombang yang landai dengan tingkat kemiringan lereng
bervariasi, yaitu berkisar antara 4 – 110. Satuan morfologi yang terdapat di wilayah kepulauan umumnya
berupa dataran pantai, perbukitan rendah dan tinggi. Di Pulau Maratua terdapat 2 tipe pantai, yaitu pantai
berpasir dan pantai terjal. Pantai berpasir terbentuk secara pengendapan di pantai oleh gelombang, yang
terbentang di pesisir barat dan selatan. Sedangkan tipe pantai terjal terbentuk oleh terumbu karang yang
terangkat, terbentang di pesisir utara dan timur.
OSEANOGRAFI
Pulau Sambit merupakan PPKT tidak berpenduduk. Terdapat 4-5 personil penjaga
menara navigasi yang setiap 2 bulan dilakukan rotasi. Selain itu terdapat juga 1
orang petugas penjaga telur penyu musiman yang tinggal karena pulau ini dikelilingi
pasir putih dan sering menjadi tempat penyu untuk bertelur.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan melalui kegiatan perikanan tangkap di sekitar
perairan Pulau Sambit merupakan aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat nelayan
pendatang yang menjadikan perairan pulau ini sebagai lokasi fishing ground.
Beberapa komoditi utama yang dieksploitasi adalah berbagai jenis ikan karang
bernilai ekonomis tinggi seperti ikan sunu,kerapu, ekor kuning, dll. Beberapa
pemancing ikan hiu juga memanfaatkan perairan sekitar pulau sebagai fishing
ground. Bentuk eksploitasi sumberdaya perikanan dilakukan dengan menggunakan
alat tangkap pancing (hand lines), bubu, jaring layang, dan kerap kali pula
menggunakan alat tangkap ilegal (bom dan bius potasium sianida).
SARANA & PRASARANA
Pulau Sambit tidak memiliki penduduk yang tinggal menetap, akan tetapi
terdapat beberapa orang penghuni yang menjadi penjaga lampu mercu suar.
Pulau ini merupakan pulau yang sangat terisolasi dengan segala keterbatasan
sarana dan prasarana yang ada.Di pulau Sambit terdapat kompleks mercusuar
untuk kebutuhan perhubungan laut. Dalam komplek mercusuar ini terdapat
fasilitas penampungan air tawar, rumah jaga, radio komunikasi, gudang, rumah
mesin dengan generator diesel, dan juga listrik tenaga surya (LTS). Untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, penjaga mercu suar masih mengandalkan air
yang berasal dari penampungan air hujan dan suply air tawar dari logistik yang
tiap sebulan sekali dikirimkan.Pulau Sambit yang ditempati oleh penjaga
mercusuar tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Untuk
kebutuhan transportasi, tidak tersedia sarana transportasi seperti perahu atau
kapal yang memadai dengan tingkat keamanan yang baik dan dermaga untuk
mendukung aktivitas transportasi ini.
EKOSISTEM DAN
SUMBER DAYA
HAYATI
01 LAMUN
Secara ekologi, lamun mempunyai beberapa fungsi penting
di Pulau Sambit, karena merupakan sumber produktivitas
primer di perairan dangkal di daerah tersebut dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam
bentuk detritus). Selanjutnya mereka berfungsi menstabilkan
dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh,
terutama dengan sistem akar yang padat dan saling
menyilang. Terdapat banyak hewan yang umum dijumpai di
komunitas lamun, tetapi tidak berhubungan dengan tingkatan
makanan secara langsung dengan lamun itu sendiri. Lamun
berperan sebagai tempat pembesaran bagi banyak spesies
yang menghabiskan waktu dewasanya di lingkungan lain.
Perikanan
02 Perikanan
Di perairan sekitar pulau Sambit terdapat beberapa jenis biota
laut yang dilindungi. Biota laut yang utama adalah Kima
(Tridacna spp) dan penyu laut (Sea Turtles). Eksploitasi biota
ini masih kerap kali terjadi dalam frekuensi yang cukup
meresahkan. Pengambil telur penyu kerap kali terjadi di pulau
ini, para pengumpul dan pencari telur penyu kerap singgah
dan tinggal sementara di pulau ini. Mereka membangun
rumah jaga/singgah sementara untuk kebutuhan aktivitas
mereka menunggu dan mengambil telur penyu.
POTENSI & ARAHAN PENGEMBANGAN
● Berbagai keanekaragaman yang terdapat di Pulau Sambit dan perairan di sekitarnya merupakan potensi
yang mesti dikelola dengan baik. Pantai berpasir putih, terumbu karang, padang lamun, rataan pasir putih
dengan segala biota yang berasosiasi didalamnya merupakan potensi yang harus dijaga kelestariaanya
dan eksistensinya.
● Keberadaan beberapa biota yang dilindungi di sekitar pulau Sambit seperti keberadaan berbagai jenis
Kima (tridacna), reptil laut (sea turtles), terumbu karang dengan kondisi baik/bagus, dan berbagai jenis
ikan karang merupakan potensi sumberdaya perikanan yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya.
Potensi sumberdaya perikanan sedianya dikelola dengan baik untuk menjamin kesejahteraan ekonomi
masyarakat disekitar wilayah pulau ini dan juga sejalan dengan itu dikelola untuk menjamin
keberlanjutannya (sustainabilitas).
● Berdasarkan potensi yang dimiliki ini, pulau ini memiliki beberapa peluang pengembangannya kedepan.
Berdasarkan karakteristik dan profil pulau, pengembangan pemanfaatan Pulau Sambit kedepan potensial
untuk kegaiatan konservasi, daerah penangkapan ikan untuk mendukung sektor perikanan tangkap di
kawasan ini dan daerah penyangga untuk daerah konservasi penyu di pulau berdekatan dalam kawasan
ini.
● Di Pulau Sambit sering kali dijadikan lokasi tempat bertelur oleh beberapa jenis penyu. Terdapat tiga jenis
penyu disekitar Pulau Sambit, yaitu jenis penyu hijau, penyu sisik, dan penyu belimbing. Eksistensi hewan
reptil laut ini menjadikan pentingnya kawasan untuk dilakukan pengelolaan secara tepat, dimana
didalamnya termasuk upaya untuk melakukan perlidungan penyu laut.
●
KALIMANTAN UTARA
(PULAU SEBATIK)
NAMA : PULAU SEBATIK
PROVINSI : KALIMANTAN UTARA
KABUPATEN : NUNUKAN
KECAMATAN : SEBATIK
Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau kecil yang
berbatasan daratan dengan Malaysia, yang wilayahnya
terbagi menjadi 2 (dua) bagian, sebagian wilayah
merupakan daerah wilayah Negara Malaysia dan
sebagian masuk dalam wilayah Indonesia. Pulau Sebatik
berada di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dan
terdiri dari 5 kecamatan. Dalam Buku Rencana Induk
Pengelolaan Perbatasan Negara, Pulau Sebatik
merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi prioritas
utama pembangunan karena berbatasan langsung
dengan negara tetangga. Di Pulau Sebatik terdapat titik
dasar CTD.036 dan titik referensi CTR.036.
GEOGRAFI
Pulau Sebatik terletak di Selat Makasar pada koordinat 04o 10’ 00’’ LU - 4o 01’ 37” LU dan 117° 41’ 05” BT -
117o 55’ 56” BT. Aktifitas sosial ekonomi penduduk telah berkembang baik di pulau ini. Secara geografis,
Kecamatan Sebatik di sebelah Utara garis lintang 4o 10’ 05” LU, berbatasan langsung dengan Negara
Malaysia bagian timur, sebelah Selatan garis lintang 4o 01’ 37” LU, berbatasan langsung dengan Kabupaten
Bulungan dan Kabupaten Malinau, Kaltim, sebelah Barat garis bujur 117° 41’ 05” BT, berbatasan langsung
dengan Negara Malaysia Timur dan Kabupaten Nunukan, dan sebelah Timur garis bujur 117o 55’ 56” BT,
berbatasan dengan laut Sulawesi.
ADMINISTRATIF
Pulau Sebatik termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sebatik. Kecamatan ini adalah kecamatan
paling Timur dari Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Timur. Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten
Nunukan, kecamatan Sebatik termasuk di dalamnya Pulau Sebatik mempunyai luas wilayah sekitar 247,47
km2. Dasar pembentukan Kecamatan Sebatik terkait dengan Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang
pemekaran Kabupaten Bulungan di Provinsi Kalimantan Timur. Secara administrasi, pusat pemerintahan
Kabupaten Nunukan terletak di Kota Nunukan dengan kewenangan pemerintahan mencakup Kecamatan
Sebatik yang terdiri dari empat desa, yaitu Desa Tanjung Karang sebagai pusat pemerintahan Kecamatan
Sebatik, Desa Pancang, Desa Sungai Nyamuk, Desa Tanjung Aru, dan Desa Setabu. Pusat kegiatan
perekonomian terpusat di Desa Sungai Nyamuk.
KEPENDUDUKAN, SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN
POTOGRAFI
Bentuk lahan atau potografi Kecamatan Sebatik berfariasi terdiri atas daerah cekungan (daerah
pasang surut, rawa-rawa, endapan pantai, laut), teras laut dan daratan, perbukitan, daerah
bergelombang dan bergunung. Daratan pantai mempunyai kemiringan lereng sebesar kurang dari
2% wilayah cekungan (rawa dan teras laut) dengan kemiringan 2-25%, daerah perbukitan dan
pegunungan tengah dengan kemiringan lereng 25-40%. Wilayah pesisir pantai pulau sebatik
didominasi oleh vegetasi mengrove, sedangkan wilayah pegunungan dibagian tengah ditumbuhi
oleh hutan sekunder dan sebagian dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.
KLIMATOLOGI
Pulau sebatik memiliki iklim yang sama dengan iklim di Provinsi Kalimantan Timur
yaitu adanya musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan
Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan
November sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun
yang diselingi oleh musim peralihan. Selain itu, kerena terletak di daerah katulistiwa
maka iklim di pulau sebatik dipengaruhi oleh angin muson, yaitu angin muson barat
pada November-April dan angin Muson, yaitu Muson Timur pada Mei-Oktober. Pulau
sebatik secara umum beriklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,8 °C, suhu
terendah 22,9 °C pada bulan Agustus dan tertinggi 33,0 °C pada bulan April.
Kelembaban udara kirasan antara 44 persen- 100 persen, dengan kecepatan angin
rata-rata 0,5 knots, penyinaran matahari rata-rata 58,5 persen, terendah 44 persen
pada bulan juni dan tertinggi 76 persen pada bulan april. Berdasarkan data stasium
klimatologi periode 1998-2000, curah hujan rata-rata 2.280 mm/tahun dengan bulan
basah terjadi pada bulan mei, juni, oktober, desember(curah hujan >200 mm/bulan
)dan tanpa bulan kering (<100 mm/bulan). Di luar bulan-bulan tersebut curah hujan
berkisar 100-200 mm/bulan .
OSEANOGRAFI
Kondisi oseanografi diwilayah sebatik cukup bervariasi. Kondisi pasang surut
dipesisiran pulau sebatik termasuk pasang surut dipesisir pulau sebatik termasuk
pasang surut campuran, cenderung bersifat harian ganda (mixed prevalling semi
diural) dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut dalam sehari dengan amplitude dan
periode pasang surut yang berbeda serta tunggang air (tidal range) maksimum 2,8
m. kecepatan arus maksimum di perairan pesisir pulau sebatik terjadi pada saat
pergerakan pasang surut terbesar , yaitu saat neap tide dan spring tide, dengan
kecepatan arus rata-rata akibat densitas air laut sebesar 8,5-10, 7 cm/detik, arah
arus pasang mencapai 250°-333° dan arah surut 36°-130°. Kecepatan arus rata-rata
akibat densitas air laut sebesar 8,5-10,7 cm/detik dengan arah 15°-33° saat spring
tide dan arah 65°-82° saat neap tide. Kecepatan arus ini semakin mengecil seiring
dengan bertambahnya kedalaman perairan.
Potensi wisata
Kegiatan pariwisata di kecamatan sebatik sendiri belum
begitu berkembang. Setidaknya ada 6 obyek wisata
yang dapat dijadikan sebagai lokasi wisata di Sebatik
yang telah diagendakan oleh Dinas Pariwisata. Daerah
pantai yang layak di jadikan sebagai lokasi wisata
adalah di sungai Taiwan, karena memiliki pantai
dengan pasir berwarna kuning. Selain itu juga ada
lokasi wisata di pedalaman seperti wisata air terjun,
dan wisata kawasan mangrove. Daerah yang yang
menjadi target pengembangan pariwisata adalah
dipantai Batu Lemampu dan Liang Bunyu.
EKOSISTEM DAN
SUMBER DAYA
HAYATI
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas yang terdapat di wilayah
pesisir dan laut tropis. Pada dasarnya terumbu terbentuk dari endapan-
endapan masif kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh organisme karang
pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo
Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan Zooxantellae dan sedikit
tambahan dari algae berkapur. Pengamatan kondisi karang dilakukan
dengan menggunakan metode Transek Kuadrat. Penentuan stasiun
pengamatan didasarkan pada informasi yang didapat dari nelayan
setempat, bahwa terumbu karang hanya ada di daerah sekitar pesisir Batu
Lamampu. Kondisi perairan cukup keruh, dengan sedimentasi yang cukup
tinggi dan dengan dasar perairan pasir berlumpur. Kondisi penutupan
karang berdasarkan penutupan total karang keras dan karang lunak berada
pada kondisi buruk, dengan penutupan sebesar 24,10 %. Komponen abiotik
yaitu pasir berlumpur dan pecahan karang sangat tinggi persentase
penutupannya, yaitu masing-masing sebesar 26,3 % dan 26 %. Sedangkan
beberapa jenis alga dan sponges menutupi wilayah ini sebesar 3 % dan 6
%.
Terumbu Karang 01
Mangrove
02
Ekosistem hutan bakau di Sebatik menyebar tidak merata di seluruh pantai dan pesisir.
Keberadaan hutan bakau terutama ditemui di pantai yang mempunyai topografi dangkal dan
terlindung. Hutan bakau dapat ditemui mulai dari pantai utara bagian utara dan selatan pulau.
Beberapa jenis pohon bakau yang umum dijumpai di Pulau Sebatik adalah bakau (Rhizophora
spp), api-api (Avicennia spp), tanjung (Bruguiera spp), tengar (Ceriops spp) dan buta-buta
(Exoecaria spp). Luas hutan mangrove di Kecamatan Sebatik 2.981 hektar, dan yang
dimanfaatkan menjadi tambak seluas 114 ha dan saat ini sebagian besar tidak dikelola.
Kendala utama pengelolaan tambak di Pulau Sebatik adalah ketersediaan air tawar. Beberapa
lokasi yang terlindung di sekitar hutan mangrove dengan kedalaman air yang memadai dapat
dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya laut seperti jenis kerang (Ostrea dan Anadara) dengan
sistem rakit dan ikan kakap menggunakan keramba jaring apung disekitar pantai Bambangan,
Liang Bunyu, Matingkas, hingga sebelum Batu Lemampu. Di daerah Bambangan banyak
ditemukan mangrove dengan jenis Rhizophora spp, di Desa Liang Bunyu jenis Bruquiera spp,
dan di Desa Tembaring dan di Desa Setabu jenis Avicenia spp. Sebagian besar mangrove
yang ada dikawasan tersebut telah di konversi menjadi lahan tambak, dimana beberapa lahan
tambak tersebut kemudian terlantar dan ditinggalkan.
Perikanan
03
Perairan sebatik termasuk dalam wilayah pengelolaan perikanan (WPP) IV selat Makassar dan
Laut Arafura serta WPP VII laut Sulawesi dan Samudra pasifik. Perairan Laut Sulawesi
diperkirakan mempunyai potensi udang sekitar 2.500 ton/tahun, sedangkan potensi ikan demersal
dan pelagis mencapai 54.860 ton/tahun. Sampai saat ini , pemanfaatan sumberdaya udang telah
mencapai batas MSY, sedangkan tingkat pemanfaatan ikan pelagis dan demersal sekitar 61%
(DKP dan LIPI, 2001). Di WPP VII masih terbuka peluang untuk pemanfaatan ikan pelagis kecil ,
ikan demersal, ikan karang dan lopster.
Potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Nunukan diperkirakan cukup besar meliputi
potensi ikan demersal, udang dan ikan pelagis kecil yang tersebar disekitar pulau Bukat, pulau
Sebatik, pulau Nunukan dan Pulau Sekapal. Potensi sumberdaya ikan berkaitan erat dengan
kondisi perairan pulau sebatik , ikan-ikan pelagis ekonomis yang menjadi sasaran penangkapan
yaitu ikan tongkol (Euthynnus spp), ikan tenggiri papan (scomberomus commersonni), ikan
lemuru (sardilenia fimbriata), ikan parang-parang (chirocentus dorap), ikan alu-alu (spyraenal
spp), ikan kembung (Rastralinger spp) dan berbagai jenis ikan pelagis lainnya..
POTENSI & ARAHAN PENGEMBANGAN
Pengembangan yang perlu dilakukan di Pulau Sebatik antara lain
pengembangan dan pengelolaan sektor pertanian dan perkebunan,
serta sektor perikanan (budidaya dan tangkap), melalui
pengembangan teknologi bididaya, pengelolahan paska panen,
penyediaan sarana dan prasarana, pemberdayaan masyarakat,
aksen permodalan usaha, pengembangan mata pencarian
alternative, dan perluasan akses pasar, dan pengembangan
pariwisata bahari , melalui penyediaan sarana dan infrastruktur
serta meningkatkan penegakan hukum dan pengawasan yang
dilakukan secara kolektif.
KENDALA/MASALAH
Pulau Sebatik adalah wilayah yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya
alam hayati, bahari maupun mineral. Namun, potensi kekayaan alam yang melimpah
tampaknya belum dikelola secara optimal dan terintegritas. Akibatnya, program
pembangunan belum banyak tersentuh pada aspek yang sangat potensial sehingga
menjadikan wilayah Sebatik Indonesia jauh tertinggal dibanding wilayah lainnya.
Minimnya sarana transportasi dan infrastruktur, seperti ketersediaan kendaraan umum,
air bersih dan sarana pendidikan dan kesehatan menyebabkan perkembangan
pembangunan serta mobilitas penduduk antarkecamatan atau kabupaten masih sangat
terbatas, terutama jika dibandingkan dengan wilayah sekitar, yakni Nunukan, Tarakan
maupun Tawau (Malaysia). Tambahan lagi, aksesibilitas untuk mendapatkan pendidikan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi masih sangat terbatas. Kondisi di atas jelas dapat
berdampak pada semakin rendahnya kualitas SDM Sebatik yang dikhawatirkan akan
sulit bersaing dengan negara lain di tengah era globalisasi dan masyarakat ekonomi
ASEAN (MEA).
PENYELESAIAN
Penyelesaian persoalan di perbatasan Sebatik membutuhkan langkah yang tepat
sehingga potensi yang ada dapat dikelola secara optimal dan terintegrasi.
Terdapat dua langkah yang dapat dijadikan solusi pengelolaan wilayah
perbatasan Sebatik, antara lain pemberdayaan pembangunan berbasis potensi
wilayah dan optimalisasi kerja sama lintas batas. Pemberdayaan pembangunan
yang terintegrasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada, baik
berupa sumber daya alam, sosial masyarakat, ekonomi, maupun kelembagaan.
Sementara itu, optimalisasi kerjasama lintas batas merupakan salah satu aspek
penting yang juga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ketahanan sosial
wilayah perbatasan Sebatik dan perekonomian masyarakat kedua negara dengan
semakin meningkatnya aktivitas perdagangan lintas batas. Kedua langkah
tersebut diharapkan dapat menjadikan wilayah Sebatik sebagai sebuah wilayah di
perbatasan yang terintegrasi dengan pembangunan yang berkelanjutan.
KALIMANTAN UTARA
(PULAU KARANG UNARANG)
NAMA : PULAU KARANG UNARANG
PROVINSI : KALIMANTAN UTARA
KABUPATEN : NUNUKAN