A. Struktur Ruang Kota: Susunan pusat pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua
hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional.
Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu:
1. Teori Konsentris (Burgess, 1925) yang menyatakan Central Bussiness District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat
di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta
merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota.
2. Teori Pusat Berganda (Harris dan Ullman, 1945) menyatakan bahwa CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif ditengah-
tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu “growing points”. Pada teori ini terdapat banyak CBD dan letaknya
tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
KAJIAN TIPOMORFOLOGI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA DI KOTA MANADO
B. Pertumbuhan Kawasan Permukiman Urban: Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut ”urban sprawl”.
Pengembangan permukiman di kota Manado pada hakekatnya dapat dibedakan atas pola-pola
pengembangan yang bersifat swadaya individual (oleh kelompok masyarakat yang memiliki
bidang lahan yang layak menjadi lahan pekarangan rumah) serta pola-pola pengembangan yang
bersifat kolektif terencana. Pola pengembangan permukiman ini merupakan pola yang disebut
dengan terminologi “permukiman terencana”.
Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi makro kota Manado, dapat dikatakan bahwa
perkembangan area permukiman di kota Manado didominasi oleh perkembangan permukiman
terencana. Hal ini berlandaskan pada morfologi lahan terbangun kota Manado akibat
pertumbuhan kawasan permukiman terencana yang biasanya berlokasi pada area periferial kota.
Grafik di atas menunjukkan bahwa dalam rentang waktu sejak tahun 1975 hingga tahun 2010, kota Manado telah berkembang menjadi 96 lokasi
perumahan terencana. Dilihat dari trend, jumlah lokasi permukiman terencana yang dikembangkan semakin bertambah secara signifikan. Ini
merupakan fenomena yang logis terkait dengan pararelnya pertumbuhan permintaan (demand) rumah dengan penawaran (supply) dari pihak
pengembang yang terkait langsung dengan pertambahan populasi penduduk kota Manado. Dipandang dari konsentrasi lokasinya, bahwa lokasi
terkonsentrasi pada 4 kecamatan, yaitu Mapanget, Wanea, Tikala dan Malalayang. Kondisi ini bersesuaian dengan pengelolaan ruang dalam draft tata
ruang kota Manado, yang menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan lahan efektifnya masih cukup bagi kebutuhan pengembangan permukiman secara
horizontal. Dengan ketersediaan lahan yang sangat terbatas, pemanfaatan lahan di ke-4 kecamatan telah mencapai titik jenuh.
Kondisi Kawasan Permukiman ALANDREW
Untuk lebih memahami karakteristik tipomorfologi kawasan permukiman terencana di kota Manado, lokasi di mana yang dijadikan objek studi
adalah Kawasan Permukiman ALANDREW di Kecamatan Malalayang, Kota Manado. Kawasan permukiman ini mulai dibangun pada tahun 1995-
1996, terdiri dari dua tahapan pengembangan. Total luas areal kawasan ini adalah 4,97 ha dengan unit hunian sebanyak 362 unit. Rasio luas
lahan per unit rumah di kawasan ini adalah sebesar 126,79 m2 per unit rumah. Selain disediakan prasarana jaringan jalan dan saluran,
disediakan juga prasarana air bersih dan supply energi listrik, ruang terbuka public, dan lahan untuk pembangunan sarana peribadatan (bahwa
aksesibilitas kawasan ini pada dasarnya merupakan rintisan akses dari kawasan permukiman terencana lain yang telah hadir sebelumnya).
Delineasi kawasan ini bersesuaian dengan batas legalitas
penguasaan lahan pihak developer dan aspek limitasi alamiah
berupa topografi lahan yang bergelombang. Satu-satunya lahan
Tipologi Kawasan Studi Pada Masa Awal Pengembangan terbangun yang berbatasan langsung dengan kawasan ini
adalah Perumahan Malalayang Indah, yang juga merupakan
akses masuk utama. Secara geometris, batas-batas delineasi
kawasan ini cenderung tidak beraturan. Konsep utama
penataan kawasan ini ditentukan oleh upaya grading (penataan
kelerengan lahan) yang bertujuan untuk meningkatkan daya
dukung areal lahan untuk mengakomodir jumlah unit kavling
dan rumah yang seoptimal mungkin. Rencana tapak kawasan
diatur dengan mengacu pada penataan jalur-jalur jalan utama
mengikuti kemiringan lahan, menyesuaikan dengan sumbu-
sumbu yang bersesuaian dengan batas-batas kawasan.
Tipologi Kawasan Studi Pada Saat Ini
Perubahan signifikan dapat diamati pada kondisi eksisting tipologi unit-unit hunian yang ada dalam kawasan ini. Perubahan yang
ada terkait dengan kondisi fisik tipologis dari unit-unit hunian eksisting. Perubahan yang terjadi bervariasi mulai dari perubahan
wajah atau fasade bangunan, perubahan kualitas konstruksi, perubahan luas dan pola tata organisasi ruang dalam, hingga
perubahan total berupa pembongkaran bangunan lama diganti dengan bangunan baru. Sarana pendukung berupa ruang terbuka
publik saat ini masih tersedia, dan telah ditingkatkan kualitasnya oleh masyarakat setempat secara swadaya.
KESIMPULAN:
Kesimpulan Tentang Tipomorfologi Kawasan Permukiman Terencana Di Kota Manado : Studi Kasus Kawasan Permukiman
ALANDREW
Bentuk permukiman cenderung bergerombol di beberapa zona dan linier di daerah yang berorientasi ke jalan. Permukiman yang
dibuat berdasarkan mentasi penduduk memiliki karakteristik sendiri, mempelajari kemungkinan fenomena spasial di daerah
perumahan yang terbentuk tidak direncanakan. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian ilmiah tentang
manifestasi fisik dari pemukiman yang tidak direncanakan. Manifestasi fisik dari pemukiman yang tidak direncanakan ditemukan
oleh para peneliti berdasarkan analisis pengaruh realitas sosial terhadap ruang hidup penghuni.
Pemukiman Silalas
Permukiman Silalas terletak di bagian selatan kecamatan Medan Barat (Gbr.1), Kota Medan Indonesia. Permukiman Silalas terdiri dari 12 (dua)
zona administrasi dengan kepadatan penduduk 4.641 jiwa per kilometer. Pada awalnya, pemukiman ini didominasi oleh orang Melayu.
Masyarakat Melayu membangun permukiman di tepi sungai. Oleh karena itu, Sungai Deli merupakan salah satu kriteria Melayu dalam memilih
permukiman darat.
Bagi orang Melayu, sungai adalah sumber kehidupan. Selain itu, sungai merupakan sarana transportasi dan air sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sungai Deli saat itu merupakan jalur transportasi utama yang disembogukan menjadi Selat Malaka. Sungai tidak lepas dari
aktivitas budaya Melayu. Saat ini, penduduk ini pemukiman terdiri dari beberapa etnis yang berbeda: Mandailing, Melayu, India, dan Batak.
Permukiman Kelurahan Polonia Medan
Kelurahan Polonia memiliki luas wilayah sekitar 1,77 km2 dan sekitar 19,84% dari total luas wilayah Medan Distrik Polonia. Ada 13
lingkungan di Kelurahan. Secara geografis, Kelurahan terletak di bagian selatan Kota Medan. Lokasinya berada di tengah (tengah)
kecamatan Medan Polonia. Komunitas pemikiran memiliki pengaruh penting dalam membentuk lingkungan fisik permukiman di
Kelurahan Polonia. Bentuk linier, dibuktikan dengan kawasan komunitas perumahan yang terbentuk di sepanjang jalan di Kelurahan
Polonia ini. Dengan kata lain, posisi Kawasan perumahan mengikuti bentuk jalan karena jalan tersebut berfungsi sebagai alat
transportasi. (3) Bentuk cluster, terbukti dengan kawasan perumahan yang tersusun dalam satu cluster. Secara umum, area
perumahan adalah area perumahan yang dibentuk berdasarkan pada klan atau nama keluarga.
KESIMPULAN:
Penyelesaian dibentuk melalui proses yang panjang. Sejarah permukiman sangat penting untuk diamati dan dipahami sebagai
pengembangan pengetahuan tentang bentuk permukiman. Pada periode tertentu, etnisitas memiliki peran penting dalam
perubahan formulir penyelesaian. Dengan demikian, teori-teori yang dinyatakan akan memudahkan penjelasan suatu pernyataan
atau ide. Peneliti dapat memiliki ide berdasarkan logika tentang keberadaan hubungan.
Hubungan ini tentang pengaruh manusia karakteristik sosial dan budaya di pedesaan terhadap pembentukan manifestasi fisik
suatu tempat di area baru yang mereka tempati. Padahal, masyarakat yang tinggal di permukiman yang tidak terencana adalah
warga yang awalnya berasal dari desa. Pada dasarnya, masyarakat pedesaan memiliki norma-norma yang mempengaruhi
kemampuan mereka untuk menciptakan konsep bentuk, ruang dan sosial budaya konsep itu sendiri.
REFERENSI:
https://www.researchgate.net/publication/338927884_The_growth_of_wild_settlements_in_the_city_of_Manado
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/09/27/settlement-adalah
http://www.ijstr.org/final-print/nov2019/Understanding-Unplanned-Settlement-Structure-As-A-Result-Of-Self-organization-In-
Jakarta-.pdf