Anda di halaman 1dari 20

TIPOLOGI PERMUKIMAN:

PLANNED SETTLEMENT &


UNPLANNED SETTLEMENT

YEMIMA NATALIE - 2110106016


Permukiman dibuat karena proses pembentukan tempat tinggal.
Pembentukan tempat tinggal adalah bejana fungsional yang didasarkan
pada pola aktivitas manusia dan efek pengaturan (tata letak). Pola tersebut
dapat bersifat fisik dan nonfisik (sosial dan budaya), yang secara langsung
mempengaruhi pola aktivitas dan proses penempatan.
PLANNED SETTLEMENT (Permukiman Terencana):
Permukiman yang pembangunannya terencana secara keseluruhan
yang meliputi sarana jalan, drainase, ruang terbuka, pola tata
massa, dan lain sebagainya.

UNPLANNED SETLLEMENT (Permukiman Tidak Terencana):


Permukiman tidak terencana atau permukiman spontan yang dibangun secara
bertahap dari unit-unit oleh masing-masing pemilik dengan kondisi lingkungan yang
kurang terencana seperti jalan dan drainase. Yunus (2008) mengatakan
pembangunan permukiman yang secara terus menerus tak terkendalikan
mengakibatkan permukiman yang terbentuk, kemudian akan menjadi permukiman
padat bangunan, tidak tertata dan merupakan pemicu terjadinya taudification
(proses pembentukan permukiman kumuh).
KAJIAN TIPOMORFOLOGI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA DI KOTA MANADO

Terlepas dari tipe struktur ruang kota dan


pertumbuhannya, tipomorfologi suatu kota sangat
ditentukan oleh pola pertumbuhan kawasan
permukiman, baik yang terencana atau tidak. Problem
yang lazim terjadi adalah degradasi kualitas ruang kota
akibat perkembangan kawasan permukiman yang tidak
terencana. Namun demikian, praktik pengembangan
kawasan permukiman terencana tidak jarang juga
bermuara pada hadirnya klaster-klaster permukiman
yang berkualitas rendah bahkan cenderung kumuh.
Secara garis besar, pola pembangunan Dalam perkembangannya suatu
perumahan permukiman dikategorikan permukiman akan selalu mengalami
menjadi 2 bentuk yang utama, yang proses evolusi, disebabkan oleh
pertama yaitu pembangunan perumahan faktor kebutuhan, sosial dan
yang dilakukan oleh pihak pemerintah teknologi. Perubahan yang muncul
dan swasta yang dikategorikan sebagai seringkali menimbulkan persoalan
permukiman terencana sedangkan yang persoalan baru. Berkaitan dengan
berikutnya yaitu pembangunan permasalahan-permasalahan yang
perumahan yang dilakukan oleh muncul, adalah penting untuk
masyarakat secara swadaya yang melakukan kajian tipomorfologi
dikategorikan permukiman tidak permukiman yang ada disekitar.
terencana.
KAJIAN TIPOMORFOLOGI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA DI KOTA MANADO

A. Struktur Ruang Kota: Susunan pusat pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua
hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional.

Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal yaitu:
1. Teori Konsentris (Burgess, 1925) yang menyatakan Central Bussiness District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat
di tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik, serta
merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi dalam suatu kota.
2. Teori Pusat Berganda (Harris dan Ullman, 1945) menyatakan bahwa CBD adalah pusat kota yang letaknya relatif ditengah-
tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah satu “growing points”. Pada teori ini terdapat banyak CBD dan letaknya
tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk bundar.
KAJIAN TIPOMORFOLOGI
KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA DI KOTA MANADO

B. Pertumbuhan Kawasan Permukiman Urban: Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut ”urban sprawl”.

Adapun macam “urban sprawl” adalah sebagai berikut:


1. Tipe Perembetan Konsentris (Continous Development/Ribbon Development). Harvey Clark (1971) menyebut tipe ini sebagai
“lowdensity, continuous development”, dan Wallace (1980) menyebut “concentric development”. Tipe perembetan paling lambat,
berjalan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar kenampakkan fisik kota yang sudah ada, sehingga akan membentuk
suatu kenampakan morfologi kota yang kompak. Peran transportasi terhadap perembetannya tidak begitu besar.
2. Tipe Perembetan Memanjang (Lineair Development/Axial Development). Tipe ini menunjukkan ketidakmerataan area perkotaan di
semua bagian sisi luar daripada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada,
khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota. Daerah di sepanjang rute transportasi merupakan tekanan paling berat dari
perkembangan. Perembetan bersifat menjari dari pusat kota disepanjang jalur transportasi.
PEMBAHASAN:
Kondisi Umum Perkembangan Kawasan Permukiman Terencana di Kota Manado

Pengembangan permukiman di kota Manado pada hakekatnya dapat dibedakan atas pola-pola
pengembangan yang bersifat swadaya individual (oleh kelompok masyarakat yang memiliki
bidang lahan yang layak menjadi lahan pekarangan rumah) serta pola-pola pengembangan yang
bersifat kolektif terencana. Pola pengembangan permukiman ini merupakan pola yang disebut
dengan terminologi “permukiman terencana”.

Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi makro kota Manado, dapat dikatakan bahwa
perkembangan area permukiman di kota Manado didominasi oleh perkembangan permukiman
terencana. Hal ini berlandaskan pada morfologi lahan terbangun kota Manado akibat
pertumbuhan kawasan permukiman terencana yang biasanya berlokasi pada area periferial kota.
Grafik di atas menunjukkan bahwa dalam rentang waktu sejak tahun 1975 hingga tahun 2010, kota Manado telah berkembang menjadi 96 lokasi
perumahan terencana. Dilihat dari trend, jumlah lokasi permukiman terencana yang dikembangkan semakin bertambah secara signifikan. Ini
merupakan fenomena yang logis terkait dengan pararelnya pertumbuhan permintaan (demand) rumah dengan penawaran (supply) dari pihak
pengembang yang terkait langsung dengan pertambahan populasi penduduk kota Manado. Dipandang dari konsentrasi lokasinya, bahwa lokasi
terkonsentrasi pada 4 kecamatan, yaitu Mapanget, Wanea, Tikala dan Malalayang. Kondisi ini bersesuaian dengan pengelolaan ruang dalam draft tata
ruang kota Manado, yang menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan lahan efektifnya masih cukup bagi kebutuhan pengembangan permukiman secara
horizontal. Dengan ketersediaan lahan yang sangat terbatas, pemanfaatan lahan di ke-4 kecamatan telah mencapai titik jenuh.
Kondisi Kawasan Permukiman ALANDREW
Untuk lebih memahami karakteristik tipomorfologi kawasan permukiman terencana di kota Manado, lokasi di mana yang dijadikan objek studi
adalah Kawasan Permukiman ALANDREW di Kecamatan Malalayang, Kota Manado. Kawasan permukiman ini mulai dibangun pada tahun 1995-
1996, terdiri dari dua tahapan pengembangan. Total luas areal kawasan ini adalah 4,97 ha dengan unit hunian sebanyak 362 unit. Rasio luas
lahan per unit rumah di kawasan ini adalah sebesar 126,79 m2 per unit rumah. Selain disediakan prasarana jaringan jalan dan saluran,
disediakan juga prasarana air bersih dan supply energi listrik, ruang terbuka public, dan lahan untuk pembangunan sarana peribadatan (bahwa
aksesibilitas kawasan ini pada dasarnya merupakan rintisan akses dari kawasan permukiman terencana lain yang telah hadir sebelumnya).
Delineasi kawasan ini bersesuaian dengan batas legalitas
penguasaan lahan pihak developer dan aspek limitasi alamiah
berupa topografi lahan yang bergelombang. Satu-satunya lahan
Tipologi Kawasan Studi Pada Masa Awal Pengembangan terbangun yang berbatasan langsung dengan kawasan ini
adalah Perumahan Malalayang Indah, yang juga merupakan
akses masuk utama. Secara geometris, batas-batas delineasi
kawasan ini cenderung tidak beraturan. Konsep utama
penataan kawasan ini ditentukan oleh upaya grading (penataan
kelerengan lahan) yang bertujuan untuk meningkatkan daya
dukung areal lahan untuk mengakomodir jumlah unit kavling
dan rumah yang seoptimal mungkin. Rencana tapak kawasan
diatur dengan mengacu pada penataan jalur-jalur jalan utama
mengikuti kemiringan lahan, menyesuaikan dengan sumbu-
sumbu yang bersesuaian dengan batas-batas kawasan.
Tipologi Kawasan Studi Pada Saat Ini
Perubahan signifikan dapat diamati pada kondisi eksisting tipologi unit-unit hunian yang ada dalam kawasan ini. Perubahan yang
ada terkait dengan kondisi fisik tipologis dari unit-unit hunian eksisting. Perubahan yang terjadi bervariasi mulai dari perubahan
wajah atau fasade bangunan, perubahan kualitas konstruksi, perubahan luas dan pola tata organisasi ruang dalam, hingga
perubahan total berupa pembongkaran bangunan lama diganti dengan bangunan baru. Sarana pendukung berupa ruang terbuka
publik saat ini masih tersedia, dan telah ditingkatkan kualitasnya oleh masyarakat setempat secara swadaya.
KESIMPULAN:

Kesimpulan Tentang Kondisi Permukiman Terencana di Kota Manado


Berikut ini adalah sejumlah temuan terkait dengan kondisi permukiman terencana di kota Manado.
• Pertumbuhan permukiman terencana di kota Manado merupakan salah satu aspek yang signifikan mempengaruhi morfologi
kota, khususnya pada area periferial.
• Secara periodik dapat diamati adanya trend dari rasio okupansi lahan per unit rumah yang semakin meningkat. Artinya, tipologi
permukiman terencana mulai bergeser pada tipe-tipe yang memiliki figure ground yang lebih “longgar”, dalam pengertian
dominasi komponen void (ruang luar) semakin menonjol.

Kesimpulan Tentang Tipomorfologi Kawasan Permukiman Terencana Di Kota Manado : Studi Kasus Kawasan Permukiman
ALANDREW

Aspek tipologi kawasan:


• Kawasan permukiman terencana cenderung merupakan bentuk alih guna lahan pertanian dan perkebunan pada wilayah
periferial kota.
• Delineasi kawasan permukiman terencana cenderung tidak beraturan dan ditentukan oleh batas-batas legal penguasaan lahan
dari pihak pengembang, serta batas-batas fisik alamiah lahan efektif.

Aspek morfologi kawasan:


• Morfologi kawasan terutama teridentifikasi pada tiga aspek utama, masing-masing adalah fisik unit hunian, figure ground
kawasan dan kondisi lingkungan terbangun sekitar kawasan.
• Perubahan kualitas konstruksi bangunan, terutama pada bagian lantai, dinding dan peratapan.
MUNCULNYA PERMUKIMAN TIDAK TERENCANA SEBAGAI
KENYATAAN DI KOTA MEDAN DAN SEKITARNYA

Permukiman dibuat karena proses pembentukan tempat tinggal.


Pembentukan tempat tinggal adalah bejana fungsional yang
didasarkan pada pola aktivitas manusia dan efek pengaturan (tata
letak). Polanya mungkin fisik dan nonfisik (sosial dan budaya),
yang secara langsung mempengaruhi pola kegiatan dan proses
penempatan. Penelitian ini mengamati adanya fenomena
permukiman yang terbentuk tidak terencana.

Pengamatan berlokasi di Kelurahan Polonia dan Silalas di Kota


Medan serta Besilam Babussalam Langkat yang berada di luar
Kota Medan. Masyarakat menempati lahan yang dulunya
merupakan lahan garapan di Kota Medan.
Lahan garapan tumbuh menjadi kawasan permukiman. Di masa lalu, komunitas imigran tiba di kota Medan dan pedalamannya
melalui program transmigrasi, dengan mengikuti orang tua atau karena ada keinginan untuk mencari kehidupan yang lebih baik
daripada yang mereka miliki di tanah air mereka. Mentasi warga memberikan banyak dampak pada terjadinya beberapa bentuk
daerah pemukiman.

Bentuk permukiman cenderung bergerombol di beberapa zona dan linier di daerah yang berorientasi ke jalan. Permukiman yang
dibuat berdasarkan mentasi penduduk memiliki karakteristik sendiri, mempelajari kemungkinan fenomena spasial di daerah
perumahan yang terbentuk tidak direncanakan. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk mengembangkan penelitian ilmiah tentang
manifestasi fisik dari pemukiman yang tidak direncanakan. Manifestasi fisik dari pemukiman yang tidak direncanakan ditemukan
oleh para peneliti berdasarkan analisis pengaruh realitas sosial terhadap ruang hidup penghuni.
Pemukiman Silalas
Permukiman Silalas terletak di bagian selatan kecamatan Medan Barat (Gbr.1), Kota Medan Indonesia. Permukiman Silalas terdiri dari 12 (dua)
zona administrasi dengan kepadatan penduduk 4.641 jiwa per kilometer. Pada awalnya, pemukiman ini didominasi oleh orang Melayu.
Masyarakat Melayu membangun permukiman di tepi sungai. Oleh karena itu, Sungai Deli merupakan salah satu kriteria Melayu dalam memilih
permukiman darat.

Bagi orang Melayu, sungai adalah sumber kehidupan. Selain itu, sungai merupakan sarana transportasi dan air sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sungai Deli saat itu merupakan jalur transportasi utama yang disembogukan menjadi Selat Malaka. Sungai tidak lepas dari
aktivitas budaya Melayu. Saat ini, penduduk ini pemukiman terdiri dari beberapa etnis yang berbeda: Mandailing, Melayu, India, dan Batak.
Permukiman Kelurahan Polonia Medan
Kelurahan Polonia memiliki luas wilayah sekitar 1,77 km2 dan sekitar 19,84% dari total luas wilayah Medan Distrik Polonia. Ada 13
lingkungan di Kelurahan. Secara geografis, Kelurahan terletak di bagian selatan Kota Medan. Lokasinya berada di tengah (tengah)
kecamatan Medan Polonia. Komunitas pemikiran memiliki pengaruh penting dalam membentuk lingkungan fisik permukiman di
Kelurahan Polonia. Bentuk linier, dibuktikan dengan kawasan komunitas perumahan yang terbentuk di sepanjang jalan di Kelurahan
Polonia ini. Dengan kata lain, posisi Kawasan perumahan mengikuti bentuk jalan karena jalan tersebut berfungsi sebagai alat
transportasi. (3) Bentuk cluster, terbukti dengan kawasan perumahan yang tersusun dalam satu cluster. Secara umum, area
perumahan adalah area perumahan yang dibentuk berdasarkan pada klan atau nama keluarga.
KESIMPULAN:

Penyelesaian dibentuk melalui proses yang panjang. Sejarah permukiman sangat penting untuk diamati dan dipahami sebagai
pengembangan pengetahuan tentang bentuk permukiman. Pada periode tertentu, etnisitas memiliki peran penting dalam
perubahan formulir penyelesaian. Dengan demikian, teori-teori yang dinyatakan akan memudahkan penjelasan suatu pernyataan
atau ide. Peneliti dapat memiliki ide berdasarkan logika tentang keberadaan hubungan.

Hubungan ini tentang pengaruh manusia karakteristik sosial dan budaya di pedesaan terhadap pembentukan manifestasi fisik
suatu tempat di area baru yang mereka tempati. Padahal, masyarakat yang tinggal di permukiman yang tidak terencana adalah
warga yang awalnya berasal dari desa. Pada dasarnya, masyarakat pedesaan memiliki norma-norma yang mempengaruhi
kemampuan mereka untuk menciptakan konsep bentuk, ruang dan sosial budaya konsep itu sendiri.
REFERENSI:

https://www.researchgate.net/publication/338927884_The_growth_of_wild_settlements_in_the_city_of_Manado
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/09/27/settlement-adalah
http://www.ijstr.org/final-print/nov2019/Understanding-Unplanned-Settlement-Structure-As-A-Result-Of-Self-organization-In-
Jakarta-.pdf

Anda mungkin juga menyukai