Anda di halaman 1dari 77

Bidang Unggulan : Ketahanan Pangan

Kode/Nama Bidang Ilmu: 151/ Ilmu Tanah

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR

PEMETAAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH UNTUK


KELESTARIAN SUBAK DALAM MENUNJANG PERTANIAN
PANGAN BERKELANJUTAN
DI KOTA DENPASAR

Tahun ke 1 dari Rencana 1 tahun

OLEH :
Ir. Ni Made Trigunasih, MP.
NIDN. 0004125905

Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Nomor: 101/UN.2/PNL.01.03.00/2015, Tanggal 3 Maret 2015

UNIVERSITAS UDAYANA
OKTOBER, 2015

i
. HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DISERTASI DOKTOR

Judul : Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah untuk Kelestarian


subak dalam Menunjang Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kota Denpasar
Peneliti/Pelaksana
Nama Lengkap : Ir. Ni Made Trigunasih, MP.
NIDN : 0004125905
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Program Studi : Agroekoteknologi
Nomor HP : 081933118689
Alamat surel/e-mail : tri5963@yahoo.com
NIM : 1190471010
PT Penyelenggara : Universitas Udayana
Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Biaya Yang Disetujui : Rp 34.000.000,00 (Tiga puluh empat juta rupiah)

.
Denpasar, 30 Juni 2015

Peneliti,

.
.
.
.
Ir. Ni Made Trigunasih, MP.
NIP/NIK : 19591204 198601

ii
PEMETAAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH UNTUK
KELESTARIAN SUBAK DALAM MENUNJANG PERTANIAN
PANGAN BERKELANJUTAN DI KOTA DENPASAR
Ni Made Trigunasih 1)
1)
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Udayana
Denpasar-Bali,
Telp. : 081933118689, Email : tri5963@yahoo.com
Program Doktor Ilmu Pertanian Pascasarjana, Universitas Udayana, Jl. PB Sudirman Denpasar,
80232

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan alih fungsi lahan sawah, dan mengetahui
kesesuaian lahan serta menata kembali penggunaan lahan sesuai fungsi sesuai dengan tata ruang
yang berlaku dalam pelestarian sumberdaya lahan.
Metode yang digunakan adalah survei lapang, kepustakaan, inventarisasi data dan peta
sumberdaya lahan Kota Denpasar. Analisis spasial terhadap data pemetaan digital dengan
menggunakan program perangkat lunak ArcGIS. Parameter yang ditetapkan untuk kelestarian
sumberdaya lahan. Data yang digunakan untuk pemetaan alih fungsi lahan sawah di Kota Denpasar
adalah foto udara tahun 2000 (Bakosurtanal 2000), citra Landsat 2003, peta tahun 2008 citra
ALOS/AVNIR-2 dan citra Landsat.
Berdasarkan hasil interpretasi foto udara, citra Landsat, citra satlit ALOS/AVNIR-2, dan
citra Landsat diperoleh data jumlah lahan sawah dari tahun 2000-2014 yaitu tahun 2000, 2003,
2008 dan 2014 berturut-turut seluas 5310,45 ha ; 4601,43 ha ; 3784,64 ha dan 2506 ha. Perubahan
penggunaan lahan sawah dari tahun 2000-2014 sebesar 2804,45 ha atau rata-rata per tahun terjadi
peningkatan pengurangan luas sawah di Kota Denpasar sebesar 200,32 ha. Oleh karena itu, lahan
sawah di Kota Denpasar perlu dilindungi berdasarkan kesesuaian lahan sumber irigasi dan
kesesuian lokasi sawah dengan RTRW serta produktivitas lahan. Dari hasil karakteristik/kualitas
lahan sawah di Kota Denpasar, didapatkan kesesuaian lahan potensial tanaman padi sebagian besar
sangat sesuai (S1) 60 % dan 40 % termasuk S2r3 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas salinitas
dan kedalaman efektif.
Simpulan bahwa, rata-rata pertahun perubahan penggunaan lahan sawah di Kota Denpasar
dari tahun 2000 sampai 2014 sebesar 200,32 ha. Berdasarkan kesesuaian lahan untuk padi sawah
tergolong sangat sesuai (S1) 60 % dan 40 % cukup sesuai (S2r3, S2b) Penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal penelitian sampai selesai.

Kata Kunci : Alih fungsi lahan, kesesuaian lahan, Kota Denpasar.

iii
LAND TRANSFER FUNCTION MAPPING FOR SUSTAINABILITY SUBAK RICE FIELD IN
SUPPORTING SUSTAINABLE AGRICULTURE FOOD IN DENPASAR
Ni Made Trigunasih 1)
1)
Student Doctoral Program of Agricultural Sciences, Graduate University of Udayana Bali,
Telp . : 081933118689 , Email : tri5963@yahoo.com
Agricultural Sciences Graduate Program , University of Udayana , Jl . PB Sudirman Denpasar ,
80232

Abstract

This study aims to map the conversion of paddy fields, and determine the suitability of land and
re-arrange the appropriate land use spatial functions in accordance with applicable in the
preservation of land resources.
The method used is the field survey, literature, inventory data and land resource map of
Denpasar. Spatial analysis of the digital mapping data using ArcGIS software program. Parameters
set for the preservation of land resources. The data used for mapping wetland conversion in Denpasar
is an aerial photograph of 2000.
Based on the interpretation of aerial photographs, Landsat, ALOS satlit image / AVNIR-2, and a
Landsat image data obtained wetland number of years 2000-2014, namely 2000, 2003, 2008 and 2014
respectively covering an area of 5310.45 ha; 4601.43 ha; 3784.64 ha and 2506 ha. Wet land use
change from year 2000-2014 amounted to 2804.45 ha, or an average annual increase in rice area
reduction in Denpasar amounted to 200.32 ha. Therefore, paddy fields in Denpasar need to be
protected based on land suitability source of irrigation and rice with the Spatial location suitability
and land productivity. From the results of the characteristics / quality of the rice fields in Denpasar,
potential land suitability obtained rice plants mostly very suitable (S1) 60% and 40% including S2r3
(quite appropriate) by a factor limiting salinity and depth of effective.
The resume that the average annual change in the use of wetland in Denpasar from 2000 to 2014
amounted to 200.32 ha. Based on the suitability of land for paddy rice is classified as very appropriate
(S1) 60% and 40% quite fit (S2r3, S2b) The author would like to thank all those who have helped the
author of the initial study to completion.

Keywords: Transfer of land use, land suitability of paddy field, Denpasar City

iv
RINGKASAN
Ketahanan pangan nasional maupun lokal terus menurun akibat pesatnya laju
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (periode 2000 -2010 yaitu 1,49 %/tahun),
jumlah penduduk miskin dan rawan pangan masih relatif tinggi yaitu 12,4 % dari
total penduduk. Ketahanan pangan terganggu akibat adanya alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian, baik dalam skala nasional (110.000 ha/tahun) maupun
daerah seperti di Bali (800 ha/tahun). Untuk mengendalikan alih fungsi lahan
diperlukan peraturan Daerah (Perda) tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (PLPPB) yang diamanahkan dalam Undang-Undang 41 tahun 2009.
Di Bali semua kabupaten/kota belum memiliki perda tentang PLPPB.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk (1) Memetakan alih fungsi lahan
sawah untuk kelestarian (2) Mengetahui kesesuaian lahan (3) Menata kembali
penggunaan lahan sesuai fungsi sesuai dengan tata ruang yang berlaku, (4)
Menentukan bobot dan skor masing-masing parameter sesuai dengan perannya
terhadap pelestarian sumberdaya lahan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: survei lapang,
kepustakaan, inventarisasi data dan peta sumberdaya lahan (SDL) Kota Denpasar,
analisis data dan pemetaan digital dengan perangkat lunak ArcGIS. Parameter yang
ditetapkan dalam pertanian pangan berkelanjutan adalah (1) Kesesuaian lokasi sawah
dengan RTRW, (2) sumber air irigasi, (3) Kesesuaian lokasi Agroekosistem padi
sawah, dan (4) Produktivitas lahan dan (5) pemetaan alih fungsi lahan sawah di Kota
Denpasar.
Berdasarkan hasil analisis data citra Landsat 8 di Kota Denpasar adalah
penjajagan ke lapangan, melakukan kompilasi peta kelas lereng, peta penggunaan
lahan, peta jenis tanah kemudian pembuatan peta unit lahan. Disamping itu juga
sudah dilakukan kegiatan survei dan mengambil sampel contoh tanah ke lapangan.
Setelah didapatkan hasil contoh tanah lapang, maka dilakukan analisis tanah di
laboratoratorium. Harapan selanjutnya penelitian ini dapat berkelanjutan, sehingga
Prodi Ilmu Pertanian sebagai pusat informasi peta-peta digital tematik sumberdaya
fisik/lahan/wilayah berbasis Web-GIS untuk membantu permasalahan daerah. Hasil
penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar dan penuntun praktikum
pembuatan peta PLPPB yang berkualitas.

v
PRAKATA

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan


Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahakuesa, karena atas asung wara
nugraha- Nya, laporan Hibah Doktor dengan judul "Pemetaan Alih Fungsi Lahan
Sawah Untuk Kelestarian Subak dalam Menunjang Pertanian Pangan Berkelanjutan
di Kota Denpasar" sehingga pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilaksanakan dan
diselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar
dengan beberapa kegiatan yaitu mengadakan pertemuan dengan surveyor untuk
membahas pengambilan sampel tanah ke seluruh wilayah sawah yang ada di Kota
Denpasar. Contoh tanah yang didapatkan di lapangan, kemudian dianalisis di
Laboratorium sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kegiatan selanjutnya akan
dilaksanakan penetapan pertanian pangan berkelanjutan di Kota Denpasar.
Laporan akhir penelitian ini merupakan salah satu syarat penyelesaian
pembuatan laporan akhir hibah doktor, dan laporan ini disusun berdasarkan
sistimatika dari Simlitabnas Dikti. Oleh sebab itu laporan akhir penelitian hibah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak perjanjian..
Dalam pelaksanaan penelitian ini dan penulisan laporan akhir penelitian ini,
banyak pihak yang telah membantu penulis terutama pekaseh, dan kerama subak di
empat lokasi kecamatan Kota Denpasar. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. Rektor dan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana atas persetujuan dan pengarahan dalam penelitian ini.
2. Direktur Pascasarjana dan Ketua Program Studi Doktor Ilmu Pertanian
Universitas Udayana atas persetujuan dan dan bantuannya dalam pembuatan
laporan akhir ini.
3. Pemerintah Kota Denpasar khususnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Dinas Tata Kota dan Dinas Pekerjaan Umun dan Bappeda Kota
Denpasar atas bantuan data dan informasi yang diberikan dalam pelaksanaan
yang berkaitan dengan penelitian ini.

vi
4. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
Promotor dan Co Promotor atas bimbingannya dan saran-sarannya selama
dalam proses pembuatan laporan akhir ini.
5. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu, atas bantuan
dalam survei, dan pembuatan peta satuan lahan homogen dalam menentukan
pengambilan titik sampel contoh tanah di lapangan.
Akhirnya semoga hasil laporan ini ada manfaatnya terutama dalam pemetaan
alih fungsi lahan sawah dalam rangka menekan alih fungsi lahan pertanian di Kota
Denpasar dalam menunjang pertanian pangan berkelanjutan. Kritik dan saran yang
sifatnya membangun, penulis harapkan untuk penempurnaan laporan ini.

Denpasar, 15 September 2015


Penulis,

Ni Made Trigunasih

vii
DAFTAR ISI
Hal

HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
RINGKASAN ................................................................................................. iii
PRAKATA...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

BAB II 4
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... ...................
2.1 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(PLP2B) ......................................................................................................
4 ...................
2.2 Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kota Denpasar.................... 5

2.3 Kesesuaian Lahan Lokasi Penelitian ...........................................................


6 ...................

2.4 Kriteria Kawasan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan.... 9

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................. 12

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 13


4.1 Rancangan Penelitian............................................................ 13
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 13 ...................
4.3 Penentuan Sumber Data ............................................................................ 14 ...................
4.4 Variabel Penelitian ....................................................................................
15 ...................
4.5 Bahan Penelitian ........................................................................................
16 ...................
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................................
16 ...................
4.7 Prosedur Penelitian ..................................................................................
16 ...................

BAB V HASIL DAN 22


BAB VI PEMBAHASAN........................................................................... 24
BAB VII .......... 25
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ..................................
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN 28

viii
DAFTAR TABEL
No Judul hal.
2.1 Luas Sawah/Subak di Kabupaten/kota Provinsi Bali Tahun 2006, 1996-
2008........................................................................................................... ..... 6
2.2 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk
Klasifikasi Subak ........................................ ................................................. 11
3.1 Hubungan Variabel dengan Sumber Data (Data Primer, Data Sekunder .....
dan Analisis Data)........................................................................................... 15
3.2 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk
Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kota Denpasar.... .................... 19

ix
DAFTAR GAMBAR
Judul Hal
2.1 Luas Sawah/Subak Tahun 2006, 1996-2008 di Provinsi Bali
(dalam Subadiyasa dkk., 2010)..................................................................... 6
4.1 Peta Lokasi Penelitian...................................................................................... 15
4.2 Diagram Alir Penelitian Tahap I – IV............................................................ 21

x
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Catatan Harian (Log Book) dan rincian dana 70 %.................................... 30

2. Rekapitulasi hasil survei lapang lahan sawah Di Kota Denpasar................ 31

3. Daftar foto-foto Penelitian............................................................................ 32

xi
BAB I

PENDAHULUAN

Ketahanan pangan nasional maupun lokal terus menurun akibat pesatnya laju
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (periode 2000 -2010 yaitu 1,49 %/tahun),
jumlah penduduk miskin dan rawan pangan masih relatif tinggi yaitu 12,4 % dari
total penduduk. Disamping itu permasalahan yang dihadapi dalam pangan nasional
saat ini adalah degradasi kesuburan tanah, adanya impor beras, kompetisi
pemanfaatan air semakin meningkat dan infrastruktur pertanian/pedesaan masih
kurang memadai (jaringan irigasi banyak yang rusak), serta maraknya fenomena
konversi lahan pertanian saat ini (Fahar, 2012).
Pada tahun yang sama Provinsi Bali sudah mengalami defisit pangan, akibat
pesatnya alih fungsi lahan sawah/subak mencapai 800 ha /tahun (Subadiyasa et al.,
2010). Persediaan pangan 132.009 ton beras, sementara kebutuhan pangan 572.040
ton beras untuk penduduk 3.891.428 jiwa (BPS, Prov. Bali, 2010). Defisit pangan
akan terus meningkat sejalan dengan laju konversi lahan sawah dan peningkatan
jumlah penduduk. Akibatnya berdampak pada kehilangan subak di Bali yang tidak
dapat dilindungi.
Perda Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), selama ini belum mampu mengendalikan alih fungsi lahan
dengan berbagai permasalahannya, dan belum cukup untuk melindungi lahan sawah
sebagai produksi pangan. Dalam pasal 60 ayat (3) butir f sudah dituangkan yaitu
hanya pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan sawah beririgasi. Untuk
mencegah perubahan penggunaan lahan/alih fungsi lahan sawah diperlukan
peraturan perundang-undangan yang lebih mengikat agar tidak kehilangan sistem
subak di Bali. Permasalahan yang menghambat pencapaian ketahanan pangan dan
mendekatkan masyarakat dari keadaan rawan pangan adalah konversi lahan
pertanian menjadi bukan pertanian. Kondisi seperti ini terjadi pada wilayah Kota
Denpasar.

1
Kota Denpasar merupakan salah satu wilayah dengan tingkat konversi lahan
pertanian yang tinggi, apalagi Kota Denpasar merupakan pusat ibu kota Provinsi Bali,
yang tentunya menjadi pusat kegiatan perekonomian di Bali. Selain itu Barus et al.
mengindikasikan bahwa dinamika perubahan lahan banyak dipengaruhi oleh
kebijakan BPN dalam perijinan pengusahaan lahan. Dengan demikian data penurunan
luasan lahan sawah merupakan salah satu data penting dalam perencanaan bidang
pertanian. Konversi aktual lahan sawah perlu ditelaah dalam kerangka Undang-
undang No. 41/2009 yang merujuk pada perlindungan lahan pangan berkelanjutan.
Berdasarkan BPS Provinsi Bali (2012), luas wilayah Kota Denpasar yaitu
127,78 km2 (12.778 ha) atau 2,18 % dari luas wilayah Provinsi Bali. BPS Kota
Denpasar (2010) melaporkan, penggunaan lahan untuk sawah 2.768 ha, selanjutnya
luas sawah tahun 2011 sebesar 2.597 ha, ini berarti terjadi pengurangan luas lahan
sawah sebesar 181 ha/tahun (BPS Bali, 2012). Di Kota Denpasar lahan sawah yang
ada sebagian sistem irigasinya sudah rusak, karena Land Consolidation (LC).
Rusaknya jaringan irigasi khususnya di wilayah pemukiman dan juga diakibatkan
oleh pemanfaatan sumber air untuk sektor bukan pertanian (kemasan), PDAM,
sehingga ketersediaan air pengairan untuk sawah semakin berkurang. Pengembangan
pertanian tanaman pangan di Kota Denpasar mengalami gangguan dengan adanya
kemajuan pembangunan di sektor pariwisata, industri, perdagangan, dan sektor lain di
luar pertanian.
Indayati (2007) menyatakan, subak sebagai aktivitas pertanian yang
memiliki kelembagaan adat yang dijiwai oleh filosofi Tri Hita Karana, meliputi
palemahan (wilayah subak), pawongan (petani) dan parahiyangan (relegi/Pura
Bedugul). Ketiga konsep yang terkandung dalam pengelolaan subak memberi
makna bahwa anggota subak harus menyelaraskan hubungannya dengan Sang
Pencipta (adanya pura-pura dan upacara keagamaan), dengan sesama manusia
(aktivitas anggota subak), dan dengan lingkungannya (lahan pertanian). Oleh karena
itu subak sebagai “Warisan Budaya Dunia” tidak hanya bentang persawahannya saja,
melainkan kawasan yang luas merupakan satu kesatuan, meliputi danau/sumber air,
desa-desa, subak, dan pura-pura di dalamnya (Suastika, 2013).

2
Posisi subak saat ini semakin terdesak keberadaannya dengan meningkatnya
kegiatan konversi lahan sawah. Adanya alih fungsi lahan sawah menyebabkan akan
hilangnya palemahan yang berdampak kepada hilangnya pawongan dan akhirnya
parahiyangan tidak diperhatikan oleh masyarakat subak. Pada 29 Juni 2012 subak
ditetapkanan sebagai “ Warisan Budaya Dunia” patut dilindungi seperti budayanya,
lembaganya, lanskapnya, sehingga subak mendapat penghargaan dari Badan
UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD). Dalam mempertahankan
keberadaan subak di Kota Denpasar, semuanya ditetapkan sebagai RTHK (Ruang
Terbuka Hijau Kota). RTHK di beberapa lokasi subak, banyak dilanggar untuk
bangunan dan industri, sehingga keberadaan subak perlu dilestarikan agar ketahanan
pangan berkesinambungan. Dalam rangka perencanaan dan pengembangan wilayah
untuk memudahkan mandapat sistem informasi lahan (PP no. 25 Tahun 2012)
tentang kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan, Lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan (LCPPB) di Kota
Denpasar, segera dilakukan pemetaan melalui teknologi spasial.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis sudah melakukan kegiatan
penelitian tentang lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan judul “ Pemetaan
alih fungsi lahan sawah untuk kelestarian subak dalam menunjang Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kota Denpasar “

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLPPB)


Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLPPB) adalah
sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan,
memanfaatkan dan membina, mengendalikan dan mengawasi lahan pertanian
pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. Berdasarkan Undang-undang
Nomor 41 Tahun 2009, Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam mengendalikan
laju alih fungsi lahan pertanian, khususnya sawah di Indonesia. Dalam pasal 3
PLPPB mempunyai tujuan untuk (1) melindungi kawasan dan lahan pertanian
pangan secara berkelanjutan, (2) menjamin tersedianya lahan pertanian pangan
secara berkelanjutan, (3) mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan
pangan, (4) melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani, (5)
meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat, (6)
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani, (7) meningkatkan
penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak, (8) mempertahankan
keseimbangan ekologis dan (9) mewujudkan revitalisasi pertanian.
Menurut Salikin (2011), sistem pertanian berkelanjutan memiliki 5 dimensi
yaitu nuansa ekologis, kelayakan ekonomi, kepantasan budaya, kesadaran sosial
dan pendekatan holistik. Adapun tujuannya adalah untuk mewujudkan ketahanan
pangan, meningkatkan mutu sumberdaya manusia, meningkatkan kualitas hidup,
dan menjaga kelestarian sumberdaya, melalui strategi kerja keras proaktif,
pengalaman nyata, partisipatif, dan dinamis.
Pertanian Pangan Berkelanjutan (PPB) yang perlu dilindungi di Bali, salah
satunya adalah Subak. Subak merupakan aktivitas pertanian yang memiliki
kelembagaan adat, yang meliputi pelemahan (lahan subak), pawongan
(petani/tenaga kerja pertanian) dan parahyangan, yang terkandung dalam
keharmonisan dalam mengimplemantasikan filosofi Tri Hita Karana. Kehilangan
pelemahan subak berdampak pada terganggunya ketahanan pangan. Salah satu

4
kabupaten/ kota yang mengalami kondisi seperti ini adalah pada wilayah wilayah
Denpasar. Hilangnya palemahan akan berdampak pada hilangnya pawongan dan
pada akhirnya berdampak pada tidak terurusnya parahiyangan (Subadiyasa et al.,
2010).
2.2 Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kota Denpasar
Menurut As-Syakur, (2011), tipe penggunaan lahan pemukiman dan sawah
irigasi merupakan daerah terluas yang mengalami perubahan. Penambahan luas
lahan pemukiman dan pengurangan sawah irigasi merupakan terluas di Kota
Denpasar yaitu 907,89 ha dan -824,16 ha. Terkonversinya lahan subak menjadi
lahan bukan pertanian tidak dapat dihindari akibat dari pembangunan sektor lain
terutama pemukiman dan industri pariwisata. Hal ini berimplikasi tidak saja
terhadap penyusutan lahan pertanian sawah, tetapi juga berdampak sosial terhadap
hilangnya keindahan alam, kurang keseimbangan ekosistem, melunturnya budaya
agraris. Dalam sepuluh tahun terakhir (1996-2006) alih fungsi lahan subak di Kota
Denpasar (635 ha), sudah kehilangan 5 subak dan berpeluang kehilangan 3-4 subak
(Lanya 2007).
Proyeksi alih fungsi lahan subak untuk 10 tahun dan 20 tahun mendatang
diperkirakan lebih dari 10.000 ha dan lebih dari 15.000 ha. Hal ini paling banyak
terjadi di Kota Denpasar. Dalam segi pawongan, bila fungsi lahan telah berubah
dan penguasaan lahan beralih kepada orang lain, maka lambat laun keberadaan
subak akan menjadi punah. Oleh karena itu keberadaan subak harus dilindungi dan
dilestarikan.
Menurut laporan BPS Provinsi Bali (2006, 2007, 2008, 2009 ), bahwa subak
di masing-masing kabupaten/kota di Bali dari tahun 1976 dan 1996 sampai 2008,
luas lahan subak semakin berkurang dengan bertambahnya waktu, data tersebut
disajikan pada Tabel 2.1, Gambar 2.1. Kedelapan kabupaten dan satu kota di
Provinsi Bali saat ini, belum memiliki Perda RTRW dan PLPPB yang cendrung
melegalkan konversi lahan pertanian khususnya subak. Hal ini akan berdampak
pada ketahanan pangan daerah, dan subak sebagai warisan budaya dunia akan
kehilangan identitas sebagai sistem organisasi pengairan.

5
Ditinjau dari segi konservasi tanah dan air, subak sudah diterasering sejak
abad ke- 7 dengan sistem irigasi setengah teknis dan sederhana bahkan sekarang
sudah teknis. Lahan subak juga berfungsi sebagai pengendalian banjir, penangkap
curah hujan, terutama yang berlokasi di hulu sungai. Tanaman padi sebagai
penyumbang oksigen (O 2) pada skala mikro maupun makro. Berbagai persyaratan
yang ditetapkan dalam UU RI No. 41 Tahun 2009, maka seyogyanya seluruh lahan
subak khususnya di Bali perlu dilindungi. Adanya kebutuhan akan pembangunan
bukan pertanian, seperti perumahan, pariwisata dan sarana prasarananya, maka
diperlukan konversi lahan secara terbatas, terutama di daerah sekitar perkotaan,
pusat-pusat pemerintahan dan pariwisata.
Tabel 2.1
Luas sawah/subak di kabupaten/kota Provinsi Bali Tahun 1976, dan 1996- 2008

Tahun Luas Lahan Subak

Tabanan Gianyar Buleleng Badung Karang- Jem- Den- Klung- Bangli Bali
asem berana pasar kung
1976*) 24.950 15.306 14.345 11.385 7.656 6.325 8.291 4.851 3.300 96.609
1996 23.999 15.343 11.649 11.727 7.339 8.259 3.552 4.056 2.906 88.830
1997 23.836 15.322 11.420 11.578 7.308 8.139 3.314 4.049 2.887 87.849
1998 23.464 15.227 11.369 11.473 7.125 8.045 3.205 4.049 2.887 86.836
1999 23.414 15.203 11.448 10.816 7.099 7.889 3.165 4.016 2.888 85.938
2000 23.358 15.169 11.560 10.705 7.066 7.871 3.147 4.013 2.888 85.777
2001 23.154 14.966 11.472 10.619 7.059 7.689 3.031 3.985 2.888 84.859
2002 22.842 14.945 11.245 10.413 7.042 7.339 2.882 3.965 2.888 83.561
2003 22.639 14.937 11.011 10.334 7.034 7.013 2.856 3.932 2.888 82.644
2004 22.626 14.876 10.867 10.299 7.027 6.793 2.814 3.903 2.888 82.095
2005 22.490 14.856 10.618 10.118 7.022 6.559 2.768 3.888 2.888 81.482
2006 22.413 14.896 10.580 10.109 7.011 6.510 2.717 3.873 2.717 81.235
2007 22.479 14.787 10.741 10.125 7.036 6.576 2.717 3.884 2.890 81.207
2008 22.562 14.747 10.913 10.230 7.070 6.477 2.717 3.876 2.890 80.997

Sumber : *) Data Bappeda Provinsi Bali (Hasil Perumusan Lokakarya Subak dan
Desa Adat, April, 1976, (dalam Subadiyasa et al., 2010).
Data Tahun 1996-2008 : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali.

6
Denpasa Klungku Bangli, 2
r, 2,717 ng, 3,87 ,890 Tabanan
6 , 22562
Jembran
a, 6,477
Karanga
sem, 7,0
70

Badung,
10,230 Gianyar,
Buleleng 14,747
Data Subak
, 10,913
Tahun 2008

Gambar 2.1. Luas Subak Tahun 1976, dan 1996 – 2008 di Provinsi Bali (dalam
Subadiyasa et al., 2010)

2.3 Kesesuaian Lahan Lokasi Penelitian


Menurut Arsyad (2010), kesesuaian lahan adalah penilaian dan
pengelompokan atau proses penilaian dan proses pengelompokan lahan dalam arti
kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan
tertentu. Selanjutnya Djaenudin et al., (2003) menyatakan, evaluasi lahan
memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan, suatu wilayah yang dirinci ke dalam
kualitas lahan dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih
karakteristik lahan. Berdasarkan UU No 41 Tahun 2009, kesesuaian lahan pertanian
pangan berkelanjutan adalah perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan

7
dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan yang dilakukan kepada lahan
yang secara biofisik terutama dari aspek kelerengan, iklim, sifat fisik, kimia dan
biologi cocok untuk dikembangkan pertanian pangan dengan memperhatikan daya
dukung lingkungan. Ruang lingkup dari metode ini terdiri dari jenis penggunaan
lahan, karakterisasi dan kualitas lahan serta perbaikan lahan. Dalam penentuan
kesesuaian lahan ada beberapa cara yang digunakan yaitu perkalian parameter,
penjumlahan atau menggunakan hukum minimum yaitu memperbandingkan antara
kualitas lahan dengan karakterisasi lahan sebagai parameter sesuai kriteria kelas
kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau
persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.
Analisis kesesuaian lahan pada dasarnya adalah membandingkan antara
persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan yang ada. Kriteria
klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah sistem klasifikasi kesesuaian
lahan yang disusun oleh Djaenudin et al., (2003). Secara hirarki klasifikasi
kesesuaian lahan ini dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu order, kelas,
subkelas, dan unit. Order adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum, yang
terdiri dari ordo sesuai dan ordo tidak sesuai. Kelas adalah kesesuaian lahan yang
dibedakan pada tingkat ordo. Dalam tingkat kelas lahan yang tergolong ordo sesuai
dibedakan menjadi kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal
(S3), tetapi lahan yang tergolong ordo tidak sesuai tidak dibedakan lagi. Subkelas
adalah kedaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan yang dibedakan berdasarkan
kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas yang terberat,
sedangkan unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.
Tingkatan analisis kesesuaian lahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
klasifikasi tingkat unit.
Bappeda Provinsi Bali (2006), menginformasikan bahwa kesesuaian lahan
Kota Denpasar secara potensial, tergolong sangat sesuai (S1), terdapat pada
wilayah bagian Utara, timur, selatan dan barat yaitu di Kelurahan Peguyangan,
Penatih, Sanur, Kesiman dan Pedungan, apabila air irigasi terpenuhi dan dilakukan
pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Demikian pula kelas agak sesuai

8
yang terdapat di daerah ketinggian tempat lebih dari 40 m dpl. Hal ini disebabkan
adanya irigasi subak, dan teras bangku yang lestari sejak adanya sawah di Bali.
Kota Denpasar akan tetap mempertahankan sektor pertanian dalam batas-batas
tertentu dan dipadukan dengan program penghijauan kota serta dipadukan dengan
penetapan wilayah peresapan dan limpasan air hujan yang wilayah
pengembangannya diutamakan ke arah wilayah-wilayah pengembangan (WP)
seperti : (1) WP Utara bagian utara (Desa Ubung Kaja), (2) WP Timur (Desa
Peguyangan, Peguyangan Kaja, Peguyangan Kangin, Penatih, Penatih Dangin Puri,
Kesiman Kertalangu, Kesiman Petilan, Kesiman), (3) WP Selatan (Sanur Kaja,
Sanur Kauh, Sidakarya, Pedungan, Pemogan), (4) WP Barat bagian Selatan
(Padangsambian Kelod, Pemecutan Kelod).
Perubahan pengembangan pertanian lahan sawah pada wilayah-wilayah
yang sistem irigasinya sudah terganggu, akan lebih cocok dialihkan ke tanaman
pangan lahan kering (hortikultura) karena selain lebih intensif juga akan dapat
berlangsung sepanjang tahun tanpa tergantung pada sistem pengairan yang terus
menerus. Kota Denpasar memiliki luas lahan sawah tahun 2006 sebesar 2.717 ha
(Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Denpasar, 2006) dan pada tahun 2012 jumlah
lahan sawah di Kota Denpasar seluas 2.597 ha (BPS Provinsi Bali, 2012). Dalam
kurun waktu enam tahun terjadi pengurangan luas lahan sawah sebesar 120 ha (20
ha per tahun). Pengembangan pertanian tanaman pangan di Kota Denpasar
mengalami gangguan dengan adanya kemajuan pembangunan di sektor pariwisata,
industri, perdagangan, dan sektor lain di luar pertanian. Permasalahan utama yang
ditemukan pada keberadaan sawah di Kota Denpasar adalah terdesaknya lahan
pertanian sawah untuk fungsi bukan pertanian.
2.4 Kriteria Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Berdasarkan hasil penelitian Subadiyasa dkk., (2010) dapat ditetapkan 9
parameter kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Tabanan,
sedangkan untuk Kota Denpasar akan menyesuaikan dengan karakteristik wilayah.
Pada Kota Denpasar ditetapkan 4 parameter kawasan lahan pertanian pangan
berkelanjutan.

9
Adapun 9 parameter untuk Kabupaten Tabanan yang ditetapkan sebagai
acuan dalam penelitian ini meliputi : (1) posisi dan atau lokasi subak dalam Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan atau bagian hulu, tengah dan hilir, (2) sumber air,
dibedakan atas sistem irigasi, yaitu irigasi teknis, setengah teknis, sederhana dan
tradisional., (3) bentuk wilayah dan atau relief atau kemiringan lereng asal
dibedakan atas : bergunung, berbukit, bergelombang, berombak, landai dan datar,
(4) curah hujan, bagi sawah-sawah yang pengairannya sederhana dapat berubah
menjadi sawah tadah hujan, karena hanya dapat bercocok tanam padi pada musim
penghujan, akibat dari debit air irigasi sangat kecil. Curah hujan dikelompokkan
menjadi > 2500 mm/th, 2000 – 2500 mm/th, dan < 2000 mm/th. Curah hujan >
2500 mm/th dianggap dapat melakukan penanaman dua kali setahun dan curah
hujan <1000 mm/th dianggap sawah tadah hujan, (5) ketinggian tempat,
berpengaruh terhadap produksi dan fungsi lingkungan. Tinggi tempat dikelaskan ke
dalam > 500 m dpl, 100 – 500 m dpl, dan < 100 mm dpl. Ketinggian tersebut
berturut-turut menunjukkan daerah hulu, tengah dan hilir DAS. Demikian pula
sawah yang berada diketinggian lebih dari 500 m dpl lebih baik ditanam padi lokal,
sedangkan pada ketinggian < 100 m dpl sesuai untuk padi unggul. Ketinggian
tempat > 500 m diatas permukaan laut lebih sesuai untuk padi lokal. Ketinggian
tempat di daerah vulkanis terkait dengan posisi daerah tangkapan hujan, dan iklim
(curah hari hujan, dan kelembaban), (6) kesesuaian lahan sawah dengan RTRW.
Tingkat kelestarian dan konversi lahan sawah sangat tergantung dari alokasi ruang
dalam RTRW. Sawah-sawah yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya bukan
pertanian akan mengalami konversi lahan, (7) kesesuaian lahan agroekosistem
untuk padi sawah, tujuannya untuk mencocokkan antara potensi sumberdaya fisik
dan lingkungan dengan persyaratan kebutuhan tanaman. Sawah yang sangat sesuai
perlu dilestarikan, karena mempunyai potensi produksi yang tinggi untuk
menunjang kebutuhan pangan dan persediaan pangan. Sawah yang agak sesuai
memerlukan input teknologi, artinya dapat dijadikan lahan penyangga, dan sawah
yang kurang sesuai, merupakan lahan yang dapat dikonversi, (8) produktivitas
lahan, sawah yang berproduksi tinggi sebaiknya dikonservasi atau dilestarikan.
Kriteria > 5 ton/ha/panen, 2,5 – 5 ton/ha/panen dan < 2,5 ton/ha/panen, (9) jarak

10
dari pusat pemukiman dan atau perkotaan, persediaan lahan untuk pembangunan,
baik untuk pemukiman, dan kegiatan non pertanian lainnya ditetapkan pada radius :
< 2 km, 2 - 5 km,dan > 5 km. Hal ini memberikan peluang persediaan lahan untuk
pembangunan non pertanian diutamakan pada radius < 2 km dari pusat kota.
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat ditetapkan 4 parameter sesuai
dengan karakteristik wilayah Kota Denpasar ditetapkan yaitu dengan tidak
mengikutsertakan parameter ketinggian tempat dan kemiringan lereng, curah hujan,
jarak dari pusat Kota dengan pemukiman dan susunannya juga berbeda. Bagi
Semua parameter tersebut di atas, dilakukan pembobotan dan penskoran untuk
dinilai dan diklasifikasikan secara kuantitatif dan disajikan pada Tabel 2.2.
Persyaratan kesuburan tanah tidak digunakan sebagai parameter, karena kesuburan
tanah telah dipersyaratkan dalam kesesuaian lahan. Kekurangan hara tanaman
merupakan pembatas minor yang dapat dilakukan dengan pemupukan sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Persyaratan kemiringan lereng tentunya hanya
memungkinkan untuk landform volkanik dan struktural, sedangkan untuk landform
alluvial yang berlereng, landai sampai mendatar. Dalam persyaratan perlu
disesuaikan dengan kondisi fisik dan lingkungan wilayah, tidak berupa general
untuk seluruh wilayah. Ada beberapa persyaratan yang tidak perlu diikutkan,
seperti bentuk wilayah dan kemiringan lereng. Berdasarkan hasil penelitian
Subadiyasa, dkk., (2010), dan dilengkapi dengan prinsip pertanian pangan
berkelanjutan yang dilandasi dengan kelestarian lingkungan, maka dapat ditetapkan
kriteria pembobotan dan penskoran.

11
Tabel 2.2
Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing
Parameter untuk Klasifikasi Subak
No. Parameter Penilaian
Bobot Skor Nilai

1 Kesesuaian Lokasi sawah dengan RTRW 4


- Kawasan lindung dan lindung strategis 3 12
- Kawasan Budidaya Pertanian 2 8
- Kawasan budidaya non pertanian 1 4
Nilai 24
2. Pengairan : 3
- Irigasi teknis-semi teknis 3 9
- Irigasi sederhana 2 6
- Tadah hujan 1 3
Nilai 18
3. Kesesuaian lahan Agroekosistem padi sawah 2
- Sangat sesuai 3 6
- Sesuai 2 4
- Agak sesuai 1 2
Nilai 12
4. Produktivitas lahan : 1
- >5 ton/ha/panen 3 3
- 2,5 - 5 ton/ha/panen 2 2
- < 2,5 ton/ha/panen 1 1
Nilai 6

Kriteria 1 : Lahan lestari : Total nilai ≥ 100


Lahan Penyangga : Total nilai 50 – 100
Lahan terkonversi : Total nilai < 50

Kriteria 2: Lahan lestari : Total nilai ≥ 75


Lahan Penyangga : Total nilai 25-75
Lahan terkonversi : Total nilai < 25

12
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
(1) Memetakan alih fungsi lahan sawah untuk kelestarian subak
(2) Mengetahui kesesuaian lahan sawah dalam menunjang pertanian pangan
berkelanjutan.
(3) Menata kembali penggunaan lahan sesuai fungsi yang telah ditetapkan oleh
penataan ruang yang berlaku di Kota Denpasar.
(4) Menentukan bobot dan skor masing-masing parameter sesuai dengan
perannya terhadap pelestarian sumberdaya lahan

3.2 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masayarakat tani
sebagai acuan dalam praktek. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan
digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan ranperda terkait dengan (1) alih
fungsi lahan dan (2) peraturan pertanian pangan berkelanjutan. Untuk diusulkan
sebagai dasar pengusulan luas lahan pertanian yang perlu dilindungi berdasarkan
kajian akademik. Perguruan tinggi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang pertanian, dan bermanfaat sebagai bahan kuliah yang terkait
dengan pengelolaan sumberdaya lahan.

13
BAB IV
BAHAN DAN METODE
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Denpasar terdiri atas 4 Kecamatan
yaitu (1) Kecamatan Denpasar Utara, (2) Kecamatan Denpasar Timur, (3)
Kecamatan Denpasar Selatan, dan (4) Kecamatan Denpasar Barat. Jenis data yang
dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah metode kualitatif dan
kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk mengukur
data dengan suatu alat ukur tertentu yang diperlukan untuk kebutuhan analisis
yang secara kuantitatif berupa angka-angka. Dalam penelitian ini yang termasuk
metode kuantitatif adalah metode survei yang mengamati langsung di lapangan dan
mengambil sampel tanah kemudian di analisis di laboratorium untuk dilakukan
analisis tanah sesuai dengan keperluan penelitian. Adapun parameter yang diamati
dalam penelitian seperti kesesuaian lahan (sifat kimia tanah yaitu : tekstur tanah,
kandungan bahan organik, N Total, P tersedia, K tersedia, KTK, KB, pH tanah,
kadar garam, permeabilitas tanah, dan berat volume tanah. Parameter lainnya juga
diamati meliputi produktivitas lahan, jaringan irigasi, dan Kesesuaian lokasi sawah
dengan RTRW
Metode kualitatif adalah metode yang tidak menggunakan data berupa angka
yang berupa penjelasan berhubungan dengan obyek penelitian. Metode kualitatif
dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data dimulai dari (1) studi pustaka
yaitu mengumpulkan sumber data penelitian sebelumnya maupun teori-teori yang
mendukung penelitian yang akan dilaksanakan, (2) Survei tanah dan wawancara,
yaitu pengambilan sampel tanah dan pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung dengan responden pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan
sebelumnya. Data kualitatif juga berupa data yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik (BPS), dan peta citra satelit, peta dasar dan peta tematik.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Denpasar dengan luas wilayah
127,78 km2 atau 12778 ha (BPS, Kota Denpasar, 2014) dan secara geografis

14
terletak pada 08º36'56" - 08º42'01" LS dan 115º10'23" - 115º16'27" BT. Kota
Denpasar berbatasan dengan di sebelah Utara Kabupaten Badung, di sebelah Timur
Kabupaten Gianyar, di sebelah Selatan Selat Badung dan di sebelah Barat
Kabupaten Badung. Ditinjau dari topografi keadaan wilayah Kota Denpasar secara
umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75 m diatas
permukaan laut. Topografi/relief landai dengan kemiringan lahan berkisar antara 0
- 5 % namun dibagian atas kemiringannya mencapai 15%.
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Maret sampai Oktober 2015 yang
berlokasi di wilayah sawah di seluruh Kota Denpasar. Mulai April penulis sudah
mengumpulkan bahan-bahan penelitian dan membuat peta unit lahan yang merupakan
kompilasi peta dari peta kelas lereng, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan. Peta
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 4.1
4.3 Penentuan Sumber Data
Penentuan sumber data penelitian ini didasarkan atas data informasi dilakukan
dengan cara mengumpulkan data sekunder data primer.
(a) Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari lapangan dengan metode
wawancara maupun mengambil contoh tanah sawah di seluruh Kota Denpasar..
(b) Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber tidak langsung, umunya
didapatkan dari badan/dinas/instansi pemerintah maupun swasta. Data
sekunder ini bersumber dari perpustakaan/literatur, Badan Pusat Statistik
Provinsi Bali, Kota Denpasar, hasil sensus penduduk tahun 2000 dan 2010,
Bappeda Kota Denpasar dan dinas-dinas terkait (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortkultura, Dinas Kependudukan, dan Badan Informasi Geospasial
(BIG) serta sumber-sumber lain seperti hasil-hasil penelitian yang terdahulu yang
berhubungan dengan penelitian ini). Hubungan parameter dengan sumber data
(data primer, data sekunder dan analisis data) disajikan pada Tabel 4.1.

15
PETA LOKASI PENELITIAN
1 1 4 ° 2 8 ' 2 8 " BT Greenw ik 114° 38' 28" 114° 48' 28" 114° 58' 28" 115° 08' 28" 115° 18' 28" 115° 28' 28" 115° 38' 28"
8° 00 8° 00

P. JAWA

P. MENJANGAN L A U T B A L I

I
AL
SINGARAJA

AT B
Ke c . Bu le le ng
Ke c . Ku b u ta m b a h a n
Ke c . Te ja ku la

8° 10 8° 10

S EL
Ke c . Sa w a n
C e luk a n Baw ang
Gilim anuk Ke c . Ge ro kg a k

Ke c . Su ka sa d a

Ke c . Kinta m a ni
KABUPATEN BULELENG
D . Buyan
Ke c . Ba nja r D . Ba tur Ke c . Ku b u
Ke c . Se ririt
Ke c . M e la ya
D . Ta m b ling an
D . Be ra tan
KABUPATEN BANGLI
KABUPATEN JEMBRANA Ke c . Ba tu riti
Ke c . Pe ta ng
A M ED
8° 20 8° 20
Ke c . Bu su ng b iu
Ke c . Ba ng li
NEGARA

L O M B O K
Ke c . M e nd o yo Ke c . Pu p ua n Ke c . Re nd a ng Ke c . A b a ng
Ke c . N e g a ra Ke c . Pa ya ng a n
KABUPATEN KARANGASEM
Ke c . Pe ne b e l
Ke c . Te g a llala ng

Ke c . Pe ku ta ta n
KABUPATEN Ke c . Te m b uku Ke c . Be b a nd e m
KABUPATEN TABANAN GIANYAR
Ke c . Su sut
Ke c . Se la t Ke c . Ka ra ng a se m

S ELA T
Ke c . M a rg a
BANGLI
AMLAPURA
Ke c . Se le m a d e g
8° 30 Ke c . Sid e m e n
Ke c . M a ng g is
Ke c . Ta m p a k siring
S Ke c . Ta b a na n
Ke c . Ba nja ra n g k a n
A KABUPATEN
M Ke c . Ub ud
TABANAN Ke c . A b ia nse m a l Ke c . Gia n ya rK L U N G K U N G
U Ke c . Da w a n
Pad ang b ai
D Ke c . Ke ra m b ita n KABUPATEN SEMARAPURA
E BADUNG GIANYAR
R Ke c . Klun g k ung
Ke c . M e ng w i Ke c . Bla hb a tuh
A
I Ke c . Ke d iri
N Ke c . Su ka w a ti
D
O G
N
Ke c . De np a sa r
Ba ra t D UN
E Ke c . De np a sa r
Tim ur BA
8° 40 S
Ke c . Ku ta DENPASAR L AT 8° 40
I
A KOTA SE
P. LEMBONGAN
DENPASAR

Lokasi Penelitian
Ke c . De np a sa r
Se la ta n
P. CENINGAN

P. SERANGAN NUSA PENIDA


Ke c . N u sa Pe nid a
Be noa
A irp o rt N g urah Rai

8° 50 Ke c . Ku ta 8° 50

8° 60 8° 60
7 ° 4 0 BT J a k a rta 7° 50 8° 00 8° 10 8° 20 8° 30 8° 40 8° 50

Sumber : Peta Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009


Gambar 4.1 . Peta Lokasi Penelitian

4.4 Variabel Penelitian


Variabel penelitian yang diamati adalah: sumber air irigasi, kesesuaian
lokasi sawah dengan RTRW, kesesuaian lahan agroekosistem, dan produktivitas
lahan Tabel 4.1). Klasifikasi numerik berdasarkan skor dan pembobotan
kemudian dioverlay dengan klasifikasi spasial dengan menggunakan teknologi
GIS dan Remote sensing akan didapatkan peta kelas-kelas Kawasan pertanian
pangan berkelanjutan meliputi : (1) Peta Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
(LP2B), (2) Peta Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B), dan
Peta Lahan yang dapat dikonversikan.
Tabel 4.1
Hubungan Variabel dengan Sumber Data
(data primer, data sekunder dan analisis data)

No Kriteria Data Primer Data Sekunder Analisis Data

1. Kesesuaian lokasi √ Perda Kota Denpasar dan √


sawah dg RTRW Perda Prov. Bali
2. Air irigasi √ PU Pengairan Prov. Bali √

3. Kesesuaian Lahan √ √

Agroekosistem

16
4. Produktivitas lahan √ Badan Pusat Statistik Prov. Bali √

4.5 Bahan Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
(a) Analisis laboratorium menggunakan bahan- bahan berupa zat kimia sebagai
reagensia untuk analisis tanah. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk
analisis di laboratorium meliputi: (1) H2 SO4 pekat, selen, Parafin cair, NaOH,
H3BO3, HCl, dan indikator Conway, larutan P-A, P-B, dan P-C, NH4Oac,
Alkohol 80 %, parafin cair, NaOh 50 %, H 2 SO4 0,1 N, indikator Conway,
HCl 0,1 N, indikator metil merah dan NaOH 0,1 N, H 2SO 4 Pekat, H3 PO4
pekat, K2Cr2 O7, dan DPA, H 2O2, HCl, dan Calgon.
(b) Peta-peta berupa : peta jenis tanah, peta penggunaan lahan, peta kelas lereng
Kota Denpasar untuk pembuatan peta init lahan. Disamping itu juga bahan
yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah peta topografi/peta rupabumi
(Bakosurtanal, 2000, peta produktivitas, dan peta tematik (RTRW, dan citra
satelit serta data statistik mulai 2010 - 2012 Kota Denpasar.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1) Untuk pemetaan digunakan seperangkat komputer dengan program Arc-GIS,
yang terdiri dari hardwear dan soft wear. Perangkat keras (hardwear) terdiri
dari meja digitizer untuk digitasi dan analisis peta-peta tematik, printer.
(2) Analisis di laboratorium dibutuhkan oven, pH meter, Konduktometer,
Spektrofotometer, labu ukur 1000 ml, Erlermeyer 50 ml, pipet, buret, ayakan,
pemanas air, ruang asam, alat untuk destilasi, labu didih, ring sampel, dan
kertas saring dll.
(3) Instrumen yang dibutuhkan untuk survei di lapangan meliputi : bor belgi, pisau
lapang, altimeter, abney level, kompas, kantong plastik, label, meteran dan
GPS serta alat-alat tulis.
4.7 Prosedur Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi: 7 tahapan yaitu :
(1) Persiapan

17
Kegiatan penelitian ini diawali dari penelusuran melalui studi pustaka untuk
mendapatkan informasi awal tentang kondisi daerah penelitian dari hasil
penelitian sebelumnya, baik berupa data dari laporan-laporan maupun peta-
peta yang telah ada. studi perpustakaan sebagai acuan dan perencanaan studi
lapangan, mengunduh hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan
penelitian yang akan diteliti.
(2) Penelitian pendahuluan (identifikasi dan deskripsi).
Penelitian pendahuluan meliputi : analisis data dan informasi dari citra satelit
dan peta dasar : peta dasar (jalan, sungai, saluran irigasi, batas administrasi),
peta penggunaan lahan, perencanaan lokasi pengamatan kehomogenitasan
satuan lahan homogen. Interpretasi citra satelit untuk pembuatan peta tentatif :
penggunaan lahan.
(3) Studi Lapangan meliputi : inventarisasi, deskripsi wilayah, survei dan pemetaan
unsur potensi sumberdaya lahan (tanah, air dan tanaman).
(4) Mengkaji seluruh data dan informasi dasar secara integrasi, sinergis sesuai
dengan tujuan
(5) Pemutakhiran peta-peta potensi sumberdaya fisik wilayah, dan peta penunjang
sebagai data spasial berdasarkan analisis citra satelit dan GIS.
4.7.1 Studi pustaka
Studi pustaka merupakan kajian awal dari rangkaian seluruh kegiatan,
meliputi kajian berbagai peta SDA. Dalam kegiatan pendahuluan dilakukan
rancangan terpadu dari berbagai komponen dalam bentuk dan struktur data dan peta
tentatif yang akan didapatkan dari berbagai sumber dan kegiatan survei lapang.
4.7.2 Analisis data dan interpretasi citra satelit
Interpretasi citra satelit untuk identifikasi, deskripsi dan klasifikasi
penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan tiga metode analisis yaitu : (1)
elemen analisis, (2) pola analisis, dan (3) fisiografi analisis. Elemen analisis
dilakukan dengan 9 unsur: bentuk dan ukuran warna dan kekontrasan, tekstur dan
pola, bayangan, lokasi, dan asosiasi. Ke - 9 unsur tersebut digunakan untuk
klasifikasi penggunaan lahan. Selanjutnya dibuatkan peta tentatif penggunaan lahan

18
sebelum pengamatan lapang. Sistem klasifikasi penggunaan lahan pada skala 1 :
50.000, mengacu pada Sistem Klasifikasi BPN (1997).

4.7.3 Kriteria parameter klasifikasi dan pemetaan PLP2B.


Kriteria dan pemetaan kawasan PLPPB berbasis GIS mengacu pada
klasifikasi pada penelitian Subadiyasa et al., (2010) dengan memodifikasi bobot
dan skor sesuai dengan kondisi fisik wilayah. Adapun ke - 4 parameter tersebut
adalah:
(1) Kesesuaian lokasi sawah dengan RTRW
Tingkat kelestarian dan konversi lahan sawah sangat tergantung dari alokasi
ruang dalam RTRW. Sawah-sawah yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya
bukan pertanian akan mengalami konversi lahan, berbeda dengan sawah yang
dialokasikan dengan sebagai kawasan lindung yang akan dilestarikan. Sawah-
sawah yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya pertanian akan mengalami
konversi terbatas, dengan dalih kebutuhan penunjang pertanian termasuk
pendirian rumah petani. Untuk Kota Denpasar, kriterianya tergantung dari
perda RTRW, yaitu lahan sawah yang ditetapkan sebagai kawasan RTHK
maka dialokasikan sebagai sawah lestari, sedangkan sawah yang dialokasikan
untuk kawasan budidaya pertanian sebagai subak penyangga, dan sawah yang
telah ditetapkan sebagai kawasan bukan pertanian akan terkonversi yang
bedampak pada hilangnya subak.
(2) Air Irigasi
Air irigasi dibedakan atas sistem irigasi, yaitu irigasi teknis, setengah teknis,
sederhana dan tradisional. Sistem irigasi di Bali yang dinamakan subak
dibangun sejak abad ke-7 yang dibedakan pengairan semi teknis, sederhana
dan tradisional.
(3) Kesesuaian lahan agroekosistem untuk padi sawah
Tujuannya untuk mencocokkan antara potensi sumberdaya fisik dan
lingkungan dengan persyaratan kebutuhan tanaman. Sawah yang sangat sesuai

19
perlu dilestarikan, karena mempunyai potensi produksi yang tinggi untuk
menunjang kebutuhan pangan dan persediaan pangan. Sawah yang agak sesuai
memerlukan input teknologi, artinya dapat dijadikan lahan penyangga, dan
sawah yang agak sesuai, merupakan lahan yang dapat dikonversi.
(4) Produktivitas lahan
Sawah yang berproduksi tinggi sebaiknya dikonservasi atau dilestarikan.
Produksi rata-rata mencapai 5,38 ton/ha/panen. Kriteria > 5 ton/ha/panen, 2,5
– 5 ton/ha/panen dan < 2,5 ton/ha/panen. Sawah di Bali perlu dilestarikan,
selain produksinya di atas rata-rata nasional (4 ton/ha/panen), juga sebagai
warisan sosial budaya agraris dengan sistem subaknya. Sawah di daerah
vulkanis dengan teras bangku dan sistem pengairan sebagai hasil cipta karya,
mampu berproduksi secara berkesinambungan dan dapat melestarikan alam
dan budaya serta tameng ajeg Bali.
Keempat parameter tersebut di atas, dilakukan pembobotan dan penskoran
untuk dinilai dan diklasifikasikan secara kuantitatif. Pembobotan dan penskoran
akan berubah sesuai dengan kebutuhan pangan untuk waktu tertentu dan ada
tidaknya perda RTRW di Kota Denpasar disajikan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk
Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kota Denpasar
No Parameter Penilaian
. Bobot Skor Nilai
1 Kesesuaian lokasi sawah dengan RTRW : 4
- Kawasan RTHK 3 12
- Lahan Pertanian 2 8
- Lahan terlantar 1 4
Nilai 24
2 Pengairan :
- Irigasi teknis-semi teknis 3 3 9
- Irigasi sederhana 2 6
- Tadah hujan 1 3
Nilai 18
3 Kesesuaian lahan Agroekosistem untuk padi sawah : 2
- Sangat sesuai 3 6
- Sesuai 2 4
- Agak sesuai 1 2
Nilai 12

20
4 Produktivitas lahan : 1
- >5 ton/ha/panen 3 3
- 2,5 - 5 ton/ha/panen 2 2
- < 2,5 ton/ha/panen 1 1
Nilai 6

Kriteria 1 : Lahan Lestari : Total nilai ≥ 100


Lahan Penyangga : Total nilai 50 – 100
Lahan terkonversi : Total nilai < 50
Kriteria 2 : Lahan lestari : Total nilai ≥ 75
Lahan Penyangga : Total nilai 25-75
Lahan Terkonversi : Total nilai < 25

Diagram alir penelitian tahap I – III disajikan pada Gambar 4.2

Tahap I : Persiapan (Studi Pustaka)

Identifikasi dan Deskripsi Peta Dasar


untuk PLP2B Wilayah Penelitian

Pengumpulan Data Sekunder berupa peta: 4 parameter


(1) Peta Kesesuaian lokasi sawah dengan RTRW, Pemetaan
(2) Peta Jaringan Irigasi, Penggunaan
(3) Peta Kesesuaian lahan agroekosistem padi sawah, Lahan Berbasis
(4) Peta Produktivitas lahan,
Citra Satelit Tahun
2002 dan 2012
Pengumpulan data sekunder :
- Data BPS Provinsi Bali Tahun 2007 – 2012 untuk :
- proyeksi ketahanan pangan untuk 50 tahun ke depan,
- proyeksi jumlah penduduk,
- Data produktivitas sawah 5 tahun Terakhir.

Tahap II : Lapangan – Laboratorium

21
LAPANGAN

Survei Tanah Cek Lapang Pengamatan Peta Survei


Penggunaan lahan Penunjang
Hasil Interpretasi
Satuan Pengelolaan Produksi Padi
Peta Lereng
Lahan
sawah
Peta Curah Hujan

Pengambilan Observasi lapang Peta Produksi


sampel Tanah untuk kesesuaian
lahan
Pengambilan
Sampel di Lapang

Data Kesesuaian
Observasi di lapang Lahan Analisis Laboratorium

Karakteristik lahan di lapangan yang diamati Jenis analisis di Lab. :


meliputi: - Tekstur tanah, kandungan pasir
- unit geomorfologi/ landform, kasar dan pasir halus
- jenis batuan/bahan induk tanah, - bahan organik,
- kemiringan lereng permukaan, - N Total,
- jenis tanah - P tersedia,
- kedalaman tanah/ kedalaman efektif - K tersedia,
- KTK,
tanah, - KB,
- sebaran batuan di permukaan - pH tanah,
tanah,
- kadar garam
- ada tidaknya bahan kasar dalam
penampang tanah, kondisi
drainase tanah.

Kesesuaian lahan di Kota Denpasar

22
Tahap III : Analisis Data

Analisis Data

Klasifikasi Luas Klasifikasi


Lahan Numerik

Metode Pembobotan
dan Penskoran

Spasial Analisis

 Peta Alih Fungsi Lahan


 Peta Kesesuaian Lahan
 Peta Status kesuburan
tanah sawah

Gambar 4.2. Diagram Alir Penelitian Tahap I - III

23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Alih Fungsi /Perubahan Penggunaan Lahan Sawah di kota Denpasar
Berdasarkan hasil analisis Citra Lansat 8 dari tahun 1992 sampai 2015
menunjukkan bahwa perubahan lahan sawah tertinggi terjadi pada perubahan luas
sawah dari tahun 2000 sampai tahun 2003 yaitu 236,34 ha, kemudian berturut-
turut diikuti oleh perubahan dari tahun 1992 sampai 2000 yaitu 235,53 ha; dari
tahun 2008-2015 yaitu 175,79 ha dan yang terendah terjadi pada perubahan jumlah
luas lahan sawah dari tahun 2003 sampai 2008 yaitu 163,36 ha. Data luas
perubahan penggunaan lahan sawah dari tahun 1992 sampai 2015 di Kota
Denpasar, disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 51
Luas Perubahan penggunaan Lahan Sawah di Kota Denpasar

No. Waktu Luas lahan Perubahan luas sawah Perubahan Laju


Sawah waktu perubahan
frekuensi Luas Per tahun
perubahan
1 1992 7194,66 1992-2000 1.884,21* 8 235,53
2 2000 5310,45 2000-2003 709,02* 3 236,34
3 2003 4601,43 2003-2008 816,79* 5 163,36
4 2008 3784,64 2008-2015 1.230,52 7 175,79
5 20015 2554,12 1992-2015 4.640,54 23 201,76
Keterangan : * Sumber data As-Syakur, A.R. dan Adnyana, S. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan
Di Daerah Aliran Sungai Badung

Tabel di atas menunjukkan bahwa perubahan/alih fungsi penggunaan lahan sawah


dari tahun 1992 sampai tahun 2015 dari interpretasi citra lansat 8, meningkat
berkurangnya lahan sawah sebesar 4.640,54 ha. Hal ini berarti Kota Denpasar selama 23
tahun kehilangan pangan berupa beras seluas 4.640,54 ha atau setiap tahun rata-rata
berkurang lahan sawahnya sebanyak 201,76 ha.
Tabel 5.2
Perubahan penggunaan Lahan di masing-masing Kecamatan Kota Denpasar

No Kecamatan Waktu (Tahun) Total perubahan


1992 2000 2003 2008 2015 luas sawah/waktu
1 Denpasar Barat 1496.44 1038.45 870.63 601.33 367.62
2 Denpasar 2192.70 1730.29 1441.97 1243.27 723.35
Selatan
3 Denpasar Timur 1896.30 1358.56 1259.22 1070.67 835.85
4 Denpasar Utara 1609.22 1183.15 1029.61 869.38 627.30

24
8000

7000

6000
Luas (Ha)

5000

4000

3000

2000
1992 2000 2003 2008 2015
Tahun

Gambar 5.1 Data Perubahan Penggunaan Lahan sawah di Kota Denpasar Tahun 1992-2015

Berdasarkan data grafik perubahan penggunaan lahan sawah dari tahun


1992 sampai 2015 menunjukan linier dengan perubahan waktu. Ini berarti
kehilangan lahan sawah secara drastis dari tahun ke tahun yang begitu besar
jumlahnya. Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah penduduk yang begitu
pesat dari tahun ke tahun dan berkembangnya perekonomian. Hal ini di dukung
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Dalam Angka Tahun 2004 jumlah penduduk
446,226 orang dan kemudian pada tahun 2014 menjadi 846,2 orang. Hal ini berarti
selama 10 tahun terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 399,974 0rang,
dengan demikian bertambahnya jumlah penduduk sebesar ini menemerlukan lahan
tempat tinggal yang begitu banyak.

25
Gambar 5.2 Peta Penggunaan lahan sawah di Kota Denpasar Tahun1992 dan 2015

26
5.2 Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan merupakan salah satu faktor pertama yang harus dikaji
dalam mempersiapkan budidaya tanaman. Hasil rekapitulasi survei lapang
disajikan pada Lampiran 4. Berdasarkan hasil survei lapang pada lahan sawah
Kota denpasar menunjukkan sifat fisik tanah antara lain tekstur tanah berkisar
lempung sampai lempung liat berpasir, drainase agak buruk sampai buruk,
kedalaman efektif berkisar dari 45-95 cm, bahan kasar berkisar 0-30%. Keaadaan
sifat kimia tanah seperti: pH 6,4-7,16; KB berkisar dari 53,08-99,63; KTK
berkisar dari 19,60 -94,67; C-org berkisar 1,25-3,45%. Untuk hasil analisis lainnya
bisa dilihat pada Lampiran 4.
Untuk menetapkan kelas/subkelas kesesuaian lahan aktual dengan
memadukan dan membandingkan antara karakteristik/kualitas lahan dengan
persyaratan tumbuh (crop requirement) komoditas tanaman yang akan dievaluasi.
Metode ini juga disebut system “matching” yaitu dengan menggunakan kriteria
kesesuaian lahan dipadukan dengan petunjuk teknis evaluasi lahan untuk
komoditas pertanian dari Balai Penelitian Tanah (2003). Dalam system matching
ini berlaku hukum minimum, yaitu kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh nilai
terkecil dari karakteristik/kualitas lahan yang sifatnya sebagai pembatas terberat
atau paling sulit diatasi dibandingkan dengan faktor pembatas lainnya. Komoditas
tanaman yang akan dievaluasi adalah komoditas tanaman pangan padi yang ada di
seluruh Kota Denpasar
Hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual dan potensial berdasarkan hasil
matching kualitas/karakteristik lahan sawah untuk komoditas padi yang dievaluasi
pada masing-masing satuan lahan dapat dilihat pada Lampiran 3.

1. Kesesuaian Lahan Aktual

Berdasarkan hasil matching antara kualitas/karakteristik lahan dengan


komoditas tanaman yang dievaluasi, kesesuaian lahan aktual sebagian besar
tergolong sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai bersyarat (S3) .
Kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat utama antara

27
lain: kualitas lahan media perakaran yaitu kedalaman efektif, kadar P2O5 tersedia,
ketersediaan air dan lereng.

2. Kesesuaian Lahan Potensial

Berdasarkan atas asumsi jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan


terhadap kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat,
kelas kesesuaian lahan potensial. Untuk tanaman padi sawah berkisar sangat
sesuai (S1) sampai agak sesuai (S2). Kualitas lahan yang bersifat sebagai faktor
pembatas adalah: kualitas kedalaman efektif dan bahaya banjir.

Berdasarkan pada asumsi tingkat perbaikan dan jenis usaha perbaikan


terhadap kualitas/karakteristik lahan aktual menjadi potensial menurut tingkat
pengelolaannya. Kesesuaian lahan potensial untuk komoditas yang dievaluasi
tanaman padi sawah irigasi. Faktor pembatas kedalaman efektif bisa diperbaiki
dengan menghidari penggunaan traktor pada saat membajak, sehingga kedalaman
efektif tanah dapat diperdalam. Faktor pembatas lainnya yaitu bahaya banjir bisa
diperbaiki dengan membuat saluran drainase, sehingga kesesuaian lahan dapat
ditingkatkan menjadi sangat sesuai (S1).

5.3 Arahan/Rekomendasi Pengelolaan Lahan


Evaluasi kesesuaian lahan tidak hanya menghasilkan kelas kesesuaian
lahan saja, akan tetapi juga harus dapat menunjukkan pilihan pengelolaan lahan
lebih lanjut. Asumsi yang digunakan adalah bahwa kelas kesesuaian lahan seperti
uraian di atas dikelompokkan berdasarkan atas jenis dan jumlah faktor
pembatasnya.
Penetapan alternatif penggunaan/pengelolaan lahan mutlak harus berdasarkan
atas hasil evaluasi kesesuaian lahan yaitu: deskripsi karakteristik/kualitas lahan,
hasil evaluasi kesesuaian lahan, deskripsi jenis dan intensitas faktor
penghambatnya, asumsi mudah tidaknya usaha perbaikan yang dapat dilakukan
terhadap faktor prnghambatnya (uji produktivitas lahan). Perlunya dirancang
alternatif penggunaan lahan di daerah penelitian adalah untuk perbaikan
(kelestarian lahan), di samping peningkatan produktivitas lahan/tanamannya.

28
Dalam FAO (1983) dijelaskan bahwa sasaran yang harus dicapai oleh
perencanaan tataguna lahan perkotaan harus memenuhi syarat kelestarian,
efisiensi, keadilan (kesamaan hak), dan dapat diterima semua pihak (sustainability,
efficiency, equity dan acceptability). Sebaran data kesesuaian lahan dituangkan
dalam peta kesesuaian lahan sawah di Kota Denpasar pada Gambar 5.3

Gambar 5.3. Peta Kesesuaian Lahan Potensial pada Lahan sawah Kota Denpasar.

29
Tabel 2. Rekapitulasi hasil survei pemetaan potensi fisik wilayah dan pengembangan komoditas pertanian di Kota Denpasar

N No Dusun/Des Letak Elev Ler Pan Relie Pen V Manag Lapisa Kedalam Drainase
o SL/ a/Kecamata geografis asi eng jan f gg. eg emen n Ap an Tanah
no n (m) (%) g Lah et Lahan (cm) Efektif
lap. Dpl Ler an as (cm)
eng i
(m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Denpasar Utara
1. 2/24 Ubung 08o36ʹ 47,8”LS 87 19 500 Bergelo Sawa Pad Sedang 0-45 150 Br
Kaja/Denpasar 115o11’27,6” BT mbang h i
Utara irigasi sa
wa
h
2. 3/ 12 Peguyangan 08o36’31,9”LS 73 4 600 Beromb Sawa Pad Sedang 0-30 75 Br
Kangin/Denpas 115o14’ 10,1” BT ak h i
ar Utara irigasi sa
wa
h
3. 2/17 Peguyangan 08o16ʹ 39,2,”LS 128 8 100 Bergelo Sawa Pad sedang 0-45 80 Br
Kaja/Denpasar 115o35’ 37,5” BT mbang h i
Utara irigasi sa
wa
h,
jag
ung
,
pis
ang
ubi
kay
u
4. 2/14 Peguyangan 08o36518,8”LS 83 4 500 Beromb Sawa Pad Tinggi 0-35 75 Br
Kaja/Denpasar 115o13’ 50,6” BT ak h i
Utara irigasi sa
wa
h,
pis

4
ang
5. 2/15 Peguyangan/De 08o36ʹ 44,6”LS 84 3 200 Datar Sawa Pad Tinggi 0-35 75 Br
npasar Utara 115o13’ 38,9” BT h i
irigasi sa
, wa
h,
pis
ang
6. 2/18 Peguyangan/De 08o36ʹ 56,4”LS 90 8 500 Beromb Sawa Pad Rendah 0-25 55 Br
npasar Utara 115o12’ 51,2” BT ak h i
irigasi sa
wa
h,
pac
ar,t
ero
ng,
ubi
kay
u,
pep
aya
,
rat
na,
cab
ai
Denpasar Timur
7. 2/5 Kesiman/Denpasar 08o40ʹ 47” LS 47 4 200 Beromb Sawa Pad Sedang 0-30 100 Br
Timur 115o14’ 55,3” BT ak h i
irigasi sa
wa
h,
ru
mp
ut
gaj
ah,
jag
ung
,
dan
rat
na
8. 2/6 Kesiman/Denpasar 08o39ʹ 29,1”LS 39 10 50 Bergelo Sawa Pad Sedang 0-30 70 Br
Timur 115o15’ 08,8” BT mbang h i
irigasi sa
wa
h,

5
jag
ung
,
ru
mp
ut
gaj
ah
9. 2/7 Padanggalak/Denp 08o39ʹ 32” LS 23 3 75 Datar Sawa Pad Sedang 0-30 100 Br
asar Timur 115o15’ 44,2” BT h i
Irigas sa
i wa
h,
pis
ang
,
jag
ung
10. 3/9 Kesiman 08o38ʹ 157,7”LS 51 3 200 Datar Sawa Pad Sedang 0-30 75 Br
Kertalangu/Denpas 115o16’ 11” BT h i
ar Timur irigasi sa
wa
h,
pis
ang
11. 3/13 Penatih/Denpasar 08o36ʹ 58,3”LS 76 3 200 Datar Sawa Pad Tinggi 0-30 100 Br
Timur 115o14’ 39,2” BT h i
Irigas sa
i wa
h,
pis
ang
,
teb
u
dan
ser
eh
12. 2/8 Tangtu/Denpasar 08o38ʹ 57,7”LS 24 3 100 Datar Sawa Pad Sedang 0-15 60 Br
Timur 115o16’ 11,2” BT h i,
irigasi jag
ung
,
pis
ang
13. 2/16 Anggabaya/Denpa 08o35ʹ 37,1”LS 104 14 50 Bergelo Sawa Pad Sedang 0-20 75 Br
sar Timur 115o13’ 48,9” BT mbang h i,
Irigas pan
i dan

6
,
pac
ar
air
14. 3/10 Penatih Dangri 08o37ʹ 58” LS 51 3 500 Datar Padi Pad Sedang 0-25 80 Br
Puri/Denpasar 115o11’ 53,4” BT Sawa i,
Timur h pis
ang
,
Wa
ru
15. 3/15 Tembau/Denpasar 08o37ʹ 33,7”LS 64 4 400 Datar Padi Pad Sedang 0-25 80 Br
Timur 115o14’ 09,2” BT Sawa i,
h pis
ang
,
Wa
ru
Denpasar Selatan
16. 2/1a Renon/Denpasar 08o39ʹ 13” LS 46 7 150 Beromb Padi Pad Sedang 0-20 150 Br
Selatan 115o13’ 24,5” BT ak Sawa i,
h pis
ang
,
inta
ran
17. 4/1b Sanur 08o39ʹ 20” LS 46 3 100 Datar Padi Pad Tinggi 0-40 100 Br
Kauh/Denpasar 115o15’ 6,20” BT Sawa i
Selatan h sa
wa
h,
sen
gon
,
inta
ran
18. 2/2 Sanur 08o41ʹ 36,6”LS 44 3 100 Datar Sawa Pad Tinggi 0-50 55 Br
Kauh/Denpasar 115o14’ 34,6” BT h i
Selatan irigasi sa
wa
h,
pis
ang
19. 2/3 Sanur/Denpasar 08o40ʹ 47” LS 21 5 150 Beromb Sawa Pad Sedang 0-20 40 Br
Selatan 115o14’ 55,3” BT ak h i
irigasi sa
wa
h,
pis

7
ang
,
kay
u
san
ten,
ru
mp
ut
gaj
ah
20. 2/4 Sanur 08o40ʹ 16,2”LS 42 3 100 Datar Sawa Pad Sedang 0-30 150 Brk
Kaja/Denpasar 115o14’ 57,8” BT h i
Selatan irigasi sa
wa
h,
Jag
ung
,
pis
ang
,
rat
na,
Ru
mp
ut
gaj
ah,
Tur
i
21. 2/19 Panjer/Denpasar 08o36ʹ 57,8”LS 45 7 200 Beromb Sawa Pad Sedang 0-30 75 Br
Selatan 115o12’ 51” BT ak h i
irigasi sa
wa
h, ,
ru
mp
ut
gaj
ah
22. 2/20 Pedungan/ 08o41ʹ 56,1”LS 31 8 150 Bergelo Sawa Pad Tinggi 0-30 100 Br
Denpasar Selatan 115o15’ 26,6” BT mbang h i
irigasi sa
wa
h,
pis
ang
23. 2/21 Kepaon/Denpasar 08o42ʹ 5,4” LS 21 3 300 Datar Sawa Pad Tinggi 0-30 75 Br

8
Selatan 115o11’ 58” BT h i
Irigas sa
i wa
h,
kan
gku
ng
Denpasar Barat
24. 6/22 Padangsambian 08o40ʹ 11,30”LS 31 4 200 Beromb Sawa pad Tinggi 0-30 150 Br
Kelod/Denpasar 115o14’ 02” BT ak h i
Barat irigasi
25. 2/23 Padangsambian 08o37ʹ 16,3”LS 72 12 200 Bergelo Sawa Pad Sedang 0-40 75 Br
Kaja/Denpasar 115o10’ 56,7” BT mbang h i,
Barat irigasi bun
ga
pac
ar,
pis
ang
dan
ket
ela

9
Tabel 2. (Lanjutan)

Retensi Hara (f) Hara Tersedia (n) Terrain/Potensi mekanisasi (s)


Batuan
C-
Desa/Keca KTK P- K- Leren di Singkapan Bahaya
N0 KB Organ N-total TBE
matan pH (me/1 tersedia tersedia g permuka Batuan Banjir
(%) ik (%) (e)
00 gr) (ppm) (ppm) (%) an (%) (f)
(%)
(%)
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Ubung 6,3 30,61 88,57 (ST) 2,56 0,08 (SR) 30,69 155,91 4 0 0 SR 0
Kaja/Denp (AM) (T) (S) (T) (S)
asar Utara
2 Peguyanga 6,4 22,68 105,66 3,33 0,10 (R) 69,4 238,28 5 2 0 SR 0
n (AM) (S) (ST) (T) (ST) (T)
Kangin/De
npasar
Utara
3 Peguyanga 6,3 32,04 89,80 (ST) 2,97 0,14 (R) 20,63 259,79 5 0 0 SR 0
n (AM) (T) (S) (S) (T)
Kaja/Denp
asar Utara
4 Peguyanga 6,4 24,98 73,04 (ST) 2,96 0,14 (R) 36,99 218,58 6 0 0 SR 0
nKaja/Den (AM) (T) (S) (ST) (S)
pasar Utara
5 Peguyanga 6,3 33,32 67,53 (T) 2,53 0,14 (R) 23,14 247,28 4 0 0 SR 0
n/Denpasar (AM) (T) (S) (S) (T)
Utara
6 Peguyanga 6,3 32,04 89,80 (ST) 2,97 0,14 (R) 20,63 259,79 5 0 0 SR 0
n/Denpasar (AM) (T) (S) (S) (T)
Utara
7 Kesiman/D 6,3 3,61 94,11 (ST) 2,07 0,07 (SR) 28,71 129,75 3 0 0 SR 0
enpasar (AM) (SR) (S) (T) (R)
Timur
8 Kesiman/De 6,3 35,62 108,64 3,00 0,12 (R) 29,70 152,50 8 0 0 SR 0
npasar (AM) (T) (ST) (S) (T) (S)
Timur
9 Padanggala 6,3 34,28 82,05 (ST) 3,85 0,15 (R) 16,16 254,39 5 0 0 SR 0
k/Denpasar (AM) (T) (T) (S) (T)
Timur
10 Kesiman 6,2 7,22 72,73 (ST) 2,13 0,09 (SR) 19,54 301,17 7 0 0 SR 0
Kertalangu (AM) (R) (S) (S) (T)
/Denpasar
Timur
11 Penatih/De 6,2 21,66 86,27 (ST) 3,31 0,11 (R) 19,72 235,47 8 0 0 SR 0
npasar (AM) (S) (T) (S) (T)

10
Timur
12 Tangtu/De 6,2 24,29 87,72 (ST) 2,91 0,08 (SR) 23,54 264,42 9 0 0 SR 0
npasar (AM) (T) (S) (S) (T)
Timur
13 Pinatih/De 6,2 20,87 104,00 3,66 0,14 (R) 31,13 302,52 3 0 0 S-B 0
npasar (AM) (S) (ST) (T) (T) (T)
Timur
14 Penatih 6,4 23,54 84,41 (ST) 3,79 0,19 (R) 15,88 421,04 15-25 0 0 S-B 0
Dangri Puri (AM) (S) (T) (S) (ST)
Denpasar
Timur
15 Penatih/ 6,3 18,57 65,88 (T) 3,41 0,10 (R) 11,84 204,90 15-25 0 0 S-B 0
Denpasar (AM) (S) (T) (R) (S)
Timur
16 Renon/Den 6,3 28,42 63,64 (T) 2,94 0,08 (SR) 20,75 200,87 15-25 0 0 S-B 0
pasar (AM) (T) (S) (S) (S)
Selatan
17 Sanur 5,9 31,65 96,55 (ST) 4,25 0,25 (S) 17,20 309,17 15-25 0 0 S 0
Kauh/Denp (AM) (T) (T) (S) (T)
asar
Selatan
18 Sanur 6,3 5,8 88,89 (ST) 3,40 0,11 (R) 19,10 341,88 8 0 0 S-B 0
Kauh/Denp (AM) (R) (T) (S) (T)
asar
Selatan
19 Sanur/Den 6,1 27,67 91,34 (ST) 2,97 0,09 (SR) 20,24 450,21 8 0 0 S-B 0
pasar (AM) (T) (S) (S) (ST)
Selatan
20 San3ur 6,2 5,46 61,54 (T) 2,46 0,08 (SR) 59,04 330,37 3 0 0 S 0
Kaja/Denp (AM) (R) (S) (ST) (T)
asar
Selatan
21 Panjer/Den 5,9 16,95 98,77 (ST) 2,85 0,13 (R) 26,06 266,78 9 0 0 S-B 0
pasar (AM) (S) (S) (T) (T)
Selatan
22 Pedungan/ 6,1 13,38 92,31 (ST) 2,61 0,17 (R) 88,29 180,03 15-25 0 0 SR 0
Denpasar (AM) (R) (S) (ST) (S)
Selatan
23 Kepaon/De 6,1 10,13 81,63 (ST) 2,82 0,19 (R) 36,29 200,97 15-25 0 0 SR 0
npasar (AM) (R) (S) (ST) (S)
Selatan
24 Padangsam 6,1 5,79 88,89 (ST) 2,92 0,19 (R) 18,40 432,33 8-15 0 0 SR 0
bian Kelod (AM) (R) (S) (S) (ST)
/Denpasar
Barat
25 Padangsam 6,1 24,53 106,20 3,38 0,16 (R) 52,23 449,08 15-25 0 0 SR 0
bian (AM) (T) (ST) (T) (ST) (ST)
Kaja/Denp
asar Barat

11
Pene

4
litian ini dilakukan mulai Maret sampai Oktober 2015 di seluruh lahan sawah di
Kota Denpasar. Pada tahap persiapan terdiri dari kegiatan pengumpulan bahan-
bahan penelitian berupa data-data kepustakaan, data dari instansi yang berkaitan
dengan penelitian, survei awal, bahan dan peralatan untuk keperluan penelitian.
Bahan yang digunakan untuk persiapan kegiatan penelitian pendahuluan terdiri dari
peta tentatif penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kelas lereng Kota
Denpasar.
Kegiatan penelitian meliputi: (1) persiapan peta-peta yaitu peta rupa bumi tahun
2008, (2) pembuatan peta unit lahan untuk penentuan titik pengambilan sampel
tanah, (3) Survei dan pengambilan contoh tanah sesuai dengan unit lahan yang
ditetapkan (4) analisis tanah di laboratorium. Penelitian ini dilakukan di seluruh
lahan persawahan pertanian di seluruh Kota Denpasar.
Alat yang digunakan adalah: alat-alat survei tanah seperti abney level untuk
mengukur kemiringan lereng, kompas untuk menentukan arah lereng dan orientasi
peta di lapangan, meteran untuk mengukur panjang lereng, bor belgi untuk
mencari kedalaman efektif tanah, ring sampel untuk mendapatkan nilai berat
volume tanah, permeabilitas tanah, pisau belati untuk mengeluarkan tanah dari
mata bor dan untuk memotong tanah di kedua permukaan ring sampel, dan kantong
plastik untuk menyimpan tanah yang tidak utuh dan selanjutnya dianalisis di
laboratorium.
Lokasi pengamatan di lapangan didasarkan atas satuan lahan homogen.
Dalam hal ini sebagai pewakil satuan lahan pengelolan adalah subak sawah irigasi
di Kota Denpasar. Hal ini didasarkan atas dalam satu subak dianggap mempunyai
pengelolaan lahan yang homogen. Jumlah lokasi pengamatan tanah sebanyak 25
lokasi pengamatan, sedangkan jumlah contoh tanah yang dianalisis 25 contoh
tanah.
Setelah ditentukan unit lahan kemudian melaksanakan survei dan
pengambilan contoh tanah di lapang. Kemudian dilanjutkan dengan analisis tanah
di laboratorium meliputi: tekstur tanah, kandungan bahan organik, N Total, P
tersedia, K tersedia, KTK, KB, pH tanah, kadar garam, permeabilitas tanah, dan

4
berat volume tanah. Akhirnya laporan kemajuan hibah doktor ini dapat
diselesaikan.

5
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil yang dapat dicapai selama ini dapat disimpulkan yaitu :
1. Persiapan data penunjang atau data sekunder yang mendukung penelitian ini
meliputi peta-peta seperti : peta rupabumi, peta kelas lereng, peta penggunaan
lahan dan peta jenis tanah dan data iklim.
2. Pembuatan peta unit lahan atau satuan lahan homogen untuk pengambilan titik
sampel tanah di lapang yaitu tanah sawah di Kota Denpasar
3. Melakukan survei lapang dan pengambilan contoh tanah di empat Kecamatan
Kota Denpasar, selanjutnya dilakukan analisis tanah sesuai dengan kebutuhan
penelitian di laboratorium Konsentrasi tanah Fakultas Pertanian Universitas
udayana Bali.
4. Pembuatan laporan kemajuan

7.2 Saran :
Untuk pencairan dananya diusahakan lebih awal, mengingat proses
penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel di lapang dan yang banyak
memakan waktu adalah analisis tanah di Laboratorium.

6
DAFTAR PUSTAKA

Apriyana, N. 2011. Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Dalam


Rangka Mempertahankan Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. Jakarta

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.


As-Syakur,A. R. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi Bali. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Universitas Udayana. Udayana
University Press

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. 2011. Luas Panen, Rata-Rata Produksi,
dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang. Kabupaten/Kota di Bali .

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2012. Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan
Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang. Kabupaten/Kota di Bali .
.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar. 2010. Denpasar Dalam Angka.
Denpasar

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar. 2012. Denpasar Dalam Angka.
Denpasar

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010.
Data Agregat per Kabupaten/Kota.

Bappeda Provinsi Bali. 2006. Studi Identifikasi dan Potensi Bencana Alam di
Provinsi Bali. Bappeda Provinsi Bali dan PPLH, Lembaga Penelitian Unud.

Djaenudin, D., Marwan H., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Evaluasi Lahan Untuk
Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Fahar, F. 2012. Kebijakan Pangan dan Ketahanan Pangan Nasional. Simposium


Nasional Ketahanan Kemandirian dan Keamanan Pangan. Jakarta.

Lanya, I. 2007. Alih Fungsi Lahan Subak dan Usaha Pelestarian Alam dan Budaya
Bali. Laporan Hasil Penelitian, Kerjasama DPRD Bali.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2009 Tentang Penataan


Ruang Nasional. Diunduh dari http://www deptan go.id/psp/admin/rb/
PP_ 26_Tahun _2009.pdf, pada tanggal 4 Juli 2012

7
Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029.

Pramono, J; Seno Basuki; Widarto . 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi


Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah. Agrosains
7(1): 1-6, 2005

Salikin, K.A. 2011. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Suastika, I, K. 2013. Subak sebagai Warisan Budaya Dunia. Dinas Kebudayaan


Provinsi Bali. Disampaikan pada Seminar Budaya yang diselenggarakan
oleh Himpunan Mahasiswa Agrotek, Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, Bali.
Subadiyasa, N. N., I. Lanya dan K. Sardiana. 2010. Strategi Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Subak Berbasis Masyarakat dan Upaya Peningkatan
Produktivitas Lahan di Kabupaten Tabanan, Bali.

Sutanto, P. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan


Perkebunan Besar. Proseding Pertemuaan Ilmiah Tahunan ke-5 Masyarakat
Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN). Surabaya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.


Diunduh pada tanggal 15 September 2012dari http://bplhd.jakarta.go.id/
peraturan/ uu/UU%20RI%20NO%2026%20TAHUN%202007.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


Pertanian Pangan Berkelanjutan. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan dan Air.

8
LAMPIRAN-LAMPIRAN

9
Lampiran 1. Catatan Harian (Logbook) dan rincian biaya yang terpakai 70 %

Biaya
No Tanggal Kegiatan
(Rp)
1. 7/4/2015 Belanja barang berupa ATK terdiri dari: 6 rim kertas 3.400.000
HVS, 2 bh tinta printer, 1 bh flashdisc, 4 bh paper klip, 4
rim kertas ploter dan 4 rim kertas label
Pengumpulan peta-peta berupa peta rupa bumi untuk
membuat peta kelas lereng, peta jenis tanah dan peta 5.500.000
penggunaan lahan dan satu set alat ukur serta alat
2. 10/4/ 2015 oven. Pembuatan peta satuan lahan homogen atau peta
unit lahan yang digunakan untuk menentukan
pengambilan titik sampel tanah sawah di lapang dan
melakukan survei tanah
3 5/6/2015 Belanja barang berupa bahan analisis unsur hara sebanyak 7.900.000
25 sampel

4 12/6/2015 Belanja honorarium penelitian untuk 4 0rang 3.400.000

5 18/6/2015 Biaya honorarium surveyor perjalanan survei ke empat 3.600.000


lokasi, meliputi : Denpasar Utara, Denpasar Timur,
Denpasar Selatan dan Denpasar Barat sebanyak 3 orang
dan selama 3 hari
Total Biaya yang sudah digunakan 70 % 23.800.000

Lampiran 2.. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah

Kelas Kesesuaian Lahan


Kualitas/Karakteristik lahan S1 S2 S3 N1 N2
1. Temperatur ( t )
- Rerata tahunan (oC) 24-29 >29-32 >32-35 Td >35
22- < 24 18- < 22 <18
2. Ketersediaan air ( w )
- Bulan kering ( < 75 ) <3 3-<9 9 – 9,5 Td >9,5
- Curah hujan/tahun >1500 1200-1500 800 - < < 800
(mm) 1200

10
3. Media Perakaran ( r )
- Drainase tanah Terhambat Agak Sedang, Cepat Sangat
- Tekstur tanah SCL, SiL, terhambat Baik Td cepat
CL SL, L, LS, Liat Kerikil,
SiCL, SiC. massif pasir
- Kedalaman efektif 40-50 25 - < 40 20 - < 25 < 20
(cm) >50
4. Retensi hara ( f )
- KTK tanah (cmol) >= sedang Rendah Sangat Td Td
- Kejenuhan Basa (%) > 35 20- 35 rendah
- pH H2O 5,5 – 8,2 5,0 – 5,5 < 20
8,2 – 8,5 < 5,0
- C-Organik (%) >1,5 0,8 – 1,5 >8,5
<0,8

5. Kegaraman ( c )
- Salinitas (mmhos/cm) < 3,5 3,5 – 5,0 >5,0 – 6,6 >6,6 - 8 >8
6. Hara Tersedia ( n )
- N-total (%) >=Sedang Rendah Sangat
- P tersedia (ppm) Sangat Tinggi rendah Sangat
- K-tersedia (ppm) tinggi Rendah Sedang- rendah
>=Sedang rendah
Sangat
rendah
7. Terrain/Potensi
mekanisasi (s) <3 3–5 >5 – 8 Td Td
- Lereng (%) <2 2–5 >5 – 10 >10 – 25 >25
- Batuan di permukaan 0 2-5 >5 - 15 Td >25
(%)
- Singkapan batuan (%)
8. Tingkat bahaya erosi ( e ) SR R S B SB
9. Bahaya banjir ( b ) F0-F1 F2 F3 F4 F4

Keterangan:

- Td = Tidak berlaku
- C = Clay
- L = Loamy
- Si = Silty
- S = Sandy

11
Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Survei Lahan Sawah di Kota Denpasar
No No Dusun/Desa/Keca Letak Elevasi Lereng Panjang Relief Pengg. Vegetasi Managemen Lapisan Kedalaman Drainase Tanah
SL matan geografis (m) (%) Lereng Lahan Lahan Ap Efektif (cm)
Dpl (m) (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. 2 Ubung 08o36ʹ 47,8”LS 87 19 500 Bergelo Sawah Padi sawah Sedang 0-45 150 Br
Kaja/Denpasar 115o11’27,6” BT mbang irigasi
Utara
2. 3 Peguyangan 08o36’31,9”LS 73 4 600 Beromb Sawah Padi sawah Sedang 0-30 75 Br
Kangin/Denpasar 115o14’ 10,1” BT ak irigasi
Utara
3. 2 Peguyangan 08o16ʹ 39,2,”LS 128 8 100 Bergelo Sawah Padi sawah, sedang 0-45 80 Br
Kaja/Denpasar 115o35’ 37,5” BT mbang irigasi jagung, pisang ubi
Utara kayu
4. 2 Peguyangan 08o36518,8”LS 83 4 500 Beromb Sawah Padi sawah, Tinggi 0-35 75 Br
Kaja/Denpasar 115o13’ 50,6” BT ak irigasi pisang
Utara
5. 2 Peguyangan/Den 08o36ʹ 44,6”LS 84 3 200 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-35 75 Br
pasar Utara 115o13’ 38,9” BT irigasi, pisang

6. 2 Peguyangan/Den 08o36ʹ 56,4”LS 90 8 500 Beromb Sawah Padi sawah, Rendah 0-25 55 Br
pasar Utara 115o12’ 51,2” BT ak irigasi pacar,terong, ubi
kayu, pepaya,
ratna, cabai
7. 2 Kesiman/Denpasa 08o40ʹ 47” LS 47 4 200 Beromb Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 100 Br
r Timur 115o14’ 55,3” BT ak irigasi rumput gajah,
jagung, dan ratna
8. 2 Kesiman/Denpasar 08o39ʹ 29,1”LS 39 10 50 Bergelo Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 70 Br
Timur 115o15’ 08,8” BT mbang irigasi jagung, rumput
gajah
9. 2 Padanggalak/Den 08o39ʹ 32” LS 23 3 75 Datar Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 100 Br
pasar Timur 115o15’ 44,2” BT Irigasi pisang, jagung
10. 3 Kesiman 08o38ʹ 157,7”LS 51 3 200 Datar Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 75 Br
Kertalangu/Denp 115o16’ 11” BT irigasi pisang
asar Timur
11. 3 Penatih/Denpasar 08o36ʹ 58,3”LS 76 3 200 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-30 100 Br
Timur 115o14’ 39,2” BT Irigasi pisang, tebu dan
sereh
12. 2 Tangtu/Denpasar 08o38ʹ 57,7”LS 24 3 100 Datar Sawah Padi, jagung, Sedang 0-15 60 Br
Timur 115o16’ 11,2” BT irigasi pisang

13. 2 Pinatih/Denpasar 08o35ʹ 37,1”LS 104 14 50 Bergelo Sawah Padi, pandan, Sedang 0-20 75 Br
Timur 115o13’ 48,9” BT mbang Irigasi pacar air
14. 3 Penatih Dangri 08o37ʹ 58” LS 51 3 500 Datar Padi Padi, pisang, Sedang 0-25 80 Br
Puri Denpasar 115o11’ 53,4” BT Sawah Waru
Timur

30
15. 3 Penatih/ Denpasar 08o37ʹ 33,7”LS 64 4 500 Datar Padi Padi, pisang, Tinggi 0-30 80 Br
Timur 115o14’ 09,2” BT Sawah
1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 Renon/Denpasar 08o39ʹ 13” LS 46 7 150 Beromb Padi Padi, pisang, Sedang 0-20 150 Br
6 Selatan 115o13’ 24,5” BT ak Sawah intaran
1 4 Sanur 08o39ʹ 20” LS 46 3 100 Datar Padi Padi sawah, Tinggi 0-40 100 Br
7 Kauh/Denpasar 115o15’ 6,20” BT Sawah sengon, intaran
Selatan
1 2 Sanur 08o41ʹ 36,6”LS 44 3 100 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-50 55 Br
8 Kauh/Denpasar 115o14’ 34,6” BT irigasi pisang
Selatan
1 2 Sanur/Denpasar 08o40ʹ 47” LS 21 5 150 Beromb Sawah Padi sawah, Sedang 0-20 40 Br
9 Selatan 115o14’ 55,3” BT ak irigasi pisang, kayu
santen, rumput
gajah
2 2 Sanur 08o40ʹ 16,2”LS 42 3 100 Datar Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 150 Brk
0 Kaja/Denpasar 115o14’ 57,8” BT irigasi Jagung, pisang,
Selatan ratna, Rumput
gajah,Turi
2 2 Panjer/Denpasar 08o36ʹ 57,8”LS 45 7 200 Beromb Sawah Padi sawah, , Sedang 0-30 75 Br
1 Selatan 115o12’ 51” BT ak irigasi rumput gajah
2 2 Pedungan/ 08o41ʹ 56,1”LS 31 8 150 Bergelo Sawah Padi sawah, Tinggi 0-30 100 Br
2 Denpasar Selatan 115o15’ 26,6” BT mbang irigasi pisang
2 2 Kepaon/Denpasar 08o42ʹ 5,4” LS 21 3 300 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-30 75 Brk
3 Selatan 115o11’ 58” BT Irigasi kangkung
2 6 Padangsambian 08o40ʹ 11,3”LS 31 4 200 Beromb Sawah Padi, pisang Tinggi 0-30 85 Br
4 Kelod /Denpasar 115o11’ 2,0” BT ak irigasi
Barat
2 6 Padangsambian 08o37ʹ 16,3”LS 82 12 200 Bergelo Sawah Padi sawah, bunga Sedang 0-30 75 Br
5 Kaja/Denpasar 115o10’ 56,7” BT mbang irigasi pacar, pisang,
Barat rumput gajah

31
Temp Ketersedian Air (w) Media Perakaran (r) Retensi Hara (f)
Bhn
No . BK CH Kasar Kedalaman KB
Smpl/ Effektif
No C-Org
no. Drainase Tekstur pH KTK
(0C) (bln) (mm (%) Efektif (%)
Lap.
(cm)

1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 2/24 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br L 0 45 6.82 82.39 28.58 2.49


3/12
2 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 0 50 7.16 86.74 38.78 3.45
2/17
3 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br L 0 48 7.00 66.62 31.46 2.54
2/14
4 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SCL 0 75 6,.63 68.38 32.28 1.28
2/15
5 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br SiC 10 75 6.63 69.87 34.89 0.86
2/18
6 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br SiL 0 55 6.5 57.90 31.23 1.70

7 2/5 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br L 0 50 6.69 53.08 22.18 1.25

8 2/6 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 0 70 6.82 84.64 27.04 2.42

9 2/7 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br SiL 30 80 6.86 83.64 31.27 1.28

10 3/9 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 10 70 6.82 59.18 94.67 2.97

11 3/13 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 75 6.7 96.21 33.67 1.29

12 2/8 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 20 60 6.47 55.46 30.38 1.26

32
13 2/16 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 0 75 6.63 63.33 90.20 1.71

14 3/10 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 80 6.58 68.62 40.23 2.60

15 3/15 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiC 0 80 6.57 58.27 33.27 3.02

16 2/1a 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 80 6.82 97.67 32.00 2.85

17 4/1b 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 75 6.86 98.20 19.60 1.29

18 2/2 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br CL 0 55 6.92 91.76 32.37 2.43

19 2/3 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CS 0 40 6.73 94.74 34.25 1.28

20 2/4 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiC 10 60 6.9 67.09 28.46 2.18

21 2/19 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br L 0 75 6.92 51.63 35.16 1.28

22 2/20 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br C 0 70 6.88 72.39 44.40 3.07

23 2/21 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br C 0 65 8.85 99.63 37.07 1.76

24 6/21 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br C 0 95 6.71 93.87 36.23 3.03

25 2/23 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 75 6.86 58.83 37.85 1.73

33
Temp Ketersedian Air (w) Media Perakaran (r) Retensi Hara (f) Lokasi

Terrain/Potensi Kes Kes


Kettersediaan Hara (n) T Ba
Bhn Mekanisasi (s) esu esu
B hay (Desa/Dusun/
Kasa Kedal aia aia
E a
BK CH r aman KB n n
P- K-
Effekt N- Terse Terse (%) Subak/
No if Total dia dia Kecamatan)
.
N- Si
Sa Toksis
N mp itas/S total n
Drai Teks KT C- g
o el/ pH alinita
(bl Efekti Org k (e Ba Lah
no. (mm nase tur (%) (%) K s
n) f a ) njir an
La
P- K- Ler p
p.
Terse Terse en Batu a Lah
(0C) dia dia g an n an
(%) B
Per at
Akt
(cm) mu Per u (b) Pot
ual
kaa muk a ens
(ppm) (ppm) n aan n ial
(%) (%) (%)

2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 0 1 22 23 24 25

1 2/24 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br L 0 45 6.82 82.39 28.58 2.49 2.61 0.14 42 19.9 19 - 0 SR F1 S2w S1r2 Ubung Kaja/Denpasar
3/12 Peguyangan Kangin/Denpasar U
S2r4
2 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 0 50 7.16 86.74 38.78 3.45 1.21 0.19 41.76 5.9 4 - 0 SR F1 w2 S1
2/17 Peguyangan Kaja/Denpasar Uta

26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br L 0 48 7.00 66.62 31.46 2.54 1.35 0.12 125.81 10.6 8 - 0 SR F1 S3n3 S1
3 2/14 Peguyangan Kaja/Denpasar Uta

4 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SCL 0 75 6,.63 68.38 32.28 1.28 1.15 0.08 52.18 15.5 4 - 0 SR F1 S3n3 S1

34
2/15 Peguyangan/Denpasar Utara

5 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br SiC 10 75 6.63 69.87 34.89 0.86 1.55 0.22 31.88 21.36 3 - 0 SR F1 S3n3 S1
2/18 Peguyangan/Denpasar Utara

6 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br SiL 0 55 6.5 57.90 31.23 1.70 1.82 0.18 20.44 26.9 8 - 0 S F1 S3n3 S1
Kesiman/Denpasar Timur

7 2/5 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br L 0 50 6.69 53.08 22.18 1.25 1.00 0.12 17.43 20.9 4 - 0 SR F1 S3n3 S1
Kesiman/Denpasar Timur

8 2/6 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 0 70 6.82 84.64 27.04 2.42 1.65 0.2 37.46 19.6 10 - 0 S F1 S3n3 S1
Padanggalak/Denpasar Timur
9 2/7 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br SiL 30 80 6.86 83.64 31.27 1.28 0.42 0.06 20.84 19.82 3 - 0 SR F0 S3n3 S1
Kesiman Kertalangu/Denpasar

59.18
10 3/9 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 10 70 6.82 94.67 2.97 2.62 0.27 61.41 23.13 3 - 0 SR F2 S2s1 S1
Penatih/Denpasar Timur

11 3/13 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 75 6.7 96.21 33.67 1.29 1.83 0.18 15.75 15.69 3 - 0 SR F1 S3r1 S1
Tangtu/Denpasar Timur

12 2/8 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 20 60 6.47 55.46 30.38 1.26 2.34 0.18 70.53 21.45 3 - 0 SR F S3n3 S1
Anggabaya/Denpasar Timur
S3s1
13 2/16 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CL 0 75 6.63 63.33 90.20 1.71 2.13 0.19 36.43 16.91 14 - 0 R F1 n3 S2s1
Penatih Dangri Puri/Denpasar T

14 3/10 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 80 6.58 68.62 40.23 2.60 3.11 0.29 63.35 9.56 3 - 0 SR F1 S3n3 S1

15 3/15 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiC 0 80 6.57 58.27 33.27 3.02 5.06 0.28 24.13 20.15 4 - 0 SR F1 S3n3 S1 Tembau/Denpasar Timur
Renon/Denpasar Selatan

16 2/1a 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 80 6.82 97.67 32.00 2.85 2.28 0.07 44.65 12.36 7 - 0 R F S3n3 S1
Sanur Kauh/Denpasar Selatan

17 4/1b 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 75 6.86 98.20 19.60 1.29 2.75 0.17 51.96 7.82 3 - 0 R F2 S3n3 S2b
Sanur Kauh/Denpasar Selatan

18 2/2 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 A Br CL 0 55 6.92 91.76 32.37 2.43 1.32 0.11 17.87 12.34 3 - 0 R F2 S3n3 S2b
Sanur/Denpasar Selatan
S3r3
19 2/3 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br CS 0 40 6.73 94.74 34.25 1.28 3.45 0.17 55.51 8.81 5 - 0 R F1 n3 S2r3
Sanur Kaja/Denpasar Selatan

20 2/4 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiC 10 60 6.9 67.09 28.46 2.18 1.56 0.18 19.83 3.33 3 - 0 SR F1 S3n3 S1
Panjer/Denpasar Selatan

21 2/19 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br L 0 75 6.92 51.63 35.16 1.28 1.54 0.15 35.09 3.59 7 - 0 R F2 S3n3 S2b
Pedungan/ Denpasar Selatan

22 2/20 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br C 0 70 6.88 72.39 44.40 3.07 3.01 0.25 22.24 9.71 8 - 0 S F2 S3n3 S2b
Kepaon/Denpasar Selatan

23 2/21 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br C 0 65 8.85 99.63 37.07 1.76 2.96 0.14 18.09 10.75 3 - 0 SR F2 S3n3 S2b

35
Padangsambian Kelod/Denpasa

24 6/21 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br C 0 95 6.71 93.87 36.23 3.03 1.80 0.25 28.33 16.15 4 - 0 SR F2 S3n3 S2b
Padangsambian Kaja/Denpasar

S3s1
25 2/23 26,28 - 25,53 6 1175 - 1590 Br SiCL 0 75 6.86 58.83 37.85 1.73 1.39 0.16 34.59 6.24 12 - 0 R F1 n3 S2s1

36
Lampiran 5. Gambar - gambar Penelitian

Gambar sedang mengambil sampel Gambar sedang mencatat data


tanah

Gambar sedang diskusi mengenai data Gambar analisis P Tersedia tnah di lab

1
PEMETAAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH UNTUK KELESTARIAN
SUBAK DALAM MENUNJANG PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN DI KOTA DENPASAR
Ni Made Trigunasih 1)
1)
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar-Bali,
Telp. : 081933118689, Email : tri5963@yahoo.com
Program Ilmu Pertanian Pascasarjana, Universitas Udayana, Jl. PB Sudirman Denpasar, 80232

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan alih fungsi lahan sawah, dan mengetahui kesesuaian lahan
serta menata kembali penggunaan lahan sesuai dengan tata ruang yang berlaku dalam pelestarian
sumberdaya lahan. Metode yang digunakan adalah survei lapang, kepustakaan, inventarisasi data dan
peta sumberdaya lahan Kota Denpasar. Analisis spasial terhadap data pemetaan digital dengan
menggunakan perangkat lunak program ArcGIS. Data yang digunakan untuk pemetaan alih fungsi
lahan sawah di Kota Denpasar adalah foto udara tahun 2000 (Bakosurtanal 2000), citra Landsat 2003,
peta tahun 2008 citra ALOS/AVNIR-2 dan citra Landsat. Berdasarkan hasil interpretasi foto udara,
citra Landsat, citra satlit ALOS/AVNIR-2, dan citra Landsat diperoleh data jumlah lahan sawah dari
tahun 1992-2015 yaitu tahun 1992, 2000, 2003, 2008 dan 2015 berturut-turut seluas 7194,66 ha
5310,45 ha ; 4601,43 ha ; 3784,64 ha dan 2554,12 ha. Perubahan luas sawah dari tahun 2000-2015
sebesar 4.640,54 ha atau rata-rata per tahun terjadi peningkatan pengurangan luas sawah di Kota
Denpasar yaitu 201,763 ha. Oleh karena itu, lahan sawah di Kota Denpasar perlu dilindungi
berdasarkan kesesuaian lahan sumber irigasi dan kesesuian lokasi sawah dengan RTRW serta
produktivitas lahan. Dari hasil karakteristik/kualitas lahan sawah di Kota Denpasar, didapatkan
kesesuaian lahan potensial tanaman padi sebagian besar sangat sesuai (S1) 60 % dan 40 % termasuk
S2r3 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas salinitas dan kedalaman efektif. Simpulan bahwa, rata-rata
pertahun perubahan penggunaan lahan sawah di Kota Denpasar dari tahun 1992 sampai 2015 yakni
201,763 ha (2,804 %). Berdasarkan analisis kesesuaian lahan padi sawah tergolong sangat sesuai (S1)
60 % dan 40 % cukup sesuai (S2r3, S2b). Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dari awal penelitian sampai selesai dan juga kepada Rektor melalui
LPPM Unud..

Kata Kunci : Alih fungsi lahan, kesesuaian lahan, Kota Denpasar.

LAND TRANSFER FUNCTION MAPPING FOR SUSTAINABILITY SUBAK RICE FIELD IN


SUPPORTING SUSTAINABLE AGRICULTURE FOOD IN DENPASAR

Ni Made Trigunasih 1)
1)
Student Doctoral Program of Agricultural Sciences, Graduate University of Udayana Bali,
Telp . : 081933118689 , Email : tri5963@yahoo.com
Agricultural Sciences Graduate Program , University of Udayana , Jl . PB Sudirman Denpasar , 80232

Abstract
This study aims to map the conversion of paddy fields, and determine the suitability of land and re-arrange the
appropriate land use spatial functions in accordance with applicable in the preservation of land resources. The
method used is the field survey, literature, inventory data and land resource map of Denpasar. Spatial analysis of
the digital mapping data using ArcGIS software program. Parameters set for the preservation of land resources.
The data used for mapping wetland conversion in Denpasar is an aerial photograph of 2000. Based on the
interpretation of aerial photographs, Landsat, ALOS satlit image / AVNIR-2, and a Landsat image data obtained
wetland number of years 2000-2014, namely 2000, 2003, 2008 and 2014 respectively covering an area of
5310.45 ha; 4601.43 ha; 3784.64 ha and 2506 ha. Wet land use change from year 2000-2014 amounted to
2804.45 ha, or an average annual increase in rice area reduction in Denpasar amounted to 200.32 ha. Therefore,
paddy fields in Denpasar need to be protected based on land suitability source of irrigation and rice with the
Spatial location suitability and land productivity. From the results of the characteristics / quality of the rice fields
in Denpasar, potential land suitability obtained rice plants mostly very suitable (S1) 60% and 40% including S2r3
(quite appropriate) by a factor limiting salinity and depth of effective.
The resume that the average annual change in the use of wetland in Denpasar from 2000 to 2014 amounted to
200.32 ha. Based on the suitability of land for paddy rice is classified as very appropriate (S1) 60% and 40%
quite fit (S2r3, S2b) The author would like to thank all those who have helped the author of the initial study to
completion.

Keywords: Transfer of land use, land suitability of paddy field, Denpasar City

Pendahuluan
Ketahanan pangan nasional maupun lokal terus menurun akibat pesatnya laju
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (periode 2000 -2010 yaitu 1,49 %/tahun), jumlah
penduduk miskin dan rawan pangan masih relatif tinggi yaitu 12,4 % dari total penduduk.
Disamping itu permasalahan yang dihadapi dalam pangan nasional saat ini adalah degradasi

2
kesuburan tanah, adanya impor beras, kompetisi pemanfaatan air semakin meningkat dan
infrastruktur pertanian/pedesaan masih kurang memadai (jaringan irigasi banyak yang rusak),
serta maraknya fenomena konversi lahan pertanian saat ini (Fahar, 2012).
Pada tahun yang sama Provinsi Bali sudah mengalami defisit pangan, akibat pesatnya
alih fungsi lahan sawah/subak mencapai 800 ha /tahun (Subadiyasa et al., 2010). Persediaan
pangan 132.009 ton beras, sementara kebutuhan pangan 572.040 ton beras untuk penduduk
3.891.428 jiwa (BPS, Prov. Bali, 2010). Defisit pangan akan terus meningkat sejalan dengan
laju konversi lahan sawah dan peningkatan jumlah penduduk. Akibatnya berdampak pada
kehilangan subak di Bali yang tidak dapat dilindungi.
Perda Provinsi Bali No 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW), selama ini belum mampu mengendalikan alih fungsi lahan dengan berbagai
permasalahannya, dan belum cukup untuk melindungi lahan sawah sebagai produksi pangan.
Dalam pasal 60 ayat (3) butir f sudah dituangkan yaitu hanya pencegahan dan pembatasan
alih fungsi lahan sawah beririgasi. Untuk mencegah perubahan penggunaan lahan/alih fungsi
lahan sawah diperlukan peraturan perundang-undangan yang lebih mengikat agar tidak
kehilangan sistem subak di Bali. Permasalahan yang menghambat pencapaian ketahanan
pangan dan mendekatkan masyarakat dari keadaan rawan pangan adalah konversi lahan
pertanian menjadi bukan pertanian. Kondisi seperti ini terjadi pada wilayah Kota Denpasar.
Kota Denpasar merupakan pusat ibu kota Provinsi Bali yang mempunyai luas wilayah
sangat sempit, tapi dijejali dengan masalah kependudukan dan menjadi pusat perekonomian di
Bali. Kota ini adalah salah satu wilayah dengan tingkat konversi lahan pertanian menjadi
bukan pertanian yang tinggi. Selain itu Barus et al., mengindikasikan bahwa dinamika
perubahan lahan banyak dipengaruhi oleh kebijakan BPN dalam perijinan pengusahaan lahan.
data penurunan luasan lahan sawah merupakan salah satu data penting dalam perencanaan
bidang pertanian. Konversi/alih fungsi aktual lahan sawah perlu ditelaah dalam rangka
Undang-undang No. 41 Tahun 2009 yang merujuk pada perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan.
Berdasarkan BPS Provinsi Bali (2014), luas wilayah Kota Denpasar yaitu 127,78 km2
(12.778 ha) atau 2,18 % dari luas wilayah Provinsi Bali. BPS Kota Denpasar (2010-2014)
melaporkan, penggunaan lahan untuk sawah berturut-turut 2.693 ha, 2632 ha, 2597 ha, 2519
ha dan 2.506 ha. Hal ini berarti terjadi pengurangan luas lahan sawah selama empat tahun
sebesar 187 ha atau 46,75 ha/tahun. Di Kota Denpasar lahan sawah yang ada sebagian sistem
irigasinya sudah rusak, karena Land Consolidation (LC). Rusaknya jaringan irigasi khususnya
di wilayah pemukiman dan juga diakibatkan oleh pemanfaatan sumber air untuk sektor bukan
pertanian (kemasan), PDAM, sehingga ketersediaan air pengairan untuk sawah semakin
berkurang.
Indayati (2007) menyatakan, subak sebagai aktivitas pertanian yang memiliki
kelembagaan adat yang dijiwai oleh filosofi Tri Hita Karana, meliputi palemahan (wilayah
subak), pawongan (petani) dan parahiyangan (relegi/Pura Bedugul). Ketiga konsep yang
terkandung dalam pengelolaan subak memberi makna bahwa anggota subak harus
menyelaraskan hubungannya dengan Sang Pencipta (adanya pura-pura dan upacara
keagamaan), dengan sesama manusia (aktivitas anggota subak), dan dengan lingkungannya
(lahan pertanian). Oleh karena itu subak sebagai “Warisan Budaya Dunia” tidak hanya
bentang persawahannya saja, melainkan kawasan yang luas merupakan satu kesatuan, meliputi
danau/sumber air, desa-desa, subak, dan pura-pura di dalamnya (Suastika, 2013).
Posisi subak saat ini semakin terdesak keberadaannya dengan meningkatnya
perekonomian, urban dari berbagai pulau yang masuk ke wilayah Kota Denpasar, kegiatan
pariwisata dan jasa lainnya. Meningkatnya urban atau penduduk akan mengakibatkan
kebutuhan lahan untuk membangun pemukiman, sehingga kederadaan sawah akan tergusur.
Adanya alih fungsi lahan sawah menyebabkan akan hilangnya palemahan yang berdampak
kepada hilangnya pawongan dan akhirnya parahiyangan tidak diperhatikan oleh masyarakat
subak. Pada 29 Juni 2012 subak ditetapkanan sebagai “ Warisan Budaya Dunia” patut
dilindungi seperti budayanya, lembaganya, lanskapnya, sehingga subak mendapat
penghargaan dari Badan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD). Dalam
mempertahankan keberadaan subak di Kota Denpasar, semuanya ditetapkan sebagai RTHK
(Ruang Terbuka Hijau Kota). RTHK di beberapa lokasi subak, banyak dilanggar untuk
bangunan dan industri, sehingga keberadaan subak perlu dilestarikan agar ketahanan pangan
berkesinambungan. Dalam rangka perencanaan dan pengembangan wilayah untuk
memudahkan mandapat sistem informasi lahan (PP no. 25 Tahun 2012) tentang kawasan
lahan pertanian pangan berkelanjutan, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan

3
lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan (LCPPB) di Kota Denpasar, segera dilakukan
penataan guna lahan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis melakukan penelitian tentang
lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan judul “ Pemetaan alih fungsi lahan sawah untuk
kelestarian subak dalam menunjang Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kota Denpasar “

II. Bahan dan Metode


Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar dengan luas wilayah 127,78 km2 atau 12778 ha
(BPS Kota Denpasar, 2014). Lokasi penelitian secara geografis terletak pada 08º36'56" -
08º42'01" Lintang Selatan dan 115º10'23" - 115º16'27" Bujur Ttimur. Waktu penelitian
dilaksanakan mulai Maret sampai Oktober 2015 yang berlokasi di wilayah sawah di seluruh
Kota Denpasar.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (a) analisis laboratorium
menggunakan bahan- bahan berupa zat kimia sebagai reagensia untuk analisis tanah. Adapun
bahan-bahan yang digunakan untuk analisis di laboratorium meliputi: (1) H 2SO4 pekat, selen,
Parafin cair, NaOH, H3BO3, HCl, dan indikator Conway, larutan P-A, P-B, dan P-C, NH4Oac,
Alkohol 80 %, parafin cair, NaOh 50 %, H 2 SO4 0,1 N, indikator Conway, HCl 0,1 N, indikator
metil merah dan NaOH 0,1 N, H2SO4 Pekat, H3 PO4 pekat, K2Cr2O7, dan DPA, H2O2, HCl,
dan Calgon. (b) Peta-peta berupa : peta jenis tanah, peta penggunaan lahan, peta kelas lereng
yang ditumpangtindihkan untuk pembuatan unit lahan. Disamping itu juga bahan yang
dibutuhkan untuk penelitian ini adalah peta topografi/peta rupabumi (Bakosurtanal, 2000, peta
produktivitas, dan peta tematik (RTRW, dan citra satelit serta data statistik mulai 2010 - 2012
Kota Denpasar.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa: (1) Untuk pemetaan digunakan
seperangkat komputer dengan program Arc-GIS, yang terdiri dari hardwear dan soft wear.
Perangkat keras (hardwear) terdiri dari meja digitizer untuk digitasi dan analisis peta-peta
tematik, printer; (2) Analisis di laboratorium dibutuhkan oven, pH meter, Konduktometer,
Spektrofotometer, labu ukur 1000 ml, Erlermeyer 50 ml, pipet, buret, ayakan, pemanas air,
ruang asam, alat untuk destilasi, labu didih, ring sampel, dan kertas saring dll. (3) Instrumen
yang dibutuhkan untuk survei di lapangan meliputi : bor belgi, pisau lapang, altimeter, abney
level, kompas, kantong plastik, label, meteran dan GPS serta alat-alat tulis.
Rancangan Penelitian
Jenis data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah metode kualitatif dan
kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk mengukur data dengan
suatu alat ukur tertentu yang diperlukan untuk kebutuhan analisis yang secara kuantitatif
berupa angka-angka. Dalam penelitian ini yang termasuk metode kuantitatif adalah metode
survei yang mengamati langsung di lapangan dan mengambil sampel tanah kemudian di
analisis di laboratorium untuk dilakukan analisis tanah sesuai dengan keperluan penelitian.
Adapun parameter yang diamati dalam penelitian seperti kesesuaian lahan (sifat kimia tanah
yaitu : tekstur tanah, kandungan bahan organik, N Total, P tersedia, K tersedia, KTK, KB, pH
tanah, kadar garam, permeabilitas tanah, dan berat volume tanah. Parameter lainnya juga
diamati meliputi produktivitas lahan, jaringan irigasi, dan Kesesuaian lokasi sawah dengan
RTRW
Metode kualitatif adalah metode yang tidak menggunakan data berupa angka yang
berupa penjelasan berhubungan dengan obyek penelitian. Metode kualitatif dalam penelitian
ini meliputi pengumpulan data dimulai dari (1) studi pustaka yaitu mengumpulkan sumber
data penelitian sebelumnya maupun teori-teori yang mendukung penelitian yang akan
dilaksanakan. Selain itu juga data didapatkan dari Bappeda Kota Denpasar dan dinas-dinas
terkait (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortkultura, Dinas Kependudukan, dan Badan
Informasi Geospasial (BIG) serta sumber-sumber lain (2) Survei tanah dan wawancara, yaitu
pengambilan sampel tanah dan pengumpulan data dengan cara wawancara dengan responden.
Data kualitatif juga berupa data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan peta
citra satelit, peta dasar dan peta tematik, hasil sensus penduduk tahun 2000 dan 2010.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang diamati adalah: data alih fungsi lahan dari tahun 1992-2015
yang bersumber dari foto udara, lansat, Alos AVNIR, sumber air irigasi, kesesuaian lokasi
sawah dengan RTRW, kesesuaian lahan agroekosistem, dan produktivitas lahan. Klasifikasi
numerik berdasarkan skor dan pembobotan kemudian dioverlay dengan klasifikasi spasial

4
dengan menggunakan teknologi GIS yang didapatkan dari peta kelas-kelas Kawasan
pertanian pangan berkelanjutan meliputi : peta lahan pertanian pangan berkelanjutan
(LP2B), peta lahan penyangga dan peta lahan yang dapat dikonversikan.
Prosedur Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi: 7 tahapan yaitu : (1) Persiapan, (2)
penelitian pendahuluan (identifikasi dan deskripsi). Penelitian pendahuluan meliputi : analisis
data dan informasi dari citra satelit dan peta dasar : peta dasar (jalan, sungai, saluran irigasi,
batas administrasi), peta penggunaan lahan, perencanaan lokasi pengamatan kehomogenitasan
satuan lahan homogen. Interpretasi citra satelit untuk pembuatan peta tentatif : penggunaan
lahan, (3) Studi Lapangan meliputi : inventarisasi, deskripsi wilayah, survei dan pemetaan
unsur potensi sumberdaya lahan (tanah, air dan tanaman), (4) Mengkaji seluruh data dan
informasi dasar secara integrasi, sinergis sesuai dengan tujuan, (5) Pemutakhiran peta-peta
potensi sumberdaya fisik wilayah, dan peta penunjang sebagai data spasial berdasarkan
analisis citra satelit dan GIS, (6) Analisis data dan interpretasi citra satelit, (7) Kriteria
parameter klasifikasi dan pemetaan PLP2B.
Keempat parameter tersebut di atas, dilakukan pembobotan dan penskoran untuk dinilai
dan diklasifikasikan secara kuantitatif. Pembobotan dan penskoran akan berubah sesuai
dengan kebutuhan pangan untuk waktu tertentu dan ada tidaknya perda RTRW di Kota
Denpasar disajikan pada Tabel 22
Tabel 4.2
Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk
Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kota Denpasar
No Parameter Penilaian
. Bobot Skor Nilai
1 Kesesuaian lokasi sawah dengan RTRW : 4
- Kawasan RTHK 3 12
- Lahan Pertanian 2 8
- Lahan terlantar 1 4
Nilai 24
2 Pengairan :
- Irigasi teknis-semi teknis 3 3 9
- Irigasi sederhana 2 6
- Tadah hujan 1 3
Nilai 18

3 Kesesuaian lahan Agroekosistem untuk padi sawah : 2


- Sangat sesuai 3 6
- Sesuai 2 4
- Agak sesuai 1 2
Nilai 12
4 Produktivitas lahan : 1
- >5 ton/ha/panen 3 3
- 2,5 - 5 ton/ha/panen 2 2
- < 2,5 ton/ha/panen 1 1
Nilai 6

Kriteria 1 : Lahan Lestari : Total nilai ≥ 100


Lahan Penyangga : Total nilai 50 – 100
Lahan terkonversi : Total nilai < 50
Kriteria 2 : Lahan lestari : Total nilai ≥ 75
Lahan Penyangga : Total nilai 25-75
Lahan Terkonversi : Total nilai < 25

III. Hasil dan Pembahasan


3.1 Pemetaan Alih Fungsi Lahan di Kota Denpasar
Perubahan penggunaan lahan sawah menjadi bukan sawah di Kota Denpasar
merupakan tantangan bagi ketahanan pangan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis
interpretasi foto udara, citra Landsat, citra satelit ALOS/AVNIR-2, dan citra Landsat
diperoleh data penggunaan lahan sawah dari tahun 1992-2015 yaitu tahun 1992, 2000, 2003,
2008 dan 2015 berturut-turut seluas 5310,45 ha ; 4601,43 ha ; 3784,64 ha dan 2506 ha.
Perubahan penggunaan lahan sawah dari tahun 2000-2014 sebesar 2804,45 ha atau rata-rata

5
per tahun terjadi peningkatan pengurangan luas sawah di Kota Denpasar sebesar 200,32 ha
(Tabel 3.1). Oleh karena itu, lahan sawah di Kota Denpasar perlu dilindungi atau
dikonservasi agar subak tidak punah.
Tabel 3.1. Perubahan Luas lahan sawah dari Tahun 1992-2008 di Kota Denpasar

Kecamatan Tahun Total

1992 2000 2003 2008 2015

Denpasar Barat 1496,44 1038,45 870,63 601,33


Denpasar Selatan 2192,00 1730,29 1441,97 1243,27
Denpasar Timur 1896,30 1358,56 1259,22 1070,67
Denpasar Utara 1609,22 1183,15 1029,61 869,38

Luas Total 7194,66 1183,15 4601,43 3784,64

3.2 Pertanian Pangan Berkelanjutan


Berdasarkan kesesuian lokasi sawah dengan RTRW, kesesuaian lahan agroekosistem,
sumber irigasi dan serta produktivitas lahan. Dari hasil karakteristik/kualitas lahan sawah di
Kota Denpasar, didapatkan kesesuaian lahan potensial tanaman padi sebagian besar temasuk
sangat sesuai (S1) sebesar 60 % dan sisanya yaitu 40 % termasuk S2r3 (cukup sesuai) dengan
faktor pembatas kadar garam dan kedalaman efektif.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, rata-rata per tahun terjadi perubahan
penggunaan lahan sawah di Kota Denpasar dari tahun 2000 sampai 2014 sebesar 200,32 ha.
Keberadaan lahan sawah di Kota Denpasar perlu dilindungi atau dilestarikan. Berdasarkan
karakteristik/kualitas lahan lokasi penelitian untuk padi sawah tergolong sangat sesuai (S1)
sebesar 60 % dan sisanya 40 % termasuk sesuai (S2r3, S2b) dengan faktor pembatas
kedalaman efektif dan salinitas (Tabel 3.1).

6
Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan Sawah Kota Denpasar

7
Tabel 2. Rekapitulasi hasil survei pertanian di Kota Denpasar
No No Dusun/Desa/Keca Letak Elevasi Lereng Panjang Relief Pengg. Vegetasi Manageme Lapisan Kedalaman Drainase
SL/no matan geografis (m) (%) Lereng Lahan n Lahan Ap Efektif (cm) Tanah
lap. Dpl (m) (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Denpasar Utara
26. Ubung 08o36ʹ 47,8” LS- 87 19 500 Bergelombang Sawah Padi sawah Sedang 0-45 150 Br
115o11’27,6” BT
2/24 Kaja/Denpasar irigasi
Utara
27. 3/ 12 Peguyangan 08o36’31,9” LS- 73 4 600 Berombak Sawah Padi sawah Sedang 0-30 75 Br
115o14’10,1” BT
Kangin/Denpasar irigasi
Utara
28. 2/17 Peguyangan 08o16ʹ39,2,” LS - 128 8 100 Bergelombang Sawah Padi sawah, sedang 0-45 80 Br
115o35’37,5” BT
Kaja/Denpasar irigasi jagung,
Utara pisang ubi
kayu
o ”
29. 2/14 Peguyangan 08 36518,8 LS- 83 4 500 Berombak Sawah Padi sawah, Tinggi 0-35 75 Br
115o13’50,6” BT
Kaja/Denpasar irigasi pisang
Utara
30. 2/15 Peguyangan/Den 08o36ʹ44,6” LS- 84 3 200 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-35 75 Br
115o13’38,9” BT
pasar Utara irigasi, pisang

31. 2/18 Peguyangan/Den 08o36ʹ56,4” LS- 90 8 500 Berombak Sawah Padi sawah, Rendah 0-25 55 Br
115o12’51,2” BT
pasar Utara irigasi pacar,terong,
ubi kayu,
pepaya,
ratna, cabai
Denpasar Timur
32. 2/5 Kesiman/Denpasar 08o40ʹ47” LS- 47 4 200 Berombak Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 100 Br
o ’ ”
115 14 55,3 BT
Timur irigasi rumput
gajah,
jagung, dan
ratna
33. 2/6 Kesiman/Denpasar 08o39ʹ29,1” LS- 39 10 50 Bergelombang Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 70 Br
115o15’08,8” BT
Timur irigasi jagung,
rumput gajah
34. 2/7 Padanggalak/Denp 08o39ʹ32” LS- 23 3 75 Datar Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 100 Br
o ’ ”
115 15 44,2 BT
asar Timur Irigasi pisang,
jagung
o ʹ ”
35. 3/9 Kesiman 08 38 157,7 LS- 51 3 200 Datar Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 75 Br
o ’ ”
115 16 11 BT
Kertalangu/Denpas irigasi pisang
ar Timur
36. 3/13 Penatih/Denpasar 08o36ʹ58,3” LS- 76 3 200 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-30 100 Br
115o14’39,2” BT
Timur Irigasi pisang, tebu
dan sereh
37. 2/8 Tangtu/Denpasar 08o38ʹ57,7” LS- 24 3 100 Datar Sawah Padi, jagung, Sedang 0-15 60 Br
115o16’11,2” BT
Timur irigasi pisang

10
o ʹ ”
38. 2/16 Anggabaya/Denpas 08 35 37,1 LS- 104 14 50 Bergelombang Sawah Padi, pandan, Sedang 0-20 75 Br
115o13’48,9” BT
ar Timur Irigasi pacar air
39. 3/10 Penatih Dangri 08o37ʹ58” LS- 51 3 500 Datar Padi Padi, pisang, Sedang 0-25 80 Br
115o11’53,4” BT
Puri/Denpasar Sawah Waru
Timur
40. 3/15 Tembau/Denpasar 08o37ʹ33,7” LS- 64 4 400 Datar Padi Padi, pisang, Sedang 0-25 80 Br
o ’ ”
115 14 09,2 BT
Timur Sawah Waru
Denpasar Selatan
41. 2/1 Renon/Denpasar 08o39ʹ13” LS- 46 7 150 Berombak Padi Padi, pisang, Sedang 0-20 150 Br
115o13’24,5” BT
a Selatan Sawah intaran
o ʹ ”
42. 4/1 Sanur 08 39 20 LS- 46 3 100 Datar Padi Padi sawah, Tinggi 0-40 100 Br
115o15’6,20” BT
b Kauh/Denpasar Sawah sengon,
Selatan intaran
43. 2/2 Sanur 08o41ʹ36,6” LS- 44 3 100 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-50 55 Br
115o14’34,6” BT
Kauh/Denpasar irigasi pisang
Selatan
o ʹ ”
44. 2/3 Sanur/Denpasar 08 40 47 LS- 21 5 150 Berombak Sawah Padi sawah, Sedang 0-20 40 Br
115o14’55,3” BT
Selatan irigasi pisang, kayu
santen,
rumput gajah
45. 2/4 Sanur 08o40ʹ16,2” LS- 42 3 100 Datar Sawah Padi sawah, Sedang 0-30 150 Brk
o ’ ”
115 14 57,8 BT
Kaja/Denpasar irigasi Jagung,
Selatan pisang, ratna,
Rumput
gajah,Turi
46. 2/1 Panjer/Denpasar 08o36ʹ57,8” LS- 45 7 200 Berombak Sawah Padi sawah, , Sedang 0-30 75 Br
115o12’51” BT
9 Selatan irigasi rumput gajah
o ʹ ”
47. 2/2 Pedungan/ Denpasar 08 41 56,1 LS- 31 8 150 Bergelombang Sawah Padi sawah, Tinggi 0-30 100 Br
o ’ ”
115 15 26,6 BT
0 Selatan irigasi pisang
o ʹ ”
48. 2/2 Kepaon/Denpasar 08 42 5,4 LS- 21 3 300 Datar Sawah Padi sawah, Tinggi 0-30 75 Br
115o11’58” BT
1 Selatan Irigasi kangkung
Denpasar Barat o ʹ ”
49. 6/2 Padangsambian 08 40 11,30 LS- 31 4 200 Berombak Sawah padi Tinggi 0-30 150 Br
o ’ ”
115 14 02 BT
2 Kelod/Denpasar irigasi
Barat
50. 2/2 Padangsambian 08o37ʹ16,3” LS- 72 12 200 Bergelombang Sawah Padi, bunga Sedang 0-40 75 Br
o ’ ”
115 10 56,7 BT
3 Kaja/Denpasar irigasi pacar, pisang
Barat dan ketela

11
Tabel 2. (Lanjutan)
Retensi Hara (f) Hara Tersedia (n) Terrain/Potensi mekanisasi (s)
KTK P- Batuan di
N0 Desa/Kecamatan KB C- N-total K-tersedia Lereng permukaa
Singkapan TBE
Bahaya
pH (me/100
(%) Organik (%)
tersedia
(ppm) (%) n
Batuan (e)
Banjir
(%) (f)
gr) (%) (ppm) (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Ubung Kaja/Denpasar 6,3 (AM) 30,61 (T) 88,57 (ST) 2,56 (S) 0,08 (SR) 30,69 (T) 155,91 (S) 4 0 0 SR 0
Utara
2 Peguyangan 6,4 (AM) 22,68 (S) 105,66 (ST) 3,33 (T) 0,10 (R) 69,4 (ST) 238,28 (T) 5 2 0 SR 0
Kangin/Denpasar Utara
3 Peguyangan 6,3 (AM) 32,04 (T) 89,80 (ST) 2,97 (S) 0,14 (R) 20,63 (S) 259,79 (T) 5 0 0 SR 0
Kaja/Denpasar Utara
4 PeguyanganKaja/Denpa 6,4 (AM) 24,98 (T) 73,04 (ST) 2,96 (S) 0,14 (R) 36,99 218,58 (S) 6 0 0 SR 0
sar Utara (ST)
5 Peguyangan/Denpasar 6,3 (AM) 33,32 (T) 67,53 (T) 2,53 (S) 0,14 (R) 23,14 (S) 247,28 (T) 4 0 0 SR 0
Utara
6 Peguyangan/Denpasar 6,3 (AM) 32,04 (T) 89,80 (ST) 2,97 (S) 0,14 (R) 20,63 (S) 259,79 (T) 5 0 0 SR 0
Utara
7 Kesiman/Denpasar 6,3 (AM) 3,61 (SR) 94,11 (ST) 2,07 (S) 0,07 (SR) 28,71 (T) 129,75 (R) 3 0 0 SR 0
Timur
8 Kesiman/Denpasar 6,3 (AM) 35,62 (T) 108,64 (ST) 3,00 (S) 0,12 (R) 29,70 (T) 152,50 (S) 8 0 0 SR 0
Timur
9 Padanggalak/Denpasar 6,3 (AM) 34,28 (T) 82,05 (ST) 3,85 (T) 0,15 (R) 16,16 (S) 254,39 (T) 5 0 0 SR 0
Timur
10 Kesiman 6,2 (AM) 7,22 (R) 72,73 (ST) 2,13 (S) 0,09 (SR) 19,54 (S) 301,17 (T) 7 0 0 SR 0
Kertalangu/Denpasar
Timur
11 Penatih/Denpasar 6,2 (AM) 21,66 (S) 86,27 (ST) 3,31 (T) 0,11 (R) 19,72 (S) 235,47 (T) 8 0 0 SR 0
Timur
12 Tangtu/Denpasar Timur 6,2 (AM) 24,29 (T) 87,72 (ST) 2,91 (S) 0,08 (SR) 23,54 (S) 264,42 (T) 9 0 0 SR 0
13 Pinatih/Denpasar Timur 6,2 (AM) 20,87 (S) 104,00 (ST) 3,66 (T) 0,14 (R) 31,13 (T) 302,52 (T) 3 0 0 S-B 0
14 Penatih Dangri Puri 6,4 (AM) 23,54 (S) 84,41 (ST) 3,79 (T) 0,19 (R) 15,88 (S) 421,04 (ST) 15-25 0 0 S-B 0
Denpasar Timur
15 Penatih/ Denpasar 6,3 (AM) 18,57 (S) 65,88 (T) 3,41 (T) 0,10 (R) 11,84 (R) 204,90 (S) 15-25 0 0 S-B 0
Timur
16 Renon/Denpasar 6,3 (AM) 28,42 (T) 63,64 (T) 2,94 (S) 0,08 (SR) 20,75 (S) 200,87 (S) 15-25 0 0 S-B 0
Selatan
17 Sanur Kauh/Denpasar 5,9 (AM) 31,65 (T) 96,55 (ST) 4,25 (T) 0,25 (S) 17,20 (S) 309,17 (T) 15-25 0 0 S 0
Selatan
18 Sanur Kauh/Denpasar 6,3 (AM) 5,8 (R) 88,89 (ST) 3,40 (T) 0,11 (R) 19,10 (S) 341,88 (T) 8 0 0 S-B 0
Selatan
19 Sanur/Denpasar Selatan 6,1 (AM) 27,67 (T) 91,34 (ST) 2,97 (S) 0,09 (SR) 20,24 (S) 450,21 (ST) 8 0 0 S-B 0
20 San3ur Kaja/Denpasar 6,2 (AM) 5,46 (R) 61,54 (T) 2,46 (S) 0,08 (SR) 59,04 330,37 (T) 3 0 0 S 0
Selatan (ST)
21 Panjer/Denpasar 5,9 (AM) 16,95 (S) 98,77 (ST) 2,85 (S) 0,13 (R) 26,06 (T) 266,78 (T) 9 0 0 S-B 0
Selatan

12
22 Pedungan/ Denpasar 6,1 (AM) 13,38 (R) 92,31 (ST) 2,61 (S) 0,17 (R) 88,29 180,03 (S) 15-25 0 0 SR 0
Selatan (ST)
23 Kepaon/Denpasar 6,1 (AM) 10,13 (R) 81,63 (ST) 2,82 (S) 0,19 (R) 36,29 200,97 (S) 15-25 0 0 SR 0
Selatan (ST)
24 Padangsambian Kelod 6,1 (AM) 5,79 (R) 88,89 (ST) 2,92 (S) 0,19 (R) 18,40 (S) 432,33 (ST) 8-15 0 0 SR 0
/Denpasar Barat
25 Padangsambian 6,1 (AM) 24,53 (T) 106,20 (ST) 3,38 (T) 0,16 (R) 52,23 449,08 (ST) 15-25 0 0 SR 0
Kaja/Denpasar Barat (ST)

13
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana yang telah memberikan
bantuan dana dalam menyelesaikan laporan hibah doktor dengan nomor kontrak :
No. 101/UN.2/PNL.01.03.00/2015, Tanggal 3 Maret 2015
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir Indayati
Lanya, MS. sebagai Promotor, Prof Dr. Ir. I Nengah Netera Subadiyasa, MS.,
sebagai Co Promotor I dan Prof. Dr. Ir. I Made Adnyana, MS sebagai co Promotor
II. Ke tiga Promotor dan Co Promotor telah banyak membimbing penulis dalam
penyelesaian laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyana, N. 2011. Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Dalam


Rangka Mempertahankan Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. Jakarta

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.


As-Syakur,A. R. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi Bali. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH), Universitas Udayana. Udayana
University Press

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. 2011. Luas Panen, Rata-Rata Produksi,
dan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang. Kabupaten/Kota di Bali .

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2012. Luas Panen, Rata-Rata Produksi, dan
Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang. Kabupaten/Kota di Bali .
.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar. 2010. Denpasar Dalam Angka.
Denpasar

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar. 2012. Denpasar Dalam Angka.
Denpasar

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010.
Data Agregat per Kabupaten/Kota.

Bappeda Provinsi Bali. 2006. Studi Identifikasi dan Potensi Bencana Alam di
Provinsi Bali. Bappeda Provinsi Bali dan PPLH, Lembaga Penelitian Unud.

Djaenudin, D., Marwan H., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Evaluasi Lahan Untuk
Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

32
Fahar, F. 2012. Kebijakan Pangan dan Ketahanan Pangan Nasional. Simposium
Nasional Ketahanan Kemandirian dan Keamanan Pangan. Jakarta.

Lanya, I. 2007. Alih Fungsi Lahan Subak dan Usaha Pelestarian Alam dan Budaya
Bali. Laporan Hasil Penelitian, Kerjasama DPRD Bali.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2009 Tentang Penataan


Ruang Nasional. Diunduh dari http://www deptan go.id/psp/admin/rb/
PP_ 26_Tahun _2009.pdf, pada tanggal 4 Juli 2012

Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029.

Pramono, J; Seno Basuki; Widarto . 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi


Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah. Agrosains
7(1): 1-6, 2005

Salikin, K.A. 2011. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Suastika, I, K. 2013. Subak sebagai Warisan Budaya Dunia. Dinas Kebudayaan


Provinsi Bali. Disampaikan pada Seminar Budaya yang diselenggarakan
oleh Himpunan Mahasiswa Agrotek, Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, Bali.
Subadiyasa, N. N., I. Lanya dan K. Sardiana. 2010. Strategi Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Subak Berbasis Masyarakat dan Upaya Peningkatan
Produktivitas Lahan di Kabupaten Tabanan, Bali.

Sutanto, P. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan


Perkebunan Besar. Proseding Pertemuaan Ilmiah Tahunan ke-5 Masyarakat
Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN). Surabaya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.


Diunduh pada tanggal 15 September 2012dari http://bplhd.jakarta.go.id/
peraturan/ uu/UU%20RI%20NO%2026%20TAHUN%202007.pdf

Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


Pertanian Pangan Berkelanjutan. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal
Pengelolaan Lahan dan Air.

33

Anda mungkin juga menyukai