ABSTRAK
Perencanaan tapak yang baik sangat perlukan untuk menciptakan kawasan hutan dapat terus lestari. Tujuan dari
penelitian ini yaitu (1) menganalisis potensi obyek wisata alam di KPH Unit XII Ladongi; dan (2) membuat rencana desain
tapak obyek wisata alam di KPH Unit XII Ladongi. Metode yang digunakan yaitu (1) kualitas biofisik kawasan, (2) analisis
spasial yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.31/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 dan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor:
P.4/PHPL/SET/4/2017. Hasil dari penelitian ini yaitu (1) potensi obyek wisata alam diantaranya puncak Lalingato, sungai
Simbune, sungai Loea, sungai Ladongi, sungai Andowengga dan air jatuh Taore. Kesesuaian biofisik kawasan masuk
dalam kategori sesuai dan sangat sesuai untuk dijadikan sebagai obyek wisata alam, (2) Adanya pembagian ruang publik
dan ruang usaha pada obyek dan daya tarik wisata alam wilayah KPH Ladongi.
ABSTRACT
Good site planning is very necessary to create sustainable forest areas. The aims of this research are (1) to analyze
the potential of natural tourism objects in KPH Unit XII Ladongi; and (2) make a site design plan for natural tourism
objects in KPH Unit XII Ladongi. The methods used are (1) the biophysical quality of the area, (2) spatial analysis which
refers to the Regulation of the Minister of Environment and Forestry of the Republic of Indonesia Number
P.31/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 and the Regulation of the Director General of Production Forest Management. Lestari
Number: P.4/PHPL/SET/4/2017.. The results of this study are (1) the potential for natural tourism objects including the
Lalingato peak, Simbune river, Loea river, Ladongi river, Andowengga river and Taore waterfall. The biophysical
suitability of the area is included in the appropriate category and is very suitable to be used as a natural tourism object, (2)
There is a division of public space and business space on objects and natural tourist attractions in the Ladongi KPH area.
daerah yang kemudian di revisi menjadi Undang- essensial keanekaragaman hayati dan sistem
undang No 23 Tahun 2014 tentang pendukung kehidupan (WTO, 1980).Sehingga
PemerintahanDaerah, memberikan angin segar bagi kondisi tapak pada kawasan obyek wisata alam
pemerintah daerah dalam mengurus rumah sangat perlu untuk diperhatikan.
tangganya sendiri. Otonomi memberikan Desain tapak merupakan rancangan
kewenangan kepada daerah untuk melakukan pembagian ruang pengelolaan di blok pemanfaatan
perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan kawasan hutan produksi yang akan diperuntukan
pariwisata di daerah sehingga proses dan bagi ruang publik dan ruang usaha penyediaan jasa
mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih dan sarana wisata alam (Permen LHKNo
sederhana dan cepat, disamping itu peluang untuk P.31/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016). Pemberian
melibatkan masyarakat lokal dalam proses bentuk untuk sebuah tapak berguna untuk
pengembangan pariwisata menjadi lebih terbuka. mengakomodasi fasilitas dengan meminimalisasi
Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah kerusakan lingkungan dan memberikan keuntungan
satu kabupaten yang belum lama mekar dari sebesar-besarnya bagi pengguna
Kabupaten Kolakasehingga dalam perencanaan dan tapak.Pengembangan pariwisata alam ini perlu
pengembagan wilayahnyaharus merujuk pada dirancang sedemikian rupa agar dapat
rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang telah memanfaatkan potensi wisata yang ada, dan
diundangkan dan disepakati bersama. Berbagai seminimal mungkin tidak merubah bentang alam
sektor yang dapat dikembangkan di kabupaten yang ada di kawasan hutan tersebut.Oleh karena itu,
Kolaka Timur salah satu diantaranya adalah sektor perencanaan tapakyang baik sangat perlu untuk
pariwisata berupaobyek wisata alam. Kesatuan dilakukan sehingga kawasan hutan dapat terus
Pengelolaan hutan (KPH) Unit XII Ladongi lestari dan dapat terus memenuhi fungsi dan
merupakan lembaga pemerintah ditingkat tapak tujuannya sebagai kawasan hutan. Tujuan dari
(kabupaten/kota) yang memiliki kewenangan dalam penelitian ini yaitu menganalisis potensi obyek
pengelolaan hutan secara lestari dan efisien serta wisata alam di KPH Unit XII Ladongi, dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya membuat rencana desain tapakobyek wisata alamdi
untuk kemakmuran masyarakat khususnya KPH Unit XII Ladongi.
masyarakat di dalam dan di luar kawasan
hutan.Berdasarkan hasil inventarisi potensi METODE PENELITIAN
biogeofisik kawasan hutan pada KPH Unit XII
Ladongiditemukan berbagai potensi sumberdaya Lokasi Penelitian
alam dan jasa lingkungan yang dapat dikembangkan Penelitian ini dilaksanakan di KPH Unit XII
sebagai obyek wisata alam (RPHJP, 2017). Ladongi Kabupaten Kolaka Timur. Berdasarkan
Banyaknya potensi obyek wisata alam yang letak geografisnya KPH Ladongi terletak di delapan
berada dalam kawasan hutan yang dapat Kecamatan meliputi Kecamatan Mowewe, Lalolae,
dikembangkan sebagai obyek wisata alamseperti air Tinondo, Tirawuta, Loea, Ladongi, Poli-polia dan
jatuh, puncak dengan hamparan tanaman pinus, Aere (Gambar 1).
variasi bentang alam, sungai, dan rawasehingga
untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan harus
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Disamping itu rendahnya aksesibilitas,
belum memadainya sarana dan prasarana,belum
dikelola dengan baik serta belum sesuainya
kebutuhan masyarakat dengan atraksipada obyek
wisata yang sudah ada menjadikan masyarakat
kurang antusias untuk melakukan kunjungan wisata.
Pengembangan obyek wisata alam yang diharapkan
adalah obyek wisata alam berkelanjutan yang
mengarah pada pengelolaan seluruh sumberdaya
sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi,
sosial, dan estetika dapat terpenuhi sekaligus
memelihara integritas kultural, proses ekologi
Gambar 1. Wilayah Kerja KPH Unit XII Ladongi
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 196
Selain penilaian biofisik kawasan, digunakan Dimana : Interval = Nilai selang dalam penetapan
pula kriteria penilaian dengan Pedoman Analisis kalsifikasi penelitian
Daerah Operasi – Obyek dan Daya Tarik Wisata Nt = Nilai tertinggi
Alam (ADO-ODTWA) yang dikeluarkan oleh Nr = Nilai terendah
Dirjen PHKA tahun 2003 untuk menentukan
prioritas lokasi pengembangan wisata alam(Barus et Sehingga didapat kategori layak prioritas,
al., 2016). Data potensi dan daya tarik wisata layak dan tidak layak pada setiap intrvalnya yang
berdasarkan pedoman ADO-ODTWA dihitung kemudian dibuat klasifikasi 1 – 3 untuk
dengan menggunakan persamaan: mempermudah analisis spasialnya.
S = N X B (Hidayat, dkk (2019), Barus et al.,
(2016) dan Sihite, (2018)) b. Analisis Desain Tapak Potensi Obyek
Keterangan: Wisata Alam
S = Skor/nilai Dari peta obyek wisata alam selanjutnya
N =Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria dilakukan analisis spasial dengan mengacu pada
B = Bobot nilai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor
Total skor/nilai yang didapat selanjutnya P.31/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016dan Peraturan
digunakan untuk menentukan klasifikasi dari setiap Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi
kriteria dengan menggunakan persamaan Lestari Nomor: P.4/PHPL/SET/4/2017 melalui
(Riwayatiningsih, 2018): overlay beberapa jenis peta (Tabel 4).
Nt-Nr
Interval= …………………………..(2)
3
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 198
Gambar 3. Lokasi Potensi Obyek Wisata Puncak Gambar 4. Vegetasi Puncak Lalingato
Lalingato
b. Potensi Obyek Wisata Alam Sungai Simbune berada pada fungsi kawasan hutan produksi terbatas
Kriteria penentuan zona pemanfaatan kawasan (HPT) dalam arahan blok KPH sebagai blok HP-
obyek wisata alam maka potensi obyek wisata alam Pemanfaatan HHBK dan jasa lingkungan. Secara
sungai Simbune memiliki luasan ± 20,17 Ha. spasial lokasi potensi obyek wisata sungai Simbune
Berdasarkan peta kawasan hutan menunjukan disajikan pada Gambar 5 dan Gambar 6.
bahwa potensi obyek wisata alam sungai Simbune
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 199
Potensi obyek wisata alam sungai Simbune alam. Lokasi ini berada di desa Loea ± 16 Km dari
memiliki kelerengan yang curam (>15 -25%) Ibukota Kabupaten. Dari kriteria penentuan zona
dengan ketinggian tempat mencapai ± 192,72 pemanfaatan, kawasan obyek wisata sungai Loea
mdpl.Jenis tanah pada lokasi potensi obyek wisata memiliki luas ± 33,98 Ha dengan kelerengan lahan
alam inimerupakan jenis tanah podsolik, sedangkan agak curam (>15% - 25%) sampai dengan sangat
curah hujan rata-rata mencapai 1592,8 mm/tahun. curam (>45%) dan berada pada ketinggian ± 255
Kondisi tutupan lahan berupa hutan lahan kering mdpl dengan jenis tanah podsolik. Curah hujan rata-
sekunder yang memiliki keragaman flora dan fauna rata di lokasi tersebut mencapai 1592,8
yang sebagian masyarakat banyak memanfaatkan mm/tahun,sedangkan tutupan lahannya didominasi
sekitar kawasan tersebut untuk mencari madu. oleh hutan lahan kering sekunderdengan keunikan
Dalam perencanaan KPH Ladongi lokasi dengan berupa keragaman flora dan fauna serta lokasi ini
potensi obyek wisata alam ini akan dikembangkan tidak masuk dalam kategori rawan bencana
sebagai lokasi untuk budidaya lebah madu. alam.Pemanfaatanya Sungai Loea sejak lama
dijadikan sebagai sumber air bersih untuk
c. Potensi Obyek Wisata Alam Sungai Loea pemenuhan kebutuhan masyarakat, selain itu aliran
Berdasarkan hasil inventarisasi potensi Sungai Loea dimanfaatkan pula dalam bidang
biogeofisik KPH Ladongi, sungai Loeamemiliki pertanian untuk pengairan sawah (Gambar 7 dan
potensi untuk dijadikan sebagai lokasi obyek wisata Gambar 8).
Gambar 7. Lokasi Potensi Obyek Wisata Sungai Loea Gambar 8. Kondisi Sungai Loea
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 200
d. Potensi Obyek Wisata Alam Sungai Ladongi alam dengan atraksi arum jeram. Potensi obyek
Potensi obyek wisata alam sungai Ladongi wisata alam sungai Ladongi berada pada kawasan
berada di desa Atula kecamatan Ladongi dengan hutan produksi terbatas dengan arahan blok KPH
jarak ± 27,5 Km dari Ibukota Kabupatan. sebagai blok HP-Pemanfaatan HHK-HT, berada
Berdasarkan kriteria penentuan zona pemanfaatan pada ketinggian ±164,6 mdpl dengan kelerengan
kawasan obyek wisata alam, potensi obyek wisata agak curam (>15 – 25%) sampai dengan curam
alam sungai Ladongi memiliki luas ± 36,39 Ha . (>25 – 45%) sedangkan untuk tutupan vegetasi
Potensi obyek wisata sungai ladongi memiliki berupa hutan lahan kering primer dengan
keindahan alam dengan aliran air sungai yang deras keragaman flora dan fauna (Gambar 9 dan Gambar
sehingga berdasarkan RPHJP KPH Ladongi potensi 10).
sungai ini baik dimanfaatkan sebagaiobyek wisata
Gambar 9. Lokasi Potensi Obyek Wisata Alam Gambar 10. Kondisi Sungai Ladongi
Sungai Ladongi
e. Potensi Obyek Wisata Alam Sungai obyek wisata alam sungai Andowengga memiliki
Andowengga kondisi lereng agak curam(>15 - 25%) sampai
Berdasarkan kriteria penentuan zona dengan curam (>25 – 45%) dengan jenis tanah
pemanfaatan kawasan obyek wisata alam maka podsolik serta curah hujan rata-rata mencapai
potensi obyek wisata alam sungai Andowengga 1592,8 mm/tahun.
memiliki luasan ±33,86 Ha. Potensi obyek wisata Hasil analisis SIG dari citra satelit
ini terletak di desa Wundubite kecamatan Poli-polia menunjukan bahwa, kondisi dari penutupan lahan
yang berjarak ± 40,79 Km dari ibukota kabupaten. pada lokasi ini berupa hutan lahan kering sekunder
Berdasarkan peta kawasan hutan potensi obyek sehingga memiliki keragaman flora dan fauna yang
wisata ini berada pada kawasan hutan lindung (HL) menambah keunikan dan daya tarik dari potensi
dan hutan produksi terbatas (HPT) dengan obyek wisata sungai Andowengga (Gambar 11 dan
ketinggian tempat mencapai ± 542,39 mdpl.Potensi Gambar 12).
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 201
Gambar 11. Lokasi Potensi Obyek Wisata Gambar 12. Kondisi Sungai Andowengga.
Alam Sungai Andowengga
Berdasarkan hasil pembagian blok KPH dari agak curam(>15 – 25%) sampai dengan curam
Ladongi, lokasi potensi obyek wisata alam ini (>25 – 45%) dengan jenis tanah merupakan tanah
berada pada blok HL- Inti yang memiliki fungsi podsolik, sedangkan curah hujan rata-rata pada
sebagai perlindungan tata air serta sebagai lokasi obyek wisata alam ini mencapai 1592,8
perlindungan satwa dan ekosistem lainnya. mm/tahun.
Berdasarkan arahan blok KPH Ladongi,
f. Potensi Obyek Wisata Alam Air Jatuh Taore potensi obyek wisata alam air jatuh Taore berada
Desa Taore merupakan salah satu desa yang pada blok HP-Perlindungan yang memiliki
berada di kecamatan Aere berjarak ± 74,24 Km di fungsikan sebagai perlindungan tata air dan
sebelah selatan ibukota kabupaten dengan luas zona perlindungan lainnya serta direncanakan untuk
pemanfaatan untuk kawasan wisata alam seluas ± tidak dimanfaatkan (Perdirjen Planologi
38,55 Ha. Desa Taore memiliki potensi obyek No.P.5/VII/WP3H/2012). Adapun aksesibilitas
wisata alam yaitu wisata alam air jatuh, yang untuk dapat mencapai lokasi air jatuh Taore harus
berdasarkan peta kawasan hutan berada pada fungsi berjalan kaki menyusuri sungai dengan sebagian
kawasan hutan produksi terbatas (HPT) dengan bebatuan terjal sejauh ± 1,8 Km (Gambar 13 dan
tutupan lahan berupa hutan lahan kering primer dan Gambar14)
berada pada ketinggian tempat mencapai ±384,35
mdpl. Kondisi kelerengan lahan bervariasi mulai
Gambar 13. Lokasi Potensi Obyek Wisata Alam Air Gambar 14. Kondisi Air Jatuh Taore
Jatuh Taore
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 202
Kategori sesuai dan sangat sesuai secara biofisik kawasan wisata pada lokasi penelitian
biofisik untuk obyek wisata di wilayah KPH dapat dilihat pada Gambar 15 dan Tabel 6.
Ladongi dipengaruhi oleh beberapa variabel
meliputi kemiringan lereng, kepekaan tanah,
penutupan lahan dan curah hujan. Semakin datar
kemiringan lereng maka nilai kesesuaian biofisik
untuk kelerengan semakin tinggi sebaliknya jika
kelerengan semakin curam maka nilai kesesuaian
biofisik untuk kelerengan semakin kecil. Hal ini
dikarenakan makin curam dan makin panjangnya
lereng maka akan makin besar pula kecepatan aliran
air permukaan dan bahaya erosi. Suripin (2004)
mengemukakan bahwa pada tanah yang datar atau
landai kecepatan aliran air lebih kecil dibandingkan
dengan tanah yang miring. Selain itu Lahan dengan
kelerengan yang datar ataupun landai
memungkinkan untuk pengembangan berbagai
Gambar 15. Kondisi Biofisik Kawasan
fasilitas, infrastruktur dan kegiatan wisata. Untuk
Wisata KPH Ladongi
tiap unit pengamatan, hasil penilaian kondisi
Desain Tapak Obyek Wisata Alam Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 16,
Berdasarkan hasil analisis biofisik dan bahwa pembagian ruang obyek wisata alam puncak
penilaian ADO-ODTWA, maka selanjutnya Lalingato yang diperuntukan sebagai ruang publik
dilakukan desain tapak obyek wisata alam guna seluas ± 11,69 Ha (76,41%) dan ruang usaha seluas
membagi ruang pengelolaan obyek wisata alam ± 3,61 Ha (23,59%). Hal ini sesuai dengan
menjadi ruang publik dan ruang usaha dengan karateristik wilayah untuk pembagian ruang
mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal pengelolaan pada obyek wisata alam, dimana
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor: peruntukan ruang publik adalah merupakan areal
P.4/PHPL/SET/4/2017. potensial sebagai obyek dan daya tarik wisata alam
publiksehingga pada lokasi obyek wisata alam
a. Obyek Wisata Alam Puncak Lalingato puncak lalingato, ruang publik ditempatkan pada
Pembagian ruang pengelolaan menjadi arah utara jalan kolektor sepanjang batas wilayah
ruang publik dan ruang usaha pada obyek wisata obyek wisata alam yang merupakan bentang alam
alam puncak Lalingato disajikan pada Tabel 8. dengan tutupan lahan berupa hutan lahan kering
sekunder dimana vegetasinya didominasi oleh
Tabel 8. Pembagian Ruang Pengelolaan Obyek tanaman pinus. Ruang publik tersebut memiliki
Wisata Alam Puncak Lalingato. kelerengan yang bervariasi mulai dari 0 – 8%
NO Desain Tapak Luas (Ha) Persentase (%) (datar) sampai dengan > 45% (sangat curam).
Ruang publik ini nantinya akan digunakan sebagai
1 Ruang Publik 11,69 76,41
2 Ruang Usaha 3,61 23,59
tempat penyedia jasa dan sarana pendukung wisata
alam setempat. Sedangkan peruntukan ruang usaha
Total 15,30 100
adalah bukan merupakan areal potensial sebagai
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021 obyek dan daya tarik wisata alam publik, bukan
Secara spasial pembagian ruang publik dan merupakan areal dari perambahan hutan, bukan
ruang usaha pada obyek wisata alam puncak merupakan areal blok kegiatan penebangan hutan
Lalingato disajikan pada Gambar 16. atau rehabilitasi/reboisasi/restorasi, dan bukan
merupakan areal berpotensi bahaya bencana banjir,
tanah longsor dan erosi sehingga pada obyek wisata
puncak Lalingato ruang usaha ditempatkan pada
arah selatan mengikuti sepadan jalan kolektor. Di
dalam ruang usaha ini nantinya akan disediakan
caffe/kios sebagai tempat untuk makan dan minum,
penyediaan suvenir dan tempat parkir.
Sebagaimana desain tapak wisata alam
bukit Taming di Kabupaten Tanah Laut membagi
ruang usaha sebagai tempat untuk meyediakan
sarana wisata alam seperti resto/caffe/kios dan
ruang parkir sedangkan ruang publik sebagai tempat
yang pemanfaatakannya untuk kepentingan
pengunjung dalam penyediaan jasa dan sarana
pendukung lainnya meliputi pintu gerbang,
Gambar 16. Pembagian Ruang Pengelolaan Obyek keamanan, pusat informasi, jasa pemandu dan
Wisata Alam Puncak Lalingato
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 204
kesehatan, menara pantau, shelter, Camping tutupan lahan berupa vegetasi yang sangat rapat
ground, dan jalan setapak (Rinakanti, 2020). sehingga dapat dimanfaatkan oleh wisatawan yang
senang berpetualang di alam selain itu dapat
b. Obyek Wisata Alam Sungai Simbune dimanfaatkan sebagai tempat pelestarian flora dan
Pembagian ruang pengelolaan menjadi ruang publik fauna yang oleh masyarakat sekitar untuk saat ini
dan ruang usaha pada obyek wisata alam sungai dimanfaatkan sebagai tempat mencari madu hutan.
Simbune disajikan pada Tabel 9 dan secara spasial
pembagian ruang publik dan ruang usaha pada c. Obyek Wisata Alam Sungai Loea
obyek wisata alam sungai Simbune disajikan pada Pembagian ruang pengelolaan menjadi
Gambar 17. ruang publik dan ruang usaha pada obyek wisata
alam sungai Loea disajikan pada Tabel 10.
Tabel 9. Pembagian Ruang Pengelolaan Obyek
Wisata Alam Sungai Simbune. Tabel 10. Pembagian Ruang Pengelolaan Obyek
NO Desain Tapak Luas (Ha) Persentase (%) Wisata Alam Sungai Loea.
Persentase
1 Ruang Publik 16,82 83,39 NO Desain Tapak Luas (Ha)
(%)
2 Ruang Usaha 3,35 16,61 1 Ruang Publik 31,10 91,52
Total 20,17 100 2 Ruang Usaha 2,88 8,48
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021
Total 33,98 100
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021
d. Obyek Wisata Alam Sungai Ladongi Gambar 19. Pembagian Ruang Pengelolaan Obyek
Pembagian ruang pengelolaan menjadi Wisata Alam Sungai Ladongi
ruang publik dan ruang usaha pada obyek wisata
alam sungai Ladongi disajikan pada Tabel 11 e. Obyek Wisata Alam Sungai Andowengga
Pembagian ruang pengelolaan menjadi ruang
Tabel 11. Pembagian Ruang Pengelolaan Obyek publik dan ruang usaha pada obyek wisata alam
Wisata Alam Sungai Ladongi. sungai Andowengga disajikan pada Tabel 12.
Persentase
NO Desain Tapak Luas (Ha)
(%) Tabel 12. Pembagian Ruang Pengelolaan Obyek
1 Ruang Publik 32,97 90,60 Wisata Alam Sungai Andowengga.
2 Ruang Usaha 3,42 9,40 Persentase
NO Desain Tapak Luas (Ha)
Total 36,39 100 (%)
1 Ruang Publik 30,32 89,55
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021 2 Ruang Usaha 3,54 10,45
Total 33,86 100
Berdasarkan Tabel 12 bahwa ruang
pengelolaan pada obyek wisata alam sungai Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2021
Ladongi dibagi menjadi ruang publik seluas ±
32,97 Ha (90,60%) dan ruang usaha seluas ± 3,42 Berdasarkan Tabel 13 bahwa ruang
Ha (9,40%) dimana peruntukan sebagai ruang usaha pengelolaan pada obyek wisata alam sungai
berada di arah timur lokasi obyek wisata alam Andowengga dibagi menjadi ruang publik seluas ±
dengan kelerengan lahan yang datar (0-8%) sampai 30,32 Ha (89,55%) dan ruang usaha seluas ± 3,54
dengan curam (15-25%) dimana tutupan lahannya Ha (10,45%) dimana peruntukan sebagai ruang
berupa vegetasi jarang dengan lokasi sekitar usaha berada di arah selatan lokasi obyek wisata
berupak kebun campuran sehingga cocok untuk alam dengan kelerengan lahan yang datar (0-8%)
dbuat lokasi parkir, serta tempat untuk sampai dengan curam (15-25%) dimana tutupan
menyediakan cafe/kios.Untuk ruang publik berada lahan berupa vegetasi jarang sedangkan untuk ruang
di arah barat lokasi obyek wisata dengan kelerengan publik berada di arah barat lokasi obyek wisata
datar (0-8%) sampai dengan kelerengan sangat dengan kelerengan datar (0-8%) sampai dengan
curam (>45%) dan tutupan vegetasi yang rapat. kelerengan sangat curam (>45%) dan tutupan
Pada potensi obyek wisata sungai ladongi ini vegetasi yang rapat, memiliki keindahan alam
memiliki arus sungai yang sangat deras sehingga dengan keragaman flora dan fauna sehingga cocok
dalam perencanaannya akan dbuat obyek wisata untuk wisata melakukan perjalanan dialam dengan
dengan atraksi arum jeram. Secara spasial medan yang menantang dengan menyusuri sungai
pembagian ruang publik dan ruang usaha pada serta untuk kegiatan perkemahan. Secara spasial
pembagian ruang publik dan ruang usaha pada
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 206
obyek wisata alam sungai Andowengga disajikan Secara spasial pembagian ruang publik dan
pada Gambar 20. ruang usaha pada obyek wisata alam air jatuh Taore
disajikan pada Gambar 21. Berdasarkan hasil
analisis biofisik kawasan dan penilaian dengan
menggunakan pedoman ADO-ODTWA bahwa dari
keenam obyek wisata alam di KPH Ladongi yang
didesain tapak, obyek wisata alam puncak Lalingato
merupakan obyek wisata yang memiliki nilai
tertinggi sehingga menjadi obyek wisata yang
prioritas dan direkomendasikan untuk
dikembangkan selanjutnya dianalisis untuk
menghitung daya dukung kawasan wisata alam.