DISUSUN OLEH :
- MUHAMMAD NUR ASYIKIN (D081171004)
- AULIA CITRA ANUGERAH A. S. (D081171014)
- MUH TEGUH PERDANA ANDALAN (D081171306)
- IRFANIYANTI (D081171504)
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Selama 10 tahun terakhir di pesisir Makassar ternyata kerawanan sosial ekonomi ternyata
lebih banyak terjadi di wilayah-wilayah padat penduduk. Bukan hanya di daratan utama Makassar
namun pada beberapa pulau-pulau yang selama ini dikenal semakin padat. Di pulau-pulau padat
seperti salah satunya di Pulau Lae - Lae, sehingga menyebabkan semakin sulitnya akses wilayah
perikanan tangkap dan semakin tingginya kompetisi di laut yang dapat membuat banyak nelayan
terpaksa mencari ikan di pulau-pulau jauh. Tidak jarang mereka ditemukan mencari ikan di Maluku,
Papua dan sekitar Flores. Masih maraknya penggunaan bahan peledak dan bius ikan yang
melibatkan nelayan dari luar Makassar menjadi ancaman di masa datang karena semakin
tertekannya kondisi ekonomi warga pesisir dan pulau-pulau.
Sebagai negara kepulauan dengan potensi perikanan yang besar, seharusnya sektor
perikanan menjadi andalan dalam pembangunan Indonesia. Selain itu sektorperikanan juga
berpotensi untuk dijadikan penggerak utama (prime mover ) ekonomi Indoneisa. Namun secara
empiris pembangunan sektor perikanan selama ini kurang mendapatkan perhatian sehingga
kontribusi dan pemanfaatnnya dalam perekonomianIndonesia masih kecil. Untuk mengoptimalkan
pemanfaatan potensi sumber daya perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover
pembangunan ekonominasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan
kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim
sosial yang kondusif.
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam khususnya pada daerah pesisir Pulau Lae - Lae yaitu
memiliki potensi perikanan yang cukup melimpah untuk di jadikan sebuah olahan ,seperti dari
ikannya bisa dibuat jadi olahan yang memiliki nilai jual di masyarakat untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan wilayah pesisir tersebut
Kesejahteraan hidup masyarakat dipahami sebagai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial
ini mempunyai konotasi yang bermacam-macam. Orang awam mengartikan “kesejahteraan sosial
sebagai suatu situasi dan kondisi pribadi dan sosialyang menyenangkan”. Ada ungkapan dalam
bahasa Jawa “gemah ripah loh jinawi, tatatentrem, kerto raharjo. Nandur kang sarwo tukul, dodol
kang sarwo tinuku”. Atauungkapan lain yang religius “baldatun toyyibatun wa robbun ghofur ”.
Ada pula yangmenggambarkan dengan kalimat “segala sesuatu yang serba beres”. Tidak
adahambatan, gangguan dan halangan, sehingga semuanya berjalan lancar. Ada pulau ngkapan
dalam bahasa inggris “everything is running well”. Semuanya itu adalahungkapan-ungkapan
tentang arti kesejahteraan sosial yang hidup dalam masyarakatsebagai suatu kondisi hidup dan kehidupan
yang baik. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial:
“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dansosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehinggadapat melaksanakan fungsi
sosialnya”.Terdapat beberapa indikator peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, di antaranya
adalah :
1) Adanya kenaikan penghasilan secara kuantitatif,
2) Adanya kesehatan keluarga yang lebih baik secara kualitatif,
3) Adanya investasi ekonomis keluarga berupa tabungan.
Peningkatan kesejahteraan hidup ini tidak serta merta membuat seseorang yang kebetulan
masih miskin menjadi tidak miskin lagi.Peningkatan kesejahteraan hidup ini merupakan suatu
indikator adanya pergerakankualitas hidup seseorang setapak demi setapak untuk penghidupan yang
lebih baik lagi dari kehidupan sebelumnya, meskipun masih dalam posisi dibawah garis
kemiskinan. Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai
(BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yangtelah
disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki
ciri rumah tangga miskin, yaitu
Seperti diketahui sebelumnya bahwa masyarakat pesisir kebanyakan berlatar belakang dari
keluarga miskin seperti di Pulau Lae - Lae hal ini disebabkan karenamasyarakat belum mampu
mengelolah hasil lamaksimal mungkin juga karena faktor dari pengetahuan mereka khususnya pada
sektor perikanannya padahal Pulau Lae - Lae merupakan salah satu pulau yang memiliki banyak
sumber daya khususnya disektor perikanan. Maka dari itu untuk mengurangi angka kemiskinan di
Pulau Lae - Lae masyarakat Pulau Lae - Lae harus melakukan perubahan dengan cara mengelola
terlebih dahulu hasil tangkapan mereka kemudian barulah dipasarkan sepertisalah satunya sekarang
sudah ada lembaga yang mengelola hasil laut tersebut menjadi suatu olahan yang dapat
meningkatkan perekonomian masyrakat pesisir namanya yaitu Mawar 2 mereka membuat suatu
olahan dari hasil tangkapan seperti ikan tenggri sudah banyak olahan yang mereka buat seperti,abon
ikan ,otak-otak, tumpi-tumpi,empek-empek dan masih banyak lagi.
BAB III
Kota Makassar
Pulau Lae-Lae
Pulau Lae-lae merupakan salah satu pulau dalam gugusan pulau atau kepulauan
spermonde, Sulawesi Selatan. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Ujung Pandang Kota Makassar, dengan luas daratan pulau 8,9 ha. Secara geografis pulau
tersebut terletak pada posisi 119o 23’33,1” BT dan 05o 08’16,0” LS atau di perairan Selat
Makassar. Kelurahan Lae-lae terdiri dari 3 RW dengan 11 RT.
Gambar 2.2 Layout Pulau Lae-Lae
Wilayah Pulau Lae-Lae secara administratif berbatasan dengan sebagai berikut
2.1.2. Kependudukan
Pulau dengan luas 6,5 ha berpasir putih dihuni oleh 420 KK Kelurahan Lae-Lae
dipimpin oleh Muhammad Roem, S.STP, M.Si sebagai Lurah. (sensus penduduk Tahun
2010). Kelurahan Lae-Lae memiliki 3 (tiga) RW dengan total penduduk sebanyak 1.951
orang dengan rincian 1.055 penduduk laki-laki dan 896 penduduk perempuan. Data
penduduk pulau Lae-Lae dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2.1 Data Penduduk Kelurahan Lae – Lae Bulan Juli 2018
Pendidikan SD dan SMP dapat ditempuh di pulau ini. Sedang untuk melanjutkan ke
jenjang SMA penduduk pulau harus merantau karena belum terdapat fasilitas SMA di pulau
ini.
1. Jenis Kelamin
Dari hasil di peroleh jenis kelamin responden perempuan sebanyak 13 orang dan laki
– laki sebanyak 17 orang
Jenis Kelamin
Responden
Perempuan Laki-laki
43%
57%
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendiikan masyarakat Pulau Lae-Lae berdasarkan hasil survey 30 orang
responden dapat diketahui bahwa yang terbesar jenjang pendidikannya adalah SD
dengan persentase 43% , seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini.
3. Usia
Usia dari responden sosial – ekonomi Pulau Lae – Lae berdasarkan hasil survey
dapat diketahu bahwa presentase yang terbesar adalah 60% dengan kelompok usia
20 – 40 tahun, seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut berikut ini
Tabel 2.3 Usia Responden
0-20 0 0%
20-40 18 60%
40-60 12 40%
Jumlah 30 100%
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan dari responden dapat menggambarkan bagaimana keadaan ekonomi
di Pulau Lae-Lae secara umum. Berdasarkan hasil survey 30 responden yang
terbesar adalah nelayan sebesar 66.67%, seperti yang ditunjukkan pada tabel dan
gamabr berikut ini :
Berdasarkan tabel diatas dari 30 responden dapat diketahui jenis pekerjaan secara
umum di Pulau Lae – Laa adalah petani tidak ada (0%), pegawai swasta tidak ada
(0%), PNS termasuk apparat dan guru sebanyak 1 orang (3.33%), pedagang
sebanyak 6 orang (20.00%) , nelayan sebanyak 20 orang (66.67%) dan lain-lain
seperti IRT sebanyak 3 orang (10%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kondisi
ekonomi pulau Lae – Lae yaitu menengah ke bawah.
Jenis Pekerjaan
Nelayan Petani PNS,Tentara,Guru
Pegawai Swasta Pengusaha/Pedagang Lain-Lain
10%
20%
0%
3% 67%
0%
Hasil dari survei social ekonomi dapat memberi gambaran bagaimana tingkat
ekonomi di pulau lae-lae begitu juga dengan keadaan social pada pulau tersebut. Berikut
hasil kuisioner menggunakan indikator yang bermacam-macam.
1. Pendapatan dan Pengeluaran
Berdasarkan hasil survey kuisioner rata-rata pendapatan masyawakat Pulau Lae-Lae
diperoleh hasil pendapatan terbanyak yaitu Rp500.000-Rp2.000.000 dengan
persentase 57% seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Berdasarkan hasil tabel diatas dari 30 responden yang memiliki pendapatan sebesar
<Rp500.000 sebanyak 5 orang (17%), Rp500.000-Rp2.000.000 sebanyak 17 orang (57%),
Rp2.000.000-Rp3.000.000 sebanyak 6 orang (20%), Rp3.000.000-Rp4.000.000 tidak ada
(0%), Rp4.000.000-Rp5.000.000 sebanyak 2 orang (7%) dan >Rp5.000.000 tidak ada. Hasil
rekapitulasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pendapatan
<Rp500.000 Rp500.000-Rp2.000.000
Rp2.000.000-Rp3.000.000 Rp3.000.000-Rp4.000.000
Rp4.000.000-Rp5.000.000 >Rp5.000.000
0% 0%
7%
17%
20%
56%
Pengeluaran
<Rp500.000 Rp500.000-Rp2.000.000
Rp2.000.000-Rp3.000.000 Rp3.000.000-Rp4.000.000
Rp4.000.000-Rp5.000.000 >Rp5.000.000
0% 7% 0% 6%
10%
77%
2. Transportasi
Berdasarkan hasil survei masyarakat Pulau Lae-Lae menggunkan kapal untuk
kegiatan transportasi antar pulau dan melakukan pekerjaan. Hasil survei
menunjukkan moda transportasi laut yang paling banyak digunakan yaitu kapal
umum/reguler dengan persentase 50% seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut
ini.
Tabel 2.6 Pengeluaran Responden
Dari hasil survei diapat diketahui jumlah anggota dalam KK yang terbesar adalah 5
orang seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:
b. Kondisi Trestle
Karena tunggang pasut di perairan ini sangat jauh, maka untuk mendapatkan
kedalaman yang cukup sesuai dengan spesifikasi kapal untuk bersandar dermaga
ditempatkan agak jauh dari garis pantai. Sehingga dibuatlah trestle yang menghubungkan
antara wilayah daratan dan dermaga. Panjang trestle ini yaitu 20.7 m dengan lebar 2.4 m.
Gambar 2.11 Kondisi Trestle
c. Akses Jalan
Akses jalan ke dermaga sudah bagus yang terbuat dari paving blok dengan lebar
kurang lebih 3 m.
Selain itu, masjid ini dilengkapi dengan beberapa AC yang akan dinyalakan
ketika waktu shalat sudah dekat dengan menggunakan bantuan genset.
Gambar 2.11 Tempat Penyimpanan Genset
2.2.4. Pustu
Kondisi konstruksi pustu (Puskesmas Pembantu) dalam keadaan baik seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.15 berikut.
Gambar 2.15 Pustu
Gambar 2.16 Wawancara dengan Penumpang Datang dan Pergi dari Dermaga Pulau
2. Trayek Pelayaran
a. Home Base Kapal : Dermaga Lae - Lae
b. Trayek : Dermaga Kayu Bangkoa
c. Sifat Pelayaran : Reguler
d. Waktu Bongkar Muat : Setiap hari (tidak menentu)
e. Peruntukan : Barang dan Penumpang
Selain tarif kapal untuk per orang di atas, terdapat pula kapal yang melayani sistem carter
kapal dari dermaga Kayu Bangkoa. Sifatnya adalah pergi dan pulang, dan dilayani oleh kapal-
kapal berukuran kecil. Untuk tarifnya dikenakan berbeda-beda kisaran Rp 100.000,00 – Rp
200.000,00 untuk pergi dan pulang.
Adapun trayek kapal dari Pulau Lae – Lae ke Dermaga Kayu Bangkoa (warna kuning) dan
dari Dermaga Kayu Bangkoa ke Pulau Lae – Lae (warna ungu), dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
1. Usia Responden
Usia dari responden sosial – ekonomi Pulau Lae – Lae berdasarkan hasil survey
dapat diketahu bahwa presentase yang terbesar adalah 87% dengan kelompok usia 20 – 40
tahun, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut berikut ini :
3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan dari responden dapat menggambarkan bagaimana keadaan ekonomi
di Pulau Lae-Lae secara umum. Berdasarkan hasil survey 30 responden yang
terbesar adalah nelayan sebesar 66.67%, seperti yang ditunjukkan pada tabel dan
gamabr berikut ini :
Tabel 2.10 Pekerjaan Responden
Berdasarkan tabel diatas dari 30 responden dapat diketahui jenis pekerjaan secara
umum di Pulau Lae – Lae adalah petani tidak ada (0%), PNS,Tentara dan Guru tidak
ada (0%), nelayan sebanyak 1 orang (3%), pegawai swasta sebanyak 6 orang (20%),
pengusaha/pedagang sebanyak 10 orang (34%), dan lain-lain sebanyak 13 orang
(43%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pekerjaan penumpang yang menuju ke
pulau Lae – Lae sebagian besar adalah sarjana. Hasil rekapitulasi penumpang dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Jenis Pekerjaan
Nelayan Petani PNS,Tentara,Guru
Pegawai Swasta Pengusaha/Pedagang Lain-Lain
10%
20%
0%
3% 67%
0%
a. Pola Perjalanan
Pola perjalanan dari responden pelaku perjalanan asal tujuan dermaga Wisata Panyua
adalah sebagai berikut :
1. Asal Tujuan Penumpang
a. Tujuan Perjalanan Datang
Distribusi penumpang melakukan kunjungan ke pulau Lae – Lae melalui
dermaga kayu bangkoa mempunyai tujuan perjalanan yaitu, berdasarkan hasil survey
yang terbanyak adalah rekreasi sebanyak 9 orang dengan persentase 60%, seperti
yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel diatas dari 15 responden dapat diketahui tujuan perjalanan datang
ke pulau Lae-Lae pekerjaan/dinas sebanyak 2 orang (13%), kembali ke rumah
sebanyak 4 orang (27%), belanja tidak ada (0%), rekreasi sebanyak 9 orang (60%)
dan lain-lain tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pariwisata di pulai ini
cukup menjanjikan. Dengan persentase tujuan perjalanan seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut ini.
Tujuan Perjalanan
Pekerjaan/Dinas Kembali ke Rumah Belanja
Rekreasi Lain-Lain
0%
13%
27%
60%
0%
Berdasarkan tabel diatas dari 15 responden dapat diketahui tujuan perjalanan pergi
dari pulau Lae-Lae pekerjaan/dinas sebanyak 3 orang (20%), kembali ke rumah
sebanyak 3 orang (20%), belanja sebanyak 4 orang (27%), rekreasi sebanyak 2
orang (13%) dan lain-lain sebanysk 3 orang (20%). Dengan persentase tujuan
perjalanan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Tujuan Perjalanan
Pekerjaan/Dinas Kembali ke Rumah Belanja Rekreasi Lain-Lain
20% 20%
13%
20%
27%
2. Frekuensi Perjalanan
Berdasarkan table diataas dapat diketahui bahwa tidak ada yang melakukan
penyeberangan setiap hari walaupun jasa penyeberangan dari kayu bnagkoa ke lae-lae
setiap hari ada, 2-3 kalo seminggu sebanyak 1 orang (20%), sekali seminggu sebanyak 1
orang (7%), Sekali hingga 2 kali sebulan sebanyak 2 orang (13%) dan sekali dalam
setahuan sebanyak 9 orang (60%). Hasil rekapitulasi bisa dilihat pada gambar berikut ini
Frekuensi Perjalanan
Setiap Hari 2-3 kali seminggu
Sekali Seminggu Sekali hingga 2 kali sebulan
Sekali dalam Setahun
0%
20%
7%
60% 13%
Frekuensi Perjalanan
Sekali dalam
Setahun
13%
Setiap
Hari
13%
Sekali hingga 2
kali sebulan 2-3 kali
20% seminggu
27%
Sekali Seminggu
27%
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa MSL pasut di perairan pulau LaeLae sebesar
221,08, sedangkan pasang tertingginya sebesar 287 cm dan pasang terendahnya sebesar 153
cm.
3.4 Arus
Pada dasarnya arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh
lautan. Adapun hasil kondisi arus Pulau Lae Lae pada sore hari kecepatan arusnya rata-rata
0,043 m/s dimana tipe arus yang terjadi pada stasiun tersebut adalah tipe susur pantai
(longshore current). Hal ini diakibatkan karena bentuk topografi yang landai dan juga
pengaruh arah datang gelombang cenderung sejajar dengan garis pantai. Sedangkan
kecepatan arus terendah didapatkan pada stasiun 3 sebesar 0,01 m/s, dengan tipe arus susur
pantai (longshore current). Hal ini karena gerakan air di permukaan cenderung stabil,
dimana air yang bertiup tidak kencang sehingga mengakibatkan arus di bagian barat daya
pulau tersebut cenderung mengikuti topografi garis pantai. Hal ini disebabkan karena
adanya barier berupa pulau kecil yang berada pada bagian utara dan Barat daya pulau
sehingga pergerakan massa air cenderung lemah dan juga dipengaruhi oleh gaya coriolis dan
arus ekman sehingga pergerakannya dibelokkan sehingga cenderung mengikuti jalur garis
pantai.
BAB IV LAYOUT
36
Gambar 3.4, Peta Topografi Pulau Lae-Lae
37
38
`
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2. Saran
40
41
DAFTAR PUSTAKA
http://beritamks.com/pulau-Lae-lae/
https://sangkarrang.com/kelurahan/Lae-lae/
https://www.tribunnews.com/travel/2015/06/08/liburan-ke-pulau-lae-lae-makassar/
42
43