Anda di halaman 1dari 18

Tabel 7.

1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Kota Bandar Lampung Tahun 2011 – 2030
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
A Kawasan Lindung
A.1  Kawasan hutan lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan  Kegiatan budidaya lahan terbangun tidak KDB 0% Register 19 TAHURA WAR;
hutan yang memiliki sifat khas yang diperkenankan pada kawasan ini. Register 17 Batu Serampok
mampu memberikan perlin-dungan  Alih fungsi lahan menjadi kawasan perkebunan,
kepada berbagai pengaturan tata air, pertanian, perladangan maupun lahan terbangun tidak
pencegahan banjir dan erosi, serta diperkenankan.
pemeliharaan kesuburan tanah  Kegiatan wisata alam diperbolehkan dalam bentuk
wisata ekologi.
 Kegiatan penelitian diperbolehkan.
A.2 Kawasan yang memberikan perlidungan daerah di bawahnya
 Kawasan resapan air Kawasan resapan air adalah kawasan  Kegiatan budidaya yang diperkenankan adalah  KDB maksimum 15%
yang mempunyai kemampuan tinggi kegiatan wisata alam, budidaya tanaman keras, dan
untuk meresapkan air hujan sehingga budidaya hasil hutan.
merupakan tempat pengisian air bumi  Tidak diperbolehkan melakukan kegiatan
(akuifer) yang berguna sebagai sumber penambangan.
air  Pada kawasan yang telah terbangun dikendalikan
dengat tidak mengeluarkan izin pembangunan baru
serta izin pertambangan baru.
 Bangunan mengikuti kontur tanah dan berbentuk
rumah panggung.
A.3 Kawasan Perlindungan Setempat
 Kawasan sempadan Sempadan Pantai adalah Kawasan  Jarak 0 – 30 meter dari titik pasang tertinggi tidak  KDB 0 % untuk sabuk hijau  100 meter dari titik pasang
pantai sepanjang pantai dan pulau-pulau kecil boleh dikembangkan lahan terbangun dan (mangrove, hutan bakau, tertinggi ke wilayah darat
yang mempunyai manfaat penting untuk diperuntukan sebagai sabuk hijau, kecuali untuk kebun kelapa)
mempertahankan kelestarian fungsi kegiatan; kepelabuhan, wisata pantai, jalan inspeksi.  KDB maksimum 30% untuk
pantai  Kegiatan kepelabuhan diperbolehkan pada sempadan penataan pesisir
pantai.
 Diperbolehkan untuk kegiatan penelitian dan
pendidikan, kepentingan adat dan kearifan lokal, dan
pertahanan dan keamanan.
 Kawasan sempadan Sempadan Sungai adalah Kawasan  Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan  KDB 0 % untuk sungai yang  Sungai bertanggul GSS

Hal 16
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
sungai sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sempadan sungai. belum ada bangunan pada minimal 5 meter
sungai buatan/kanal/ saluran irigasi  Dilarang melakukan kegiatan yang secara sengaja GSS  Sungai tak bertanggul
primer, yang mempunyai manfaat dan jelas menghambat arah dan intensitas aliran air.  KDB maksimum 40% pada ditetapkan berdasarkan
penting untuk memper-tahankan  Diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat GSS yang telah ada kedalaman sungai;
kelestarian fungsi sungai memperkuat fungsi perlindungan kawasan sempadan bangunan - <3m sempadannya 10m
sungai dan tidak mengubah fungsi kegiatannya di - 3-20m sempadannya
masa mendatang. 15m
 Bangunan eksiting ditata menghadap sungai dan - >20m sempadannya 30m
penertiban bangunan liar.
 Kawasan sekitar mata air kawasan di sekeliling mata air yang  Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan KDB 0 % Radius 200 meter disekeliling
mempunyai manfaat penting untuk perhutanan dengan jenis tanaman tahunan yang mata air, yaitu Mata Air
mempertahankan kelestarian fungsi produksinya tidak dilakukan dengan cara penebangan Rasuna Said, Mata Air Tirto
mata air. Tujuan perlindungan kawasan pohon. Sari, Mata Air Egaharap,
ini adalah untuk melindungi mata air dari  Dilarang melakukan kegiatan penggalian atau Mata Air Batu Putih, Mata Air
kegiatan budidaya yang dapat merusak kegiatan lain yang sifatnya mengubah bentuk Tanjung Aman, Mata Air Way
kualitas air dan kondisi fisik kawasan kawasan sekitar mata air dan/atau dapat Laga, dan Mata Air Kali Belau
sekitarnya. mengakibatkan tertutupnya sumber mata air.
 Kegiatan yang sudah ada dan dapat mengganggu
fungsi kawasan sekitar mata air, dipindahkan dengan
penggantian yang layak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Kawasan sempadan rel Kawasan yang diperuntukkan bagi  garis sempadan jalan rel kereta api adalah ditetapkan KDB maksimum 10% khusus 11 meter sisi kanan dan kiri
kereta api perlindungan fungsi jalur kereta api serta dari as jalan rel terdekat apabila jalan rel kereta api itu untuk bangunan pendukung rel kereta api
terselenggaranya kegiatan pemeliharaan lurus. keselamatan dan
 garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di pemeliharaan serta stasiun
tanah timbunan diukur dari kaki tanggul. kereta api
 garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di
dalam galian, diukur dari puncak galian tanah atau
atas serongan.
 garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak pada
tanah datar diukur dari as jalan rel kereta api.

 garis sempadan jalan rel kereta api pada belokan

Hal 17
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
adalah lebih dari 23 m diukur dari lengkung dalam
sampai as jalan. Dalam peralihan jalan lurus ke jalan
lengkung diluar as jalan harus ada jalur tanah yang
bebas, yang secara berangsur-angsur melebar dari
jarak lebih dari 11 sampai lebih dari 23 m. Pelebaran
tersebut dimulai dalam jarak 20 m di muka lengkungan
untuk selanjutnya menyempit lagi sampai jarak lebih
dari 11 m.
 garis sempadan jalan rel kereta api sebagaimana
dimaksud pada poin pertama tidak berlaku apabila
jalan rel kereta api terletak di tanah galian yang
dalamnya 3,5 m.
 garis sempadan jalan perlintasan sebidang antara
jalan rel kereta api dengan jalan raya adalah 30 m dari
as jalan rel kereta api pada titik perpotongan as jalan
rel kereta api dengan as jalan raya dan secara
berangsur-angsur menuju pada jarak lebih dari 11 m
dari as jalan kereta api pada titik 600 m dari titik
perpotongan as jalan kereta api dengan as jalan raya.
 permukiman eksisting yang ada pada garis sempadan
rel kereta api secara bertahap ditata dan
mengembangkan konsep rumah menghadap rel
kereta api.
 pemanfaatan garis sempadan rel kereta api diarahkan
untuk jalan dan RTH, guna membatasi kegiatan
masyarakat dengan rel kereta api.
A.4 Ruang terbuka hijau Area memanjang/jalur dan/atau  Tidak diijinkan atau membiarkan adanya daerah KDB maksimum 10% khusus
ternasuk di dalamnya hutan mengelompok, yang penggunaannya gundul atau terbuka serta menutup areal yang gundul untuk bangunan pendukung
kota lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh dengan pepohonan atau rumput-rumputan/ semak fungsi RTH
tanaman, baik yang tumbuh secara belukar.
alamiah maupun yang sengaja ditanam,  Dilarang melakukan penebangan pohon di kawasan
dan termasuk didalamnya adalah hutan ini tanpa seijin instansi atau pejabat yang berwenang.
kota.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah  Melakukan penguatan dengan menggunakan tanaman

Hal 18
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
Republik Indonesia Nomor 63 Tahun keras terhadap tebing-tebing yang lebih tinggi dari 3
2002 Tentang Hutan Kota, hutan kota meter dengan kemiringan lebih besar dari 20 %.
diselenggarakan dengan tujuan untuk  Kegiatan perkotaan yang dapat diijinkan di kawasan
kelestarian, keserasian dan ruang hijau kota ini hanya berupa kegiatan rekreasi
keseimbangan ekosistem perkotaan dan olahraga alam.
yang meliputi unsur lingkungan, sosial  Tidak diperkankan melakukan ahli fungsi lahan
dan budaya, kemudian hutan kota juga menjadi kegiatan budidaya, seperti mall, perkantoran,
berfungsi untuk memperbaiki dan perumahan dan lainnya.
menjaga iklim mikro, nilai estetika dan  Kegiatan sektor informal diperkenankan dengan
meresapkan air, serta menciptakan menyesuaikan perencanaan yang telah ditetapkan
keseimbangan dan keserasian pemerintah.
lingkungan fisik kota, serta mendukung
pelestarian keanekaragaman hayati.
A.5 Kawasan Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya dan ilmu  Pembangunan permukiman diperkenankan dengan KDB Maksimum 50% Berada di wilayah situs
pengetahuan adalah kawasan dimana syarat tidak mengganggu fungsi cagar budaya. KDH Minimum 30% Keratuan Balaw di
lokasi bangunan hasil budaya manusia  Pembangunan sarana publik diperbolehkan yang Kedamaian dan Negeri Olok
yang bernilai tinggi maupun bentukan mendukung fungsi kawasan cagar budaya. Gading
geologi alami yang khas berada  Dilarang melakukan kegiatan dan pendirian bangunan
yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
A.6 Kawasan Rawan Bencana
 Rawan banjir Tempat-tempat yang secara rutin setiap  Kawasan rawan banjir permanen tidak diijinkan untuk KDB Maksimum 50%
musim hujan mengalami genangan lebih permukiman. KDH Minimum 30%
dari enam jam pada saat hujan turun  Dilarang melakukan kegiatan yang berdampak dapat
dalam keadaan musim hujan normal. mempengaruhi saluran drainase.
 Mengutamakan pembangunan fisik berupa
pengembangan saluran drainase.
 Pengembangan kawasan budidaya masih
diperkenkan dengan syarat tidak mengganggu fungsi
lindung, garis sempadan, drainase, serta
menyediakan embung.

 Rawan longsor Wilayah yang kondisi permukaan  Dilarang melakukan kegiatan di kawasan rawan KDB 0%
tanahnya mudah longsor karena terdapat erosi/longsor bagi permukiman, persawahan, tanaman

Hal 19
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
zona yang bergerak akibat adanya semusim, kolam ikan, atau kegiatan budidaya lainnya
patahan atau pergeseran batuan induk yang berbahaya bagi keselamatan manusia dan
pembentuk tanah. lingkungan.
 Permukiman yang terletak pada kawasan rawan
erosi/longsor segera dipindahkan ke tempat lain
secara terencana.
 Dilakukan kegiatan reboisasi dan penghijauan.
 Rawan gempa bumi Kawasan dalam zona gempa sesuai peta  Pembangunan perumahan, sarana publik dan KDB Maksimum 50% Wilayah yang termasuk zona
rawan gempa dan zonasi gempa Bandar komersial diperbolehkan dengan syarat sesuai dengan KDH Minimum 30% paling rawan (gempa dengan
Lampung dengan skala VII – IX MMI standar keandalan bangunan tahan gempa. skala > V MMI adalah Teluk
 Menyediakan ruang terbuka non hijau yang dapat Betung Selatan, Panjang,
difungsikan sebagai tempat evakuasi bencana dan sebagian Teluk Betung Utara,
escape route. Teluk Betung Barat
 Rawan tsunami dan Wilayah daratan di sekitar Teluk  Kegiatan di sempadan pantai menyesuaikan dengan KDB Maksimum 50%
gelombang pasang Lampung dan Pulau-Pulau kecil ketentuan kawasan lindung sempadan pantai. KDH Minimum 30%
 Pembuatan sabuk hijau berupa hutan mangrove,
bakau, pengembangan tanaman kelapa serta jalan
inspeksi sebagai buffer.
 Pengembangan sarana publik dan permukiman di luar
garis sempadan diperkenankan dengan
memperhatikan standar bangunan tahan
tsunami/gelombang pasang.
 Diupayakan membuat tanggul pemecah ombak, early
warning system, escape route serta pengembangan
sistem drainase.
A. Kawasan Lindung Lainnya
7
 Kawasan hutan Kawasan pesisir pantai yang  Tidak diperkenankan ada kegiatan budidaya, kecuali KDB 0% Sekitar Pantai Puri Gading
mangrove/hutan bakau diperuntukan bagi tempat pelestarian budidaya perikanan. dan Pulau Kubur
tanaman bakau untuk menjaga  Melakukan konservasi pada kawasan.
keseimbangan ekosistem pantai serta
mencegah terjadinya interuisi air laut
 Kawasan padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di  Tidak diperkenankan ada kegiatan budidaya, kecuali KDB 0% Sekitar Pantai Puri Gading
perairan hangat dengan dasar pasir dan budidaya perikanan. dan Pulau Kubur

Hal 20
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
didominasi tumbuhan lamun, sekelompok
tumbuhan anggota bangsa
Alismatales yang beradaptasi di air asin
B Kawasan Budidaya
B.1 Kawasan Perumahan & Permukiman
 Perumahan Perkotaan Kawasan yang dibatasi untuk tempat  Menyediakan lingkungan hunian yang sehat, nyaman, Untuk setiap kavling (privat):  Revitalisasi perumahan
Kepadatan Tinggi tinggal atau lingkungan hunian selamat, aman dan asri yang didukung oleh  KLB maksimum 2,1 diarahkan pada :
berkepadatan tinggi prasarana, sarana, dan utilitas minimum. (maksimum 3 lantai, tinggi - BWK A di Kecamatan
 Tidak mengganggu fungsi kawasan lindung serta 15 m), kecuali rumah Tanjung Karang Pusat,
memperhatikan aspek kelestarian dan keseimbangan susun/apartement Kecamatan Enggal dan
lingkungan.  KDB maksimum 70% Kecamatan Tanjung
 Khusus untuk perumahan pembangunan sarana  KDH minimum 10% Karang Timur;
komersial diperbolehkan maksimum 10% dari jumlah  RTNH maksimum 10% - BWK B di sebagian
rumah.  GSB disesuaikan dengan Kecamatan Rajabasa,
 Pembangunan perumahan baru dengan konsep ketentuan yang berlaku Kecamatan Kedaton dan
intensifikasi (vertikal) atau rumah susun / apartemen Kecamatan Labuhan
dengan fungsi kegiatan perumahan permukiman baik Untuk lingkungan perumahan Ratu;
pada lahan belum terbangun maupun sudah atau kasiba/lisiba(publik) : - BWK C di Kecamatan
terbangun dan terpadu dengan lingkungan sekitarnya.  RTH minimum 20 % Way Halim;
 Pengembangan perumahan yang sudah ada dan  Penyediaan sarana dan - BWK E di Kecamatan
permukiman kota ditekankan pada peningkatan prasarana penunjang Bumi Waras dan
kualitas lingkungan, dan pembenahan prasarana dan (RTNH, pertokoan, Kecamatan Panjang; dan
sarana perumahan. pendidikan dasar, jalan, - BWK G di sebagian
 Penataan dan penanganan permukiman kumuh drainase, dsb) minimum Kecamatan Teluk Betung
dilakukan dengan pembangunan rumah susun 20% Utara dan Kecamatan
sederhana sehat baik dengan sistem sewa ataupun Teluk Betung Selatan.
milik yang dilakukan secara terpadu dengan
lingkungan sekitarnya.
 Pembangunan perumahan dan permukiman lama
dilakukan secara terpadu baik fisik maupun sosial
ekonomi masyarakat melalui program revitalisasi,
rehabilitasi, renovasi, rekonstruksi, atau preservasi.
 Pengelolaan sanitasi lingkungan diarahkan pada
pengembangan tangki septik komunal untuk

Hal 21
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
pembuangan limbah black water dan sistem riol untuk
pembuangan grey water.
 Perumahan Kepadatan Kawasan yang dibatasi untuk tempat  Tidak mengganggu fungsi kawasan lindung serta Untuk setiap kavling (privat):  Pembangunan perumahan
Sedang tinggal atau lingkungan hunian memperhatikan aspek kelestarian dan keseimbangan  KLB maksimum 2,1 baru diarahkan pada:
berkepadatan sedang lingkungan. (maksimum 3 lantai, tinggi - BWK C di Kecamatan
 Menyediakan lingkungan hunian yang sehat, nyaman, 15 m), kecuali rumah Tanjung Senang dan
selamat, aman dan asri yang didukung oleh susun/apartement Kecamatan Sukarame;
prasarana, sarana, dan utilitas minimum.  KDB perumahan maksimum - BWK D di sebagian
 Membatasi kegiatan komersil pada lingkungan 60% Kecamatan Kedamaian
perumahan.  KDB permukiman dan Kecamatan
 Pembangunan perumahan baru diarahkan dengan maksimum 70% Sukabumi; dan
konsep intensifikasi (vertikal) atau rumah susun /  KDH minimum 20% - BWK F di Kecamatan
apartemen, namun masih memungkinkan untuk  RTNH maksimum 20 % Langkapura.
pengembangan secara horisontal  GSB disesuaikan dengan
(kasiba/lisiba/landed house) dengan pemanfaatan ketentuan yang berlaku
lahan secara optimal.
 Penataan dan penanganan permukiman kumuh Untuk lingkungan perumahan
dilakukan dengan pembangunan rumah susun atau kasiba/lisiba (publik) :
sederhana sehat baik dengan sistem sewa ataupun  RTH minimum 20 %
milik yang dilakukan secara terpadu dengan  Penyediaan sarana dan
lingkungan sekitarnya. prasarana penunjang
 Pada pembangunan perumahan, pelaksana (RTNH, pertokoan,
pembangunan perumahan/pengembang wajib pendidikan dasar, jalan,
menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, drainase, dsb) minimum
dan fasilitas sosial dengan proporsi 40% (empat puluh 20%
persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan, dan
selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
 Pengelolaan sanitasi lingkungan diarahkan pada
pengembangan tangki septik komunal untuk
pembuangan limbah black water dan sistem riol untuk
pembuangan grey water.

 Perumahan Kepadatan Kawasan yang dibatasi untuk tempat  Menyediakan lingkungan hunian yang sehat, nyaman, Untuk setiap kavling (privat):  Pembangunan perumahan

Hal 22
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
Rendah tinggal atau lingkungan hunian selamat, aman dan asri yang didukung oleh  KLB maksimum 1 baru diarahkan pada :
berkepadatan rendah prasarana, sarana, dan utilitas minimum. (maksimum 2 lantai, tinggi - BWK G di Kecamatan
 Membatasi kegiatan komersil pada lingkungan 10 m), kecuali rumah susun Teluk Betung Barat dan
perumahan.  KDB perumahan maksimum Kecamatan Teluk Betung
 Pembangunan perumahan baru dapat dilakukan 50% Timur; dan
secara vertikal (rumah susun / apartemen) dan  KDB permukiman - BWK F di Kecamatan
horisontal (kasiba/lisiba/landed house) dengan maksimum 60% Kemiling, dan Tanjung
pemanfaatan lahan pada kawasan-kawasan di luar  KDH minimum 30% Karang Barat.
kawasan lindung dengan fungsi kegiatan perumahan  RTNH maksimum 20 %
permukiman.  GSB disesuaikan dengan
 Pada pembangunan perumahan, pelaksana ketentuan yang berlaku
pembangunan perumahan/pengembang wajib Untuk lingkungan perumahan
menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, kasiba/lisiba (publik):
dan fasilitas sosial dengan proporsi 50% (empat puluh  RTH minimum 20 %
persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan, dan  Penyediaan sarana dan
selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. prasarana penunjang
 Pengelolaan sanitasi lingkungan perumahan (RTNH, pertokoan,
diarahkan pada pengembangan tangki septik komunal pendidikan dasar, jalan,
untuk pembuangan limbah black water dan sistem riol drainase, dsb) minimum
untuk pembuangan grey water. 20%
B.2 Kawasan Industri
 Industri Kecil/Rumah Kawasan tempat pemusatan kegiatan  Pemanfaatan lahan untuk industri rumah tangga dapat  KLB maksimum 1  Arahan lokasi
Tangga industri kecil dikelola secara bergabung dalam lingkungan perumahan/permukiman (maksimum 2 lantai) pengembangan :
perorangan/kelompok penduduk, sejauh tidak menggangu kondisi  KDB maksimum 40% Diarahkan di seluruh
lingkungan hidup dan fungsi lingkungan hunian.  KDH minimum 20% wilayah Kota Bandar
 Jika sudah membentuk suatu kelompok, pengusaha  RTNH maksimum 20 % Lampung
harus menyediakan lahan dikavling industrinya untuk  GSB disesuaikan dengan
penghijauan sebagai filter udara dan peneduh. ketentuan yang berlaku
 Industri Menengah Kawasan tempat pemusatan kegiatan  Larangan pembangunan di zona rawan bencana (ideal  KLB maksimum 2  Pengembangan zona
industri yang dilengkapi dengan pada kemiringan 5 – 15 %), zona krisis air tanah, dan maksimum 4 lantai, tinggi industri diarahkan pada :
prasarana dan sarana penunjang yang kawasan lindung. 20m (kantor dan mess). - Sebagian Kec. Teluk
dikembangkan dan dikelola oleh  KDB kaveling industri Betung Selatan (ketapang,
Perusahaan maksimum 50% way lunik, garuntang)
 Pembangunan Industri menengah dilakukan secara  KDB kaveling komersial - Sebagian Kec. Tanjung

Hal 23
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
terpadu dengan lingkungan sekitarnya dengan maksimum 5% Karang Timur (campang
memperhatikan radius / jarak dan tingkat pencemaran  KDH minimum 20% raya)
yang dapat ditimbulkan serta upaya-upaya  RTNH dan sarana - Sebagian Kec. Panjang
pencegahan pencemaran terhadap kawasan di prasarana pendukung (srengesem, karang
sekitarnya. sesuai kebutuhan maritim, panjang utara,
 Pada pembangunan industri menengah, perusahaan  GSB disesuaikan dengan panjang selatan, pidada)
wajib menyiapkan prasarana lingkungan, utilitas ketentuan yang berlaku
umum, dan fasilitas sosial.
 Pembangunan industri harus memperhatikan
kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas
pelayanan publik yang harus tersedia (parkir, ruang
terbuka hijau, ruang pedagang kaki lima, pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran), kemudahan
pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari
dan menuju lokasi.
 Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri
harus disertai dengan upaya-upaya terpadu dalam
mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran
lingkungan mulai dari penyusunan dokumen
lingkungan, penyediaan instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), dan disertai dengan pengawasan oleh
Pemerintah Daerah secara intensif terhadap kegiatan
industri yang dilaksanakan.
 Pemanfaatan ruang industri yang berbatasan dengan
perumahan dan permukiman diberikan pembatas
(buffer zone) berupa RTH dan pergudangan untuk
mengurangi dampak pencemaran.
 Lokasi-lokasi industri terpisah (individual) yang masih
berada di luar zona industri dan terindikasi atau
berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan
akan direlokasi secara bertahap ke zona industri.

 Pergudangan Kawasan tempat pemusatan  Larangan pembangunan di zona rawan bencana (ideal  KLB maksimum 1, jumlah  Pengembangan zona

Hal 24
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
penyimpanan hasil produksi kegiatan pada kemiringan 5 – 15 %) dan kawasan lindung. lantai maksimum 2 lantai, pergudangan diarahkan
industri sebelum dipasarkan  Dalam setiap unit kegiatan pergudangan, pengusaha tinggi bangunan maksimum pada Kec. Panjang, Kel.
harus menyediakan lahan dikavling industrinya untuk 20 m Way Lunik, Kel. Ketapang,
penghijauan.  KDB kaveling pergudangan Kec.Bumi Waras di Kel.
 Kebutuhan ruang kantor bergabung dengan gudang maksimum 50% Bumi Waras dan Kel.
untuk efisiensi ruang.  KDH minimum 20% Garuntang sekitar Jalan
 Di luar kawasan pergudangan, gudang kecil  RTNH sesuai kebutuhan Ir.Sutami, sebagian Jalan
diperkenankan dengan luas maksimal 500 M2 untuk  GSB disesuaikan dengan Pangeran Tirtayasa,
menunjang usaha dan menyatu dengan bangunan ketentuan yang berlaku sepanjang Jalan Soekarno
induk serta memperhatikan estetika bangunan. Hatta dari simpang
Sribawono sampai simpang
Jalan Antasari, dan Jalan
Yos Sudarso pada sisi jalan
yang tidak bersisian dengan
laut.
 Untuk gudang kecil/sedang
tersebar pada kawasan
perdagangan dan jasa
 Untuk gudang yang telah
memiliki IMB diberikan Izin
Tempat Usaha dan Izin
Gangguan selama 5
tahun dan harus segera
direlokasi ke kawasan
pergudangan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah
daerah.
B.3 Kawasan Pariwisata
 Wisata Alam, Kawasan yang diperuntukkan bagi  Pemanfaatan ruang harus didominasi untuk zona  KDB maksimum 15 % untuk
pegunungan dan bahari kegiatan pariwisata yang berbasis pemaanfaatan untuk taman nasional atau taman hutan pengembangan sarana dan
pemandangan dan alam rakyat, atau taman wisata alam yang bersangkutan. prasarana pendukung
kawasan wisata (bangunan,
jalan, drainase RTNH, dsb)
 Jika diharuskan ada lahan terbangun tidak boleh

Hal 25
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
merubah fungsi kawasan wisata alam sebagai bagian
dari fungsi kawasan lindung, mengubah bentang alam
yang ada, dan mengganggu pandangan visual.
 Bentuk bangunan harus bergaya arsitektur Lampung.
 Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan pariwisata
harus disertai dengan upaya-upaya terpadu dalam
mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran
lingkungan dan disertai dengan pengawasan
Pemerintah Daerah secara intensif.
 Pemberian ijin pemanfaatan kawasan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata
Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam
dibatasi untuk jangka waktu paling lama 20 tahun
sesuai dengan jenis kegiatannya dan selanjutnya
harus diperpanjang sesuai aturan.
 Jenis usaha yang diperbolehkan dibatasi pada
kegiatan :
- akomodasi seperti pondok wisata, bumi
perkemahan, karavan, dan penginapan
- makanan dan minuman
- sarana wisata tirta (sungai atau danau)
- angkutan wisata
- cenderamata
 Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik
yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, telepon,
jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah,
drainase, dan saluran air kotor.
 Penyediaan sarana angkutan umum oleh Pemerintah
Daerah.
 Wisata Buatan dan Kawasan yang diperuntukkan bagi  Pembangunan sarana dan prasarana pendukung  KLB maksimum 1
Budaya kegiatan pariwisata yang berbasis wisata tidak boleh merubah fungsi kawasan wisata dan harus maksimum 2 lantai, tinggi
buatan untuk memperkenalkan, mengedepankan kondisi lingkungan hidup. 15 m, kecuali jika dibangun
mendayagunakan, melestarikan menara pandang/ tower
nilai–nilai sejarah/budaya lokal serta  Menyediakan sarana penerangan wisata, pentas seni,  KDB maksimum 40%

Hal 26
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
menunjukan potensi wilayah pameran, dan penjualan barang-barang hasil  KDH minimum 30%
kerajinan.  Sarana&prasarana
 Bentuk bangunan harus bergaya arsitektur Lampung. pendukung kawasan wisata
 Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan pariwisata (bangunan ibadah, jalan,
harus mendapat pengawasan dari Pemerintah Daerah drainase RTNH, dsb) maks.
secara intensif. 30%
 Jenis usaha yang diperbolehkan dibatasi pada
kegiatan :
- makanan dan minuman
- sarana wisata tirta (untuk danau buatan)
- angkutan wisata
- cenderamata
- sarana wisata budaya
 Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya
untuk kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, kebudayan dan agama harus
memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan
cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut harus
memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau
Kementerian yang menangani bidang kebudayaan.
 Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai
obyek wisata diharapkan dapat membantu memenuhi
kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya
pelestarian benda cagar budaya yang bersangkutan.
 Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik
yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, telepon,
jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah,
drainase, dan saluran air kotor.
 Penyediaan sarana angkutan umum oleh Pemerintah
Daerah.

B.4 Perkantoran Pemerintah Kawasan yang diperuntukkan bagi  Kawasan perkantoran harus memiliki ruang parkir (off Untuk perkantoran di pusat  Arahan lokasi

Hal 27
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
maksud-maksud mengurus administrasi street) yang mampu menampung jumlah kendaraan kota : pengembangan :
dan perdagangan (tetapi bukan toko, bagi karyawan atau pihak-pihak yang aktivitasnya  KDB maksimum 60% - Pemerintahan Kota di
gedung atau pabrik) dan termasuk terkait dengan kegiatan yang ada di kawasan  KDH minimum 20% Kecamatan Teluk Betung
bangunan bank, studio pemancar, perkantoran.  RTNH maksimum 20 % Utara
gedung, kantor, gedung pasar bursa dan  Perencanaan fasilitas perkantoran harus menyediakan  GSB disesuaikan dengan - Pemerintahan skala
bagian-bagain perkantoran ruang untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang ketentuan yang berlaku kecamatan dan kelurahan
Terbuka Non Hijau (RTNH) dan sumur resapan. Untuk perkantoran skala di masing-masing sub
 Bentuk bangunan khusus (kantor walikota, gubernur, kecamatan serta dalam pusat kota dan pusat
sesat agung, dsb yang berfungsi sebagai Landmark kawasan permukiman : lingkungan
harus bergaya arsitektur Lampung.  KLB maksimum 1,80
(maksimum 3 lantai, tinggi
20 m)
 KDB maksimum 60%
 KDH minimum 30%
 RTNH maksimum 30 %
 GSB disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku
B.5 Komersial/Perdagangan kawasan yang didominasi pemanfaatan  Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan  KLB maksimum 16,00 Untuk pertokoan lama di
dan Jasa ruangnya untuk kegiatan perdagangan komersial telah berada pada persil atau merupakan (maksimum 20 lantai , tinggi kawasan Pasar SMEP, Pasir
dan jasa pelayanan bagian dari izin mendirikan bangunan (IMB). > 100 m) untuk hotel, Gintung, Pasar Tengah,
 Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada apartement, pusat Kawasan Kelurahan
lantai dan di bagian depan dari perpetakan,kecuali perbelanjaan (modern dan Pesawahan, Kelurahan
untuk zona-zona tertentu. tradisional), dan jasa. Tanjung Karang, Kelurahan
 Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan  Ruko dan Rukan, maksimal Kaliawi, KDB menyesuaikan
prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas 4 lantai dengan kondisi eksisting dan
konsumen yang akan dilayani.  KDB maksimum 60% memperhatikan estetika
 Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:  KDH minimum 20% bangunan.
- Bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir) toko,  GSB disesuaikan dengan
warung, pertokoan ketentuan yang berlaku
- Bangunan penginapan: hotel,guest house,motel,
hostel,penginapan
- Bangunan penyimpanan : Gedung tempat parkir,
show room,gudang
- Bangunan tempat pertemuan : Aula, tempat

Hal 28
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
konfrensi
- Bangunan pariwisata (diruang tertutup) :bioskop,
area bermain
 Pembangunan pusat perbelanjaan baru diarahkan
tersebar pada subpusat pelayanan kota..
 Pengembangan pusat perbelanjaan atau Mall
eksisting (Tanjung Karang) lebih ditekankan pada
penataan dan peremajaan (konsep intensifikasi).
 Pembangunan gedung komersial harus
memperhatikan kenyamanan, keselamatan, dan
estetika dan atau peraturan standar bangunan gedung
yang berlaku.
 Pembangunan dan pengembangan pusat
perbelanjaan/perdagangan/jasa harus menyediakan
ruang parkir (parkir basement atau dalam gedung
untuk perdagangan besar/pasar tradional
modern/mall, dan jasa skala besar), ruang terbuka
hijau, dan ruang bagi kegiatan bagi sektor informal
(untuk perdagangan besar/pasar tradional
modern/mall).
 Pembangunan sarana komersial di jalan-jalan utama
kota diperkenankan pada jalan lapis pertama.
 Mempunyai sistem sanitasi lingkungan yang baik.
 Setiap bangunan jasa perkantoran harus mempunyai
lahan parkir memadai, dapat memanfaatkan RTNH
ataupun parkir basement.
B.6 Ruang Evakuasi Bencana Merupakan area terbuka atau lahan  Standar area evakuasi 3-5 m2 / orang (tidak membawa Arahan lokasi ruang terbuka
terbuka hijau yang dapat digunakan barang banyak). berupa taman kota (Lapangan
masyarakat untuk menyelamatkan diri  Taman dengan luas 1 ha dapat menampung ± 2500 Korpri, Taman Dipangga,
dari bencana alam maupun bencana orang. Lapangan Saburai, Lapangan
lainnya.  Adanya jalur evakuasi berupa jalur penyelamatan masjid Al Furqon, Parkir atau
(escape road). area khusus dan beberapa
 Akses pencapaian ke kawasan ruang evakuasi. bukit seperti (Kunyit, Hatta,
Cerpung,Pidada, Serampok

Hal 29
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
dan Way Pangpangan), dan
sekolah-sekolah yang
dianggap aman.
B.7 Peruntukan Lainnya
 Kawasan minapolitan kawasan pengembangan ekonomi  Dapat dibangun hunian, fasilitas sosial dan ekonomi KDB maksimum 50%
berbasis usaha penangkapan ikan yang secara terbatas & sesuai kebutuhan. KDH minimum 30%
dikembangkan secara terintegrasi oleh  Kawasan budidaya perikanan tidak diperkenankan
pemerintah, swasta, dan masyarakat berdekatan dengan kawasan yang bersifat polutif.
untuk menciptakan iklim usaha yang  Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan
lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi, adanya kegiatan lain yang bersifat mendukung
penciptaan lapangan kerja dan kegiatan perikanan dan pembangunan sistem jaringan
pendapatan masyarakat pada suatu prasarana sesuai ketentuan yang berlaku.
wilayah  Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan
dilakukan kegiatan wisata alam secara terbatas,
penelitian dan pendidikan.
 Pengembangan kawasan minapolitan tidak
diperkenankan mengganggu atau merusak fungsi
lindung.
 Kawasan pertambangan Kawasan dimana dilakukan sebagian  Kegiatan usaha pertambangan tidak dapat KDB maksimum 10%  Komoditas batuan (batu
atau seluruh tahapan kegiatan dalam dilaksanakan pada tempat yang dilarang untuk andesit), 78,84 Ha,
rangka penelitian, pengelolaan dan melakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai 105◦18’48.996” -
pengusahaan mineral atau batubara dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 105◦19’29.712”BT dan
yang meliputi penyelidikan umum, -5◦26’50.892” -
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,  Tidak diperkenankan membangun hunian serta sarana -5◦27’15.624” LS,
penambangan, pengolahan dan umum lainnya, kecuali bangunan penunjang kegiatan Kelurahan Way Laga,
pemurnian, pengangkutan dan pertambangan. Kecamatan Panjang
penjualan, serta kegiatan pascatambang  Kawasan pascatambang wajib dilakukan rehabilitasi  Komoditas batuan (tanah
(reklamasi dan/atau revitalisasi) sehingga dapat urug, batu putih/hitam), 29,1
digunakan kembali untuk kegiatan lain, seperti Ha, 105◦19’13.512” -
pertanian, kehutanan, dan pariwisata. 105◦19’52.968”BT dan
 Kegiatan permukiman diperkenankan secara terbatas -5◦24’35.028” -
untuk menunjang kegiatan pertambangan dengan -5◦24’57.528” LS,
tetap memperhatikan aspek-aspek keselamatan. Kelurahan Campang Raya,
 Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib Kecamatan Tanjungkarang

Hal 30
KETENTUAN
NO POLA RUANG DESKRIPSI KETERANGAN
KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
dilakukan studi kelayakan dan studi dokumen Timur
lingkungan yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi  Komoditas batuan (batu
dari lembaga yang berwenang. andesit, tanah urug), 5,32
Ha, 105◦19’2.712” -
105◦19’10.128”BT dan
-5◦26’30.588” -
-5◦26’42.396” LS,
Kelurahan Way Laga,
Kecamatan Panjang

STRUKTUR KETENTUAN
NO DESKRIPSI KETERANGAN
RUANG KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
C Sistem Prasarana dan infrastruktur Kota
C.1 Sistem prasarana transportasi
 Jalan Arteri Jalan arteri primer secara berdaya guna  Lebar badan jalan minimal 11 meter. KDB 0%
Primer antarpusat kegiatan nasional atau antara  kecepatan rencana minimal 60 km/jam
pusat kegiatan nasional dengan pusat
 kapasitas lebih besar dan pada embila lalu lintas ulang-alik, latu lintas
kegiatan wilayah
embi dan kegiatan embi
 jalan masuk dibatasi secara efisien
 jalan persimpangan dengan pengaturan (tertentu tidak mengurangi
kecepatan rencana dan kapasitas jalan
 tidak terputus walaupun memasuki kota
 persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh Menteri
 Kolektor Primer Jalan kolektor primer menghubungkan secara  kecepatan rencana minimal 40 km/jam KDB 0%
berdaya guna antara pusat kegiatan nasional  lebar badan jalan minimal 9 meter
dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
 kapasitas sama dengan atau lcbih bcsar daripada embila lalu lintas
kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan
rata-rata.
wilayah dengan pusat kegiatan lokal
 jalan masuk (dibatasi, direncanakan sehirnga tidak mengurangi
kecepatan rencana dan kapasitas jalan)
tidak terputus walaupun masuk kota

 Arteri Sekunder Merupakan jaringan jalan yang  rencana minimal 30 km/jam KDB 0%

Hal 31
STRUKTUR KETENTUAN
NO DESKRIPSI KETERANGAN
RUANG KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
menghubungkan kawasan primer dengan  lebar badan jalan minimal 1 meter
kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder  kapasitas sama atau lebih besar dan
kesatu dengan kawasan sekunder kesatu,
 volume lalu lintas rata-rata
atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.  lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
 persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan
dan kapasitas jalan
 Kolektor merupakan jaringan jalan yang  Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling KDB 0%
Sekunder menghubungkan antara kawasan sekunder rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau sedikit 9 ( embilan) meter.
kawasan sekunder kedua dengan kawasan  Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada
sekunder ketiga. volume lalu lintas rata-rata.
 Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh
lalu lintas lambat .
 Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan
pengaturan tertentu
 Lokal Sekunder Menghubungkan kawasan sekunder kesatu  kecepatan rencana minimal 20 km/jam KDB 0%
dengan perumahan, kawasan sekunder  lebar minimal 7,5 meter
kedua denganperumahan, kawasan sekunder
ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan  tidak terputus walaupun melalui desa/ kelurahan
C.2  Sistem jaringan instalasi listrik  Berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan KDB 0%
prasarana memperhatikan jarak bebas dan jarak aman
energi/  Pembangunan sistem jaringan tenaga listrik melintasi kawasan
kelistrikan permukiman kepadatan rendah, wilayah laut,hutan, jalur transportasi
sesuai rencana tata ruang yang ada

C.3  Sistem Rangkaian perangkat telekomunikasi dan  Penetapan lokasi menara telekomunikaso ditentukan berdasarkan KDB 0%
prasarana kelengkapannya yang digunakan dalam pelayanan optimal kepada masyarakat
telekomunikasi bertelkomunikasi.  Pengaturan ketinggian menara telekomunikasi, jarak antar menara
dengan bagunan sekitarnya
 Kontruksi mempertimbangkan kondisi fisik alam dan karakter kawasan
(tata guna tanah)
 Mengatur jarak bebas dan jarak aman
C.4  Sistem Pelayanan pembuangan/pengolahan sampah  Menerapkan pola 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam pengelolaan
rumah tangga,lingkungan komersial, persampahan untuk mencapai zero Waste

Hal 32
STRUKTUR KETENTUAN
NO DESKRIPSI KETERANGAN
RUANG KETENTUAN UMUM INTESITAS BANGUNAN
Persampahan perkantoran dan bangunan umum  Mengendalikan dampak akibat bau,lalat,tikus dan serangga lainya
lainnya,yang terintegrasi dengan sistem  Memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan sekitar
jaringan pembuangan sampah makro dari
wilayah regional yang lebih luas.  Berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan
memperhatikan jarak bebas dan jarak aman
C.5  Sarana jaringan jalur khusus yang disediakan untuk pejalan  Memperhitungkan kenyamanan dan keamanan pengguna Diarahkan pada
jalan pejalan kaki  Memperhitungkan penggunaanya bagi penyandang cacat jalan-jalan
kaki (pedestrian)  Jarak bangunan ke area berdagang adalah 1,5 –2,5 meter, agar tidak dengan tingkat
menganggu sirkulasi pejalan kaki
mobilitas tinggi
 Lebar pedestrian sekurang-kurangnya 5 meter dan lebar area berjualan
maksimal 3 meter, atau 1:1,5 antara lebar jalur pejalan kaki dengan lebar seperti stasiun,
area berdagang. terminal, rumah
 Pembangunan jaringan jalan pejalan kaki (pedestrian) harus didukung sakit, sekolahan,
prasarana dan sarana untuk memberikan kenyamanan pejalan kaki perkantoran,
seperti perkerasan yang baik, terlindung dari sinar matahari dan pusat
dilengkapi street furniture perdagangan
 Kegiatan sektor informal diperkenankan selama tidak mengganggu
dan lapangan
pejalan kaki
olahraga

Hal 33

Anda mungkin juga menyukai