Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KONSTRUKSI DERMAGA

PULAU LAE – LAE

DISUSUN OLEH :
- MUHAMMAD NUR ASYIKIN (D081171004)
- AULIA CITRA ANUGERAH A. S. (D081171014)
- MUH TEGUH PERDANA ANDALAN (D081171306)
- IRFANIYANTI (D081171504)

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Republik Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan banyak di antaranya merupakan
daerah yang terisolir, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh
sarana transportasi. Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional perlu
dikembangkan dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara yang mempersatukan semua
wilayah Indonesia, di mana transportasi merupakan masalah yang vital dalam mendukung
perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan
transportasi, akan meningkat pula interaksi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang pada
kelanjutannya akan dapat meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.
Pembangunan transportasi merupakan bagian yang amat penting dalam pembangunan
nasional. Sarana dan prasarana transportasi berperan sebagai pendukung kegiatan ekonomi dan
berfungsi untuk menyediakan jasa pelayanan bagi arus pergerakan orang dan barang khususnya
dalam distribusi barang dan jasa dari sumber bahan baku ke tempat produksi serta ke lokasi
pemasarannya baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional.
Dermaga adalah bangunan di tepi laut (sungai, danau) yang berfungsi untuk melayani kapal,
dalam bongkar/muat barang dan atau menaikkan/menurunkan penumpang (Asiyanto, 2008).
Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai dan jetty atau pier atau
jembatan. Wharf adalah dermaga paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis
pantai. Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut (Bambang Triatmodjo, 2009).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijabarkan diatas, penulis akan
menguraikan masalah apa saja yang perlu di bahas,
a. Bagaimana kondisi eksisting dari Pulau Lae - Lae?
b. Bagimana kondisi eksisting dermaga di Pulau Lae - Lae?
c. Bagaimana keadaan sosial dan ekonomi penduduk di Pulau Lae - Lae?

1.3. Maksud dan Tujuan


Sesuai dengan masalah yang sudah dibahas diatas maka ada pula hasil-hasil yang akan
dicapai lewat laporan ini,
a. Mengetahui kondisi eksisting dari Pulau Lae - Lae Mengetahui data penduduk
b. Mengetahui kondisi eksisting dermaga di Pulau Lae - Lae
c. Mengetahui keadaan sosial dan ekonomi penduduk di Pulau Lae - Lae

1.4. Lokasi Penelitian


Pulau Lae-lae merupakan salah satu pulau dalam gugusan pulau atau kepulauan
spermonde, Sulawesi Selatan. Pulau Lae-Lae hanya berjarak 1.5 Km kota Makassar. Untuk
mencapainya dapat menggunakan speed boat atau perahu dari dermaga kayu bangkoa yang
berada di Jalan Pasar Ikan dan dermaga di depan Fort Rotterdam. Biaya penyeberangan
berkisar Rp 15.000,00 – 20.000,00. Waktu tempuh menuju pulau ini cukup singkat, hanya
sekitar 10 menit.

Gambar 1. 1 Lokasi Pekerjaan


BAB II

LANDASAN TEORI

Selama 10 tahun terakhir di pesisir Makassar ternyata kerawanan sosial ekonomi ternyata
lebih banyak terjadi di wilayah-wilayah padat penduduk. Bukan hanya di daratan utama Makassar
namun pada beberapa pulau-pulau yang selama ini dikenal semakin padat. Di pulau-pulau padat
seperti salah satunya di Pulau Lae - Lae, sehingga menyebabkan semakin sulitnya akses wilayah
perikanan tangkap dan semakin tingginya kompetisi di laut yang dapat membuat banyak nelayan
terpaksa mencari ikan di pulau-pulau jauh. Tidak jarang mereka ditemukan mencari ikan di Maluku,
Papua dan sekitar Flores. Masih maraknya penggunaan bahan peledak dan bius ikan yang
melibatkan nelayan dari luar Makassar menjadi ancaman di masa datang karena semakin
tertekannya kondisi ekonomi warga pesisir dan pulau-pulau.
Sebagai negara kepulauan dengan potensi perikanan yang besar, seharusnya sektor
perikanan menjadi andalan dalam pembangunan Indonesia. Selain itu sektorperikanan juga
berpotensi untuk dijadikan penggerak utama (prime mover ) ekonomi Indoneisa. Namun secara
empiris pembangunan sektor perikanan selama ini kurang mendapatkan perhatian sehingga
kontribusi dan pemanfaatnnya dalam perekonomianIndonesia masih kecil. Untuk mengoptimalkan
pemanfaatan potensi sumber daya perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover
pembangunan ekonominasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan
kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim
sosial yang kondusif.

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam khususnya pada daerah pesisir Pulau Lae - Lae yaitu
memiliki potensi perikanan yang cukup melimpah untuk di jadikan sebuah olahan ,seperti dari
ikannya bisa dibuat jadi olahan yang memiliki nilai jual di masyarakat untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan wilayah pesisir tersebut
Kesejahteraan hidup masyarakat dipahami sebagai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial
ini mempunyai konotasi yang bermacam-macam. Orang awam mengartikan “kesejahteraan sosial
sebagai suatu situasi dan kondisi pribadi dan sosialyang menyenangkan”. Ada ungkapan dalam
bahasa Jawa “gemah ripah loh jinawi, tatatentrem, kerto raharjo. Nandur kang sarwo tukul, dodol
kang sarwo tinuku”. Atauungkapan lain yang religius “baldatun toyyibatun wa robbun ghofur ”.
Ada pula yangmenggambarkan dengan kalimat “segala sesuatu yang serba beres”. Tidak
adahambatan, gangguan dan halangan, sehingga semuanya berjalan lancar. Ada pulau ngkapan
dalam bahasa inggris “everything is running well”. Semuanya itu adalahungkapan-ungkapan
tentang arti kesejahteraan sosial yang hidup dalam masyarakatsebagai suatu kondisi hidup dan kehidupan
yang baik. Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial:
“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dansosial warga
negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehinggadapat melaksanakan fungsi
sosialnya”.Terdapat beberapa indikator peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, di antaranya
adalah :
1) Adanya kenaikan penghasilan secara kuantitatif,
2) Adanya kesehatan keluarga yang lebih baik secara kualitatif,
3) Adanya investasi ekonomis keluarga berupa tabungan.

Peningkatan kesejahteraan hidup ini tidak serta merta membuat seseorang yang kebetulan
masih miskin menjadi tidak miskin lagi.Peningkatan kesejahteraan hidup ini merupakan suatu
indikator adanya pergerakankualitas hidup seseorang setapak demi setapak untuk penghidupan yang
lebih baik lagi dari kehidupan sebelumnya, meskipun masih dalam posisi dibawah garis
kemiskinan. Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program bantuan langsung tunai
(BLT) BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yangtelah
disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki
ciri rumah tangga miskin, yaitu

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang;


2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
3) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas renda
Kesejahteraan hidup masyarakat dipahami sebagai kesejahteraan sosial tanpa diplester
4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain
5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.;
6) Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan
7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah
8) Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu
9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari
11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 0, 5
ha.Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya
denganpendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan
13) Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamatSD/hanya
SD
14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000,seperti:
sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Seperti diketahui sebelumnya bahwa masyarakat pesisir kebanyakan berlatar belakang dari
keluarga miskin seperti di Pulau Lae - Lae hal ini disebabkan karenamasyarakat belum mampu
mengelolah hasil lamaksimal mungkin juga karena faktor dari pengetahuan mereka khususnya pada
sektor perikanannya padahal Pulau Lae - Lae merupakan salah satu pulau yang memiliki banyak
sumber daya khususnya disektor perikanan. Maka dari itu untuk mengurangi angka kemiskinan di
Pulau Lae - Lae masyarakat Pulau Lae - Lae harus melakukan perubahan dengan cara mengelola
terlebih dahulu hasil tangkapan mereka kemudian barulah dipasarkan sepertisalah satunya sekarang
sudah ada lembaga yang mengelola hasil laut tersebut menjadi suatu olahan yang dapat
meningkatkan perekonomian masyrakat pesisir namanya yaitu Mawar 2 mereka membuat suatu
olahan dari hasil tangkapan seperti ikan tenggri sudah banyak olahan yang mereka buat seperti,abon
ikan ,otak-otak, tumpi-tumpi,empek-empek dan masih banyak lagi.
BAB III

TINJAUAN WILAYAH STUDI

2.1. Kondisi Fisik Pulau Lae - Lae


2.1.1. Gambaran Umum Pulau Lae – Lae

Kota Makassar

Pulau Lae-Lae

Gambar 2.1 Google Map Pulau Lae - Lae

Pulau Lae-lae merupakan salah satu pulau dalam gugusan pulau atau kepulauan
spermonde, Sulawesi Selatan. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Ujung Pandang Kota Makassar, dengan luas daratan pulau 8,9 ha. Secara geografis pulau
tersebut terletak pada posisi 119o 23’33,1” BT dan 05o 08’16,0” LS atau di perairan Selat
Makassar. Kelurahan Lae-lae terdiri dari 3 RW dengan 11 RT.
Gambar 2.2 Layout Pulau Lae-Lae
Wilayah Pulau Lae-Lae secara administratif berbatasan dengan sebagai berikut

 Sebelah Utara : Gusung Tangayya;


 Sebelah Timur : Kota Makassar;
 Sebelah Selatan : Tanjung Bunga; dan
 Sebelah Barat : Selat Makassar.

2.1.2. Kependudukan
Pulau dengan luas 6,5 ha berpasir putih dihuni oleh 420 KK Kelurahan Lae-Lae
dipimpin oleh Muhammad Roem, S.STP, M.Si sebagai Lurah. (sensus penduduk Tahun
2010). Kelurahan Lae-Lae memiliki 3 (tiga) RW dengan total penduduk sebanyak 1.951
orang dengan rincian 1.055 penduduk laki-laki dan 896 penduduk perempuan. Data
penduduk pulau Lae-Lae dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2.1 Data Penduduk Kelurahan Lae – Lae Bulan Juli 2018

Pendidikan SD dan SMP dapat ditempuh di pulau ini. Sedang untuk melanjutkan ke
jenjang SMA penduduk pulau harus merantau karena belum terdapat fasilitas SMA di pulau
ini.

2.1.3. Sosial-Ekonomi Pulau Lae-Lae


Mata pencaharian penduduk pulau ini sebagian besar sebagai nelayan. Selain
menjadi nelayan, penduduk pulau Lae-Lae penjaja jasa transportasi ke pulau-pulau . Baik di
Dermaga Kayu Bangkoa ataupun Dermaga Popsa semua pemilik perahu berasal dari Pulau
Lae-lae. Tidak hanya nahkodanya, perahunya-pun semua berasal dari Pulau Lae-lae. Juga,
tidak sedikit masayakat Pulau Lae-lae yang bekerja sebagai pembuat perahu. Ketika anda
memasuki Pulau Lae-lae, di sekitaran pintu gerbang banyak terdapat perahu-perahu yang
sedang dibuat atau diperbaiki. Ada dua jenis perahu yang sering dibuat, yaitu perahu kecil
yang biasa disebut sekoci sebagai perahu penumpang dan perahu lepa-lepa untuk nelayan
menangkap ikan. Untuk mengetahui kondisi sosial – ekonomi dilakukan survey
menggunakan kuisioner seperti yang diperlihatkan pada Gambar X berikut ini. Sesuai
dengan karakteristik responden sebagai berikut:

Gambar 2.3 Wawancara dengan Penduduk Masyarakat Pulau Lae - Lae

1. Jenis Kelamin
Dari hasil di peroleh jenis kelamin responden perempuan sebanyak 13 orang dan laki
– laki sebanyak 17 orang
Jenis Kelamin
Responden
Perempuan Laki-laki

43%
57%

Gambar 2.4 Jenis Kelamin Responden

2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendiikan masyarakat Pulau Lae-Lae berdasarkan hasil survey 30 orang
responden dapat diketahui bahwa yang terbesar jenjang pendidikannya adalah SD
dengan persentase 43% , seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Persentase


Tidak Sekolah 8 27%
SD 13 43%
SMP 3 10%
SMA 5 17%
SARJANA 1 3%
Total 30 100

3. Usia
Usia dari responden sosial – ekonomi Pulau Lae – Lae berdasarkan hasil survey
dapat diketahu bahwa presentase yang terbesar adalah 60% dengan kelompok usia
20 – 40 tahun, seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut berikut ini
Tabel 2.3 Usia Responden

Usia Jumlah Persentase

0-20 0 0%

20-40 18 60%

40-60 12 40%

Jumlah 30 100%

4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan dari responden dapat menggambarkan bagaimana keadaan ekonomi
di Pulau Lae-Lae secara umum. Berdasarkan hasil survey 30 responden yang
terbesar adalah nelayan sebesar 66.67%, seperti yang ditunjukkan pada tabel dan
gamabr berikut ini :

Tabel 2.4 Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase


Nelayan 20 66%
Petani 0 0%
PNS,Tentara,Guru 1 3%
Pegawai Swasta 0 0%
Pengusaha/Pedagang 6 20%
Lain-Lain 3 10%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel diatas dari 30 responden dapat diketahui jenis pekerjaan secara
umum di Pulau Lae – Laa adalah petani tidak ada (0%), pegawai swasta tidak ada
(0%), PNS termasuk apparat dan guru sebanyak 1 orang (3.33%), pedagang
sebanyak 6 orang (20.00%) , nelayan sebanyak 20 orang (66.67%) dan lain-lain
seperti IRT sebanyak 3 orang (10%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kondisi
ekonomi pulau Lae – Lae yaitu menengah ke bawah.
Jenis Pekerjaan
Nelayan Petani PNS,Tentara,Guru
Pegawai Swasta Pengusaha/Pedagang Lain-Lain

10%

20%
0%
3% 67%
0%

Gambar 2.5 Presentase pekerjaan responden

Hasil dari survei social ekonomi dapat memberi gambaran bagaimana tingkat
ekonomi di pulau lae-lae begitu juga dengan keadaan social pada pulau tersebut. Berikut
hasil kuisioner menggunakan indikator yang bermacam-macam.
1. Pendapatan dan Pengeluaran
Berdasarkan hasil survey kuisioner rata-rata pendapatan masyawakat Pulau Lae-Lae
diperoleh hasil pendapatan terbanyak yaitu Rp500.000-Rp2.000.000 dengan
persentase 57% seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.5 Pendapatan Responden

Pendapatan Jumlah Persentase


<Rp500.000 5 17%
Rp500.000-Rp2.000.000 17 57%
Rp2.000.000-Rp3.000.000 6 20%
Rp3.000.000-Rp4.000.000 0 0%
Rp4.000.000-Rp5.000.000 2 7%
>Rp5.000.000 0 0%
total 30 100%

Berdasarkan hasil tabel diatas dari 30 responden yang memiliki pendapatan sebesar
<Rp500.000 sebanyak 5 orang (17%), Rp500.000-Rp2.000.000 sebanyak 17 orang (57%),
Rp2.000.000-Rp3.000.000 sebanyak 6 orang (20%), Rp3.000.000-Rp4.000.000 tidak ada
(0%), Rp4.000.000-Rp5.000.000 sebanyak 2 orang (7%) dan >Rp5.000.000 tidak ada. Hasil
rekapitulasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Pendapatan
<Rp500.000 Rp500.000-Rp2.000.000
Rp2.000.000-Rp3.000.000 Rp3.000.000-Rp4.000.000
Rp4.000.000-Rp5.000.000 >Rp5.000.000

0% 0%
7%
17%
20%

56%

Gambar 2.6 Presentase Pendapatan responden

Berdasarkan hasil survey kuisioner rata-rata pengeluaran masyawakat Pulau Lae-Lae


diperoleh hasil pengeluaran terbanyak yaitu Rp500.000-Rp2.000.000 dengan persentase
77% seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.6 Pengeluaran Responden

Pengeluaran jumlah persentase


<Rp500.000 2 7%
Rp500.000-Rp2.000.000 23 77%
Rp2.000.000-
3 10%
Rp3.000.000
Rp3.000.000-
0 0%
Rp4.000.000
Rp4.000.000-
2 7%
Rp5.000.000
>Rp5.000.000 0 0%
total 30 100%
Berdasarkan hasil tabel diatas dari 30 responden yang memiliki pengeluaran sebesar
<Rp500.000 sebanyak 2 orang (7%), Rp500.000-Rp2.000.000 sebanyak 23 orang (77%),
Rp2.000.000-Rp3.000.000 sebanyak 3 orang (10%), Rp3.000.000-Rp4.000.000 tidak ada
(0%), Rp4.000.000-Rp5.000.000 sebanyak 2 orang (7%) dan >Rp5.000.000 tidak ada. Hasil
rekapitulasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Pengeluaran
<Rp500.000 Rp500.000-Rp2.000.000
Rp2.000.000-Rp3.000.000 Rp3.000.000-Rp4.000.000
Rp4.000.000-Rp5.000.000 >Rp5.000.000

0% 7% 0% 6%
10%

77%

Gambar 2.7 Persentase Pengeluaran Responden

2. Transportasi
Berdasarkan hasil survei masyarakat Pulau Lae-Lae menggunkan kapal untuk
kegiatan transportasi antar pulau dan melakukan pekerjaan. Hasil survei
menunjukkan moda transportasi laut yang paling banyak digunakan yaitu kapal
umum/reguler dengan persentase 50% seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut
ini.
Tabel 2.6 Pengeluaran Responden

transportasi kapal jumlah persentase


pribadi 6 20%
umum 15 50%
ferry 0 0%
nelayan 9 30%
total 30 100%

3. Kondisi Rumah dan Jumlah Anggota Kartu Keluarga


Kondisi rumah di Pulau Lae-Lae dari hasil survei 30 responden menyatakan rumah
dalam kondisi permanen dan status kepemilikan rumah adalah pribadi, berikut
gambar rumah yang terdapat di pulau lae-lae

Gambar 2.8 Kondisi Rumah

Dari hasil survei diapat diketahui jumlah anggota dalam KK yang terbesar adalah 5
orang seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2.6 Jumlah Anggota KK

Jumlah Anggota Jumlah Persentase


KK
c 0 0%
2 0 0%
3 7 23%
4 10 33%
5 13 43%
total 30 100%

2.2. Fasilitas Pulau Lae – Lae


2.2.1. Kondisi Dermaga Eksisting
a. Dimensi Dermaga
Gambar 2.9 Dermaga
Untuk panjang dermaga yang saat ini di manfaatkan untuk sandar kapal mempunyai
ukuran panjang 9.3 m dengan lebar 3 m. Konstruksi dermaganya kayu dan dilengkapi
fender dari ban.

b. Kondisi Trestle
Karena tunggang pasut di perairan ini sangat jauh, maka untuk mendapatkan
kedalaman yang cukup sesuai dengan spesifikasi kapal untuk bersandar dermaga
ditempatkan agak jauh dari garis pantai. Sehingga dibuatlah trestle yang menghubungkan
antara wilayah daratan dan dermaga. Panjang trestle ini yaitu 20.7 m dengan lebar 2.4 m.
Gambar 2.11 Kondisi Trestle
c. Akses Jalan

Akses jalan ke dermaga sudah bagus yang terbuat dari paving blok dengan lebar
kurang lebih 3 m.

Gambar 2.10 Kondisi Jalan menuju Dermaga


Gambar 2.9 Layout Dermaga Pulau Lae-Lae
2.2.2. Masjid
Terdapat satu masjid yang berada ditengah-tengah permukiman padat di
pulau ini. Measjid ini Konstruksi masjid ini sudah kuat karena telah ditimbun dan di
beton lalu dinding dan lantainya sudah tegel. Terdapat tempat wudhu dan toilet yang
dapat digunakan baik untuk pengunjung dan masyarakat pulau yang beragama islam
untuk beribadah.

Gambar 2.10 Keadaan Masjid Pulau Lae – Lae

Selain itu, masjid ini dilengkapi dengan beberapa AC yang akan dinyalakan
ketika waktu shalat sudah dekat dengan menggunakan bantuan genset.
Gambar 2.11 Tempat Penyimpanan Genset

2.2.3. Kondisi Jalan Pulau Lae – Lae


Seluruh jalan yang merupakan lingkar luar dari Pulau Lae-Lae terbuat dari
paving. Dengan kondisi yang cukup baik tetapi tidak dilengkapi dengan penerangan jalan
yang cukup.

Gamabr 2.13 Kondisi Jalan


Selain itu, terdapat drainase yang dipasang pada jalanan di pulau ini. Kondisinya
tidak cukup baik dan dalam keadaan tertutup

Gambar 2.14 Kondisi Drainase

2.2.4. Pustu
Kondisi konstruksi pustu (Puskesmas Pembantu) dalam keadaan baik seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.15 berikut.
Gambar 2.15 Pustu

2.3. Pola Perjalanan Asal Tujuan


Untuk mengetahui kondisi pola perjalanan penumpang asal tujuan dermaga Pulau
Lae-Lae, maka kami melakukan pengisian kuisioner dan wawancara terhadap 30 responden
yaitu penumpang yang datang ke pulau dan penumpang yang dari pulau. Dari hasil
wawancara tersebut dapat kami simpulan sebagai berikut:

Gambar 2.16 Wawancara dengan Penumpang Datang dan Pergi dari Dermaga Pulau

2.3.1. Spesifikasi Kapal, Tarif, dan Jarak Pelayaran


a. Kapal yang Tambat
1. Data Kapal
a. Jenis Kapal : Penyebrangan antar pulau
b. Pemilik : Perorangan
c. Bahan Kapal : Fiber
d. Ukuran Utama
 Panjang (Loa) :9m
 Lebar (B) : 1.8 m
 Tinggi (H) :3m
 Sarat (T) : 30 cm
e. Pay Load
 Penumpang : 15 pax
 Awak Kapal : 1 – 3 orang
 Barang : 10 – 100 kg

2. Trayek Pelayaran
a. Home Base Kapal : Dermaga Lae - Lae
b. Trayek : Dermaga Kayu Bangkoa
c. Sifat Pelayaran : Reguler
d. Waktu Bongkar Muat : Setiap hari (tidak menentu)
e. Peruntukan : Barang dan Penumpang

Gambar 2.17 Kapal Penumpang di Dermaga Lae - Lae


b. Tarif Kapal dan Jarak Pelayaran
Untuk tarif kapal reguler dari dermaga Pulau Lae - Lae ke Dermaga Kayu Bangkoa berubah
–ubah tergantung dia asli masyarakat Lae-lae atau hanya datang untuk berlibur.
Tabel 2.7 Tarif Pelayanan Reguler

No Trayek Pelayaran Tarif/Orang


(Rp)
1 Lae - Lae – Kayu Bangkoa Reguler 15.000
2 Kayu Bangkoa – Lae - Lae Reguler 15.000

Selain tarif kapal untuk per orang di atas, terdapat pula kapal yang melayani sistem carter
kapal dari dermaga Kayu Bangkoa. Sifatnya adalah pergi dan pulang, dan dilayani oleh kapal-
kapal berukuran kecil. Untuk tarifnya dikenakan berbeda-beda kisaran Rp 100.000,00 – Rp
200.000,00 untuk pergi dan pulang.
Adapun trayek kapal dari Pulau Lae – Lae ke Dermaga Kayu Bangkoa (warna kuning) dan
dari Dermaga Kayu Bangkoa ke Pulau Lae – Lae (warna ungu), dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Gambar 2.18 Trayek kapal

2.3.2 Karakteristik Responden


Karakteristik dari responden dari pelaku perjalanan asal tujuan dermaga Lae – Lae
adalah sebagai berikut :

1. Usia Responden
Usia dari responden sosial – ekonomi Pulau Lae – Lae berdasarkan hasil survey
dapat diketahu bahwa presentase yang terbesar adalah 87% dengan kelompok usia 20 – 40
tahun, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut berikut ini :

Tabel 2.8 Usia Responden

Usia Jumlah Persentase


0-20 3 10%
20-40 26 87%
40-60 1 3%
Jumlah 30 100
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendikan masyarakat Pulau Lae-Lae berdasarkan hasil survey 30 orang responden dapat
diketahui bahwa yang terbesar jenjang pendidikannya adalah sarjana dengan persentase 46% ,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.9 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Persentase


Tidak Sekolah 0 0%
SD 2 7%
SMP 8 27%
SMA 14 20%
SARJANA 6 46%
Total 30 100

3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan dari responden dapat menggambarkan bagaimana keadaan ekonomi
di Pulau Lae-Lae secara umum. Berdasarkan hasil survey 30 responden yang
terbesar adalah nelayan sebesar 66.67%, seperti yang ditunjukkan pada tabel dan
gamabr berikut ini :
Tabel 2.10 Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase


Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
Nelayan 1 3%
Petani 0 0%
PNS,Tentara,Guru 0 0%
Pegawai Swasta 6 20%
Pengusaha/Pedagang 10 34%
Lain-Lain 13 43%
Jumlah 30 100%

Berdasarkan tabel diatas dari 30 responden dapat diketahui jenis pekerjaan secara
umum di Pulau Lae – Lae adalah petani tidak ada (0%), PNS,Tentara dan Guru tidak
ada (0%), nelayan sebanyak 1 orang (3%), pegawai swasta sebanyak 6 orang (20%),
pengusaha/pedagang sebanyak 10 orang (34%), dan lain-lain sebanyak 13 orang
(43%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pekerjaan penumpang yang menuju ke
pulau Lae – Lae sebagian besar adalah sarjana. Hasil rekapitulasi penumpang dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Jenis Pekerjaan
Nelayan Petani PNS,Tentara,Guru
Pegawai Swasta Pengusaha/Pedagang Lain-Lain

10%

20%
0%
3% 67%
0%

Gambar 2.19 Presentase pekerjaan responden

a. Pola Perjalanan
Pola perjalanan dari responden pelaku perjalanan asal tujuan dermaga Wisata Panyua
adalah sebagai berikut :
1. Asal Tujuan Penumpang
a. Tujuan Perjalanan Datang
Distribusi penumpang melakukan kunjungan ke pulau Lae – Lae melalui
dermaga kayu bangkoa mempunyai tujuan perjalanan yaitu, berdasarkan hasil survey
yang terbanyak adalah rekreasi sebanyak 9 orang dengan persentase 60%, seperti
yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.11 Tujuan Perjalanan

Tujuan Jumlah Persentase


Perjalanan
Pekerjaan/Dinas 2 13%
Kembali ke 4 27%
Rumah
Belanja 0 0%
Rekreasi 9 60%
Lain-Lain 0 0%
Total 15 100%

Berdasarkan tabel diatas dari 15 responden dapat diketahui tujuan perjalanan datang
ke pulau Lae-Lae pekerjaan/dinas sebanyak 2 orang (13%), kembali ke rumah
sebanyak 4 orang (27%), belanja tidak ada (0%), rekreasi sebanyak 9 orang (60%)
dan lain-lain tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pariwisata di pulai ini
cukup menjanjikan. Dengan persentase tujuan perjalanan seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut ini.
Tujuan Perjalanan
Pekerjaan/Dinas Kembali ke Rumah Belanja
Rekreasi Lain-Lain
0%

13%

27%
60%

0%

Gambar 2.20 Presentase tujuan perjalanan responden


b. Tujuan Perjalanan Pergi
Distribusi penumpang melakukan perjalanan dari pulau Lae – Lae menuju dermaga
kayu bangkoa mempunyai tujuan perjalanan yaitu, berdasarkan hasil survey yang
terbanyak adalah belanja sebanyak 4 orang dengan persentase 27%, seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.12 Tujuan Perjalanan

Tujuan Jumlah Persentase


Perjalanan
Pekerjaan/Dinas 3 20%
Kembali ke 3 20%
Rumah
Belanja 4 27%
Rekreasi 2 13%
Lain-Lain 3 20%
Total 15 100%

Berdasarkan tabel diatas dari 15 responden dapat diketahui tujuan perjalanan pergi
dari pulau Lae-Lae pekerjaan/dinas sebanyak 3 orang (20%), kembali ke rumah
sebanyak 3 orang (20%), belanja sebanyak 4 orang (27%), rekreasi sebanyak 2
orang (13%) dan lain-lain sebanysk 3 orang (20%). Dengan persentase tujuan
perjalanan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Tujuan Perjalanan
Pekerjaan/Dinas Kembali ke Rumah Belanja Rekreasi Lain-Lain

20% 20%

13%
20%

27%

Gambar 2.21 Presentase tujuan perjalanan responden

2. Frekuensi Perjalanan

a. Frekuensi Perjalanan Datang


Dari hasil survei yang dilaksanakan maka diperoleh hasil frekuensi perjalanan datang
penumpang ke dermaga Lae – Lae yaitu yang terbesar adalah sekali dalam setahun
dengan persentase 60%, seperti yamg ditunjukkan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.13 Frekuensi Perjalanan

Frekuensi Perjalanan Jumlah Persentase


Setiap Hari 0 0
2-3 kali seminggu 3 20
Sekali Seminggu 1 7
Sekali hingga 2 kali 2 13
sebulan
Sekali dalam Setahun 9 60
Total 15 100

Berdasarkan table diataas dapat diketahui bahwa tidak ada yang melakukan
penyeberangan setiap hari walaupun jasa penyeberangan dari kayu bnagkoa ke lae-lae
setiap hari ada, 2-3 kalo seminggu sebanyak 1 orang (20%), sekali seminggu sebanyak 1
orang (7%), Sekali hingga 2 kali sebulan sebanyak 2 orang (13%) dan sekali dalam
setahuan sebanyak 9 orang (60%). Hasil rekapitulasi bisa dilihat pada gambar berikut ini

Frekuensi Perjalanan
Setiap Hari 2-3 kali seminggu
Sekali Seminggu Sekali hingga 2 kali sebulan
Sekali dalam Setahun
0%

20%
7%
60% 13%

Gambar 2.22 Presentase frrkuensni perjalanan responden

b. Frekuensi Perjalanan Pergi


Dari hasil survei yang dilaksanakan maka diperoleh hasil frekuensi perjalanan datang
penumpang dari dermaga Lae – Lae yang terbesar adalah 2-3 kali seminggu dan sekali
seminggu dengan persentase 27%, seperti yamg ditunjukkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 2.14 Frekuensi Perjalanan

Frekuensi Perjalanan Jumlah Persentase


Setiap Hari 2 13
2-3 kali seminggu 4 27
Sekali Seminggu 4 27
Sekali hingga 2 kali 3 20
sebulan
Sekali dalam Setahun 2 13
Total 15 100
Berdasarkan table diataas dapat diketahui bahwa ada yang melakukan
penyeberangan setiap hari sebanyak 2 orang (13%),, 2-3 kalo seminggu sebanyak 4
orang (27%), sekali seminggu sebanyak 4 orang (27%), Sekali hingga 2 kali sebulan
sebanyak 3 orang (20%) dan sekali dalam setahuan sebanyak 2 orang (12%). Hasil
rekapitulasi bisa dilihat pada gambar berikut ini.

Frekuensi Perjalanan
Sekali dalam
Setahun
13%
Setiap
Hari
13%
Sekali hingga 2
kali sebulan 2-3 kali
20% seminggu
27%

Sekali Seminggu
27%

Gambar 2.23 Presentase frekuensi perjalanan responden


BAB III

PERHITUNGAN KONSTRUKSI DERMAGA

3.1 Mawar Angin

Gambar 3.1 Mawar Angin


3.2 Mawar Gelombang

Gambar 3.1 Mawar Gelombang


3.3 Pasang Surut
Permukaan air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam
pada suatu ketinggian yang tetap, tetapi selalu bergerak naik turun sesuai dengan siklus
pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian maksimum,
peristiwa tersebut dinamakan pasang tinggi (high water), setelah itu kemudian turun sampai
pada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang rendah (low water). Dari sini
permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggian permukaan antara
pasang tinggi dan pasang rendah dikenal sebagai tinggi pasang (tidal range).

Tabel 3.1 Kondisi Pasang Surut

Posisi Hmax Hmin


Lintang Bujur (m) (m)
05º08”13,14”LS 119º23’38,8”BT 2.87 1.53

Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa MSL pasut di perairan pulau LaeLae sebesar
221,08, sedangkan pasang tertingginya sebesar 287 cm dan pasang terendahnya sebesar 153
cm.
3.4 Arus
Pada dasarnya arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh
lautan. Adapun hasil kondisi arus Pulau Lae Lae pada sore hari kecepatan arusnya rata-rata
0,043 m/s dimana tipe arus yang terjadi pada stasiun tersebut adalah tipe susur pantai
(longshore current). Hal ini diakibatkan karena bentuk topografi yang landai dan juga
pengaruh arah datang gelombang cenderung sejajar dengan garis pantai. Sedangkan
kecepatan arus terendah didapatkan pada stasiun 3 sebesar 0,01 m/s, dengan tipe arus susur
pantai (longshore current). Hal ini karena gerakan air di permukaan cenderung stabil,
dimana air yang bertiup tidak kencang sehingga mengakibatkan arus di bagian barat daya
pulau tersebut cenderung mengikuti topografi garis pantai. Hal ini disebabkan karena
adanya barier berupa pulau kecil yang berada pada bagian utara dan Barat daya pulau
sehingga pergerakan massa air cenderung lemah dan juga dipengaruhi oleh gaya coriolis dan
arus ekman sehingga pergerakannya dibelokkan sehingga cenderung mengikuti jalur garis
pantai.
BAB IV LAYOUT

36
Gambar 3.4, Peta Topografi Pulau Lae-Lae

37
38
`

Gambar 3.4, Kondisi Eksisting Dermaga

39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

5.2. Saran

40
41
DAFTAR PUSTAKA
http://beritamks.com/pulau-Lae-lae/
https://sangkarrang.com/kelurahan/Lae-lae/
https://www.tribunnews.com/travel/2015/06/08/liburan-ke-pulau-lae-lae-makassar/

42
43

Anda mungkin juga menyukai