Anda di halaman 1dari 15

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

PENGELOLAAN SECARA TERPADU PULAU TERLUAR DAN WILAYAH PERBATASAN (PULAU LINGAYAN, PULAU DOLANGAN, PULAU SALANDO DAN PULAU SIMATANG) DIKABUPATEN TOLITOLI - PROVINSI SULAWESI TENGAH

DIAJUKAN KEPADA :
DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI

BAPPEDA PROVINSI SULAWESI TENGAH


0

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

proposal
PENGELOLAAN SECARA TERPADU PULAU TERLUAR DAN WILAYAH PERBATASAN ( PULAU LINGAYAN, PULAU DOLANGAN, PULAU SALANDO DAN PULAU SIMATANG) DI KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

I.

LATAR BELAKANG Pulau Pulau Kecil Terluar (PPKT) menjadi garda terdepan dalam menjaga

wilayah kedaulatan Indonesia. Posisinya sangat strategis untuk menarik garis Batas Laut Teritorial, Zona Tambahan, Batas Landas Kontinen, dan zona ekonomi Eksklusif. Indonesia sebagai negara kepulauan yang telah diakui oleh UNCLOS (United Nations

Convention On The Law Of The Sea) dan telah diratifikasi, berhak menentukan garis
batasnya. Dari 183 Titik Dasar (TD) yang menjadi patokan untuk menarik garis pangkal, tercatat ada 92 TD berada di pulau-pulau kecil terluar. Hal ini berarti keberadaan PPKT sangat vital dalam kerangka kedaulatan negara. Dipertegas lagi oleh PP No. 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. Di situ disebutkan bahwa ada 92 PPKT yang menjadi acuan menarik garis pangkal. Anggapan bahwa PPKT merupakan pulau liar tak terurus dan seonggok batu karang, tidak selamanya benar. Kurang lebih hanya sepertiga dari PPKT yang dihuni, selebihnya masih berupa hutan bervegetasi lebat sampai jarang. Selain itu beberapa PPKT memiliki potensi wisata, keanekaragaman terumbu karang, dan sumber daya perikanan(Retraubun et al 2005). Potensi pulau-pulau kecil di Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 pulai dari sejumlah 17.508 pulau. Wilayah gugusan pulau-pulau terpencil secara ekonomis mempunyai potensi yang sangat kaya akan lahan yang relatif luas, sumberdaya laut, sumberdaya tambang dan pariwisata. Dan jika berhasil dikembangkan secara optimal dan berkelanjutan, pulau-pulau terpencil ini bukan saja akan menjadi sumber pertumbuhan baru, melainkan sekaligus akan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah dan kelompok sosial.
1

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

Sebagai entitas yang memiliki kecirian khusus, pengelolaan pulau-pulau kecil memerlukan format yang sedikit berbeda dengan wilayah regional lain, khususnya yang ada didaratan (mainland). Pengembangan pulau-pulau kecil memiliki karakteristik khusus karena pulau-pulau kecil pada umumnya memiliki sumberdaya alam, aspek lingkungan dan budaya yang khas. Sulawesi Tengah memiliki potensi yang sangat besar berupa potensi darat dan laut. Potensi laut yang dimiliki salah satunya adalah luas perairan yang diperkirakan sekitar 3 (tiga) kali luas daratan yakni 193.923,75 Km2 membentang sepanjang wilayah sebelah timur sejau Teluk Tolo dan Teluk Tomini dan sebelah barat adalah Selat Makassar dan sebagian laut Sulawesi. Potensi perairan laut mengandung sumber penghasilan yang sangat besar berupa bahan makanan ikan dan tumbuhan laut. Potensi lestarsi perairan laut Sulawesi Tengah diperkirakan sebesar 1.593.796 ton per tahun. Dengan potensi yang demikian besar Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah mengupayakan strategi pengelolaan kedalam 3 (tiga) Zona, yang meliputi; (a) Zona I, terdiri dari Laut Sulawesi dan Selat Makassar yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Toli-Toli dan Kabupaten Buol. (b) Zona II, terdiri dari Perairan Teluk Tomini Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten Banggai. (c) Zona III, yang terdiri dari Perairan Teluk Tolo termasuk Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Morowali. Kabupaten Tolitoli mempunyai luas wilayah 4.079,77 Km2 atau 407.997 Ha dan mempunyai panjang garis pantai 453,98 Km. Secara geografis terletak dipesisir Pantai Barat Sulawesi tepat dipintu masuk bagian utara Selat Makassar berhadapan langsung dengan laut Sulawesi dan selat Makassar dengan luas laut 300.859,22 Ha. Kabuapaten Tolitoli memiliki 43 Pulau dan 3 (tiga) diantaranya merupakan pulau terluar yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia (Kawasan Ambalat). Dari 10 (sepuluh) kecamatan, 9 (sembilan) diantaranya merupakan kecamatan yang berada pada wilayah peisisir dengan potensi sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Keterbatasan anggaran menyebabkan wilayah pesisir kurang tersentuh pembangunan.

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

1.1. Profil Lokasi 1.1.1. Pulau Lingayan Secara geografis pulau ini terletak pada 000 58 39 LU dan 1200 14 31 BT, berada di sebelah Barat Laut Teluk Dondo. Secara administratif pulau ini termasuk dalam wilayah Desa Ogotua Kecamatan Dampal Utara. Luas Pulau 120 Ha dengan panjang garis pantai 7,075 Km. Pulau ini dihuni oleh 68 KK atau sekitar 268 jiwa. 143 laki-laki, 126 perempuan. Penduduk berasal dari suku Bugis, Gorontalo dan Bajo. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dengan menggunakan alat penangkapan tradisional berupa pancing, bubu, pukat dan tombak. Jenis ikan yang ditangkap berupa ikan-ikan karang, ikan pelagis dan berbagai jenis teripang, juga dikembangkan budidaya Kerapu dalam Keramba Jaring Apung (KJA) dan budidaya rumput laut. Pulau Lingayan merupakan salah satu pulau terluar Republik Indonesia yang berbatasan dengan negara Malaysia. Di pulau ini telah dibangun Menara Suar oleh Departemen Perhubungan Republik Indonesia (RI). Pulau Lingayan mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang sangat baik untuk dikembangkan. Selain budidaya rumput laut, disekitar pulau ini terdapat hamparan terumbu karang yang kaya akan jenis-jenis ikan karang, juga terdapat 1 jenis burung langka yang harus dilindungi oleh masyarakat sekitar pulau, yang disebut dengan nama Burung Molong, serta terdapat juga Kepiting Kenari, sehingga pengembangan wisata bahari dengan ramah lingkungan (marine ecotourism) sangat prospektif untuk dikembangkan. Kondisi gelombang dan arus perairan kawasan pantai pulau Lingayan relatif sedang hingga besar, yang diakibatkan posisinya yang terbuka diantara Selat Makassar dan Laut Sulawesi. Kecerahan air laut cukup jernih sehingga memungkinkan untuk budidaya Rumput Laut. Keberadaan pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas mengakibatkan wilayah pantai ini rentan terkena proses abrasi oleh gelombang. Hasil survey Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Toli-toli terdapat kurang lebih 1.027 M daerah yang tergerus oleh gelombang dan perlu upaya mitigasi melalui pembuatan Talud penahan
3

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

gelombang. Disebelah Timur pulau terdapat vegetasi mangrove yang cukup rapat bila dibandingkan yang tumbuh di sebelah tengggara pulau. 1.1.2 Pulau Dolangan Pulau Dolangan secara geografis terletak pada 010 , 21 29 LU dan 1200 53 09 BT, yaitu sebelah timur laut Teluk Dondo. Secara administrative pulau ini termasuk dalam wilayah desa Santigi kecamatan Toli-toli Utara. (berdasarkan SK Menteri Pertanian No : 44/Kpts/um/5/81). Pulau Dolangan adalah pulau yang tidak berpenghuni. Dusun Taragusung adalah dusun yang berada tepat di depan pulau Dolangan dengan jumlah penduduk 291 KK. Selain terdapat vegetasi hutan mangrove, juga terdapat pohon kayu langka seperti pohon Kayu Ulin. Pulau ini dihuni oleh hewan seperti Rusa, burung Maleo dan beberapa jenis kepiting yang dilindungi. Disekitar pulau ini terdapat hamparan terumbu karang yang terbaik yang ada di perairan Toli-toli meskipun keadaannya tidak dalam keadaan sangat utuh. Perairan sekitar pulau ini sangat cocok untuk dikembangkan budidaya rumput laut. Didepan pulau ini terdapat hamparan pantai pasir putih dengan perairan yang jernih. Tidak jauh dari pantai, terdapat gua yang menurut masyarakat setempat tembusannya di laut, sehingga kawasan sekitar pulau ini dapat di jadikan objek wisata bahari. 1.1.3 Pulau Salando Pulau Salando atau pulau Lampu, adalah pulau yang terletak di desa Kapas kecamatan Dako Pemean. Nama Salando berasal dari bahasa Toli-toli, yang berarti cerdik. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar yang ada di kabupaten Toli-toli yang berbatasan dengan negara Malaysia. Dakopamean. Luas pulau Salando 3,2 Ha. Pulau Salando di kelilingi pantai pasir putih yang indah, areal terumbu karang yang luas dengan sedikit lamun yang terdapat di rataan
4

Pulau ini mempunyai status

sebagai Suaka Marga Satwa yang diperuntukkan bagi perlindungan burung Maleo

Pulau Salando secara geografis terletak

pada 010 , 20 28 LU dan 1200 47 51 BT, merupakan wilayah desa Kapas kecamatan

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

pantai dan pada saat surut rendah akan muncul daratan.

Selain itu, di pulau ini

terdapat beberapa bangunan dan dihuni oleh petugas penjaga mercusuar. Berdasarkan hasil survey di daerah sekitar pulau terdapat salah satu komoditas laut yang bernilai ekonomis tinggi yaitu abalone sehingga perlu ada upaya budidaya. Pemandangan yang indah di sekitar pulau dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari. Nelayan sangat membutuhkan sarana penangkapan yang memadai guna peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. 1.1.4 Pulau Simatang Secara geografis pulau ini terletak pada 00o 01 00 LU dan 120o 23 00 BT, secara administratif terletak di Kecamatan Dampal Utara. Dapat dicapai lewat jalan darat dari ibukota kecamatan dengan jarak tempuh kurang lebih 3-4 jam dan dilanjutkan dengan perahu motor dengan waktu tempuh kurang lebih 45 menit. Sedangkan melalui jalur laut dari ibukota kabupaten membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam. Pulau ini termasuk pulau terbesar wilayahnya yang ada dikabupaten Tolitoli, mempunyai 2 (dua) desa yaitu Desa Simatang Utara dan Desa Simatang Tanjung, dengan jumlah penduduk sekitar 375 KK. Penduduk pulau ini bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani kebun. Disekitar pulau ini merupakan daerah penangkapan baik ikan-ikan pelagis maupun ikan-ikan demersal juga disekitar pulau merupakan sentra penangkapan ikan Tuna dan Cakalang. Kondisi terumbu karang baik dengan perairan sekitarnya jernih, 25 meter dari bibir pantai kearah laut didominasi dengan tumbuhan lamun dan selanjutnya terdapat tubir dengan warna air yang kebiru-biruan. Pesisir pulau ditumbuhi dengan tanaman mangrove yang sangat tipis dan kebanyakan ditumbuhi semak belukar.

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

II. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP 2.1. Tujuan Tujuan Program ini adalah untuk menjaga dan mempertahankan keamanan wilayah perairan Indonesia khususnya pulau terluar di Kabupaten Tolitoli serta pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil terluar secara optimal dan berkelanjutan. 2.2. Ruang Lingkup Program Adapun ruang lingkup program dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menyediakan sarana dan prasarana kebutuhan masyarakat di Pulau terluar. b. Meningkatkan pelestarian dan perlindungan sumberdaya hayati dan non hayati di Pulau terluar dan pulau sekitarnya. c. Meningkatkan kemudahan usaha produksi masyarakat pesisir, laut dan PulauPulau Kecil Terluar (PPKT) d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di Pulau terluar dan pulau sekitarnya.

III.KOMPONEN PROGRAM DAN PENDANAAN Sesuai dengan tujuan diatas, komponen/kegiatan utama, yaitu : 1. 2. 3. 4. program ini dimplementasikan kedalam

Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir Penguatan dan Penataan Kelembagaan Masyarakat Pesisir Dukungan Sarana dan Prasarana Pelestarian dan Perlindungan SDA Pulau-Pulau Kecil Terluar

Lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

No 1.

Program/Kegiatan Jumlah Dana (Rp) Pembinaaan, Koordinasi Perencanaan Pengembangan dan Pengelolaan secara 2.200.000.000.terpadu Pulau terluar dan Wil.Perbatasan (P.Lingayan, P.Dolangan, P.Salando dan P.Simatang) diKab.Tolitoli Provinsi Sulteng Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir a. Pengembangan Budidaya Rumput Laut b. Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan c. Pengadaan Alat Mesin Katinting 9 PK dan 13 PK. d. Penyediaan sarana penjemuran rumput laut. e. Pengembangan Ternak Sapi f. Pengadaan Bibit Kelapa Dalam g. Pengadaan Benih Unggul Kakao (SE) Penguatan dan Penataan Kelembagaan Masyarakat Pesisir a. Penguatan Lembaga ekonomi pendukung (koperasi dan sistim pemasarannya) b. Pengembangan Manajemen dan Keuangan Kelompok Usaha Masyarakat c. Sosialisasi/Pendampingan Kelembagaan d. Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian SDKP Dukungan Sarana dan Prasarana a. Penyediaan Sarana Pendidikan WAJAR 9 Tahun b. Penyediaan Sarana Puskesmas Terapung c. Peningkatan Jalan Setapak d. Pembangunan Jetty e. Pembangkit Listrik Tenaga Surya 10 Kwp f. Pembangunan pondok Wisata Bahari g. Peningkatan Jaringan Telekomunikasi Satelit h. Penyediaan Sarana Air Bersih i. Pembangunan Rumah Ramah Bencana 21 unit j. Pembangunan Sarana MCK

Ket. Bappeda Prov.Sulteng

2.

1.350.000.000.850.000.000.1.500.000.000. 350.000.000.5.000.000.000.3.000.000.000.1.000.000.000.-

SKPD Terkait

3.

250.000.000.250.000.000.250.000.000.750.000.000.-

SKPD Terkait

4.

4.200.000.000.5.000.000.000.5.125.000.000.1.350.000.000.7.500.000.000.1.500.000.000.1.200.000.000.2.000.000.000.1.575.000.000.800.000.000.-

SKPD Terkait

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

5.

Pelestarian dan Perlindungan SDA PPKT a. Rehabilitasi Tanaman Mangrove 1.200.000.000.b. Pembuatan Rumah Ikan (Fish Home) 200 800.000.000.Unit c. Pembangunan Talud Abrasi Pantai 1.000.000.000.JUMLAH 50.000.000.000.-

SKPD Terkait

IV. MANAJEMEN PROYEK DAN KOORDINASI Manajemen program ini menerapkan konsep Pengembangan Wilayah Terpadu (PWT) dan konsep Integrasi Development Program yang melibatkan berbagai instansi pemerintah, LSM dan Masyarakat lokal yang diarahkan pada upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui peran serta aktif dari masyarakat setempat (Participatory Approach). Pendekatan program ini mensyaratkan suatu koordinasi yang kuat serta keterpaduan dalam pelaksanaannya mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan/pengendaliannya termasuk penetapan kebijakan mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah/wilayah program. Desain dalam manajemen apabila dilakukan melalui pemerintah berlandaskan pada semangat desentralisasi yang menempatkan instansi pemerintah daerah di wilayah program (provinsi dan kabupaten) sebagai pengelola utama (implementing agencies) dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan di lapangan sesuai program ini yang secara singkat dapat diimplementasikan sebagai berikut: a. Tingkat Pusat ; Executing Agency (Instansi pelaksana/penanggungjawab adalah Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (Bangda), Kementerian Dalam Negeri yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek secara keseluruhan termasuk penetapan kebijakan, mekanisme dalam pengelolaan proyek, pedoman dan prosedur pelaksanaan proyek, pembiayaan dan prosedur penyaluran dana serta koordinasi dengan instansi/departemen lainnya yang terkait dalam pelaksanaan proyek ini (Bappenas, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PU,
8

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

Kementerian Keuangan dan Kementerian terkait lainnya) yang membentuk satu komite Pengarah Proyek (Project Steering Committee - PSC) yang diketuai oleh Bappenas. PSC bertanggung jawab untuk koordinasi dan menginterpretasikan kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan proyek ini dan Ditjen Bangda berfungsi sebagai Sekretaris PSC. b. Tingkat Provinsi : dibentuk Project Coordination Unit PCU (Unit Koordinasi Proyek) pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Tengah yang bertanggung jawab dalam pengawasan manajemen proyek, monitoring evaluasi, menyiapkan anggaran proyek dan memproses usulan untuk alokasi anggaran pada setiap komponen proyek, menyusun konsolidasi laporan keuangan dari masing-masing instansi pengelola proyek di kabupaten pada provinsi serta melaksanakan tugas-tugas koordinasi rutin lainnya. Dalam hal-hal yang menyangkut kebijakan dan koordinasi, PCU mendapatkan arahan dari Komite Koordinasi Proyek (Project Coordination Committee) PCC) yang diketuai oleh Bappeda Provinsi. c. Di masing-masing kabupaten, pelaksanaan proyek sehari-hari dilaksanakan oleh Project Implementation Unit PIU (Unit Implementasi/Pelaksana Proyek) yang dibentuk pada masing-masing Bappeda Kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan proyek yang dilaksnakan oleh instansi teknis terkait sesuai komponen/kegiatan proyek yaitu : BPMPD Kabupaten, Dinas Kelautan dan Perikanan, Prasarana Wilayah (Jalan, Jembatan dan Pengairan) dan Dinas Permukiman dan Penataan Wilayah (Air Bersih). Masing-masing PIU akan mengkoordinasikan perencanaan kegiatan lapangan mengacu pada pedoman/arahan dari District Excuting Committee DEC (Komite Pelaksana Kabupaten) yang dipimpin oleh Bupati dengan anggota para kepala dinas/instansi terkait. Adapun Mekanisme manjemen program dan koordinasi serta Mekanisme Penyaluran dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

10

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

V. PENUTUP Wilayah perbatasan rawan terhadap ancaman ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan penguasaan wilayah serta pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu pengembangan dan pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) yang berbatasan dengan Negara tetangga perlu mendapat prioritas untuk pengembangan dan pengelolaannya dalam rangka menjaga keutuhan wilayah serta menjaga stabilitas pertahanan, keamanan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selat Makassar/laut Sulawesi merupakan kawasan lintas provinsi, yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur serta berbatasan dengan Negara Malaysia sehingga merupakan Kawasan Andalan Nasional yang harus mendpatkan perhatian khusus karena memiliki potensi sumberdaya alam yang besar agar dapat memberikan kontribusi bagi pembagunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang di 3 (tiga) Pulau-Pulau Kecil Terluar yang terdapat di Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah diperlukan guna meningkatkan stabilitas keamanan wilayah dan pemberdayakan laut dan pulau-pulau kecil serta mengoptimalkan nilai-nilai konservatif. masyarakat pesisir, pemanfaatan potensi sumberdaya

hayati dan non hayati pesisir, laut dan pulau-pulau kecil dengan tidak mengabaikan

GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

H.B. PALIUDJU

11

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

LAMPIRAN

P.DOLANGAN P.SALANDO
P.SIMATANG P.LINGAYAN

12

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

KONDISI FISIK PULAU KECIL TERLUAR DIKABUPATEN TOLITOLI-SULTENG

13

Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah

14

Anda mungkin juga menyukai