Nama:
Thomas Arfendo Bagas K.
NIM: 16.A1.0031
Pembimbing :
Dr. Ir. Rudyanto Soesilo MSA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DISAIN
UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2020
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-
Nya penulis dapat menyelesaikan PROPOSAL PROYEK AKHIR ARSITEKTUR
Periode Semester Ganjil 2020/2021 yang berjudul “AGROWISATA RESORT DENGAN
PENDEKATAN NEO-VERNAKULAR DI KARANGANYAR” .PROPOSAL PROYEK
AKHIR ARSITEKTUR ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
tugas mata kuliah PROYEK AKHIR ARSITEKTUR di Fakultas Arsitektur dan Desain
Unika Soegijapranata Semarang.
Dalam penyusunan PROPOSAL PROYEK AKHIR ARSITEKTUR ini penulis
mengalami hambatan dan rintangan berkaitan dengan kemampuan penulis yang masih
merupakan tahap permulaan. Namun, penulis juga memperoleh banyak dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu yaitu :
1. Orang tua, sanak saudara, dan teman-teman yang telah mendukung baik secara
spiritual maupun materi
2. Ir. Yulita Titik Sunarimahingsih, MT selaku Dosen Koordinator PROPOSAL
PROYEK AKHIR ARSITEKTUR
3. Dr. Ir. Rudyanto Soesilo MSA pembimbing penulis, yang telah membimbing,
memberi masukan, dan memberikan ilmu selama proses penyusunan hingga
terselesaikannya PROPOSAL PROYEK AKHIR ARSITEKTUR ini.
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyusunan PROPOSAL
PROYEK AKHIR ARSITEKTUR ini yang penulis tidak dapat sebutkan satu-
persatu
Akhir kata, penulis telah berusaha semaksimalnya dalam PROPOSAL PROYEK
AKHIR ARSITEKTUR ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, .................2020
Penulis
i
LEMBAR
PENGESAHAN
PROPOSAL PROJEK AKHIR ARSITEKTUR
PERIODE GASAL 2020-2021
JUDUL:
AGROWISATA RESORT DENGAN PENDEKATAN NEO-VERNAKULAR DI
KARANGANYAR
NIM : 16.A1.0031
Semarang, ..............2020
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv
DAFTAR DIAGRAM ..................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan............................................................................................ 3
1.4 Orisinalitas ........................................................................................... 4
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR DIAGRAM
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Kabupaten Karanganyar dikenal sebagai daerah penyangga Kota Surakarta dan secara
umum daerahnya merupakan daerah agraris yang memiliki Sebagian besar wilahnya
digunakan dan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan sebagai mata
pencaharian utama masyarakatnya. Hasil panen perkebunan meliputi Jahe,cengkeh dan kunir,
untuh buah-buahan meliputi pisang,Nangka dan durian, dan sayaur ada wortel,daun bwang
dan bawang merah.Dari potensi alam yang memiliki area perkebunan dan pertanian yang
cukup luas Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan ekonomi yang berpengaruh
meningkatnya jumlah hotel dan resort sebagai respon potensi alam dan wisatawan, namun
dari hal positif tersebut timbul permasalahan penyebaran yang tidak merata pada semua
kecamatan.
Tempat wisata pada Kabupaten Karanganyar juga memiliki banyak destinasi yang dapat
dikunjungi seperti salah satu yang cukup popular adalah pada kecamatan Tawangmangu
dengan objek wisata seperti Air Terjun Gerojogan Sewu, Air terjun Jumog, kebun teh
Kemuning, Candi Cetho dan Telaga Sarangan serta masih banyak obyek wisata lainya. Dari
potensi alam ,lahan perkebunan yang luas dan banyaknya obyek wisata yang ada di
Tawangmangu belum ada yang mengakomodasi penginapan dengan konsep agrowisata yang
merespon tidak meratanya penginapan atau resort di Tawangmangu berakibat pada
ketimpangan ekonomi yang dihasilkan dari sektor parisiwasata.
Dari potensi dan permasalahan yang dipaparkan dengan belum adanya agrowisata
resort pada tawangmangu dan persebaran penginapan yang tidak merata, dipilihlah keluran
Sepanjang Kecamatan Tawangmangu yang permasalahan belum adanya resort yang
mengkomodasi wisatawan terlebih memiliki lahan perkebunan yang luas, udara yang masih
asri ,pemandangan yang indah suasana yang tenang menjadi potensi perencanaan
agrowisata resort yang memiliki konsep penginapan yang memiliki area berkontur dengan
perkebunan yang memberikan pengalaman sekaligus edukasi pada wisatawan dan
meningkatkan pemahaman serta pengetahuan mengenai pengolahan hasil panen sayur dan
1
buah, memahami manfaat dan pengolahannya menjadi makanan atau minuman dan dapat
merasakan secara langsung bagaimana sayur dan buah segar yang dipetik langsung. Manfaat
Perencanaan Agrowisata Resort ini tidak hanya dirasakan pemilik resort maupun wisatawan
saja namun juga akan dinikmati oleh masayarakat sekitar yang akan memiliki pekerjaan
tambahan sebagai tour guide para wisatawan dari resort juga meningkatnya daya beli hasil
panen yang juga berpengaruh pada peningkatan ekonomi ditambah akan semakin mengasah
kreativitas masyarakat untuk mengeklporasi makanan atau produk olahan dari hasil kebun
yang dapat dijual dan dipasarkan kepada wisatawan juga dapat dipasarkan ke daerah yang
lebih luas, dengan banyaknya alternatif pekerjaan yang ada diharapkan meningkatnya kualitas
sumber daya manusia di kelurahan sepanjang dalam pengolahan hasil panen. Dari Potensi
ekonomi yang meningkat pada Kelurahan Sepanjang juga akan meningkatnya jumlah
wisatawan dan peningkatan pendapatan daerah Karanganyar yang diharapkan Kabupaten
Karanganyar terutama Tawangmangu lebih sejahtera dari segi ekonomi masyarakat juga
pendapatan daerah pada sektor pariwisata dan perkebunan.
2
1.2. Rumusan Masalah
Untuk memenuhi tuntutan sebuah agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur neo-
vernakular terdapat beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan dirumuskanlah tujuan dalam
perancangan proyek ini sebagai berikut:
a. agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular untuk menciptakan
Kawasan resort yang mengoptimalkan potensi lahan perkebunan dengan
kelengkapan fasilitas yang berbasis agrowisata untuk meningkatkakan ekonomi dan
kesejahteraan warga sekitar tapak.
b. Merancang dan mewujudkan desain agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur
Neo-Vernakular yang ikonik, menarik dan nyaman guna memberikan kenyamanan
pada pengunjung dan menarik wisatawan yang lebih luas dan menaikan kunjungan
wisata ke Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
3
1.4. Orisinalitas
Perancangan Resort dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular telah banyak
dilakukan sebelumnya, tapi sejauh penelusuran yang telah dilakukan belum ada
perancangan Agrowisata Resort dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular.
Peneltian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain:
4
BAB 2
GAMBARAN UMUM
5
e. mengartikan resort sebagai sebuah jasa pariwisata yang setidaknya di dalamnya
terdapat lima jenis pelayanan, yaitu akomodasi, pelayanan makanan dan minuman,
hiburan, outlet penjualan, serta fasilitas rekreasi. Pasar dari usaha resort ini adalah
pasangan (couple), keluarga (families), pasangan yang berbulan madu
(honeymoon couples), dan juga individu (single). (O’Shannessy et al ,2001:5)
2.1.2 Penggolongan Resort
Resort merupakan suatu bangunan akomodasi yang mempunyai fungsi dan fasilitas
seperti bangunan Hotel pada umumnya, dan mempunyai klasifikasi yang berdasar pada
“Keputusan Menparpostel No. 1410/11/1988 tanggal 25 Februari 1988, tentang
kententuan usaha dan penggolongan hotel.
a. Penggolongan Resort berdasarkan kelas dan minimal kamar tidur yang harus tersedia
:
1) Bintang 1, terdiri dari 15 kamar tidur standart dengan luas 20m2.
2) Bintang 2, terdiri dari 20 kamar tidur standart dengan luas 22m2, dan 1 kamar suite
dengan luas 48m2.
3) Bintang 3, terdiri 30 kamar tidur standart dengan luas 24m2, dan 3 kamar suite
dengan luas 48m2.
4) Bintang 4, terdiri 50 kamar tidur standart dengan luas 24m2, dan 3 kamar suite
dengan luas 48m2.
5) Bintang 5, terdiri 100 kamar tidur standart dengan luas 26m2, dan 4 kamar suite
dengan luas 52m2.
b. Penggolongan Resort Berdasarkan Lokasi Menurut Lawson (1995), berdasarkan
lokasi berdirinya Resort dapat digolongkan menjadi :
1) Tradisional Resort, merupakan suatu bentuk pengembangan dari fasilitas wisata
dan lingkungan yang sudah ada sebagai upaya meningkatkan citra wisata disuatu
kawasan atau daerah termasuk fasilitas didalamnya berupa fasilitas olah raga yang
menantang dan fasilitas hiburan.
2) Resort Terpadu, merupakan suatu bentuk resort yang dikembangkan secara
terpadu dan terencana dengan kontrol dalam penzoningan. Contohnya seperti
resort dengan tematema khusus seperti marina, resort pantai dan pegunungan.
3) Desa Wisata, merupkan suatu bentuk Resort yang biasanya terletak di daerah
terpencil dan mempunyai orientasi pelayanan untuk keluarga. Bentuk bangunan
6
yang muncul biasanya bergaya arsitektur vernakular dengan menonjolkan bentuk
penataan landscape dan fasilitas rekreasi.
c. Penggolongan Resort Berdasar Pada Tipologi Massa Bangunan Menurut Rutes dan
Penner (1985), berdasar pada bentuk bangunan resort dapat digolongkan menjadi 3
macam, antara lain :
1) Convention Highrise Building, resort yang umumnya memiliki beberapa lantai,
dengan pola penataan ruang secara vertikal.
2) Bangunan Menyebar, merupakan resort yang terdiri dari sejumlah unit-unit
bangunan. Pola penataan ruang tersusun secara horizontal.
3) Kombinasi, merupakan bentukan massa bangunan yang merupakan gabungan dari
dua bentuk diatas, dan mempunyai unit yang sebagian menyebar dan sebagian
lainnya tersusun secara vertikal, sehingga membentuk suatu kombinasi penataan
massa yang menarik
7
3) Kegiatan antar karyawan, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karyawan yang
satu berhubungan dengan karyawan yang lainnya sehingga tercipta kelancaran
yang mendukung kegiatan pelayanan
Menurut Walter A. Rutes dan Richard H. Planner (1985) aktivitas resort adalah:
a. Aktivitas pengunjung resort dibedakan menjadi :
1) Aktivitas utama, yaitu kelompok aktivitas yang paling penting yaitu mencakup tamu
resort yang menginap maupun yang tidak menginap.
2) Aktivitas pengelola, yaitu kelompok aktivitas yang mendukung kelangsungan
kegiatan kelompok aktivitas utama, tercakup didalamnya kegiatan administrasi,
penyediaan barang dan perawatan gedung.
3) Kelompok aktivitas pelayanan, yaitu kelompok aktivitas yang mencakup kegiatan
servis bagi para tamu baik langsung maupun tidak langsung. Subyek yang terlibat
didalamnya adalah housekeeping, karyawan penyedia food dan beverage, serta
room boy.
b. Aktivitas rekreasi Aktivitas rekreasi resort di tepi pantai dapat dibedakan terdapat
beberrapa macam aktivitas rekreasi antaranya (Richard H. Planner, 1985) :
• Aktivitas rekreasi air ● Aktivitas rekreasi darat
• Berenang ● Jogging
• Sepeda air ● Berjemur
• Memancing ● Bermain
• Perahu dayung ● Melihat pemandangan, dsb
• Perahu motor, dsb
c. Fasilitas resort Fasilitas-fasilitas yang umumnya terdapat pada resort yaitu ada fasilitas
rekreasi seperti:
wisata alam, area hiking, fishing, surving, daiving, camping serta area agrowisata
keluarga yang terdapat fasilitas area bermain anak-anak, children playground, area
jogging track, lapangan olahraga, kolam renang, spa. Ada juga wisata kuliner seperti
restaurant, satelite dash, lounge cafe untuk memfasilitasi pengunjung yang ingin
menikmati wisata kuliner bersama keluarga dan untuk menyediakan tempat nongkrong
bagi para anak-anak muda. Apabila dimungkinkan terdapat juga fasilitas pendukung
resort seperti karaoke, bilyard, dan wifi area.
8
2.1.4 Jenis Pelaku
Jenis Pelaku Jenis pelaku dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kelompok
pengunjung dan kelompok pengelola (Walter A. Rutes, 1998). a. Pengunjung Pengunjung
adalah orang yang datang dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada.
Pengunjung objek wisata dapat juga disebut wisatawan, menurut Inpres 1969 No. 6
wisatawan juga dapat didefinisikan sebagai orang yang berkunjung ke tempat lain untuk
menikmati perjalanan dalam kunjungan. Pengunjung wisatawan ekowisata mangrove ini
dari berbagai kalangan masyarakat, mulai dari lapisan masyarakat tingkat bawah,
menengah sampai lapisan atas. Mereka juga dari berbagai kelompok umur yang masing-
masing mempunyai karakteristik tersendiri. Pengunjung resort menurut usia
dikelompokkan menjadi:
1) Anak-anak (usia 0-9 tahun), karakteristiknya serba ingin tahu dan ingin bermain,
cenderung lebih banyak bermain bebas dan kreatif.
2) Remaja (usia 10-24 tahun), cenderung bersifat sosial dan romantis, kurang
menyukai hal-hal bersifat formal, biasanya berkelompok terdiri atas dua orang atau
lebih.
3) Dewasa (usia 25-54 tahun), cenderung menyukai wisata yang bersifat petualang,
menikmati pemandangan dan olahraga.
4) Lanjut usia (usia <55 tahun), cenderung lebih suka melakukan hal-hal yang tidak
terlalu banyak melakukan kegiatan fisik/jasmani, cenderung menyukai rekreasi
pasif seperti melihat pemandangan.
9
yang segar dan panorama yang indah. Rasakan perpaduan luar biasa dari "Tri Hita
Karana" tradisional dan agrowisata di Bagus Agro Pelaga.
Sumber: bagusagropelaga.com
Sumber: Kusuma-hote.com
10
2.2. Gambaran Umum Topik
2.2.1 Pengertian agrowisata.
Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris, Agrotourism. Agro berarti
pertanian dan tourism berarti pariwisata/ kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke
daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan,
peternakan, dan perikanan ( Sudiasa, 2005). Dikatakan oleh Yoeti (2000) bahwa agrowisata
merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan
mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus
menjadikan hasil pertanian, peternakan, perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.
Sesungguhnya, agrowisata merupakan kegiatan yang berupaya mengembangkan
sumberdaya alam suatu daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian untuk dijadikan
kawasan wisata. Potensi yang terkandung tersebut harus dilihat dari segi lingkungan alam,
letak geografis, jenis produk atau komoditas pertanian yang dihasilkan, serta sarana dan
prasarananya ( Sumarwoto, 1990).
1. Kebun Raya (Agrowisata Kebun Raya) Objek wisata kebun raya memiliki kekayaan
berupa tanaman yang terdiri atas berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada
11
wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan di dalamnya dan
kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.
3. Tanaman Pangan dan Hortikultura (Agrowisata tanaman Pangan dan Hortikultural) Ruang
lingkup wisata tanaman pangan yang meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta
hortikultura yakni bunga, buah, sayuran, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai
prapanen, pascapanen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat
dijadikan objek agrowisata.
4. Perikanan (Agrowisata Perikanan) Ruang lingkup keegiatan wisata perikanan dapat berupa
kegiatan budidaya perikanan sampai proses pascapanen. Daya tarik perikanan sebagai
sumber daya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, misalnya
memancing ikan.
6. Hutan (Agrowisata Hutan) Hutan sebagai objek wisata dapat dibagi berdasarkan fungsi
hutan misalnya hutan produksi dan hutan konservasi yang dapat dikemas menjadi objek
agrowisata yang secara umum dapat dikelompokan ke dalam wisata Hutan (Wana Wisata).
7. Bogawisata (Agrowisata Boga) Suatu wisata untuk menikmati hidangan dari produksi-
produksi pertanian seperti berbagai jenis sate, lawar bali, seromotan dsn lain-lain. Alat-alat
untuk menyajikan makanan tersebut terbuat dari hasil kerajinan dengan bahan pokok dari
12
produksi pertanian seperti tempurung kelapa, lidi dari daun kelapa, bambu dari bahan yang
lainnya ( Fandeli, 1995; Ardana, 1995).
Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post
Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern
lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang
berkesan monoton (bangunan berbentuk kotakkotak).Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru
yaitu Post Modern. Menurut Charles A. Jenck ada 6(enam) aliran yang muncul pada era Post
Modern diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo vernakular, contextualism, methapor
dan post modern space. Menurut Budi A Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang
pada Era Post Modern ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.
c) Berkonteks urban.
i) Bersifat plural.
j) Bersifat ekletik.
Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus memenuhi
kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang memiliki enam atau tujuh dari ciri-
ciri diatas sudah dapat dikategorikan kedalam arsitektur post modern.Charles Jenks seorang
tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era
post modern, yaitu.
13
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini
disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.
2. . Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.
3. . Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah,
sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan aliran-alirannya merupakan
arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern
dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam
timeline arsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan
berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi
eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.
b) Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen
nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro
kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
14
b) Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai
melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
c) Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti
kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
d) Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang
relevan dengan program konsep arsitektur.
e) Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan
datang.
15
kultur
homogen ke
situasi yang
lebih
heterogen.
Ide Lebih Ornamen Bentuk desain lebih
Desain mementingkan sebagai modern.
fasat atau pelengkap,
bentuk, tidak
ornamen meninggalkan
sebagai suatu nila- nilai
keharusan. setempat
tetapi dapat
melayani
aktifitas
masyarakat di
dalam.
16
Rata –rata ketinggian wilayah di Kabupaten Karanganyar berada di atas permukaan laut
yakni sebesar 511 m, adapun wilayah terendah di kabupaten karanganyar berada di
kecamatan Kebakkramat yang hanya 80 m dan wilayah tertinggi berada di kecamatan
Tawangmangu yang mencapai 2000 m diatas permukaan laut.
Sumber: karanganyarkab.go.id
17
irigasi sederhana 712,37 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/ bangunan
620,54 Ha dan luas untuk tegalan/ladang 1.328,87 Ha. Di Kecamatan Tawangmangu
terdapat hutan negara seluas 4.187,34 Ha, dan tanah perkebunan 38,14 Ha dan tanah
lainnya seluas 112,21 Ha
Pemilihan tapak berdasarkan ke strategisan lokasi terhadap lahan perkebunan, jauh dari
kebisingan, memiliki kontur untuk optimalisasi view setiap cottage resort, lokasi yang masih
alami dan tenang. Lokasi berada di Kelurahan Sepanjang Kecamatan Tawangmangu
Dokumentasi
Sumber: BAB 3 Pribadi 2020
19
METODE
3.1 Metode
Teknik pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif .Menurut Nazir (1988),
metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antarfenomena yang diselidiki.
Sedangkan menurut Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
1. Data Primer Menurut Hasan (2002: 82) data primer ialah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang
bersangkutan yang memerlukannya. Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu
atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara
lain; - Catatan hasil wawancara. - Hasil observasi lapangan. - Data-data mengenai informan.
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data
ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan
pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting bagi kegiatan penelitian, karena
pengumpulan data tersebut akan menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Sehingga
dalam pemilihan teknik pengumpulan data harus cermat. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah :
20
1). Observasi
Menurut Martono (2011: 97) studi pustaka dilakukan untuk memperkaya pengetahuan
mengenai berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam proses
penelitian. Peneliti juga menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi
pustaka dalam teknik pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang digunakan
untuk membantu proses penelitian, yaitu dengan mengumpulkan informasi yang terdapat
dalam artikel surat kabar, buku-buku, maupun karya ilmiah pada penelitian sebelumnya.
JUDUL PENDEKATAN
Agrowisata Resort Arsitektur Neo-Vernakular
RUMUSAN MASALAH
a.merancang resort yang dapat merespon dan memanfaatkan potensi sekitar tapak dengan konsep
agrowisata
b. merancang agrowisata resort dengan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular yang dapat menarik
wisatawan dan meningkatkan kesejahteraan bagi warga sekitar