Anda di halaman 1dari 27

Proposal Tugas Akhir Arsitektur

AGROWISATA RESORT DENGAN PENDEKATAN NEO-VERNAKULAR DI


KARANGANYAR

Nama:
Thomas Arfendo Bagas K.
NIM: 16.A1.0031

Pembimbing :
Dr. Ir. Rudyanto Soesilo MSA

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DISAIN
UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2020
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-
Nya penulis dapat menyelesaikan PROPOSAL PROYEK AKHIR ARSITEKTUR
Periode Semester Ganjil 2020/2021 yang berjudul “AGROWISATA RESORT DENGAN
PENDEKATAN NEO-VERNAKULAR DI KARANGANYAR” .PROPOSAL PROYEK
AKHIR ARSITEKTUR ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
tugas mata kuliah PROYEK AKHIR ARSITEKTUR di Fakultas Arsitektur dan Desain
Unika Soegijapranata Semarang.
Dalam penyusunan PROPOSAL PROYEK AKHIR ARSITEKTUR ini penulis
mengalami hambatan dan rintangan berkaitan dengan kemampuan penulis yang masih
merupakan tahap permulaan. Namun, penulis juga memperoleh banyak dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu yaitu :
1. Orang tua, sanak saudara, dan teman-teman yang telah mendukung baik secara
spiritual maupun materi
2. Ir. Yulita Titik Sunarimahingsih, MT selaku Dosen Koordinator PROPOSAL
PROYEK AKHIR ARSITEKTUR
3. Dr. Ir. Rudyanto Soesilo MSA pembimbing penulis, yang telah membimbing,
memberi masukan, dan memberikan ilmu selama proses penyusunan hingga
terselesaikannya PROPOSAL PROYEK AKHIR ARSITEKTUR ini.
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyusunan PROPOSAL
PROYEK AKHIR ARSITEKTUR ini yang penulis tidak dapat sebutkan satu-
persatu
Akhir kata, penulis telah berusaha semaksimalnya dalam PROPOSAL PROYEK
AKHIR ARSITEKTUR ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, .................2020

Penulis

i
LEMBAR
PENGESAHAN
PROPOSAL PROJEK AKHIR ARSITEKTUR
PERIODE GASAL 2020-2021
JUDUL:
AGROWISATA RESORT DENGAN PENDEKATAN NEO-VERNAKULAR DI
KARANGANYAR

Nama Mahasiswa : Thomas Arfendo Bagas Kurnia

NIM : 16.A1.0031

Mata Kuliah : PROYEK AKHIR ARSITEKTUR

Universitas : Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

Program Studi : Arsitektur

Fakultas : Fakultas Arsitektur dan Desain Dosen

Koordinator : Ir. Yulita Titik Sunarimahingsih, MT

Nama Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rudyanto Soesilo MSA

Semarang, ..............2020

Dosen Pembimbing, Penyusun,

Dr. Ir. Rudyanto Soesilo MSA Thomas Arfendo


NPP : 058.1.2018.323 NIM: 16.A1.0031

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan............................................................................................ 3
1.4 Orisinalitas ........................................................................................... 4

BAB 2 GAMBARAN UMUM .......................................................................................... 5


2.1 Gambaran Umum Proyek ..................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Resort .............................................................. 5
2.1.2 Penggolongan Resort ......................................................... 6
2.1.3 Kegiatan dan Aktifitas ......................................................... 7
2.1.4 Jenis Pelaku ....................................................................... 9
2.1.5 Preseden Resort ................................................................ 9
2.2 Gambaran Umum Topik ...................................................................... 10
2.2.1 Pengertian Agrowisata ...................................................... 11
2.2.2 Ruang Lingkup Pengembangan Agrowisata ..................... 11
2.2.3 Pengertian Arsitektur Neo-Vernakular .............................. 13
2.2.4 Prinsip Arsitektur Neo-Vernakular ..................................... 14
2.3 Gambaran Umum Lokasi .................................................................... 13
2.3.1 Kabupaten Karanganyar .................................................... 16
2.3.2 Penggunaan Lahan .......................................................... 16
2.3.3 Kecamatan Tawangmangu ............................................. 17
2.3.4 Alternatif tapak .................................................................. 18
BAB 3 METODE ......................................................................................................... 19
3.1 Metode……………….. ......................................................................... 20
3.2 Jenis dan Sumber Data ……………….. ............................................... 20
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………….. ........................................... 20
3.4 Kerangka Berfikir……………….. ......................................................... 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Agrowisata Bagus Agro Pelaga ....................................................................... 10


Gambar 1.2 Kusuma Agrowisata Resort & Convention ....................................................... 10
Gambar 1.3 Peta Kabupaten Karanganyar .......................................................................... 17
Gambar 1.4 Foto Satelit Lokasi Tawangmangu................................................................... 18
Gambar 1.5 Alternatif Tapak .............................................................................................. 18
Gambar 1.6 Lokasi Tapak .................................................................................................. 19
Gambar 1.7 Lokasi Tapak .................................................................................................. 19

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .............................................................................................. 2


Tabel 1.2 Tabel perbandingan Prinsip ............................................................................... 15

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.0 Kerangka Berfikir ............................................................................................ 21

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Karanganyar dikenal sebagai daerah penyangga Kota Surakarta dan secara
umum daerahnya merupakan daerah agraris yang memiliki Sebagian besar wilahnya
digunakan dan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan sebagai mata
pencaharian utama masyarakatnya. Hasil panen perkebunan meliputi Jahe,cengkeh dan kunir,
untuh buah-buahan meliputi pisang,Nangka dan durian, dan sayaur ada wortel,daun bwang
dan bawang merah.Dari potensi alam yang memiliki area perkebunan dan pertanian yang
cukup luas Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan ekonomi yang berpengaruh
meningkatnya jumlah hotel dan resort sebagai respon potensi alam dan wisatawan, namun
dari hal positif tersebut timbul permasalahan penyebaran yang tidak merata pada semua
kecamatan.

Tempat wisata pada Kabupaten Karanganyar juga memiliki banyak destinasi yang dapat
dikunjungi seperti salah satu yang cukup popular adalah pada kecamatan Tawangmangu
dengan objek wisata seperti Air Terjun Gerojogan Sewu, Air terjun Jumog, kebun teh
Kemuning, Candi Cetho dan Telaga Sarangan serta masih banyak obyek wisata lainya. Dari
potensi alam ,lahan perkebunan yang luas dan banyaknya obyek wisata yang ada di
Tawangmangu belum ada yang mengakomodasi penginapan dengan konsep agrowisata yang
merespon tidak meratanya penginapan atau resort di Tawangmangu berakibat pada
ketimpangan ekonomi yang dihasilkan dari sektor parisiwasata.

Dari potensi dan permasalahan yang dipaparkan dengan belum adanya agrowisata
resort pada tawangmangu dan persebaran penginapan yang tidak merata, dipilihlah keluran
Sepanjang Kecamatan Tawangmangu yang permasalahan belum adanya resort yang
mengkomodasi wisatawan terlebih memiliki lahan perkebunan yang luas, udara yang masih
asri ,pemandangan yang indah suasana yang tenang menjadi potensi perencanaan
agrowisata resort yang memiliki konsep penginapan yang memiliki area berkontur dengan
perkebunan yang memberikan pengalaman sekaligus edukasi pada wisatawan dan
meningkatkan pemahaman serta pengetahuan mengenai pengolahan hasil panen sayur dan

1
buah, memahami manfaat dan pengolahannya menjadi makanan atau minuman dan dapat
merasakan secara langsung bagaimana sayur dan buah segar yang dipetik langsung. Manfaat
Perencanaan Agrowisata Resort ini tidak hanya dirasakan pemilik resort maupun wisatawan
saja namun juga akan dinikmati oleh masayarakat sekitar yang akan memiliki pekerjaan
tambahan sebagai tour guide para wisatawan dari resort juga meningkatnya daya beli hasil
panen yang juga berpengaruh pada peningkatan ekonomi ditambah akan semakin mengasah
kreativitas masyarakat untuk mengeklporasi makanan atau produk olahan dari hasil kebun
yang dapat dijual dan dipasarkan kepada wisatawan juga dapat dipasarkan ke daerah yang
lebih luas, dengan banyaknya alternatif pekerjaan yang ada diharapkan meningkatnya kualitas
sumber daya manusia di kelurahan sepanjang dalam pengolahan hasil panen. Dari Potensi
ekonomi yang meningkat pada Kelurahan Sepanjang juga akan meningkatnya jumlah
wisatawan dan peningkatan pendapatan daerah Karanganyar yang diharapkan Kabupaten
Karanganyar terutama Tawangmangu lebih sejahtera dari segi ekonomi masyarakat juga
pendapatan daerah pada sektor pariwisata dan perkebunan.

Pada Agrowisata Resort ini menggunakan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular yang


memiliki prinsip mengedepankan budaya local dan keselarasan antara bangunan alam
lingkungan dimana bangunan itu berada yang ditrasnsformasikan dalam gaya,material dan
teknologi yang lebih modern. Pendekatan ini dipilih dengan tujuan resort yang memiliki
identitas filosofi budaya yang kuat dalam hal ini arsitektur Jawa yang dikemas lebih modern
untuk keleluasan eksplorasi bentuk dan penyematan material yang lebih modern untuk
meningkatkan kenyamanan dan pengoptimalan pencahayaan dan penghawaan alami pada
bangunan.

2
1.2. Rumusan Masalah

Untuk memenuhi tuntutan sebuah agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur neo-
vernakular terdapat beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana merancang resort yang dapat merespon dan memanfaatkan potensi


sekitar tapak dengan konsep agrowisata?
b. Bagaimana merancang agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur Neo-
Vernakular yang dapat menarik wisatawan dan meningkatkan kesejahteraan bagi
warga sekitar?
c. Bagaimana mengolah zoning agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur Neo-
Vernakular untuk mendapatkan zoning yang tepat yang sesuai dengan fungsi masing-
masing kelompok kegiatan?

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan dirumuskanlah tujuan dalam
perancangan proyek ini sebagai berikut:
a. agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular untuk menciptakan
Kawasan resort yang mengoptimalkan potensi lahan perkebunan dengan
kelengkapan fasilitas yang berbasis agrowisata untuk meningkatkakan ekonomi dan
kesejahteraan warga sekitar tapak.
b. Merancang dan mewujudkan desain agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur
Neo-Vernakular yang ikonik, menarik dan nyaman guna memberikan kenyamanan
pada pengunjung dan menarik wisatawan yang lebih luas dan menaikan kunjungan
wisata ke Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

3
1.4. Orisinalitas
Perancangan Resort dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular telah banyak
dilakukan sebelumnya, tapi sejauh penelusuran yang telah dilakukan belum ada
perancangan Agrowisata Resort dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular.
Peneltian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain:

No Judul Proyek Topik / pendekatan Tahun Nama Penulis


yang diangkat
1 Pengembangan Agrowisata Pendekaatan 2017 Vianda
Resort di Kota Batu Community based Kushardianti
Tourism Muzha, Heru
Ribawanto, Minto
Hadi
2 Perancangan Resort di Pendekatan arsitektur 2019 Muhammad Albani
Kawasan Gunung Merapi neo-vernakular Endy Marlina
3 Resort hotel Danau Singkarak Pendekatan Arsitektur 2017 Dewi Saraswati
Sumatera Barat neo-vernakular
4 Agrowisata resort dengan Pendekatan Arsitektur 2020 Thomas Arfendo
pendekatan arsitektur Neo- neo-vernakular
Vernakular

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Sumber: Analisis Pribadi 2020

4
BAB 2

GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum Proyek


2.1.1 Pengertian Resort
Resort merupakan tempat penginapan yang memiliki tujuan memberikan
kenyamanan dan rasa rileks dan ketenangan serta menghilangkan kepenatan serta
segala emosi negatif dengan menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mewujudkan hal
tersebut seperti memberikan view yang indah pada resort, penempatan resort jauh dari
kebisingan dan kepadatan untuk memberikan suasana ketenangan, menciptakan ruang
yang nyaman secara visual dan thermal bagi pengguna. Selain itu juga menunjang
kesehatan jasmani dan rohani bagi penggunanya. Berikut adalah definisi resort menurut
para ahli
a. Resort merupakan tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk
kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging,
bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan resort, bila ada
tamu yang ingin hitch-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar
resort. (Nyoman S, 1999)
b. Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang
diluar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran
jiwa dan jiwa serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat pula dikaitkan dengan
kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga, kesehatan, konvensi,
keagamaan serta keperluan usaha lainnya. (Dirjen pariwisata, 1998)
c. Resort adalah timpat peristirahatan di musim panas, ditepi pantai atau di
pegunungan yang banyak dikunjungi. (John M. Echols, 1987)
d. Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk seseorang di luar tempat
tinggalnya dengan tujuan antara lain mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta
hasrat ingin mengetahui sesuatu. Hal ini dapat juga dikaitkan dengan kegiatan
seperti olahraga, kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya.
(Dirjen Pariwisata, 1988:13)

5
e. mengartikan resort sebagai sebuah jasa pariwisata yang setidaknya di dalamnya
terdapat lima jenis pelayanan, yaitu akomodasi, pelayanan makanan dan minuman,
hiburan, outlet penjualan, serta fasilitas rekreasi. Pasar dari usaha resort ini adalah
pasangan (couple), keluarga (families), pasangan yang berbulan madu
(honeymoon couples), dan juga individu (single). (O’Shannessy et al ,2001:5)
2.1.2 Penggolongan Resort
Resort merupakan suatu bangunan akomodasi yang mempunyai fungsi dan fasilitas
seperti bangunan Hotel pada umumnya, dan mempunyai klasifikasi yang berdasar pada
“Keputusan Menparpostel No. 1410/11/1988 tanggal 25 Februari 1988, tentang
kententuan usaha dan penggolongan hotel.
a. Penggolongan Resort berdasarkan kelas dan minimal kamar tidur yang harus tersedia
:
1) Bintang 1, terdiri dari 15 kamar tidur standart dengan luas 20m2.
2) Bintang 2, terdiri dari 20 kamar tidur standart dengan luas 22m2, dan 1 kamar suite
dengan luas 48m2.
3) Bintang 3, terdiri 30 kamar tidur standart dengan luas 24m2, dan 3 kamar suite
dengan luas 48m2.
4) Bintang 4, terdiri 50 kamar tidur standart dengan luas 24m2, dan 3 kamar suite
dengan luas 48m2.
5) Bintang 5, terdiri 100 kamar tidur standart dengan luas 26m2, dan 4 kamar suite
dengan luas 52m2.
b. Penggolongan Resort Berdasarkan Lokasi Menurut Lawson (1995), berdasarkan
lokasi berdirinya Resort dapat digolongkan menjadi :
1) Tradisional Resort, merupakan suatu bentuk pengembangan dari fasilitas wisata
dan lingkungan yang sudah ada sebagai upaya meningkatkan citra wisata disuatu
kawasan atau daerah termasuk fasilitas didalamnya berupa fasilitas olah raga yang
menantang dan fasilitas hiburan.
2) Resort Terpadu, merupakan suatu bentuk resort yang dikembangkan secara
terpadu dan terencana dengan kontrol dalam penzoningan. Contohnya seperti
resort dengan tematema khusus seperti marina, resort pantai dan pegunungan.
3) Desa Wisata, merupkan suatu bentuk Resort yang biasanya terletak di daerah
terpencil dan mempunyai orientasi pelayanan untuk keluarga. Bentuk bangunan

6
yang muncul biasanya bergaya arsitektur vernakular dengan menonjolkan bentuk
penataan landscape dan fasilitas rekreasi.
c. Penggolongan Resort Berdasar Pada Tipologi Massa Bangunan Menurut Rutes dan
Penner (1985), berdasar pada bentuk bangunan resort dapat digolongkan menjadi 3
macam, antara lain :
1) Convention Highrise Building, resort yang umumnya memiliki beberapa lantai,
dengan pola penataan ruang secara vertikal.
2) Bangunan Menyebar, merupakan resort yang terdiri dari sejumlah unit-unit
bangunan. Pola penataan ruang tersusun secara horizontal.
3) Kombinasi, merupakan bentukan massa bangunan yang merupakan gabungan dari
dua bentuk diatas, dan mempunyai unit yang sebagian menyebar dan sebagian
lainnya tersusun secara vertikal, sehingga membentuk suatu kombinasi penataan
massa yang menarik

2.1.3 Kegiatan dan Aktivitas


Menurut Gee, 1988 kegiatan dan aktivitas Pelaku pada resort terbagi kedalam
beberapa kegiatan diantaranya:
a. Kegiatan wisatawan
1) Kegiatan utama Kegiatan utama yaitu untuk menginap atau beristirahat setelah
menikmati sajian wisata yang ada pada resort. Kegiatan ini terdiri dari kegiatan di
dalam ruang tidur dengan melakukan sdikit gerakan sepeti melihat pemandangan
luar melalui bidang bukaan, makan, minum, mandi, dan duduk-duduk. Dan juga
kegiatan yang tidak melakukan gerakan secara aktif, misalnya tidur dan istirahat
secara fisik maupun mental.
2) Kegiatan pelengkap atau penunjang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang yaitu kegiatan rekreasi termasuk kegiatan berolahraga,
menikmati musik, dansa dan lain sebagainya.
b. Kegiatan pelayanan /karyawan resort, dibagi atas:
1) Kegiatan pokok, merupakan kegiatan yang melayani aktifitas utama dan pelengkap
yang dilakukan oleh wisatawan.
2) Kegiatan tambahan, merupakan kegiatan yang melayani fasilitas yang mendukung
kegiatan pokok seperti laundry, parker, dan lain-lainnya.

7
3) Kegiatan antar karyawan, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karyawan yang
satu berhubungan dengan karyawan yang lainnya sehingga tercipta kelancaran
yang mendukung kegiatan pelayanan
Menurut Walter A. Rutes dan Richard H. Planner (1985) aktivitas resort adalah:
a. Aktivitas pengunjung resort dibedakan menjadi :
1) Aktivitas utama, yaitu kelompok aktivitas yang paling penting yaitu mencakup tamu
resort yang menginap maupun yang tidak menginap.
2) Aktivitas pengelola, yaitu kelompok aktivitas yang mendukung kelangsungan
kegiatan kelompok aktivitas utama, tercakup didalamnya kegiatan administrasi,
penyediaan barang dan perawatan gedung.
3) Kelompok aktivitas pelayanan, yaitu kelompok aktivitas yang mencakup kegiatan
servis bagi para tamu baik langsung maupun tidak langsung. Subyek yang terlibat
didalamnya adalah housekeeping, karyawan penyedia food dan beverage, serta
room boy.
b. Aktivitas rekreasi Aktivitas rekreasi resort di tepi pantai dapat dibedakan terdapat
beberrapa macam aktivitas rekreasi antaranya (Richard H. Planner, 1985) :
• Aktivitas rekreasi air ● Aktivitas rekreasi darat
• Berenang ● Jogging
• Sepeda air ● Berjemur
• Memancing ● Bermain
• Perahu dayung ● Melihat pemandangan, dsb
• Perahu motor, dsb
c. Fasilitas resort Fasilitas-fasilitas yang umumnya terdapat pada resort yaitu ada fasilitas
rekreasi seperti:
wisata alam, area hiking, fishing, surving, daiving, camping serta area agrowisata
keluarga yang terdapat fasilitas area bermain anak-anak, children playground, area
jogging track, lapangan olahraga, kolam renang, spa. Ada juga wisata kuliner seperti
restaurant, satelite dash, lounge cafe untuk memfasilitasi pengunjung yang ingin
menikmati wisata kuliner bersama keluarga dan untuk menyediakan tempat nongkrong
bagi para anak-anak muda. Apabila dimungkinkan terdapat juga fasilitas pendukung
resort seperti karaoke, bilyard, dan wifi area.

8
2.1.4 Jenis Pelaku
Jenis Pelaku Jenis pelaku dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kelompok
pengunjung dan kelompok pengelola (Walter A. Rutes, 1998). a. Pengunjung Pengunjung
adalah orang yang datang dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada.
Pengunjung objek wisata dapat juga disebut wisatawan, menurut Inpres 1969 No. 6
wisatawan juga dapat didefinisikan sebagai orang yang berkunjung ke tempat lain untuk
menikmati perjalanan dalam kunjungan. Pengunjung wisatawan ekowisata mangrove ini
dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari lapisan masyarakat tingkat bawah,
menengah sampai lapisan atas. Mereka juga dari berbagai kelompok umur yang masing-
masing mempunyai karakteristik tersendiri. Pengunjung resort menurut usia
dikelompokkan menjadi:
1) Anak-anak (usia 0-9 tahun), karakteristiknya serba ingin tahu dan ingin bermain,
cenderung lebih banyak bermain bebas dan kreatif.
2) Remaja (usia 10-24 tahun), cenderung bersifat sosial dan romantis, kurang
menyukai hal-hal bersifat formal, biasanya berkelompok terdiri atas dua orang atau
lebih.
3) Dewasa (usia 25-54 tahun), cenderung menyukai wisata yang bersifat petualang,
menikmati pemandangan dan olahraga.
4) Lanjut usia (usia <55 tahun), cenderung lebih suka melakukan hal-hal yang tidak
terlalu banyak melakukan kegiatan fisik/jasmani, cenderung menyukai rekreasi
pasif seperti melihat pemandangan.

2.1.5 Preseden Resort


1. Agrowisata Bagus Agro Pelaga
Agrowisata Bagus Agro Pelaga memiliki budaya Bali yang mempesona dan tradisi
yang mempesona melalui beragam kegiatan, seperti tur ke Pucak Mangu, pelajaran
bertani, yoga di alam, dan rasakan pijatan Bali untuk beberapa orang. Restoran, ruang
pertemuan dengan fasilitas ruang tunggu VIP, paviliun yoga dan meditasi, spa, dan
gazebo semuanya terletak di properti pegunungan yang luas ini. Terletak di ketinggian
950 meter di atas permukaan laut, Pelaga Village menawarkan udara pegunungan

9
yang segar dan panorama yang indah. Rasakan perpaduan luar biasa dari "Tri Hita
Karana" tradisional dan agrowisata di Bagus Agro Pelaga.

Gambar 1.1 Agrowisata Bagus Agro


Pelaga

Sumber: bagusagropelaga.com

2. Kusuma Agrowisata Resort & Convention


Terletak di Batu, Malang, Kusuma Agrowisata Resort menawarkan spa, kolam
renang outdoor, dan lapangan tenis.. Semua kamar menawarkan teras dengan
pemandangan taman. Setiap kamar menawarkan fasilitas membuat teh / kopi dan
kamar mandi pribadi dengan perlengkapan mandi.. Kusuma Agrowisata Resort and
Convention berjarak 45 menit berkendara dari Kota Malang dan Bandara Abdulrahman
Saleh. Kota Surabaya berjarak 2 jam berkendara. Para tamu dapat melakukan
perjalanan menunggang kuda atau pergi untuk pijat santai.. Ada toko suvenir di hotel.
Pilihan masakan Indonesia dan Barat disajikan di restoran. Layanan kamar juga
ditawarkan.

Gambar 1.2 Kusuma Agrowisata Resort &


Convention

Sumber: Kusuma-hote.com

10
2.2. Gambaran Umum Topik
2.2.1 Pengertian agrowisata.

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris, Agrotourism. Agro berarti
pertanian dan tourism berarti pariwisata/ kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke
daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan,
peternakan, dan perikanan ( Sudiasa, 2005). Dikatakan oleh Yoeti (2000) bahwa agrowisata
merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan
mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus
menjadikan hasil pertanian, peternakan, perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.
Sesungguhnya, agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan
sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan
kawasan wisata. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam,
letak geografis, jenis produk atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan
prasarananya ( Sumarwoto, 1990).

Pengembangan agrowisata pada hakekatnya merupakan upaya terhadap pemanfaatan


potensi atraksi wisata pertanian. Berdasarkan surat keputusan (SK) bersama para antara
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dan Menteri Pertanian No.
KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No.204/KPTS/HK050/4/1989 agrowisata sebagai objek
wisata, diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai
objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan
hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata diberi batasan sebagai wisata yang
memanfaatkan objek-objek pertanian

2.2.2 Ruang Lingkup Pengembangan Agrowisata

Menurut Maradnyana (2007). dalam skripsinya yang berjudul Model Pengembangan


Agrowisata Perkebunan Pulukan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana, menjelaskan
secara umum, wisata peranian yang dapat dikembangkan menjadi berbagai jenis agrowisata
adalah sebagai berikut.

1. Kebun Raya (Agrowisata Kebun Raya) Objek wisata kebun raya memiliki kekayaan
berupa tanaman yang terdiri atas berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada

11
wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan di dalamnya dan
kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

2. Perkebunan (Agrowisata Perkebunan) Daya tarik perkebunan sebagai sumberdaya


wisata sebagai berikut.

a. Daya tarik historis perkebunan yang sudah diusahakan sejak lama.

b. Lokasi beberapa wilayah perkebunan yang terletak di pegunungan yang memberikan


pemandangan indah serta berhawa segar.

c. Cara-cara tradisional dalam pola tanam, pemeliharaan pengelolaan dan prosesnya.

d. Perkembangan teknik pola tanam yang ada.

3. Tanaman Pangan dan Hortikultura (Agrowisata tanaman Pangan dan Hortikultural) Ruang
lingkup wisata tanaman pangan yang meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta
hortikultura yakni bunga, buah, sayuran, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai
prapanen, pascapanen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat
dijadikan objek agrowisata.

4. Perikanan (Agrowisata Perikanan) Ruang lingkup keegiatan wisata perikanan dapat berupa
kegiatan budidaya perikanan sampai proses pascapanen. Daya tarik perikanan sebagai
sumber daya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya
memancing ikan.

5. Peternakan (Agrowisata Peternakan) Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata


antara lain pola berternak, cara tradisional dalam peternakan serta budidaya hewan ternak
(Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).

6. Hutan (Agrowisata Hutan) Hutan sebagai objek wisata dapat dibagi berdasarkan fungsi
hutan misalnya hutan produksi dan hutan konservasi yang dapat dikemas menjadi objek
agrowisata yang secara umum dapat dikelompokan ke dalam wisata Hutan (Wana Wisata).

7. Bogawisata (Agrowisata Boga) Suatu wisata untuk menikmati hidangan dari produksi-
produksi pertanian seperti berbagai jenis sate, lawar bali, seromotan dsn lain-lain. Alat-alat
untuk menyajikan makanan tersebut terbuat dari hasil kerajinan dengan bahan pokok dari

12
produksi pertanian seperti tempurung kelapa, lidi dari daun kelapa, bambu dari bahan yang
lainnya ( Fandeli, 1995; Ardana, 1995).

2.2.3 Pengertian Arsitektur Neo-Vernakular

Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post
Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern
lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang
berkesan monoton (bangunan berbentuk kotakkotak).Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru
yaitu Post Modern. Menurut Charles A. Jenck ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post
Modern diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo vernakular, contextualism, methapor
dan post modern space. Menurut Budi A Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang
pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.

a) Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer

b) Membangkitkan kembali kenangan historik.

c) Berkonteks urban.

d) Menerapkan kembali teknik ornamentasi.

e) Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).

f) Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).

g) Dihasilkan dari partisipasi.

h) Mencerminkan aspirasi umum.

i) Bersifat plural.

j) Bersifat ekletik.

Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi
kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-
ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur post modern.Charles Jenks seorang
tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era
post modern, yaitu.

13
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini
disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.
2. . Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.
3. . Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah,
sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan aliran-alirannya merupakan
arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern
dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam
timeline arsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan
berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi
eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut.

a) Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat


diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan
ornamen)

b) Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen
nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro
kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

c) Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan


vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya). Latar
belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada pendopo bupati berkeinginan
melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan mengikuti perkembangan
zaman yang semakin berkembang.

2.2.4 Prinsip Arsitektur Neo-Vernakular

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci


adalah sebagai berikut.

a) Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap


arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

14
b) Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai
melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
c) Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti
kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
d) Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang
relevan dengan program konsep arsitektur.
e) Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan
datang.

Perbandingan Neo Vernakular


Tradisional Vernakular
Ideologi Terbentuk Terbentuk oleh Penerapan elemen
oleh tradisi tradisi turun arsitektur yang
yang temurun tetapi sudah ada dan
diwariskan terdapat kemudian sedikit
secara turun- pengaruh dari atau banyaknya
temurun, luar baik fisik mengalami
berdasarkan maupun pembaruan menuju
kultur dan nonfisik, suatu karya yang
kondisi lokal. bentuk modern.
perkembangan
arsitektur
tradisional.
Prinsip Tertutup dari Berkembang Arsitektur yang
perubahan setiap waktu bertujuan
zaman, untuk melestarikan unsur-
terpaut pada merefleksikan unsur lokal yang
satu kultur lingkungan, telah terbentuk
kedaerahan, budaya dan secara empiris oleh
dan sejarrah dari tradisi dan
mempunyai daerah dimana mengembangkannya
peraturan dan arsitektur menjadi suatu
norma-norma tersebut langgam yang
keagamaan berada. modern. Kelanjutan
yang kental Transformasi dari arsitektur
dari situasi vernakular

15
kultur
homogen ke
situasi yang
lebih
heterogen.
Ide Lebih Ornamen Bentuk desain lebih
Desain mementingkan sebagai modern.
fasat atau pelengkap,
bentuk, tidak
ornamen meninggalkan
sebagai suatu nila- nilai
keharusan. setempat
tetapi dapat
melayani
aktifitas
masyarakat di
dalam.

Tabel 1.2 Tabel perbandingan Prinsip

Sumber: Sonny Susanto, Joko Triyono,


Yulianto Sumalyo ,2013

2.3. Gambaran Umum lokasi


2.3.1 Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar secara astronomis terletak bila dilihat dari garis bujur dan garis
lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 1100 40” – 1100 70” Bujur Timur dan
70 28” - 70 46” Lintang Selatan. Secara geografis Kabupaten karanganyar memiliki batas
wilayah sebagi berikut:
Sebelah barat: Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Magetan
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Karanganyar terletak pada ketinggian rata-rata 511 meter di atas
permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22– 31 derajat celcius.

16
Rata –rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berada di atas permukaan laut
yakni sebesar 511 m, adapun wilayah terendah di kabupaten karanganyar berada di
kecamatan Kebakkramat yang hanya 80 m dan wilayah tertinggi berada di kecamatan
Tawangmangu yang mencapai 2000 m diatas permukaan laut.

Gambar 1.3 Peta Kabupaten Karanganyar

Sumber: karanganyarkab.go.id

2.3.2 Penggunaan Lahan


Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77379 Ha, yang terdiri luas tanah
sawah 23107 Ha, pertanian bukan sawah sebesar 29795 Ha dan bukan lahan pertanian
24477 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 20419 Ha,sedangkan sawah tidak
berpengairan/non irigasi sebesar 2688 Ha. Kabupaten Karanganyar merupakan wilayah
yang kaya akan hasil pertanian, diantaranya tanaman pangan, sayur, biofarmaka,
tanaman hias dan buah. Tahun 2019 komoditi sayur terbanyak yang dihasilkan adalah
komoditi bawang daun yakni sebesar 7147 ton dan sebagian besar dihasilkan oleh
kecamatan Tawangmangu. Selain itu juga ada tanaman bawang putih sebesar 479 ha
dan cabai besar sebanyak 2827 ton.

2.3.3 Kecamatan Tawangmangu


Luas wilayah Kecamatan Tawangmangu adalah 7.002,94 Ha, yang terdiri dari luas
tanah sawah 712,37 Ha, dan luas tanah kering 1.953,08 Ha. Tanah sawah termasuk

17
irigasi sederhana 712,37 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/ bangunan
620,54 Ha dan luas untuk tegalan/ladang 1.328,87 Ha. Di Kecamatan Tawangmangu
terdapat hutan negara seluas 4.187,34 Ha, dan tanah perkebunan 38,14 Ha dan tanah
lainnya seluas 112,21 Ha

Gambar 1.4 Foto Satelit Lokasi


Tawangmangu

Sumber: Google maps 2020

2.3.4 Alternatif Tapak

Pemilihan tapak berdasarkan ke strategisan lokasi terhadap lahan perkebunan, jauh dari
kebisingan, memiliki kontur untuk optimalisasi view setiap cottage resort, lokasi yang masih
alami dan tenang. Lokasi berada di Kelurahan Sepanjang Kecamatan Tawangmangu

Gambar 1.5 Alternatif Tapak

Sumber: Google Maps 2020 18


Gambar 1.6 Lokasi Tapak

Sumber: Dokumntasi Pribadi 2020

Gambar 1.7 Lokasi Tapak

Dokumentasi
Sumber: BAB 3 Pribadi 2020

19
METODE

3.1 Metode

Teknik pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif .Menurut Nazir (1988),
metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki.

Sedangkan menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

3.2 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer Menurut Hasan (2002: 82) data primer ialah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu
atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara
lain; - Catatan hasil wawancara. - Hasil observasi lapangan. - Data-data mengenai informan.

2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data
ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan
pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting bagi kegiatan penelitian, karena
pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Sehingga
dalam pemilihan teknik pengumpulan data harus cermat. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah :

20
1). Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung


pada objek kajian. Menurut Hasan (2002: 86) Observasi ialah pemilihan, pengubahan,
pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan
organisasi, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Observasi yang di maksud dalam teknik
pengumpulan data di lokasi tapak dan pengamatan langsung kondisi di lokasi tersebut.

2). Studi Pustaka

Menurut Martono (2011: 97) studi pustaka dilakukan untuk memperkaya pengetahuan
mengenai berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam proses
penelitian. Peneliti juga menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi
pustaka dalam teknik pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang digunakan
untuk membantu proses penelitian, yaitu dengan mengumpulkan informasi yang terdapat
dalam artikel surat kabar, buku-buku, maupun karya ilmiah pada penelitian sebelumnya.

3.4 Kerangka Berfikir


ISU LATAR BELAKANG

JUDUL PENDEKATAN
Agrowisata Resort Arsitektur Neo-Vernakular

RUMUSAN MASALAH
a.merancang resort yang dapat merespon dan memanfaatkan potensi sekitar tapak dengan konsep
agrowisata

b. merancang agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular yang dapat menarik
wisatawan dan meningkatkan kesejahteraan bagi warga sekitar

c. mengolah zoning agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular untuk


mendapatkan zoning yang tepat yang sesuai dengan fungsi masing-masing kelompok kegiatan

KAJIAN PUSTAKA ANALISIS MASALAH DESAIN

DESAIN AKHIR KONSEP RANCANGAN PEMECAHAN


MASALAH DESAIN

Diagram 3.0 Kerangka Berfikir

Sumber: Analisis Pribadi


21

Anda mungkin juga menyukai