Anda di halaman 1dari 189

MASTERPLAN

SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU (SKPT)


KOTA SABANG, PROVINSI ACEH

Pengarah :
Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan
Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Slamet Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

Penanggung Jawab :
Suharyanto, Direktur Perencanaan Ruang Laut

Ketua Tim :
Syofyan Hasan, Kasubdit Kawasan Strategis, Dit. Perencanaan Ruang Laut

Anggota Penyusun :
Sarifin, Direktur Pakan dan Obat Ikan, DJPB
Harry Bambang Irawan, Kasubdit Peredaran Pakan, DJPB
Arief Sudianto, Kepala Seksi Kawasan Strategis Nasional Tertentu, Ditjen PRL
Suraji, Kepala Seksi Kawasan Strategis Nasional, Ditjen PRL
Ambar Retno Wulan, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Endiena Bulan Mutiara Sani, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Andika Bayu Candra, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Giri Wilisandy, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Irwan Rudy Pamungkas, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Laila Badariah, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Rifka Nur Anisah, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Naufal Sanca Lovandika, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Dewi Setianingrum, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Nurul Khoiriya, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Deenisa, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Sukma Gunawan Lumban Gaol, Dit. Perencanaan Ruang Laut
Mochammad Riyanto, Tenaga Ahli Perikanan (IPB)
Sony Adji Pramono Widjaksono, Tenaga Ahli Mechanical Engineering
Lily Tambunan, Tenaga Ahli Arsitek (IAP-ITB)
Any Susiani Yollanda, Tenaga Ahli Perencana (IAP-ITB)

DIREKTORAT PERENCANAAN RUANG LAUT


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
JL. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 16, JAKARTA PUSAT
TELP. (021) 3522040

JAKARTA, 2017

ii
SAMBUTAN DIRJEN
PENGELOLAAN RUANG LAUT

Potensi pulau-pulau kecil terluar dan kawasan perbatasan di


Indonesia yang begitu besar berbanding terbalik dengan kondisi
sosial-ekonomi di wilayah tersebut. Pasalnya, kemiskinan di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan masih sangat tinggi
dibandingkan dengan wilayah daratan utama, sehingga perlu
perhatian khusus untuk mengoptimalkan sektor berpotensi
ekonomi tinggi yaitu salah satunya adalah sumber daya kelautan
dan perikanan.

Pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-


pulau kecil terluar dan wilayah perbatasan dinilai masih rendah.
Hal ini disebabkan kegiatan yang bersifat programatik dan
parsial. Sebagai contoh, hasil tangkapan nelayan yang sangat
banyak belum memberikan manfaat besar karena akses terhadap lokasi pasar yang jauh, tidak
adanya pengelolaan secara terpadu dan tidak memiliki nilai tambah produk. Untuk menjawab
permasalahan dan tantangan terhadap potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang
begitu besar, maka perlu adanya program terpadu yang dapat mengakomodasi kebutuhan-
kebutuhan terhadap proses pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, dimulai dari
penangkapan, pengolahan hingga sampai ke tangan konsumen atau masyarakat.

Salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam mewujudkan visi dan
misi KKP yaitu Kedaulatan, Keberlanjutan, dan Kesejahteraan adalah melakukan implementasi
program pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), yang berbasis pada
pulau-pulau kecil terluar dan kawasan perbatasan secara terintegrasi dan menyeluruh. Program
SKPT ini menekankan pada pembangunan sarana dan prasarana penunjang serta sistem
pengelolaan sumber daya perikanan, yang tidak hanya bertumpu pada sektor hilir
(pengolahan), tetapi juga pada sektor hulu (penyediaan bahan baku perikanan). Program SKPT
ini mengarah pada optimalisasi usaha penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, usaha tambak
garam, serta pengolahan dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan. Dengan adanya program
ini, diharapkan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan mendapatkan
keuntungan ekonomi (margin ekonomi) yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan, khususnya di wilayah
pulau-pulau terkecil terluar dan kawasan perbatasan.

Jakarta, Juni 2017

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

iii
KATA PENGANTAR

Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)


adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis
wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan
dengan prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.
Konsep ini sangat penting untuk mengembangkan potensi Pulau-
pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan sehingga pengelolaannya
terlaksana sesuai dengan visi dan misi nasional dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fokus SKPT adalah
pulau-pulau kecil terluar dan wilayah perbatasan, salah satunya
SKPT adalah Kota Sabang.

Kota Sabang merupakan salah satu kota di Provinsi Aceh yang


terdiri dari 5 (lima) buah pulau yang terbagi dalam 2 wilayah administratif yakni kecamatan
Sukajaya dan Kecamatan Sukakarya, serta terbagi menjadi 18 Gampong (desa). Dengan kondisi
geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil menjadikan Kota Sabang memiliki kekayaan
sumber daya alam kelautan dan perikanan yang melimpah. Program SKPT akan mengevaluasi
dan merencanakan kegiatan perikanan dan kelautan untuk menunjang wilayah agar dapat lebih
berkembang dan berdaya saing dan menjadi salah satu pusat maritim di Pulau Sumatera
sekaligus sebagai kutub pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan di gerbang NKRI

Langkah pertama dalam pelaksanaan SKPT adalah penataan kawasan SKPT yaitu salah satunya
adalah melalui penyusunan rencana induk (masterplan). Fungsi dari Dokumen Masterplan
SKPT merupakan acuan pengembangan jangka pendek (3 tahun) dan Jangka Panjang (20 tahun)
dalam pengembangan SKPT Kota Sabang.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Laporan ini diharapkan dapat
bermanfaat sesuai dengan peruntukannya.

Jakarta, Juni 2017

Direktur Perencanaan Ruang Laut

iv
DAFTAR ISI

SAMBUTAN DIRJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT......................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ......................................................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................................................ ix
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................................... 2
1.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYUSUNAN MASTERPLAN SKPT ............................................... 3
1.3 TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN MASTERPLAN SKPT ........................................................ 4
1.4 DASAR HUKUM .................................................................................................................................................. 5
TINJAUAN KEBIJAKAN ................................................................................................................................................. 6
2.1 KEBIJAKAN NON SPASIAL ............................................................................................................................ 6
2.1.1 PROGRAM SKPT SECARA NASIONAL ............................................................................................... 6
2.1.2 INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN
PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL ................................................................ 9
2.1.3 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA SABANG
2007-2027 ................................................................................................................................................ 10
2.1.4 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SABANG
2013-2017 ................................................................................................................................................ 15
2.2 KEBIJAKAN SPASIAL .................................................................................................................................... 18
2.2.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SABANG 2012-2032 ..................... 18
2.2.2 RENCANA PENGEMBANGAN PERAIRAN KOTA SABANG ..................................................... 31
2.2.3 KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG KAWASAN
KONSERVASI ............................................................................................................................................ 32
GAMBARAN UMUM ..................................................................................................................................................... 34
3.1 GAMBARAN UMUM KOTA SABANG ....................................................................................................... 34
3.1.1 ADMINISTRATIF KOTA SABANG ..................................................................................................... 34
3.1.2 INFRASTRUKTUR .................................................................................................................................. 35
3.1.3 KONDISI FISIK ......................................................................................................................................... 36

v
3.1.4 KONDISI SOSIAL BUDAYA .................................................................................................................. 45
3.1.4 KONDISI EKONOMI ............................................................................................................................... 46
3.1.5 KONDISI PERIKANAN .......................................................................................................................... 47
3.2 GAMBARAN UMUM LOKASI SKPT DI KOTA SABANG .................................................................... 69
3.2.1 BATASAN WILAYAH TPI IE MEULEE ............................................................................................ 69
3.2.2 KONDISI FISIK ......................................................................................................................................... 70
3.2.3 KRITERIA PEMILIHAN LOKASI ........................................................................................................ 72
3.3 ISU DAN PERMASALAHAN DI KOTA SABANG ................................................................................... 74
3.3.1 SEKTOR PERIKANAN ........................................................................................................................... 74
3.3.2 PENGEMBANGAN WILAYAH............................................................................................................. 76
3.3.3 KELEMBAGAAN NELAYAN DAN PERIKANAN ........................................................................... 77
3.3.4 LAHAN PENGEMBANGAN PPI IE MEULEE.................................................................................. 77
MASTERPLAN SKPT ................................................................................................................................................... 79
4.1 POTENSI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN............................ 79
4.1.1 KONSEP PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP ............................................................... 79
4.1.2 KONSEP PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA ............................................................. 99
4.1.3 ARAHAN PEMASARAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ................................... 109
4.1.4 KONSEP KELEMBAGAAN SKPT SABANG ................................................................................... 111
4.2 ANALISIS MAKRO ........................................................................................................................................ 112
4.2.1 SKENARIO PENGEMBANGAN SKPT KOTA SABANG ............................................................. 112
4.2.2 RENCANA KONEKTIVITAS SKPT KOTA SABANG ................................................................... 117
4.2.3 SHARE PRODUKSI SKPT KOTA SABANG .................................................................................... 121
4.3 ANALISIS MIKRO SKPT.............................................................................................................................. 124
4.3.1 ANALISIS TAPAK .................................................................................................................................. 124
4.3.2 ANALISIS KEGIATAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS ............................................................ 131
4.3.3 KONSEP PERANCANGAN TAPAK .................................................................................................. 140
4.3.4 RENCANA TAPAK ................................................................................................................................ 155
4.3.5 PERENCANAAN PEMBANGUNAN ................................................................................................. 155
INDIKASI PROGRAM ................................................................................................................................................ 156
LAMPIRAN ...................................................................................................................................................................... 165
DOKUMENTASI............................................................................................................................................................. 177

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota
Sabang ............................................................................................................................................... 33
Gambar 3. 1 Mawar angin dan timeseries kecepatan angin dan arahnya di rencana lokasi KJA
offshore berdasarkan data dari ECMWF tahun 2016 ..................................................... 38
Gambar 3. 2 Peta Laut Kondisi Batimetri Sekitar Weh - Kota Sabang ............................................... 39
Gambar 3. 3 Peta Lereng dasar Laut Pulau Weh - Kota Sabang............................................................ 40
Gambar 3. 4 Pola Arus Pasang Surut Saat Surut Menuju Pasang ......................................................... 41
Gambar 3. 5 Pola Arus Pasang Surut Saat Pasang Menuju Surut ......................................................... 41
Gambar 3. 6 Mawar gelombang tinggi gelombang signifikan (Kiri) dan periode gelombang
(Kanan) di Sabang berdasarkan data ECMWF 2016. ...................................................... 42
Gambar 3. 7 Peramalan Pasang Surut Perairan Kota Sabang ................................................................ 43
Gambar 3. 8 Tren Produksi Perikanan Kota Sabang ................................................................................. 47
Gambar 3. 9 Tuna, tongkol cakalang yang didaratkan di Kota Sabang .............................................. 48
Gambar 3. 10 Volume Produksi Komoditas Perikanan Unggulan Kota Sabang periode
2012-2016 ........................................................................................................................................ 49
Gambar 3. 11 Nilai produksi komoditas perikanan unggulan Kota Sabang periode
2012-2016 ........................................................................................................................................ 50
Gambar 3. 12 Sebaran DPI Pelagis Kecil Di Perairan Sekitar Perairan Sabang ................................ 51
Gambar 3. 13 Sebaran ikan di perairan utara Provinsi Aceh ................................................................... 52
Gambar 3. 14 Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Dan Cakalang Berdasarkan Musim Di
Perairan Sabang.............................................................................................................................. 53
Gambar 3. 15 Struktur Armada Penangkapan di Kota Sabang pada tahun 2016 ............................ 54
Gambar 3. 16 Armada Perikanan di Kota Sabang ......................................................................................... 54
Gambar 3. 17 Komposisi alat tangkap di Kota Sabang................................................................................ 55
Gambar 3. 18 Alat Tangkap Pancing Rawai Dan Purse Seine .................................................................. 55
Gambar 3. 19 Kondisi Tambak Tambak Air Payau di Kota Sabang ....................................................... 64
Gambar 3. 20 Kegiatan Keramba Jaring Apung Yang Ada di Kreung Raya ......................................... 65
Gambar 3. 21 Keramba Jaring Apung di Desa Keunekai ............................................................................ 66
Gambar 3. 22 Peta Situasi Lahan Pengembangan PPI Ie Meulee ............................................................ 69
Gambar 3. 23 Lokasi TPI Ie Meulee..................................................................................................................... 70
Gambar 3. 24 Peta Kedalaman Perairan di PPI Ie Meulee ......................................................................... 70
Gambar 3. 25 Kondisi Pasang Surut Hasil Pengukuran Realtime BIG .................................................. 71
Gambar 3. 26 Kondisi Simulasi Arus di PPI Ie Meulee ................................................................................ 71
Gambar 3. 27 Kondisi fasilitas penunjang di TPI Ieu Meulee ................................................................... 72
Gambar 4. 1 Proyeksi volume produksi komoditas ungggulan di Kota Sabang ............................ 85
Gambar 4. 2 Proyeksi volume dan nilai produksi komoditas ungggulan di Kota Sabang ......... 85
Gambar 4. 3 Pengembangan teknologi penangkapan ikan di Kota Sabang ..................................... 88
Gambar 4. 4 Target Produksi Perikanan Tangkap SKPT Sabang ......................................................... 90
Gambar 4. 5 Perbandingan Produksi Tuna Tongkol Cakalang Antara Proyeksi Non Intervensi
Dengan Target Intervensi SKPT ............................................................................................... 91

vii
Gambar 4. 6 Lokasi yang sesuai untuk budidaya KJA di Kota Sabang ............................................. 103
Gambar 4. 7 Lokasi Budidaya Lepas Pantai Pulau Weh ......................................................................... 104
Gambar 4. 8 Desain dan konstruksi KJA offshore..................................................................................... 106
Gambar 4. 9 Feeeding system dan maintenance (feed barge) ............................................................ 107
Gambar 4. 10 Kapal untuk sarana pendukung KJA .................................................................................... 107
Gambar 4. 11 Gambar Layout dan sistem mooring KJA offshore ......................................................... 108
Gambar 4. 12 Skenario Tahapan Pengembangan SKPT Kota Sabang (PPI Ie Meulee) ................ 114
Gambar 4. 13 Konektivitas SKPT PPI Ie Meulee terhadap Pelabuhan Perikanan Lain di Kota
Sabang............................................................................................................................................... 118
Gambar 4. 14 Konektivitas SKPT terhadap Rencana Struktur Ruang RTRW Kota Sabang (skala
Kota) .................................................................................................................................................. 120
Gambar 4. 15 Konektivitas SKPT PPI Ie Meulee terhadap Pelabuhan Perikanan Lain skala
Regional ........................................................................................................................................... 121
Gambar 4. 16 Kondisi eksisting lokasi skpt ................................................................................................... 124
Gambar 4. 17 kondisi breakwater di lokasi skpt ......................................................................................... 125
Gambar 4. 18 kondisi kolam pelabuhan di lokasi spkt ............................................................................. 125
Gambar 4. 19 kondisi pantai di area reklamasi ........................................................................................... 126
Gambar 4. 20 kantor panglima laot ie meulee.............................................................................................. 127
Gambar 4. 21 balai nelayan ie meulee ............................................................................................................. 127
Gambar 4. 22 Bekas Pasar Mini, nampak kios-kios yang terbengkalai dan kerusakan pada
kolom struktural .......................................................................................................................... 128
Gambar 4. 23 Toko-toko dan warung di sepanjang jalan arteri. Dinding stadion mini nampak
pada foto paling kanan .............................................................................................................. 128
Gambar 4. 24 Akses menuju kawasan TPI Bangunan di sebelah kanan adalah bekas Pasar Ikan
............................................................................................................................................................. 129
Gambar 4. 25 Akses kendaraan menuju TPI di sepanjang pantai. Kondisi jalan relative baik. 129
Gambar 4. 26 Area parkir yang tidak jelas batasan maupun lokasinya ............................................. 129
Gambar 4. 27 Sampah bertumpuk di area TP ............................................................................................... 130
Gambar 4. 28 Sumur air tawar di belakang bekas Pasar Mini ............................................................... 130
Gambar 4. 29 Flow of activity (FoA) pelaku kegiatan di PPI .................................................................. 131
Gambar 4. 30 Flow of activity (FoA) yang berhubungan hasil tangkapan (ikan) .......................... 132
Gambar 4. 31 Bangunan TPI PPN Pekalongan.............................................................................................. 133
Gambar 4. 32 Zonasi Tapak .................................................................................................................................. 141
Gambar 4. 33 Konsep Sirkulasi Kendaraan ................................................................................................... 143
Gambar 4. 34 Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki ................................................................................................ 143
Gambar 4. 35 konsep sirkulasi kapal ............................................................................................................... 144
Gambar 4. 36 Contoh Bentuk Bangunan Tradisional Aceh ..................................................................... 145
Gambar 4. 37 Hasil analisis pola arus pada: (a) scenario 1 model breakwater, (b) scenario 2,
(c) scenario 3, (d) scenario 4, dan (e) scenario 5 ........................................................... 147
Gambar 4. 38 Hasil analisis transport sedimen pada: (a) scenario 1 model breakwater, (b)
scenario 2, (c) scenario 3, (d) scenario 4, dan (e) scenario 5 .................................... 148
Gambar 4. 39 Peta Lokasi Pengerukkan Untuk Mendapatkan Kedalaman Kolam Pelabuhan
yang Ideal ........................................................................................................................................ 149
Gambar 4. 40 Rencana Tapak .............................................................................................................................. 155
Gambar 4. 41 Perencanaan Pembangunan .................................................................................................... 155

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kondisi Hasil Pembangunan Sektor Perikanan ................................................................. 15


Tabel 3. 1 Daftar Desa dan Kecamatan Kota Sabang ............................................................................ 34
Tabel 3. 2 Amplitudo dan Beda Fasa 9 Komponen Utama Pasang Surut di Pulau Weh ........ 42
Tabel 3. 3 Produksi Tangkapan di KotaSabang .................................................................................. 47
Tabel 3. 4 Jenis Ikan Yang Didaratkan Dan Persentase Tangkap di Kota Sabang .................... 49
Tabel 3. 5 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Per Kelurahan di Kota Sabang............................. 56
Tabel 3. 6 Kondisi fasilitas PPI dan TPI yang ada di Kota Sabang................................................... 57
Tabel 3. 7 Daftar Perbatasan Antar Wilayah Panglima Laot di Kota Sabang ............................. 59
Tabel 3. 8 Aturan Adat di Masing-masing Lhok di Kota Sabang ...................................................... 59
Tabel 3. 9 Luas potensi lokasi budidaya, produksi dan RTP di Kota Sabang ............................. 64
Tabel 3. 10 Harga Lobster Berdasarkan Ukuran Dan Penjual di Kota Sabang ............................. 68
Tabel 3. 11 Pengolahan Produk Hasil Perikanan Tahun 2015 ........................................................... 68
Tabel 3. 12 Kriteria Penilaian Pemilihan Lokasi SKPT Kota Sabang ................................................ 73
Tabel 4. 1 Produksi, JTB, dan Tingkat Pemanfaatan di WPP NRI 571........................................... 79
Tabel 4. 2 Produksi, JTB, dan Tingkat Pemanfaatan di WPP NRI 572 ........................................... 79
Tabel 4. 3 Perhitungan Potensi dan Pemanfaatan JTB SDI di Kota Sabang Menurut
Kelompok Sumberdaya ............................................................................................................... 80
Tabel 4. 4 Estimasi Jumlah Kebutuhan Kapal Penangkap Ikan untuk Pengembangan
Perikanan Tangkap di Kota Sabang dan Alokasi Wilayah Pengembannya ............ 83
Tabel 4. 5 Estimasi Jumlah Kebutuhan SDM Nelayan untuk Pengembangan Perikanan
Tangkap di Kota Sabang .............................................................................................................. 84
Tabel 4. 6 Estimasi Produksi Ikan Harian di Selat Malaka dan Samudera Hindia
Menggunakan Nilai Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap di Kota Sabang
............................................................................................................................................................... 86
Tabel 4. 7 Rencana pengembangan armada penangkapan di Kota Sabang dari tahun 2017-
2020..................................................................................................................................................... 89
Tabel 4. 8 Target Produksi Tuna Tongkol Cakalang SKPT Kota Sabang ...................................... 92
Tabel 4. 9 Tabel Penambahan Armada dan Alat Tangkap untuk Mencapai Target SKPT .... 94
Tabel 4. 10 Kebutuhan BBM Untuk Penambahan Armada SKPT 2016-2019............................... 96
Tabel 4. 11 Perkiraan Kebutuhan BBM untuk armada faktual Tahun 2016 ................................. 97
Tabel 4. 12 Tabel Kebutuhan Es Untuk Perbekalan ................................................................................ 97
Tabel 4. 13 TABEL KEBUTUHAN PENAMBAHAN SDM SKPT.............................................................. 98
Tabel 4. 14 Parameter dan nilai yang harus dipenuhi untuk pemasangan KJA offshore ...... 105
Tabel 4. 15 Perbandingan Kondisi eksisting TPI Ie Meulee dengan Standar Pelabuhan
Perikanan ........................................................................................................................................ 113
Tabel 4. 16 PPI dan TPI di Kota Sabang ...................................................................................................... 117
Tabel 4. 17 Lembaga dan Wilayah Binaan Sektor Kelautan dan Perikanan................................ 117
Tabel 4. 18 Rencana Share Produksi Perikanan Tangkap antara SKPT Sabang dengan PPS
Lampulo (khusus Pelagis Besar-komoditi Tuna, Tongkol dan Cakalang) .............. 122

ix
Tabel 4. 19 Perbandingan Harga Jual Ikan (Komoditas Unggulan) di Sabang, Aceh dan Medan
............................................................................................................................................................. 123
Tabel 4. 20 Kebutuhan Fasilitas PPI ............................................................................................................ 139
Tabel 4. 21 Kebutuhan Listrik Untuk SKPT .............................................................................................. 150
Tabel 4. 22 Kebutuhan Fasilitas untuk Sistem Elektrikal ................................................................... 153
Tabel 5. 1 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN
(SKPT) KOTA SABANG TAHUN 2017-2019 ...................................................................... 158

x
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 pasal 42 ayat 2, menyatakan bahwa Pengelolaan Ruang
Laut meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Pengelolaan ruang
laut untuk mencapai pendayagunaan sumberdaya yang optimal perlu diawali dengan
perencanaan yang tepat, termasuk dalam pendayagunaan sumberdaya kelautan dan perikanan
di bidang industri perikanan.

Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional sesuai dengan Inpres No.7
Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional dan sesuai dengan
arahan Peraturan Menteri No.48 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan, maka dalam
rangka pembangunan kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan
untuk mendukung percepatan pembangunan industri perikanan nasional, perlu pembangunan
sentra kelautan dan perikanan terpadu di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan.

Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) adalah konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan
prinsip: integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. SKPT didefinisikan sebagai pusat
bisnis kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir berbasis kawasan.
Tujuan SKPT adalah membangun dan mengintregasikan proses bisnis kelautan dan perikanan
berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan secara berkelanjutan.

Strategi Pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan dilaksanakan dengan menerapkan strategi sebagai berikut:

1 Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan secara
terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan pembudidaya yang bersifat
tradisional dan konvensional dapat berkembang menjadi bisnis kelautan dan perikanan
yang berskala ekonomi dan berorientasi pasar;
2 Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi nelayan lebih baik,
sehingga produktivitas produk dan hasil pengolahan perikanan meningkatkan. Selain itu,
mendorong bisnis perikanan menggunakan sistem dan model bisnis yang lebih modern
melalui kroporatisasi, sehingga manfaat diperoleh dalam jumlah yang lebih besar;
3 Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai
produksi dari bisnis kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya, mulai hulu hingga
hilir melalui kemitraan dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait; dan
4 Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis
kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan.
Pendampingan dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang
bertugas memberikan pembinaan bagi nelayan dan pembudidaya serta kelembagaannya,

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 2


sehingga nelayan dan pembudidaya memiliki kapasitas yang baik dalam hal manajemen
dan teknis terkait bisnis kelautan dan perikanan yang dikembangkan, serta kelembagaan
usaha yang efektif.

Kriteria lokasi yang akan dikembangkan sebagai SKPT adalah: a) merupakan Pulau-Pulau Kecil
Terluar (PPKT) atau kabupaten/kota yang memiliki PPKT dan/atau daerah perbatasan atau
Kawasan Strategis Nasional; b) mempunyai komoditas unggulan sektor kelautan dan perikanan
yang berpeluang untuk dikembangkan; c) ketergantungan masyarakat akan sumberdaya
kelautan dan perikanan sangat tinggi; d) adanya dukungan dan komitmen pemerintah daerah;
e) memiliki sumberdaya manusia di bidang kelautan dan perikanan; dan f) telah tersedia sarana
dan prasarana di bidang kelautan dan perikanan.

Kota Sabang memiliki potensi dan isu yang tepat untuk menjadi lokasi prioritas pembangunan
SKPT. Pulau Weh yang merupakan pulau utama di Kota Sabang diusulkan menjadi PPKT. Selain
itu, Sektor primer seperti perikanan, pertanian, kehutanan merupakan sektor terbesar keempat
penyumbang Produk Domestik Bruto di Kota Sabang yaitu sebesar 7,5% dimana subsektor
perikanan memiliki andil sebesar 2,5% dari Total PDRB. Sekitar 25,5% angkatan kerja bekerja
sebagai nelayan dan/atau pembudidaya (BPS, 2016). Kota Sabang juga sudah memeiliki
beberapa fasilitas perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).

Dari sisi sumberdaya kelautan dan perikanan, Kota Sabang yang memiliki panjang garis pantai
96,3 km dengan tiga teluk yaitu Teluk Sabang, Teluk Pria Laôt dan Teluk Balohan menyimpan
potensi perikanan dan kelautan yang cukup menonjol. Pulau Weh merupakan salah satu dari
tiga pulau yang menjadi konsentrasi terumbu karang di Provinsi Aceh. Kelimpahan terumbu
karang ini memberikan kekayaan perikanan dan biota laut kepada Kota Sabang. Dengan kondisi
yang demikian, maka potensi kelautan dan perikanan di daerah ini memiliki prospek yang baik
jika dimanfaatkan secara bijaksana. Agar potensi yang dimiliki Kota Sabang dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan, maka perlu dilakukan pembangunan sentra kelautan dan perikanan
secara terpadu (SKPT), yaitu konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah
dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip: integrasi, efisiensi,
kualitas dan akselerasi tinggi.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Kelautan dan Perikanan c.q Direktorat
Perencanaan Ruang Laut berkepentingan untuk penataan kawasan SKPT berupa penyusunan
rencana induk (masterplan), salah satunya adalah Penyusunan Masterplan Pembangunan SKPT
di Kota Sabang.

1.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYUSUNAN MASTERPLAN SKPT


Kebijakan pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan diarahkan untuk:

1 Mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat, guna menopang


kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya kelautan dan perikanan, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2 Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.
3 Mengembangkan sistem pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan keamanan
hayati ikan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 3


4 Mewujudkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan.
5 Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi, dan keanekaragaman hayati laut.
6 Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya.
7 Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan
8 Mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta
berkepribadian dalam kebudayaan melalui pengembangan kapasitas sumberdaya manusia
dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan.

Strategi pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi di pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan dilaksanakan dengan menerapkan strategi sebagai berikut:

1 Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan secara
terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan pembudidaya yang bersifat
tradisional dan konvensional dapat berkembang menjadi bisnis kelautan dan perikanan
yang berskala ekonomi dan berorientasi pasar.
2 Penguatan sumberdaya manusia dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi nelayan
dan pembudidaya akan lebih baik, sehingga produktivitas produk dan hasil pengolahan
perikanan dapat meningkat. Selain itu, mendorong bisnis perikanan menggunakan sistem
dan model bisnis yang lebih modern melalui korporatisasi, sehingga manfaat diperoleh
menjadi lebih besar.
3 Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai
produksi dari bisnis kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya, mulai dari hulu
hingga hilir melalui kemitraan dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait.
4 Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis
kelautan dan perikanan
5 rakyat di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan. Pendampingan dilakukan dengan
menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang bertugas memberikan pembinaan bagi
nelayan dan pembudidaya serta kelembagaannya, sehingga nelayan dan pembudidaya
memiliki kapasitas yang baik dalam hal manajemen dan teknis terkait bisnis kelautan dan
perikanan yang dikembangkan, serta kelembagaan usaha menjadi efektif.

1.3 TUJUAN DAN SASARAN PENYUSUNAN MASTERPLAN SKPT


Penyusunan Masterplan SKPT di Kota Sabang bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi potensi dan gambaran kondisi eksisting, serta isu permasalahan di lokasi
SKPT terpilih;
2. Menyusun rencana pengembangan kawasan SKPT;
3. Menyusun konsep mikro dan konsep makro Masterplan SKPT;
4. Menyusun Masterplan dan Siteplan SKPT;
5. Menyusun kajian kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi SKPT terpilih dari aspek
teknis, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan;
6. Menyusun indikasi program pembangunan SKPT.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 4


1.4 DASAR HUKUM
Dasar hukum dalam penyusunan masteplan ini antara lain:

1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
3 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan.
4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
5 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
6 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan
7 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan.
8 Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil
Terluar.
9 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang.
10 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tingkat Nasional.
11 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
12 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.8/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan
Perikanan.
13 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.18/MEN/2013 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.2/MEN/2011 tentang Jalur
Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan
Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
14 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.25/PERMEN-KP/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2015-2019.
15 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.48/PERMEN-KP/2015 tentang Pedoman
Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan
Kawasan Perbatasan.
16 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
17 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45/KEPMEN-KP/2014 tentang Tentang
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional
18 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 47/KEPMEN-KP/2016 tentang Tentang
Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan, Dan Tingkat Pemanfaatan
Sumber Daya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
19 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.51 Tahun 2016 tentang Penetapan Lokasi
Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan
Perbatasan.
20 Inpres No 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 5


TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 KEBIJAKAN NON SPASIAL


2.1.1 PROGRAM SKPT SECARA NASIONAL
Potensi pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan di Indonesia yang begitu besar berbanding
terbalik dengan kondisi sosial-ekonomi di wilayah tersebut. Pasalnya, sisi kemiskinan di pulau-
pulau kecil dan kawasan perbatasan masih sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah
mainland, sehingga perlu perhatian khusus untuk mengoptimalkan sektor yang memiliki
potensi ekonomi tinggi yang salah satunya adalah sumber daya kelautan dan perikanan.

Pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan wilayah perbatasan
dinilai masih rendah. Hal ini disebabkan kegiatan yang bersifat programatik dan parsial. Sebagai
contoh, hasil tangkapan nelayan yang sangat banyak belum memberikan manfaat besar karena
akses terhadap lokasi pasar yang jauh, tidak adanya pengelolaan secara terpadu dan tidak
memiliki nilai tambah produk. Untuk menjawab permasalahan dan tantangan terhadap potensi
sumber daya kelautan dan perikanan yang begitu besar, maka perlu adanya program terpadu
yang dapat mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan terhadap proses pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan dimulai dari penangkapan, pengolahan hingga sampai ke tangan
konsumen/masyarakat.

Salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam mewujudkan visi dan
misi KKP yaitu Kedaulatan, Keberlanjutan, dan Kesejahteraan adalah melakukan implementasi
program pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), yang berbasis pada
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan secara terintegrasi dan menyeluruh. Program
pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) ini menekankan pada
pembangunan sarana dan prasarana penunjang serta sistem pengelolaan sumber daya
perikanan, yang tidak hanya bertumpu pada sektor hilir (pengolahan), tetapi juga pada sektor
hulu (penyediaan bahan baku perikanan). Program SKPT ini mengarah pada optimalisasi usaha
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, usaha tambak garam, serta pengolahan dan
pemasaran hasil kelautan dan perikanan. Dengan adanya program ini, diharapkan pelaku utama
dan pelaku usaha kelautan dan perikanan mendapatkan keuntungan ekonomi (margin
ekonomi) yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku
usaha kelautan dan perikanan, khususnya di wilayah pulau-pulau terkecil dan kawasan
perbatasan.

Pembangunan SKPT yang berbasis di wilayah pulau-pulau terkecil dan kawasan perbatasan
merupakan penggerak utama dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan, karena
mengintegrasikan kegiatan di hulu dan hilir. Selain itu, sisi kelembagaan dari program ini juga
penting untuk dipertimbangkan sehingga dapat memberikan andil yang besar dalam
kelangsungan hidup pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan. Program SKPT ini
juga diharapkan akan meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas dalam pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan dengan pasar.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 6


Sumber daya kelautan dan keanekaragaman hayati di wilayah perairan Indonesia menjadi
potensi ekonomi yang sangat besar bagi pertumbuhan perekonomian bangsa. Berkembangnya
industri-industri maritim dan kelautan semakin menambah nilai strategis bagi sektor kelautan
dan perikanan. Secara khusus, potensi dan peluang yang dapat dijadikan dasar untuk
pengembangan bisnis kelautan dan perikanan di Indonesia, antara lain:

1. Potensi perikanan tangkap di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan utamanya setelah
kebijakan moratorium perizinan perikanan tangkap, pembatasan pengelolaan sumber daya
ikan, dan kegiatan pemberantasan illegal fishing, serta kebijakan pelarangan transhipment
yang berdampak sumber daya ikan di wilayah pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan
sangat melimpah;
2. Kondisi wilayah Indonesia yang berupa kepulauan, terdiri atas gugusan pulau-pulau kecil
dengan perairan kaya nutrien dan terlindungi sangat potensial untuk pengembangan
kegiatan perikanan budidaya dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) yaitu ikan
kerapu, ikan kakap, lobster, mutiara, dan lain-lain. Permintaan terhadap komoditas
tersebut sangat tinggi di pasar internasional seperti Hongkong, Taiwan, Jepang, dan
Singapura. Selain itu, kondisi wilayah kepulauan juga sangat potensial untuk
mengembangkan budidaya rumput laut untuk memasok permintaan pasar rumput laut
dalam negeri dan luar negeri yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
untuk industri makanan dan farmasi; dan
3. Keanekaragaman hayati laut yang tinggi, kondisi oseanografis yang unik seperti ombak
besar dan panorama lingkungan yang eksotik di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan
menjadi daya tarik yang kuat bagi pariwisata domestik maupun mancanegara.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2015, tentang Pedoman Umum Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-
Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan, ruang lingkup program SKPT meliputi:

1. Penataan kawasan SKPT melalui penyusunan rencana zonasi, penyusunan rencana induk
(masterplan), dan penyusunan rencana bisnis (bussiness plan);
2. Pemberian bantuan dan revitalisasi sarana dan prasarana produksi bidang kelautan dan
perikanan;
3. Pemberian bantuan permodalan usaha bidang kelautan dan perikanan;
4. Penguatan kelembagaan usaha kelautan dan perikanan melalui pengembangan sistem
bisnis kelautan dan perikanan, koordinasi lintas kementerian/lembaga, pembinaan,
pendampingan, dan kemitraan;
5. Penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana untuk menunjang bisnis kelautan dan
perikanan;
6. Penguatan daya saing melalui pengingkatan nilai tambah dan pemasaran produk hasil
kelautan dan perikanan;
7. Pengembangan technopark melalui penguatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mendukung pengolahan hasil perikanan dan jasa kelautan;
8. Pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan permberdayaan masyarakat kelautan dan
perikanan;
9. Pengembangan sistem perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan,
dan keamanan hayati ikan;
10. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan;

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 7


11. Pengelolaan kawasan konservasi perairan dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya
ikan untuk mendukung bisnis kelautan dan perikanan serta wisata bahari; dan
12. Peningkatan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.

Tujuan pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) adalah membangun dan
mengintegrasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis pada masyarakat melalui
optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan secara berkelanjutan. Adapun sasaran-sasaran pembangunan SKPT antara
lain: 1) Memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat lokal; 2) Mendukung ketahanan pangan
nasional; dan 3) Menghasilkan devisa negara melalui kegiatan ekspor sekaligus mempercepat
pertumbuhan ekonomi lokal.

Secara konseptual, SKPT terdiri dari 4 (empat) komponen pokok, yaitu: 1) Pembangunan dan
pengembangan sarana dan prasarana; 2) Pengembangan kelembagaan; 3) Pengembangan
bisnis kelautan dan perikanan; dan 4) Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
berkelanjutan. Sementara itu, fokus pembangunan kawasan SKPT di pulau-pulau kecil dan
kawasan perbatasan diarahkan pada 4 (aspek), yaitu: 1) Peningkatan nilai tambah; 2)
Peningkatan daya saing; 3) Modernisasi dan korporatisasi usaha, dan 4) Penguatan produksi
dan produktivitas pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan.

Kebijakan pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi atau kawasan SKPT di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan diarahkan untuk:

1. Mewujudkan pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaulat, guna menopang


kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya kelautan dan perikanan, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Meningkatkan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
3. Mengembangkan sistem pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan keamanan
hasil perikanan, dan keamanan hayati ikan.
4. Mewujudkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan di
pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan.
5. Mengoptimalkan pengelolaan ruang laut, konservasi, dan keanekaragaman hayati laut.
6. Meningkatkan keberlanjutan usaha perikanan tangkap dan budidaya.
7. Meningkatkan daya saing dan sistem logistik hasil kelautan dan perikanan.
8. Mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera, maju, mandiri, serta
berkepribadian dalam kebudayaan melalui pengembangan kapasitas SDM dan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan.

Sedangkan strategi pembangunan kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi atau kawasan
SKPT di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan, yaitu:

1. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan perikanan secara
terintegrasi untuk menopang usaha ekonomi nelayan dan pembudidaya yang bersifat
tradisional dan konvensional dapat berkembang menjadi bisnis kelautan dan perikanan
yang berskala ekonomi dan berorientasi pasar;
2. Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi nelayan lebih baik,
sehingga produktvitas produk dan hasil pengolahan perikanan meningkat. Selain itu,
mendorong bisnis perikanan dengan menggunakan sistem dan model bisnis yang lebih
modern melalui korporatisasi, sehingga diperoleh manfaat yang besar;

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 8


3. Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai
produksi dari bisnsi kelautan dan perikanan nelayan dan pembudidaya, mulai hulu hingga
hilir melalui kemitraan dengan pelaku usaha dan stakeholder terkait; dan
4. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis
kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan.
Pendampingan dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping/fasilitator yang
bertugas memberikan pembinaan bagi nelayan dan pembudidaya serta kelembagaannya,
sehingga nelayan dan pembudidaya memiliki kapasitas yang baik dalam hal manajemen
dan teknis terkait bisnis kelautan dan perikanan yang dikembangkan serta kelembagaan
usaha menjadi efektif.

2.1.2 INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN


PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL
Program pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) dilaksanakan sesuai
dengan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri
Perikanan Nasional. Presiden RI menyampaikan bahwa dalam rangka percepatan pembangunan
industri perikanan nasional guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik nelayan,
pembudidaya, pengolah, maupun pemasar hasil perikanan, meningkatkan penyerapan tenaga
kerja dan meningkatkan devisa negara, mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing
Kementerian/Lembaga untuk melakukan percepatan pembangunan industri perikanan
nasional, melalui:

 Peningkatan produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan;


 Perbaikan distribusi dan logistik hasil perikanan dan pengutaan daya saing;
 Percepatan penataan pengelolaan ruang laut dan pemetaan Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) sesuai dengan daya dukung dan
sumber daya ikan dan pengawasan sumberdaya perikanan;
 Persediaan sarana dan prasarana dasar dan pendukung industri perikanan nasional;
 Percepatan peningkatan jumlah dan kompetensi sumber daya manusia, inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi ramah lingkungan bidang perikanan;
 Percepatan pelayanan perizinan di bidang industri perikanan nasional; dan
 Penyusunan rencana aksi percepatan pembangunan industri perikanan nasional.

Dalam hal ini, Menteri Kelautan dan Perikanan RI, melakukan:

1. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang menghambat pengembangan perikanan


tangkap, budidaya, pengolahan, pemasaran dalam negeri dan ekspor hasil perikanan,
dan tambak garam nasional
2. Penyusunan roadmap industri perikanan nasional, penetapan lokasi dan masterplan
kawasan industri perikanan nasional sebagai proyek strategis nasional
3. Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana perikanan di kawasan industri
perikanan nasional dan mengundang investor dalam dan luar negeri
4. Peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya untuk mendukung ketersediaan
bahan baku industri dan konsumsi
5. Perluasan pelaksanaan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN)

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 9


6. Perluasan jejaring untuk perdagangan internasional
7. Peningkatan konsumsi ikan nasional
8. Peningkatan skala usaha nelayan, petambak garam, pembudidaya ikan, pengolah dan
pemasar hasil perikanan skala usaha kecil dan menengah secara terkoordinasi dengan
Kementerian/Lembaga terkait
9. Percepatan penerapan sistem jaminan mutu, keamanan hasil perikanan, dan nilai
tambah
10. Penyederhanaan perizinan dan pendelegasian kewenangan perizinan/ non perizinan
melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu
11. Percepatan penerbitan izin penangkapan, pengolahan, pengangkutan, pemasaran dan
pemasukan ikan
12. Penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang perikanan untuk
melaksanakan kegiatan usaha industri perikanan nasional yang bersifat perintisan dan
strategis dalam penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran ikan,
operator logistik (pengadaan, penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi), perbenihan,
pakan, dan pengelolaan sentra kelautan dan perikanan terpadu, dan
13. Pengusulan operasional kegiatan industri perikanan nasional yang bersifat rintisan
dalam bentuk Public Service Obligation (PSO).

Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan target produksi olahan 2017 sebanyak 6,2
juta ton, naik dari volume 2015 yang hanya 5,5 juta ton. Kegiatan yang dilakukan di masing-
masing SKPT mencakup hulu dan hilir, perikanan tangkap maupun budi daya, pengawasan dan
karantina, pengelolaan ruang laut, serta sumber daya manusia dan kelembagaan. Selain untuk
ekspor, keberadaan SKPT di pulau-pulau terluar diharapkan dapat mengalirkan pasokan bahan
baku ke unit-unit pengolahan ikan (UPI) di dalam negeri yang saat ini produksinya jauh di
bawah kapasitas terpasang.

2.1.3 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA


SABANG 2007-2027
Kondisi Umum Sektor Kelautan dan Perikanan Kota Sabang
Sektor kelautan dan perikanan memegang peranan penting dalam struktur
perekonomian Kota Sabang. Setidaknya, sektor ini telah menyerap tenaga kerja
sedikitnya 987 KK pada tahun 2003 sedangkan pada tahun 2005 sebesar 1.420 KK
dengan rata-rata dalam tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 21,94%
pertahun. Pengelolaan perikanan di Kota sabang berorientasi kepada industri
penangkapan tuna long line serta memberikan pembinaan kepada nelayan tradisional.
Sementara usaha perikanan budidaya diarahkan untuk usaha budidaya kerapu sistem
keramba jaring apung dan berbagai biota laut non ikan lainnya (rumput laut, kerang-
kerangan, teripang dll). Sesuai data yang ada, penambahan luas areal perikanan darat
masih relatif rendah, yaitu rata-rata sebesar 0,16% per tahun (kondisi tahun 2000-
2005). Bahkan, produksi perikanan darat juga merosot sangat tajam dalam kurun
waktu yang sama (rata-rata turun -9,68% per tahun). Hal ini, salah satunya disebabkan
oleh relatif sempitnya areal perikanan darat yang dapat dibudidayakan. Sedangkan
produksi perikanan laut melonjak sangat drastis, yaitu setiap tahunnya rata-rata
57,33%. Untuk tahun 2003, jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang sangat menonjol
adalah cakalang (produksinya 251,1 ton), ekor kuning/pisang-pisang (242,8 ton),

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 10


tongkol (211,8 ton), ikan kuwe (133 ton), layang (103,4 ton), kerapu (93,4 ton), tuna
(73,9 ton), dan lencang (241,1 ton). Sedangkan pada tahun 2005 Ikan jenis Cakalang
475, 2 ton, ekor kuning 34,8 ton, tongkol 261,5 ton, ikan kue 248,1 ton, Kerapu
201,9 ton, Tuna 132,1 ton dan Ikan Kurisi 129,7 ton (RPJPD Kota Sabang, 2007)

Hasil produksi ikan (baik budidaya maupun perikanan laut) ini dipandang belum
optimal didalam pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di Kota
Sabang. Oleh karena itu, potensi perikanan budidaya dan kelautan ini harus
dikembangkan dengan optimal dan terpadu dimasa mendatang sehingga peluang Kota
Sabang untuk menjadi salah satu kota pengekspor komoditi ikan segar ke luar daerah,
nasional, dan manca negara melalui pelabuhan bebas Sabang dapat terwujud.
Peningkatan prasarana dan sarana perikanan perlu diupayakan. Kelengkapan prasarana
dan sarana ini untuk prospek perikanan masa depan diharapkan menjadi lebih baik.

Isu Strategis
Isu-isu strategis pembangunan di Kota Sabang
Jika ditinjau dari lingkungan strategis, baik internal (lokal), maupun eksternal
(nasional, inter-regional dan global), maka isu-isu strategis yang terkait dengan
pembangunan Kota Sabang antara lain:

1) Dari sudut pandang dimensi lokal (kedaerahan), terwujudnya pembentukan


Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang berdasarkan
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 dalam waktu yang singkat merupakan
prioritas utama untuk mengejar pembangunan dan pengembangan Nanggroe
Aceh Darussalam dan membangkitkan kembali gairah investasi di Kota Sabang
sebagai daerah pelabuhan dan perdagangan dunia yang maju, sehingga
mampu menjadi pendorong dan model bagi pembangunan daerah-daerah
lainnya di Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh mengamanatkan bahwa Pemerintah bersama Pemerintah
Aceh mengembangkan Kawasan Perdagangan Sabang sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi regional melalui kegiatan di bidang perdagangan, jasa,
industri, pertambangan dan energi, transportasi dan maritim, pos dan
telekomunikasi, perbankan, asuransi, pariwisata, pengolahan, pengepakan,
dan gudang hasil pertanian, perikanan, dan industri dari kawasan sekitarnya.
2) Dari sudut pandang dimensi Nasional, letak Kota Sabang yang unik dan khusus
menjadikan posisinya begitu sentral kerena dapat dijadikan sebagai pintu
gerbang bagi arus masuk investasi, barang dan jasa dari luar negeri yang
berguna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.
3) Dari sudut pandang dimensi inter-regional, kerjasama ekonomi regional
(AFTA, IMT-GT), liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN, Asia Pasific
(APEC) dan WTO sudah menjadi tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Bentuk kerjasama ekonomi regional akan memberikan peluang untuk
memposisikan Sabang sebagai “prime mover” pertumbuhan perekonomian
wilayah sekitarnya.
4) Dari sudut pandang dimensi global (international) semakin tampak gejala
peralihan titik episentrum perdagangan dunia dari negara- negara di sekitar

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 11


Laut Tengah dan Kawasan Timur ke Kawasan Samudra Hindia dan Selat
Malaka yang potensial. Kota Sabang secara geografis terletak di Kawasan
Samudra Pasifik dan diposisikan sebagai wilayah “frontier” dalam kompetisi
global. Mengingat letaknya tepat pada jalur kapal laut internasional dan Asia
Selatan, maka Kota Sabang yang memiliki Pelabuhan Alam yang cukup dalam,
dapat menjadi pusat pelayanan lalu lintas kapal internasional. Isu strategis
tersebut telah diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh (penjelasan pasal 169), yang mengamanatkan
kepada Pemerintah dan Pemerintah Aceh untuk menjadikan Kawasan
Pelabuhan Bebas Sabang sebagai pelabuhan utama (hub port) yang fungsinya
sebagai pelabuhan impor-ekspor (internasional) dan juga sebagai pelabuhan
alih kapal (transhipment) nasional.
Adanya kebijakan nasional untuk mengembangkan pulau-pulau kecil terluar,
kawasan laut dan pesisir serta kawasan perbatasan. Kebijakan tersebut yang sangat
bersesuaian dengan kondisi wilayah Sabang yang merupakan wilayah kepulauan
yang memiliki lautan cukup luas dan berada di kawasan perbatasan barat
Indonesia.

Tinjauan lingkungan strategis tersebut akan memberikan dampak harapan dan


tantangan terhadap pembangungan Kota Sabang. Lingkungan strategis tersebut
mengisyaratkan bahwa pendekatan pembangunan Kota Sabang tidak hanya sebatas
pembangunan dalam konstelasi pembangunan daerah kabupaten atau kota, tetapi
harus dilakukan dalam konstelasi pembangunan kawasan strategis Provinsi Aceh
dan nasional, bahkan internasional. Artinya, pembangunan di Kota Sabang juga
merupakan kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Aceh dalam konteks
pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
beserta pembangunan infrastruktur ekonominya.

Visi dan Misi


Visi merupakan gambaran harapan, impian, dan cita-cita mulia yang hendak dicapai
di masa depan. Dalam merumuskan Visi pembangunan Kota Sabang, tetap
memperhatikan cita-cita nasional sebagaimana yang termaktub dalam mukaddimah
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur.

Berpijak pada kondisi dan potensi daerah kekinian dengan memperhitungkan


potensi, tantangan, dan peluang ke depan, disamping mengenali berbagai isu-isue
strategis, baik di lingkungan daerah sendiri (internal) maupun pengaruh dari luar
daerah (eksternal) serta memperhatikan Visi Pembangunan Nasional 2005-2025,
maka Visi Pembangunan Kota Sabang 2007-2027 adalah :

“Kota Sabang Yang Maju, Sejahtera, Beriman, serta Pemerintahan


Yang Baik dan Berwibawa”.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 12


Visi pembangunan tersebut menginginkan adanya suatu perubahan pada kondisi
kotanya, perubahan terhadap kondisi masyarakatnya serta perubahan terhadap
kondisi pemerintahannya.

Misi yang berhubungan dengan pengembangan SKPT adalah :

“Memajukan perekonomian daerah dengan memanfaatkan


kebijakan pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Sabang”

Pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin


melalui fasilitasi kebutuhan dasar, pemberdayaan kelompok usaha dan masyarakat,
penataan dan pembinaan sektor informal lainnya, serta upaya menjaga ketahanan
pangan.

Mendorong percepatan pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan


Bebas Sabang melalui penyediaan infrasrtuktur ekonomi yang mendorong
percepatan pengembangan sektor jasa kepelabuhanan, perindustrian dan
perdagangan, kepariwisataan, perikanan.

Untuk mewujudkan misi tersebut, ditandai oleh:

1. Berkembangnya aktivitas Pelabuhan Internasional Hub Sabang yang berperan


memajukan perdagangan nasional dan internasional dengan kualitas pelayanan
bermutu dan berdaya saing.
2. Sektor pariwisata berkembang dengan baik dengan karekteristik wilayah khas
dan bermutu menjadi andalan aktivitas ekonomi masyarakat.
3. Peningkatan nilai tambah (added value) dan daya saing pada produk kelautan
dan perikanan, dan pertanian.
4. Tumbuhnya industri perikanan, energi, mekanikal, dan industri lainnya yang
berkualitas dan mempunyai daya saing.
5. Berkembangnya usaha-usaha ekonomi andalan masyarakat sebagai dampak
dari berkembangnya kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang.
6. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan
sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2027 mencapai tingkat
kesejahteraan dan kecilnya angka kemiskinan.

Arahan Kebijakan Pembangunan


Kebijakan pembangunan Kota Sabang diarahkan sesuai misi-misi yang telah
ditetapkan dan sasaran pokok yang ingin dicapai.

Memajukan perekonomian daerah dengan memanfaatkan kebijakan


pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sabang.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 13


Maka kebijakan pembangunannya adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui fasilitasi kebutuhan


dasar, pemberdayaan kelompok usaha dan masyarakat, penataan dan
pembinaan sektor informal lainnya, serta upaya menjaga ketahanan pangan
2. Mengembangkan perekonomian wilayah yang berbasis pada pengembangan
sektor unggulan, yaitu jasa kepelabuhanan, perindustrian dan perdagangan,
kepariwisataan, perikanan;
3. Jasa kepelabuhanan diarahkan pada pengembangan Pelabuhan Sabang dengan
kelengkapan fasilitasnya menjadi Pelabuhan Internasional Hub yang berfungsi
sebagai pelabuhan peti kemas berkelas dunia, sehingga Kota Sabang menjadi
kota perniagaan yang maju dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;
4. Meningkatkan fasilitas pendukung Bandar Udara Maimun Saleh, dan
mengupayakan pemanfaatannya sehingga dapat memperlancar angkutan
penerbangan domestik dan internasional untuk mendukung pariwisata dan
investasi.
5. Membangun Kota Sabang sebagai kawasan pusat perdagangan regional yang
kompetitif dalam pasar global ditunjang potensi sumberdaya alam, posisi
geografis yang strategis, industri pengolahan, industri pariwisata serta jasa
perdagangan dan transportasi/ kepelabuhanan;
6. Mengembangkan sistem perdagangan dan jasa (jasa hotel dan restoran, jasa
angkutan dan komunikasi, jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan
jasa-jasa lainnya), yang berskala regional dan terintegrasi dengan pasar
regional dan internasional;
7. Mendorong pengembangan industri berbasis potensi daerah (agroindustri)
melalui penguatan struktur industri serta pemanfaatan optimal hasil perikanan
laut;
8. Mengembang kapasitas kelembagaan, meningkatkan “good governance” dan
koordinasi antara Pemerintah Kota Sabang dengan BPKS dalam mendukung
pengembangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas serta mendorong terciptanya kemandirian wilayah;
9. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia lokal untuk menunjang
pengembangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas;
10. Meningkatkan penguasaan teknologi, pemberdayaan masyarakat agar mampu
mengelola sumberdaya alam dan peningkatan daya saing wilayah untuk
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat;
11. Meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana transportasi untuk
meningkatkan aksesibilitas Sabang dengan wilayah strategis lainnya serta
membuka hubungan antar klaster wilayah, antar kecamatan/gampong atau
pusat-pusat pengembangan;
12. Mendorong terciptanya lapangan usaha dan lapangan kerja baru bagi
masyarakat;
13. Melakukan debirokratisasi dalam pelayanan perijinan investasi melalui
penyederhanaan sistem dan prosedur melalui pelayanan satu atap (satu pintu);
14. Mengembangkan sistem jaringan informasi bisnis yang handal;

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 14


15. Pembangunan pertanian Kota Sabang akan lebih diarahkan pada upaya
pemantapan ketahanan pangan (tanaman pangan dan hortikultura) dan
peningkatan nilai tambah produk-produk pertanian masyarakat. Hal ini sangat
penting berkenaan dengan penguatan ketahanan pangan dan pengentasan
kemiskinan, dan untuk meminimalkan ketergantungan pasokan kebutuhan
bahan pangan dari luar Sabang.
16. Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) diarahkan agar menjadi
pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing khususnya dalam
menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat sehingga mampu
memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat perekonomian
daerah. Untuk itu pengembangan UKM dilakukan melalui peningkatan
kopetensi perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang
didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar,
pemanfaatan hasil, inovasi dan penerapan teknologi dalam iklim usaha yang
sehat.

2.1.4 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA


SABANG 2013-2017
Kondisi Umum Sektor Kelautan dan Perikanan Kota Sabang
Bidang kelautan dan perikanan juga merupakan sektor unggulan Kota Sabang yang
diharapkan dapat menjadi penopang sekaligus penggerak perekonomian daerah.

Pembangunan bidang kelautan lebih fokus pada pelestarian dan perlindungan sumber
daya laut dan pesisir. Pembangunan bidang perikanan terdiri dari perikanan tangkap
dan budidaya. Budidaya perikanan terdiri dari budidaya ikan air payau dan budidaya
ikan air tawar serta budidaya ikan/komoditi laut. Berikut kondisi bidang perikanan
pada tahun 2012:

TABEL 2. 1 K ONDISI HASIL PEMBANGUNAN SEKTOR PERIKANAN

No Uraian Satuan Jumlah

1. Produksi perikanan Ton 2,215,985


2. Konsumsi ikan Kg/Kap/Thn 42.00
3. Kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB persen 2.52
4. Cakupan bina kelompok nelayan Kelp 14
5. Produksi perikanan kelompok nelayan Ton 221,598
6. Nilai Tukar Nelayan NTN 26,591.820
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang, 2012

Permasalahan dan Kebijakan


Permasalahan dan Tantangan Pembangunan 5 Tahun Kedepan
Potensi permasalahan pembangunan daerah Kota Sabang pada umumnya timbul
dari kekuatan dan potensi yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan-
kelemahan atau kekurangan yang belum diatasi, serta peluang yang tidak
dimanfaatkan. Tantangan pembangunan Kota Sabang yang telah dirumuskan
berdasarkan indentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 15


kegagalan kinerja pembangunan Kota Sabang, baik dari lingkungan internal maupun
eksternal dengan mempertimbangkan masukan dari SKPD.

Adapun identifikasi dan analisis sisi kelemahan yang ada di Kota Sabang dari sektor
kelautan dan perikanan, yaitu:

 Masih rendahnya minat dunia usaha dalam pengelolaan potensi sumber


daya alama terutama industri pariwisata, industri perikanan dan kelautan
yang disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana pendukungnya, dan
 Belum optimalnya investasi swasta dan masih terbatasnya produksi dan
produktivitas pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya alam
terutama produksi dari sumber daya perikanan dan kelautan.

Dari sisi analisa peluang Kota Sabang, maka menjadi pokok perhatian untuk
mengembangkan sektor kelautan dan perikanan, yaitu untuk perluasan pasar
regional dan internasional yang dapat meningkatkan kegiatan investasi, produksi
dan perdagangan, terutama komoditi hasil kelautan dan perikanan di Kota Sabang

Sektor kelautan dan perikanan di Kota Sabang merupakan salah satu sektor
unggulan, akan tetapi kontribusi terhadap PDRB dari sektor tersebut atas dasar
harga konstan masih sangat kecil, yaitu hanya 2,46% dari 7,99% kontribusi PDRB
dari sektor pertanian secara keseluruhan pada tahun 2012. Adapun kecilnya
kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap PDRB, antara lain:

1. Kurangnya modal nelayan dalam usaha penangkapan ikan


2. Kurangnya sarana dan prasarana perikanan
3. Usaha penangkapan ikan yang masih dilakukan secara tradisional dengan
sarana penangkapan ikan yang berukuran kecil
4. Pengelolaan usaha perikanan belum dilakukan secara baik
5. Belum adanya industri pengolahan hasil perikanan

Berdasarkan permasalahan di atas maka isu strategis di bidang kelautan dan


perikanan belum optimal pengembangan usaha kelautan dan perikanannya
sehingga belum dapat mengembangkan nilai tambah dari hasil kelautan dan
perikanan.

Strategi dan Kebijakan


Strategi pembangunan di Kota Sabang dirumuskan dalam suatu strategi utama
(grand strategi) pembangunan yang berbasis pada pengembangan potensi unggulan
daerah dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara optimal khususnya
di bidang pariwisata, perdagangan/industri, kelautan dan perikanan, pertanian, dan
ekonomi kreatif serta sumber daya sosial. Selain itu letak geografis diposisi paling
barat Indonesia menjadikan Kota Sabang sebagai wilayah perbatasan barat negara
Republik Indonesia dan sebagai pintu masuk dari barat Indonesia. Posisi tersebut
menjadikan Sabang sebagai beranda/gerbang barat Indonesia.

Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang dan rencana
tata ruang wilayah Kota Sabang, bahwa strategi utama pembangunan Kota Sabang
mengarah pada strategi pembangunan daerah dan nasional yang berbasis pada

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 16


pemberdayaan seluruh komponen pembangunan dengan memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki secara optimal.

Strategi utama pembangunan Kota Sabang disebut “Gerbang Nol Kilometer


Indonesia” yaitu Gerakan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Nol
Kilometer Indonesia, yang menjadi paradigma baru bagi Pemerintah Kota Sabang
dalam menjalankan pemerintahan. Melalui strategi ini diharapkan Kota Sabang
yang merupakan wilayah perbatasan (Nol Kilometer Indonesia) menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah Aceh dan Wilayah Barat Indonesia.

“Gerbang Nol Kilometer Indonesia” merupakan strategi pembangunan yang bersifat


inklusif (terbuka) bagi tumbuh dan berkembangnya ide dan kreativitas yang akan
memberikan penguatan bagi perlindungan dan daya tahan sosial, daya tahan dan
pertumbuhan ekonomi, daya saing daerah untuk kesejahteraan rakyat. Adapun
strategi yang akan ditempuh terutama dari sektor kelautan dan perikanan, antara
lain:

Dengan letak Sabang pada jaringan transportasi hubungan laut dengan wilayah
sekitar Kota Sabang, maka kawasan ini masuk dalam kawasan Kerjasama Ekonomi
Regional IMT-GT yang berpotensi untuk pengembangan investasi untuk industri
kemaritiman dan minapolitan, antara lain:

- Pusat bisnis penangkapan ikan


- Kawasan ekspor ikan olahan (EPZ)
- Ekspor ikan segar (laut dan kargo udara)
- Pusat Bisnis Pengolahan Ikan
- Budidaya perikanan laut pusat perikanan terpadu internasional
- Pusat Bisnis untuk Konstruksi Kapal perikanan/docking yard
- Pusat Kegiatan Kemaritiman
- Pusat Kegiatan Konservasi Laut

Demi tercapainya visi pembangunan Kota Sabang maka perlu perlu ditetapkan
stategi dan arah kebijakan untuk merumuskan tentang arah kebijakan
pembangunan tahunan atau tahapan pembangunan pertahunnya yang akan
dilaksanakan selama lima tahun ke depan. Hal ini nantinya akan memudahkan dan
membantu dalam pembuatan Rencana Kerja Pembangunan Kota Sabang (RKPK
Sabang). Keterkaitan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan (sektor
kelautan dan perikanan) adalah sebagai berikut.

Misi IV: Peningkatan Pembangunan Perekonomian

Tujuannya yaitu meningkatkan pembangunan perekonomian daerah dan


masyarakat. Sasarannya yaitu terwujudnya pengembangan usaha perikanan.
Adapun strategi yang akan dilakukan, adalah:

1. Peningkatan sarana dan prasarana perikanan


2. Peningkatan nilai tambah hasil perikanan
3. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 17


Sedangkan arahan kebijakannya, antara lain:

1. Meningkatkan sarana perikanan tangkap dan budidaya


2. Membangun prasarana perikanan
3. Membangun tempat pengolahan hasil perikanan
4. Meningkatkan keterampilan nelayan
5. Menjaga kesadaran masyarakat dalam menjaga sumberdaya kelautan dan
perikanan

2.2 KEBIJAKAN SPASIAL


2.2.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SABANG 2012-2032
Tujuan, Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan Penataan Ruang Kota Sabang
RTRW Kota Sabang disusun untuk dijadikan pedoman penataan ruang wilayah, serta
diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan pembangunan daerah (pengembangan
wilayah) berdasarkan kebijakan, skenario dan strategi pengembangan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu ditetapkan tujuan penataan ruang wilayah Kota Sabang,
yaitu:

“Mewujudkan Kota Sabang yang aman, nyaman, produktif, dan


berkelanjutan serta menjamin keterpaduan pengembangan Kota Sabang
sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas.”

Sejalan dengan tujuan penataan ruang dengan memperhatikan berbagai landasan


pengembangan wilayah yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya,
selanjutnya dapat dirumuskan sasaran yang perlu diwujudkan dalam penataan
ruang wilayah Kota Sabang yaitu:

1. Meningkatnya interaksi dan integrasi wilayah Kota Sabang ke dalam konteks


sistem tata ruang wilayah (RTRW) Provinsi Aceh maupun RTRW Nasional
melalui penataan sistem pusat-pusat permukiman perkotaan (urban system)
secara terpadu dengan sistem transportasi wilayah (c.q. transportasi antar
wilayah);
2. Mempercepat pengembangkan Kawasan Perdagangan Bebas sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi regional melalui kegiatan dibidang perdagangan, jasa,
industri, pertambangan dan energi, transportasi dan maritim, post dan
telekomunikasi, perbankan, asuransi, pariwisata, pengolahan, pengepakan, dan
gudang hasil pertanian, perikanan, dan industri dari kawasan sekitarnya;
3. Meningkatkan interaksi wilayah Kota Sabang ke dalam jaringan perkotaan
poros-perekonomian dunia (aksesibilitas global) seperti Singapura dan Batam
melalui pengembangan pusat-pusat permukiman perkotaan jenjang PKSN dan
PKW khususnya, serta pengembangan simpul-simpul kegiatan transportasi
internasional;
4. Meningkatkan interaksi wilayah hinterland dengan pusat-pusat permukiman
perkotaan melalui pengembangan prasarana dan sarana transportasi intra

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 18


wilayah untuk memperkuat keterkaitan ekonomi dan ruang antara perkotaan
dengan pedesaan;
5. Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan-kawasan tertinggal/perdesaan, terpencil
dan pulau-pulau yang jauh untuk mendorong pertumbuhan dan memeratakan
perkembangan kawasan;
6. Mengurangi tingkat konflik pemanfaatan ruang dalam wilayah melalui
penegasan fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di ruang
daratan maupun lautan, serta penetapan kriteria lokasi dan standar teknis
pengelolaan kawasan;
7. Mengupayakan terwujudnya perimbangan dalam luasan dan sebaran ruang
antara kawasan hutan dan non hutan dengan memperhatikan fungsi-fungsi
hidrologis hutan sebagai kawasan resapan air, pemeliharaan kesuburan tanah,
dan mencegah terjadinya erosi maupun banjir;
8. Meningkatkan optimalitas pemanfaatan dan produktivitas lahan
kawasankawasan budidaya, terutama pola kawasan-kawasan produksi yang
belum diusahakan dan terlantar dengan tetap mempertahankan terpeliharanya
kelestarian lingkungan dan daya dukung wilayah;
9. Menyediakan dan mencadangkan secara khusus lahan-lahan budidaya untuk
mendukung pengembangan perekonomian rakyat (usaha kecil, menengah dan
koperasi) di berbagai sektor; dan
10. Menetapkan stategi pemanfaatan ruang yang telah mengantisipasi kebencanaan
yang mungkin timbul.

Untuk mewujudkan konsep penataan ruang wilayah Kota Sabang secara terpadu
dan berkelanjutan, perlu ditindaklanjuti dengan perumuskan arahan kebijakan dan
strategi pengelolaan tata ruang wilayah. Strategi merupakan langkahlangkah
operasional dalam rangka mengimplementasikan arahan pola pemanfaatan ruang
wilayah di Kota Sabang. Arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah
Kota Sabang mencakup strategi pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan strategi
pengembangan kawasan budidaya.

Kebijakan Penataan Ruang Kota Sabang


Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dalam penataan ruang Kota Sabang, maka
arahan untuk mewujudkan tujuan tersebut ditetapkan melalui kebijakan. Kebijakan
penataan ruang wilayah di Kota Sabang adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Sistem Pusat- Pusat Pelayanan yang diarahkan pada pada


harmonisasi perkembangan kegiatan dan pelayanan yang berjenjang, skala
internasional, wilayah kota, sub wilayah kota dan skala lingkungan wilayah kota
sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) untuk mendukung investasi Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Sabang;
2. Pemantapan kawasan lindung untuk menjamin pembangunan yang
berkelanjutan;
3. Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang
produktif;
4. Pengendalian pemanfaatan ruang yang optimal; dan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 19


5. Pemantapan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan.

Strategi Penataan Ruang Kota Sabang


Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Kota Sabang seperti yang diharapkan
maka dilakukan melalui kebijakan-kebijakan yang didukung oleh bermacam
strategi. Strategi-strategi untuk mendukung kebijakan tersebut meliputi:

1. Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang dalam pengembangan


Sistem Pusat- Pusat Pelayanan yang diarahkan pada pada harmonisasi
perkembangan kegiatan dan pelayanan yang berjenjang, skala internasional,
wilayah kota, sub wilayah kota dan skala lingkungan wilayah kota sebagai
Kawasan Strategis Nasional (KSN) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
untuk mendukung investasi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sabang meliputi:
a. menetapkan dan mengembangkan pusat pelayanan utama Kota Sabang;
b. menetapkan dan mengembangkan bagian wilayah Kota Sabang menjadi 3
(tiga) sub pusat pelayanan kota dan 3 (tiga) pusat lingkungan;
c. menghubungkan antar sub pusat kota dan masing-masing sub pusat kota
dengan pusat kota melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan
merata.
d. mengembangkan dan mengoptimalkan sistem jaringan transportasi secara
terpadu antara transportasi darat, laut, dan udara;
e. mengembangkan sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan;
f. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi;
g. pengembangan sistem jaringan sumber daya air dan sistem jaringan
prasarana air bersih;
h. mengembangkan sistem jaringan infrastruktur perkotaan yang meliputi
sistem air limbah, persampahan, drainase, pejalan kaki; dan
i. menyiapkan dan mengoptimalkan jalur evakuasi bencana.
2. Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan pemantapan kawasan lindung
untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan meliputi:
a. mempertahankan dan meningkatkan nilai konservasi pada kawasan lindung;
b. merehabilitasi kawasan lindung yang telah berubah fungsi;
c. meningkatkan peran masyarakat dalam kelestarian kawasan lindung;
d. menyediakan ruang terbuka hijau untuk kepentingan masyarakat;
e. menyediakan sarana dan prasarana untuk pemantapan kawasan lindung;
3. Strategi untuk mewujudkan kebijakan Pengembangan kawasan budidaya untuk
mendukung kegiatan ekonomi yang produktif meliputi:
a. Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan Pengembangan kawasan
budidaya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang produktif meliputi:
b. mengembangkan kawasan budidaya yang memiliki peluang ekonomi tinggi;
c. menetapkan dan mengembangkan kawasan budidaya dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
d. menyediakan ruang untuk sektor informal untuk mendukung usaha industri
rumah tangga/kecil.
4. Strategi untuk mewujudkan kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang
meliputi:

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 20


a. mengatur, menata dan mengendalikan pengembangan kawasan budidaya
agar sesuai peruntukan;
b. mengendalikan perkembangan kawasan terbangun pada wilayah yang
berkepadatan tinggi; dan
c. membangun kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam
menciptakan ruang Kota Sabang yang nyaman.
d. Strategi untuk pemantapan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan,
meliputi:
e. Mendukung fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan
f. Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan.

Rencana Struktur Ruang Kota Sabang


Pola pengembangan spasial di Kota Sabang harus mengacu pada konsep penataan
yang terkait dengan fungsi dominan Kota Sabang sebagai kawasan perdagangan
bebas dan pelabuhan bebas dengan skala pelayanan tidak hanya tingkat lokal,
namun dalam skala nasional maupun internasional dan global. Selain mengacu pada
ke dua fungsi dominan tersebut di atas, pola penataan spasial di Kota Sabang juga
harus dapat mengakomodir 4 (empat) sektor prioritas yang telah ditetapkan untuk
dikembangkan di Kota Sabang, yaitu sebagai pusat bagi kegiatan pelayanan jasa
kepelabuhanan, industri atau perdagangan, pariwisata, dan perikanan. Ke empat
sektor prioritas tersebut juga direncanakan tidak hanya dalam skala lokal saja
namun juga internasional. Adapun skenario pola perkembangan yang akan
dikembangkan di Kota Sabang antara lain:

 Kota Sabang merupakan pusat utama di Kawasan Sabang dan menjadi fokus
tahap awal pengembangan di Kawasan Sabang, karena di lokasi ini sudah
berkembang pusat kegiatan yang menjadi cikal pengembangan fungsi kegiatan
dalam skala yang lebih luas, seperti: pelabuhan, perdagangan, lapangan terbang,
dan kawasan wisata;
 Kota Sabang perlu pengembangan beberapa pusat-pusat kegiatan, seperti Pusat
Pelayanan Pelabuhan Internasional Hub, Pusat Industri dan Perdagangan, Pusat
Pariwisata, Pusat Perumahan; dan
 Daya dukung lahan Kota Sabang relatif terbatas (berbukit), maka pengembangan
lahan harus mempertimbangkan kemampuan lahan.

Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan


Tata jenjang (hirarki) pusat-pusat pelayanan di Kota Sabang dibentuk untuk
melayani arus orang, jasa dan barang dari daerah pinggiran/pedesaan ke daerah
perkotaan ataupun sebaliknya karena adanya keterkaitan sistem wilayah yang
sangat dominan. Selain itu dipersiapkan pula untuk melayani arus orang, jasa dan
barang dari dunia internasional sebagai perwujudan dari visi dan misi yang diemban
Kawasan Perdagangan bebas dan Pelabuhan Bebas. Dengan demikian tata jenjang
yang dibentuk meliputi tiga tingkatan yaitu:

 Pusat Pelayanan Kota yang berperan sebagai pusat kawasan dengan fungsi
pelayanan internasional maupun nasional dengan dukungan yakni pelabuhan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 21


internasional hub dan basis pelayanan kapal cruise, serta fungsi pelayanan kota
yaitu sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa skala regional;
 Sub Pusat Pelayanan Kota yang berperan sebagai pusat koleksi dan
penyeimbang dengan fungsi pelayanan internasional maupun nasional, yakni
pelabuhan nasional, pusat industri, pusat pariwisata bahari; dan
 Pusat Lingkungan yang berperan sebagai pusat kegiatan lokal dengan fungsi
pelayanan regional dan nasional, yakni pusat kegiatan kemaritiman, pusat
kegiatan ecotourism, pusat budidaya perikanan dan pusat perumahan.

Dengan demikian struktur ruang di Kota Sabang terbentuk oleh sistem pusat-pusat
pelayanan yang saling terintegrasi dan masing-masing pusat tersebut terhubungkan
oleh sistem jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas transportasi
antar pusat-pusat pelayanan. Sistem pusat-pusat pelayanan di Kota Sabang, yakni:

 Pusat Pelayanan Kota dengan pusatnya di Pusat Kota Sabang. Merupakan


Ibukota Kota Sabang dengan fungsi-fungsi sebagai pusat pemerintahan,
perdagangan dan jasa skala regional yang meliputi Gampong Kuta Ateuh, Kuta
Timur, dan Kuta Barat, Kecamatan Sukakarya serta Ie Meulee dan Cot Ba’U
Kecamatan Sukajaya;
 Sub Pusat Pelayanan Kota dengan pusatnya di gampong Balohan, Paya Seunara,
dan Iboih. Balohan merupakan pusat Kecamatan Sukajaya, Paya Seunara
merupakan pusat Kecamatan Sukakarya, sedangkan Iboih akan dikembangkan
sebagai pusat pengembangan baru di Kecamatan Sukakarya. Sub pusat di
Balohan dan Paya Seunara berfungsi sebagai pengembangan kawasan
perumahan. Sementara Sub pusat di Iboih berfungsi sebagai pusat aktifitas
pariwisata. Sub Pusat Pelayanan Kota akan memiliki fasilitas pendukung
seperti aktifitas pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, industri
kecil, perumahan, perkantoran, fasilitas olah raga, kesehatan dan umum
lainnya, dan ruang terbuka hijau; dan
 Pusat Lingkungan dengan pusatnya di gampong Cot Abeuk, Anoe Itam, Paya
dan Iboih. Masing-masing merupakan Ibukota Gampong yang memiliki fungsi
utama sebagai pengembangan kawasan pemerintahan yang didukung oleh
fasilitas-fasilitas seperti fasilitas pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan
jasa, industri kecil, perumahan, perkantoran, fasilitas olah raga, kesehatan dan
umum lainnya, dan ruang terbuka hijau.

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana


1. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Darat
Dalam rencana sistem transportasi darat untuk Kota Sabang, hal yang harus
diperhitungkan adalah kondisi yang ada terutama yang berkaitan dengan
analisis pembebanan ruas jalan. Dari hasil analisis tersebut kemudian dilakukan
proyeksi pengembangan jaringan jalan di Kota Sabang melalui Rencana Umum
Tata Ruang.

Jaringan jalan utama yang direncanakan akan membentuk suatu jalan lingkar
luar di Kota Sabang khususnya di Pulau Weh, yang terdiri dari simpul-simpul
Ruas Pusat kota - Anoe Itam - Balohan - Paya Keuneukai - Ujung Gua Sarang -

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 22


Ujung Putroe - Ujung Ba’U - Iboih – Gapang - Cot Damar - Pusat Kota Sabang.
Selain jalan lingkar sebagai jalan utama, saat ini jalan menuju pusat aktifitas
gampong dan jalan antar gampong di Kota Sabang sudah terbangun dengan baik
dan perlu peningkatan kualitas jalan dan pemeliharaan rutin.

Untuk pengembangan jalan tersebut dilihat dari klasifikasi fungsi jalannya untuk
potongan melintang kolektor primer K1, K2 dan sekunder dikembangkan
menjadi daerah milik jalan/ROW (Right of Way) sebesar 15-20 m, dengan 1 jalur
yang berlawanan arah, lebar perkerasan 9 meter. Pada sisi kiri dan kanan jalan
dikembangkan daerah peruntukan vegetasi jalan selebar 1,5 meter, jaringan
drainase 1 meter, trotoar (pedestrian) 1,5 meter, dan garis sempadan bangunan
pada jalan kolektor primer 10 meter dan kolektor sekunder 5 meter. Untuk
rencana pengembangan ruas jalan yang melewati lokasi SKPT ini yaitu pada
jalur lingkar utara (Balohan – Anoe Itam – Ie Meulee) dengan panjang 13,8 km
dan termasuk pada kategori Kolektor Primer (K2).

2. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Laut


Pengembangan sistem transportasi laut diarahkan pada penyediaan jasa
pelabuhan yang handal sehingga mampu memberikan pelayanan yang optimal
baik untuk pelayaran penumpang maupun barang sehingga dapat mendukung
fungsi Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Penetapan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas,


menempatkan peran Pelabuhan Internasional Hub Sabang sebagai Pelabuhan
Utama. Pelabuhan ini merupakan prasarana pendukung transportasi laut bagi
Kota Sabang. Keberadaan Pelabuhan Sabang menjadi kebutuhan mutlak dan
sentral dalam melayani jalur domestik, juga melayani jalur regional dan
internasional.

Dalam pengembangannya, Pelabuhan Teluk Sabang dan Balohan akan berada


dalam satu pengelolaan sehingga kapasitas pelayanannya dapat diperluas.
Pengembangan Pelabuhan Teluk Sabang saat ini diarahkan pada pembangunan
sarana-prasarana pendukung pelabuhan terutama dermaga untuk dapat
menampung aktivitas perkapalan dengan baik sehingga mampu menangkap
arus lalu lintas kapal yang berada pada jalur pelayaran internasional. Selain itu
Sabang juga diarahkan untuk menjadi salah satu tujuan dalam jalur pelayaran
domestik sehingga mampu menangkap pasar nasional untuk output
produksinya baik pada sektor perdagangan, perindustrian, maupun pariwisata.
Jalur pelayaran yang direncanakan dapat terealisasi dengan upaya
pengembangan Kota Sabang.

Pelabuhan Internasional Hub Sabang melayani jalur regional dan internasional,


yaitu:

 Jalur Regional meliputi : Sabang – Malahayati, Sabang – Meulaboh – Singkil -


Sibolga, Sabang – Simeulue, Sabang – Lhokseumawe – Beulawan, dan Sabang
– Batam, dan Sabang – Seluruh Pelabuhan Regional Indonesia.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 23


 Jalur International meliputi : Sabang – Singapore, Sabang – Belanda, Sabang
– Thailand, Sabang - India, dan Sabang seluruh Pelabuhan International.

Pengembangan Pelabuhan Nasional Balohan saat ini sebagai pelabuhan utama


yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan
penyeberangan ini direncanakan untuk rute atau lintasan baik untuk pelayanan
umum maupun mendukung kegiatan pariwisata. Angkutan penyeberangan
dalam Provinsi Aceh ini memiliki lintasan atau alur pelayaran Pelabuhan
Balohan di Kota Sabang - Pelabuhan Ulee Lheue di Kota Banda Aceh. Untuk
mendukung aktifitas tersebut, sangat diperlukan pembangunan sarana yang
memadai.

Pengembangan Pelabuhan Khusus dimaksudkan untuk menunjang kepentingan


pertumbuhan ekonomi Kota Sabang. Untuk menunjang kawasan industri di
Balohan direncanakan dikembangkan Pelabuhan Khusus Industri. Terminal
Khusus Industri di Gampong Balohan melayani jalur regional meliputi: Sabang –
Malahayati, Sabang – Meulaboh – Singkil – Sibolga, Sabang – Simeulue, Sabang –
Lhokseumawe – Beulawan, dan Sabang – Batam, dan Sabang – Seluruh
Pelabuhan Regional Indonesia.

Sedangkan untuk menunjang kepentingan pengembangan pariwisata di Iboih


dan Gapang, maka direncanakan adanya Terminal Khusus Wisata di Gapang
sebagai pengembangan dermaga yang ada saat ini. Alur pelayarannya yaitu:

 Jalur Regional Meliputi : Sabang – Malahayati, Sabang – Meulaboh – Singkil -


Sibolga, Sabang – Simeulue, Sabang – Lhokseumawe – Beulawan, dan sabang
– Batam, dan Sabang – Seluruh Pelabuhan Regional Indonesia.
 Jalur International Meliputi : Sabang – Singapore, Sabang – Belanda, Sabang
– Thailand, Sabang - India, dan Sabang seluruh Pelabuhan International.

3. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Udara


Pengembangan sistem transportasi udara diarahkan sebagai pendukung
aktivitas Kota Sabang melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan Bandara
Maimun Saleh. Bandara Maimun Saleh merupakan Bandara Pengumpan yang
mendukung PKW dan PKSN Sabang. Sebagai inlet ke Kota Sabang, bandara ini
dimanfaatkan untuk mendorong aktivitas wisata ke Sabang sehingga dapat
menjadi salah satu tujuan dalam jalur penerbangan komersil dan internasional.
Jalur penerbangan Bandara Maimun Saleh direncanakan akan melayani
penerbangan domestik dan internasional. Jalur ini dapat menghubungkan antara
Sabang dengan Kota Banda Aceh dan Medan serta negara lain. Lokasi bandara ini
merupakan pengembangan dari bandara yang lama yang saat ini dikelola TNI AU
dengan panjang runway 1.850 meter. Ruang udara di sekitar bandar udara
Maimun Saleh yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan kurang lebih seluas
108,5 Ha meliputi wilayah Cot Ba’U dan sekitarnya. Jalur penerbangannya
melayani antara lain:

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 24


 Penerbangan Nasional Meliputi: Sabang – Sultan Iskandar Muda, Sabang –
Malikul Saleh, Sabang – Cut Nyak Dhin, Sabang – Lasikin, Sabang – Rambele
dan Sabang – Polonia/Kuala Namu
 Penerbangan International Meliputi: Sabang – Penang dan Sabang –
Langkawi.

Ruang udara untuk penerbangan meliputi:

 Ruang udara diatas bandar udara yang digunakan langsung untuk kegiatan
bandar udara;
 Ruang udara disekitar bandar udara yang digunakan untuk operasi
penerbangan dan penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP), meliputi:
1) kawasan pendekatan dan lepas landas;
2) kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
3) kawasan di bawah permukaan horizontal;
4) kawasan di bawah permukaan horizontal luar;
5) kawasan di bawah permukaan kerucut;
6) kawasan di bawah permukaan transisi; dan
7) kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi udara.
 Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan; dan

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya


1. Prasarana Sumber Daya Air
Pengembangan prasarana sumberdaya air dimaksudkan untuk memenuhi
berbagai kepentingan. Pengembangan prasarana sumberdaya air diarahkan
untuk penyediaan air bersih dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber air
permukaan dan sumber air tanah. Rencana pengembangan prasarana sumber
air permukaan dan air tanah untuk air bersih, dikembangkan di lokasi Danau
Aneuk Laot, Embung Paya Seunara, Sungai Pria Laot, Danau Buatan Pasiran,
Danau Paya Kareung, Danau Paya Keuneukai, Mata Air Paya Petepen, mata air
Balohan, Mata Air Mata Ie, Mata Air Jaboi, Mata Air Lhong Angen. Sedangkan
rencana untuk pengamanan pantai di sepanjang pesisir pantai di wilayah Kota
Sabang, terutama yang melewati wilayah SKPT yaitu pembangunan tanggul
penahan pantai di pesisir Gampong Ie Meulee sepanjang 2.097 meter di
Kecamatan Sukajaya.

2. Prasarana Drainase
Rencana pengembangan jaringan drainase menurut fungsi primer, sekunder,
dan tersier di Kota Sabang, yang melewati wilayah SKPT yaitu:

 Pembagian blok drainase meliputi: Jaringan drainase di blok perumahan


pusat Kota Sabang berada di Gampong Kuta Ateuh, Kuta Timu, dan Kuta
Barat, Kecamatan Sukakarya serta Ie Meulee dan Cot Ba’U Kecamatan
Sukajaya sepanjang 6.844,97 meter.
 Sistem pembuangan melalui kolam retensi dan pompa meliputi:

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 25


1) Kecamatan Sukajaya di Gampong Ie Meulee, Gampong Cot Ba’U, dan
Gampong Keuneukai.
2) Kecamatan Sukakarya di Gampong Kuta Ateuh, Gampong Kuta Timu, dan
Gampong Kuta Barat.

3. Prasarana Jaringan Evakuasi Bencana


Salah satu lokasi dan jalur evakuasi di Kota Sabang yang melintasi wilayah SKPT
yakni di Gampong Ie Meulee, yaitu:

 Gampong Ie Meulee
1) Lokasi evakuasi SMP No.2, Pesantren Al Mujaddid, dan lokasi terbuka
lainnya;
2) Lokasi evakuasi melalui jalur alternatif menuju lokasi evakuasi.
 Gampong Kuta Ateuh
1) Lokasi evakuasi ke Mesjid Agung Babussalam, Lapangan Yos Sudarso,
Lapangan Playground, Taman Ria, Taman Segitiga, dan sekolah;
2) Jalur evakuasi menuju jalur jalan utama Gampong Ie Meulee – Kuta Ateuh
atau jalan alternatif menuju Gampong Kuta Ateuh.
 Gampong Cot Ba’U
1) Lokasi evakuasi daerah terbuka dan tempat umum lainnya yang aman
dari tsunami;
2) Jalur evakuasi jalan alternatif menuju Gampong Cot Ba’U.

Rencana Pola Ruang Kota Sabang


Rencana Kawasan Lindung
Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang sumberdaya alam, sumberdaya
buatan dan nilai sejarah, serta budaya untuk kepentingan pembangunan
berkelanjutan.

1. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan


Kawasan lindung yang terdapat pada wilayah Gampong Ie Meulee, termasuk
dalam kategori kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Pemanfaatan
benda cagar budaya diarahkan sebagai daya tarik objek wisata. Secara umum,
kawasan peninggalan cagar budaya diarahkan pelestariannya kedalam
kawasan pariwisata dan kawasan strategis kota. Berikut penyebaran kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan:

 Kecamatan sukakarya meliputi:


1) Tugu Kilometer Nol di Gampong Iboih;
2) Situs Abattoir di Gampong Kuta Timu;
3) Masjid Kampung Haji di Gampong Kuta Timu;
4) Benteng Pengintai meliputi di Gampong Kuta Barat, Gampong Paya
Seunara, Gampong Batee Shoek dan Gampong Kuta Timu;
5) Benteng Pertahanan meliputi di Gampong Kuta Barat, Gampong Paya
Seunara, Gampong Batee Shoek dan Gampong Kuta Timu;

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 26


6) Makam Keramat meliputi di Gampong Batee Shoek dan Gampong Kuta
Timu;
7) Tugu Pemancungan di Gampong Batee Shoek;
8) Bangunan Pompa Air Brown di Gampong Aneuk Laot;
9) Bangunan Swim Bath di Gampong Aneuk Laot;
10) Terowongan di Gampong Kuta Ateuh; dan
11) Gudang Senjata/Amunisi/Peluru di Gampong Kuta Timu.
 Kecamatan Sukajaya Meliputi:
1) Benteng Pengintai meliputi di Gampong Ie Meulee, Gampong Ujoeng
Kareung, Gampong Anoe Itam, Gampong Balohan, Gampong Keuneukai,
dan Gampong Cot Ba’U;
2) Benteng Pertahanan meliputi di Gampong Ie Meulee, Gampong Ujoeng
Kareung, Gampong Anoe Itam, Gampong Balohan, Gampong Keuneukai,
dan Gampong Cot Ba’U;
3) Makam Keramat meliputi di Gampong Ie Meulee, Gampong Ujoeng
Kareung, Gampong Anoe Itam, Gampong Beurawang dan Gampong
Keuneukai;
4) Gudang Senjata/Amunisi/Peluru meliputi di Gampong Ie Meulee,
Gampong Anoe Itam, dan Gampong Balohan;
5) Tugu Depan SMPN 2 di Gampong Ie Meulee;
6) Terowongan di Gampong Cot Ba’U; dan
7) Tapak Bangunan di Gampong Anoe Itam dan Gampong Balohan.

2. Kawasan Lindung Laut


Kawasan lindung laut termasuk kawasan lindung dengan karakteristik
perlindungan khusus/tertentu. Di Kota Sabang kawasan ini ditetapkan di pesisir
timur pulau Weh yang memiliki potensi pariwisata berupa panorama alam dan
pengembangan akomodasi wisata. Kawasan ini meliputi Gampong Ie Meulee -
Ujung kareung di Kecamatan Sukajaya seluas 3.217,8 Ha.

3. Kawasan Rawan Bencana Alam


Morfologi Kota Sabang daerah datar luasannya relatif kecil dan berada di
kawasan pusat kota, kawasan pelabuhan Balohan dan sebagian pantai timur,
dengan jarak terjauh kurang-lebih 1 km dari daerah berbukit dan gunung.
Kawasan rawan bencana di Kota Sabang ditetapkan menjadi 2, yakni kawasan
rawan bencana gempa bumi dan kawasan rawan bencana tsunami. Dalam
kaitannya dengan lokasi SKPT di wilayah Ie Meulee, maka daerah tersebut
termasuk dalam kawasan rawan bencana tsunami.

Kawasan rawan bencana tsunami di Kota Sabang ditetapkan seluas 268,23 Ha


yang sebarannya meliputi:

 Gampong Kuta Ateuh, Gampong Kuta Timu, Gampong Kuta Barat, Gampong
Krueng Raya, Gampong Iboih, Gampong Batee Shoek di Kecamatan
Sukakarya seluas 133,94 Ha; dan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 27


 Gampong Ie Meulee, Gampong Ujoeng Kareung, Gampong Anoe Itam,
Gampong Balohan, Gampong Jaboi, Gampong Beurawang, Gampong
Keuneukai, Gampong Paya di Kecamatan Sukajaya seluas 134,29 Ha.

Rencana Kawasan Budidaya


Rencana pemanfaatan kawasan budidaya di Kota Sabang mencapai luas 5.575,61 Ha
(45,64%) yang tersebar dominan di sebelah utara, timur, dan selatan wilayah Kota
Sabang. Kawasan budidaya ini umumnya berupa kawasan perumahan dan
perkebunan campuran disamping kawasan budidaya lainnya.

1. Kawasan Perumahan
Gampong Kuta Ateuh, Kuta Barat, Kuta Timu, Cot Ba’U, dan Cot Abeuk, diarahkan
menjadi zona perkotaan yakni meliputi kawasan yang didominasi oleh
lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal serta dilengkapi
dengan prasarana dan sarana yang dapat mendukung kegiatan tersebut seperti
fasilitas ekonomi dan sosial seperti pasar lingkungan, sekolah, dan sarana
kesehatan disamping utilitas dasar dan prasarana transportasi. Kawasan
perumahan lain dapat dikembangkan di bagian Selatan dan Timur Kota Sabang
Paya Seunara, Jaboi, Paya, Bango dan Anoe Itam. Luas kawasan perumahan lebih
kurang mencapai 1.772,71 Ha dan tersebar merata di Kecamatan Sukajaya dan
kecamatan Sukakarya.

Arahan pengembangan kawasan perumahan di Kota Sabang tetap mengacu pada


kecenderungan perkembangan saat ini, dan gejala pertumbuhan kawasan
perumahan pada kawasan-kawasan potensial sebagai akibat terstimulasi oleh
program pembangunan pemerintah kota. Adapun pembagian wilayah
perumahan berdasarkan tingkat kepadatan bangunan dan kerawanan bencana
di Kota Sabang, direncanakan sebagai berikut:

 kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan luas 775,84 Ha dan tersebat


di gampong Krueng raya, Ujoeng Kareung, Aneuk Laot, Kuta Ateuh, Kuta
Timu, Kuta Barat, Ie Meulee, Cot Bau, Cot Abeuk dan Balohan.
 kawasan perumahan kepadatan sedang dengan luas 900,31 Ha tersebar di
gampong Aneuk Laot, Beurawang, Cot Abeuk, Ie Meule, Keuneukei, Krueng
Raya, Kuta Ateuh, Kuta Barat, Paya, Ujong Kareung, Paya Seunara, Jaboi,
Batee Shoek, Iboih serta Anoe Itam
 kawasan perumahan kepadatan rendah seluas 96,56 Ha dan tersebar di
Gampong Batee Shoek, Beurawang, Cot Bak U, Keuneukai, Krueng Raya, dan
Paya Seunara.

Kawasan ini yang berada di daerah rawan bencana seluas 71,22 Ha, meliputi:

 Kawasan Rawan Bencana Tsunami seluas 70,22 Ha, meliputi Di Gampong


Iboih, Paya, Keuneukai, Beurawang, Jaboi, Balohan, Cot Abeuk, Ujoeng
Kareung, Ie Muelee, Kuta Ateuh, Kuta Barat, Kuta Timu dan Aneuk Laot.
 Kawasan rawan bencana Longsor di Cot Abeuk seluas 1 Ha.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 28


2. Kawasan Perkantoran
Kawasan perkantoran di Kota Sabang terdiri dari Perkantoran Pemerintahan
dan swasta. Perkantoran Pemerintahan yang mempunyai tingkat pelayanan kota
umumnya di tempatkan di Pusat Kota, yaitu Gampong Kuta Ateuh, Kuta Timu,
Kuta Barat, Ie Meulee dan Cot Ba’U, sedangkan yang mempunyai tingkat
pelayanan Kecamatan dan Gampong terdistribusi di wilayahnya masing-masing
sesuai dengan skala pelayanannya.

Adapun luas kawasan yang diperuntukan kawasan perkantoran pemerintahan


hingga akhir tahun perencanaan di perkirakan sebesar 16,73 Ha berada di
gampong Kuta Ateuh, Kuta Timu, Kuta Barat, Ie Meulee dan Cot Ba’U, Kecamatan
Sukakarya dan Sukajaya. Sedangkan perkantoran swasta sebarannya di seluruh
wilayah Kota Sabang.

3. Kawasan Industri
Kawasan industri dialokasikan di Pelabuhan Nasional Balohan dan Anoe Itam
dengan luas lebih kurang 724,13 Ha (5,93%). Kawasan industri di Balohan dan
kawasan industri Anoe Itam dikembangkan termasuk untuk Oil Refinery dan
Bunker BBM. Apabila kawasan industri Balohan sudah tidak dapat menampung
lagi kegiatan pelayanannya, maka akan dikembangkan ke Anoe Itam. Dengan
demikian kawasan industri Balohan merupakan area industri yang mendukung
kawasan pelabuhan Sabang maupun pelabuhan Balohan dimana industri yang
berada di dalam kawasan ini difokuskan pada peningkatan ekspor komoditas
unggulan, baik industri manufaktur, agro industri, komoditas hasil perkebunan
dan hasil pertanian (seperti untuk industri pengolahan CPO dari perkebunan
kelapa sawit dari daratan Aceh). Pembagian kawasan industri di Kota Sabang
menjadi dua, yaitu Kawasan industri rumah tangga/kecil dan kawasan industri
besar.

 Kawasan industri rumah tangga/kecil berupa:


1) Industri makanan dan minuman meliputi:
2) Industri di Kecamatan Sukajaya meliputi; pembuatan tahu/tempe,
minyak kelapa, roti/kue basah, bubuk kopi, pengasapan kopra, kripik
pisang/ubi dan limun.
3) Industri di Kecamatan Sukajaya meliputi; pembuatan es batu,
tahu/tempe, roti/kue basah, bubuk kopi, dodol jahe, kripik pisang/ubi
dan limun.
 Industri Kerajinan meliputi:
1) Industri di Kecamatan Sukajaya meliputi; sapu ijuk/lidi, kerajinan rotan,
arang batok, sabut kelapa dan alat rumah tangga dari kayu.
2) Industri di Kecamatan Sukakarya meliputi; arang batok dan alat rumah
tangga dari kayu.
 Kawasan industri besar memiliki luas 724,13 Ha di Gampong Balohan, Jaboi
berupa:
1) rencana pengembangan kawasan industri untuk mendukung kawasan
pelabuhan bebas Sabang maupun pelabuhan Balohan seluas 189,95 Ha.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 29


2) rencana pengembangan industri untuk meningkatkan ekspor komoditas
unggulan Kota Sabang di gampong Anoe Itam seluas 462,75 Ha.
3) kawasan industri Jaboi seluas 61,94 Ha.
4) rencana industri perikanan yaitu berupa kawasan potensi perikanan
tangkap yang didukung prasarana dengan luas lebih kurang 9,49 Ha yang
berada di Gampong Paya Seunara dan Gampong Aneuk Laot Kecamatan
Sukakarya. Guna mendukung potensi perikanan juga dikembangkan pula
pelabuhan khusus perikanan yang meliputi:
a. Pangkalan Pendaratan Ikan di Gampong Paya Seunara;
b. Pangkalan Pendaratan Ikan di Ie Meulee;
c. Pangkalan Pendaratan Ikan di Gampong Jaboi; dan
d. Pangkalan Pendaratan Ikan di Gampong Krueng Raya.

4. Kawasan Peruntukan lainnya


Kota Sabang saat ini memiliki Pelabuhan perikanan di Teluk Sabang. Namun
pelabuhan yang ada akan dipindahkan ke wilayah Teluk Krueng Raya mengingat
kawasan sekitar Teluk Sabang akan difungsikan sebagai kawasan Pelabuhan
Hub Internasional. Kawasan aktivitas sektor perikanan tersebar disekitar Teluk
Krueng Raya dan Teluk Pria Laot yang rencananya didukung oleh pelabuhan
untuk perikanan. Kawasan ini difokuskan pada penyediaan sapras perikanan
diantaranya sarana Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan sarana Pelabuhan
Perikanan untuk mendukung aktivitas industri perikanan di kawasan darat.
Kawasan perikanan ini mencakup area Wilayah Laut Kewenangan (WLK) Kota
Sabang seluas 74.736 Ha.

Rencana Kawasan Strategis


Berdasarkan Klasifikasi penataan ruang, nilai strategis kawasan adalah kawasan
strategis propinsi/Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Propinsi/Kabupaten/Kota tehadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.
Penentuan kawasan strategis berdasarkan jenis dan kriteria kawasan strategis tersebut
diatas juga mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang
tertuang di dalam PP No. 26 Tahun 2008 dan Rencana Tata ruang Wilayah Propinsi
(RTRWP) serta arahan pengembangan rencana kawasan strategis pada tingkat atau
skala Kota Sabang.

Melihat sisi ketersediaan dan potensi sumberdaya alam yang ada, khususnya yang
terkait langsung dengan SKPT, maka kawasan strategis kota yang akan ditetapkan di
wilayah Kota Sabang adalah Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi, yaitu kawasan Strategis Kota Baru Cot Abeuk – Cot Ba’u –
Ujoeng Kareung. Kawasan ini merupakan bagian dari pengembangan pusat pelayanan
permukiman baru yang terkena dampak dari pengembangan Pelabuhan Internasioal
Sabang. Pusat-pusat pelayanan skala kota yang selama ini berada di sekitar Teluk
Sabang akan dipindahkan ke kawasan ini, sehingga diharapkan akan terjadi pusat
pertumbuhan baru. Berdasarkan aspek kepentingan pertumbuhan ekonomi, maka
kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kota Sabang. Dengan demikian,

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 30


pengembangan rencana kawasan strategis tersebut juga akan mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan di wilayah SKPT yaitu PPI Ie Meulee.

2.2.2 RENCANA PENGEMBANGAN PERAIRAN KOTA SABANG


Sebelum berlakunya Undang-Undang No.32 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana
kewenangan lautmenjadi wewenangan pemerintah provinsi, Kota Sabang telah menyusun
Dokumen materi teknis Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
bagian Kota Sabang yang kemudian menjadi bagian dari bahan penyusunan RZWP-3-K Provinsi
Aceh

Dalam dokumen RZWP-3-K, wilayah perencanaan untuk SKPT Ie Meulee, termasuk dalam
rencana kawasan konservasi. Definisi dari Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang
dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara
berkelanjutan. (Kawasan Konservasi setara dengan kawasan lindung dalam Undang-Undang
No.26 Tahun 2007 tentang penataan ruang).

Kawasan Pemanfaatan Umum


Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari Wilayah Pesisir yang ditetapkan
peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan. (Kawasan Pemanfaatan Umum setara
dengan kawasan budidaya dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang). Dalam hal ini, wilayah SKPT Ie Meulee termasuk ke dalam kawasan
pemanfaatan umum zona Perkantoran dan zona Perikanan Tangkap.

Zona Perkantoran
Zona ini merupakan kawasan perkantoran di Kota Sabang terdiri dari Perkantoran
Pemerintahan dan swasta. Adapun luas kawasan yang diperuntukkan kawasan
perkantoran pemerintahan hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan sebesar
16,73 Ha berada di Gampong Kuta Ateuh, Kuta Timu, Kuta Barat, Ie Meulee dan Cot
Ba’U, Kecamatan Sukakarya dan Sukajaya. Sedangkan perkantoran swasta
sebarannya di seluruh wilayah Kota Sabang.

Zona Perikanan Tangkap


Untuk menunjang perikanan tangkap sehubungan dengan ditetapkannya Teluk
Sabang sebagai kawasan Pelabuhan Hub Internasional maka rencana alternatif jalur
keluar masuk boat dan kapal nelayan akan dialihkan ke alur antara Ujong
Seukundo/Ujong Teungku dan Pulau Klah (Teluk Krueng Raya).

Kawasan aktivitas sektor perikanan tersebar disekitar Teluk Krueng Raya dan Teluk
Pria Laot yang rencananya didukung oleh pelabuhan untuk perikanan. Kawasan ini
difokuskan pada penyediaan sapras perikanan diantaranya sarana Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) dan sarana Pelabuhan Perikanan untuk mendukung aktifitas
industri perikanan di kawasan darat. Guna mendukung aktivitas perikanan tangkap
maka akan dikembangkan pelabuhan khusus perikanan yang meliputi:

 Pangkalan Pendaratan Ikan di Gampong Paya Seunara;


 Pangkalan Pendaratan Ikan di Ie Meulee;

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 31


 Pangkalan Pendaratan Ikan di Gampong Jaboi; dan
 Pangkalan Pendaratan Ikan di Gampong Krueng Raya.

Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di wilayah SKPT Ie Meulee
termasuk dalam zona kawasan konservasi perairan, yang juga berada di pesisir timur
Pulau We. Kawasan ini memiliki potensi pariwisata berupa panorama alam dan
pengembangan akomodasi wisata. Zona pada kawasan konservasi perairan seluas
3.207,9 Ha yang berada di Kecamatan Sukajaya dan Sukakarya. Saat ini kawasan
konservasi Pantai Timur Pulau Weh telah ditetapkan dengan SK. Walikota Sabang
Nomor 729 Tahun 2010 dan selanjutnya telah diusulkan kepada Kementerian Kelautan
untuk ditetapkan dengan SK. Menteri Kelautan Republik Indonesia.

2.2.3 KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG KAWASAN


KONSERVASI
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dalam rangka mewujudkan kelestarian, melindungi
dan memanfaatkan keanekaragaman jenis ikan dan ekosistem perairan di pesisir timur Pulau
Weh Kota Sabang di Provinsi Aceh, maka perlu ditetapkannya mengenai kawasan konservasi di
perairan pesisir timur Pulau Weh Kota Sabang ini, sehingga ekosistem perairan dan laut di
wilayah Kota Sabang dapat tetap sustain. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57
tahun 2013, tentang Kawasan Konsevasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang di
Provinsi Aceh, menetapkan sebagai berikut:

1. Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang sebagai Kawasan Konservasi Perairan
Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang di Provinsi Aceh
2. Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh ini ditetapkan sebagai Suaka
Alam Perairan
3. Suaka Alam Perairan tersebut memiliki luas lebih kurang 3.207,98 Hektar

Berikut ini adalah peta penetapan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota
Sabang di Provinsi Aceh.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 32


GAMBAR 2. 1 PETA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PESISIR TIMUR P ULAU WEH KOTA
SABANG

Dari peta kawasan konservasi perairan diatas diketahui bahwa derah disisi timur merupakan
kawasan konservasi yang terdiri dari 4 zona inti dan 3 zona pemanfaatan. Perairan paling luas
merupakan ditetapkan sebagai zona perikanan berkelanjutan. Sehingga apabila di sisi timur
pulau weh masih dapat dikembangkan sebagai pusat SKPT yang mendukung perikanan tangkap
dengan syarat lokasi yang dikembangkan bukan merupakan zona inti.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 33


GAMBARAN UMUM

3.1 GAMBARAN UMUM KOTA SABANG


3.1.1 ADMINISTRATIF KOTA SABANG
Kota Sabang merupakan kota strategis dilihat dari posisi geografis yang berada di ujung paling
barat Indonesia dekat dengan selat Malaka yang merupakan daerah perlintasan kapal-kapal
besar di dunia. Kota Sabang merupakan garda terdepan terdapat 2 Pulau Kecil terluar yaitu
Pulau Weh dan Pulau Rondo. Pulau Weh merupakan yang merupakan Pulau Kecil Terluar yang
berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, India dan Thailand. Secara geografis Kota Sabang
terletak pada koordinat 05° 46’ 28” – 05° 54’ 28” Lintang Utara (LU) dan 95° 13’ 02” - 95° 22’
36” Bujur Timur (BT). Sedangkan Pulau Rondo merupakan pulau kecil terluar yang berjarak ±
15,6 km dari Pulau Weh.

Secara administratif, Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu kecamatan Sukajaya
dan Kecamatan Sukakarya serta terbagi menjadi 18 Gampong/Desa (Tabel 2.1). Kota Sabang
merupakan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang terdiri dari 5 (lima) buah pulau, yakni
Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan Gugusan Pulau Rondo di Pantee Utara
(P. Rondo, P. Batulah Barat, P.Batulah Timur, P. Batulah Selatan dan P. Batulah Utara). Pulau
Weh merupakan pulau terluas serta merupakan satu-satunya pulau yang dijadikan pemukiman.
Luas keseluruhan Kota Sabang ialah 933,39 km2 , dengan luas daratan 122,14 km2 dan luas
perairan 811,26 km2 (RTRW Kota Sabang, 2012).

TABEL 3. 1 DAFTAR D ESA DAN K ECAMATAN KOTA SABANG

Kecamatan Sukajaya Kecamatan Sukakarya


Paya Iboih
Keuneukai Batee Shok
Beurawang Paya Seunara
Jaboi Krueng Raya
Balohan 2 Aneuk Laut
Cot Abeuk Kuta Timue
Cot Ba'u Kuta Barat
Anoe Itam Sukajaya
Ujong Kareung Sukakarya
Ie Meulee Kuta Ateuh
Sumber : RTRW Kota Sabang, 2012

Batas-batas wilayah Kota Sabang:

 Utara : Selat Malaka, Laut Andaman


 Timur : Selat Malaka
 Selatan : Samudera Hindia
 Barat : Samudera Hindia

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 34


3.1.2 INFRASTRUKTUR
3.1.2.1 Jalan
Prasarana jalan yang ada di Kota Sabang sampai dengan tahun 2015 secara umum
menunjukkan perkembangan yang cukup pesat yaitu mencapai 203 km yang
menjangkau seluruh Kota Sabang. Sebanyak 94,6% jalan di Kota Sabang sudah beraspal
dengan rincian yaitu 54 km merupakan jalan negara, 6 km merupakan jalan provinsi,
dan 145 km merupakan jalan Kab/Kota. Berdasarkan kondisinya 92 km jalan di Kota
Sabang dalam kondisi baik, 76 km dalam kondisi sedang, 9 km dalam kondisi rusak dan
19 km dalam keadaan rusak berat.

3.1.2.2 Transportasi Darat, Laut dan Udara


Untuk sarana transportasi darat berupa angkutan umum mini bus dan becak motor.
Sedangkan untuk transportasi laut ke luar Kota Sabang menggunakan Kapal RORO dan
kapal cepat. Transportasi laut tersebut melayani rute Pelabuhan Balohan Sabang ke
Pelabuhan Ulee Lheu Banda Aceh. Transportasi udara bukan merupakan alat trasportasi
utama di Kota Sabang. Namun demikian Kota Sabang memiliki lapangan terbang, yang
saat ini dimanfaatkan sebagai pangkalan militer Angkatan Udara. Saat ini fasilitas
pendukung lapangan udara telah tersedia dan terus dilengkapi. Dengan panjang
landasan pacu 1.850 m, lapangan terbang ini mampu didarati pesawat jenis Boeing 737-
300. Sejalan dengan berkembanganya kawasan ini diharapkan kedepannya fungsi
lapangan tebang semakin dimaksimalkan baik jalur nasional maupun internasional.

3.1.2.3 Air Bersih


Pelayanan umum di Kota Sabang pada saat ini yang dikelola oleh pemerintah adalah
pelayanan air Bersih melalui PDAM. Pada tahun 2015 air yang disalurkan ke pelanggan
Kota Sabang sebanyak 1.404.363 m3 dengan jumlah pelanggan mencapai 5.668
pelanggan.

Dari hasil FGD instansi SKPT diketahui bahwa. Terdapat 2 titik sumber air berada di
selatan Ie Meulee dekat Fladeo Resort dengan debet 1,5 dan 11 ltr/dtk. Sumber air ini
dapat digunakan untuk pengembangan pelabuhan perikanan SKPT namun diperlukan
instalasi jaringan perpipaan khusus yang terpisah dengan jaringan perpipaan untuk
konsumsi domestik.

3.1.2.4 Listrik
Listrik di Kota Sabang disalurkan oleh PLN ke sejumlah rumah-rumah masyarakat Kota
Sabang. Salah satu sumber tenaga listrik di Kota Sabang adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD). Pada tahun 2015 produksi listrik yang dihasilkan PLN sebanyak
32.719.112 KWh dengan jumlah pelanggan PLN Kota Sabang sebanyak 11.298
pelanggan.

Dari hasil FGD instansi SKPT diketahui bahwa kapasitas PLN sudah siap mendukung
pengembangan SKPT. Sudah ada 2 pusat bangkitan listrik di Kota Sabang yaitu di Cot
Abeuk dengan kekuatan 6 MW di Cot Aneuk Laot dan di Anael dengan 2 MW. Beban
puncak tertinggi di Sabang adalah 5 MW. Beban puncak tersebut sangat sangat jarang
terjadi. Sehingga dapat dikatakan daya listrik masih surplus sekitar 2-3 MW. Beban

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 35


puncak untuk lima tahun akan dipredisi kedepan naik 2-3 MW. Namun ada rencana
pembangunan PLTD Jaboi sekitar dengan kekuatan 4 MW di tahun 2017

3.1.2.5 Telekomunikasi
Penetapan Kota Sabang sebagai kawasan tujuan wisata, menyebabkan pemenuhan
kebutuhan komunikasi dan informasi menjadi kebutuhan utama. Oleh karena itu, PT.
Telkom saat ini terus mengembangakan usahanya baik dalam pelayanan jaringan
telepon juga melayani jaringan internet. Selain itu pemerintah Kota Sabang
menyediakan fasilitas internet yang lebih meluas jangkauannya, ini dibuktikan telah
dibangunnya 7 buah menara Base Transceiver station (BTs ) baru di berbagai lokasi
serta dilakukannya perbaikan jaringan Visat. Saat ini terdapat beberapa warnet dan kafé
yang menyediakan fasilitas internet dan Wi-fi di seputaran Kota Sabang.

3.1.3 KONDISI FISIK


3.1.3.1 Iklim
Secara umum iklim di Kota Sabang termasuk ke dalam iklim tropis yang terdiri dari
musim timur, barat, dan 2 mudim peralihan. Hal ini karena dipengaruhi oleh letaknya
yang berada di sekitar garis khatulistiwa. Berdasarkan data curah hujan tahunan, kota
Sabang dibagi menjadi dua wilayah/kawasan hujan, yaitu: (1) wilayah sekitar pantai
yang memiliki rata-rata curah hujan tahunan 2.908 mm dengan jumlah hari hujan 139,7
hari dan, (2) wilayah berbukit sampai dengan bergunung diatas ketinggian 121 meter
dari permukaan laut yang memiliki ratarata curah hujan pertahun 2.534,19 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 137 hari (Stasiun Meteorologi Cot Ba’u Sabang, 2011).

Kebiasaan hujan di Kota Sabang disertai dengan angin kencang, hal ini dikarenakan oleh
posisi pulau Weh yang berada diantara selat Malaka dan Samudera Hindia. Sehingga
masih terkena pengaruh besarnya angin dari laut dan selat. Kecepatan angin yang paling
tinggi terjadi selama bulan Juni – Agustus dan Oktober. Arah angin lebih didominasi oleh
angin dari Barat Daya yang terjadi sejak bulan April – Oktober, sedangkan angin timur
terjadi pada bulan November – Maret.

Kondisi suhu udara di Kota Sabang bervariasi. Suhu minimum berkisar pada 20̊ OC dan
maksimum 33 OC. kelembaban udara kota Sabang rata-rata 78,58%. Dengan kondisi
iklim seperti ini, maka Kota Sabang tidak terdapat perubahan iklim yang luar biasa. Hal
ini dapat mendukung perkembangan Kota Sabang, khususnya di bidang budidaya
pertanian, pelabuhan, dan industri.

3.1.3.2 Geologi dan Geomorfologi


Kondisi geologi Kota Sabang secara umum terbagi menjadi 2 sub bagian dimana
diantara 2 sub bagian tersebut kondisinya sangat berbeda, dan pada umumnya
terbentuk dari hasil letusan gunung berapi yang terdiri dari tufa andesit. Jenis batuan ini
mempunyai struktur yang tidak begitu stabil dan jika diberikan tekanan yang berlebih
maka daya tahannya tidak begitu bagus. Bahkan jika diberikan tekanan sangat berlebih
maka akan cepat terjadi perubahan struktur tanahnya. Formasi batuan Kota Sabang
terdiri dari batuan vulkanis seluas 70% dari luas wilayah, batuan sedimen seluas 27%
dan endapan aluvial 3%. Secara umum kondisi geologis ini mempengaruhi kondisi

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 36


geohidrologinya. Selanjutnya, dasar laut di sekitar Kota Sabang pada umumnya
berbentuk palung sehingga cocok digunakan untuk pelabuhan, khususnya pelabuhan
besar karena dapat disinggahi jenis kapal tangker. Berdasarkan penilaian jenis tanah
sampai tingkat sub-group, tanah yang ada di Kota Sabang terdiri dari satu jenis tanah
yaitu jenis Latosol.

3.1.3.3 Topografi
Topografi Kota Sabang yang mencakup Pulau Weh dan beberapa pulau kecil di
sekitarnya, didominasi perbukitan dan pegunungan. Morfologi wilayah Kota Sabang
terbagi kedalam: pedataran, perbukitan bergelombang landai, perbukitan bergelombang
dan perbukitan curam.

Rincian umum topografi Kota Sabang sebagai berikut :

Dataran Mempunyai Kemiringan Lereng < 5 %


Dataran pantai terdapat disekitar Iboih antara Teluk Teupin Iboih dan Teluk Teupin
Ring, Balohan dan Pria Laot. Ketinggian daerah < 25 m di atas permukaan laut,
sebagian ditempai oleh rawa. Dataran punggungan dijumpai sekitar Cot Ba’u dan
terdapat pada elevasi >100 m di atas permukaan laut, berupa tegalan, dan lapangan
udara. Dataran lembah antar perbukitan terdapat di Paya Seunara dengan
ketinggian > 100 m di atas permukaan laut.

Perbukitan Bergelombang Landai


Merupakan perbukitan dan bagian dari kaki perbukitan yang memiliki permukaan
tidak rata antara landai hingga tidak bergelombang. Memiliki karekteristik
kombinasi antara permukaan tertoreh sedang dan agradasional dari rombakan
lereng dengan sudut kemiringan 5-15 % dan setempat mencapai 30 % dan beda
ketinggian 5- <50 m. Sekitar 17 % wilayah Kota Sabang termasuk kedalam kategori
ini mulai dari Cot Teupin Paneuh dan Pamisi, Jaboi dan Ujong Ba’u.

Perbukitan Bergelombang
Memiliki karekteristik perbukitan berlereng miring sampai terjal dengan kekasaran
permukaan sedang-kasar. Pada lereng terjal terkadang dibentuk oleh batuan segar
dari batu gamping terumbu karang dan batuan vulkanis, atau dengan soil relatif
tipis. Memiliki sudut kemiringan 10-15% dan setempat mencapai >30 %. Daerah
yang termasuk kategori ini sekitar 18 % wilyah Kota Sabang yaitu: antara Cot Ba’u
dan Cot Abeuk, Cot Pangkale, Anoe Itam dan Ujong Ceuhum.

Perbukitan Curam
Memiliki karakteristik permukaan lahan kasar berupa perbukitan dan gunung
dengan torehan lereng cukup dalam dan sempit, berlereng terjal – curam dengan
kisaran sudut kemiringan 15 % - > 45%. Beda tinggi berkisar antara > 50-500 m,
ketinggian daerah berkisar 0-566 m di atas permukaan laut. Tipe perbukitan ini
meliputi kawasan pegunungan sebelah barat-barat laut antara Cot Iboih dan Cut
Kulam, Cot Kenaloi, dan antara Cot Mak Padon-Cot Labe Ba’u.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 37


3.1.3.4 Angin
Berdasarkan gambar mawar angin yang diberikan pada Gambar 14 panel atas dan
timeries kecepatan dan arah angin pada panel bawah, dapat dilihat bahwa kecepatan
angin maksimum selama tahun 2016 adalah sekitar 10 m/detik. Selama bulan Juni
hingga Oktober, angin secara umum berhembus dari arah barat daya. Sementara pada
bulan November hingga Mei, angin secara umum berhembus dari arah timur laut-timur.
Angin dengan kecepatan 4-6 m/detik memiliki prosentase kejadian yang terbesar, yaitu
35,5%, sementara itu angin dengan kecepatan 0-2 m/detik, 2-4 m/detik, 6-8 m/detik
prosentase kejadiannya berturut-turut adalah 11,8%, 28%, dan 22%. Prosentase
kejadian dengan kecepatan angin di atas 10 m/detik kurang dari 1%.

GAMBAR 3. 1 M AWAR ANGIN DAN TIMESERIES KECEPATAN ANGIN DAN ARAHNYA DI RENCANA
LOKASI KJA OFFSHORE BERDASARKAN DATA DARI ECMWF TAHUN 2016

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 38


3.1.3.5 Bathimetri
Batimetri di bagian barat pulau Weh mempunyai kedalaman lebih dari 600 m dan di
bagian timur Pulau Weh mempunyai kedalaman rata-rata lebih dari 30 meter pada jarak
500 meter dari pantai. Sementara di bagian utara mempunyai kedalaman rata-rata lebih
dari 30 meter pada jarak 1 km. Bagian teluk Lhok Prialaot lebih di dominasi oleh tebing
bebatuan, sehingga kedalamannya lebih dari 30 meter tepat pada garis pantainya. Di
sekitar pulau Rubiah kedalamannya berkisar antara 12 m hingga 90 meter dan di sekitar
pulau Rubiah banyak ditemui terumbu karang.

Secara umum karakteristik dasar laut di pulau Weh memiliki kelerengan yang landai
dan hanya beberapa bagian yang memiliki kelerengan yang sangat curam. Hal ini karena
dipengaruhi oleh struktur tanahnya yang merupakan bebatuan besar. Penggambaran
batimetri dapat dilihat pada peta laut yang diterbitkan oleh Pusat Hidro-oseanografi,
TNI AL.

GAMBAR 3. 2 PETA LAUT K ONDISI B ATIMETRI S EKITAR WEH - K OTA SABANG

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 39


GAMBAR 3. 3 PETA L ERENG DASAR L AUT PULAU WEH - K OTA SABANG

3.1.3.6 Arus
Kondisi oseanografi di Pulau Weh sangat dipengaruhi oleh pola arus yang ada di
Samudera Hindia (Indian Ocean). Menurut Bearman (1993) sirkulasi air di Samudera
Hindia berubah mengikuti musim. Pada musim timur laut yang terjadi mulai Februari
sampai Maret pada wilayah utara dan selatan samudera terjadi arus khatulistiwa utara
dan arus khatulistiwa selatan yang bergerak dari timur ke barat dan di sekitar
khatulistiwa terjadi arus equator yang bergerak sebaliknya dari barat ke timur.

Dalam skala yang lebih kecil juga menunjukkan hal yang serupa dengan yang terjadi di
Samudera Hindia. Di Pulau Weh arus bergerak dari Selat Malaka menuju ke arah barat
pada bulan Desember hingga Maret. Pada bulan Agustus hingga Oktober terjadi arus
yang bergerak dari arah barat dan berbalik arah di sekitar Selat Malaka di bagian utara.

Arus pasang surut di Pulau Weh menunjukkan hal yang berbeda pada dua musim. Pada
musim timur menunjukkan arus pasang bergerak dari arah tenggara menuju arah barat
laut, sedangkan pada saat surut, arus bergerak dari arah timur laut menuju barat daya.
Pada musim barat arus pasang bergerak dari arah barat menuju ke arah timur dan saat
surut bergerak dari arah utara menuju selatan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 40


GAMBAR 3. 4 P OLA ARUS PASANG SURUT S AAT SURUT M ENUJU PASANG

GAMBAR 3. 5 P OLA ARUS PASANG SURUT S AAT PASANG M ENUJU SURUT

Dari simulasi arus yang dilakukan yang digunakan sebagai gaya pembangkit Pada saat
surut menuju pasang (Gambar 3.4), arus kembali mencapai kecepatan maksimumnya,
dimana secara umum bergerak dari barat ke timur. Sama halnya dengan kondisi pada
saat pasang menuju surut, ada beberapa lokasi dimana kecepatan arus cukup kencang,
yaitu di barat laut Pulau Breueh (kecepatan maksimum > 0,5 meter/detik), di selat

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 41


antara daratan Sumatera dengan Pulau Nasi (kecepatan maksimum 0,4 meter/detik),
dan selatan Pulau Weh (kecepatan maksimum >0,5 meter/detik pada).

3.1.3.7 Gelombang
Secara umum gelombang laut di Sabang terdapat 2 musim yaitu musim timur
gelombang bergerak dari arah timur dan musim barat gelombang bergerak dari arah
barat daya dengan tinggi gelombang signifikan antara 0,5 dan 2,3 meter. Hal ini terjadi
karena pada bulan-bulan tersebut angin secara dominan berhembus dari Samudera
Hindia ke arah timur laut.

GAMBAR 3. 6 M AWAR GELOMBANG TINGGI GELOMBANG SIGNIFIKAN (KIRI) DAN PERIODE


GELOMBANG (K ANAN ) DI S ABANG BERDASARKAN DATA ECMWF 2016.

3.1.3.8 Pasang Surut


Pasang surut laut di Sabang memiliki tipe harian ganda, dimana dalam satu hari terjadi 2
kali pasang dan 2 kali surut, dengan nilai Bilangan Formzahl 0,225 (lihat Tabel 4).
Tunggang pasang surut maksimum pada saat pasang purnama adalah sekitar 1,6 meter.

TABEL 3. 2 A MPLITUDO DAN B EDA FASA 9 K OMPONEN UTAMA PASANG SURUT DI PULAU WEH

Komponen Pasang Surut


M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 Q1
Amplitudo (m) 0,42 0,206 0,083 0,058 0,10 0,041 0,032 0,006
Beda Fasa (°) 83,2 116,2 75,9 108,0 147,3 179,6 150,0 120,6
F = (AK1+AO1)/(AM2+AS2) = (0,10+0,041)/(0,42+0,206) = 0,225
(Tipe Pasang Surut: Harian Ganda)

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 42


GAMBAR 3. 7 PERAMALAN PASANG SURUT PERAIRAN K OTA SABANG

3.1.3.9 Geologi dan Geomorfologi


Susunan dan jenis-jenis batuan yang membentuk Kota Sabang ialah; aluvium, batuan
gunung api, dan batu gamping, sedangkan bahan-bahan tambang yang terdapat di dalam
perut bumi Kota Sabang antara lain: batu andesit, material urugan, batu gamping, tanah
liat, kaolin dan trass.

Batuan
1. Aluvium
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan litologinya
terdiri dari pasir, lanau, lempung, cangkang kerang dan komponen batuan
berukuran kerikil. Endapan sungai dan danau terdiri kerikil, kerakal, pasir, lanau
lempung serta bongkah dengan tebal 1 - <2 m. Sifatnya lunak dan lepas.

2. Batuan Gunung api


Berupa batuan yang tersusun atas andesit, aglomerat dan tuf. Anndesit, batuan
yang berwarna abu-abu, berbutir halus, mineral utama berupa plagioklas, kaca
dan mineral hitam, sangat keras dan umumnya mengandung kekar. Terdapat di
sebagian Kecamatan Sukakarya di sekitar Gunung Iboih-Cot Parada, Gunung
Sarong Kris, Cot Leumo Matee, Cot Long Angeen dan di selatan di Cot
Simeuregoh. Aglomerat, batuan berwarna abu-abu-coklat kehitaman, tersusun
oleh piroklastik berukuran pasir kasar-sangat kasar, kerikil sampai kerakal,
membundar umumnya belum terkonsolidasi dengan baik. Penyebarannya di

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 43


sekitar lereng barat Cot Perada dan Cot Pawang, sekitar Cot Da Intan, Paya
Samin, Utara Balohan dan Anoe Itam. Tuf. Berwarna batuan berwarna coklat
muda sampai putih kusam, pegas mengandung komponen batuan berukuran
kerikil dan kerakal.

3. Batu Gamping
Merupakan jenis batuan tertua di Pulau Weh, berwarna putih kelabu, banyak
cangkang kerang, keras dan berongga. Menempati bagian timur laut antara
Ujong Kareung dan Cot Abeuk.

Bahan galian
1. Batu andesit
Batu ini berwarna abu-abu sampai abu-abu kehitaman, berbutir halus dan
tersusun oleh feldpar plagioklas. Batu ini berguna sebagai material konstruksi
jalan, jembatan, bangunan rumah dan material beton. Bahan galian ini cukup
berlimpah dan terdapa di lereng perbukitan seperti di Keunekai, Cot Abe Ukee,
Cot Pangkale, Ceunohot, Pria Laut, Cot Tamon, Krueng raya, Ujung Bau dan
Bango. Lokasi penggalian batu andesit saat in terdapat di Cot Abeuk atau arah
barat-barat daya balohan dan di sekitar Paya Seunara.

2. Material urugan
Material urugan berguna sebagai bahan dasar urugan pondasi bangunan. Bahan
galian ini diperoleh dari endapan gunung api yang telah mengalami pelapukan.
Lokasi tanah urugan terdapat di Cot Alue Tho, sebelah timur lereng perbukitan
sekitar Paya Seunara dan perbukitan sekitar Paya Seumisi (gampong Keunekai).

3. Batu gamping
Batu gamping disebut juga sebagai batu kapur yang mempunyai susunan CaCO3,
berwarna putih kusam dan kelabu keputihan. Batu gamping merupakan bahan
dasar pada pembuatan kapur tohor dan industri semen. Di wilayah Kota Sabang,
batu gamping di jumpai berupa batu gamping terumbu yang tersebar di Anoe
Itam, Ujung Meutigoe dan Lhok Cina.

4. Tanah liat
Tanah liat diperoleh dari jenis tanah lempung lanauan hasil pelapukan secara in-
situ dari endapan tuf pasiran yang mengandung batu apung yang melapuk.
Berwarna abu-abu keku-ningan dan kecoklatan. Tanah liat dapat digunakan
sebagai bahan dasar dalam pembuatan batu bata dan genting. Tanah liat
ditemukan di sektar Balohan – Ceunohot dan Ie Meulee dengan ketebalan 0.5- 3
meter.

5. Kaolin
Kaolin termasuk kedalam golongan lempung yang mempunyai susunan kimia
hidros alumunium silikat, berwarna putih dan tidak jarang mengandung unsur
pengotor. Kaolin banyak digunakan dalam industri keramik, pabrik kertas, cat,

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 44


pengisi (filter), barang tahan api dan isolator, pelapis (coater) dan industri
plastik. Lokasi kaolin terdapat di Jaboi dan Sirui.

6. Trass
Trass merupakan hasil pelapukan tindak lanjut endapan Tuf, berwarna putih
kusam sampai kecoklatan, bersifat getas dan tebalnya mencapai > 3 m. Trass
digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako dan semen puzzolan. Trass
dapat ditemukan di sekitar Keunekai, dengan cadangan tereka sekitar 3 juta ton.

Secara geomorfologi, Pulau Weh digambarkan sebagai pusat gunung api purba
yang runtuh. Pulau Weh dibentuk melalui erupsi gunung api bawah laut dengan
pusat kawah-kawahnya terletak di Sabang, Aneuk Laot dan Teluk Balohan yang
kemudian muncul di permukaan laut (Sumotarto dan Untung, 1998). Kegiatan
gunung api di Pulau Weh saat ini mengeluarkan fumarola dan solfatora terdapat
di komplek Cot Leumo Matee. Gunung ini termasuk sebagai Gunung api tipe C,
tidak pernah meletus sejak 1000 tahun sebelum masehi.

3.1.4 KONDISI SOSIAL BUDAYA


3.1.4.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Sabang pada tahun 2015 sebesar 33.215 jiwa dengan laju
pertumbuhan 1,45 persen, terdiri dari 16.819 jiwa penduduk laki-laki dan 16.396 jiwa
penduduk perempuan (BPS, 2016). Penyebaran penduduk Kota Sabang yaitu Kecamatan
Sukajaya sejumlah 16.831 jiwa dan Kecamatan Sukakarya sejumlah 16.384 jiwa. Rata-
rata tingkat kepadatan penduduk sebanyak 252 jiwa/km2 Kecamatan yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya yaitu Kecamatan Sukajaya sebesar 277 jiwa/km2, dan
Kecamatan Sukakarya sebanyak 267 jiwa/km2 (BPS, 2016).

Mata pencaharian penduduk Kota Sabang adalah sebagai pegawai pemerintahan, petani
dan nelayan. Jenis mata pencaharian masyarakat lainnya adalah sebagai pedagang,
buruh, pelaku wisata, sektor jasa dan industri rumah tangga, selain itu penghasilan
masyarakat juga didapatkan dari memelihara hewan ternak. Angkatan kerja berjumlah
15.248 jiwa dan pengangguran berjumlah 1.257 jiwa

3.1.4.2 Sosial
Penduduk Kota Sabang sebanyak 40.335 jiwa atau 97,85% beragama islam, dan terdiri
dari berbagai suku bangsa. Ada 24 tempat ibadah di Kota Sabang diantaranya 21 masjid,
2 gereja dan 1 vihara. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Aceh.

Di kota Sabang tercatat ada 10.895 keluarga dimana 3.303 diantaranya masih tergolong
keluarga pra-sejahtera. Angka kemiskinan Kota Sabang masih dibawah angka
kemiskinan Aceh. (BPS, 2016)

Tahun 2015 terdapat 30 Sekolah Dasar (SD)/sederajat termasuk 1 SDLB yang


menampung 4.633 murid dengan guru sebanyak 381 orang. Sekolah Menengah Pertama
terdapat 11 sekolah yang menampung 1.676 murid dengan 239 guru. Sedangkan untuk
Sekolah Menengah Atas terdapat 5 sekolah yang menampung 1.390 murid dengan 171
guru. (BPS, 2016)

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 45


Fasilitas kesehatan di Kota Sabang terdiri dari 2 Rumah Sakit dan beberapa Puskesmas
dengan 30 dokter umum, 9 dokter gigi, dan 8 dokter spesialis. (BPS, 2016)

3.1.4.3 Budaya
Kota Sabang merupakan kota pesisir yang masih memegang teguh budaya adat daerah.
Salah satunya adalah dengan adanya Panglima Laôt yang merupakan lembaga adat
masyarakat nelayan yang terdapat di daerah pesisir Aceh. Panglima Laôt adalah sebuah
nama lembaga masyarakat nelayan tersebut dan juga sebutan atau gelar yang diberikan
kepada seorang tokoh atau orang yang dipercaya sebagai pemimpin dalam satu
kelompok masyarakat nelayan.

Pengaturan wilayah kekuasaan Panglima Laôt baik di tepi pantai maupun di laut
tertuang dalam Adat Laôt atau Hukum Adat Laôt. Menurut D.Y Widianto, Hukum Adat
Laôt adalah seperangkat tatanan yang bersumber dari kaidah-kaidah adat yang
mengatur tentang kehidupan masyarakat adat nelayan dalam hubungannya yang sangat
erat dengan laut. Beberapa referensi menyebutkan bahwa Hukum Adat Laôt telah ada
pada zaman Sultan Iskandar Muda (1641 – 1675). Dalam satu tulisan disebutkan pula
bahwa pada tahun 1818 telah terdapat undang-undang laut yang berlaku di daerah
malaka. Seperti hukum adat lainnya yang terdapat di Aceh, Hukum Adat Laôt di
masyarakat nelayan Aceh umumnya memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

 Tidak tertulis
 Langsung dan nyata
 Bersumber dari kebiasaan hidup yang dipertahankan
 Memiliki sanksi yang belum tegas dan tidak pasti

Melihat peran penting Panglima Laôt yang memiliki tugas dan kewenangan dalam
melaksanakan Hukum Adat Laôt serta pengaruh yang besar pada masyarakat nelayan di
Aceh, maka Pemerintah Provinsi Aceh telah mengukuhkannya sebagai salah satu
lembaga adat yang diakui untuk membantu pembangunan sektor kelautan, perikanan
dan masyarakat nelayan. Pengakuan ini terlihat dengan ditetapkannya Peraturan
Daerah atau Qanun No.10 tahun 2008. Di dalamnya, dijabarkan peran masing-masing
tingkat lembaga Panglima Laôt yang terbagi atas: kewenangan Panglima Laôt secara
umum serta tugas dan fungsi dari setiap tingkatan Panglima Laôt.

3.1.4 KONDISI EKONOMI


Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan ekonomi adalah
melalui pengukuran pencapaian indikator makro ekonomi yang masing-masing indikatornya
terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen indikator makro tersebut diantaranya
adalah: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), PDRB
Perkapita, laju inflasi dan persentase penduduk di atas garis kemiskinan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Kota Sabang mengalami kemajuan dilihat
dari PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 25.650.000.000 tahun 2011 menjadi
31.820.000.000 di tahun 2015. PDRB atas dasar Harga Berlaku pada tahun 2015 sebesar Rp.
1.056.825,0 juta. Sedangkan PDRB atas dasar harga Konstan pada tahun 2015 sebesar Rp. Rp.
908. 358,6 juta.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 46


Sektor primer seperti perikanan, pertanian, kehutanan merupakan sektor terbesar keempat
penyumbang Produk Domestik Bruto di Kota Sabang yaitu sebesar 7,5% dimana subsektor
perikanan memiliki andil sebesar 2,5% dari Total PDRB. Sekitar 25,5% angkatan kerja bekerja
sebagai nelayan dan/atau pembudidaya (BPS, 2016).

3.1.5 KONDISI PERIKANAN


3.1.5.1 Gambaran Perikanan Tangkap
Produksi Perikanan Tangkap
Hasil produksi aktual perikanan di Kota Sabang selama 5 tahun terakhir (2012-
2016) menunjukan adanya fluktuasi hasil tangkapan, cenderung mengalami
kenaikan dari tahun 2013 sampai 2016. Pada awal periode 2012-2013 produksi
mengalami penurunan yang signifikan sebesar 28,96%. Produksi tertinggi terjadi
pada tahun 2016 sebesar 4747 ton. Trend produksi perikanan Kota Sabang dapat
dilihat pada Gambar 3.2.

8000
7000
6000
Produksi (ton)

5000
4000
3000
2000
1000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 8 TREN PRODUKSI PERIKANAN KOTA SABANG

Produksi perikanan utama di Sabang adalah jenis ikan pelagis besar dan ikan
demersal. Produksi ikan pelagis kecil pada tahun 2016 mengalami penurunan
sebesar 13,87 % dari tahun 2015. Produksi ikan demersal sebesar 491 ton tahun
2016 mengalami kenaikan sebesar 204 % dari tahun 2015. Untuk total produksi
mengalami kenaikan sebesar 22.75%. Jenis dan jumlah produksi tangkapan di Kota
Sabang di sajikan pada Tabel 3.3.

TABEL 3. 3 PRODUKSI TANGKAPAN DI KOTASABANG

Jumlah Tangkapan (ton) Perkembangan


Jenis Tangkapan
2012 2013 2014 2015 2016 2015-2016
Ikan Pelagis Kecil 578 383 469 694 598 -13.87
Ikan Pelagis Besar 2,918 2,147 2,259 2,433 2,923 20.13
Ikan Demersal 95 91 98 161 491 204.00
Ikan Karang 505 245 250 267 321 20.22
Ikan lainnya 440 356 366 310 413 33.12
TOTAL 4,536 3,222 3,443 3,867 4,747 22.75
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang 2017

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 47


Komoditi Perikanan Dominan
Berdasarkan hasil observasi langsung, wawancara dengan nelayan setempat jenis
ikan yang ada di Kota Sabang sangan bervariasi mulai dari ikan pelagis, ikan karang
dan ikan demersal. Jenis ikan yang didaratkan antara lain cakalang (Katsuwonus
pelamis), kakap merah (Lutjanus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), kerapu
(Ephinephelus sp.), kuwe (Caranx sp.), layang (Decapterus russelli), lencam (Lethrinus
sp.), tembang (Sardinella gibbosa), tenggiri (Scomberomorus commerson), teri
(Stolephorus sp.), tongkol (Auxis sp.), dan tuna mata sirip kuning (Thunnus albakora),
kurisi (Nemipterus sp), ekor kuning (Caesio sp).

Jenis ikan yang banyak tertangkap di Kota Sabang adalah jenis ikan tuna, tongkol, dan
cakalang. Ikan pelagis besar sangat mendominasi hasil tangkapan nelayan di Kota
Sabang. Jenis ikan kerapu, kakap merah, kurisi, layang dan kembung banyak dijumpai
di tempat pendaratan ikan dan pasar ikan di wilayah Kota Sabang.

Sumber: Survei, 2017

GAMBAR 3. 9 TUNA , TONGKOL CAKALANG YANG DIDARATKAN DI KOTA SABANG

Ikan pelagis besar mendonimasi produksi penangkapan ikan di Sabang sebesar


57.81% dari total produksi sabang. Ikan cakalang menjadi ikan dengan persentase
terbesar tertangkap sebesar 24,81, selanjutnya diikuti oleh ikan tuna dan tongkol
sebesar 20,33 dan 12,67%. Jenis ikan pelagis kecil dengan presentasi tertinggi adalah
ikan layang dan kuwe yaitu 7,20 dan 3,44%. Jenis ikan demersal yang tertangkap
adalah ikan kurisi sebesar 2,74%. Untuk jenis ikan karang ikan dominan yang
tertangkap adalah ikan kakap merah, ekor kuning dan ikan kerapu. Jenis ikan yang
didaratkan dan persentase tangkap di Kota Sabang dapat dilihat pada Tabel berikut:

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 48


TABEL 3. 4 JENIS I KAN YANG DIDARATKAN DAN PERSENTASE TANGKAP DI KOTA
S ABANG

Persentase
No Jenis Ikan Nama Latin
Tangkap (%)
1 Cakalang Katsuwonus sp 24.81
2 Tuna Thunnus sp 20.33
3 Tongkol Euthynus sp 12.67
4 Layang Decapterus sp 7.20
5 Kuwee Caranx sp 3.44
6 Kurisi Nemipterus sp 2.74
7 Ekor Kuning Caesio sp 2.47
8 Kerapu Epinephelus sp 2.43
9 Kembung Rastreliger sp 2.09
10 Bambangan Lutjanus sp 1.94
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang, 2017

Komoditi unggulan terbesar hasil tangkapan yang didaratkan antara lain


jenis tuna, tongkol, dan cakalang. Produksi TTC di Kabupaten Sabang
mencapai 57.81% dari total produksi perikanan tangkap tahun 2016.
Produksi ikan pelagis besar di Kota Sabang disebabkan oleh nelayan Sabang
sebagian besar menangkap ikan tuna, tongkol dan cakalang sebagai tujuan
utama penangkapan dengan armada pancing ulur dan pancing tonda.
Volume dan nilai produksi komoditas perikanan unggulan di Kota Sabang
periode 2012-2016 disajikan pada Gambar 3.9.

1400
1200
1019
1000
Produksi (ton)

810 802 840


790
800
600
400
200
0
2012 2013 2014 2015 2016

Tuna Tongkol Cakalang Rata-rata produksi (ton)

Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 10 VOLUME PRODUKSI KOMODITAS PERIKANAN U NGGULAN


KOTA SABANG PERIODE 2012-2016

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 49


50000
45000 39723

NIlai produksi (juta rupiah)


40000
35000 31585 31275 32741
30809
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2012 2013 2014 2015 2016

Tuna Tongkol Cakalang Rata-rata nilai produksi (juta)

Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 11 NILAI PRODUKSI KOMODITAS PERIKANAN UNGGULAN KOTA


SABANG PERIODE 2012-2016

Berdasarkan Gambar 3.9, dapat diketahui rata-rata produksi tuna, cakalang, dan
tongkol di Kota Sabang berturut-turut adalah sebesar 864, 960, dan 731 ton/tahun.
Dengan rata-rata kenaikan produksi tuna, cakalang, dan tongkol masing-masing
sebesar 5,24%, 0.81%, dan 21.85% per tahun. Rata-rata nilai produksi Tuna,
Cakalang, dan Tongkol berturut-turut adalah sebesar 33,702, 37,455, 28,522 juta
rupiah.

Musim Tangkap dan Daerah Penangkapan Ikan


Ikan pelagis kecil merupakan hasil tangkapan nelayan paling dominan di temukan di
Perairan Utara Aceh termasuk Kota Sabang. Umumnya nelayan yang berda di PPI
Krueng Raya, dan PPI Lhok Seudu dominan memakai alat tangkap bagan apung dan
ada juga memakai alat tangkap mini purse seine. Hal ini dapat dilihat dari dominasi
hasil tangkapan ikan pelagis kecil. Data penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan
hasil wawancara dengan para nelayan yang berada di PPI Krueng Raya dan PPI Lhok
Seudu disajikan pada Gambar 3.13

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 50


Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 12 S EBARAN DPI PELAGIS K ECIL D I PERAIRAN S EKITAR PERAIRAN SABANG

Kapal yang beroperasi secara one day fishing biasanya melakukan penangkapan di
daerah perairan Utara Aceh meliputi Perairan Sabang, Pulau Aceh, Pulau Breuh,
Teluk Benggala, Perairan Leupung, Perairan Krueng Raya, Perairan Lampulo, dan
pulau-pulau kecil lainnya, dimana alat tangkap di gunakan purse seine dan bagan
apung. Ada juga nelayan yang memakai armada berukuran > 30 GT, dengan
penangkapan ikannya dari Perairan Utara Aceh hingga ke Samudera Hindia dan
memiliki trip penangkapan selama 3-7 hari. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang
tertangkap paling banyak di Perairan Kota Sabang umumnya menggunakan alat
tangkap mini purse seine dan bagan apung. Jenis yang tertangkap adalah ikan layang
deles (Decapterus macrosoma), ikan layang (Decapterus ruselli) ikan selar (Selaroides
leptolepis), ikan siro (Amblygaster sirm), ikan teri (Stolephorus spp) dan ikan cirik
(Formio niger).

Musim penangkapan ikan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca di daerah
tersebut. Pada musim puncak biasanya kondisi cuaca baik, sehingga nelayan dapat
melakukan penangkapan ikan secara optimal. Pada musim pecaklik biasanya kondisi
cuaca tidak mendukung sehingga nelayan tidak dapat melakukan penangkapan ikan,
pada musim ini umumnya ditandai dengan seringnya turun hujan dan angin yang
bertiup relatif kencang. Musim paceklik disebut juga musim barat, dimana terjadi

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 51


pada bulan akhir Desember sampai akhir Maret. Musim angin teduh disebut musim
timur, dimana terjadi pada akhir Mei sampa awal Oktober. Nelayan cenderung
melakukan aktivitas penangkapan pada musim angin teduh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang melakukan pendaratan ikan di


Kota Sabang, daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol dilakukan di Selat
Malaka, , Sabang, dan Pulau Aceh. Ketiga lokasi tersebut hasil tangkapan ikan
tertinggi berada di Sabang dengan CPUE sebesar 2.270 kg/trip dan tongkol pada
lokasi Pulo Aceh dengan CPUE sebesar 1.856 kg/trip.

Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 13 S EBARAN IKAN DI PERAIRAN UTARA PROVINSI A CEH

Ikan cakalang pada musim barat (Desember-Februari) banyak tertangkap di Selat


Malaka, dan tongkol di daerah Pulo Nasi, musim peralihan barat-timur ikan cakalang
dominan tertangkap di Pulo Aceh dan tongkol di daerah Sabang, musim timur ikan
cakalang banyak tertangkap di Laot Aceh dan tongkol di Sabang dan musim
peralihan timur-barat ikan cakalang dominan tertangkap di Selat Malaka dan
tongkol didaerah Sabang. Daerah penangkapan ikan tongkol dan cakalang disajikan
pada Gambar 3.9

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 52


Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 14 D AERAH PENANGKAPAN I KAN TONGKOL DAN C AKALANG B ERDASARKAN


MUSIM D I PERAIRAN S ABANG

Armada dan Alat Tangkap


1. Armada Perikanan
Armada penangkapan di Kota Sabang pada tahun 2016 sebagian besar
merupakan armada skala kecil yaitu kapal motor 0-5 GT sebanyak 438 (64%),
diikuti oleh perahu tanpa motor sebanyak 128 (19%). Ukuran armada terbesar
yang ada di Kota Sabang berukuran 30 GT, namun jumlahnya hanya 1 unit, untuk
kapal motor berukuran 10-20 GT berjumlah 6 unit, dan kapal berukuran 5-10 GT
berjumlah 10 unit. Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan
penangkapan ikan masih dilakukan oleh nelayan skala kecil dan penangkapan
hanya dilakukan disekitar perairan pantai kurang dari 12 mil. Struktur armada
penangkapan di Kota Sabang pada tahun 2016 disajikan pada Gambar 3.16

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 53


Kapal Motor 0-5 GT

19% Kapal Motor 5-10 GT

Kapal Motor 10-20 GT


15% Kapal Motor 20-30 GT
64%
0% 1% 1% Kapal Motor Tempel

Perahu Tanpa Motor

Sumber: DKP Kota Sabang, 2017

GAMBAR 3. 15 STRUKTUR ARMADA PENANGKAPAN DI KOTA SABANG PADA


TAHUN 2016

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa nelayan Kota Sabang telah memiliki
kemampuan yang cukup untuk mengembangkan armada perikanan tangkap. Kapal
sebagian besar merupakan armada kapal motor 0-5 GT dan kapal motor tempel
dengan daya mesin 15-45 PK. Kapal motor 5 - 7 GT menggunakan mesin dengan
ukuran 30-50 PK, sedangkan kapal mini purse seine dengan ukuran 28 GT
menggunakan mesin 220 PK. Penggunaan mesin dengan kapasitas yang tinggi
dilakukan untuk mengejar gerombolan ikan pelagis kecil dan besar. Armada
perikanan disajikan pada Gambar Berikut:

Sumber: Survei, 2017

GAMBAR 3. 16 A RMADA PERIKANAN DI K OTA S ABANG

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 54


2. Alat Tangkap
Secara umum, jenis teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di
Kota Sabang adalah pancing ulur (hand line), pancing tonda, jaring insang
(gillnet), rawai dasar, dan mini purse seine. Umumnya tingkat teknologi
penangkapan yang dipergunakan tersebut masih relatif sederhana dan ukuran
armadanya berskala kecil. Dari data tahun 2016 alat tangkap yang mendominasi
adalah alat tangkap pancing ulur sebanyak 413 unit (60%), pancing tonda
sebanyak 221 unit (32%), alat tangkap lain jumlanya masih sangat terbatas.
Berdasarkan data tersebut perkembangan teknologi penangkapan ikan belum
berkembang dengan baik. Alat tangkap pancing memilki tingkat selektivitas yang
baik namun memiliki produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan alat
tangkap jaring insang dan purse seine. Komposisi alat tangkap yang digunakan di
Kota Sabang disajikan pada Gambar 3.12 dan Gambar 3.13.

Sumber: DKP Kota Sabang, 2017

GAMBAR 3. 17 K OMPOSISI ALAT TANGKAP DI K OTA SABANG

Sumber: Survei, 2017

GAMBAR 3. 18 A LAT T ANGKAP PANCING RAWAI D AN PURSE S EINE

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 55


Sumberdaya Nelayan
Berdasarkan sebaran armada perikanan dan sebaran alat penangkap ikan di Kota
Sabang, terlihat bahwa konsentrasi nelayan terbesar berada di Kelurahan Balohan
dengan jumlah Rumah Tangga Perikanan sebanyak 275 KK yang bermukim di
wilayah tersebut. Kelurahan Ie Meulee juga terdapat jumlah nelayan yang cukup
banyak yaitu sebanyak 193 KK. Lokasi tersebut merupakan rencana pusat
pengembangan perikanan dimana terdapat PPI Ie Meulee. Secara keseluruhan
jumlah RTP yang ada di Kota Sabang pada tahun 2016 sebanyak 1395 KK. Jumlah
rumah tangga perikanan per kelurahan di Kota Sabang disajikan pada Tabel berikut:

TABEL 3. 5 JUMLAH RUMAH TANGGA PERIKANAN PER K ELURAHAN DI K OTA S ABANG

Rumah Tangga
No. Kelurahan
Perikanan

1 Ie Meulee 193
2 Ujong Kareung 55
3 Kota Atas 72
4 Balohan 275
5 Kuta Timu 84
6 Kuta Barat 64
7 Krueng Raya 69
8 Ujong Seukundur 58
9 Pria Laot 85
10 Iboih 55
11 Jaboi 80
12 Beurawang 75
13 Keunekai 85
14 Paya 45
15 Anoitam 75
16 Aneuk Laot 25

Jumlah 1395

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang, 2017

Prasarana Perikanan Tangkap


Kegiatan perikanan tangkap tidak terlepas dari kebutuhan akan sarana dan
prasarana utama seperti darmaga, tempat pendaratan ikan, serta fasilitas
penunjang seperti tempat pemasaran ikan. Kota Sabang memiliki pangkalan 1
pendaratan ikan (PPI) dan 8 tempat pendaratan ikan (TPI). PPI dan TPI ini
tersebar hampir diseluruh wilayah Kota Sabang antara lain PPI Pasiran, TPI Pria

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 56


Laot, TPI Keuneukai, TPI Paya Keuneukai, TPI Beurawang, TPI Jaboi, TPI
Balohan, TPI Ie Meulee, TPI Anoi Itam. PPI Pasiran dan TPI Ie Meulee merupakan
tempat pendaratan eksisting nelayan Sabang yang memiliki aktivitas cukup
ramai dibanding dengan lokasi lainnya. Berdasarkan hasi survei kondisi fasilitas
prasarana perikanan tangkap yang ada di Kota Sabang disajikan pada berikut

TABEL 3. 6 K ONDISI FASILITAS PPI DAN TPI YANG ADA DI KOTA SABANG

Fasilitas Jumlah Ukuran Tahun Keterangan

PPI Ie Meulee
pemecah gelombang 1 170m + 2015 Jetty terlalu tinggi sehingga pada waktu
120 m surut kapal tidak bisa bersandar.
pemecah gelombang 1 200 m 2014
MCK 2 status punya desa
rusak dan tidak terpakai
Balai Nelayan 1 2016 aktif, renovasi 2016
Ruko/pasar ikan 1 2 lantai 1989 rusak dan tidak terpakai
Sumur 2 2013 status punya desa, air masih layak
1989 masih digunakan, air masih layak
sumur artesis 1 2016 sudah tidak terpakai
TPI Balohan
Tempat Sandar Kapal 1 rusak
Tandon air 1 tidak berfungsi
Ice making Plant 1 2006 jarak sekitar 500 mter dari dermaga, tidak
pernah beroperasi
PPI Jaboy
Balai Nelayan 1 6x4m 2008 struktur kayu
MCK 1 3x5 m 2008 layak namun tidak terpakai
1 5,7x5,8 m 2011 layak, beroprasi
tandon air 1 2008 tidak dipakai, kondisi baik, menara
struktur beton
1 2015 kondisi baik, menara struktur tiang besi
tempat pelalangan 1 5x14 m 2008 sedikit rusak dan tidak dipakai
ikan/pasar ikan
sumur 1 2008 satu tidak terpakai dan air kotor
1 satu terpakai dan keruh
Dermaga 2 2015 struktur beton, kondisi baik
ruang genset+genset 1 2015 rusak
Iceflake 1 3,5x7 m 2016 belum beroprasi
docking+slipway 1 7x12 m 2017 rusak dan tidak dipakai
Papan Informasi 1 layak, terpakai
Bak Penampungan air 1 rusak dan tidak terpakai
PPI Beurawang
Tempat lelang ikan/ 2 8x3 m kondisi baik namun tidak berfungsi
Pasar Ikan 10x5m 2015 rusak dan tidak berfungsi
Balai Nelayan 2 6x3 m layak dan berfungsi, struktur beton

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 57


Fasilitas Jumlah Ukuran Tahun Keterangan

6x3 m struktur kayu


WC 1 1X1,5 m 2014 berfungsi
Pemecah Gelombang struktur batu dan tanah
papan informasi 1 rusak
TPI Keunekai Raya
pemecah gelombang 1 kurang tinggi
Jetty 1 tidak berfungsi
MCK 1 Rusak
Kantor Pokwasmas 1 Rusak
Papan Informasi 1 Rusak
TPI 1 tidak berfungsi
Balai Nelayan 1 Rusak Total
PPI Pasiran
Gedung pelelangan/ TPI 1 480 m2 2000 Rusak
Gedung pengepakan 1 240 m2 2000 Rusak Berat
Dermaga 1 660 m2 2000 Kurang Baik
Jetty 1 301 m2 2001 Baik
Gedung prosessing 1 180 m2 2001 Rusak Berat
Kantor PPI 1 156 m2 2001 Baik
MCK umum 1 64 m2 2001 Baik
Pabrik Es 1 2006 Rehab
Ice Storage 1 2008 Tidak Berfungsi
Bak penampungan air 1 2008 Rusak Ringan

Tower air 1 2008 Rusak Ringan


Sumber: Survei 2017 dan Profil UPTD PPI Pasiran

Kelembagaan Nelayan
Pesisir Kota Sabang terbagi atas 12 lhok yang masing-masing dikelola oleh Panglima
Laôt Lhok yang juga berperan sebagai pemimpin kelompok nelayan se-tempat.
Aturan adat melaôt bervariasi menurut kepentingan dari kelompok nelayan di tiap
lhok. Tiap lhok memiliki batas wilayah yang ditentukan melalui musyawarah atau
kesepakatan antara dua Panglima Laôt Lhok yang berkepentingan dan Panglima
Laôt Kota. Batas ini dapat mengikuti batas administratif kelurahan atau gampong
maupun berupa tanda atau tempat khusus yang terdapat di alam. Tabel dibawah
menggambarkan batas-batas lhok yang diakui oleh para Panglima Laôt di Kota
Sabang.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 58


TABEL 3. 7 DAFTAR P ERBATASAN A NTAR WILAYAH PANGLIMA LAOT DI K OTA S ABANG

No Nama Lhok Batas Lhok


1 Iboih Lhok Paya Keunekai : batas Gampong Iboih dan Paya Keunekai atau Gua
Tgk Abdullah
Lhok Pria Laôt : Batee dua gapang
2 Pria Laôt Lhok Iboih : Batee Dua Gapang
Lhok Pasiran : Batee Meu’oun Cut
3 Pasiran Lhok Pria Laôt : batas Gampong Krueng Raya dengan Paya Seunara atau
Bate Meu On
Lhok Ie Meulee : batas Gampong batas Kuta Barat dengan Kuta Ateuh (
dalam tahap perundingan)
4 Ie Meulee Lhok Pasiran : batas antara Gampong Kuta Ateuh dengan Kuta Barat di
Sabang fair atau loggrak teupin asam (dalam tahap perundingan)
Lhok Anoi Itam : batas Gampong Ie Meulee dan Anoi Itam atau Teupin
Reuteuk
5 Anoi Itam Lhok Ie Meule : batas Gampong Ujong Kareung dan Gampong Anoe Itam
atau Teupin Reuteuk
Lhok Balohan : batu dua ujong seukee atau bate keudidie ( dalam tahap
perundingan)
6 Balohan Lhok Anoi Itam : batu dua ujong seukee yaitu daerah pertemuan air (ie
awo) atau bate keudidie (dalam tahap perundingan)
Lhok Jaboi : Batee Meuneurouk atau Calok Ie Gatai (batas antara Gampong
Balohan dan Jaboi)
7 Jaboi Lhok Balohan : manee meuneurouk atau Calok Ie Gatai
Lhok Beurawang : batee meu on
8 Beurawang Lhok Jaboi : batas Gampong Beurawang dan Jaboi atau Bate Meu Oun
Lhok Keunekai : batas Gampong Beurawang dan Keunekai
9 Keunekai Lhok Beurawang : batas Gampong Keunekai dengan Beurawang
Lhok Paya Keunekai : batas Gampong Keunekai dengan Paya Keunekai atau
Batee Dua
10 Paya Lhok Keunekai : batas Gampong Paya Keunekai dengan Keunekai atau
Batee Dua Keunekai
Lhok Iboih : batas Gampong Paya Keunekai dengan Iboih atau GuaTgk.
Abdullah
11 Kota Sabang Perairan Kota Sabang
12 Ujong Kareung Lhok Ujong Kareung
Sumber : Atlas Sumberdaya Pesisir dan Laut Kota Sabang, Tahun 2010 dan DKP 2017

Aturan adat di masing-masing lhok di Kota Sabang berbeda-beda, hal ini


dikarenakan perbedaan karakteristik lokasi perairan, perbedaan pemahaman
tentang alat-alat tangkap serta kesepakatan di masing-masing lhok, sebagaimana
terdapat di dalam tabel 3.7. berikut ini :

TABEL 3. 8 A TURAN ADAT DI M ASING- MASING LHOK DI K OTA S ABANG

Aturan
Adat sosial Khusus (Alat
No Lhok Hari Pantang Melaut Sanksi Adat
melaut tangkap yang
dilarang)
1 Iboih Larangan Di seluruh Idul Adha - 1 hari Pelanggaran aktivitas
penangkapa wilayah Kenduri laot - 3 hari penangkapan ikan,
n Ikan/ perairan Peringatan hari seluruh alat tangkap
biota laut di gampong Iboih tsunami 26 Desember disita dan pelaku
dalam Bom Ikan HUT RI 17 Agustus - pelanggaran
kawasan Pancing sampai selesai upacara diserahkan pada pihak

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 59


Aturan
Adat sosial Khusus (Alat
No Lhok Hari Pantang Melaut Sanksi Adat
melaut tangkap yang
dilarang)
Taman Kompresor Jumat – dimulai dari berwajib
Wisata Pukat malam hari Kamis jam 19.00 Pelanggaran hari raya -
Alam Laut Pukat jepang s/d selesai Sholat Jumat denda satu ekor
Iboih Penangkapan kambing
ikan hias Pelanggaran hari
kenduri - denda
Di wilayah kenduri ulang
taman laut Pelanggaran hari
gampong Iboih peringatan tsunami dan
Jaring ikan HUT RI 17 Agustus -
pisang atau denda satu ekor
sejenis kambing
Senjata tembak Pelanggaran hari Jumat
ikan – kapal nelayan (boat)
Pancing intip atau peralatan melaut
Penangkapan ditahan selama satu
malam hari minggu
jaring ikan pisang -
denda Rp. 10.000.000,
sarana penangkapan
ikan ditahan selama
seminggu
Senjata tembak ikan,
pancing intip dan
menangkap malam hari
- denda Rp. 1.000.000
dan alat tangkap disita
2 Pria Laot Bahan peledak Jumat – dimulai dari Pelanggaran kenduri
Potas, racun Kamis 18.00 s/d Jumat laot – menanggung
ikan atau akar 14.00 semua biaya kenduri
jinu Idul Fitri – 3 hari laot atau melalukan
Idul Adha – 3 hari kenduri ulang
HUT RI 17 Agustus – 1 Pelanggaran hari
hari pantang lainnya
Hari peringatan Sarana penangkapan
tsunami 26 Desember ditahan selama 3 hari
– 1 hari sampai 1 minggu
Kenduri laot – 3 hari Hasil tangkapan disita
Membayar denda Rp.
1.000.000
3 Pasiran Jumat – 1 hari : Kamis Pelanggaran hari
18.00 s/d Jumat 18.00 pantang melaut
Kenduri laot – 3 hari, Seluruh hasil
hingga tenggelam tangkapan disita
matahari di hari ke-3 Kapal nelayan (boat)
Idul Fitri – 2 hari, atau sarana
hingga tenggelam penangkapan ditahan 3
matahari di hari ke-2 s/d 5 hari.
Idul Adha – 3 hari,
hingga terbenam
matahari di hari ke-3
HUT RI 17 Agustus – 1
hari
Hari peringatan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 60


Aturan
Adat sosial Khusus (Alat
No Lhok Hari Pantang Melaut Sanksi Adat
melaut tangkap yang
dilarang)
tsunami 26 Desember –
1 hari
4 Ie Meulee Jaring Jumat –dimulai dari Pelanggaran hari
Pukat jepang hari Kamis 17.00 s/d kenduri laut –
Penyelaman Jumat 14.00 melakukan kenduri
kompresor Idul Fitri – 3 hari ulang
Pukat malam Idul Adha – 3 hari Pelanggaran hari lain –
Pukat langgar - Kenduri laot – 1 hari mempersijuak (tepung
2 mil dari Hari peringatan tawari) pantai
pantai tsunami 26 Desember – Pelanggaran alat
Bom ikan 2 hari tangkap – pertama kali
Potas, bius atau HUT RI 17 Agustus – 1 – dimaafkan dan diberi
racun ikan hari peringatan dan
Apabila ada warga yang menampal adat dengan
meninggal, sampai kenduri laut khusus
selesai dikebumikan untuk nelayan Sabang.
Kedua kali – seluruh
hasil, alat dan sarana
penangkapan disita
5 Anoi Itam Jaring ikan Hari Jumat – dimulai Pelanggaran hari Jumat
pisang-pisang dari hari Kamis 18.00 - seluruh hasil
Pukat jepang s/d Jumat 14.00 tangkapan disita dan
Penangkapan Kenduri laot - 2 hari, boat ditahan selama 7
ikan hias biasa diadakan pada hari
Pancing hari Kamis Pelanggaran kenduri
kompresor laot - membayar biaya
Bahan peledak kenduri dan boat
Potas, racun ditahan selama 7 hari
ikan Pelanggaran alat
tangkap - seluruh hasil
tangkapan disita dan
boat ditahan selama 7
hari serta membayar
denda yang besarnya
tergantung
musyawarah
masyarakat nelayan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 61


Aturan
Adat sosial Khusus (Alat
No Lhok Hari Pantang Melaut Sanksi Adat
melaut tangkap yang
dilarang)
6 Balohan Kehidupan Bom ikan Jumat – dimulai dari Bagi yang melanggar
sosial Potas, bius, hari Kamis 19.00 s/d hari pantang melaut,
melaut: racun ikan Jumat 14.00, kecuali seluruh hasil tangkapan
Apabila ada Pukat malam aktivitas transportasi akan disita dan sarana
nelayan penumpang penangkapan akan
Balohan Idul Fitri – 3 hari, ditahan selama tiga hari
yang dimulai dari megang Khusus bagi pengantar
hanyut, sero jam 19.00 penumpang, pada hari
maka Idul Adha – 3 hari, Jumat tidak
seluruh dimulai dari mengang diperbolehkan
nelayan sero jam 19.00 menangkap ikan.
diwajibkan Kenduri laut – 3 hari, Apabila melanggar
melakukan dimulai dari sore hari akan dikenakan denda
pencarian sebelum kenduri sebesar Rp. 300.000,
selama 3 Hari peringatan kapal (boat) ditahan
hari dan tsunami 26 Desember – selama 3 hari dan hasil
biaya 2 hari tangkapan akan disita
operasional HUT RI 17 Agustus – 1 Pelanggaran terhadap
diambil dari hari alat tangkap yang
kas nelayan Apabila ada warga yang dilarang, seluruh hasil
(Panglima meninggal, sampai tangkapan akan disita
Laot) selesai dikebumikan dan sarana
Kenduri maulid, tidak penangkapan ditahan
boleh melaut sampai selama 3 hari dan
selesai acara denda yang disepakati
oleh musyawarah
nelayan

7 Jaboi Kehidupan Bahan peledak Jumat – dimulai dari Pelanggaran kenduri


sosial Potas, racun hari kamis 18.00 s/d laot – menanggung
melaut: ikan Jumat 14.00 semua biaya kenduri
Apabila Idul Fitri – 3 hari laot atau melakukan
terjadi Idul Adha – 5 hari kenduri ulang
kecelakaan HUT RI 17 Agustus – Pelanggaran hari
– kewajiban dimulai dari pukul pantang lainnya
mencari 06.00 s/d 18.00 Sarana penangkapan
selama satu Hari peringatan ditahan selama 3 hari
hari tsunami – mulai 06.00 hingga 1 minggu
Pencarian s/d 18.00 Hasil tangkapan disita
nelayan Kenduri laot – 3 hari Bila terdapat perahu
Jaboi yang Apabila ada yang warga hilang, bagi nelayan
melaut dan yang meninggal di lhok yang melanggar aturan
tidak ada Jaboi – hingga jenazah melaut dan tidak
berita selesai dimakamkan karena hanyut,
setelah 24 dikenakan ketentuan
jam membayar seluruh
Tidak kerugian akibat
berlakunya pencarian
adat lhok
jaboi bagi
nelayan
yang keluar
dari kuala
lhok Jaboi

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 62


Aturan
Adat sosial Khusus (Alat
No Lhok Hari Pantang Melaut Sanksi Adat
melaut tangkap yang
dilarang)
8 Beurawang Bahan peledak Jumat – dimulai dari Pelanggaran kenduri
Potas, racun hari Kamis 18.00 s/d laot – menanggung
ikan 14.00 semua biaya kenduri
Idul Fitri – 3 hari laot atau melakukan
Idul Adha – 5 hari kenduri ulang
HUT RI 17 Agustus – Pelanggaran hari
dimulai dari pukul pantang lainnya
06.00 s/d 18.00 Sarana penangkapan
Hari peringatan ditahan selama 3 hari
tsunami 26 Desember– sampai 1 minggu
dimulai dari pukul Hasil tangkapan disita
06.00 s/d 18.00
Kenduri laot – 3 hari
9 Keunekai Bahan peledak Jumat – dimulai dari Pelanggaran kenduri
Potas, racun hari Kamis 18.00 s/d laot – menanggung
ikan 14.00 semua biaya kenduri
Idul Fitri – 3 hari laot atau melakukan
Idul Adha – 5 hari kenduri ulang
HUT RI 17 Agustus – Pelanggaran hari
dimulai dari pukul pantang lainnya
06.00 s/d 18.00 Sarana penangkapan
Hari peringatan ditahan selama 3 hari
tsunami 26 Desember – sampai 1 minggu
dimulai dari pukul Hasil tangkapan disita
06.00 s/d 18.00
Kenduri laot – 3 hari
10 Paya Bahan peledak Jumat – dimulai dari Kenduri laot -
Potas, racun hari Kamis 18.00 s/d menanggung seluruh
ikan Jumat 14.00 biaya kenduri, atau
Idul Fitri – 3 hari mengadakan kenduri
Idul Adha - 5 hari ulang
HUT RI 17 Agustus – Pantangan lain –
dimulai dari pukul Sarana penangkapan
06.00 s/d 18.00 ditahan selama 3 hari
Kenduri laot - 3 hari Hasil tangkapan disita
Tertangkap karena
kesusahan – kapal
(boat) ditahan selama 3
hari, pihak nelayan
memberikan nafkah
kepada pelanggar
Sumber : Atlas Sumberdaya Pesisir dan Laut Kota Sabang, Tahun 2010

3.1.5.2 Gambaran Perikanan Budidaya


Potensi dan Produksi Perikanan Budidaya
Produksi dari kegiatan budidaya masih rendah, produksi dari tambak air tawar baru
sebesar 1.99 ton pada tahun 2016. Produksi terbesar disumbangkan oleh budidaya
keramba sebesar 18 ton. Budidaya laut dengan sistem keramba jaring apung belum
berkembang di Kota Sabang. Luas potensi lokasi budidaya, produksi dan jumlah RTP
budidaya disajikan pada Tabel 3.8

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 63


TABEL 3. 9 L UAS POTENSI LOKASI BUDIDAYA , PRODUKSI DAN RTP DI K OTA SABANG

Potensi Budidaya 2011 2012 2013 2014 2015 2016


1. Tambak (air Payau)
a. Luas (ha) 28.84 28.2 28.2 28.2 12.85 12.85
b. Jumlah produksi (ton) 0.4
c. Jumlah RTP (RTP) 48 47 47 47 47 33
2. Kolam air tawar
a. Luas (ha) 3.1 3.1 2.04 1.7 1.7 1.14
b. Jumlah produksi (ton) 11 12.7 15 16.1 6.71 1.99
c. Jumlah RTP (RTP) 44 97 171 101 101 59
3. Keramba
a. Jumlah keramba (unit) 2 2 6 34 34 68
b. Jumlah produksi (ton) 15 15 15 17 17 18
c. Jumlah RTP (RTP) 28
d. Luas keramba (ha) 0.04 0.02 0.05 0.06 0.06 0.06
e. Budidaya laut (ha) 275.02 275.02 275.02 275.02
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang 2017

Kegiatan marikultur di lokasi kajian relatif masih rendah, baik dari segi skala,
aktivitas maupun luasan. Pada tahun 2016 baru dicapai produksi sebesar 19.99 ton.
Melihat luasan potensi yang tersedia dengan jumlah produksi yang dihasilkan ini,
dapat dinyatakan bahwa kegiatan perikanan budidaya di Kota Sabang masih belum
berkembang baik, utamanya untuk perikanan budidaya di wilayah pesisir, yakni
budidaya laut (marikultur) dan payau. Selain itu, tingkat produktivitasnya pun
secara rata-rata juga relatif masih rendah, teknologi budidaya dimasyarakat masih
bersifat tradisional dengan sistem keramba jaring apung dengan mengandalkan
benih dari alam.

Sumber: Survei, 2017

GAMBAR 3. 19 K ONDISI TAMBAK TAMBAK A IR PAYAU DI K OTA S ABANG

Kota sabang memiliki potensi perikanan air payau untuk kegiatan budidaya udang.
Lokasi ini menyebar diseluruh Kota Sabang seperti Gampong Iboih, Jaboi dan
Balohan. Berdasarkan hasil survei lapangan, kondisi tambak dalam kondisi rusak
dan perlu rehabilitasi untuk dapat digunakan kembali. Perlu pembiayaan yang besar
untuk melakukan rehabilitasi tambak payau untuk dapat kembali berproduksi.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 64


Beradasarkan hasil wawancara sebelum terjadinya tsunami tambak udang di Kota
Sabang berkembang dengan baik untuk budidaya udang windu, hasil produksi
udang windu dikirim langsung ke Banda Aceh untuk di ekspor. Sekarang budidaya
udang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan umpan kegiatan penangkapan ikan
dan wisata pemancingan. Benih didapatkan dari alam dan sebagian didatangkan dari
Banda Aceh.

Profil Budidaya Ikan dan Lobster


1. Keramba Jaring Apung Di Kreung Raya
Salah satu lokasi pembudidaya ikan dengan sistem KJA adalah daerah Krueng
Raya. Lokasi ini sangat cocok untuk kegiatan budidaya dengan sistem KJA
dimana lokasi ini sangat terlindung sepanjang tahun (musim timur dan musim
barat). Teluk kreung raya tidak dialiri oleh sungai air tawar, sehingga salinitas
tetap terjaga. Kedalaman perairan juga sangat mendukung yaitu 8-24 m. Saat ini
jumlah KJA yang ada diwilayah tersebut adalah sebanyak 6 KJA dengan total
petakan sebanyak 88 petak dengan luas total 904,5 m2 dengan jumlah benih
sebanyak 23.250 ekor.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Koperasi Nelayan Ujung Seukundur.


Nelayan mendapatkan bantuan KJA dari pemerintah pada tahun 2015 sebanyak
6 unit KJA. Jenis yang dibudidayakan adalah ikan kakap putih, ikan kerapu dan
ikan kuwe. Bantuan yang diberikan selain KJA adalah benih dan pakan. Kegiatan
budidaya di Kreung Raya disajikan pada Gambar 3.16

Sumber: Survei, 2017

GAMBAR 3. 20 K EGIATAN K ERAMBA JARING APUNG YANG ADA DI KREUNG RAYA

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 65


Permasalahan yang dihadapi oleh pembudiaya ikan dengan sistem KJA di Kreung
Raya adalah sebagai berikut:

- Ketersediaan pakan, pada musim timur ikan rucah melimpah sehingga


nelayan dapat mudah mendapatkan pakan, sebaliknya pada musim barat
sulit mendapatkan ikan rucah sebagai pakan. Nelayan berusaha mengganti
pakan ikan rucah dengan pellet 100% menyebabkan biaya produksi pakan
sangat tinggi
- Pemasaran hasil budidaya masih pada pasar lokal dengan harga yang rendah,
sehingga tidak menutup biaya produksi yang dikeluarkan. Pasar Banda Aceh
hanya mau dalam jumlah besar minimal 1 ton ikan. Usulan kedepan panen
dilakukan secara bersama-sama di lokasi Kreung Raya sehingga pasar dari
luar mau datang
- Benih masih didatangkan dari luar Kota Sabang yaitu dari Bireun
- Keterampilan nelayan pembudidaya masih rendah, belum pernah
mendapatkan pelatihan tentang teknik dan manajemen budidaya yang baik
atau cara budidaya ikan yang baik (CBIB).

2. Mekanisme pembudidayaan dan pemasaran lobster di Keunekai


Berdasarkan wawancara terhadap pembudidaya ikan di Gampong Keunekai
didapatkan informasi terkait dengan kegiatan budidaya dengan sistem KJA
dengan komoditi utama lobster. Kegiatan budidaya di Gampong Keunekai
dimulai dengan budidaya ikan dengan menggunakan keramba mengendap,
keramba jaring tancap dan saat ini mengunakan keramba jaring apung. Kegiatan
budidaya lobster mulai dilakukan pada tahun 2012. Nelayan membentuk
kelompok nelayan pembudidaya bernama Mina Lestari yang anggotanya dipilih
sendiri dengan jumlah anggota saat ini 12 orang.

Sumber: Survei, 2017

G AMBAR 3. 21 K ERAMBA JARING APUNG DI D ESA KEUNEKAI

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 66


Dahulu ada kelompok nelayan bentukan pemerintah namun tidak berlangsung
lama karena kurang solid dan selalu mengalami kerugian. Kerugian berasal dari
biaya operasional untuk menghidupi kebutuhan sehari-sehari nelayan sebelum
masa panen (sekitar 8 bulan). Saat ini sistem koperasi berubah dalam
perekrutan anggotanya, dimana anggota kelompok budidaya merupaka
masyarakat sekitar yang telah mempunyai mata pencaharian/usaha lain. Setiap
anggota wajib meluangkan waktu 3 jam/hari untuk mengurus kolam budidaya.
Sehingga kebutuhan sehari-hari mereka tetap dapat dipenuhi dengan mata
pencaharian utama.

Pembudidaya membeli lobster berukuran kecil yang tertangkap oleh nelayan.


Lobster kecil yang tidak sengaja tertangkap jaring ini tidak memiliki nilai jual
tinggi. Lobster kecil yang dibeli dari nelayan selanjutnya dibesarkan di KJA
hingga siap ekspor (ukuran >7 cm) dalam jangka waktu 2-3 bulan. Lobster
dengan ukuran siap ekspor dijual ke Pengumpul di Banda Aceh. Jaringan
pemasaran pengepul Banda Aceh meliputi pembubidaya-pembudidaya di
Sabang, Aceh Barat, Pulau Aceh (Kabupaten Aceh Besar) dan Calang (Kabupaten
Aceh Jaya). Dari pengepul di Banda Aceh produk lobster di bawa ke jakarta atau
diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Harga lobster ditingkat pembudidaya ke pengepul memiliki perbedaan


tergantung jenis dan ukuran lobster yang dihasilkan. Harga lobster batu hitam
dengan ukuran panjang 7-10 cm (4-5 ekor perkg) berharga 120 -300 ribu/kg,
sedangkan untuk lobster bambu hijau dan batik dengan ukuran yang sama
berharga 140 - 320 ribu/kg. Lobster ukuran super 10-15 cm (1-2 ekor perkg)
untuk lobster batu hitam berharga 220 - 400 kg/ekor, sedangkan untuk lobster
bambu berharga 300 - 500 ribu/kg. Harga pengepul ke pengusaha atau eksporti
di Jakarta berbeda sebesar 50 ribu/kg. Harga lobster pada tingkat nelayan,
pengepul dan eksportir disajikan pada Tabel 3.9

Dalam satu minggu mampu mengirim lobster 2 kali dengan berat 30-60 kg.
Permintaan ekspor sangat besar terutama untuk lobster dan kerapu. Pakan
lobster dan kerapu berupa ikan rucah yang didapat dari ikan kelas B (rucah) dari
pasar di Sabang lalu di cincang menjadi pakan ikan. Kebutuhan Lobster 2 kg/hari
Pembudidaya tidak menggunakan pakan buatan meskipun dari segi harga lebih
murah, karena dinilai membuat ikan cepat stress, pembesaran ikan menjadi
lambat, dan menghasilkan residu. Namun terdapat kelemahan didalam
pemasaran budidaya lobster dan kerapu berupa:

- Pembudidaya belum mampu memenuhi permintaan yang kontinyu setiap


minggunya
- Pakan ikan untuk kerapu mahal (karena kebutuhan rucah mencapai 100
gr/ekor/hari)
- Pengadaan bibit lobster masih dari alam dan bibit kerapu masih
didatangkan dari luar Kota Sabang

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 67


TABEL 3. 10 HARGA L OBSTER BERDASARKAN UKURAN DAN PENJUAL DI K OTA S ABANG

Harga Pembudidaya ke Pengepul di Banda Anda Pengepul ke


Harga Nelayan Jenis pengusaha atau
Ukuran
Pembudidaya Bambu Hijau/Bambu eksportir di
Batu Hitam Jakarta
Bintik
Rp.50.000/kg Rp.50.000/kg
<7 cm Rp.15.000/ekor
(7-8 ekor) (7-8 ekor)
Rp 120.000-300.000/kg Rp 140.000-320.000/kg Selisih
7-10 cm -
(3-4 ekor) (3-4 ekor) Rp.50.000/kg
10-15 Rp 220.000-400.000/kg Rp 300.000-500.000/kg
-
cm (1-2 ekor) (3-4 ekor)
Sumber: Hasil Wawancara Dengan Pembudidaya Kota Sabang 2017

3.1.5.3 Gambaran Pengolahan dan pemasaran hasil Perikanan


Sektor pengolahan di Kota Sabang belum banyak dikembangkan pada tahun 2015
tercatat ada 49 unit jumlah kelompok pengolah ikan dengan anggota yang aktif
didalamnya 177 orang. Sedangkan untuk pedagang pemasar ikan ada 4 kelompok dan
172 orang. Hasil olahan antara lain ikan asin, abon,bakso, dendeng, siomay, olahan
rumput laut, nugget dan cincang belum:

TABEL 3. 11 P ENGOLAHAN PRODUK HASIL PERIKANAN TAHUN 2015

Saran Nilai
Produksi/Tahun Jumlah Nilai
No Jenis Produk Pengolahan Produksi
(kg) Produksi (Rp.)
(unit) (Rp/Kg)
1 Ikan Asin 16 17.238 32.000 554.198.000
2 Abon Ikan 2 118 158.000 18.735.000
3 Bakso Ikan 21 20.108 55.000 1.114.060.000
4 Ikan Teri 3 5.063 14.000 70.882.000
5 Ikan kayu 1 17 160.000 2.730.000
6 Dendeng Ikan 2 222 120.000 26.640.000
7 Siomay 2 1.275 100.000 127.500.000
8 Rumput Laut 1 285 55.000 15.700.000
9 Nugget Ikan 2 1.387 52.000 72.240.000
10 Ikan Cincang 1 1.016 100.000 101.600
Jumlah 51 46.739 2.104.285.000
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang, 2017

Dari hasil wawancara dengan salah satu pengusaha olahan ikan diketahui bahwa rata-
rata pengolah ikan merupakan usaha rumah tangga. Pengusaha olahan ikan tersebut
membutuhkan bantuan tenaga 2 orang per produksi harian (olahan beku) dan 7 orang
untuk produksi mingguan untuk abon dan steak tuna. Sementara kebutuhan bahan
baku, untuk menghasilkan 10 kg produk olahan membutuhkan 5 kg bahan baku ikan
berdaging putih seperti ikan layaran. Produksi abon ikan atau steak ikan dilakukan
seminggu sekali untuk menghasilkan 10 kg steak atau abon dibutuhkan sekitar 5 kg ikan
tuna. Minuman rumput laut dibuat tiap 2 minggu dengan total 30 gelas tiap produksi.
Produksi kerupuk adalah sekali sebulan atau tergantung pesanan dengan total 5-10 kg
krupuk tiap produksi. Pemasaran hasil olahan dibeli langsung oleh pemesan lokal, selain
itu hasil olahan lainnya juga dijual di toko oleh-oleh di Kota Sabang dan Banda Aceh.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 68


Selisih harga di Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Rata-rata selisih harga di Sabang dan
Banda AceH adalah Rp.10.000/kg.

Kendala pengembangan pengolahan ikan yang dihadapi antara oleh para pengolah ikan
adalah:

 Belum memiliki kemampuan proses pengemasan yang baik dan indah


 Sulit mendapatkan pekerja yang memiliki kemampuan dasar mengolah ikan
 Kesulitan bahan baku ikan ketika musim gelombang besar.

3.2 GAMBARAN UMUM LOKASI SKPT DI KOTA SABANG


3.2.1 BATASAN WILAYAH TPI IE MEULEE
Lokasi SKPT di Kota Sabang akan dipusatkan di TPI Ie Meulee dan didukung oleh PPI dan TPI
lainnya sebagai feeder atau pendukung kegiatan pengembangan perikanan. TPI Ie Meulee
berada di 5O 53’ 44,8” LU da 95O 20’ 9” BT. TPI ini masuk dalam wilayah administratif
Kecamatan Sukajaya total luas lahan yang akan dikembangkan adalah 1,853 Ha yang terbagi
menjadi 4 persil yaitu tanah hasil reklamasi (R1) sebesar 0.77 Ha, tanah dengan bangunan pasar
ikan (R2) seluas 0,12 Ha dan tanah PPI dengan garis pantai alami dan tanah Kampung di sisi
tenggara (R4) dengan luas 0,56 Ha. Luas kolam pelabuhan yang dibatasi pemecah gelombang
adalah 3,15 Ha. Panjang revetment sekitar 650 m dengan lebar 4,2 m. Sebagian besar lahan
masih berupa lahan kosong yang akan dikembangkan menjadi lokasi SKPT.

Sumber: Survei, 2017

GAMBAR 3. 22 PETA S ITUASI L AHAN PENGEMBANGAN PPI I E M EULEE

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 69


Batas wilayah perencanaan TPI Ie Meulee adalah :

- Utara : Pantai Sumur Tiga dan Perairan laut Selat Malaka


- Timur : Pantai Sumur Tiga, Perairan laut Selat Malaka dan TPU
- Selatan : Stadion
- Barat : Jalan H. Agus Salim, Permukiman penduduk, dan toko-toko

Sumber: Survei, 2017

GAMBAR 3. 23 L OKASI TPI I E M EULEE

3.2.2 KONDISI FISIK


Kondisi TPI Ie Meulee saat ini sudah terbangun tanggul pemecah gelombang (breakwater).
Kedalaman di dalam kolam pelabuhan berkisar antara 1-7 m. Di bagian mulut kolam pelabuhan
yang merupakan pintu masuk ke dalam lokasi pelabuhan memiliki kedalaman hingga 11 meter.
Di bagian utara tanggul kearah selat Malaka memiliki kedalaman lebih dari 20 meter. Sementara
di bagian Timur dan Barat tanggul pemecah gelombang, kedalamannya berkisar antara 1 meter
hingga 9 meter. Karakteristik dasar laut di PPI Ie Meulee cenderung lebih landai.

Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 24 PETA KEDALAMAN PERAIRAN DI PPI I E M EULEE

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 70


Tipe pasang surut TPI Ie Meulee adalah pasang surut harian ganda dimana terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut selama 24 jam. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi geografis PPI Ie Meulee
yang memiliki efek tersendiri terhadap posisi bulan dan matahari pembangkit gelombang
pasang surut. Pada saat pasang tertinggi dalam satu hari, ketinggian air laut bisa mencapai 2,8
meter. Sementara ketika surut, ketinggian air laut bisa mencapai 1,1 meter. BIG (Badan
Informasi Geospasial) telah memiliki stasiun pengamatan pasang surut realtime di TPI Ie
Meulee. Kondisi pasang surut di sekitar PPI Ie Meulee dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 25 K ONDISI PASANG SURUT HASIL PENGUKURAN R EALTIME BIG

Dari simulasi yang dilakukan didapatkan hasil sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 26.
Panah pada gambar menunjukkan vektor kecepatan rata-rata terhadap kedalaman arus pasang
surut sedangkan kontur berwarna menunjukkan magnitudonya, satuan dari kecepatan arus
adalah dalam meter/detik. Kondisi secara umum kecepatan arus mencapai 0,25 meter/detik di
perairan Ie Muelee. Pada kolam pelabuhan kondisi arusnya sangat tenang, dimana kecepatan
arus hanya sekitar 0 - 0,02 meter/detik.

Sumber: Analisis, 2017

GAMBAR 3. 26 K ONDISI SIMULASI A RUS DI PPI I E MEULEE

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 71


Kondisi prasarana dan sarana perikanan tangkap di TPI Ie Meulee saat ini sangat terbatas.
Fasilitas pelabuhan seperti kolam pelabuhan dan jetty/pemecah gelombang sudah ada namun
masih perlu perbaikan agar dapat digunakan secara optimum. Lokasi TPI sangat strategis
karena telah dibuat revetmen yang mengelilingi kolam pelabuhan sehingga terlindung dari
gelombang dan memungkinkan untuk pendaratan ikan sepanjang tahun. Namun demikian
tererapat fasilitas fungsional yang ada seperti balai nelayan yang masih dipakai, gedung
pemasaran (pasar ikan) tidak terpakai dan terbengkalai, gedung pokwasmas, Menara suar di
dekat TPI yang masih berfungsi dengan baik, MCK yang sudah rusak, 2 sumber air (sumur yang
masih befungsi dan sumur artesis yang sudah ditutup).

Fasilitas TPI Ie Meulee Gedung Pemasaran

Gedung Pokwasmas Menara Suar

GAMBAR 3. 27 K ONDISI FASILITAS PENUNJANG DI TPI I EU M EULEE

3.2.3 KRITERIA PEMILIHAN LOKASI


Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, maka pemilihan lokasi pusat SKPT (Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu) di Kota Sabang bergantung pada beberapa aspek. Dari hasil
penilaian beberapa aspek tersebut di atas, kemudian diberikan skor dan dijumlahkan untuk
mendapat nilai tertinggi pada setiap lokasi, sehingga lokasi yang memiliki nilai tertinggi dapat
dikatakan layak untuk dikembangkan menjadi lokasi pusat SKPT. Berikut adalah hasil scoring
atau pemberian nilai setelah dilakukan analisa Kelayakan Lokasi pusat SKPT di Kota Sabang
yang dapat dilihat pada Tabel 3.10.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 72


TABEL 3. 12 KRITERIA PENILAIAN PEMILIHAN L OKASI SKPT K OTA S ABANG

TPI Ie TPI
TPI Jaboi TPI Pasiran
KRITERIA Bobot Meulee Beurawang
skor Σ skor Σ skor Σ skor Σ
Kesesuaian Lahan 5 2 10 2 10 2 10 3 15
Kesesuaian Rencana Tata
4 2 8 3 12 2 4 1 4
Ruang
Status Lahan dan Aset
3 3 9 3 9 2 6 1 3
Bangunan
Aksesibilitas 2 2 4 2 4 2 4 3 6
Utilitas 2 1 2 2 4 2 4 2 4
Aktifitas Penangkapan 1 2 2 2 2 2 2 3 3
TOTAL 35 41 30 35
PERSENTASE 68% 80% 58% 68%

Sumber: Analisis, 2017

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas dapat disimpulkan bahwa PPI Ie Muelee merupakan lokasi
paling ideal untuk SKPT dengan alasan sebagai berikut:

a) Aksesisibilitas yang baik


TPI Ie Meulee berada di jalan kolektor primer dengan status jalan provinsi. Kondisi jalan
baik dengan perkerasan selebar 6 meter. Lokasi ini berada di tengah-tengah 3 simpul
transportasi penghubung Sabang dengan wilayah luar yaitu : Bandar Udara Maimun Saleh,
Pelabuhan penumpang Balohan dan Pelabuhan bebas Sabang. Jarak dari Ie Meulee ke
pelabuhan umum Balohan adalah 8,21 km dan 2,94 km ke Pelabuhan bebas. Sedangkan
jarak dari Ie Meulee ke Bandara Maimun Saleh adalah 4,13 km.
Lokasi pengembangan TPI Ie Meulee terhubung dengan pusat pemerintahan Kota Sabang
sejauh 1,69 km. Untuk mencapai pusat kota dari Ie Meulee hanya memakan waktu 15 – 20
menit dengan kendaraan roda empat.
b) Kejelasan status lahan dan aset Bangunan
Status lahan dan bangunan TPI Ie Meulee adalah milik Pemerintah Kota Sabang meskipun
pengelolaanya menjadi bagian dari di DKP. Gampong, dan Dinas Perdagangan. Dengan
status kepemilikan milik pemerintah akan memudahkan proses pembangunan.
c) Dukungan kesesuaian Rencana Tata Ruang
Pengembangan TPI Ie Meulee menjadi PPI sebagai pusat SKPT Kota Sabang telah sesuai
dengan RTRW Kota Sabang tahun 2012 - 2032. Dalam RTRW telah disebutkan bahwa untuk
mewujudkan rencana industri perikanan Kota Sabang salah satunya dengan penyediaan
prasarana perikanan berupa PPI di Gampong Krueng Raya, Gampong Paya Seunara,
Gampong Ie Meulee dan Gampong Jaboi. Hal ini diperkuat dengan Surat dari Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kota Sabang Nomor: 005/BKPRD/06 tahun 2017
tentang kesusaian Tata ruang yang menjelaskan bahwa keseuaiaan Ie Meulee untuk
dikembangkan sebagai pusat SKPT.
d) Dukungan jaringan infrastruktur perkotaan (utilitas)
Lokasi TPI Ie Meulee dilalui jaringan listrik TM (Tegangan Menengah) yang memungkinkan
penambahan daya listrik apabila di masa mendatang intensitas kegiatan pelabuhan dan
perindustrian perikanan Ie Meulee meningkat pesat. Selain itu terdapat jaringan
komunikasi nirkabel untuk telepon seluler dan sarana bantu navigasi (menara suar) di sisi

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 73


utara wilayah Ie Meulee. Wilayah Ie Meulee juga dilintasi jaringan air minum perpipaan dan
terdapat dua sumber air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kegiatan perikanan.
e) Intensitas kegiatan penangkapan
Kegiatan penangkapan di Ie Meulee adalah terbesar kedua di Kota Sabang setelah Pasiran.
Hal ini dilihat dari jumlah nelayan, armada, dan alat tangkap.

3.3 ISU DAN PERMASALAHAN DI KOTA SABANG


3.3.1 SEKTOR PERIKANAN
3.3.1.1 Perikanan Tangkap
Pengembangan perikanan tangkap di Kota Sabang menghadapi satu permasalahan
utama, yaitu potensi sumberdaya perikanan yang besar tetapi belum optimal
dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Khususnya bagi sebagian
besar nelayan di Sabang, permasalahan utama ini disebabkan beberapa isu dan
permasalahan sebagai berikut:

A. Penangkapan ikan masih bersifat tradisional

Kegiatan perikanan tangkap oleh sebagian besar masyarakat di pesisir Kota Sabang
masih bersifat artisanal kecil, yaitu masih menggunakan alat dan teknologi sederhana/
tradisional dalam operasionalnya. Hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan
kondisi tersebut dimana hampir di seluruh desa pesisir menggunakan alat dan armada
skala kecil dibawah 5 GT. Hasil tangkapan utama ikan pelagis besar seperti Tuna,
Tongkol dan Cakalang. Nelayan memilih ukuran kapal kecil karena keterbatasan modal
dan lama waktu melaut, hal tersebut menyebabkan pemanfaatan yang dilakukan masih
belum optimal dan belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Rata-rata nelayan di Ie Meulee menggunakan perahu ukuran 1,5 GT dengan mesin 32 PK


dengan biaya perbekalan sebesar Rp. 500.000. Nelayan berangkat setiap hari dari pukul
03.00 WIB sampai 18.00 WIB. Daerah penangkapan di seluruh Pulau Sabang hingga
ujung perbatasan wilayah NKRI di Pulau Rondo. Ketika musim baik dan tangkapan
banyak harga jual akan menurun. Ketidakpastian harga ikan karena dikuasai oleh
pengepul (toke bangku) akibat tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap akses
permodalan.

Pemanfaatan sumberdaya ikan yang belum optimal di Kota Sabang salah satunya
disebabkan karena skala usaha yang dikembangkan masih terbatas pada pemenuhan
kebutuhan lokal. Pemikiran untuk mengembangkan skala usaha dan melakukan bisnis
dalam arti luas, belum banyak dipikirkan oleh nelayan. Hal ini terkait dengan beberapa
hal, diantaranya: (1) lemahnya permodalan nelayan; (2) tingkat keterampilan yang
masih rendah (kualitas SDM rendah); (3) kurangnya daya inovasi dan kreasi dalam
usaha peningkatan nilai tambah produksi perikanan; (4) adanya sistem patron-klien
antara nelayan dengan toke bangku.

B. Sarana dan Prasarana Perikanan Tangkap Terbatas

Kondisi sarana dan prasarana perikanan di Kota Sabang masih terbatas. Sarana dan
prasarana pelabuhan perikanan, tempat pelelangan ikan, stasiun pengisian bahan bakar,

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 74


cold storage, pabrik es belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Keterbatasan sarana
dan prasarana perikanan ini mempengaruhi tingkat pemanfaatan, pemasaran dan
pendapatan nelayan sendiri. Sebagian PPI dan TPI yang ada di Kota Sabang dalam
kondisi yang kurang layak sehingga berakibat terhadap produktivitas hasil tangkapan
nelayan ikan.

C. Masih Terbatasnya Keterampilan Nelayan

Kualitas sumber daya nelayan (SDM) nelayan di Kota Sabang masih rendah dengan
tingkat pendidikan rata-rata pada tingkat pendidikan dasar. Kondisi ini adalah
konsekuensi dari rendahnya jumlah sarana dan prasarana pendidikan serta
penyebarannya yang tidak merata. Keterampilan dan kemandirian nelayan masih
rendah, dan terbatas pada penggunaan alat dan armada tradisional serta modal usaha
yang terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan di beberapa desa pesisir, nelayan


memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Akan tetapi terbatasnya sarana dan prasarana pelatihan,
pendidikan, bantuan alat dan armada berteknologi tinggi, dan rendahnya bantuan modal
usaha, menjadi penghalang bagi peningkatan keterampilan SDM nelayan.

Kemampuan SDM nelayan masih rendah seperti keterampilan, penguasaan teknologi,


dan pola pikir menyebabkan hampir statisnya kegiatan penangkapan yang mereka
lakukan. Hasil tangkapan pun tetap dan cenderung sedikit akibat kerusakan lingkungan
daerah tangkapan yang ada di wilayah pesisirnya terus menjadi lahan tangkapan bagi
nelayan asing. Keinginan untuk maju dan berkembang banyak dimiliki, akan tetapi pola
pikir dan kemampuan serta pengetahuan mereka belum mampu untuk mencari solusi
yang terbaik.

3.3.1.2 PERIKANAN BUDIDAYA


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat Focus Group Discussion (FGD),
permasalahan yang mendasar dalam pengembangan perikanan budidaya di Kota Sabang
antara lain:

- Mayoritas kegiatan usaha ekonomi perikanan umumnya dikerjakan secara


tradisional (khususnya perikanan budidaya tambak), belum menerapkan IPTEK dan
manajemen budidaya ikan yang baik. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar
nelayan dan pembudidaya ikan di Kota Sabang masih belum sejahtera dan
produktivitas hasil budidaya yang rendah.
- Skala usaha budidaya yang masih kecil erat kaitannya dengan kemampuan
permodalan masyarakat yang terbatas.
- Masih terbatasnya sarana dan prasana perikanan budidaya.
- Belum tersedianya akses mendapatkan bibit unggul.
- Belum adanya jaminan pasar yang baik untuk produk budidaya menyebabkan harga
sangat tergantung dari toke yang akan menjual hasil tangkapan ke luar Kota Sabang.
Hal ini sangat merugikan para pembudidaya ikan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 75


Permasalahan Perikanan Budidaya berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada
saat Focus Discussion Group (FGD). Permasalahan yang mendasar dalam pengembangan
perikanan budidaya di Kota Sabang antara lain:

- Mayoritas kegiatan usaha ekonomi perikanan umumnya dikerjakan secara


tradisional (khususnya perikanan budidaya tambak), belum menerapkan IPTEK dan
manajemen budidaya ikan yang baik. Hal ini yang menyebabkan sebagian besar
nelayan dan pembudidaya ikan di Kota Sabang masih belum sejahtera dan juga
produktivitas hasil budidaya yang rendah.
- Skala usaha budidaya yang masih kecil yang erat kaitannya dengan kemampuan
permodalan masyarakat yang terbatas.
- Masih terbatasnya sarana dan prasana perikanan budidaya termasuk akses
mendapatkan bibit unggul kegiatan budidaya belum tersedia di Kota Sabang
- Belum adanya jaminan pasar yang baik untuk produk budidaya menyebabkan harga
sangat tergantung dari toke yang akan menjual hasil tangkapan ke luar Kota Sabang.
Hal ini sangat merugikan para pembudidaya ikan.
- Masih adanya kasus pencemaran lingkungan dan degradasi ekosistem pesisir
(seperti mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan estuaria) di kawasan pesisir
Kota Sabang juga masih menjadi persoalan klasik.
- Keterbatasan Sumberdaya Manusia pembudidaya ikan, sehingga dalam kegiatan
akuakultur belum menerapkan cara CPIB.

3.3.1.3 PENGOLAHAN PERIKANAN


Sektor unggulan yang dapat menjadi prioritas pengembangan di Kota Sabang adalah
sektor pengolahan dengan tiga isue utama yaitu coldstorage dan teknologi pengemasan.
Faktor kekuatan dalam sektor penggolahan ini adalah ketersediaan air yang mencukupi,
kondisi tempat usaha yang strategis, dan kualitas bahan baku yang sangat baik.
Sementara kelemahannya adalah kapasitas pelaku usaha skala kecil, teknologi yang
sederhana, keberadaan penyuluh pengolahan kurang dan kemasan masih sederhana.
Faktor peluang berupa peluang pasar yang cukup baik, diversifikasi produk olahan
cukup bervariasi, dan preferensi masyarakat terhadap produk olahan ikan cukup baik.
faktor ancaman berupa belum sinkronnya program antar sektor dalam pengembangan
sektor pengolahan serta akses permodalan yang masih sulit (BRSDMKP-KKP, 2016)

3.3.2 PENGEMBANGAN WILAYAH


a. Konektivitas pusat SKPT dengan sub-sub pusat produksi

Dalam pengembangan SKPT di Ie Meulee perlu ditingkatkan infrastruktur untuk


menghubungkan sub-sub produksi di Kota Sabang baik daratan maupun perairannya,
sehingga kualitas produk perikanan dapat terjaga dengan baik sampai ke konsumen.

Adapun lokasi produksi perikanan di Kota Sabang yang harus terhubung yaitu 9 (sembilan)
TPI dan 1 (satu) PPI dengan simpul transportasi untuk distribusi logistik (bandara dan
pelabuhan) serta kawasan industri perikanan yang telah direncanakan dalam RTRW dalam
rangka mendukung lokasi SKPT.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 76


b. Keterkaitan SKPT Sabang dengan tatanan kepelabuhan perikanan nasional dan sistem
logistik ikan nasional

SKPT Sabang memiliki lokasi yang strategis dalam mendukung sistem logistik ikan nasional
dimana terdapat dua pelabuhan samudera yang terkoneksi, yaitu PPS Lampulo dan PPS
Belawan. Dua pelabuhan tersebut akan menjadi pelabuhan pendukung dalam kegiatan
ekspor melalui Ie Meulee. Produk perikanan yang di daratkan di PPS Lampulo dengan
kriteria untuk ekspor akan didistribusikan ke negara lain (Malaysia, Singapura, Thailand,
dll.) melalui Ie Meulee.

3.3.3 KELEMBAGAAN NELAYAN DAN PERIKANAN


Sistem kelembagaan nelayan sudah terbentuk dan berjalan dalam bentuk pengelolaan wilayah
perikanan dibawah Panglima Laot. Namun terdapat isu kelembagaan yang perlu dikaji lebih
dalam yaitu:

 Kelembagaan nelayan, pembudidaya, dan pengolah produk hasil perikanan


Bagaimana nelayan maau berkelompok untuk bekerja sama dalan usaha perikanan baik
perikanan tangkap, budaya maupun pengolahan. Dengan adanya kerjasama kelompok
nelayan dengan pembagian atau dalam wadah kelembagaan formal maka kelembagaan
tersebut dapat mengakses bantuan dan bantuan modal. Karakteristik nelayan Kota
Sabang yang kurang bisa bekerja sama dalam usaha perikanan membuat hal
kelembagaan nelayan yang sudah ada kurang dapat berkembang
 Kelembagaan pengelola pelabuhan perianan SKPT

Demi berjalanya SKPT Kota Sabang perlu dipikirkan alternatif kelembagaan apa yang dapat
diterapkan dalam pengelolaan PPI Ie Meulee

3.3.4 LAHAN PENGEMBANGAN PPI IE MEULEE


Untuk membangun TPI Ie Meulee menjadi PPI Ie Meulee sebagai pusat SKPT Kota Sabang
maka perlu mempertimbangkan isu permasalahan berikut:

a. Pendangkalan kolam pelabuhan dan perlunya rekayasa desain kolam pelabuhan

Setiap tahunnya kolam labuh akan mengalami pendangkalan akibat arus masuk yang membawa
sedimen. Hal ini akan menimbulkan biaya operasional yang besar setiap tahunnya untuk
kegiatan pengerukan. Oleh karena itu dibutuhkan analisis hidrodinamika dan rekayasa dalam
bentuk desain kolam labuh.

b. Kebutuhan sarana bantu navigasi

Saat ini di sisi utara TPI Ie Meulee sudah terdapat sarana bantu navigasi berupa menara suar.
Namun menara suar yang ada hanya dapat memberikan tanda keberadaaan daratan. Sedangkan
untuk masuk kedalam kolam pelabuhan masih diperlukan sarana bantu navigasi untuk yang
memandu kapal untuk dapat masuk ke celah kolam pelabuhan. Sarana dapat berupa Suar
pengarah, yaitu suatu alat penerang yang yang mampu sekaligus memberikan tiga jenis sinar
yang berbeda dengan ciri tertentu untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang
beroperasi di alur-alur pelayaran yang sulit dan sempit dengan sinar putih ditengah diapit oleh
sinar hijau dan sinar merah

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 77


c. tanggul pemecah gelombang

Tanggul pemecah gelombang di sisi timur laut mengalami kerusakan. Struktur batuan tanggul
mulai rontok dan longsor tergerus oleh gelombang bahkan ketika musim timur gelombang
dapat mencapai 3 meter. Struktur breakwater sudah pernah diperbaiki dengan penambahan
batuan dengan berat 800 kg – 1 ton/batu namun ternyata solusi penambahan batuan tidak
efektif sehingga perlu dicari alternatif struktur penguat breakwater.

d. Tempat sandar kapal

Posisi tanggul dan tanah reklamasi terlalu tinggi dari permukaan air yaitu dengan selisih
berkisar 2,5-3 meter dari rata-rata tinggi muka air laut. Akibatnya ketika kapal datang dan
bersandar, nelayan mengalami kesulitan dalam proses bongkar muat hasil tangkapan ikan.

e. Sarana utama PPI

Sarana utama PPI belum tersedia seperti dermaga bongkar muat dan fasilitas perbekalan
seperti pabrik es dan SPDN.

f. Perlunya perencanaan Jaringan infrastruktur (jalan masuk, listrik, IPAL, drainase dan air)

Kondisi di dalam TPI belum ada dukungan jaringan infrastruktur. Perlu pemasangan travo dan
utilitas air, serta perencanaan pengolahan air limbah sampah , dan drainase.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 78


MASTERPLAN SKPT

4.1 POTENSI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN


4.1.1 KONSEP PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP
4.1.1.1 Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Kota Sabang
Kota Sabang merupakan kota paling ujung bagian barat Indonesia yang berhadapan
langsung dengan dua laut yaitu Selat Malaka dan Samudera Hindia. Secara aktual,
kondisi potensi sumberdaya perikanan tangkap di Kota Sabang masih didasarkan pada
wilayah tangkapan yang diatur berdasarkan Permen KP No. 18 Tahun 2014 tentang
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI), dimana Kota
Sabang secara geografis termasuk dalam WPP 571 yang meliputi Selat Malaka dan WPP
572 yang meliputi Samudera Hindia (bagian barat pulau Sumatera). Potensi, Jumlah
tnagkap yang diperbolehkan (JTB), dan Tingkat Pemanfaatan WPP NRI 571 dan 572,
disajikan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

TABEL 4. 1 PRODUKSI , JTB, DAN T INGKAT PEMANFAATAN DI WPP NRI 571

Ikan Ikan
Wilayah Pengelolaan Ikan Ikan Udang Cumi-
Pelagis Pelagis Lobster Kepiting Rajungan Jumlah
Perikanan Demersal Karang Penaeid cumi
Kecil Besar*
Potensi 79,008 101,969 102,751 119,756 58,910 711 11,120 3,065 7,125 484,414
WPP
MALAKA
SELAT

571 JTB 63,206 81,575 82,201 95,805 47,128 569 8,896 0 2,452 5,70 387,532
Tingkat
1.06 0.89 1.05 0.13 1.66 1.26 1.24 0.74 0.5
pemanfaatan
Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47/KEPMEN-KP/2016

TABEL 4. 2 PRODUKSI , JTB, DAN T INGKAT PEMANFAATAN DI WPP NRI 572

Ikan Ikan
Wilayah Pengelolaan Ikan Ikan Udang Cumi-
Pelagis Pelagis Lobster Kepiting Rajungan Jumlah
Perikanan Demersal Karang Penaeid cumi
Kecil Besar*
Potensi 412,945 364,830 366,066 48,098 8,249 1,297 11,582 955 14,579 1,228,601
SAMUDERA HINDIA

WPP JTB 330,356 291,864 292,853 38,478 6,599 1,037 9,265 764 11,663 982,881
572
Tingkat
0.62 1.29 0.53 0.30 1.60 1.10 0.71 1.06 0.4
pemanfaatan

Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47/KEPMEN-KP/2016

*Ikan pelagis non Tuna-Cakalang

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 79


Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, diketahui bahwa ketersediaan SDI di WPP-571
sebesar 484,414 ton/tahun dengan JTB sebesar 387,532 ton/tahun dan WPP-572
dengan ketersediaan potensi SDI sebesar 1,228,601 ton/tahun dengan JTB sebesar
982,881 ton/tahun (Nomor 47/KEPMEN-KP/2016). Potensi terbesar ada di Ikan Pelagis
besar, ikan pelagis kecil dan ikan demersal. Potensi ikan pelagis besar dalam tabel diatas
tidak termasuk ikan tuna dan cakalang. Namun dalam realitasnya dilapangan, kelompok
ikan pelagis bear yang banyak tertangkap adalah komoditas tuna dan cakalang. Oleh
karena itu pada perhitungan potensi perikanan Kota Sabang selanjutnya pendekatan
potensi pelagis besar termasuk tuna dan cakalang tetap menggunakan asumsi potensi
pelagis besar yang tertuang Kepmen KP Nomor 47/KEPMEN-KP/2016.

Kondisi pemanfaatan yang perlu diperhatikan adalah bahwa tingkat pemanfaatan


kelompok udang paneid dan lobster sudah dalam tingkat over exploited di kedua WPP,
sehingga upaya penangkapan harus dikurangi. Tingkat pemanfaatan Ikan karang dan
cumi-cumi masih dalam kategori ‘hijau’ di kedua WPP sehingga dapat diupayakan
penambahan penangkapan. Sisa kelompok ikan lainnya memiliki perpaduan tingkat
penangkapan moderate dan fully exploited di kedua wilayah WPP.

Potensi lestari/maximum sustainable yield (MSY) sumberdaya ikan (SDI) di Kota Sabang
dapat diestimasi secara kasar dengan pendekatan ratio panjang garis pantai Kota
Sabang dengan garis pantai di wilayah pengelolaan perikanan WPP 571 dan 572.
Panjang garis pantai kabupaten-kabupaten pesisir di WPP 572 diperkirakan sebesar
7.936.023,24 km sedangkan di WPP 571 adalah sepanjang 2.681.530,37 km Disisi lain
panjang garis pantai Kota Sabang adalah sebesar 93.42 km. Berdasarkan ratio panjang
garis pantai tersebut estimasi potensi yang dapat dikembangkan Kota Sabang adalah
sebesar 3,48 % dari WPP 571 dan 1,18% dari WPP 572.

TABEL 4. 3 PERHITUNGAN POTENSI DAN PEMANFAATAN JTB SDI DI K OTA S ABANG


M ENURUT K ELOMPOK SUMBERDAYA

JTB SDI Total Tingkat


Produksi
Kelompok Terhadap Terhadap JTB Kota Pemanfaatan
Sabang tahun
SDI WPP 571 WPP 572 Sabang dari JTB Kota
2016 (ton)
(3.48 %) (1.18%) (ton/tahun) Sabang (%)

Pelagis kecil 2,200 3,898 6,098 9.81


598
Pelagis besar 2,839 3,444 6,283 2,923 46.52
Demersal 2,861 3,456 6,316 491 7.77
Ikan karang 3,334 454 3,788 321 8.47
Udang penaeid 1,640 78 1,718
Lobster 20 12 32
413 18.25
Kepiting 310 109 419
Rajungan 85 9 94
Total 13,486 11,598 25,084 4,747 18.92
Sumber: Analisis, 2017

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 80


Berdasarkan hasil estimasi total jumlah tangkapan yang diperbolehkan sumberdaya
ikan laut dari WPP 571 dan 572 oleh Kota Sabang adalah sebanyak 25,084 ton/tahun.
Kelompok ikan dengan potensi terbesar adalah kelompok ikan demersal (6,316
ton/tahun), diikuti kelompok ikan pelagis besar (6,283 ton/tahun) dan ikan pelagis kecil
(6,098 ton/tahun).

Produksi ikan yang didaratkan di Kota Sabang untuk seluruh kelompok SDI masih
dibawah JTB Kota Sabang terhadap WPP 571 dan 572. Produksi ikan terbanyak adalah
kelompok SDI pelagis kecil, ikan demersal dan pelagis besar. Produksi pelagis besar
dalam tahun 2016 sebesar 2.923 ton dengan tingkat pemanfaatan sebesar 46,52% dari
JTB. Sementara produksi ikan pelagis kecil adalah 598 ton dengan tingkat pemanfaatan
sebesar 9,81%, produksi ikan demersal sebesar 491 ton dengan tingkat pemanfaatan
7,77%. Tingkat pemanfaatan ikan karang adalah 8,47%. Pemanfaatan potensi perikanan
ini khususnya pelagis kecil, demersal, ikan karang, dan ikan lainnya rata-rata masih di
bawah 25%, sementara untuk pelagis besar sudah mencapai 46,52%, sehingga peluang
pengembangannya masih bisa ditambah dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan.

Secara garis besar total produksi perikanan di Kota Sabang tahun 2016 yaitu, sebesar
4.747 ton (DKP Kota Sabang, 2017). Dengan estimasi potensi perikanan Kota Sabang
sebesar 25.084 ton/tahun, menunjukkan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kota
Sabang masih cukup rendah.Tingkat pemanfaatan untuk Kota Sabang diestimasi sebesar
18.92% dari JTB atau sebesar 15,14% dari MSY Kota Sabang. Rendahnya pemanfaatan
sumberdaya ikan disebabkan armada penangkapan ikan yang masih tradisional dan
skala kecil serta pengelolaan perikanan belum berjalan dengan baik.

4.1.1.2 Penetuan Komoditas Unggulan SKPT


Penentuan jenis komoditas unggulan ini berdasarkan pada data tertinggi yang
didaratkan dan tercatat di data statistik Kota Sabang. Komoditi unggulan perikanan
bedasarkan hasil tangkapan yang didaratkan antara lain jenis tuna, tongkol, dan
cakalang. Produksi TTC di Kabupaten Sabang mencapai 57.81% dari total produksi
perikanan tangkap tahun 2016.

Perikanan tangkap di Kota Sabang sangat layak dikembangkan dengan dukungan


sarana dan prasarana yang memadai. Rencana pengembangan perikanan tangkap harus
didasarkan pada ketersediaan potensi sumber daya ikan di perairan sekitar Kota
Sabang. Skenario ideal adalah rencana pengembangan perikanan tangkap dengan
mengoptimalkan JTB Kota Sabang (80% dari potensi lestari)

Dari analisis pada tabel 4.3 diketahui nilai estimasi peluang pengembangan produksi
perikanan di Kota Sabang adalah sebesar 25.084 ton/tahun, yang terdiri dari kelompok
ikan pelagis kecil 6.098 ton/tahun, pelagis besar 6.283 ton/tahun, demersal 6.316
ton/tahun, ikan karang konsumsi 3.788 ton/tahun, udang penaeid 1.718 ton/tahun,
lobster 32 ton/tahun, dan cumi-cumi 336 ton/tahun, rajungan 32 ton/tahun, dan
kepiting 419 ton/tahun.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 81


Penambahan Armada, Alat Tangkap dan SDM Nelayan
Berdasarkan nilai estimasi peluang tersebut, kemudian dapat diestimasi pula
kebutuhan optimal dari jumlah armada penangkap ikan, tenaga kerja (nelayan) dan
fasilitas pendaratannya, seperti diterakan pada Tabel 4.4 hingga Tabel 4.5.

Asumsi-asumsi yang digunakan untuk mengestimasi kebutuhan jumlah armada dan


alat tangkap ikan yang digunakan untuk mencapai pemanfaatan optimal di Kota
Sabang adalah: produktivitas unit penangkapan mini purse seine, jaring insang
hanyut, jaring insang tetap, rawai dasar, longline, huhate, pancing ulur, jaring
lobster, trammel net, bubu, jaring dan pancing cumi-cumi. Produktivitas alat tangkap
di Kota Sabang pada kapal mini purse seine berukuran 20 GT sebesar 1.75 ton/hari
dangan operasi selama 200 hari dalam 1 tahun, Jaring insang hanyut dan payang
berukuran 10 GT 0,5 ton/hari, longline berukuran 30 GT sebesar 0,35 ton/hari,
rawai dasar berukuran 10 GT sebesar 0,5 ton/hari, pancing ulur dan bubu
berukuran 5 GT sebesar 0,1 ton/hari operasi, trammel net, jaring lobster, dan bubu
berukuran 5 GT sebesar 0,05– 0.1 ton/hari serta dalam 1 tahun rata-rata alat
tangkap melakukan operasi penangkapan sebanyak 200 hari operasi.

Berdasarkan pada skenario ini, didapatkan estimasi jumlah armada yang optimal
untuk pengembangan perikanan tangkap di Kota Sabang sebagai berikut:

- 221 unit penangkapan ikan berukuran 30 GT, 20 GT, 10 GT dan 5 GT untuk


menangkap ikan pelagis besar dengan komposisi 8 unit armada penangkapan 30
GT dengan longline, 30 unit armada dengan pancing longline dan tonda, 61 unit
armada 10 GT dengan pancing tonda dan 122 unit armada 5 GT dengan pancing
ulur;
- 39 unit penangkapan ikan berukuran 20 GT untuk menangkap ikan pelagis kecil
dengan komposisi 9 unit mini purse seine, dan 30 unit jaring insang ;
- 63 unit penangkapan rawai dasar berukuran 10 GT untuk menangkap ikan
demersal
- 189 unit penangkapan rawai dasar berukuran 5 GT untuk menangkap ikan
karang;
- 86 unit penangkapan trammel net berukuran 5 GT untuk menangkap udang
penaeid;
- 6 unit penangkapan jaring lobster berukuran 5 GT untuk menangkap lobster;
- 42 unit penangkapan bubu kepiting 5 GT untuk menangkap kepiting;
- 9 unit penangkapan bubu kepiting 5 GT untuk rajungan; dan
- 8 unit jaring dan pancing cumi berukuran 10 GT untuk menangkap cumi-cumi;

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 82


TABEL 4. 4 E STIMASI JUMLAH K EBUTUHAN K APAL PENANGKAP I KAN UNTUK PENGEMBANGAN
PERIKANAN TANGKAP DI K OTA SABANG DAN A LOKASI WILAYAH PENGEMBANNYA
Peluang Daerah
Ukuran Jenis Teknologi Produktivitas Kebutuhan
Kelompok Pengembangan Penangkapan
Armada Penangkapan rata-rata Armada
SDI Produksi Ikan
(GT) Ikan (ton/thn) (unit)
(ton) (DPI)
Ikan 20 Mini purse seine 350 9 DPI 2 dan DPI 3
Pelagis 6.098 20 Jaring insang 100 30 DPI 1 dan DPI 2
Kecil hanyut
Ikan 30 Longline 100 8 DPI 3
Pelagis 20 Pancing longline 40 30 DPI 2 dan DPI 3
Besar dan tonda
6.283
10 Pancing tonda 30 61 DPI 1 dan DPI 2
5 pancing ulur 20 122 DPI 1 dan DPI 2
Ikan 6,316 10 Rawai dasar 100 63 DPI 1 dan DPI 2
Demersal
Ikan 3,788 5 Pancing ulur dan 20 189 DPI 1 dan DPI 2
Karang bubu
Udang 1,718 5 Trammel net 20 86 DPI 1
Penaeid
Lobster 32 5 Jaring lobster 5 6 DPI 1
Kepiting 419 5 Bubu 10 42 DPI 1 dan DPI 2

Rajungan 94 5 Bubu 10 9 DPI 1 dan DPI 2


Cumi-cumi 336 10 Jaring cumi dan 40 8 DPI 2 dan DPI 3
pancing cumi
Jumlah 25,084 663
Sumber: Analisis, 2017

Dalam mengestimasi kebutuhan jumlah nelayan yang ideal di Kota Sabang, asumsi
yang digunakan adalah: jumlah nelayan ideal untuk armada mini purse seine 20 GT
sebanyak 20 orang/kapal; jaring insang hanyut berukuran 20 GT sebanyak 6
orang/kapal, longline 30 GT sebanyak 15 orang/kapal, pancing longline dan tonda
berukuran 20 GT sebanyak 5 orang/kapal, pancing tonda 5 GT sebanyak 4 orang,
jaring cumi berukuran 10 GT sebanyak 5 orang/kapal; unit penangkapan pancing
ulur dan tonda berukuran 10 GT sebanyak 5 orang/kapal; pancing ulur 5 GT
sebanyak 2 orang, pancing ulur dan bubu 5 GT sebanyak 4 orang, trammel net
berukuran 5 GT sebanyak 4 orang/kapal, dan jaring lobster berukuran 4 GT
sebanyak 4 orang/kapal, bubu rajungan dan kepiting berukuran 5 GT sebanyak 4
orang/kapal

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 83


TABEL 4. 5 E STIMASI JUMLAH K EBUTUHAN SDM NELAYAN UNTUK PENGEMBANGAN P ERIKANAN
TANGKAP DI KOTA SABANG

Ukuran Jumlah Jumlah rata-rata


Jenis Kelompok Kebutuhan
Armada Kapal Ikan nelayan per kapal
SDI SDM (orang)
(GT) (unit kapal) (orang / kapal)
Pelagis Kecil 20 9 20 174
20 30 6 183
Pelagis Besar 30 8 15 126
20 30 5 152
10 61 4 244
5 122 2 244
Demersal 10 63 5 316
Ikan karang 5 189 4 758
Udang Penaeid 5 86 4 344
Lobster 5 6 4 26
Kepiting 5 42 4 168
Rajungan 5 9 4 38
Cumi-cumi 10 8 4 34
Total 663 81 2,805
Sumber: Analisis, 2017

Berdasarkan skenario ideal ini, dapat diestimasi kebutuhan jumlah nelayan yang
diperlukan untuk pengembangan perikanan tangkap di Kota Sabang, perlu adanya
penambahan jumlah nelayan dikarenakan penambahan jumlah armada
penangkapan yang ada. Jumlah nelayan yang ada saat ini sebanyak 1.395 orang,
berdasarkan hasil analisis penambahan jumlah nelayan di Kota Sabang menurut
estimasi dari pengembangan armada jumlah nelayan yang dibutuhkan sebanyak
2.805 orang, maka perlu adanya penambahan jumlah nelayan sebanyak 1.410
orang. Pengembangan perikanan tangkap ini dibutuhkan tenaga kerja dengan
kualifikasi tertentu atau bersertifikat, seperti nakhoda (ANKAPIN) dan ahli mesin
(ATKAPIN), utamanya untuk kapal berukuran 10 GT ke atas, maka dari jumlah
tersebut, diperlukan tenaga kerja nelayan yang bersertifikat minimal sebanyak 409
orang.

Proyeksi Produksi Komoditas Unggulan Kota Sabang


Proyeksi produksi komoditas unggulan yaitu tuna, tongkol, dan cakalang
mempertimbangkan JTB, jumlah kapal, jumlah nelayan dan SDM eksisisting.
Proyeksi dilakukan dalam waktu 4 tahun kedepan hingga tahun 2020. Berdasarkan
hasil proyeksi peningkatan produksi pertahun untuk tahun 2017 peningkatan
produksi optimum dapat ditingkatkan menjadi 1.042 ton, hal ini berarti meningkat
sebesar 23,2 ton (2.28%) dari tahun 2016. Proyeksi produksi rata-rata untuk
komoditi tuna, tongkol, cakalang dalam sampai tahun 2020 mencapai 1115
ton/tahun dengan jumlah produksi sebesar 3346 ton (53.3% dari potensi ikan
pelagis besar). Proyeksi nilai produksi rata rata untuk komoditi unggulan pada

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 84


tahun 2020 sebesar 43.493 juta rupiah. Proyeksi produksi dan nilai produksi
disajikan pada pada Gambar berikut:

1400

1200 1090 1115


1042 1066
1000
Produksi (ton)

800

600

400

200

0
2017 2018 2019 2020

Tuna Tongkol Cakalang Rata-rata produksi (ton)

GAMBAR 4. 1 PROYEKSI VOLUME PRODUKSI KOMODITAS UNGGGULAN DI K OTA S ABANG

60000

50000
42512 43493
Nilai Produksi (juta rupiah)

40628 41558
40000

30000

20000

10000

0
2017 2018 2019 2020

Tuna Tongkol Cakalang Rata-rata nilai produksi (juta)

GAMBAR 4. 2 PROYEKSI VOLUME DAN NILAI PRODUKSI KOMODITAS UNGGGULAN DI KOTA


S ABANG

Kebutuhan Tipe Pelabuhan


Untuk mengestimasi kebutuhan jumlah dan tipe pelabuhan perikanan yang
diperlukan dapat didekati dengan ukuran kapal ikan yang beroperasi dan perkiraan
produksi ikan yang didaratkan per hari. Estimasi jumlah produksi ikan harian yang

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 85


didaratkan di Kota Sabang berdasarkan nilai estimasi peluang pengembangan
perikanan tangkap adalah sebesar 4.18 ton/hari. Produktivitas tertinggi diestimasi
dilakukan untuk kegiatan perikanan pelagis besar untuk ikan tuna, tongkol dan
cakalang sebesar 2.25 ton/hari.

TABEL 4. 6 E STIMASI PRODUKSI I KAN HARIAN DI S ELAT MALAKA DAN S AMUDERA


HINDIA M ENGGUNAKAN NILAI PELUANG PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI
K OTA SABANG

Potensi SDI Estimasi Produksi Harian


Jenis Kelompok SDI
(ton/tahun) Saat ini (ton/hari)
Pelagis Kecil 6.098 0.80
Pelagis Besar 6.283 2.25
Demersal 6.316 0.50
Ikan karang 3.788 0.25
Udang Penaeid 1.718 0.10
Lobster 32 0.03
Kepiting 419 0.05
Rajungan 94 0.05
Cumi-cumi 336 0.15
Total 25,084 4.18
Sumber: Analisis, 2017

Kemudian, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan klasifikasi


pelabuhan perikanan menjadi 4 (empat) kelas: yaitu Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) atau tipe A atau kelas I, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
atau tipe B atau kelas II, Pelabuhan Perikanan Pantai atau tipe C atau Kelas III, dan
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) atau tipe D atau kelas IV. Menurut Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 08 Tahun 2012 Tentang kepelabuhan
Perikanan, dinyatakan bahwa untuk kualifikasi untuk Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) adalah:

- Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di


perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 60 GT
- Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 100 unit atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT
- Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata
50 ton per hari.
- Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 20 ha.

Sementara, untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), kualifikasinya adalah:

- Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di


perairan Indonesia dan ZEEI
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 30 GT

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 86


- Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 75 unit atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT
- Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata
30 ton per hari.
- Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 10 ha.

Selanjutnya, kualifikasi untuk Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) adalah:

- Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di


perairan Indonesia
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 10 GT
- Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 30 unit atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT
- Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata
5 ton per hari.
- Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 5 ha.

Dan terakhir untuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), kualifikasinya adalah:

- Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di


perairan Indonesia
- Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 5 GT
- Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT
- Terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata
2 ton per hari.
- Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 ha.

Berdasarkan kriteria ini, kemudian dapat diestimasi tipe pelabuhan perikanan yang
diperlukan dan jumlah minimalnya untuk pengembangan perikanan tangkap,
pelabuhan yang perlu dikembangkan adalah Pangkalan Pendaratan Ikan
(Pelabuhan Tipe D)

Arahan Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan


Teknologi penangkapan ikan yang utama dikembangkan di DPI 1 diarahkan pada alat
tangkap pancing, bubu dan rawai, jaring insang dengan armada berukuran 5 – 10 GT.
Hal ini sesuai dengan Permen KP No 71/PERMEN-KP/2016 tentang jalur penangkapan
ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dan sesuai dengan
kebijakan perikanan tangkap nasional yang mengarahkan pengelolaan perairan pantai
(sampai dengan 4 mil laut) pada penggunaan alat tangkap pasif, dengan maksud agar
daya dukung lingkungannya tetap terjaga. Kemudian, sasaran utama (target species)
dari armada perikanan pantai ini adalah berbagai jenis ikan karang, ikan demersal, dan
pelagis kecil. Setiap unit penangkapan ini idealnya menggunakan 1 – 3 orang nelayan
dan sebaiknya alokasi tenaga kerja yang tersedia dipenuhi oleh masyarakat lokal atau
daerah setempat.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 87


Untuk pemanfaatan sumberdaya ikan di DPI 2, diutamakan menggunakan teknologi
penangkapan jenis mini purse seine, jaring insang hanyut dan pancing cumi. Ukuran
armada penangkapannya berkisar antara 10 – 20 GT. Jenis ikan target adalah berbagai
jenis ikan pelagis kecil dan ikan demersal. Setiap unit penangkapan ini idealnya
menggunakan 5-15 orang nelayan. Khusus untuk pengoperasian teknologi mini purse
seine memerlukan nelayan-nelayan trampil dengan kualifikasi teknis tertentu. Oleh
karena itu, untuk pengembangan teknologi tersebut di perairan Kota Sabang dapat
dilakukan melalui proses transfer teknologi, yaitu dengan mengkombinasi antara
nelayan lokal dengan nelayan trampil dalam satu unit penangkapan.

Di DPI 3, teknologi penangkapan yang utama dikembangkan adalah jenis armada


longline. Ukuran armada utamanya berukuran 30 GT. Target speciesnya adalah berbagai
jenis ikan pelagis besar (utamanya: tuna, cakalang dan tongkol). Setiap unit
penangkapan tersebut idealnya menggunakan 15 orang nelayan. Untuk pengawakan
kapal penangkap yang berukuran diatas 30 GT harus menggunakan seorang juru mudi
yang bersertifikat ANKAPIN dan juru motor yang bersertifikat ATKAPIN. Selain itu,
khusus untuk pengoperasian teknologi longline, juga memerlukan nelayan-nelayan
trampil yang memiliki kualifikasi teknis tertentu. Oleh karena itu, pengembangan
teknologi longline sebaiknya juga dilakukan melalui proses transfer teknologi, yaitu
dengan mengkombinasi antara nelayan lokal dengan nelayan trampil dalam satu unit
penangkapan. Pengembangan teknologi penangkapan ikan di Kota Sabang disajikan
pada Gambar 4.8.

GAMBAR 4. 3 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN DI K OTA S ABANG

Pengembangan armada penangkapan dilakukan untuk dapat memanfaatkan secara


optimal sumberdaya yang ada. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa jumlah

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 88


armada yang diperlukan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya ikan di Kota Sabang
adalah sebanyak 663 unit kapal dengan ukuran antara 5-30 GT. Penambahan kapal
dapat dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan pemerintah dan
sektor swasta yang akan berinvestasi dalam bidang perikanan tangkap. Pemerintah
dapat memberikan stimulus berupa bantuan kapal dan alat tangkap dengan jumlah yang
terbatas misalnya 30% dari total kebutuhan armada yang ada yaitu sebanyak 199 kapal
berbagai ukuran (5-30 GT), sisanya adalah sektor swasta yang akan berinvestasi di Kota
Sabang. Pengadaan jumlah kapal juga tidak bisa secara langsung dalam satu tahun
melainkan secara bertahap selama 4 tahun. Rencana pengembangan armada
penangkapan ikan disajikan pada Tabel 4.6

TABEL 4. 7 R ENCANA PENGEMBANGAN ARMADA PENANGKAPAN DI K OTA S ABANG DARI


TAHUN 2017-2020

Ukuran Arm Kebutuhan a


Alat Penangkap Ikan 2017 2018 2019 2020
ada (GT) rmada
Mini purse seine 20 9 3 3 3 0
Jaring insang hanyut 20 30 8 8 8 6
Longline 30 8 2 2 2 2
Pancing longline dan tond
20 30 8 8 8 6
a
Pancing ulur 5 61 16 15 15 15
Pancing tonda 10 122 31 31 30 30
Rawai dasar 5 63 16 16 16 15
Pancing ulur dan bubu 5 189 48 47 47 47
Trammel net 5 86 22 22 21 21
Jaring lobster 5 6 2 2 2 0
Bubu 5 42 11 11 10 10
Bubu 5 9 3 3 3 0
Jaring cumi dan pancing cu
10 8 4 2 2 0
mi
Total 663 174 170 167 152
Sumber: Analisis, 2017

Arahan Pengembangan Prasarana Perikanan Tangkap


Kondisi sarana dan prasarana perikanan di Kota Sabang masih sangat terbatas,
terdapat 9 PPI dan TPI. Sarana dan prasarana pelabuhan perikanan yang ada saat
masih belum lengkap dan dalam kondisi yang kurang baik. Sarana seperti tempat
pelelangan ikan, stasiun pengisian bahan bakar, cold storage, pabrik es masih
terbatas, masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan es saat ini membeli dari es
yang disediakan untuk keperluan perumahan dengan plastik. Keterbatasan sarana
dan prasarana perikanan ini mempengaruhi tingkat pemanfaatan, pemasaran dan
pendapatan nelayan sendiri. Dalam hal ini kebijakan pemerintah diperlukan untuk
meningkatkan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. Selain pendaratan ikan,
pasar menjadi sarana perikanan tangkap yang perlu dikembangkan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 89


Untuk perencanaan pengembangan SKPT Kota Sabang yang ada di Ie Melue mulai
diarahkan untuk dibangun fasilitas pelabuhan perikanan tipe D atau Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI), karena utamanya hanya untuk melayani seluruh kegiatan
armada perikanan yang beroperasi di DPI 1 dengan armada berukuran diatas 5
hingga 20 GT. Namun demikian pengembangan ke depan juga diarahkan untuk
dapat melayani kapal berukuran lebih dari 30 GT yang beroperasi di Laut Banda
dengan tujuan penangkapan utama ikan pelagis besar.

4.1.1.3 Skenario Pengembangan SKPT Kota Sabang


Pengembangan perikanan tangkap Kota Sabang dalam rangka program SKPT
diskenariokan untuk mencapai output yaitu peningkatan produksi perikanan untuk
semakin mendekati pencapaian produksi sesuai JTB Kota Sabang. Pada dasarnya
peningkatan produksi secara signifikan hingga mencapai angka JTB akan sulit dipenuhi
dalam waktu perencanaan 2017-2019. Oleh karena itu di buat skenario dan target baru
yang lebih realistis untuk dicapai dengan intervensi pemerintah dalam waktu 3 tahun.

Target Produksi Total Produksi


Program SKPT Kota Sabang menargetkan pertambahan produksi perikanan
tangkap pada tahun 2020 sebesar 21% dari JTB Kota Sabang. Dengan Asumsi-
asumsi yang dipakai berdasarkan kajian pada sub bab 4.1.1.1, maka target produksi
untuk total seluruh komoditas perikanan tertuang pada gambar berikut:

2016
Produksi
2017
4.747 ton Produksi
2018
19% JTB 5.385 ton Produksi
2019
15% MSY 21% JTB 6.109 ton Produksi
2020
17% MSY 25% JTB 6.931 ton Produksi
Naik 13% 20% MSY 31% JTB 10.037 ton
Naik 17% 24% MSY 40% JTB
Naik 22% 32% MSY
Naik 31%

Sumber: Analisis, 2017


GAMBAR 4. 4 TARGET PRODUKSI PERIKANAN T ANGKAP SKPT SABANG

Dari gambar diatas diketahui total peningkatan dari 2016 hingga 2020 terdapat
terdapat kenaikan pencapaian JTB Kota Sabang yaitu dari 19% menjadi 40%. Target
Produksi tahun 2020 adalah 10.037 ton atau 50 ton/hari. Produksi unggulan TCT
ditargetkan 29 ton/hari

Produksi pada tahun 2016 adalah 4.747. Pada tahun 2017 produksi diprediksi
mencapai 5.385 ton yaitu sebesar 21% dari MSY atau 17% dari JTB Kota Sabang.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 90


Prediksi ini dilihat dari rata-rata kecenderungan kenaikan total produksi perikanan
dalam kurun waktu 2013-2016 sebesar 13,45% pertahun.

Pada tahun 2018, produksi ditargetkan meningkat secara signifikan hingga 6.109
ton setara dengan 25% dari MSY atau 20% dari JTB Kota Sabang. Hal ini
diperkirakan bahwa program SKPT pada tahun 2018 (penambahan fasilitas PPI Ie
Meulee dan bantuan armada) sudah beroperasi dengan baik. Pada 2019 produksi
ditargetkan meningkat pada hingga mencapai angka 6.931 ton (31% dari MSY atau
24% dari JTB) dan pada tahun 2020 produksi ditargetkan 10.037 ton (40% dari
MSY atau 32% dari JTB). Pencapaian JTB penuh ditargetkan tercapai pada rencana
jangka panjang diatas tahun 2020

Target Produksi Tuna Tongkol Cakalang


Dalam skenario SKPT target produksi TTC sebagai komoditas unggulan akan
diintervensi sehingga tingkat kenaikan TTC diatas kenaikan total produksi
perikanan. Intervensi SKPT ini diharapkan akan mendorong lompatan pertumbuhan
TTC Cakalang dibandingkan dengan kenaikan komoditas TTC secara apa adanya
(non intervensi) sesuai kecenderungan dalam kurun waktu 2013-2016 yaitu yang
hanya sebesar 3% untuk Tuna 1 % untuk tongkol dan 3% untuk Cakalang.
Perbedaan proyeksi kenaikan produksi TTC secara adapanya dengan target
produksi TTC dengan intervensi SKPT tertuang pada diagram berikut:

7000

6000 5835

5000 4526
3690
4000
3080
3000 2715

2000

1000
1066 1115
1019 1042 1090
0
2016 2017 2018 2019 2020

Proyeksi non intevensi Target SKPT

Sumber: Analisis, 2017


GAMBAR 4. 5 PERBANDINGAN PRODUKSI T UNA TONGKOL C AKALANG A NTARA
PROYEKSI NON INTERVENSI D ENGAN TARGET I NTERVENSI SKPT

Lompatan kenaikan produksi TTC diatas dihitung dengan anggapan bahwa:

 Proporsi produksi kelompok SDI pelagis besar terhadap total produksi


perikanan tangkap pada tahun 2020 ditingkatkan dari 62% menjadi 65%.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 91


 Produksi pelagis besar ditargetkan mencapai JTB pelagis besar secara penuh
yaitu 6.283 ton/tahun
 Dengan tangkapan TTC terhadap kelompok SDI Pelagis besar tetap
dipertahankan Tuna sebesar 33%, Cakalang sebesar 40% dan tongkol sebesar
20%.

Berdasarkan asumsi tersebut, produksi TTC pada tahun 2020 ditargetkan dapat
tercapai 2.052 ton untuk komoditas Tuna, 1.279 untuk Tongkol dan 2.504 untuk
Cakalang dan 1.279 dengan rata-rata produksi adalah 1.945 ton/komoditas.
Rincian target tangkapan TTC dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 4. 8 TARGET PRODUKSI TUNA T ONGKOL C AKALANG SKPT K OTA SABANG

TARGET 2016 2017 2018 2019 2020


Produksi Perikanan Tangkap (ton) 4,747 5,385 6,282 7,667 10,037
Tuna 32.7% (ton) 955 1083 1298 1591 2052
Cakalang 39.9% (ton) 1165 1322 1584 1942 2504
Tongkol 20.4% (ton) 595 675 809 992 1279
Produksi TTC (ton) 2715 3080 3690 4526 5835
Rata-rata produksi TTC (ton) 905 1027 1230 1509 1945
Produksi Harian TTC (ton/hari) 14 15 18 23 29
Kenaikan produksi TTC 13% 20% 23% 29%
Sumber: Analisis, 2017

Kebutuhan Armada dan Alat Tangkap SKPT


Untuk mencapai target produksi baik produksi keseluruhan dan produksi
komoditas unggulan makan intervensi yang dilakukan adalah dalam bentuk
penambahan armada, alat tangkap. Perhitungan penambahan armada
mempertimbangkan hal-hal berikut:

 Kondisi Tingkat pemanfaatan SDI dan perubahan proporsi produksi kelompok


SDI
 Proporsi pelagis kecil diturunkan karena tingkat pemanfaat SDI WPP fully
exploited dan overexploited
 Proporsi produksi pelagis besar ditingkatkan hingga mencapai JTB pelagis
besar
 Proporsi ikan demersal sedikit diturunkan karena tingkat pemanfaat SDI
WPP fully exploited dan overexploited
 Proporsi ikan karang dinaikkan secara signifikan karena tingkat pemanfaat
SDI WPP masih moderate
 Proporsi Ikan lainnya sedikit diturunkan dengan arahan Penambahan
armada penangkapan udang dan lobster hanya berupa pergantian armada
yang rusak karena tingkat pemanfaatan di WPP sudah over exploited;
armada dan alat tangkap untuk kepiting dan rajungan ditiadakan karena
tidak sesuai dengan komoditas Sabang; dan armada serta alat tangkap cumi-
cumi ditingkat secara signifikan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 92


 Kondisi penguasaan dan pengunaan alat tangkap oleh nelayan Sabang.
Intervensi penambahan armada dan alat tangkap pada tahun pertama diarahkan
apa armada yang biasa dipakai oleh nelayan lokal yaitu armada 5 GT dan sedikit
armada 10GT. Pada tahun kedua penambahan armada dikerahkan untuk
peningkata teknologi tangkap dengan ukuran 20 GT. Tahun ketiga penambahan
dicoba pada armada ukuran 30 GT karena dianggap nelayan agak terbiasa
dengan penguasaan teknologi berukuran besar.
 Proporsi penambahan armada oleh pemerintah dan investasi swasta
Penambahan armada dan alat tangkap pada tahap awal SKPT ditekankan pada
bantuan pemerintah dengan maksud untuk menstimulus peningkatan kuantitas
kegiatan penangkapan. Pada tahun pertama proporsi pemeritntah untuk
penambahan armada diarahkan mencapai 75% dan berangsur menurun hingga
30% pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini diperkirakan bahwa pada tahun
kedua dan ketiga hasil keuntungan SKPT sudah mulai terlihat dan
swasta/nelayan telah terstimulus untuk ikut investasi dalam pengadaaan sarana
prasarana penagkapan.

Penambahan armada per jenis tangkap dan per tahun untuk memenuhi target
produksi SKPT dapat dilihat pada Tabel XX.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 93


TABEL 4. 9 TABEL PENAMBAHAN A RMADA DAN A LAT TANGKAP UNTUK M ENCAPAI TARGET SKPT
Target penmabahan
Produksi 2016-2020 Target Penambahan Armada (unit)
Jenis Teknologi Ukuran Kebutuhan Produktivitas (Ton) Produksi
Kelompok Produksi
Penangkapan Armada Armada rata-rata 2016
SDI per per 2020
Ikan (GT) (unit) (ton/thn) (ton) 2016-
jenis alat kelompok (ton) 2018 2019 Total
2017
tangkap SDI
Ikan Mini purse seine 20 1 350 350 650 598 1248 1 1
Pelagis Jaring insang 20 3 100 300 1 1 1 3
Kecil hanyut
Ikan Longline 30 3 100 300 3,360 2923 6283 3 3
Pelagis
Besar Pancing longline 20 17 40 680 7 10 17
dan tonda

Pancing tonda 10 34 30 1,020 5 12 17 34

pancing ulur 5 68 20 1,360 45 13 10 68

Ikan Rawai dasar 10 4 100 400 400 491 891 1 1 2 4


Demersal
Ikan Pancing ulur 5 26 20 520 520 321 841 9 9 8 26
Karang

Udang Trammel net 5 3 20 60 360 413 773 1 1 1 3


Penaeid
Lobster Jaring lobster 5 4 5 20 1 1 2 4
Kepiting Bubu 5 0 10 - 0
Rajungan Bubu 5 0 10 - 0
Cumi- Jaring cumi dan 10 7 40 280 2 2 3 7
cumi pancing cumi
TOTAL 170 845 5,290 5,290 4,747 10037 65 47 58 170
Sumber: Analisis, 2017

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 94


Kebutuhan Perbekalan Melaut SKPT
Untuk mencapai output SKPT yang diinginkan, penambahan armada kapal harus
disertai dengan pemenuhan kebutuhan perbekalan melaut, antara lain BBM dan Es.
Perhitungan kebutuhan BBM nantinya akan memeberikan rekomendasi ukuran dan
kapasitas sapras SPDN dan pabrik es yang harus dibuat. Kebutuhan BBM dapat
dilihat pada rincian tabel berikut:

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 95


TABEL 4. 10 K EBUTUHAN BBM UNTUK PENAMBAHAN ARMADA SKPT 2016-2019

Kebutuhan BBM
Jumlah Pekiraan
Ukuran Daya
Penambahan Waktu Per
NO. Jenis Alat Tangkap Kapal Mesin Konstanta Per hari Per bulan Per tahun
Armada Melaut kapal/hari
(GT) (PK) (liter) (liter) (liter)
(Unit) (Jam) (liter)
1 Mini purse seine 20 1 120 6 0.12 86 1,728 13,824 86
2 Jaring insang hanyut 20 3 120 6 0.12 259 5,184 41,472 86
3 Longline 30 3 240 8 0.12 691 13,824 110,592 230
4 Pancing longline dan 20 17 120 6 0.12 1,469 29,376 235,008 86
tonda
5 Pancing tonda 10 34 80 6 0.12 1,958 39,168 313,344 58
6 pancing ulur 5 68 25 4 0.12 816 16,320 130,560 12
7 Rawai dasar 10 4 80 4 0.12 154 3,072 24,576 38
8 Pancing ulur dan bubu 5 26 25 4 0.12 312 6,240 49,920 12
9 Trammel net 5 3 25 4 0.12 36 720 5,760 12
10 Jaring lobster 5 4 25 4 0.12 48 960 7,680 12
11 Bubu 5 0 25 4 0.12 - - -
12 Bubu 5 0 25 4 0.12 - - -
13 Jaring cumi dan 10 7 80 6 0.12 403 8,064 64,512 58
pancing cumi
Total 170 6,233 124,656 997,248 691
Sumber: Analisis, 2017

BBM yang paling banyak digunakan adalah solar sehingga penyediaan pemenuhan kebutuhan BBM sebaiknya disesuaikan dengan permintaan lokal.
Perhitungan di Tabel menggunakan asumsi semua kapal berangkat melaut semua pada waktu yang bersamaan dan serta semua armada yang
tersebar di masing-masing Gampong dan tempat pendaratan ikan mengambil BBM ditempat yang sama. Namun kondisi dilapangan memperlihatkan
bahwa tidak semua kapal berangkat bersamaan. Diasumsikan hanya ¼ armada yang melaut pada hari yang sama. Sehingga kebutuhan penambahan
BBM pada tahun 2020 adalah 1.558 liter/hari untuk semua jenis dan ukuran kapal. Sedangkan kebutuhan BBM khusus untuk kapal pelagis besar
adalah 1.320 liter/hari

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 96


Selain kebutuhan BBM untuk pertambahan kapal. Perlu dihitung juga kebutuhan
BBM untuk kapal aktual yang ada di Kota Sabang. Pada tahun 2016 terdapat 682
unit kapal dengan rincian 128 kapal tanpa motor serta 554 kapal motor dan motor
tempel. Selama ini kebutuhan BBM dipasok dari 2 SPBU di Kota Sabang. Perkiraan
kebutuhan BBM untuk armada faktual adalah sebagai berikut:

TABEL 4. 11 PERKIRAAN K EBUTUHAN BBM UNTUK ARMADA FAKTUAL T AHUN 2016

Ukuran Jumlah Daya Waktu Kebutuhan BBM


No Armada Penambahan Mesin Melaut Konstanta
(GT) Armada (Unit) (PK) (Jam) Per Per
Per hari Per tahun
bulan kapal/hari
1 30 1 240 8 0.12 230 4,608 36,864 230
2 20 6 120 6 0.12 518 10,368 82,944 86
3 10 33 80 6 0.12 1,901 38,016 304,128 58
4 10 2 80 4 0.12 77 1,536 12,288 38
5 5* 512 25 4 0.12 6,144 122,880 983,040 12
554 8,870 177,408 1,419,264 425
TOTAL
*)termasuk ekivalen perahu motor tempel
Sumber: Analisis, 2017

Apabila diasumsikan hanya ¼ armada yang melaut pada hari yang sama maka
kebutuhan BBM untuk kapal yang telah ada di Kota Sabang adalah 8.840 liter/hari.

Kebutuhan total untuk armada aktual dan penambahan adalah 3.776 liter/hari.
Diasumsikan 50% kapal di Kota Sabang atau kapal-kapal yang berada di tempat
pendaratan ikan di sisi perairan timur Pulau Weh dan sebagian kapal di tempat
pendaratan ikan pesisir utara dan selatan dilayani oleh SPDN baru yang akan
dibangun dalam rangka program SKPT. Sedang 50% kapal sisanya dilayani oleh 2
SPBU faktual. Dari asumsi tersebut dapat direkomedasikan bahwa SPDN yang
sebaiknya dibangun di lokasi Pusat SKPT adalah SPDN yang mampu melayani
kebutuhan BBM minimal 1.9 liter/hari.

Selanjutnya dihitung perkiraan kebutuhan es untuk pengembang SKPT. Kebutuhan


es diperkirakan dari target produksi perhari. Kebutuhan es ideal adalah 2 kali dari
produksi perhari. Sedangkan realitanya nelayan yang pulang tidak menghabiskan
keseluruhan es yang dibawa. Sehingga ketika berangkat kembali nelayan hanya
menambahkan kekurangan es. Dari kondisi tersebut maka diperkirakan ¾ es dari
kebutuhan ideal perlu dipasok dari pabrik es

Sehingga perhitungan kasar kebutuhan es untuk perbekalan adalah:

TABEL 4. 12 TABEL K EBUTUHAN E S U NTUK PERBEKALAN

Kebutuhan
Penyediaan
No Produksi harian (ton) Ideal Es
Es (ton)
(ton)
1 Seluruh Komoditas 50 100 75
2 Komoditas Unggulan (TTC) 29 57 43
Sumber: Analisis, 2017

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 97


Kebutuhan Penambahan SDM Perikanan
Skenario intervensi SKPT melibatkan penambahan armada kapal sebanyak 170
kapal. Penambahan kapal ini harus diimbangi oleh petambahan jumlah nelayan
Dengan asumsi kebutuhan perkapalnya sesaui dengan yang telah dijelaskan pada
subbab 4.1.1.1. maka diketahui penambahan jumlah nelayan sebanyak 1.598
orang. Agar target produksi dapat tercapai sesuai yang diharapkan maka
kebutuhan penambahan nelayan tersebut harus dipenuhi pada tahun 2020. Jumlah
nelayan tersebut dibagi menjadi dua nelayan dengan keterampilan sederhana (non
sertifikat) dan tenaga kerja kapal dengan kualifikasi tertentu atau bersertifikat,
seperti nakhoda (ANKAPIN) dan ahli mesin (ATKAPIN), utamanya untuk kapal
berukuran 10 GT ke atas, maka dari jumlah tersebut. Rincian Kebutuhan
penambahan nelayan adalah sebagai berikut:

TABEL 4. 13 TABEL K EBUTUHAN PENAMBAHAN SDM SKPT

Ukuran Jml Kebutuhan SDM (orang)


NO. Alat tangkap Armada Kapal
(GT) (Unit) Non sertifikat SDM bersertifikat

1 Mini purse seine 20 1 87 26


2 Jaring insang hanyut 20 3 91 27
3 Longline 30 3 63 19
4 Pancing longline dan tonda 20 17 79 24
5 Pancing tonda 10 34 126 38
6 pancing ulur 5 68 126
7 Rawai dasar 10 4 158 47
8 Pancing ulur dan bubu 5 26 379
9 Trammel net 5 3 172
10 Jaring lobster 5 4 13
11 Jaring cumi dan pancing cumi 10 7 17 5
Total 170 1412 186
Sumber: Analisis, 2017

Dalam penambahan jumlah kapal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana


memenuhi kuantitas penambahan nelayan dalam rangka pengembangan SKPT Kota
Sabang, apakah diambil dari tenaga lokal sabang atau diambil dari luar Sabang.

Arahan Pengembangan Daerah Penangkapan Ikan (DPI)


Nelayan Kota Sabang hanya dapat melakukan aktivitas penangkapan ikan selama 8
bulan. Hal ini dipengearuhi karena sebagian wilayah kota Sabang berhadapan
langsung dengan laut Andaman dan selat Malaka. Sehingga pada musim tertentu
nelayan tidak dapat melaut karena kondisi cuaca, angina, dan gelombang yang tidak
mendukung. Namun sumber daya ikan di kota Sabang sangat berlimpah. Hal ini

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 98


ditambah lagi dengan banyaknya teluk-teluk yang terlindung di Kota Sabang,
dimana perairan teluk ini merupakan salah satu wilayah penangkapan potensial.
Musim penangkapan ikan dipengaruhi oleh angin, cuaca dan ruaya atau migrasi
ikan, karena pada umumnya jenis-jenis ikan pelagis ini selalu melakukan
pergerakan/ruaya baik ruaya jauh maupun ruaya lokal. Berdasarkan karakteristik
perairan laut dan jenis sumber daya ikannya, maka desain pengembangan daerah
penangkapan ikan usaha perikanan tangkap di perairan laut sekeliling Kota Sabang
secara garis besar dibagi menjadi 3 (tiga) daerah penangkapan utama, yaitu:

1. Daerah penangkapan ikan (DPI) 1, yakni semua perairan pantai yang berjarak
mulai dari 0 hingga 4 mil laut. DPI-1 memiliki potensi untuk pengembangan
perikanan karang (seperti: ikan kerapu, baronang, biji nangka, dan kakaktua),
demersal (seperti: ikan kue dan kakap merah) dan pelagis kecil (seperti: ikan
teri, julung-julung, layang dan kembung);
2. Daerah penangkapan ikan (DPI) 2, yakni semua perairan laut yang berjarak
mulai dari 4 hingga 12 mil laut. DPI-2 memiliki potensi untuk pengembangan
perikanan demersal, pelagis kecil, dan pelagis besar (seperti: ikan tongkol,
cakalang)
3. Daerah penangkapan ikan (DPI) 3, yakni semua perairan laut yang berjarak
diatas 12 mil laut hingga batas terluar atau wilayah ZEE Indonesia. DPI-3
memiliki potensi untuk pengembangan perikanan pelagis besar seperti tuna,
tongkol, cakalang dan perikanan demersal laut dalam.

Kegiatan usaha penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan (DPI) 1 dan 2,


karena masih tergolong kedalam perairan pantai, maka seyogyanya diarahkan
hanya untuk pengembangan aktivitas perikanan rakyat atau perikanan skala kecil
dan menengah, sedangkan di DPI 3 yang merupakan perairan lepas pantai dapat
diarahkan bagi kegiatan perikanan tangkap skala besar atau industri. Secara umum,
pengembangan perikanan tangkap di perairan Sumba untuk jangka pendek hingga
menengah, dapat diarahkan pada pengoptimalan pemanfaatan sumberdaya ikan laut
di setiap zona daerah penangkapan, sedangkan untuk kedepan (jangka panjang)
seyogyanya diarahkan pada kegiatan perikanan tangkap yang berbasis budidaya
(berlandaskan restocking dan sea farming), utamanya untuk DPI 1 dan 2. Disamping
itu, dalam pengembangan perikanan tangkap di wilayah Sumba Timur juga harus
dilakukan secara terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya, agar berjalan serasi dan
tidak menimbulkan masalah atau konflik antar sektor dikemudian hari.
Pengembangan daerah penangkapan ikan di Kota Sabang disajikan pada Gambar 4.4

4.1.2 KONSEP PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA


Dalam mengantisipasi tingkat pemanfaatan sumberdaya hayati laut dan eksploitasi sumberdaya
ikan yang akan meningkat pada masa yang akan datang, maka pengembangan sektor perikanan
budidaya menjadi alternatif yang penting. Pengembangan perikanan budidaya (akuakultur)
yang mungkin dikembangkan di wilayah pesisir Kota Sabang utamanya adalah budidaya laut
(marikultur) dan budidaya (tambak). Pengembangan perikanan budidaya disuatu wilayah
sangat ditentukan oleh kesesuaian lahan atau areal yang tersedia, apakah sesuai untuk
perikanan budidaya laut (marikultur), payau atau tawar.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 99


Daya dukung perairan untuk budidaya bergantung kepada kondisi sumberdaya alam, sistem
budidaya, komoditas budidaya dan tingkat teknologi budidaya yang digunakan. Penentuan daya
dukung kawasan bagi pengembangan perikanan budidaya dilakukan untuk menjamin secara
ekologis keberlangsungan usaha dan kegiatan budidaya.

Selain faktor tersebut di atas, status perairan yang diusahakan sebagai areal budidaya juga
menjadi faktor pembatas pengembangan. Sebagai contoh, dalam pengembangan kawasan
marikultur di kawasan lindung dengan status sebagai zona penyangga (buffer zone) bagi zona
inti. Untuk kepentingan ekonomi, peraturan yang berlaku bagi di zona penyangga di kawasan
lindung tersebut adalah pemanfaatan yang bersifat terbatas. Zona yang bisa dimanfaatkan bagi
kegiatan perekonomian atau budidaya ditentukan tidak melebihi 20%. Kawasan yang terbatas
ini biasa disebut sebagai kawasan pengembangan budidaya yang dapat direkomendasikan.
Kemudian, dari luas yang areal yang direkomendasikan tersebut, tentunya tidak seluruhnya
bisa digunakan secara efektif untuk kegiatan produksi akuakultur, karena sebagian akan
digunakan untuk berbagai keperluan (utilitas) budidaya.

Luas kawasan potensial untuk pengembangan perikanan budidaya laut, payau dan air tawar di
Kota Sabang diperkirakan sebesar 288.72 Ha (Dinas Kelautan dan Perikanan Sabang, 2017).
Luas lahan untuk budidaya laut sangat besar yaitu 275.02 ha. Dari luasan tersebut diperkirakan
secara kasar masih dibawah 2 % yang baru dimanfaatkan untuk usaha budidaya perikanan.
Kota Sabang menjadi salah satu wilayah yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan menjadi lokasi pilot project pengembangan keramba jaring apung (KJA) Offshore
dengan komoditi utama kakap putih (baramundi).

Pengembangan perikanan budidaya (akuakultur) di Kota Sabang diarahkan untuk


memproduksi komoditas yang berorientasi ekspor dan berbasis kepada sumberdaya alam lokal.
Pengembangan akuakultur dilakukan pada lokasi yang memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi
dengan berprinsip pemanfaatan sumberdaya perairan seoptimal mungkin secara ramah
lingkungan sehingga dicapai keberlanjutan usaha sepanjang masa.

4.1.2.1 Komoditas Akuakultur yang Dikembangkan


Kota Sabang dikelilingi oleh wilayah laut dan terdapat lokasi yang potensial untuk
pengembangan marikultur untuk untuk jenis ikan ekonomis penting seperti ikan karang
dan jenis krustase (udang). Lokasi tersebut berada pada bagian uatara pulau Sabang di
bagian Teluk Krueng Raya, dan bagian Selatan Pulau Sabang yang berhadapan dengan
pulau Sumatera untuk Budidaya ikan lepas pantai.

Komoditas akuakultur yang akan dikembangkan di wilayah pesisir Kota Sabang


mencakup spesies air tawar, payau dan air laut. Oleh karena itu, penekanan
pengembangannya diberikan pada komoditas budidaya laut (marikultur), budidaya
tambak dan air tawar. Komoditas marikultur yang dapat dikembangkan antara lain
kerapu, kakap putih dan kuwe, serta udang (krustasea). Masih banyak jenis ikan karang
yang bisa dibudidayakan, namun dibatasi oleh kendala ketersediaan benih. Untuk
memenuhi kebutuhan benih dalam rangka pengembangan marikultur untuk tahap awal
akan di suplai dari balai benih ikan laut terdekat yaitu dari Balai Benih Budidaya Laut
Ujung Batte.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 100


Budidaya lobster sangat potensial untuk dikembangkan di lokasi Keunekai, hal ini
didasrkan pada kondisi perairan yang sesuai dan ketersediaan benih lobster yang
berasal dari hasil tangkapan nelayan yang berukuran kecil (belum layak tangkap).

4.1.2.2 Sistem dan Teknologi Akuakultur


Sistem perikanan budidaya yang akan dikembangkan di kawasan pesisir Kota Sabang
harus berpedoman kepada prinsip trophic level-based mariculture. Pengembangan satu
atau sedikit komoditas yang bersifat karnivora saja menyebabkan ketidakseimbangan
ekosistem, karena sistem produksi komoditas tersebut cenderung memproduksi juga
limbah (bahan organik, amoniak atau nitrogen) yang tidak bisa lagi ditolerir oleh
kemampuan lingkungan. Di alam, keseimbangan ekosistem tercapai ketika struktur
komunitas biota membentuk piramida, sehingga dikenal sebagai piramida makanan.
Selain itu, pengembangan komoditas yang bersifat high trophic level ini relatif mahal
(konversi dari protein ke protein) dibandingkan dengan komoditas yang low trophic
level yang relatif lebih murah (konversi dari karbohidrat ke protein). Memproduksi
protein ikan dari bahan baku karbohidrat relatif lebih murah dibandingkan dari bahan
baku protein.

Berdasarkan prinsip tersebut terdapat upaya untuk memperbesar alokasi perairan bagi
pengembangan komoditas dengan tingkat trofik yang relatif rendah, atau bahkan
rumput laut. Disarankan pembagian alokasi kawasan potensial dari perikanan budidaya
yang tersedia adalah sekitar 65-80% untuk komoditas dengan tingkat trofik yang relatif
rendah, sedangkan sisanya untuk komoditas dengan tingkat trofik yang lebih tinggi
(karnivora). Namun demikian, ada kemungkinan pada beberapa kawasan hal tersebut
tidak bisa diterapkan, karena kondisi sumberdaya perairannya tidak memungkinkan
untuk pengembangan sekaligus beberapa jenis komoditas tersebut.

Budidaya Laut
Di dalam pengembangan budidaya laut atau marikultur, terdapat dua aspek
utama harus diperhatikan, yakni kelayakan lokasi yang ditinjau dari aspek biofisik,
serta kelayakan komoditas yang ditinjau dari sisi pasar dan penguasaan teknologi
budidaya. Secara biofisik, lokasi marikultur di laut adalah kawasan terlindung dari
ombak dan badai, tetapi memiliki sirkulasi air (arus) yang optimal yakni sekitar 0,2-
0,4 m/detik. Prinsip keterlindungan tersebut penting untuk menjaga keamanan
konstruksi infrastruktur (wadah) marikultur, sedangkan keberadaan arus penting
untuk ketersediaan sirkulasi air bagi jaminan pasokan oksigen terlarut dan
pembuangan limbah marikultur seperti amoniak dan karbondioksida. Oksigen
merupakan faktor pembatas produksi akuakultur, sehingga tidak ada oksigen
berarti tidak ada produksi.

Kawasan terlindung di perairan laut umumnya berupa selat, teluk dan perairan laut
dangkal terlindung. Selat adalah perairan di antara dua atau lebih pulau, dan
keberadaan pulau-pulau yang di sekitar perairan tersebut memberikan
keterlindungan dari ombak dan badai serta angin kencang. Teluk adalah perairan
laut yang menjorok ke dalam daratan, dan daratan seolah-olah memeluk perairan
laut. Energi berupa gelombang dan ombak yang besar menjadi berkurang setelah
memasuki kawasan perairan teluk, sehingga relatif aman bagi konstruksi

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 101


infrastruktur marikultur. Perairan laut dangkal terlindung (protected shallow sea)
adalah kawasan terlindung oleh karang penghalang (barrier reef), sehingga ombak
dan gelombang besar yang bersifat turbulen menjadi laminer (semilir) setelah
menghantam dan melalui karang tersebut. Perairan dangkal tersebut seringkali
dinamai gosong. Adakalanya beberapa pulau kecil merupakan satu kesatuan gosong,
karena pulau-pulau tersebut dikelilingi oleh karang penghalang. Sirkulasi air, yakni
pergerakan masa air pada saat pasang dan surut di kawasan ini berlangsung melalui
beberapa celah (gate) yang terdapat rangkaian karang penghalang tersebut.

Selain terlindung dan memiliki sirkulasi air yang memadai, kawasan pengembangan
marikultur juga menghendaki aksesibilitas yang memadai. Aksesibilitas demikian
penting pada fase konstruksi dan operasi marikultur, seperti pengadaan bahan dan
peralatan konstruksi, sarana dan prasarana produksi, serta pemasaran hasil.

Kemudian, teknologi budidaya laut yang umum digunakan untuk komoditas ikan
adalah keramba jaring tancap dan keramba jaring apung. Kesesuaian lokasi yang
dianggap ideal untuk budidaya ikan laut di dalam keramba jaring apung adalah
sebagai berikut:

a. Sistem budidaya ini biasanya dilakukan di teluk dengan kedalaman air 15-30 m.
Kedalaman pada surut terendah lebih dari 5 m, untuk menghindari pengaruh
buruk dasar perairan. Di sisi lain, kedalaman air yang lebih dari 30 m
membutuhkan tali jangkar yang terlalu panjang.
b. Keberadaan arus sangat penting pada sistem ini sebagai penyuplai oksigen bagi
ikan yang dibudidaya dan membuang kotoran dan sisa pakan jauh ke luar areal
budidaya. Namun demikian, arus yang terlalu kuat dapat menyebabkan ikan
terdesak dan merusak konstruksi wadah. Kecepatan arus yang ideal untuk
keramba jaring apung sekitar 15 – 35 cm/detik.
c. Perairan sebaiknya bebas dari hempasan gelombang besar dan angin yang kuat,
untuk menghindari kerusakan konstruksi rakit KJA. Tinggi gelombang idealnya
tidak lebih dari 0,5 m.
d. Kecerahan air yang baik adalah lebih dari 2 m.
e. Tidak terdapat sumber pencemar, terutama logam berat, yang bersifat racun
bagi ikan dan manusia yang mengkonsumsinya.
f. Jauh dari alur pelayaran, karena gelombang yang ditimbulkan perahu akan
mengganggu ikan (stres).

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 102


GAMBAR 4. 6 L OKASI YANG SESUAI UNTUK BUDIDAYA KJA DI K OTA SABANG

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas, lokasi budidaya laut untuk keramba


jaring apung yang ideal berada di teluk, selat di antara pulau-pulau berdekatan, atau
perairan terbuka dengan terumbu karang penghalang yang cukup panjang.
Berdasarkan pada kelayakan biofisik seperti tersebut di atas, maka analisis potensi
lokasi budidaya laut di Kota Sabang ditinjau dari keadaan pesisir yang terbagai
dalam 2 kelompok, yakni (1) pesisir dengan pantai terbuka berada di pesisir bagian
bawah pulau Sabang di Keuneukai (Ujung Teupin Redeueb) sampai Jaboi (Ujung
Maduru) cocok untuk kegiatan KJA offshore; (2) pantai tertutup pulau-pulau kecil,
berada di pesisir utara Sabang di Teluk Sabang seperti Krueng Raya, Iboih, Lhok
Weh dan Pria Laut untuk KJA kerapu dan kakap putih. Lokasi yang sesuai untuk
budidaya KJA di Kota Sabang disajikan pada

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 103


GAMBAR 4. 7 L OKASI B UDIDAYA LEPAS PANTAI PULAU WEH

Sistem Budidaya Lepas Pantai (KJA Offshore)


Sistem KJA Offshore merupakan tenologi baru yang dapat dikembangkan di Kota
Sabang. Teknologi ini merupakan teknologi tinggi yang di saat ini diterapkan di
Norwegia untuk budidaya ikan Salmon dan Makarel. Teknolologi ini dapat
diterapkan di perairan Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan pemanfaatan
potensi lahan budidaya laut di Indonesia, dimana diketahui bahwa potensi yang
tergarap baru dua persen atau sekitar 281 ribu ha dari total potensi budidaya laut
sebesar 12,08 ha.

Sabang memiliki wilayah yang cocok untuk kegiatan pengembangan KJA offshore,
kesesuaian lokasi KJA offshore harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan agar
terget keberhasilan usaha dapat terpenuhi. Adapun keseuaian lokasi offshore telah
dilakukan oleh FAO 2013 dan beberapa sumber referensi disajikan pada Tabel di
bawah ini.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 104


TABEL 4. 14 P ARAMETER DAN NILAI YANG HARUS DIPENUHI UNTUK PEMASANGAN KJA OFFSHORE

Parameter Nilai Keterangan Referensi


- Lokasi > 2 km dari garis pan Lepas pantai (Offsho FAO, 2009
tai re): > 2 km
1– Pantai (coast) : 0,5 -
6 km = substantial 3m
Pesisir (Coastal) : < 5
00 m
- Kedalaman > 50 meter Lepas pantai (Offsho FAO, 2009
re): > 50 m
Pantai (coast) : 10 -
50
Pesisir (Coastal) : < 1
0m
- Tinggi Gelombang < 9 meter Sheltered : < 1.5 m Falcone dkk, 2013
(1 - Semi- FAO, 2009
3 meter = substantia expossed : < 3.5 m
l)
Expossed : < 6 m
Offshore : < 9 m
- 5 meter Lepas pantai (Offsho Falcone dkk, 2013
Tinggi gelombang sig re): 5 m
nifikan (1 - Pantai (coast) : 3 - FAO, 2009
2 meter = substantia 4m
l)
Pesisir (Coastal) : 1
m
- Kecepatan Arus 0.5 - 1 m/s Substantial FAO, 2009
- Kecepatan angin < 21 Knot Substantial : 10 knot FAO, 2009
- Substrat Kerikil, Pasir,Tanah li Good Loka, 2009 (FAO Re
at port)
- Redox Potential > (-200) Good Hallide dkk, 2009
- < 10 mg/l Good Loka, 2009 (FAO Re
Zat Padat tersuspens port)
i
- Kecerahan Air 1-5m Optimal Hallide dkk, 2009
- 6 - 7 mg/l Optimal Schipp dkk, 2007
Oksigen Terlarut (D
O)
- Temperatur 28 - 32°C Optimal Schipp dkk, 2007
Range : 16 - 35°C
- Salinitas 30 - 35 ppt Optimal Schipp dkk, 2007
Range : 0 -
36 ppt for maricultu
re
- pH 7.5 - 8 Optimal Loka, 2009 (FAO Re
port)
- Ammmonia < 0.5 ppm Optimal Loka, 2009 (FAO Re
port)
- Nitrite < 4 mg / litre Optimal Loka, 2009 (FAO Re
port)
- Nitrate < 200 mg / litre Optimal Loka, 2009 (FAO Re
port)

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 105


Manfaat yang diambil dalam pembangunan KJA Offshore, yaitu adalah untuk
meningkatkan pemanfaatan lahan, meningkatkan produksi ikan budidaya,
diseminasi teknologi budidaya ikan modern lepas pantai kepada masyarakat,
memberikan peluang usaha baru bagi masyarakat melalui segmentasi usaha dalam
melakukan penggelondongan benih ikan kakap putih dari ukuran 10 gram menjadi
ukuran 100 gram per ekor (siap tebar), pemanfaatan tambak-tambak idle untuk
usaha penggelondongan benih, dan penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan
pendapatan masyarakat.

KJA offsore yang akan dikembangkan merupakan teknologi dari Norwegia dengan
konstruksi sebagai berikut:

- Cage (keramba)

terdiri dari (jaring (nets), mooring (pelampung) dan pemberat (anchorage). KJA
berukuran diameter 25.5 m dengan kedalaman 15 m dengan sistem pengaman
berupa pemberat dengan sistem jangkar. Desain dan konstruksi KJA disajikan
pada Gambar berikut.

GAMBAR 4. 8 DESAIN DAN KONSTRUKSI KJA OFFSHORE

- Feeding system (sistem pakan) and Perawatan (feed barge).

Sistem pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan teknologi tinggi.


Pemberian pakan dilakukan secara otomatis dengan sistem robotik yang
dikontrol melalui feed barge yang dilengkapi dengan ruang kontrol, advanced
feed system, sistem blower, rumah jaga, ruang mesin, gudang pakan dan air
bersih Gambar 5.2

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 106


GAMBAR 4. 9 F EEEDING SYSTEM DAN MAINTENANCE (FEED BARGE)

- Kapal untuk bekerja dan transportasi pendukung

Kapal kerja digunakan untuk sarana transportasi mulai dari benih, pakan
hingga SDM pengelola KJA. Kapal yang direncanakan dengan ukuran 14
m dilengkapi dengan feed canon, crane untuk pemindahan barang
dilengkapi dengan mesih 200 HP Gambar 5.3

GAMBAR 4. 10 K APAL UNTUK SARANA PENDUKUNG KJA

Sistem KJA tersebut terdiri dari 8 lubang yang dirangkai dengan feed barge. Luas
lahan yang dipakai untuk sistem ini adalah sebesar 21.112 m2 atau 2.1 ha.
Kebutuhan benih untuk 1 lubang sebanyak 150.000 benih dengan ukuran 100 gr,
sehingga kebutuhan benih untuk 8 lubang sebanyak 1.2 juta benih. Estimasi
kebutuhan pakan untuk satu lubang membutuhkan 120,8 ton dalam satu siklus,
sehingga kebutuhan pakan untk 8 lubang sebanyak 966,7 ton. Dari jumlah benih

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 107


yang ditanam diharapkan dapat dipanen ikan kakap putih berukuran konsumsi
yaitu 500 g untuk satu lubang dapat menghasilkan 100,7 ton sehingga untuk 8
lubang menghasilkan 805,5 ton. Dari kegiatan produksi kakap merah dengan
menggunakan sistem KJA offshore dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1450
tenaga kerja. Layout KJA offshore dan sistem mooring disajikan pada Gambar
berikut:

GAMBAR 4. 11 GAMBAR LAYOUT DAN SISTEM MOORING KJA OFFSHORE

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 108


4.1.3 ARAHAN PEMASARAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
Untuk produksi perikanan tangkap di Kota Sabang secara garis besar dapat diarahkan
pengembanganya sebagai berikut:
4.1.3.1 Komoditas Unggulan (TTC)
Ikan tuna, ikan cakalang dan ikan tongkol memiliki nilai jual yang tinggi. Perdagangan
global ikan-ikan tersebut cenderung meningkat secara kontinyu dari sekitar 0,6 juta ton
pada tahun 1950 hingga mencapai lebih dari 6 juta ton dalam beberapa tahun terakhir.
Terdapat beberapa jenis ikan tuna yang aktif diperdagangkan di pasar global. Jenis-jenis
ikan tersebut ditangkap di berbagai lokasi di dunia, diperdagangkan dan dikonsumsi.
Sebagian besar ikan tuna ditangkap di Samudera Pasifik (70,5%), Samudera Hindia
(19,5%) dan Samudera Atlantik serta Laut Tengah (10%). Perkiraan kontribusi masing-
masing spesies tersebut terhadap terhadap total hasil tangkap secara global adalah: ikan
tuna albakora 5,9%, ikan tuna sirip biru < 1%, ikan tuna mata besar 8,2%, ikan tuna sirip
biru Selatan < 1%, ikan cakalang 58,1%, dan ikan madidihang 26,8%.
Negara-negara yang paling banyak mengkonsumsi ikan tuna, ikan cakalang dan ikan
tongkol, baik dalam bentuk segar, beku dan kalengan dan sekaligus merupakan negara-
negara pengimpor adalah Jepang, Amerika Serikat, Cina, Korea Selatan, Perancis, Inggris,
Italia, Hongkong, Singapura dan Malaysia. Sebaliknya, negara-negara produsen utama
ikan-ikan tersebut adalah Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Spanyol, Maldives,
Srilanka, Vanuatu, Fiji, Mexico dan Ecuador.
Hasil tangkapan tuna tongkol dan cakalang SKPT Kota Sabang di kembangkan agar tidak
dijual keluar Sabang dalam bentuk ikan segar yang masih utuh. Hal ini dilakukan agar
terjadi perpanjangan rantai kegiatan (produksi dan pengolahan) sehingga mampu
memberi nilai tambah dan menggerakkan sektor pengolahan dan membuka lapangan
kerja baru. Selain itu dengan adanya pengolahan sebelum pemasaran diprediksi dapat
sedikit demi sedikit meutus ketergantungan nelayan terhadap Toke bangku.

Hasil tangkapan tuna tongkol dan cakalang SKPT Kota Sabang di kembangkan agar tidak
dijual keluar Sabang dalam bentuk ikan segar yang masih utuh. Hal ini dilakukan agar
terjadi perpanjangan rantai kegiatan (produksi dan pengolahan) sehingga mampu
memberi nilai tambah dan menggerakkan sektor pengolahan dan membuka lapangan
kerja baru. Selain itu dengan adanya pengolahan sebelum pemasaran diprediksi dapat
sedikit demi sedikit meutus ketergantungan nelayan terhadap Toke bangku.

Tuna
Tuna yang didaratkan ke PPI Ie Meulee dimungkinkan untuk dipasarkan dalam bentuk
sebagai berikut:

1. Tuna utuh segar

Tuna grade A dengan ukuran besar (>50 kg/ekor) akan di bersihkan dan
disiangi isi perut dan insangnya karena bagian ini merupakan tempat yang
paling cepat bagi pertumbuhan bakteri yang cepat merusak mutu tuna. Ikan
segar ini kemudian akan dikemas dan dikirim pada hari yang sama keluar Kota
Sabang. Tujuan utama tuna segar adalah pasar mancanegara dan diangkut
dengan sarana distribusi dengan suhu yang sudah disesuaiakan untuk menjamin

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 109


kesegaran. Untuk pengolahan dan pemasaran tuna segar ini diperlukan sarana
berupa ruang pengolah tersendiri yang menjamin proses produksi yang
menjamin mutu ikan, sarana penyimpanan berstandar dan sarana transportasi
yang cepat seperti pesawat.

Tuna grade B dan C dapat langsung dilelang dan dijual ke konsumen lokal
Sabang non domestik. Tuna ini dijual ke perusahaan jasa catering, perusahaan
pengolahan ikan, restoran dan hotel tanpa masuk ke unit pengolahan di PPI Ie
Meulee.

2. Tuna utuh beku

Tuna dengan ukuran kecil, dibekukan dan disimpan di dalam coldstorage hingga
waktu pendistribusian berkala ke luar sabang. Tujuan produk ini adalah
konsumen diluar sabang yaitu kota-kota besar Indonesia seperti Banda Aceh,
Medan dan Jakarta

3. Tuna loin beku dan Tuna Kaleng

Tuna masuk kedalam ICS untuk dilakukan proses pembersihan, pemotongan,


pengepakan, pembekuan dan penyimpanan. Selain itu tuna juga dapat diolah
dan dipasarkan dalam bentuk tuna kaleng. Tujuan produk loin tuna beku adalah
pasar manca negara maupun kota-kota besar indonesia.

4. Produk turunan Tuna

Tuna masuk kedalam ICS untuk dilakukan proses pembersihan, dan proses
pengolahan yang akan menghasilkan produk turunan.

Tongkol
1. Tongkol segar
Tongkol dilelang dan dijual segar untuk pasar lokal Kota Sabang baik konsumsi
rumah tangga atau dioleh oleh UKM pengolah
2. Tongkol Utuh beku
Tongkol ukuran besar bersama dengan cakalang dan tuna kecil grade B/C
dibersihkan lalu masuk kedalam ABF untuk melalui proses pembekuan dan
pengemasan. Tujuan pemasaran tongkol utuh ini adalah pasar lokal sabang
maupun luar sabang di kota/kabupaten yang berdekatan dengan Sabang.

Cakalang
1. Cakalang segar
Cakalang dilelang dan dijual segar untuk pasar lokal Kota Sabang baik konsumsi
rumah tangga atau dioleh oleh UKM pengolah
2. Cakalang Utuh beku
Tongkol ukuran besar bersama dengan tongkol dan tuna kecil grade B/C
dibersihkan lalu masuk kedalam ABF untuk melalui proses pembekuan dan
pengemasan. Tujuan pemasaran tongkol utuh ini adalah pasar lokal sabang
maupun luar sabang di kota/kabupaten yang berdekatan dengan Sabang.
3. Produk turunan Cakalang

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 110


Tuna masuk kedalam ICS untuk dilakukan proses pembersihan, dan proses
pengolahan yang akan menghasilkan produk turunan cakalang.

4.1.3.2 Komoditas tangkap lainnya


Ikan-ikan pelagis kecil seperti kembung dan layang serta ikan karang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat lokal Kota Sabang. Komoditas perikanan lain non TTC yang
masuk ke Ie Meulee dilelang dan dijual dalam bentuk segar. Ikan-ikan tersebut di jual
untuk konsumsi Kota Sabang, seperti rumah tangga, hotel, restoran, maupun UKM
pengolah

4.1.3.3 Komoditas Budidaya


Komoditas yang dibudidayakan secara tradisional dan partai kecil dijual segar untuk
konsumsi lokal. Sedangkan komoditas budidaya dari budidaya lepas pantai yang intensif
dengan produksi skala besar dapat diolah terlebih dahulu agar dapat di pasarakan untuk
pasar regional.

4.1.3.4 Komoditas tangkap lainnya


Ikan-ikan pelagis kecil seperti kembung dan layang serta ikan karang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat lokal Kota Sabang. Komoditas perikanan lain non TTC yang
masuk ke Ie Meulee dilelang dan dijual dalam bentuk segar. Ikan-ikan tersebut di jual
untuk konsumsi Kota Sabang, seperti rumah tangga, hotel, restoran, maupun UKM
pengolah

4.1.3.5 Komoditas Budidaya


Komoditas yang dibudidayakan secara tradisional dan partai kecil dijual segar untuk
konsumsi lokal. Sedangkan komoditas budidaya dari budidaya lepas pantai yang intensif
dengan produksi skala besar dapat diolah terlebih dahulu agar dapat di pasarakan untuk
pasar regional.

Kajian rinci mengenai alternatif produk skpt, tujuan pemasaran, dan skema bisnis akan
diperdalam dalam dokumen Business Plan SKPT Sabang.

4.1.4 KONSEP KELEMBAGAAN SKPT SABANG


4.1.4.1 Kelembagaan Nelayan, Pembudidaya, dan Pengolah
Nelayan, pembudidaya dan pengolah distimulasi untuk membentuk koperasi di masing-
masing gampong atau tempat pendaratan ikan. Koperasi ini menaungi beberapa
kelompok nelayan. Kelompok nelayan mendapatkan akses terhadap bantuan moda,
kapal, mesin pengolah, bibit dll melalui koperasi. Kerjasama dalam mendapatkan
bantuan harus disertai mekanisme sejenis kontrak dalam pembagian pengelolaan dan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 111


penerimaan hasil/pemasukan. Misalnya pada tingkat lanjut SKPT penambahan armada
ditekankan pada armada kapal diatas 5 GT sehingga, diperlukan kelembagaan dan
pengelolaan pengoperasionalan kapal dengan pembagian tugas nelayan dan pembagian
hasil yang adil dan seimbang.

4.1.4.2 Kelembagaan Pengelola PPI Ie Meulee


Kelembagaan yang sarankan adalah Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD). UPTD ini
mengelola keseluruhan lahan PPI Ie Meulee.
UPTD bekerjasama dengan koperasi berusaha membuat mekanisme perbekalan dan
penyerapan hasil tangkapan sehingga tercapat jaminan serapan produksi dan stabilitas
harga.
Sarana-sarana tertentu dimungkinkan diserahkan kepada swasta atau BUMN seperti.
Sarana tersbeut berupa: Slipway dan bengkel kapal; ICS dan pengolahan tuna segar;
pabrik es, MCK, Sentra kuliner dan dan bengkel kapal.
Kerjasama pemerintah-swasta yang ditekankan pada peran swasta dalam manajemen,
operasional dan pemeliharaan. Lahan PPI adalah aset pemerintah. Investasi bangunan
dan mesin disediakan oleh pemerintah namun terbuka juga untuk investasi swasta.
Tanggungan resiko dapat dirasiokan antara pemerintah dan swasta. Dari konsep
tersebut alternatif kerjasama yang dapat dilakukan anatara lain:
 Service/management contract
 Lease contrct
 Konsesi

4.2 ANALISIS MAKRO


4.2.1 SKENARIO PENGEMBANGAN SKPT KOTA SABANG
Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) yang terwujud sebagai suatu
kawasan yang terintegrasi antara kegiatan perikanan dan aktivitas ekonomi-sosial masyarakat
menjadi ikon penting dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara kemaritiman, khususnya
bagi wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar. Pengembangan SKPT di lokasi terpilih perlu
membandingkan dengan kriteria kepelabuhan perikanan yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2012. Berikut adalah perbandingan kondisi
eksisting SKPT Kota Sabang terhadap kriteria pelabuhan perikanan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 112


TABEL 4. 15 PERBANDINGAN KONDISI EKSISTING TPI I E M EULEE DENGAN STANDAR PELABUHAN
PERIKANAN

KRITERIA
EKSISTING
PELABUHAN PPS PPN PPP PPI
(2017)
PERIKANAN
Daerah Perairan Perairan Perairan Perairan Perairan
operasional Indonesia, Zona Indonesia dan Indonesia Indonesia Indonesia
kapal ikan yang Ekonomi Zona Ekonomi
dilayani Eksklusif Eksklusif
Indonesia Indonesia
(ZEEI) dan laut (ZEEI)
lepas

Fasilitas tambat ≥ 60 GT 30-60 GT 10-30 GT 5-10 GT Kapal-kapal


/labuh kapal kecil sampai
kapal 5 GT ada
Panjang dermaga ≥ 300 m dan 150-300 m dan 100-150 m 50-100 m Ada, perlu
dan kedalaman ≥3m ≥3m dan ≥1m rekayasa
kolam ≥2m konstruksi
lanjutan
Kapasitas ≥ 6.000 GT ≥ 2.250 GT ≥ 300 GT ≥ 75 GT Mencukupi
menampung (atau sejumlah (atau sejumlah (atau (atau untuk kapal-
kapal 100 75 sejumlah 30 sejumlah kapal kecil dan
unit kapal unit kapal unit kapal 15 kapal ukuran
berukuran 60 berukuran 30 berukuran unit kapal 1-3 GT
GT) GT) 10 GT) berukuran
5 GT)

Volume ikan Rata-rata 50 Rata-rata 30 Rata-rata 5 Rata-Rata 2 ± 5-6 ton/hari


yang didaratkan ton/hari ton/hari ton/hari ton/hari
Ekspor ikan Ya Ya Tidak Tidak Belum ada
Luas lahan ≥ 20 ha 10-20 ha 5-10 ha 1-5 ha < 3 ha
Fasilitas Ada Ada/tidak Tidak Tidak Belum
pembinaan dibangun
mutu hasil
perikanan
Kebutuhan ruang Ada Ada Ada Tidak Belum
untuk dibangun
pengolahan/
pengembangan
industri
perikanan
Sumber: Hasil analisis tim berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 8 Tahun 2012

Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kota Sabang memerlukan
perencanaan yang melibatkan seluruh elemen yang terkait aktivitas di Kota Sabang, terutama
dalam sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditujukan untuk memaksimalkan potensi sektor
Kelautan dan perikanan di Kota Sabang. Pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan tidak
terlepas dari aspek keruangan (tata ruang wilayah), aspek ekonomi, aspek sosial-masyarakat
dan budaya (adat), aspek transportasi dan sarana perhubungan, aspek kepariwisataan, serta
aspek lainnya.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 113


4.2.1.1 Skenario Jangka Panjang
Masterplan SKPT Kota Sabang memuat perencanaan jangka panjang (konsep makro)
dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, dimana tahapan 5 tahun pertama akan
direalisasikan dalam indikasi program. Kemudian pada konsep makro masterplan ini
akan menjadi acuan atau arahan untuk konsep mikro (lokus SKPT) dan desain pra-
perancangan sehingga keluaran nantinya akan menjadi DED (Detail Engineering Design)
yang dapat ditenderkan oleh pemerintah.

Dalam konsep makro masterplan SKPT Kota Sabang, memuat proses pembangunan dan
pengembangan sentra perikanan terpadu ini yang akan dijelaskan pada gambar berikut
ini.

GAMBAR 4. 12 SKENARIO TAHAPAN PENGEMBANGAN SKPT K OTA SABANG (PPI I E M EULEE)

Skenario tahapan pengembangan SKPT Kota Sabang tersebut membagi perencanaan


dan pengembangan SKPT dalam 4 target yang akan dicapai, yaitu: 1) Tahap Awal; 2)
Tahap PPI plus; 3) Tahap PPP; dan 4) PPP ultimate. Tahapan ini diharapkan dapat
menjadi acuan dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Kota Sabang
yang lebih besar, karena masterplan tidak hanya merencanakan 5 tahunan saja, tetapi
juga merencanakan jangka panjang 20-50 tahun kedepan.

1. Tahap awal (2017-2021)


merupakan masa konstruksi SKPT dimana lokasi yang terpilih adalah TPI Ie Meulee.
Fokus pengembangan pada tahun pertama dan kedua yakni pembangunan fasilitas
pokok yaitu pembangunan dermaga, Tanggul pemecah gelombang, turap/talud
(revertment), jetty, penentuan dan pematangan kolam pelabuhan, sirkulasi utama
(jalan) pada kawasan SKPT, serta pematangan lahan SKPT. Pembangunan pada
tahun berikutnya karena statusnya sudah ditetapkan menjadi PPI (pangkalan
pendaratan ikan) maka perlu pembangunan fasilitas fungsional yaitu pemasangan
utilitas listrik, air bersih, SPDN/SPBN, tempat pemeliharaan kapal, docking,
perbengkelan, fasilitas perkantoran, fasilitas transportasi, TPS, IPAL serta navigasi
pelayaran dan komunikasi (lampu suar dan menara pengawas). TPI Ie Meulee sudah
memiliki dermaga dan breakwater, namun saat ini terdapat masalah penggerusan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 114


oleh gelombang dan arus pasang dari laut lepas sehingga perlu adanya rekayasa
konstruksinya.
Masih dalam program 5 tahun pertama, pembangunan tahun berikutnya yaitu
pembangunan fasilitas penunjang seperti balai pertemuan, mess, wisma,
mesjid/mushola, pertokoan, pos jaga dan sebagainya. Hal ini berfungsi sebagai
pembangkit aktivitas keramaian, sehingga masyarakat sekitar lokasi SKPT ikut
meramaikan dan menjadi bagian dari aktivitas tersebut. Tujuan dalam tahap awal ini
yaitu pengoperasian kawasan SKPT. Harapannya nelayan akan semakin banyak yang
berlabuh di PPI Ie Meulee dan aktivitas bongkar-masuk ikan akan semakin ramai.
2. Tahap kedua (2022-2026)
Target Tahap kedua yakni adalah PPI plus. Tahap ini diharapkan dapat
direalisasikan setelah pembangunan tahap awal dalam jangka 5 tahun berikutnya.
PPI plus yaitu kawasan SKPT dengan status PPI ditambah dengan unit coldstorage.
Fasilitas coldstorage ini dapat menampung ikan yang didaratkan nelayan-nelayan di
SKPT Ie Meulee, sehingga tidak hanya kapal-kapal kecil yang berlabuh, namun juga
kapal 3-5 GT dapat mendarat di PPI Ie Meulee ini. Dalam perlu juga ditambahkan
fasiltias pabrik es untuk kebutuhan nelayan saat berlayar. Dengan adanya
coldstorage dan pabrik es, diharapkan produksi tangkapan yang didaratkan dapat
meningkat. Nantinya aktivitas jual-beli akan semakin ramai, karena tidak hanya
ikan-ikan kecil yang dapat bertahan dan dijual, namun juga ikan pelagis besar
seperti Tuna. Pada tahap kedua ini, fungsi SKPT diharapkan menjadi lebih besar dan
semakin ramai.
3. Tahap ketiga (2027-2031)
target Tahap yaitu ketiga menjadi PPP atau disebut Pelabuhan Perikanan Pantai.
Tahap ini merupakan pengembangan SKPT yang lebih luas dengan target pada 15-
20 tahun mendatang. Kawasan SKTP Ie Meulee dengan status PPP ini akan lebih
kompleks. Perlu adanya penambahan luas kawasan di sekitar SKPT karena sesuai
standar pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 8 Tahun 2012, luas kawasan bisa mencapai 5-10 Ha. Aktivitas di kawasan
SKPT nantinya tidak hanya sekedar bongkar-muat-angkut ikan saja, namun
mengarah ke Local Fish Market atau pasar ikan lokal yang mencakup seluruh
wilayah Sabang (Pulau We dan sekitarnya). Nantinya, kawasan SKPT PPP Ie Meulee
juga perlu penambahan fasilitas seperti rumah singgah nelayan, tempat pasar ikan
lokal serta menambah kapasitas coldstorage. Dermaga atau tempat labuh kapal
perlu dikembangkan, karena dengan status PPP, kapal yang berlabuh bisa mencapai
10-30 GT. Pada tahapan ini, diharapkan PPP Ie Meulee sudah terkoneksi dengan
pelabuhan perikanan lain, pelabuhan penumpang dan pelabuhan logistik di wilayah
Kota Sabang.
4. Tahap keempat (2032 – )
Tahap keempat adalah dalah PPP Ultimate. SKPT Kota Sabang Ie Meulee yang
berstatus Pelabuhan Perikanan Pantai Ultimate adalah lanjutan perkembangan SKPT
yang telah memiliki kapasitas coldstorage ditambah Unit Pengolahan Ikan
(Integrated Coldstorage) serta terdapat pasar ikan dengan jangkauan mencakup
regional (Regional Fish Market). Aktivitas di kawasan SKPT sudah berkembang ke

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 115


arah ekspor dengan memiliki alur pelayaran dan pemasaran yang sudah tetap
(scheduled). Kawasan SKPT PPP Ultimate ini diharapkan sudah terkoneksi dengan
pelabuhan perikanan lainnya, tidak hanya seluruh wilayah Kota Sabang, namun juga
pelabuhan perikanan terdekat dalam konstelasi regional, seperti Lampulo di Banda
Aceh. Dalam sistem perkotaan di Kota Sabang, kawasan Ie Meulee diharapkan
menjadi salah satu pembangkit ekonomi Kota Sabang, khususnya dalam sektor
kelautan dan perikanan.
Dasar pemikiran rencana pengembangan SKPT Sabang adalah agar kedepannya wilayah
Sabang memiliki bisnis perikanan yang sustain sehingga pemanfaatan potensi sumber
daya perikanan di Sabang dapat optimal. Pembangunan jangka panjang ini bukan hanya
berbicara program untuk 20 tahun kedepan, tetapi juga pemikiran besar bahwa SKPT
Sabang dapat berkontribusi lebih terhadap perekonomian masyarakat di Kota Sabang,
50 tahun maupun 100 tahun mendatang. Untuk itu, makna pembangunan jangka
panjang SKPT ini perlu ditinjau lebih lanjut dengan rencana-rencana strategis baik dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sehingga pembangunan yang diharapkan
dapat terintegrasi. Adapun rekomendasi untuk arah pengembangan SKPT Sabang jangka
panjang 20 tahun mendatang, antara lain:

 Pembangunan infrastruktur internal kawasan SKPT yang terdiri dari penambahan


ruang/lahan untuk perluasan maupun pengembangan SKPT PPI Ie Meulee menjadi
PPP ultimate
 Pembangunan infrastruktur eksternal yang mendukung kawasan SKPT, seperti:
 peningkatan akses jaringan jalan yang melintasi kawasan SKPT Sabang
 peningkatan kapasitas daya listrik untuk mendukung pengembangan SKPT
 peningkatan utilitas air bersih di sekitar kawasan SKPT
 peningkatan status Bandar Udara Maimun Saleh (agar bisa setara dengan
Bandar Udara Sultan Iskandar Muda) dan penambahan frekuensi penerbangan
dari dan ke Sabang
 pengembangan dan pembangunan di Pelabuhan Bebas Sabang
 Peningkatan kualitas dan kuantitas kelembagaan di kawasan SKPT Sabang melalui
pembentukan koperasi yang beranggotakan nelayan-nelayan lokal Sabangs,
penyuluhan dan pelatihan (capacity building) kepada para nelayan. Hal ini
dimaksudkan agar nelayan-nelayan lokal Sabang dapat komitmen dan mau
berkontribusi untuk memajukan SKPT Sabang di Ie Meulee
 Program bantuan kapal kepada nelayan baik dari Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) maupun pihak swasta
 Dalam RTRW Kota Sabang, terdapat rencana industri perikanan yaitu berupa
kawasan potensi perikanan tangkap yang didukung prasarana dengan luas lebih
kurang 9,49 hektar yang terdiri atas:
 Kawasan industri perikanan yang terletak di Gampong Paya Seunara dan
Gampong Aneuk Laot; dan
 Prasarana perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang akan
direncanakan di Gampong Kreung Raya, Gampong Paya Seunara, dan Gampong
Jaboi

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 116


4.2.2 RENCANA KONEKTIVITAS SKPT KOTA SABANG
4.2.2.1 RENCANA KONEKTIVITAS DALAM SKALA LOKAL (KOTA)
Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu tidak hanya membahas lokus
kawasan SKPT, namun perlu dilihat konektivitas dengan pelabuhan perikanan
pendukung serta konektivitas lainnya seperti pelabuhan penumpang dan pelabuhan
logistik, serta sistem tata ruang wilayah Kota Sabang. Untuk membahas konektivitas,
perlu mengetahui nodal-nodal atau titik pusat/sub pusat kawasan lainnya. Adapun
nodal pelabuhan perikanan yang terdapat di Kota Sabang akan dijelaskan pada tabel
berikut.

TABEL 4. 16 PPI DAN TPI DI K OTA S ABANG

No. PPI dan TPI Desa


1 PPI Pasiran Gampong Kuta Timu
2 TPI Pria Laot Gampong Paya Seunara
3 TPI Keuneukai Gampong Keuneukai
4 TPI Paya Keuneukai Gampong Paya
5 TPI Beurawang Gampong Beurawang
6 TPI Jaboi Gampong Jaboi
7 TPI Balohan Gampong balohan
8 TPI Ie Meulee Gampong Ie Meulee
9 TPI Anoi Itam Gampong Anoi Itam

Adapun lembaga dan wilayah binaan panglima Laot di wilayah Kota Sabang akan
dijelaskan pada tabel berikut.

TABEL 4. 17 L EMBAGA DAN WILAYAH B INAAN S EKTOR K ELAUTAN DAN PERIKANAN

No. Lembaga Wilayah Binaan


1 Panglima Laot Kota Sabang Perairan Kota Sabang
2 Panglima Laot Lhok Pasiran Pasiran
3 Panglima Laot Lhok Pria Laot Pria Laot
4 Panglima Laot Lhok Iboih Iboih
5 Panglima Laot Lhok Ie Meulee Ie Meulee
6 Panglima Laot Lhok Anoi Itam Anoi Itam
7 Panglima Laot Lhok Balohan Balohan
8 Panglima Laot Lhok Jaboi Jaboi
9 Panglima Laot Lhok Paya Paya
10 Panglima Laot Lhok Keuneukai Keuneukai
11 Panglima Laot Lhok Ujong Kareung Ujong Kareung
12 Panglima Laot Lhok Beurawang Beurawang

TPI dan PPI di Kota Sabang terdapat di masing-masing desa/Gampong terutama paling
banyak terdapat di Kecamatan Sukajaya. TPI Ie Meulee terpilih sebagai SKPT
dikarenakan faktor lokasi dan potensi pengembangan sektor perikanan tangkap untuk
jangka panjang. Lokasi TPI Ie Meulee saat ini juga didukung oleh sarana dan prasarana
utama kota dan dekat dengan pusat pelayanan Kota Sabang.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 117


Konektivitas SKPT terhadap Pelabuhan Perikanan Pendukung
Konektivitas antar SKPT dengan pelabuhan perikanan pendukung lainnya di Kota
Sabang dapat terjadi jika aksesibilitas baik jalan darat maupun laut dapat
terintegrasi. Hal ini dimaksudkan agar flow activity untuk memanfaatkan potensi
kelautan dan perikanan di Kota Sabang yang berpusat di SKPT Ie Meulee dapat
berkembang. Untuk itu, arah pengembangan spasial di Kota Sabang akan
berpengaruh terhadap pengembangan dan pembangunan di kawasan SKPT Ie
Meulee. Berikut akan dijelaskan mengenai skema konektivitas SKPT dengan
pelabuhan perikanan pendukung di wilayah Kota Sabang.

GAMBAR 4. 13 K ONEKTIVITAS SKPT PPI I E M EULEE TERHADAP PELABUHAN


PERIKANAN LAIN DI K OTA S ABANG

Konektivitas antar SKPT dengan pelabuhan perikanan pendukung lainnya di Kota


Sabang menghasilkan flow activity jalur distribusi hasil perikanan tangkap sebagai
berikut.

1. Rencana Distribusi dan Pemasaran Lokal


Rencana distribusi produksi hasil perikanan tangkap yang berpusat di SKPT Ie
Meulee serta PPI Pasiran dan TPI Balohan sebagai sub pusat dari SKPT Kota
Sabang. Adapun alur distribusi produksi hasil perikanan tangkap dibagi menjadi
2, yaitu:
a. Jalur Darat:
 SKPT Ie Meulee – TPI Anoi Itam – TPI Balohan – TPI Jaboi – TPI
Beurawang – TPI Keunekai – TPI Paya Keunekai – TPI Pria Laot – TPI
Kreung Raya – PPI Pasiran – SKPT Ie Meulee

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 118


 SKPT Ie Meulee – TPI Balohan – TPI Jaboi – TPI Beurawang – TPI
Keunekai – TPI Paya Keunekai – TPI Pria Laot – TPI Kreung Raya – PPI
Pasiran – SKPT Ie Meulee
b. Jalur Laut:
 SKPT Ie Meulee – TPI Anoi Itam
 SKPT Ie Meulee – TPI Anoi Itam – TPI Balohan

2. Rencana Distribusi dan Pemasaran Domestik


Rencana distribusi dan pemasaran hasil produksi perikanan tangkap yang akan
dipusatkan di SKPT akan melalui 2 nodal transportasi, yaitu:
a. Jalur udara melalui Bandar Udara Maimun Saleh, dengan tujuan pemasaran
wilayah Banda Aceh, Medan (Sumatera Utara), dan Jakarta
b. Jalur laut melalui Pelabuhan Balohan, dengan tujuan pemasaran wilayah
Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh, Simeulue, Medan, Batam, dan wilayah
regional lainnya.

3. Rencana Pemasaran Internasional (ekspor)


Rencana distribusi dan pemasaran hasil produksi perikanan tangkap dengan
tujuan ekspor akan melalui 2 nodal transportasi, yaitu:
a. Jalur udara melalui Bandar Udara Maimun Saleh, dengan tujuan ekspor ke
Malaysia dan Thailand
b. Jalur laut melalui Pelabuhan Sabang, dengan tujuan ekspor ke Malaysia dan
Thailand.

4.2.2.2 Konektivitas SKPT terhadap Struktur Ruang Kota Sabang


SKPT Kota Sabang yang berlokasi di PPI Ie Meulee merupakan lokasi yang tepat karena
termasuk dalam kawasan Pusat Pelayanan Kota (PPK) yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan serta pusat perdagangan dan jasa skala regional. Perkembangan Kota
Sabang akan memberikan dampak yang signifikan terhadap SKPT ini, baik dari segi
ekonomi, sosial-masyarakat, serta aspek lain. Untuk melaksanakan fungsi SKPT Kota
Sabang di Ie Meulee agar dapat berjalan dengan optimal, maka perlu didukung sub-sub
dari SKPT tersebut. Sebagaimana dalam rencana struktur ruang RTRW Kota Sabang,
kawasan yang paling tepat untuk menyokong pelaksanaan SKPT Kota Sabang adalah
Balohan. Kawasan Balohan sendiri sudah terdapat TPI serta pelabuhan penyeberangan
yakni Pelabuhan Balohan. Dalam rencana struktur ruang Kota Sabang, kawasan Balohan
sendiri sebagai sub-PPK yang berfungsi sebagai kawasan pemerintahan, perdagangan
dan jasa, perkantoran, perumahan, industri kecil dan menengah, dan fasilitas umum
lainnya. Berikut akan dijelaskan mengenai skema konektivitas SKPT dengan rencana
struktur ruang RTRW Kota Sabang.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 119


4.2.2.3 Pengembangan Pemasaran Hasil Perikanan

GAMBAR 4. 14 K ONEKTIVITAS SKPT TERHADAP R ENCANA S TRUKTUR RUANG RTRW


K OTA SABANG ( SKALA KOTA)

4.2.2.4 Rencana Konektivitas SKPT Dalam Skala Regional


Pembangunan dan pengembangan SKPT Kota Sabang dalam jangka panjang perlu
memperhatikan konektivitas dalam skala regional. Konektivitas skala regional yang
dimaksud adalah keterkaitan dengan wilayah lain di luar Kota Sabang. Dalam konteks
kepelabuhan perikanan, rencana jangka panjang SKPT Kota Sabang (PPP ultimate) akan
dikaitkan dengan pelabuhan perikanan region Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera
Utara. Adapun skema konektivitas SKPT Kota Sabang dalam skala regional akan
dijelaskan pada gambar berikut 4.9.
Konektivitas SKPT Kota Sabang dalam skala regional, dapat dibagi menjadi 2 alur
pelayaran, yaitu:

Pelayaran Barat Pulau Sumatera


Pendistribusian dan pemasaran hasil perikanan skala regional ini memuat jalur laut
yang menghubungkan : SKPT Sabang – PPP Lampulo (Kota Banda Aceh) – PPN
Sibolga (Kota Sibolga, Sumatera Utara) – pelabuhan perikanan di kota-kota dan
kabupaten di Pulau Sumatera bagian barat lainnya hingga mencapai PPS Bungus di
Kota Padang.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 120


Pelayaran Timur Pulau Sumatera
Pendistribusian dan pemasaran hasil perikanan skala regional ini memuat jalur laut
yang menghubungkan : SKPT Sabang – PPP Lampulo (Kota Banda Aceh) – PPS
Belawan (Kota Medan) – pelabuhan perikanan di kota-kota dan kabupaten di Pulau
Sumatera bagian timur lainnya hingga mencapai PPS Nizam Zachman di Jakarta.

Konektivitas SKPT dalam konteks skala regional ini akan saling memberikan dampak
positif terhadap perkembangan sektor perikanan dan kelautan di Kota Sabang, sehingga
target dan cita-cita Kota Sabang sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas dapat tercapai.

GAMBAR 4. 15 K ONEKTIVITAS SKPT PPI I E M EULEE TERHADAP PELABUHAN P ERIKANAN


LAIN SKALA R EGIONAL

4.2.3 SHARE PRODUKSI SKPT KOTA SABANG


Untuk membangkitkan kegiatan ekonomi yang memberikan dampak yang signifikan terhadap
kegiatan di SKPT Sabang di PPI Ie Meulee, maka perlu skenario distribusi dan pemasaran dalam
kaitannya dengan konektivitas regional, yaitu dengan PPS Lampulo. Kondisi eksisting saat ini,
total produksi perikanan tangkap di Kota Sabang (khusus Pelagis Besar komoditi unggulan TTC)
yaitu sebesar ± 16 ton/hari, sedangkan total produksi perikanan tangkap di PPS Lampulo
sebesar ± 41ribu ton/hari. Data ini menunjukan ketimpangan produktivitas perikanan tangkap
yang begitu besar antara SKPT Sabang dengan PPS Lampulo. Untuk mengembalikan produksi
tangkapan dari Kota Sabang yang semula dibawa dan didaratkan ke PPS Lampulo sekaligus
mengurangi ketimpangan produktivitas sehingga dapat mendukung pengembangan SKPT

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 121


Sabang, maka diperlukan skenario share produksi perikanan tangkap dengan pelabuhan
perikanan didekat SKPT tersebut, yaitu PPS Lampulo di Kota Banda Aceh.

Asumsi dasar skenario ini yaitu agar produksi perikanan tangkap di Kota Sabang dapat
meningkat, khususnya di SKPT Sabang Ie Meulee. Dalam jangka panjang, persentase
pemanfaatan perikanan tangkap di SKPT Sabang Ie Meulee dapat konsisten sama atau melebihi
dengan rata-rata tangkapan harian untuk pelabuhan perikanan pantai (PPP). Berdasarkan
asumsi tersebut, maka berikut ini akan dijelaskan diagram persentase share produksi perikanan
tangkap antara SKPT Sabang Ie Meulee dengan PPS Lampulo.

TABEL 4. 18 R ENCANA S HARE PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP ANTARA SKPT SABANG DENGAN
PPS LAMPULO (KHUSUS PELAGIS BESAR- KOMODITI TUNA, TONGKOL DAN CAKALANG)

No Pelabuhan Eksisting Rencana Share Produksi Perikanan Tangkap


Perikanan 2016-2017 2020 2027 2037
1 SKPT Sabang ± 16 Pemanfaatan: Pemanfaatan: Pemanfaatan:
ton/hari  40% dari total  75% dari total  80-90% dari total
potensi JTB potensi JTB potensi JTB
Sabang Sabang Sabang

Share produksi Share produksi Share produksi


 0,0004% dari total bertambah bertambah
produksi yang  0,001% dari total  0,01% dari total
didaratkan di PPS produksi yang produksi yang
Lampulo didaratkan di PPS didaratkan di PPS
Lampulo Lampulo

2 Lampulo ± 41ribu Kondisi hasil Terjadi Share Terjadi Share


ton/hari tangkapan dari Kota produksi, total produksi, total
Sabang akan produksi tangkapan produksi tangkapan
didaratkan PPS Lampulo PPS Lampulo
sepenuhnya di Kota berkurang menjadi berkurang menjadi
Sabang (SKPT Ie 99,999% 99,99%
Meulee)
Sumber: Hasil Analisis Tim, 2017

Nilai persentase share produksi perikanan tersebut didasarkan asumsi pentahapan jangka
panjang dari pengembangan SKPT Sabang. Nilai persentase dapat berubah apabila perhitungan
indikator-indikator ekonomi dan perhitungan hasil perikanan telah diperbarui. Adapun
indikator-indikator tersebut antara lain:

- Potensi sumber daya perikanan (tangkap)


- Iklim atau cuaca wilayah
- Sumber daya manusia (nelayan dan pelaku usaha perikanan)
- PDRB

Rencana share produksi ini dapat terjadi jika:

1. Nelayan-nelayan atau kapal besar yang menangkap ikan di perairan Sabang harus
mendaratkan sebagian ikan di SKPT Sabang, baik yang dipasarkan/dijual maupun
diolah; atau

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 122


2. Untuk pemasaran ke arah ekspor (Thailand, Cina, dan sebagainya), alur pemasaran
dapat melewati Pelabuhan Bebas Sabang, sehingga akan memberikan bangkitan
aktivitas di Kota Sabang dan SKPT Sabang.

Dengan adanya share produksi hasil tangkapan tersebut, maka alur penangkapan yang tadinya
menangkap ikan di wilayah perairan Sabang kemudian ikan didaratkan di PPS Lampulo,
menjadi hasil tangkapan ikan didaratkan di SKPT Sabang (PPI Ie Meulee). Hal ini tidak akan
memberikan dampak yang signifikan bagi produktivitas perikanan tangkap di PPS Lampulo.
Namun share produksi sebesar 0,0004% hingga 0,01% dari total produktivitas tangkapan yang
didaratkan di PPS Lampulo akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas total
di SKPT Sabang, sehingga pada akhirnya SKPT Sabang di Ie Meulee ini dapat memberikan
bangkitan ekonomi yang cukup besar bagi wilayah Sabang.

Perbandingan Harga Pasaran Hasil Perikanan Tangkap


Untuk membangkitkan aktivitas ekonomi perikanan di Kota Sabang, harga jual beli hasil
perikanan tangkap harus dapat menyesuaikan dengan harga pasaran. Hal ini bertujuan agar
harga jual ikan tidak timpang dengan harga jual ikan di pelabuhan perikanan lainnya, termasuk
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Lampulo. Berikut adalah perbandingan harga jual ikan di
Sabang dengan Pelabuhan Perikanan lainnya.

TABEL 4. 19 PERBANDINGAN HARGA JUAL I KAN (KOMODITAS UNGGULAN) DI SABANG, ACEH DAN
M EDAN
No Jenis Ikan Harga per kilogram di Pelabuhan Perikanan
Kota Sabang Banda Aceh Medan
1 Tuna Rp 33.000-Rp 35.000 Rp 32.000-Rp 45.000 Rp 52.000-Rp 55.000
2 Cakalang Rp 12.000-Rp 17.000 Rp 27.000 Rp 30.000
3 Tongkol Rp 10.000-Rp 13.000 Rp 18.000 Rp 15.000-Rp20.000
Sumber: Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan, 2017

Dari perbandingan harga jual ikan (komoditas unggulan), terlihat harga jual ikan di Kota Sabang
rata-rata lebih rendah di bandingkan dengan harga jual rata-rata di Banda Aceh dan Medan.
Untuk penstabilan harga jual, maka perlu kebijakan penetapan harga pasar sesuai dengan harga
jual rata-rata di pelabuhan perikanan sekitar Sabang.

Pengembangan SKPT Sabang ini juga berperan dalam pengaturan harga jual ikan, terutama
komoditas unggulan di Kota Sabang. Saat produksi tangkapan ikan melimpah, TPI Ie Meulee
SKPT dapat berfungsi untuk mengatur harga jual sehingga tidak menjadi terlalu murah, karena
dapat menjatuhkan ekonomi nelayan, begitu sebaliknya, jika produksi tangkapan ikan sedikit,
maka SKPT dapat menstabilkan harga agar tidak terlalu mahal sehingga konsumen tetap
membeli ikan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 123


4.3 ANALISIS MIKRO SKPT
4.3.1 ANALISIS TAPAK
4.3.1.1 Aksesibilitas
Bentuk tapak memanjang sepanjang garis pantai, dibatasi dengan jalan setapak tanah
lebar 2-3 m. Akses ke kawasan melalui jalan selebar 4 m yang terletak di samping
stadion sepakbola mini. Terdapat jalan setapak yang membatasi lahan PPI dengan
deretan kios dan stadion, jalan setapak ini menghubungkan kawasan PPI dengan
pemukiman penduduk di Utara dan Selatan lahan PPI.

GAMBAR 4. 16 K ONDISI EKSISTING LOKASI SKPT

4.3.1.2 Area Reklamasi Dan Kolam Pelabuhan


Area reklamasi dan kolam pelabuhan dilindungi oleh konstruksi breakwater yang di
aatasnya terdapat jalan tanah selebar 5 m untuk akses menuju dan dari perahu ke
daratan. Selain breakwater juga terdapat jetty yang digunakan juga sebagai tempat
penambatan perahu kecil berukuran 1,5 – 10 GT (ukuran maks 3 x 14 m). Kondisi
breakwater pada beberapa bagian sudah mulai rusak, batuan yang digunakan untuk
konstruksi breakwater rontok di beberapa tempat. Demikian pula jalan yang
terdapatdia atas breakwater sebagian besar tidak dapat digunakan lagi.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 124


Kondisi jalan menuju dermaga dan tanggul pemecah ombak. Di sebelah kiri adalah pagar batas area
reklamasi

Bebatuan breakwater yang mulai longsor

GAMBAR 4. 17 KONDISI BREAKWATER DI LOKASI SKPT

Kolam pelabuhan memiliki kedalaman bervariasi antara 2-8 m. Terjadi pendangkalan di


area belakang tanggul (kolam) akibat arus laut yang terbendung oleh tanggul. Selain itu
tanggul terlalu tinggi sehingga sulit bagi nelayan untuk naik dan turun ke perahu. Pada
saat surut ketinggian ini bertambah hingga mencapai 2 meter.

Tanggul sekaligus dermaga yang terlalu tinggi

GAMBAR 4. 18 KONDISI KOLAM PELABUHAN DI LOKASI SPKT

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 125


4.3.1.3 Area Pantai Sekitar Area Reklamasi
Terdapat pantai pasir putih yang landai dengan air laut jernih, jarak bibir pantai dengan
bangunan kurang lebih 20 meter. Topografi tapak cukup landai, sebagian ditumbuhi
tanaman rumput dan semak serta pohon peneduh dan pohon kelapa. Pada saat-saat
tertentu pantai ini ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar untuk rekreasi dan
memancing ikan. Tidak jauh dari pantai ini terdapat sumur air tawar yang sudah tidak
digunakan lagi, serta pemakaman.

Pantai pasir putih di sebelah tanggul pemecah ombak

Vegetasi di tepi area reklamasi

GAMBAR 4. 19 KONDISI PANTAI DI AREA REKLAMASI

4.3.1.4 Bangunan
Bangunan yang saat ini berdiri di kawasan PPI adalah:

 Kantor Panglima Laut (2 lantai) dengan struktur beton yang masih kokoh dan masih
berfungsi. Panglima Laut adalah tokoh yang ditunjuk oleh nelayan setempat sebagai
penjaga hakum adat dan aturan-aturan yang terkait dengan kegiatan melaut dan
menangkap ikan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 126


GAMBAR 4. 20 KANTOR PANGLIMA LAOT IE MEULEE

 Balai Nelayan yang digunakan sebagai tempat para nelayan bertemu membicarakan
berbagai masalah terkait kehidupan dan kegiatan nelayan. Kondisi bangunan tidak
memadai baik dari segi konstruksi maupun kapasitas.

GAMBAR 4. 21 BALAI NELAYAN IE MEULEE

 Bekas Ruko (Pasar Mini) yang dibangun oleh Pemkot Sabang. Bangunan dua lantai
dengan struktur beton saat ini tidak berfungsi. Alasan yang disampaikan adalah
pedagang tidak mau menempati bangunan karena kualitas bangunan yang buruk.
Struktur bangunan rusak khususnya pada kolom akibat gempa dan tsunami yang
terjadi pada tahun 2004. Alasan lain adalah belum ada rencana pemerintah tentang
peruntukan bangunan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 127


GAMBAR 4. 22 B EKAS PASAR MINI, NAMPAK KIOS- KIOS YANG TERBENGKALAI DAN
KERUSAKAN PADA KOLOM STRUKTURAL

 Di depan kawasan PPI terdapat toko-toko, warung milik masyarakat, dan stadion
sepakbola mini yang dilengkapi tribun

GAMBAR 4. 23 T OKO -TOKO DAN WARUNG DI SEPANJANG JALAN ARTERI. D INDING STADION
MINI NAMPAK PADA FOTO PALING KANAN

4.3.1.5 Infrastruktur
Akses menuju PPI saat ini melalui jalan tanah dengan lebar kurang lebih 6 m. Menurut
informasi nelayan, lahan yang digunakan untuk jalan tersebut adalah milik Gapensi.
Selain itu terdapat jalan setapak lebar 2 meter sepanjang bibir pantai yang
menghubungkan kawasan TPI Ie Meulee dengan sekitarnya.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 128


GAMBAR 4. 24 A KSES MENUJU KAWASAN TPI BANGUNAN DI SEBELAH KANAN ADALAH
BEKAS PASAR I KAN

GAMBAR 4. 25 A KSES KENDARAAN MENUJU TPI DI SEPANJANG PANTAI . K ONDISI JALAN


RELATIVE BAIK

Di kawasan ini tidak tersedia tempat parkir untuk kendaraan bermotor sehingga tamu
atau nelayan memarkir kendaraannya di sembarang tempat.

GAMBAR 4. 26 A REA PARKIR YANG TIDAK JELAS BATASAN MAUPUN LOKASINYA

Pada kawasan ini tidak tersedia tempat pembuangan sampah (TPS) sehingga nampak
tumpukan sampah di beberapa tempat. Saluran pembuangan air limbah tidak berfungsi,
bahkan pada beberapa tempat tidak tersedia saluran baik untuk air limbah maupun air
hujan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 129


GAMBAR 4. 27 SAMPAH BERTUMPUK DI AREA TP

Pada bangunan bekas ruko terdapat sumur air tawar dengan kedalaman sekitar 10 m,
dimanfaatkan oleh nelayan untuk mandi dan cuci serta untuk bekal selama melaut.
Kualitas air cukup baik

GAMBAR 4. 28 SUMUR AIR TAWAR DI BELAKANG BEKAS PASAR M INI

Selama ini jual beli ikan dilakukan langsung di sekitar area tambatan perahu. Tidak ada
area/bangunan khusus untuk aktifitas jual beli ikan. Tidak ada dermaga khusus untuk
bongkar muat ikan dan perbekalan, demikian pula untuk jual beli dan melelang ikan,
sehingga proses jual beli dilakukan di perahu atau di sekitar perahu. Ikan yang sudah
dibeli diangkut menggunakan mobil pick up, sepeda motor atau becak.

Untuk memenuhi kebutuhan es balok, nelayan membeli dari pedagang es skala rumah
tangga. Ukuran es yang kecil dan terbatas jumlahnya tidak memadai untuk menjaga
kesegaran ikan dalam waktu lama. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
nelayan membeli dari SPBU di kota Sabang. Nelayan juga tidak bisa menyimpan ikan
karena tidak ada cold storage. Untuk menghindari kerugian akibat ikan yang membusuk
maka nelayan membatasi jumlah ikan yang ditangkap.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 130


4.3.2 ANALISIS KEGIATAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS
4.3.2.1 Flow of Activity
Berdasarkan rencana peningkatan status dan kapasitas TPI Ie Meulee dari TPI menjadi
PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan), maka rencana blok dan tapak PPI harus didasarkan
atas analisis kegiatan dan kebutuhan fasilitas yang sesuai dengan fungsi PPI. Analisis
kegiatan dibedakan menurut alur kegiatan (Flow of Activity) masing-masing pelaku yaitu
Hasil tangkapan (ikan), Kapal, Nelayan, Pedagang/Pembeli, dan Pengelola.

GAMBAR 4. 29 FLOW OF ACTIVITY (F OA) PELAKU KEGIATAN DI PPI

Penjelasan tentang Flow of Activity dari masing-masing pelaku adalah sebagai berikut:

a. Hasil tangkapan (ikan)

Hasil tangkapan utama nelayan Sabang adalah Pelagis besar (ikan tuna, cakalang,
tongkol) dan Pelagis kecil. Hasil tangkapan yang diturunkan dari kapal dikelompokkan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 131


menjadi dua, yaitu hasil ikan segar tidak dibekukan dan ikan segar beku. Ikan segar yang
tidak dibekukan diangkut dari kapal menggunakan boks atau keranjang besar lalu
ditimbang dan dilelang. Ikan yang sudah dibeli kemudian dibawa oleh pembeli
menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Sedangkan ikan segar beku
langsung dibawa keluar kawasan PPI oleh pembeli untuk dijual di pasar lokal atau di
daerah lain. Selain dijual langsung di TPI, sebagian ikan segar juga akan dibekukan
untuk selanjutnya dibawa ke daerah lain, dan ikan jenis tertentu seperti tuna akan
diekspor tetapi tanpa melalui proses pembekuan. Ikan ekspor ini hanya dibersihkan lalu
di angkut ke pelabuhan ekspor menggunakan kendaraan besar (truk).

Khusus kegiatan yang terkait dengan alur hasil tangkapan (ikan), maka flow activity
yang lebih rinci adalah sebagai berikut:

GAMBAR 4. 30 F LOW OF ACTIVITY (FO A) YANG BERHUBUNGAN HASIL TANGKAPAN ( IKAN)

4.3.2.2 Kebutuhan Fasilitas


Kebutuhan fasilitas PPI terdiri dari:

Fasilitas Pokok PPI

1. Dermaga
Dermaga berfungsi untuk tempat tambat kapal dan melayani kegiatan bongkar
muat kapal. Posisi dermaga dibuat sejajar dengan sisi Timur lahan reklamasi
berdasarkan pertimbangan kecukupan ruang dan kemudahan maneuver kapal.
Panjang area yang tersedia untuk dermaga adalah kurang lebih 70 m, sementara
untuk lebar dermaga tidak ada batasan area. Lebar dermaga ditentukan
minimum 8 m dengan panjang maksimum 70 m. Lebar dermaga tersebut
dihitung dengan mempertimbangkan kegiatan bongkar muat kapal berkapasitas
10-15 GT. Panjang LoA kapal 10 GT adalah 13.5 m, sehingga dengan panjang 70

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 132


m, dermaga dapat melayani 7 buah kapal tambat ukuran 10 GT dan 25 buah
kapal tender (merapat pada kapal yang ditambat di dermaga). Selain kapal
tambat dan kapal tender, di dalam area kolam pelabuhan juga terdapat kapal
yang hanya berlabuh (tidak tambat dan tidak tender). Kapal ini tidak termasuk
dalam pelayanan dermaga.

2. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)


Kegiatan utama TPI adalah jual beli hasil tangkapan melalui sistem lelang.
Proses penimbangan dan pelelangan di bangunan TPI melibatkan nelayan,
pengelola dan pedagang (pembeli). Luas ruang pelelangan harus dapat melayani
kegiatan lelang ikan sampai 5 ton/hari. Ikan yang dilelang harus dijaga
kesegarannya karena itu rancangan TPI selain mengakomodasi terjadinya
pergerakan pengguna yang dinamis juga dapat menjamin ikan tidak rusak
selama proses pelelangan. Beberapa persyaratan bangunan TPI antara lain
ruang harus cukup luas dan tanpa halangan, lantai terbuat dari bahan yang tidak
terlalu licin dan mudah dibersihkan, sirkulasi udara alami dapat menjamin
terjadinya pertukaran udara segar secara kontinu, serta ruang harus terhindar
dari panas matahari dan hujan.

Untuk mendukung kegiatan pelelangan, bangunan TPI dilengkapi dengan


fasilitas ruang pengelola dan toilet umum. Luas minimum bangunan TPI 330 m2
dengan ukuran panjang 22 m x lebar 15 m.

Salah satu contoh desain bangunan TPI yang baik adalah TPI PPN Pekalongan.

GAMBAR 4. 31 B ANGUNAN TPI PPN PEKALONGAN


Sumber :https://twitter.com/mzulficar/media (Diunduh tanggal 8 Juni 2017)

3. Integrated Cold Storage (ICS)


Hasil tangkapan yang akan dibekukan dimasukkan ke dalam bangunan ICS. Di
dalam bangunan ini ikan terlebih dahulu dibersihkan kemudian dikemas dan
dibekukan. Bangunan ICS terdiri dari Unit Pengolahan Ikan (UPI), Air Blast

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 133


Freezer (ABF) dan Cold Storage (CS). Kapasitas ICS ditentukan berdasarkan
persentase volume hasil tangkapan per hari yang akan dibekukan. Berdasarkan
hasil analisis, kapasitas Cold Storage yang harus disediakan adalah 2 x 50 ton,
ABF 3 ton dan Unit Pengolahan Ikan 3 ton per hari. Luas lahan yang dibutuhkan
untuk bangunan ICS adalah 1500 m2. Luasan tersebut sudah termasuk lahan
untuk sirkulasi loading-unloading truk pengangkut, parkir truk, dan parkir
kendaraan pengelola.

Selain ikan yang dibekukan, ada jenis ikan tertentu seperti tuna yang disiapkan
untuk diekspor. Sebelum disimpan di Cold Storage, ikan tuna terlebih
dibersihkan kepala, insang, ekor dan isi perutnya. Proses ini dapat dilakukan di
ruang atau bangunan tersendiri, meskipun demikian posisi ruang/bangunan
sebaiknya tidak jauh dari bangunan ICS karena fasilitas ini masih menjadi bagian
dari ICS. Berdasarkan hasil analisis, kapasitas pengolahan ikan tuna sebesar 3
ton/hari. Dengan ukuran rata-rata panjang 80 cm dan lebar 30 cm, maka luas
bangunan pengolahan ikan tuna segar adalah 90 m2, atau berukuran 6 m x 15 m.

Perlu diperhatikan bahwa proses pengolahan ikan akan menghasilkan limbah


baik dari tubuh ikan maupun dari sisa bahan kimia yang digunakan. Limbah ini
dapat mencemari lingkungan karena itu harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke laut. Karena itu bangunan ICS harus dilengkapi dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Instalasi ini juga dapat digunakan untuk
mengolah air buangan dari bangunan lain di kawasan PPI seperti TPI dan
KM/WC umum.

4. Pabrik es
Pabrik es diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nelayan melaut. Kapasitas
produksi pabrik es adalah 420 kg/ jam dengan kapasitas penyimpan es (ice
storage) sebesar 20 ton. Kapasitas pabrik es tersebut telah mampu mencukupi
kebutuhan es SKPT Sabang yang diperkirakan telah mencapai 75 ton/hari.
Untuk memenuhi fungsi pabrik es, dibutuhkan bangunan dengan luas minimum
96 m2, atau berukuran 8 m x 12 m. Didalam pabrik es terdapat fasilitas mesin
pencetak es balok, ruang mesin pending, ruang penyimpan es, dan kantor.
Karena fungsi utamanya mensupply kapal nelayan, maka untuk memudahkan
pengangkutan es ke kapal nelayan, letak pabrik es sebaiknya dekat dengan
dermaga. Selain melayani kebutuhan nelayan, pabrik es juga melayani
kebutuhan pembeli/pedagang karena itu letak pabrik es juga sebaiknya tidak
jauh dari TPI.

5. Pos Pelayanan Dermaga


Setiap kapal yang masuk ke pelabuhan dan melakukan kegiatan bongkar muat
terlebih dahulu harus melapor ke petugas dermaga. Untuk keperluan ini perlu
disediakan sebuah pos pelayanan dermaga yang diletakkan di sisi dermaga. Pos
dermaga beroperasi selama 24 jam, dilengkapi dengan ruang pengawas dan
gudang kecil. Luas bangunan pos 16 m2, atau berukuran 4 m x 4 m.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 134


6. SPDN
PPI harus menyediakan fasilitas pengisian bahan bakar (SPDN) untuk melayani
kebutuhan nelayan melaut. Berdasarkan jumlah dan jenis kapal yang dilayani
oleh PPI Ie Meulee diketahui bahwa rata-rata setiap hari dibutuhkan 1.9 liter
BBM. Dengan perkiraan distribusi BBM masuk adalah seminggu sekali maka
kebutuhan BBM adalah 16 kl. Untuk menjamin ketersediaan bahan bakar, maka
SPDN PPI Ie Meulee ditambah 16 kl lagi tangki cadangan dan satu buah
dispenser. Selain itu SPDN juga dilengkapi dengan kantor pengelola dan ruang
genset yang khusus melayani SPDN. Luas bangunan SPDN adalah 336 m2, luas
ini sudah termasuk area sirkulasi untuk truk yang membawa bahan bakar dan
sirkulasi nelayan yang mengambil bahan bakar.

7. Ruang Genset
Untuk menjamin kontinuitas ketersediaan listrik di kawasan PPI Ie Meulee
disediakan fasilitas rumah genset yang berisi satu buah genset dan MDP 300
kVV. Rumah genset ditempatkan dekat dengan bangunan ICS untuk
memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Luas rumah genset kurang lebih
100 m2 (10 m x 10m), sudah termasuk area untuk menyimpan tanki solar.

8. Menara air
Kebutuhan total air bersih PPI adalah 94.10 m3/hari, atau jika dihitung pada
waktu beban puncak maka debit air yang dibutuhkan adalah 8.6 m3/jam selama
8 jam. Volume air yang harus disediakan pada waktu beban puncak adalah 68.83
m3. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan bak penampung air bersih
minimum 100 m3. Selain itu juga dibutuhkan sumber air yang memenuhi kriteria
air bersih dengan kapasitas yang cukup. Sumber air bersih PPI Ie Meulee dapat
memanfaatkan sumur eksisting yang selama ini dimanfaatkan oleh nelayan
untuk kebutuhan melaut. Berdasarkan hasil survey, volume air sumur saat ini
dapat mencukupi kebutuhan PPI dalam waktu relative panjang. Meskipun
demikian direkomendasikan untuk menyiapkan sumber air bersih lain seperti
sumur artesis, atau sumber mata air yang terdapat di sisi Barat lahan reklamasi.

Untuk mendistribusikan air bersih ke semua fasilitas yang membutuhkan


dengan debit yang cukup maka perlu disediakan pompa air dan menara air.
Pompa air dibutuhkan untuk mengisap air dari sumur, kemudian dialirkan ke
bak penampungan (ground tank). Dari ground tank air kemudian dipompa ke
atas untuk mengisi menara air, dan seterusnya air dialirkan ke bangunan dengan
sistem gravitasi. Tipe pompa pengisi ground tank adalah centrifugal pump
dengan kapasitas pompa 1.6 l/detik atau 4.2 m3/jam. Tipe pompa pengisi
menara air sama dengan pompa pengisi ground tank dengan kapasitas 2.64 l/det
atau 9.5 m3/jam. Volume tanki menara air adalah 2000 liter dengan tinggi
menara air 7 m dan radius aliran distribusi 500 m. Dengan kapasitas tersebut
diharapkan air bersih dapat tersedia secara kontinu dan dapat menjangkau titik
terjauh di dalam kawasan. Selain menara air dan ground tank, fasilitas air bersih
PPI Ie Meulee juga dilengkapi dengan rumah pompa. Rumah pompa dan ground
tank berada di bawah menara air untuk memperpendek waktu pengisian air di

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 135


samping memudahkan pengontrolan. Ground tank tidak ditanam di bawah tanah
untuk mencegah risiko pencemaran akibat kebocoran dinding ground tank.

9. Docking kapal
Fasilitas pencucian dan perbaikan kapal (docking kapal) perlu disediakan di PP
Ie Meulee untuk mendukung kegiatan pemeliharaan kapal. Docking kapal yang
disediakan diupayakan yang paling mudah dioperasikan dan tidak memerlukan
biaya mahal yang dapat memberatkan nelayan atau pemilik kapal. Sistem
operasi docking menggunakan mesin penarik (winch) dan slip way. Idealnya
disediakan dua buah slip way untuk menampung masing-masing maksimum dua
kapal 20 GT. Mesin penarik minimum berkapasitas 15 ton dan harus terlindung
di dalam bangunan dengan luas minimum 12 m2 atau 4 m x 3 m. Selain itu juga
dibutuhkan sebuah bengkel untuk melakukan kegiatan perbaikan kecil seperti
las, bubut dan skrap. Luas bengkel minimum 54 m2 atau berukuran 9 m x 6m.
Docking kapal juga perlu dilengkapi dengan kantor pengelola, minimu seluas 24
m2 atau berukuran 6 m x 4 m.

Posisi docking kapal sebaiknya di area yang terpisah dari area publik untuk
menjamin keamanan kapal. Di samping itu juga perlu dipertimbangkan faktor
keleluasaan pergerakan naik turun kapal dari slip way.

10. Kantor Administrasi


Untuk mengelola PPI Ie Meulee dibutuhkan sebuah kantor pengelola
administrasi yang di dalamnya terdiri dari ruang-ruang kerja dan ruang rapat
untuk pimpinan dan staf PPI. Di samping itu perlu disediakan pula ruang
koperasi nelayan dan ruang display barang-barang kebutuhan nelayan. Sesuai
dengan struktur organisasi PPI, jumlah personil yang bekerja di kantor
administrasi minimum 12 orang, ditambah dengan pengelola koperasi yang
berjumlah minimum 2 orang. Sehingga luas bangunan kantor yang dibutuhkan
150m2 sampai dengan 200m2. Untuk kenyamanan pengguna, bangunan kantor
dapat dibuat berlantai dua, di mana kantor pengelola berada di lantai dua
sedangkan kantor koperasi dan ruang display barang ditempatkan di lantai satu.

Fasilitas Penunjang PPI

1. IPAL
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berfungsi untuk mengolah air buangan
dan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di PPI. Hasil pengolahan harus
memenuhi kriteria tidak berbahaya untuk dapat dibuang ke laut. Untuk
memudahkan pembuangan maka IPAL diletakkan di dekat dermaga. Ruang yang
dibutuhkan untuk menempatkan IPA: minimum berukuran 22 m x 11 m, ruang
ini sebaiknya berada di bawah tanah untuk mereduksi kemungkinan
penyebaran bau tidak sedap yang dihasilkan.

2. KM/WC Umum
Untuk mendukung kegiatan PPI Ie Meulee khususnya perlu disediakan KM/WC
Umum yang mudah diakses. Desain KM/WC sedemikian rupa agar mudah

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 136


dibersihkan dan memenuhi prinsip kesehatan. Jika tidak tersedia lahan yang
cukup, KM/WC dapat diletakkan di atas ruang IPAL. Untuk PPI Ie Meulee
dibutuhkan masing-masing dua KM/WC untuk wanita dan pria. Luas bangunan
minimum 72 m2, atau berukuran 15 m x 6 m.

3. Parkir
Area parkir kendaraan untuk beroda dua maupun empat merupakan sarana
penting untuk mendukung fungsi PPI. Luas area parkir yang dibutuhkan
dihitung berdasarkan jumlah dan jenis kendaraan serta waktu beban puncak.
Berdasarkan analisis dan observasi di lapangan, jumlah lot parkir untuk
kendaraan beroda empat yang harus disediakan adalah minimum 20 buah, dan
untuk kendaraan bermotor minimum 50 buah. Lokasi area parkir harus cukup
dekat dengan bangunan TPI untuk memudahkan pembeli mengangkut ikan dari
TPI serta untuk mencegah agar ikan tidak rusak akibat cukup lama terpapar
panas matahari.

4. Mushola
Mushola merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi nelayan dan
masyarakat yang beraktifitas di PPI Ie Meulee. Karena itu perlu disediakan
sebuah mushola yang cukup nyaman dan dapat digunakan untuk sholat
berjamaah. Luas bangunan mushola yang ideal untuk PPI ie Meulee minimum 64
m2 (8 x 8 m) dilengkapi dengan ruang wudhu dan toilet pria dan wanita. Letak
mushola sedemikian rupa agar jauh dari sumber-sumber kebisingan. Sebaiknya
mushola juga dapat menjadi penanda di kawasan PPI.

5. Balai Nelayan dan Rumah Singgah


Selain melaut, aktifitas nelayan lainnya adalah berkumpul untuk membicarakan
hal-hal yang terkait dengan pekerjaan mereka sebagai nelayan. Nelayan yang
berasal dari luar Sabang yang nantinya akan berlabuh di PPI Ie Meulee juga
membutuhkan ruang untuk beristirahat. Karena itu di PPI Ie Meulee perlu
disediakan Balai Nelayan dan Rumah Singgah/Peristirahatan. Kapasitas Balai
Nelayan dihitung dari jumlah nelayan yang berkumpul, yaitu diperkirakan rata-
rata 50 orang. Sementara nelayan yang singgah beristirahat diperkirakan
berjumlah 15 orang. Luas bangunan Balai Nelayan adalah 120 m2, atau
berukuran 10 m x 20 m, sementara luas rumah singgah 80 m2 atau berukuran 8
m x 10 m.

6. Pos Jaga
Pos jaga dibutuhkan untuk mengawasi dan menjamin seluruh kegiatan di PPI
dapat berjalan dengan aman. Untuk memudahkan pengawasan, pos jaga dapat
ditempatkan di gerbang masuk kawasan PPI. Ukuran pos jaga 2 m x 2m.

7. Pasar Ikan
Selain kegiatan pelelangan ikan, PPI juga dapat dilengkapi dengan fasilitas pasar
ikan yang menjual ikan secara eceran untuk melayani kebutuhan sehari-hari
masyarakat lokal. Jumlah lapak yang disediakan kurang lebih 100 buah (prediksi

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 137


10 tahun). Pasar ikan sebaiknya dilengkapi dengan tempat parkir tersendiri
dengan kapasitas yang cukup untuk menampung kendaraan pembeli dan
pedagang. Lokasi pasar sebaiknya terpisah dari bangunan utama PPI agar tidak
mengganggu kelancaran aktifitas PPI. Selain ikan, pasar juga dapat menjual
komoditas pelengkap seperti sayur mayur dan bumbu. Luas bangunan pasar
ikan kurang lebih 400 m2. Desain pasar dan lods harus mudah dipelihara dan
dibuat dari material tahan lama. Selain itu perlu diperhatikan bagaimana
mencegah agar tidak ada pedagang yang menjual di luar area pasar sehingga
kawasan PPI tidak menjadi kumuh.

8. TPS
PPI perlu dilengkapi dengan TPS untuk menampung sampah pasar dan sampah
hasil pengolahan ikan dan dari bangunan PPI lainnya yang tidak diolah di dalam
IPAL. Letak TPS sedemikian rupa agar mudah dijangkau oleh truk pengangkut
sampah untuk dibawa ke TPA. Selain itu perlu dipertimbangkan pula terhadap
kemungkinan tercemarnya udara di kawasan PPI oleh bau yang dihasilkan dari
TPS. Idealnya TPS dilengkapi dengan komposter untuk mengolah sampah
organik serta bank sampah untuk sampah anorganik.. Sistem pengolahan
sampah 3R perlu dilakukan di TPS untuk mengurangi volume sampah yang
diangkut ke TPA. Luas area TPS minimum yang dibutuhkan dapat dihitung dari
volume timbulan sampah per hari. Untuk PPI estimasi luas lahan TPS yang
dibutuhkan adalah 20 m2, dengan pertimbangan sampah diangkut setiap hari.

9. Gedung Panglima Laut


Dalam budaya masyarakat nelayan di Aceh dikenal adanya Panglima Laut, yaitu
orang atau tokoh yang mengatur tata cara penangkapan ikan di laut
(meupayang), menetapkan waktu terbaik penangkapan ikan di laut,
melaksanakan ketentuan-ketentuan adat, mengelola upacara-upacara adat
nelayan, menyelesaikan perselisihan antar nelayan serta menjadi penghubung
antara nelayan dengan pemerintah. Aktifitas Panglima Laut perlu diwadahi,
dapat berupa bangunan tersendiri atau minimum disediakan ruang kerja
khusus. Pada kawasan PPI Ie Meulee terdapat bangunan gedung panglima laut
yang saat ini masih berfungsi dan kondisi bangunan terbilang cukup baik.
Bangunan ini terletak di luar area reklamasi dan masih dapat dipertahankan.

10. Sentra Kuliner Ikan


Selain sebagai PPI, Ie Meulee dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata
kuliner ikan mengingat potensi laut dan pantainya yang sangat indah. Saat ini
pantai pasir putih di sebelah selatan lahan reklamasi dijadikan tempat rekreasi
masyarakat sekitar khususnya pada hari-hari libur. Sentra kuliner ikan dan
pondok wisata dapat dibangun sebagai pelengkap aktifitas wisata di kawasan
tersebut. Dengan luas lahan yang tersedia dapat dibangun sekira 25 buah kios
makanan (kurang lebih 400 m2) serta tempat parkir kendaraan bermotor, baik
roda dua maupun roda empat. Wisata pantai yang selama ini telah ada perlu
disediakan fasilitas toilet dan tempat sampah sehingga kebersihan pantai tetap
terjaga. Luas lahan yang dibutuhkan untuk toilet dan tempat sampah kurang
lebih 100 m2.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 138


11. Pusat Informasi Nelayan
Pusat informasi nelayan ini dibangun untuk melayani nelayan terkait
penangkapan maupun penjualan hasil produksi. Sarana ini juga dapat dilakukan
sebagai tempat penyuluhan atau sosialisai. Luas lahan yang dibutuhkan adlaah
150 m 2

Rangkuman kebutuhan fasilitas PPI Ie Meulee dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 4. 20 K EBUTUHAN FASILITAS PPI


No. Program Ruang Dimensi Luas Satuan Keterangan

1 TPI 22 m x 15 m 330 m2 kapasitas kegiatan lelang s/d 5 ton


per hari
a Ruang Pelelangan Ikan
b Ruang Pengelola 1 untuk pelayanan jam lelang
c Ruang Pengelola 2
d Toilet 1 Fasilitas toilet peserta lelang
e Toilet 2
f Ruang Peralatan
2 Integrated Cold Storage 30 m x 50 m 1500 m2  terdiri dari CS 2 x 50 ton
 ABF 3 ton
 memungkinkan untuk penambahan
ABF 3ton
3 Tempat Pengolahan Tuna 6 m x 15 m 90 m2 kapasitas pengolahan 3 ton per hari
Segar
4 Pabrik Es 8 m x 12 m 96 m2 kapasitas produksi 420 kg/ jam dan
Ice storage 20 ton
5 Pos Pelayanan Dermaga 4mx4m 16 m2 untuk pelayanan 24 jam
6 Dermaga 8 m x 70 m 560 m2 Dermaga untuk pendaratan ikan 4
kapal ukuran @10GT
7 Kantor Administrasi 15 m x 10 m 150 m2
Pelabuhan dan Koperasi
Nelayan
a Ruang Staf Pelabuhan
b Ruang Kepala Pelabuhan
c Ruang TU Pelabuhan
d Ruang Kepala Koperasi
e Ruang Staf Koperasi
f Ruang Display Koperasi
g Ruang Rapat
h Toilet dan Musholla
8 SPDN 16 m x 21 m 336 m2 Kapasitas pelayanan 2 x 40 liter per
menit

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 139


a Kantor Pengelola 6mx5m 30 m2
b Tanki BBM 9mx8m 72 m2 Kapasitas tanki 2 x 16 kl
c Rumah Genset 1,5 m x 3 m 4,5 m2
9 Ruang Genset 10 m x 10 m 100 m2 Unt Genset dan MDP 300 kVA
10 Tower Air dan Reservoir 8mx8m 64 m2  Distribusi 2,64 lt/detik
 Penampungan 100 m3
11 Musholla 8mx8m 64 m2
12 MCK 12 m x 6 m 72 m2
13 Docking Kapal 15 m x 6 m 90 m2 Kapasitas 2 slip way @ 2 x 20 GT
a Kantor 6mx4m 24 m2
b Bengkel 9mx6m 54 m2 Las , Bubut dan Skrap
c Rumah Winch 4mx3m 12 m2 kapasitas winch 15 ton
14 Balai Nelayan 10 m x 12 m 120 m2 kapasitas 50 s/d 70 orang
15 Rumah Singgah 8 m x 10 m 80 m2
16 Pasar Ikan 2 bangunan 400 m2 kapasitas 100 lapak
(10 m x 20
m)
17 Sentra Kuliner 2 bangunan 400 m2 kapasitas 25 lapak
(10 m x 20
m)
18 MCK Sentra Kuliner 12 m x 6 m 72 m2
19 Tempat Sampah Kuliner 6mx5m 30 m2 kapasitas 33 m3
20 Pos Penjaga Sentra Kuliner 2mx2m 4 m2
21 Pusat Informasi Nelayan 15 m x 10 m 150 m2

4.3.3 KONSEP PERANCANGAN TAPAK


4.3.3.1 Zonasi
Zona pada tapak dibagi menjadi tiga yaitu zona pubilk, semi-publik, dan private. Zona
publik adalah zona yang di atasnya dapat ditempatkan bangunan yang melayani
masyarakat umum yang tidak memiliki kepentingan dengan kegiatan pokok PPI. Zona
semi publik adalah zona untuk bangunan yang terbatas melayani masyarakat umum
yang terlibat di dalam kegiatan pokok PPI. Zona private adalah zona untuk bangunan
dengan kegiatan khusus serta hanya melayani pengelola dan pengguna tertentu saja.

Bentuk tapak kawasan PPI Ie Meulee cenderung memanjang horizontal sepanjang garis
pantai dengan lebar relative tipis. Karena itu pembagian zona mengikuti arah
memanjang tapak. Lahan reklamasi terletak di tengah, di apit oleh lahan pantai yang
tidak direklamasi. Lahan reklamasi semula sudah direncanakan untuk kegiatan utama
PPI karena itu lahan ini ditetapkan sebagai zona private dan semi private. Zona private
yang kedua adalah bagian utara kawasan yang berbatasan dengan dinding kolam
pelabuhan. Bagian tersebut dipilih karena berada pada lingkungan yang tenang, tidak
dilalui oleh lalu lintas umum.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 140


Pada zona semi private diletakkan bangunan TPI, SPDN, Pabrik Es, Pos Pengawas, Pos
Jaga, Toilet Umum, Kantor, Parkir, dan Mushola. Sedangkan pada zona private
diletakkan bangunan Dermaga, ICS, Rumah Genset, Menara Air, Balai Nelayan/Rumah
Singgah, dan Docking Kapal. Pada zona publik diletakkan bangunan Pasar Ikan, Sentra
Kuliner, Toilet Umum, dan Parkir.

GAMBAR 4. 32 ZONASI TAPAK

4.3.3.2 Tata Letak Bangunan dan Lingkungan


Tata letak bangunan pada tapak didasarkan pada analisis flow of activity agar semua
kegiatan dapat berjalan lancar karena bangunan yang direncanakan terkoneksi dengan
baik satu sama lain. Lahan reklamasi memiliki luas lahan paling besar sehingga
dijadikan pusat aktivitas dari PPI ini. Hal ini berimplikasi pada seluruh fasilitas yang
mendukung aktivitas perikanan baik fasilitas utama dan pendukung ditempatkan pada
lahan tersebut.

Bangunan Dermaga, Pos Pengawas, TPI, SPDN, Pabrik Es, Toilet Umum ditempatkan
saling berdekatan untuk memudahkan pencapaian dan melayani rangkaian kegiatan
bongkar muat dan pelelangan. Parkir diletakkan dekat dengan TPI agar pembeli tidak
perlu berjalan jauh membawa ikan dalam jumlah besar menuju kendaraan. Sementara
bangunan ICS diletakkan dekat dengan jalan masuk utama untuk memudahkan
pergerakan kendaraan truk pengangkut yang membutuhkan lahan cukup besar.
Bangunan utilitas seperti ruang genset, menara air, rumah pompa dan ground tank,
IPAL, serta TPS diletakkan berdekatan dalam satu area dengan ICS untuk memudahkan
pengontrolan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 141


Sumber kebisingan di lahan reklamasi adalah Dermaga dan TPI yang letaknya justru
pada bagian dalam lahan. Karena itu Kantor Administrasi dan Mushola diletakkan di
bagian depan lahan reklamasi sehingga relative jauh dari sumber kebisingan. Letak
Mushola di depan lahan juga diharapkan dapat menjadi penanda masuk kawasan utama
PPI.

Balai nelayan dan rumah singgah serta docking ditempatkan terpisah dari area dermaga
karena karakter kegiatan di area ini berbeda dengan area sekitar dermaga. Di area ini
nelayan dapat beristirahat, berdiskusi, sambil mengawasi peralatan dan kapal yang
sedang diperbaiki tanpa terganggu oleh kegiatan bongkar muat dan pelelangan. Untuk
memisahkan zona private nelayan dengan zona Pasar Ikan di antara kedua zona diberi
area terbuka hijau. Di area ini juga dibangun revetment (dinding pantai) untuk
melindungi pantai dari abrasi.

Tempat parkir kendaraan merupakan hal yang penting dalam perancangan tapak.
Kebutuhan parkir pada tapak tidak berbatas pada kendaraan mobil dan motor.
Kendaraan truk beroda 6 (enam) merupakan salah satu kendaraan yang akan melintas
di kawasan PPI tersebut. Oleh karena itu, penyediaan tempat parkir untuk truk, mobil,
dan motor menjadi penting dan perlu dirancang. Pada tapak, tempat parkir dibagi
menjadi beberapa bagian untuk membagi persediaan lahan parkir berdasarkan tempat
yang dituju. Tempat parkir diletakkan berdekatan dengan TPI, Kantor Administrasi, ICS,
Pasar ikan dan Sentra Kuliner yang merupakan pusat-pusat kegiatan. Sentra Kuliner
ditempatkan berhadapan langsung dengan pantai sehingga memberikan view ke arah
laut sebagai daya tarik wisata di PPI Sabang. Selain restoran, kios dan toilet umum,, di
area ini juga dibangun gazebo di sepanjang garis pantai untuk tempat beristirahat bagi
wisatawan, baik yang datang untuk berenang maupun sekedar menikmati keindahan
laut.

4.3.3.3 Konsep Sirkulasi


Sirkulasi pada tapak dibagi atas sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki.
Kendaraan yang akan melalui kawasan perancangan terdiri dari mobil, sepeda motor,
becak, dan truk. Akses utama ke kawasan PPI menggunakan lahan yang saat ini di
atasnya terdapat bangunan bekas Pasar Mini. Jalan masuk kendaraan ke kawasan
pelabuhan dibuat menerus mulai dari jalan masuk utama hingga ke TPI untuk menjaga
vista ke arah laut. Hal ini penting untuk memberi orientasi bagi pengunjung karena
kawasan PPI tidak berada di tepi jalan utama.

Pintu masuk utama menuju kawasan pelabuhan dibuat dua jalur untuk kendaraan
dengan lebar truk kurang lebih 2.5 m. Lalu jalur menyebar menuju ke titik-titik
pemberhentian (parkir) pada pusat-pusat kegiatan dengan sirkulasi berbentuk loop.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 142


GAMBAR 4. 33 K ONSEP S IRKULASI K ENDARAAN

Selain datang dengan kendaraan bermotor, pengunjung umum juga datang dengan
menggunakan kendaraan umum. Untuk itu perlu disediakan halte kendaraan umum di
dekat gerbang utama. Sedangkan untuk pejalan kaki disediakan trotoar baik di
sepanjang jalan masuk utama maupun di dalam kawasan PPI.

GAMBAR 4. 34 K ONSEP S IRKULASI PEJALAN KAKI

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 143


GAMBAR 4. 35 KONSEP SIRKULASI KAPAL

Gambar di atas menunjukkan alur proses kegiatan bongkar muat di dalam kolam labuh
TPI Ie Meulee. Kapal masuk ke dalam kolam labuh melalui pintu masuk kolam labuh.
Apabila tidak ada kapal yang bersandar di dermaga bongkar, maka kapal dapat langsung
bertambat di dermaga untuk melakukan bongkar muatan kapal perikanan. Sementara
kapasitas maksimum yang dapat ditampung oleh dermaga adalah 4 kapal ukuran 20 GT.
Setelah melakukan bongkar di dermaga bongkar, kapal selanjutnya harus bertambat di
kolam tambat yaitu di sekitar breakwater sisi dalam. Kapal dapat bertambat di kolam
tambat hingga saat kapal akan melakukan kegiatan penangkapan ikan selanjutnya atau
keesokan harinya.

Nelayan dapat melakukan kegiatan muat di dalam kolam tambat atau dapat
melakukannya di dermaga bongkar apabila kondisi dermaga kosong (tidak ada kapal di
dermaga). Setelah melakukan kegiatan muat kebutuhan menangkap ikan, kapal akan
langsung menuju ke pintu kolam labuh untuk keluar menuju tempat penangkapan ikan.
Apabila nelayan yang ingin memperbaiki kapalnya yang rusak, dapat dilakukan di
docking kapal di bagian barat kolam labuh.

4.3.3.4 Konsep Bangunan


Lokasi dari PPI Ie Meulee berada di Kota Sabang yang memiliki iklim tropis sehingga
bangunan PPI perlu dirancang mengikuti kaidah-kaidah bangunan tropis. Ciri-ciri
bangunan tropis adalah kemiringan atap yang relative curam, adanya tritisan yang
cukup lebar, material bangunan yang tidak mudah panas dan mudah dirawat, serta
bukaan yang cukup untuk memasukkan cahaya dan udara alami. Bangunan PPI pada

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 144


umumnya satu lantai dengan tinggi bangunan bervariasi. Bentuk bangunan dibuat
persegi panjang untuk memudahkan menempatkan ruang-ruang di dalamnya. Di
samping itu bentuk persegi panjang sesuai dengan aliran kegiatan yang terjadi di dalam
bangunan sehingga efisiensi penggunaan ruang dapat terpenuhi. Bentuk atap rumah
Aceh sebagai ciri khas budaya lokal dapat diterapkan pada rancangan atap bangunan
meskipun tidak pada semua bangunan PPI. Material bangunan yang digunakan sedapat
mungkin yang dapat diperoleh dengan mudah di daerah Sabang, selain itu jenis material
harus tidak mudah rusak atau korosif karena terpapar udara laut dalam waktu lama.
Contohnya beton, batu bata, aluminium, atau baja anti karat.

GAMBAR 4. 36 C ONTOH BENTUK BANGUNAN TRADISIONAL A CEH


Sumber: http://www.tradisikita.my.id (diunduh tanggal 9 Juni 2017)

Untuk memperoleh kenyamanan termal di dalam bangunan, selain bentuk atap dan
material, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah arah matahari. Pada kawasan
tropis lembab, panas matahari langsung sedapat mungkin dihindari. Karena itu sisi
panjang bangunan sebaiknya menghadap ke arah Utara dan Selatan. Sisi terpanjang
lahan PPI Imeulee yang menghadap ke laut cenderung ke arah Timur-Utara. Karena
bangunan PPI pada umumnya berorientasi ke laut maka tidak dapat dihindari adanya
bangunan yang sisi panjangnya menghadap Timur dan Barat. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain 1) menggunakan secondary
skin/sun shading, 2) penambahan balkon di sisi luar 3) memanjangkan tritisan, 4)
menggunakan tanaman pelindung.

4.3.3.5 Konsep Vegetasi


Iklim mikro kawasan tepi laut pada umumnya memiliki kelembaban yang cukup tinggi.
Untuk menciptakan kenyamanan baik di dalam bangunan maupun di lingkungan PPI,
dibutuhkan intervensi alami berupa vegetasi baik sebagai penutup tanah maupun
sebagai peneduh. Jenis vegetasi yang ditanam di kawasan PPI terdiri atas pohon
pengarah yang ditanam di sepanjang jalur jalan, pohon peneduh di ruang-ruang terbuka
hijau dan tempat parkir, pohon semak sebagai pembatas area atau zona. Rumput yang
ditanam bersama grass block digunakan sebagai penutup lahan agar air mudah
meresap, selain itu juga rumput tidak mudah rusak karena diinjak. Beberapa jenis pohon
yang cocok ditanam di daerah pantai dapat ditanam di kawasan PPI Ie Meulee, antara

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 145


lain pohon jenis ketapang, cemara, kayu besi, dan mangrove. Saat ini di kawasan PPI Ie
Meulee terdapat beberapa pohon eksisting yang cukup besar dan subur. Rancangan
tapak PPI dibuat sedemikian rupa agar pohon-pohon tersebut dapat dipertahankan.

4.3.3.6 Konsep Tanggul Pemecah Gelombang (Breakwater) dan Kolam


Pelabuhan
Tanggul Pemecah Gelombang (Breakwater)
Kondisi tanggul pemecah gelombang sudah tidak memungkinkan lagi untuk
dipertahankan karena di bagian utara dan sudut sebelah timur, sudah mulai banyak
batu yang longsor ke dasar perairan. Hal ini dapat mengurangi kekokohan tanggul
sehingga dapat berakibat pada keamanan PPI Ie Meulee. Sehingga perlu dimodelkan
kembali bentuk tanggul pemecah gelombang yang lebih kokoh dan dapat menahan
laju transport sedimen ke dalam kolam pelabuhan.

Terdapat 5 model tanggul yang sudah dibuat. Model pertama adalah model scenario
sesuai dengan kondisi yang telah ada. Model scenario 2 pintu masuk kolam
pelabuhan dibuat melingkar. Model scenario 3 menambahkan bentuk memanjang di
bagian sebelah barat pada scenario 1. Model scenario 4 adalah membuat pintu
masuk kolam pelabuhan kea rah laut. Sehingga pintu masuknya akan tegak lurus
garis pantai. Sedangkan scenario 5 adalah merubah bentuk pintu masuk pelabuhan
dengan menambahkan panjang breakwater ke arah barat laut. Sehingga pintu
masuknya lebih serong ke Barat Laut.

Kelima model tersebut selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dan dapat menahan laju masuknya sedimen ke dalam kolam pelabuhan. Dari hasil
analisis tersebut, didapatkan pola arus di kolam pelabuhan yang cukup bervariasi.
pola arus (kecepatan dan arah) ini sangat penting untuk keselamatan kapal di
dalam kolam pelabuhan. Pola arus pada model scenario 1 yang merupakan model
breakwater eksisting, cukup besar yaitu 0 – 0,02 m/s. Sementara jika model
breakwaternya dirubah menjadi model scenario 2, pola arus di dalam kolam
pelabuhan menjadi lebih besar yaitu di kisaran 0 – 0,1 m/s. ternyata model scenario
2 tidak cukup untuk menahan lajunya arus kedalam kolam pelabuhan. model
scenario 3 ternyata cukup dapat menahan laju arus laut namun masih cukup besar
yaitu berkisar 0 – 0,04 m/s. Model scenario 4 pun masih cukup besar jika
dibandingkan dengan model scenario 1, yaitu berkisar antara 0 – 0,03 m/s. Model
breakwater scenario 5 yang cukup dapat menahan lajunya arus laut. Kecepatan arus
laut di kolam pelabuhan dengan model breakwater scenario 5 adalah 0 – 0,013 m/s.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 146


a b

c d

GAMBAR 4. 37 HASIL ANALISIS POLA ARUS PADA: ( A) SCENARIO 1 MODEL


BREAKWATER , ( B) SCENARIO 2, ( C) SCENARIO 3, ( D) SCENARIO 4, DAN ( E) SCENARIO 5

Selain analysis pola arus, perlu dilakukan analisis untuk mengetahui transport
sedimen dari luar kolam pelabuhan ke dalam kolam pelabuhan. Sedimen dapat
masuk ke dalam kolam pelabuhan karena terbawa oleh arus. Analisis transport
sedimen ini menunjukkan model breakwater scenario yang tepat agar dapat
menahan laju sedimen masuk ke dalam kolam pelabuhan. Hasil analisis tersebut
dapat dilihat pada Gambar 4.38.

Model breakwater skenario 1 tidak dapat menahan laju sedimen masuk ke dalam
kolam pelabuhan. Sedimen akan mengumpul di bagian mulut kolam pelabuhan
sehingga akan membuka peluang sedimen masuk ke dalam kolam pelabuhan.
Sedimen yang masuk ke dalam kolam pelabuhan berkisar antara 0 – 0,01 kg/m3.
Skenario 2 cukup dapat menahan laju sedimentasi, dimana laju sedimennya 0
kg/m3. Namun sebarannya dapat mencapai mulut kolam pelabuhan yang dapat
membuka peluang masuknya sedimen ke dalam kolam pelabuhan. Skenario 3 juga
tidak dapat menahan sedimen masuk ke dalam kolam pelabuhan, sedimen akan
masuk berkisar 0 – 0,05 kg/m3. Model scenario 4 juga tidak mampu menahan
masuknya sedimen ke dalam kolam pelabuhan. Apabila model scenario 4
diaplikasikan, maka aka nada sedimen masuk ke dalam kolam pelabuhan sebanyak

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 147


0 – 0,25 kg/m3. Sedangkan scenario 5 cukup baik untuk menahan laju masuknya
sedimen ke dalam kolam pelabuhan. Masih tetap ada sedimen yang masuk ke dalam
kolam pelabuhan, hanya lebih kecil yaitu 0 – 0,0008 kg/m3.

a b

c d

GAMBAR 4. 38 HASIL ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN PADA : (A) SCENARIO 1 MODEL


BREAKWATER , ( B) SCENARIO 2, ( C) SCENARIO 3, ( D) SCENARIO 4, DAN ( E) SCENARIO 5

Dari kelima model tanggul penahan gelombang yang sudah dibuat, menurut hasil
analisis dapat dilihat bahwa model yang paling sesuai untuk kondisi PPI Ie Meulee
adalah model scenario 5. Karena model scenario 5 dapat mengurangi kecepatan
arus laut di dalam kolam pelabuhan dan mencegah masuknya sedimen ke dalam
kolam pelabuhan.

Kolam Pelabuhan
Kolam pelabuhan perlu dipersiapkan agar kapal dapat melakukan berbagai
aktivitas di dalam lokasi pelabuhan seperti maneuver, bertambat, membongkar
hasil tangkapan ikan, dan mengisi perbekalan. Kolam pelabuhan diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori, diantaranya kolam pendaratan, kolam perbekalan,
kolam tambat, kolam manuver, dan kolam putar.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 148


Kolam pendaratan dan kolam perbekalan direncanakan berada pada lokasi yang
sama. Kebutuhan luas kolam pendaratan dan kolam perbekalan untuk kapal ukuran
20 GT adalah 470 m2 atau 0,47 Ha. Luas kolam tambat untuk kapal ukuran 10 GT
adalah 1.692 m2 (0,169 Ha). Sedangkan luas kolam tambat untuk kapal ukuran 20
GT adalah 4.490 m2 (0,449 Ha). Luas kolam untuk manuver adalah 3.108 m2 (0,311
Ha). Kolam putar dibutuhkan area terbuka seluas 221 m2 (0,022 Ha). Sehingga luas
kolam pelabuhan keseluruhan yang dibutuhkan adalah 0,998 Ha. Saat ini PPI Ie
Meulee sudah memiliki kolam pelabuhan seluas 3,15 Ha. Hal ini menunjukkan
bahwa luas kolam pelabuhan yang dimiliki PPI Ie Meulee cukup untuk kebutuhan
kolam pelabuhan rencana SKPT.

Kedalaman yang dibutuhkan di dalam kolam pelabuhan agar kegiatan perikanan


berjalan dengan baik minimal 2 meter, maka perlu dilakukan pengerukan di
beberapa bagian. Hal ini diperlukan karena kondisi saat ini terjadi pendangkalan
akibat masuknya sedimen ke dalam kolam pelabuhan. Luas pengerukkan yang
dibutuhkan adalah 14.407 m3 di bagian sekitar breakwater dan lahan reklamasi.
Lokasi pengerukkan dapat dilihat pada peta dibawah ini.

GAMBAR 4. 39 PETA LOKASI PENGERUKKAN UNTUK M ENDAPATKAN K EDALAMAN KOLAM


PELABUHAN YANG IDEAL

4.3.3.7 Konsep Sistem Utilitas


Sistem utilitas bangunan dan kawasan PPI Ie Meulee terdiri dari sistem air bersih,
sistem air kotor dan limbah padat, sistem sampah, sistem elektrikal, sistem
pengudaraan, sistem pencahayaan, dan sistem proteksi kebakaran

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 149


Sistem air bersih
Kebutuhan air bersih PPI mencakup air bersih untuk perbekalan nelayan, MCK,
pencucian ikan, pembuatan es, pemadam kebakaran, menyiram tanaman.
Komposisi persentase kebutuhan air total adalah 70% untuk operasional, dan 30%
untuk hidran. Air bersih diperoleh dengan memanfaatkan sumur eksisting yang
terletak di area jalan masuk utama. Jika debit air sumur tidak mencukupi, maka
akan dibuat sumur artesis. Saat ini terdapat mata air tawar di tepi area reklamasi,
sumber ini juga dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air bersih PPI.

Air dari sumur eksisting disalurkan melalui pipa ke dalam ground tank dengan
menggunakan pompa. Kemudian dari ground tank dipompa ke menara air yang
selanjutnya didistribusi ke masing-masing bangunan yang membutuhkan dengan
memanfaatkan gravitasi untuk menghemat penggunaan listrik. Untuk itu volume air
yang tersedia dan debit air harus dapat menjamin ketersediaan air selama 24 jam
sehari, dan air dapat menjangkau bangunan terjauh dari menara air dengan debit
yang sama.

Renana Kebutuhan listrik secara garis besar dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 4. 21 K EBUTUHAN L ISTRIK U NTUK SKPT

KEBUTUHAN AIR BERSIH


WBP (m3)
NO SARANA & FASILITAS DURASI DEBIT KETERANGAN
(Jam) (m3/hari) (08.00 - 16.00)

I Fasilitas pokok
1 Dermaga/pelayanan air ke kapal 8 15 1.88 Pelayanan air ke
kpl
2 Jalan komplek pelabuhan
3 Pagar komplex pelabuhan
II Fasilitas fungsional
1 Pelelangan 8 5
0.63
2 Kantor administrasi 24 2
0.08
3 Tempat penjemuran & perbaikan 8 0.6
pukat 0.08
4 Bak air dan menara air (water
tower)
5 Instalasi pipa air bersih
6 Instalasi hidrant 43.4 m3
(cadangan)
7 Rumah genset dan gardu mdp 8 1
0.13
8 Dock & bengkel 8 2 0.25
9 Spdn 8 1.2 0.15
10 Pengepakan 8 2
0.25
11 Ics cs 100 ton , abf 3 ton & upi 8 8
1.00

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 150


12 Lampu suar tanda masuk pelabuhan
13 Pabrik es kap 10 ton/hari 8 12
1.50
14 Pos pelayanan dermaga 8 0.8
0.10
15 Instalasi pengolahan air limbah 24 2
(ipal) 0.08
III Fasilitas penunjang
1 Pos jaga 24 0.6
0.03
3 Balai nelayan 24 3
0.13
4 Gedung pawang laut 24 1.2
0.05
5 Gedung informasi nelayan 8 1.2
0.15
6 Rumah singgah 8 1.2
0.15
7 Mushola 24 10
0.42
8 Wc umum/ mck 24 15
0.63
9 Mck pasar kuliner 8 2.5
0.31
10 Pasar ikan 10 7
0.70
11 Sentra kuliner 24 2
0.08
Jumlah kebutuhan
95.30 8.75
Load faktor ( % )
95.30
Total terpasang
100.00
Debit (liter/detik )
1.16 2.43
Sumber: Analisis, 2017

Kebutuhan air untuk aktivitas PPI Ie Meulee per hari diperhitungkan adalah 95.30
m3. Kebutuhan saaat beban puncak dperkirakan 8,7 m3/jam yaitu selama 8 jam
(pukul 08.00-16.00)

Sistem pembuangan dan pengolahan limbah air kotor


Limbah air kotor PPI bersumber dari hasil pencucian/pembersihan ikan di
bangunan ICS, TPI dan Toilet. Air kotor dan limbah yang dihasilkan dari PPI yang
mengandung sabun atau zat kimia terlebih dahulu diolah sebelum dibuang ke laut
agar tidak merusak ekosistem laut. Limbah padat dari bangunan ICS berupa insang,
isi perut, sisik dan ekor ikan membutuhkan sistem pengolahan khusus sebelum
dibuang kelaut. Demikian pula limbah dari TPI berupa sisa ikan dan air bekas cuci
ikan. Sumber air kotor lainnya adalah MCK dan toilet. Untuk limbah MCK dan toilet,
terlebih dahulu diolah di dalam IPAL sebelum dibuang ke laut. IPAL diletakkan
berdekatan dengan ICS dan TPI serta toilet memperpendek jarak pipa dan
memudahkan pengontrolan serta pemeliharaan saluran air limbah. Saluran air

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 151


kotor yang disediakan berupa kombinasi saluran tertutup yang dilengkapi dengan
titik kontrol (man hole), dan saluran terbuka.

Sistem pembuangan sampah


Konsep pengelolaan sampah kawasan PPI adalah 3R (reuse, reduce, recycle)
sehingga sedapat mungkin tidak ada sampah yang tidak diolah. Sampah PPI terdiri
dari sampah organik dan anorganik. Selain dari ICS dan TPI, sampah organik juga
dihasilkan dari kegiatan di pasar ikan dan sentra kuliner. Sampah organik yang
berasal dari Pasar Ikan dan Sentra Kuliner berbeda dengan limbah ICS dan TPI
karena sudah bercampur dengan sampah lain selain ikan, seperti sisa makanan,
dedaunan, dan bahan-bahan organik lainnya. Karena itu sebaiknya sampah dari
kedua sumber ini diolah tersendiri dengan menggunakan alat biodigester. Hasil
olahan biodigester berupa pupuk cair dan gas yang dapat dimanfaatkan untuk
memasak. Sedangkan sampah anorganik dipilah dan ditampung sementara di bank
sampah.

Untuk pengolahan sampah disediakan TPS di kawasan PPI, dimana di tempat


tersebut dilakukan pemilahan dan pengolahan sampah. Sisa sampah yang tidak
dapat diolah dan digunakan lagi diangkut keluar kawasan menggunakan kendaraan
pengangkut sampah kota. Untuk memudahkan pengangkutan dan untuk
menghindari polusi udara yang ditimbulkan, maka TPS harus ditempatkan cukup
jauh dari area operasional PPI, dan disediakan jalur khusus kendaraan pengangkut.
Mengingat kawasan PPI yang cukup lebar, maka TPS diletakkan pada masing-
masing zona agar mudah terjangkau dan kapasitas TPS tidak perlu besar.

Sistem pembuangan air hujan


Air hujan dapat dimanfaatkan sebagai air bersih untuk keperluan non
minuman/makanan, misalnya untuk mencuci lantai, membersihkan kapal,
menyiram tanaman dan MCK. Air hujan yang jatuh di kawasan daratan PPI dapat
ditampung di tempat khusus lalu disalurkan melalui pipa ke bangunan atau titik-
titik outlet yang ditentukan. Kelebihan debit air hujan diresapkan ke tanah atau
dialirkan melalui saluran berpori sehingga sedapat mungkin tidak ada air hujan dari
daratan yang dibuang ke laut. Prinsip utama pengelolaan air hujan adalah zero run-
off, artinya ketika hujan turun tidak terjadi genangan air di atas tapak, baik karena
air hujan meresap ke dalam tanah atau secepatnya dialirkan ke saluran air hujan.
Penggunaan material penutup lahan yang dapat membantu penyerapan air dengan
cepat ke dalam tanah seperti rumput dengan grass block atau biopori dan sumur
resapan sangat disarankan.

Sistem elektrikal
Sumber daya listrik utama untuk operasional PPI berasal dari PLN, selain itu jika
terjadi pemadaman atau supply listrik tidak mencukupi maka digunakan bantuan
genset. Ruang genset diletakkan dekat dengan sumber supply listrik PLN.
Konstruksi ruang genset harus dibuat sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
kebisingan dan panas di lingkungan sekitarnya.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 152


TABEL 4. 22 K EBUTUHAN FASILITAS UNTUK S ISTEM E LEKTRIKAL

daya listrik
no sarana & fasilitas 1 phase 220 v 3 phase 380 v
ket
r-0 s-0 t-0 rst kva
I fasilitas pokok
1 dermaga/pelayanan air ke penerangan
kapal dengan solar sel
2 jalan komplek pelabuhan penerangan
dengan solar sel
3 pagar komplex pelabuhan penerangan
dengan solar sel
II fasilitas fungsional
1 pelelangan 16 3.52
2 kantor administrasi 20 4.40
3 tempat penjemuran & 10 2.20
perbaikan pukat
4 bak air dan menara air (water 10 6.58
tower)
5 instalasi pipa air bersih
6 instalasi hidrant
7 rumah genset dan gardu mdp 10 2.20
8 dock & bengkel 32 21.06
9 spdn 20 13.16
10 pengepakan 10 2.20
11 ics cs 100 ton , abf 3 ton & upi 160 105.31
12 lampu suar tanda masuk energy dari solar
pelabuhan sel & Baterai
13 pabrik es kap 10 ton/day 100 65.82
14 pos pelayanan dermaga 10 2.20
15 instalasi pengolahan air 16 10.53
limbah (ipal)
III fasilitas penunjang
1 pos jaga 4 0.88
3 balai nelayan 16 3.52
4 gedung pawang laut 10 2.20
5 gedung informasi nelayan 10 2.20
6 rumah singgah 10 2.20
7 mushola 10 0 2.20
8 wc umum/ mck 6 1.32
9 mck pasar kuliner 6 1.32
10 pasar ikan 16 3.52
11 sentra kuliner 10 2.20
JUMLAH KEBUTUHAN 56.00 66.00 52.00 396.16 260.74
LOAD FAKTOR ( % ) 86.91
TOTAL TERPASANG (PLN ) 456 300
EMERGENSI GENSET 300
Sumber: Analisis, 2017

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 153


Kebutuhan Total Daya listrik yang dapat terpasang adalah 300 KVA dengan
spesifikasi 380 volt 3 phase 4 wire. Lokasi travo ditempatkan pada titik tengah agar
seluruh wilayah masuk dalam radius jaringan listrik.

Sistem pengudaraan dan pencahayaan


Sistem yang digunakan sedapat mungkin menghemat penggunaan energi listrik,
karena itu digunakan dua sistem yaitu alami dan buatan. Sistem pengudaraan
buatan digunakan pada bangunan khusus seperti ICS, dan ruang tertentu seperti
ruang kerja dan ruang rapat. Sementara bangunan lainnya memanfaatkan udara
alami karena tidak membutuhkan pengkondisian udara. Demikian pula untuk
sistem pencahayaan, sedapat mungkin memanfaatkan cahaya matahari untuk
penerangan, kecuali pada ruang-ruang khusus seperti ruang pengolahan, pendingin
dan penyimpanan.

Sistem pemadam kebakaran


Untuk melindungi bangunan di kawasan PPI dari bahaya kebakaran, disediakan
sistem proteksi aktif di dalam bangunan yang terdiri dari smoke detector, sprinkler
dan fire alarm serta APAR . Sedangkan di bagian luar bangunan disediakan hidran
halaman pada setiap jarak 50 m. Selain itu untuk memudahkan akses kendaraan
pemadam kebakaran sampai menjangkau ke bagian terdalam tapak, juga disediakan
jalur khusus kendaraan pemadam. Untuk evakuasi pengguna disediakan titik
kumpul pada beberapa tempat, yaitu pada tempat parkir dan ruang-ruang terbuka
di sekitar bangunan. Penggunaan material tidak mudah terbakar serta dinding
tahan api pada tempat yang megandung sumber panas sangat membantu
mengurangi risiko penyalaan dan membesarnya api. Selain itu setiap bangunan
wajib menyediakan sarana evakuasi berupa koridor, pintu dan tangga kebakaran.
Sistem proteksi perlu didukung oleh Fire Safety Management (FSM) yang handal,
dan latihan kebakaran (fire drill) berkala untuk mengurangi risiko kebakaran.

Rencana tapak dan gambar rinci bangunan tertuang dalam buku Gambar Teknis
SKPT Sabang yang menjadi lampiran tidak terpisahkan dari Dokumen ini. Kajian
dan spesifikasi rinci setiap bangunan akan dijelaskan di dalam dokume DED Ie
Meulee.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 154


4.3.4 RENCANA TAPAK

GAMBAR 4. 40 R ENCANA TAPAK

4.3.5 PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Pembangunan direalisasikan dalam 3 tahap. Tahap pertama untuk program pembangunan
berwarna biru pada siteplan, Tahap 2 untuk pembangunan fasilitas berwarna hijau, dan Tahap 3
untuk realisasi bangunan berwarna kuning.

GAMBAR 4. 41 PERENCANAAN PEMBANGUNAN

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 155


INDIKASI PROGRAM

Berdasarkan intervensi dan bantuan yang akan diberikan oleh Kementerian Kelautan dan
perikanan, maka penyusunan indikasi program yang akan dilaksanakan melibatkan berbagai
instans, anggaran kegiatan dan capaian untuk 3 tahun ke depan (2017-2019) seperti terlihat
pada Tabel 5.1. Kegiatan disusun berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang ada sebagai
upaya agar dapat dilakukan untuk pengembangan kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan
Terpadu di Kota Sabang.

Untuk masing-masing program/kegiatan dilengkapi dengan volume dan kapasitas. Untuk


penganggaran terbagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu anggaran untuk jangka pendek
dan anggaran untuk jangka panjang. Anggaran jangka pendek terbagi selama 3 (tiga) tahun,
yaitu pengganggaran pada Tahun 2017, 2018, dan 2019. Hal ini disesuaikan dengan target
jangka waktu program pengambangan SKPT hingga Tahun 2019. Indikasi program sangat
tergantung dengan kondisi anggaran, sehingga program/kegiatan yang sudah direncanakan
jangka waktunya sewaktu-waktu dapat berubah/bergeser.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 156


TABEL 5. 1 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN (SKPT) KOTA SABANG TAHUN 2017-2019

KONDISI SAAT LUAS Ukuran UNIT DAN ANGGARAN (dalam juta rupiah) KONDISI YANG
PROGRAM KEGIATAN INSTANSI
INI (M2) 2017 2018 2019 DIHARAPKAN
PERIKANAN TANGKAP
Permasalahan: Output:
 Kondisi A Aksesibilitas dan Sirkulasi Kawasan PPI Ie Meulee SKPT Kota Sabang di Ie
perikanan Pembangunan Jalan Masuk Utama (lahan 469 1 paket 1.300 Meulee dapat beroperasi
tangkap di 1 dan menjadi basis sektor
R2)
Kota Sabang Pembangunan Jalan Kawasan perikanan tangkap di
2 KKP dan
masih rendah, Kota Sabang
- Jalan Kawasan lahan R1 1696 8m x 212m 1 paket 620 Pemda
dan sebagian
besar - Jalan Kawasan lahan R3 894 6m 149m 1 paket 100 Outcome:
dibawa/didar - Jalan Kawasan lahan R4 798 6m x 133m 1 paket 100  Mengoptimalkan
atkan di PPS Pembangunan Gerbang masuk Kawasan 1 paket jumlah produksi dan
3
Lampulo, nilai produktivitas
B Sarana dan Fasilitas Utama
 Infrastruktur, perikanan tangkap,
sarana dan 1 Perkerasan lahan reklamasi 773 1 paket 933  Meningkatkan
prasarana 2 Penyiapan lahan R3 1 paket 400 Pendapatan Nelayan,
SKPT maupun 3 Penyiapan lahan R4 1 paket 500  Meningkatkan
pendukungny pendapatan daerah
4 Pembangunan Dermaga 560 8m x 70m 1 paket 10.800
a masih Sabang,
sedikit Pembangunan Pelindung Pantai/Penahan 6 1 paket 10.146
5
 Armada kapal Gelombang Breakwater
nelayan 6 Pembangunan Pabrik Es (kapasitas 10 ton) 96 8m x 12m 1 paket 2.400
tangkap masih Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan 330 22m x 15m 1 paket 1.500 KKP,
7
minim (TPI) Pertamina
 Alat tangkap 8 Pembangunan SPDN 336 16m x 21m 1 paket 700 dan Pemda
yang 9 Pembangunan Kantor Pengelola 150 1 paket 1.100
digunakan
Pembangunan Lahan Parkir Kantor (Lahan 112,5 2m x 200
masih 10 1 paket
R1) 22,5m
sederhana dan
tradisional 11 Pembangunan Lahan Parkir truk/kontainer 390 13m x 30m 1 paket 500
12 Pembangunan Docking Kapal/Slipway 36 15m x 6m 1 paket 10.100
13 Pembangunan Bengkel Kapal 54 9m x 6m 1 paket 1.800
14 Pembangunan Lahan Parkir Pasar 350 1 paket 350
15 Pembangunan menara pengarah navigasi 1 1m x 1m 1 unit 300
16 Pemasangan instalasi drainase dan sanitasi 1 paket 680
C Sarana dan Fasilitas Penunjang Kawasan
Pembangunan Tower+ Rumah Pompa + 64 8m x 8m 1 Paket 412
1 KKP, DKP dan
Ground Tank
Pembangunan MCK 72 12m x 6m 1 Paket 455 Pemda, PU
2
3 Pembangunan Pos Pelayanan Dermaga 16 4m x 4m 1 Paket
4 Pembangunan Ruang Genset dan 100 10m x 10m 1 Paket 688

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 158


KONDISI SAAT LUAS Ukuran UNIT DAN ANGGARAN (dalam juta rupiah) KONDISI YANG
PROGRAM KEGIATAN INSTANSI
INI (M2) 2017 2018 2019 DIHARAPKAN
Mekaninal-Elektrikal
5 Pembangunan Ruang IPAL 5,1 1 Paket 510
6 Pembangunan Rumah Singgah Nelayan 80 8m x 10m 1 Paket 250
7 Pembangunan Balai Nelayan 120 10m x 12m 1 Paket 300
8 Pembangunan Pusat Informasi Nelayan 150 1 Paket 250
9 Pembangunan Sentra Kuliner 400 10m x 40m 1 Paket 500
10 Pembangunan Pos Penjaga sentra kuliner 4 1 Paket 200
11 Pembangunan Mushola 64 8m x 8m 1 Paket 258
D Bantuan Armada dan Alat Tangkap
Kapal 5GT dengan pancing ulur 54 15.000 6.100 18 paket 5.000
1 22 paket
paket
2 Kapal 5GT dengan trammel net 1 paket 280 1 paket 280 1 paket 280
3 Kapal 5GT dengan jaring lobster 1 paket 280 1 paket 280 2 paket 560
4 Kapal 10 GT dengan pancing tonda 5 paket 2.500 12 paket 5.800 17 paket 830
KKP dan
Kapal 10 GT dengan jaring cumi dan pancing 2 paket 1.000 1.000 3 paket 1.500 swasta
5 2 paket
cumi
Kapal 20 GT dengan pancing longline dan 7.000 10 paket 10.000
6 7 paket
tonda
7 Kapal 20 GT dengan mini pur seine 1 paket 1.000
8 Kapal 20 GT dengan jaring insang hanyut 1 paket 1.000 1 paket 1.000 1 paket 1.000
9 Kapal 30 GT dengan longline 3 paket 2.000
Total 54.332 22.850 34.250

PERIKANAN BUDIDAYA
Permasalahan: 1 Menerapkan sistem budidaya perikanan 1 paket 250 1 paket 250 1 paket 250 Output:
 Kurangnya dengan KJA offshore (feeding/pemberian Meningkatkan
sarana dan pakan dan pengangkutan) produktivitas perikanan
prasarana 2 Melakukan pengawasan berkala terhadap 100 100 100 budidaya
1 paket 1 paket 1 paket KKP, Swasta
budidaya sistem budidaya KJA Offshore
dan Pemda
akuakultur di 3 Pembangunan sarana pembibitan air tawar 1 paket 350 Outcome:
Kota Sabang Penyediaan pakan ikan tawar 3 paket 200 3 paket 200 3 paket 200 Meningkatkan
pendapatan nelayan
4 budidaya dan pendapata
daerah Sabang
Total 550 550 800
PENGOLAHAN PRODUK PERIKANAN
Permasalahan: 1 Pembangunan Integrated Coldstorge (ICS) 1590 30m x 50m 1 unit 2.000 Output: KKP, Swasta,
 Usaha Meningkatkan nilai jual BUMN,
pengolahan 2 Pengolahan hasil perikanan budidaya dari 1.000
1 paket produk pengolahan ikan, Kementerian
sistem KJA Offshore

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 159


KONDISI SAAT LUAS Ukuran UNIT DAN ANGGARAN (dalam juta rupiah) KONDISI YANG
PROGRAM KEGIATAN INSTANSI
INI (M2) 2017 2018 2019 DIHARAPKAN
perikanan 3 Pembangunan unit Pengolahan ikan tuna 6m x 15m 400 serta memicu perdagangan,
90 1 unit
tangkap dan segar pertumbuhan unit usaha kementerian
budidaya 4 Pengemasan hasil pengolahan 1 paket 500 pengolahan produk perindustran
masih perikanan dan Pemda
dilakukan Penyediaan kendaraan roda 2 distribusi 25 25
5 1 unit 1 unit
skala kecil dan rantai dingin Outcome
menengah dan Penyediaan kendaraan roda 4 distribusi 450 Meningkatkan kualitas
6 1 unit
juga musiman rantai dingin hasil pengolahan dan
10 65 5 paket 33 5 paket 33 terdapat merk lokal
7 Penyediaan peralatan rantai dingin
paket
Penyediaan IFM untuk tempat pendaratan 1.5 ton 65 20 20
8 5 unit 2 unit 1 unit
ikan selain Ie Meulee
9 Bantuan sarana pengolahan 2.000 1 paket 2.000 1 paket 2.000
TOTAL 4.930 3.575 2.075
PEMASARAN HASIL PERIKANAN
Permasalahan: Pembangunan Pasar Ikan Ie Meulee 400 10m x 20m 768 Output: KKP dan
1 1 paket
Kurangnya Menciptakan sarana Pemda
fasilitas 2 Promosi Produk Perikanan Kota Sabang 1 paket 50 1 paket 100 pemasaran produk KKP dan
pemasaran hasil perikanan untuk Pemda
perikanan hasil 3 Kapal Pengangkut Pemasaran (60-100 GT) 1 paket 3.600 1 paket 3.600 konsumsi lokal
perikanan tangkap
maupun Outcome: KKP,BU,M dan
pengolahan meningkatkan konsumsi Pemda
hasil perikanan
masyarakat lokal
TOTAL 4.418 3.700
MONITORING DAN PENGAWASAN
Permasalahan: 1 Penambahan unit Speedboat Patroli di 1 paket 500 1 paket 500 Output:
Armada patroli kawasan SKPT (Di PPI Ie Meulee dan Meningkatkan kondisi
terbatas Pasiran) keamanan dan
Belum ada balai 2 Pembangunan balai Karantina Ikan 1.500 keselamatan di lokasi
1 paket
karantina ikan di SKPT
KKP dan
kawasan SKPT 3 Pengadaan Mobil Karantina Ikan 425
Pemda
Outcome:
KKP
Menjaga kualitas sumber
1 paket daya perikanan dan
menghidari atau
Mencegah terjadinya
perdagangan ilegal
TOTAL 2.000 925
PENDAMPINGAN, PELATIHAN DAN PEMBERDAYAAN SDM
Permasalahan: 1 Pelatihan Nelayan Tangkap 1 paket 50 1 paket 50 1 paket 100 Output: KKP
Kurangnya Meningkatkan

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 160


KONDISI SAAT LUAS Ukuran UNIT DAN ANGGARAN (dalam juta rupiah) KONDISI YANG
PROGRAM KEGIATAN INSTANSI
INI (M2) 2017 2018 2019 DIHARAPKAN
kualitas SDM 2 Pelatihan HACPP 1 paket 50 1 paket 50 kemampuan nelayan
nelayan perikanan tangkap dan
di bidang 3 Pelatihan Pengolahan UKM 1 paket 50 1 paket 50 pembudidaya, pengolah
perikanan perikanan, dalam
tangkap, budidaya, 4 Fasilitasi dan Pengembangan SMK Kelautan 1 paket 2.000 menghasilkan produk KKP,
serta pengolahan dan Perikanan di Kota Sabang perikanan yang kemendikbud
hasil perikanan 5 Pendampingan penerima bantuan 1 paket 250 1 paket 350 1 paket 450 berkualitas serta KKP dan
meningkatkan Pemda
6 Pelatihan CBIB 1 paket 250 1 paket 250 kemampuan masyarakat
pengelola pariwisata

Outcome:
Meningkatkan
pengetahuan (softskill) KKP dan
nelayan tangkap dan Pemda
budidaya serta pelaku
usaha pengolahan
perikanan

7 Sertifikasi Keahlian Nelayan


TOTAL 300 900 2.900
KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN
Permasalahan: 1 Penyusunan Bisnisplan SKPT Kota Sabang 1 paket 375 Output:
KKP
 Belum ada  Menyediakan
dokumen 2 Penyusunan DED SKPT Kota Sabang 1 paket 500 dokumen-dokumen
KKP
kajian untuk teknis pembangunan
implementasi 3 Penyusunan Dokumen lingkungan 1 paket 200 dan dokumen kajian
Pemda
pembanguna reklamasi lingkungan
n 4 Penyusunan Dokumen lingkungan 1 paket 500  Membentuk lembaga
 Belum ada KKP, PUPR,
pembangunan PPI Ie Meulee (AMDAL, UKL, pengelola dan
Pemda
lembaga UPL) lembaga penerima
pengelola PPI 5 Kajian Potensi Ekosistem Pesisir Untuk 500 400 bantuan
Ie Meulle 1 paket 1 paket KKP dan
Mendukung Pemanfaatan Sumber Daya  Bantuan yang
 Kelembagaan Pemda
Kelautan dan Perikanan Kota Sabang diterima tepat
penerima 6 Pembentukan Koperasi penerima bantuan 10 200 5 paket 100 5 paket 100 sasaran
bantuan KKUKM KKP
paket
belum dan Pemda
Outcome:
mencukupi 7 Pembentukan kelembagaan pengelola PPI 1 paket 100  Pembangunan SKPT KKUKM KKP,
dan kurang Ie Meulee berjalan efektif dan BUMN Pemda
aktif tidak merusak dan swasta
8 Pembukaan akses modal pada kelompok 5 paket 100 5 paket 100 lingkungan KKUM, BUMN,
pengolahan  PPI SKPT Ie Meulee Kementerian
dapat beroprasi perindustrian

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 161


KONDISI SAAT LUAS Ukuran UNIT DAN ANGGARAN (dalam juta rupiah) KONDISI YANG
PROGRAM KEGIATAN INSTANSI
INI (M2) 2017 2018 2019 DIHARAPKAN
 Kelompok nelayan,
kelompok
pembudidaya, dan
kelompok pengolah
dapat berkembang
 PAD Meningkat

TOTAL 2.2500 300 300

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 162


Ie Meulee tidak cukup menampung
smua
Berdasarkan hasil analisis data dan observasi lapang, Pembangunan Sektor Kelautan dan
Perikanan di Kota Sabang harus diprioritaskan pada pengembangan usaha pengolahan
perikanan. Melalui pengembangan bidang pengolahan perikanan, permasalahan di
perikanan tangkap dan budidaya akan dapat terselesaikan. Selain itu, pengembangan
bidang pengolahan dan bidang wisata akan saling mendukung. Strategi yang perlu
dilakukan untuk pengembangan bidang pengolahan perikanan adalah 1) Pemanfaatan
kawasan destinasi wisata sebagai peluang pasar dengan meningkatkan kualitas produk
olahan melalui peningkatan kualitas bahan baku, 2) Pembangunan sentra pengolahan ikan
dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kualitas air sebagai untur utama dalam
proses pengolahan agar memenuhi kebutuhan pasar, 3) Memperbaiki akses pengolah
terhadap bahan baku melaluipembangunan sentra pendaratan ikan.

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 164


LAMPIRAN

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 165


MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 166
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 167
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 168
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 169
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 170
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 171
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 172
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 173
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 174
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 175
MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 176
DOKUMENTASI

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 177


Survey lapang di TPI Balohan Survey lapang di TPI Beurawang

Kondisi TPI Jaboy Kondisi Budidaya di TPI Keunekai

Wawancara nelayan TPI Kreung Raya Wawancara toke bangku TPI Pasiran

Survey TPI Ie Meulee Survey TPIPria Laot

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 178


Rapat Pembahasan Persiapan Survey dengan IAP dan DJPB

FGD Rencana SKPT Ie Meulee dengan Pemerintah Kota Sabang

Rapat Pembahaan Hasil Survey Lapang dan Pembahasan SKPT

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 179


Survey Verifikasi Lahan SKPT Sabang

Diskusi Rencana SKPT Sabang Bersama Tim JICA dan Dirjen PRL

FGD dan Penandatanganan Lokasi Lahan SKPT Ie Meulee

MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 180


MASTERPLAN PEMBANGUNAN SKPT KOTA SABANG 181

Anda mungkin juga menyukai