Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

DI KOTA SURABAYA, JAWA TIMUR DENGAN


MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 DAN 8

SKRIPSI

Oleh

ADAM SIPTA DANENDRA

KONSENTRASI ILMU TANAH DAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2023
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI KOTA SURABAYA, JAWA TIMUR DENGAN
MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 DAN 8

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

Adam Sipta Danendra

NIM. 1906541082

KONSENTRASI ILMU TANAH DAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2023
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan


seperlunya.

Denpasar, 08 Februari 2023


Yang menyatakan,
Materai
Rp 10.000,-
Adam Sipta Danendra
NIM. 1906541082
ABSTRAK

Adam Sipta Danendra. NIM 1906541082. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di


Kota Surabaya, Jawa Timur Dengan Menggunakan Citra Landsat 7 Dan 8. Dibimbing
oleh: Drs. R. Suyarto, M.Si. dan Ir. Tati Budi Kusmiyarti, M.P. *)

Kota Surabaya menjadi kota metropolitan kedua terbesar di Indonesia. Permasalahan di Kota
Surabaya adalah alih fungsi lahan terbangun yang tidak selaras dengan ketersediaan lahan
yang semakin terbatas. Dari kejadian tersebut perlu adanya kajian mengenai alih fungsi lahan
dalam kurun waktu tertentu. Tujuan penelitian ini yaitu memberikan informasi distribusi
spasial perubahan penggunaan lahan di Kota Surabaya pada tahun 2000, 2013 2022 dan hasil
uji ketelitian penerapan klasifikasi terbimbing (supervised classification) pada peta
penggunaan lahan di Kota Surabaya tahun 2022. Penelitian ini dilaksanakan di Kota
Surabaya pada bulan Januari 2023 hingga Maret 2023. Metode penelitian yang digunakan
yaitu klasifikasi terbimbing (supervised classification) Maximum Likelihood Clasification
(MLC), untuk uji ketelitian dilakukan dengan metode Kappa accuracy (KA) dan matriks
kesalahan (confusion matrix) dengan titik koordinat pengambilan data secara menyebar. Hasil
penelitian menunjukan Perubahan penggunaan lahan yang di Kota Surabaya pada tahun 2000
hingga 2013 terjadi peningkatan signifikan luasan lahan terbangun sebesar 46,15% (9126,18
Ha), dan penurunan signifikan lahan terjadi pada lahan kosong sebesar 37,5% (7399,8 Ha).
Perubahan pada tahun 2013 hingga 2022 terdapat peningkatan signifikan luasan lahan
terbangun sebesar 50,31% (2038,77 Ha), dan penurunan signifikan terjadi pada lahan
bervegetasi sebesar 34,88% (1413,27 Ha). Uji ketelitian memiliki akurasi keseluruhan
sebesar 91,26%, dan indeks kappa yang diperoleh adalah 0,84.

Kata kunci: penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, klasifikasi terbimbing, uji
ketelitian
ABSTRACT

Adam Sipta Danendra. NIM 1906541082. Analysis of Land Use Change in the City of
Surabaya, East Java Using Landsat 7 and 8 Imagery. Supervised by: Drs. R. Suyarto,
M.Sc. and Ir. Tati Budi Kusmiyarti, M.P. *)

The city of Surabaya is the second largest metropolitan city in Indonesia. The
problem in the city of Surabaya is the conversion of built-up land which is not in
harmony with the increasingly limited availability of land. From this incident, it is
necessary to study the transfer of functions within a certain period of time. The
purpose of this study is to provide information on the spatial distribution of changes
in land use in the City of Surabaya in 2000, 2013 2022 and the results of the accuracy
test of applying supervised classification on land use maps in the City of Surabaya in
2022. This research was conducted in the City of Surabaya in January 2023 to March
2023. The research method used is the Maximum Likelihood Classification (MLC)
supervised classification. The accuracy test is carried out using the Kappa accuracy
(KA) method and the confusion matrix with coordinate points for data collection
spread out. The results showed that changes in land use in the city of Surabaya from
2000 to 2013 saw a significant increase in the area of built-up land by 46.15%
(9126.18 Ha), and a significant decrease in land use occurred in vacant land by 37.5%
(7399.8 Ha). Changes from 2013 to 2022 saw a significant increase in the area of
built-up land by 50.31% (2038.77 Ha), and a significant decrease occurred in
vegetated land of 34.88% (1413.27 Ha). The accuracy test has an overall accuracy of
91.26%, and the kappa index obtained is 0.84.

Keywords: land use, land use change, supervised classification, accuracy test
RINGKASAN

Penggunaan lahan merupakan suatu pemanfaat lahan untuk pemenuhan


kepentingan manusia. Kota Surabaya menjadi kota metropolitan kedua terbesar di
Indonesia, Kawasan terbangun diwilayah kota Surabaya hampir dua pertiga dari
seluruh luas wilayah. dengan sumbangan terbesar dari alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan kosong dan terbangun. Secara relatif, konsentrasi perkembangan fisik
kota membujur dari kawasan utara hingga selatan kota, pada saat ini cenderung
bergeser ke kawasan barat dan kawasan timur kota akibat sudah terbangunnya lahan
di kawasan utara, tengah dan selatan. masalah kepadatan penduduk berdampak
krusial terhadap penyediaan permukiman. Kebutuhan dan permintaan permukiman
yang tinggi tidak didukung dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas.
Perkembangan industri yang cepat di Kota Surabaya juga telah mendorong
transformasi lanskap spasial, persebaran dan perubahan penggunaan lahan tersebut
semakin meningkat setiap tahunnya. Bentuk lain dari permasalahan tersebut seperti
alih fungsi lahan yang dibangun menjadi komplek kegiatan ekonomi produksi,
pabrik, kompleks perumahan mewah, dan pembangunan lingkungan atau ruang baru
yang menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi, seperti Supermall Pakuwon yang ada di
Surabaya bagian barat maupun Eastcost yang ada di Surabaya bagian timur. Dari
kejadian tersebut perlu adanya kajian dan analisis mengenai alih fungsi lahan dengan
membandingkan hasil dari klasifikasi penggunaan lahan (eksiting) dalam kurun
waktu tertentu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan


lahan di Kota Surabaya pada tahun 2000, 2013, 2022; dan mengetahui hasil uji
ketelitian dalam penerapan klasifikasi terbimbing (supervised classification) pada
peta penggunaan lahan di Kota Surabaya tahun 2022. Penelitian ini dilaksanakan di
Kota Surabaya pada Januari 2023 sampai Maret 2023. Metode yang digunakan adalah
Klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) Maximum Likelihood Clasification
(MLC) yang digunakan untuk menentukan tipe penggunaan lahan. Kelas penggunaan
lahan dalam penelitian ini terbagi kedalam empat kelas penggunaan lahan yaitu: lahan
bervegetasi, lahan terbangun, lahan kosong dan tubuh air. Penelitian ini dilakukan
melalui beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu tahap studi pustaka, pengumpulan data,
pengolahan citra satelit, pengecekan kondisi lapangan, dan uji ketelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan peta penggunaan lahan Kota


Surabaya Tahun 2000, 2013, dan 2022. Perubahan penggunaan lahan pada tahun
2000 hingga 2013 terjadi peningkatan signifikan luasan lahan terbangun sebesar
46,15% dengan luas perubahan sebesar 9126,18 Ha, dan penurunan signifikan lahan
terjadi pada lahan kosong sebesar 37,5% dengan luas lahan yang berkurang sebesar
7399,8 Ha. Perubahan penggunaan yang terjadi pada tahun 2013 hingga 2022
terdapat peningkatan signifikan luasan lahan terbangun sebesar 50,31% dengan luas
peningkatan sebesar 2038,77 Ha, dan penurunan signifikan lahan terjadi pada lahan
bervegetasi sebesar 34,88% dengan luas lahan yang berkurang sebesar 1413,27 Ha.
Keteraturan masing-masing kelas penggunaan lahan selama 22 tahun adalah sebagai
berikut : lahan bervegetasi menurun sebanyak 177,46 Ha/tahun, lahan terbangun
meningkat sebanyak 507,5 Ha/tahun, lahan kosong menurun sebanyak 358,6
Ha/tahun, dan tubuh air 28,5 Ha/tahun. Perubahan penggunaan lahan yang dominan
adalah perubahan penggunaan lahan dari lahan kosong dan lahan bervegetasi menjadi
lahan terbangun. Selain itu terjadi perubahan penggunaan sementara yaitu dari lahan
bervegetasi dan lahan kosong menjadi tubuh air buatan (tambak budidaya dan tambak
garam). Uji ketelitian pada penelitian ini memiliki akurasi keseluruhan sebesar
91,26%, dan indeks kappa yang diperoleh adalah 0,84
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA
SURABAYA, JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA
LANDSAT 7 DAN 8

ADAM SIPTA DANENDRA


NIM. 1906541082

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. R. Suyarto, M.Si. Ir. Tati Budi Kusmiyarti, M.P.


NIP. 195909151987011001 NIP. 196309071988032001

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM.


NIP. 19611013 198603 1 002

Tanggal Lulus:
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA
SURABAYA, JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA
LANDSAT 7 DAN 8

Dipersiapkan dan diajukan oleh:

Adam Sipta Danendra

NIM. 1906541082

Telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji

Pada tanggal

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

No.:

Tanggal:

Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua : Dr. Ir. I Wayan Diara, M.S.

Anggota :

1. Ir. Wiyanti, M.P


2. Putu Perdana Kusuma Wiguna, S.Si., M.Sc.
3. Drs. R. Suyarto, M.Si.
4. Ir. Tati Budi Kusmiyarti, M.P.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Adam Sipta Danendra lahir di Kota Sidoarjo,
01 April 2002 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari
pasangan Herry Susanto (Ayah) dan Erni Nursanti (Ibu).

Penulis menempuh pendidikan dasar di MI Muslimat NU


Pucang Sidoarjo (2008-2013). Kemudian melanjutkan
pendidikan menengah pertama di MTs Bilingual Muslimat
NU Pucang Sidoarjo (2013-2016). Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA
Negeri 4 Sidoarjo (2016-2019). Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana melalui Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2019. Pada masa perkuliahan
semester keenam, penulis memutuskan untuk memilih Konsentrasi Ilmu Tanah dan
Lingkungan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kota Surabaya, Jawa Timur
Dengan Menggunakan Citra Landsat 7 Dan 8”. Penelitian terdorong oleh
keinginan penulis untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah
daerah dalam bentuk pemetaan penggunaan lahan di Kota Surabaya menggunakan
metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) dengan Sistem Informasi
Geografis.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah
meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ida Ayu Putri Darmawati, S.P., M.Si., selaku Koordinator Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah
memberikan izin serta bantuan dan fasilitas selama penelitian dan penulisan
skripsi ini, dan juga sebagai pembimbing akademik (PA) yang telah memberikan
segala bimbingan dan tuntunan dalam menyelesaikan studi.
3. Prof. Dr. Ir. Made Sri Sumarniasih, M.S., selaku Ketua Konsentrasi Ilmu Tanah
dan Lingkungan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Drs. R. Suyarto, M.Si., sebagai pembimbing I dan Ir. Tati Budi Kusmiyarti,
M.P., sebagai pembimbing II yang telah mendampingi, memberikan arahan dan
motivasi serta meluangkan waktu dalam membimbing Penulis selama penelitian
hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Dr. Ir. I Wayan Diara, M.S., Ir. Wiyanti, M.P., Putu Perdana Kusuma Wiguna,
S.Si., M.Sc., sebagai penguji yang telah memberikan masukan beserta saran-
saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf pegawai di lingkungan Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana atas segala ilmu dan pelayanan administrasi yang diberikan selama
penulis menjalani studi di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
7. Terima kasih atas doa restu dari keluarga tercinta Ayahanda Herry Susanto S.T.,
Ibu Erni Nursanti, serta seluruh keluarga besar penulis dengan kasih sayang yang
tulus, selalu berdoa tiada henti- hentinya, memberikan dukungan moral dan
materi, semangat, motivasi, inspirasi untuk terus mengejar impian dan
menuntaskan pendidikan di perguruan tinggi ini.
8. Kak Saiful dan PPIDS yang telah membantu dan memberikan dukungan, ilmu,
pengalaman, saran, motivasi dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Kawan seperjuangan sejak awal kuliah "Anak Pantai" diantaranya Jeremy Hot
Ondihon, Patrick Yusuf Irwandi, Michael Surbakti, Muhamad Farel Rizkiy,
Evert Vito, Theo Yeremia Sipahutar, Omar, Adril Persada Butarbutar, Adi
Berson Sinaga, Fadilatuz Dzikri Anshori, Firos Henriahna Berahmana, Elia
Raphael Sopacua, Dedy Putra Barus, Pierce Raufael Ayudanta, Dwiki Sinatrya
Putra, Sagita Rama Desimba, Rachmat Fajar Girinanda, Raja Malem Keta Keliat,
dan Rio Jonathan Avianto yang senantiasa setia menemani masa senang dan sulit
selama penulis berkuliah hidup di Bali hampir 4 tahun hingga di titik penulisan
skripsi ini.
10. Bring Me The Horizon, yang senantiasa menghibur dan menyemangati dikala
penulis sedang tidak baik-baik saja
11. Teman-teman seperjuangan kegiatan magang Fakultas Pertanian di UD.Catur
Paramitha dan teman-teman kegiatan KKN Universitas Udayana di Desa
Pesinggahan, yang telah memberikan semangat dan bantuan selama ini. Baik
selama kegiatan berlangsung dan juga setelah berakhirnya kegiatan .
12. Sahabat sejak SMA "Bani Daleman” yang senantiasa memberi masukan satu
sama lain, semangat, saling bantu-membantu diantaranya: Dewangga, Nevory,
Lauka, Angel, dan Hilma.
13. Juga Agroekoteknologi 2019 serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman penulis. Namun Demikian, melalui skripsi ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang memerlukan informasi
terkait yang dibahas dalam skripsi ini.

Denpasar, 22 Februari 2022

Adam Sipta Danendra


Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan lahan merupakan suatu pemanfaat lahan untuk pemenuhan


kepentingan manusia. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk
intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual (Laka, Uca, dan Amal, 2017).
Penggunaan lahan dalam arti ruang merupakan cerminan dari produk aktivitas
kehidupan sosial ekonomi masyarakat serta interaksinya secara ruang dan waktu.
Pertumbuhan penduduk yang pesat serta bertambahnya tuntutan kebutuhan
masyarakat akan lahan, seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas
penggunaan lahan serta terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan
rencana peruntukannya (Khadiyanto, 2005). Kepentingan atau kebutuhan manusia
dalam pemanfaatan lahan dapat mengakibatkan berubahnya fungsi atau penggunaan
suatu lahan. Perubahan penggunaan lahan dapat bersifat permanen ataupun sementara
yang timbul akibat adanya pertumbuhan dan transformasi struktur sosial ekonomi
masyarakat yang sedang berkembang (Muiz, 2009). Perubahan penggunaan lahan
dapat terjadi karena adanya perubahan kondisi alamiah, faktor ekonomi dan
teknologi, faktor demografi, faktor institusi, faktor budaya dan globalisasi (Lambin
dan Geist, 2007). Peningkatan kualitas dan kuantitas hidup akan berdampak pada
perubahan penggunaan lahan yang sulit dikendalikan sehingga mengakibatkan
kondisi sumberdaya alam terganggu. Peningkatan jumlah penduduk dapat
menyebabkan semakin meningkatnya pembangunan, khususnya pembangunan di
bidang permukiman.

Kota Surabaya menjadi kota metropolitan kedua terbesar di Indonesia,


menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota Surabaya terjadi peningkatan nilai
kepadatan penduduk setiap tahunnya di Kota Surabaya. Menurut data kependudukan
tahun 1990, kepadatan penduduk di Surabaya tercatat sebesar 7.568 jiwa/km2. Nilai
ini terus bertambah hingga berdasarkan data kependudukan tahun 2021, kepadatan
penduduk di Kota Surabaya mencapai 8.612 jiwa/km2. Dengan data tersebut, Kota
Surabaya menduduki peringkat ke-13 berdasarkan jumlah nilai kepadatan penduduk
dari 92 kota besar lainnya yang ada di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kota Surabaya (2017), sebagai kota
metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Jawa Timur
dan sekitarnya. Kota Surabaya memiliki luas sebesar 333,063 Km² yang terdiri dari 5
Wilayah (Surabaya Pusat, Surabaya Timur, Surabaya Barat, Surabaya Utara,
Surabaya Selatan). Jumlah kecamatan di Kota Surabaya yaitu 31 kecamatan terdiri
dari 163 kelurahan dan terdiri dari 1.360 RW (Rukun Warga) dan 8.972 RT (Rukun
Tetangga).

Kawasan terbangun diwilayah kota Surabaya hampir dua pertiga dari seluruh
luas wilayah. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama tahun 2000-2020
adalah penggunaan lahan kosong yang memiliki persentase 69,64 % dengan
sumbangan terbesar dari alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan kosong dan lahan
terbangun. Lahan pertanian dipersiapkan sebagai lahan cadangan pemukiman sebesar
105,07 ha (Kurniawati, 2021). Secara relatif, konsentrasi perkembangan fisik kota
membujur dari kawasan utara hingga selatan kota, pada saat ini cenderung bergeser
ke kawasan barat dan kawasan timur kota akibat sudah terbangunnya lahan di
kawasan utara, tengah dan selatan. Pesatnya pertumbuhan Surabaya ditambah dengan
meningkatnya migrasi dari desa ke kota menyebabkan meningkatnya berbagai
kebutuhan, salah satunya yaitu lahan kota baik untuk pemukiman, perkantoran,
hingga tempat-tempat komersial seperti pusat perbelanjaan, gudang, dan hotel. Secara
umum perkembangan fisik kota tersebut didominasi oleh pembangunan kawasan
perumahan real estate dan fasilitas perniagaan. Kawasan perumahan yang berupa
kampung terkonsentrasi di area pusat kota, sedangkan perumahan real estate tersebar
dikawasan barat, timur, dan selatan kota. Areal sawah dan tegalan terdapat dikawasan
barat dan selatan kota. Areal tambak berada dikawasan pesisir timur dan utara. Di
Kota Surabaya, masalah kepadatan penduduk berdampak krusial terhadap penyediaan
permukiman. Kebutuhan dan permintaan permukiman yang tinggi tidak didukung
dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Perkembangan industri yang cepat
di Kota Surabaya juga telah mendorong transformasi lanskap spasial, persebaran dan
perubahan penggunaan lahan tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Bentuk
lain dari permasalahan tersebut seperti alih fungsi lahan yang dibangun menjadi
komplek kegiatan ekonomi produksi, pabrik, kompleks perumahan mewah, dan
pembangunan lingkungan atau ruang baru yang menjadi pusat-pusat kegiatan
ekonomi, seperti Supermall Pakuwon yang ada di Surabaya bagian barat maupun
Eastcost yang ada di Surabaya bagian timur. Berdasarkan pemaparan diatas tentu saja
fenomena pesatnya perubahan penggunaan lahan, menjadi lahan terangun di Kota
Surabaya menjadi permasalahan yang serius dikemudian hari. Ketidakselarasan alih
fungsi lahan tersebut perlu dipantau dengan membandingkan hasil dari klasifikasi
penggunaan lahan (eksiting) dalam kurun waktu tertentu. Analisis perubahan
penggunaan lahan di Kota Surabaya juga penting untuk dilakukan mengingat Kota
Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan dan memiliki jumlah penduduk yang
besar.

Salah satu upaya untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan tersebut


adalah memperbarui data spasial dari wilayah tersebut. Update data yang lebih akurat
dan cepat dapat dilakukan dengan bantuan teknologi penginderaan jauh baik foto
udara maupun satelit. Perolehan data penginderaan jauh secara berseri dari waktu ke
waktu dan perkembangan serta kemajuan SIG (Sistem Informasi Geografis)
memungkinkan untuk melakukan analisis perubahan penggunaan lahan. Data
penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat 7 ETM+
perekaman tahun 2000, serta Landsat 8 OLI TIRS tahun perekaman 2013, dan 2022,
hal tersebut karena citra tersebut memiliki multi temporal yang panjang, perolehan
citra yang mudah dan gratis. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Wiggers et
al., (2020) uji akurasi 8 tutupan lahan di pesisir Kecamatan Batu Layar, Kabupaten
Lombok Barat dengan citra satelit Landsat 7 ETM +, Landsat 8 OLI, TIRS, dan SIG
menghasilkan Overall Accuracy dari hasil klasifikasi penggunaan lahan didapatkan
90%. Berdasarkan penelitian terdahulu, membuktikan bahwa analisis perubahan
penggunaan lahan menggunakan SIG menghasilkan data yang akurat. Pemrosesan
citra satelit menggunakan perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografis) dapat
menghasilkan peta penggunaan lahan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
memperkirakan perubahan penggunaan lahan (Kusumo et al., 2016). Analisis
penggunaan lahan menggunakan klasifikasi terbimbing (supervised classification)
dalam rentang waktu tahun 2000 sampai 2013 dan tahun 2013 sampai 2022.
Klasifikasi bertujuan untuk mengelompokkan piksel kedalam kelas-kelas penggunaan
lahan, dan pemilihan rentang tahun tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
lebih signifikan. Hasil dari penelitian ini adalah peta penggunaan lahan di Kota
Surabaya pada tahun 2000,2013 dan 2022.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan di Kota Surabaya pada tahun 2000,
2013 dan 2022?
2. Bagaimana tingkat ketelitian dalam penerapan klasifikasi terbimbing
(supervised classification) pada peta penggunaan lahan di Kota Surabaya
tahun 2022?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan di Kota Surabaya pada tahun
2000, 2013 dan 2022.
2. Mengetahui hasil uji ketelitian dalam penerapan klasifikasi terbimbing
(supervised classification) pada peta penggunaan lahan di Kota Surabaya
tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini baik secara akademis maupun praktis meliputi :

1. Secara Akademis
Secara akademis manfaat penelitian ini memberikan informasi ilmiah terkait
dengan penggunaan landsat 7 ETM+ dan landsat 8 OLI/TIRS pada perubahan
penggunaan lahan di Kota Surabaya dengan aplikasi sistem informasi geografis serta
untuk menambah refrensi mata kuliah SIG.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini menyediakan informasi dan peta penggunaan
lahan di Kota Surabaya, dan juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah terkait
mengambil kebijakan dalam menentukan arah perencanaan pengembangan di Kota
Surabaya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kota Surabaya


Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur yang terletak antara
07°9' s.d 07°21' Lintang Selatan dan 112°36' s.d 112°54' Bujur Timur. Luas wilayah
Kota Surabaya seluruhnya kurang lebih 326,36 Km2 yang terbagi dalam 31
Kecamatan dan 154 Desa/Kelurahan. Batas wilayah Kota Surabaya yaitu batas
sebelah utara adalah Laut Jawa dan Selat Madura, batas sebelah selatan merupakan
Kabupaten Sidoarjo, batas sebelah barat merupakan Kabupaten Gresik, serta batas
sebelah timur adalah Selat Madura.

2.2 Lahan dan Penggunaan Lahan

Lahan merupakan wilayah daratan bumi yang merangkum semua tanda


pengenal biosfer, atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi, populasi tumbuhan
dan hewan, serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan masa kini (Notohadiprawiro,
2006). Lahan merupakan sistem yang tersusun dari komponen struktural atau
karakteristik lahan dan komponen fungsional yang disebut kualitas lahan. Kualitas
lahan terdiri dari unsur-unsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan
kesesuaian untuk pemanfaat tertentu (Juhadi, 2007).

Penggunaan lahan (land use) meupakan bentuk intervensi manusia terhadap


lahan dalam memenuhi kebutuhan hidup secara material maupun spiritual (Laka,
Uca dan Amal, 2017). Pendapat tersebut sejalan dengan Sitorus (2016), Penggunaan
lahan adalah segala bentuk invasi yang dilakukan manusia terhadap sumberdaya
lahan baik yang bersifat tetap atau berupa siklus yang ditunjukan untuk memenuhi
kebutuhannya baik berupa kebendaan atau kejiwaan atau keduanya. Penggunaan
lahan dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
pertanian dan non pertanian (Arsyad, 2010). Klasifikasi tutupan lahan dan
penggunaan lahan citra landsat 8 dengan resolusi 30 meter berdasarkan SNI 7645:
2010 skala 1:50.000 sebagaimana disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2. 1
Klasifikasi Tutupan Lahan 1:50.000

Jenis Penutup Kelas Penutup


Kelas Penggunaan Lahan
Lahan Lahan
Sawah Irigasi, Sawah tadah hujan,
Daerah Pertanian
Perkebunan, Dan lain-lain.
Daerah Vegetasi
Daerah Bukan Hutan kota, Hutan produksi, Hutan
Pertanian bakau, dan lain-lain.
Lahan Terbuka Tanah Kosong
Daerah Tidak
Bervegetasi
Lahan Terbangun Pemukiman, Bangunan industri
Perairan Tubuh Air Danau, Sungai, Tambak Ikan
Sumber: (SNI 7645, 2010).

2.3 Objek Yang Diamati Dalam Perubahan Penggunaan Lahan

A. Daerah Bervegetasi

Daerah bervegetasi merupakan salah satu jenis klasifikasi penutup lahan yang
didalamnya terdiri dari daerah pertanian: sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah
lebak, sawah pasang surut, polder perkebunan, perkebunan campuran, tanaman
campuran; dan daerah bukan pertanian: hutan lahan kering, hutan lahan basah,
belukar, semak, sabana, padang alang-alang, rumput rawa (SNI 7645, 2010).

B. Kawasan Terbangun

Area terbangun termasuk bangunan rumah, kantor pemerintahan, rumah sakit


dan jalan, tetapi tidak termasuk parkir (aspal mupun paving) atau bangunan non
permanen seperti gazebo (As-Syakur, 2012). Kawasan terbangun adalah semua lahan
yang telah diolah oleh manusia seperti lahan yang dibangun menjadi suatu bangunan
seperti rumah, rumah sakit, hotel, kantor, dan pusat perbelanjaan.
C. Lahan Kosong

Lahan kosong merupakan daerah yang tidak ditutupi oleh vegetasi, air,
bangunan, maupun jalan (As-Syakur, 2012). Maka dari itu lahan kosong yang
dimaksud adalah lahan yang tidak tertutup oleh tutupan lahan apapun baik dari
sawah, vegetasi, air, bangunan, maupun jalan.

D. Daerah Perairan

Berdasarkan letaknya, wilayah perairan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:


perairan umum yang berada di daratan sehingga sering disebut pula dengan perairan
darat dan perairan laut. Secara garis besar, dapat dinyatakan bahwa perairan umum
identik dengan perairan yang berada di wilayah daratan. Menurut Supangat (2006)
perairan umum adalah bagian permukaan atau daratan bumi yang secara permanen
ataupun berkala tertutup oleh massa air dan terbentuk secara alami dan/atau buatan,
baik yang berair tawar, payau, ataupun air laut yang bersifat umum. Sedangkan
perairan laut dapat didefinisikan sebagai bagian bumi yang tertutup air dengan
salinitas (kadar garam) tinggi. Perairan laut meliputi laut, teluk, selat, dan samudera.

2.4 Penginderaan Jauh


Penginderaan Jauh adalah suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data atau
informasi dari suatu objek dengan melakukan analisis menggunakan seperangkat alat
tanpa melakukan kontak fisik dengan objek tersebut. Produk teknologi penginderaan
jauh salah satunya adalah citra satelit dengan resolusi spasial yang tinggi,
memberikan visual permukaan bumi sangat detail. Citra Satelit merupakan suatu
gambaran permukaan bumi yang direkamoleh sensor (kamera) pada satelit
pengideraan jauh yang mengorbit bumi, dalam bentuk image (gambar) secara digital.
Data citra satelit merupakan data multi temporal serta cakupan area yang luas.
Dengan adanya berbagai jenis satelit di ruang angkasa dengan berbagai
spesifikasinya, sehingga pengguna dapat memperoleh data citra satelit sesuai tujuan
yang diinginkan. Data citra satelit biasanya disajikan dalam bentuk data raster.
Dalam tinjauan matematis, citra merupakan fungsi kontinu dari intensitas
cahaya pada bidang dua dimensi. Sedangkan menurut Sutojo (2009) citra adalah
suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi
2 yaitu citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat digital. Citra analog
adalah citra yang bersifat continue seperti gambar pada monitor televisi, foto sinar X,
dan lain-lain. Sedangkan pada citra digital adalah citra yang dapat diolah oleh
komputer. Istilah pengolahan citra digital menyatakan pemrosesan gambar
berdimensi-dua melalui komputer digital (Jain, 1989). Menurut Efford (2000),
pengolahan citra adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang keberadaannya
untuk memanipulasi dan memodifikasi citra dengan berbagai cara.

2.5 Citra Landsat


Teknologi penginderaan jauh melakukan pengukuran atau perekaman suatu
objek tanpa melakukan kontak fisik dengan objek tersebut, melainkan menggunakan
sensor yang ada pada instrumen dengan jarak yang jauh. Salah satunya dengan
menggunakan wahana satelit. Dalam merekam objek, satelit bergerak pada orbitnya
dan melakukan pengamatan yang berulang dengan cakupan yang luas. Terdapat
beberapa satelit yang digunakan untuk mengamati objek-objek di permukaan bumi
dengan misi tertentu, salah satunya adalah satelit Landsat. Satelit Landsat pertama
kali diluncurkan pada tahun 1972 dengan nama Earth Resources Technology Satellite
(ERTS-1). Satelit Landsat berorbit pada ketinggian 705 km, dengan arah orbit dari
utara ke selatan, hampir poler, dan sinkron matahari. Landsat 1 diluncurkan 23 Juli
1972, Landsat 2 diluncurkan pada tanggal 22 Januari 1975, dan Landsat 3 pada
tanggal 5 Maret 1978 tetapi landsat tersebut berakhir pada tanggal 22 Januari 1981.
Satelit-satelit tersebut dilengkapi sensor MSS multispektral dan merupakan satelit
eksperimen. Kemudian seiring berjalannya waktu, pada tahun 1982 diluncurkan
kembali satelit bumi generasi kedua yaitu Landsat 4 dan Landsat 5. Landsat terebut
merupakan landsat semi operasional atau dimaksudkan untuk tujuan penelitian dan
pengembangan.
Setelah diluncurkannya ke lima satelit tersebut, kini mengikuti perubahan
zaman maka diluncurkan satelit generasi berikutnya yaitu citra satelit Landsat 7 dan
Landsat 8 guna menyempurnakan satelit generasi sebelumnya. Citra satelit Landsat 7
merupakan citra satelit bumi yang memiliki ETM (Enchnced Thamatic Mapper) dan
Scanner yang dapat membantu untuk pemotretan foto udara. Landsat 7 ini
diluncurkan pada bulan April 1999. Kegunaan citra satelit Landsat 7 ini digunakan
untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan geologi, serta pemetaan suhu permukaan
laut. Berikut merupakan spesifikasi dan karakteristik beberapa kanal (band) yang
dimiliki oleh Landsat 7. Tabel landsat 7 disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2. 2
Spesifikasi Landsat 7
Landsat 7 Wave Length Resolutions
Band 1 0,45-0,52 30 meter
Band 2 0,52-0,60 30 meter
Band 3 0,63-0,69 30 meter
Enhanced
Thematic Mapper Band 4 0,77-0,90 30 meter
Plus (ETM+)
Band 5 1,55-1,75 30 meter
Band 6 10,40-12,50 30 meter
Band 7 2,09-2,35 30 meter
Band 8 52-90 15 meter
Sumber: Suwargana, 2013

Landsat terakhir adalah landsat 8 yang dapat dikatakan melanjutkan misi


landsat 7 karena karakteristiknya mirip, baik dari resolusi, metode koreksi, ketinggian
terbang maupun karaktersitik sensor yang dibawa. Landsat 8 juga mengalami
penyempurnaan seperti jumlah band, rentang spektrum gelombang elektromagnetik
terendah yang dapat ditangkap sensor serta nilai bit (rentang nilai Digital Number)
dari tiap piksel citra. Landsat 8 membawa dua sensor baru, yaitu Onboard
Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS). Landsat 8
memiliki jumlah band sebanyak 11 buah. Diantara band-band tersebut, 9 band (1-9)
berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) (Fawzi dan Husna 2021). Tabel
spesifikasi landsat 8 disajikan pada tabel 2.3
Tabel 2. 3
Spesifikasi Landsat 8
Panjang Gelombang Resolusi
Band
(mikrometer) (meter)

Band 1 – Coastal
0,43 – 0,45 30
aerosol

Band 2 – Blue 0,45 – 0,51 30

Band 3 – Green 0,53 – 0,59 30

Landsat 8 Band 4 – Red 0,64 – 0,67 30

Operational Land Band 5 – Near Infrared


0,85 – 0,88 30
Imager (OLI) (NIR)

Dan Band 6 – SWIR 1 1,57 – 1,65 30

Thermal Infrared Band 7 – SWIR 2 2,11 – 2,29 30


Sensor (TRIS)
Band 8 –
0,50 – 0,68 15
Panchromatic

Band 9 – Cirrus 1,36 – 1,38 30

Band 10 – Thermal
10,60 – 11,19 100
Ifrared (TRIS) 1

Band 11 – Thermal
11,50 – 12,51 100
Infrared (TRIS) 2

Sumber: Fauzi dan Husna (2021)


2.6 Semi Automatic Classification Plugin (SCP)

Semi automatic Classification Plugin (SCP) dikembangkan oleh Luca


Congedo adalah sebuah plugin gratis yang terdapat dalam Softwere QGIS, untuk
klasifikasi terbimbing semi otomatis dari citra penginderaan jauh. Plugin ini
menyediakan beberapa alat untuk melakukan pra pengolahan, pengolahan serta
perhintungan raster. Tujuan dari SCP secara umum adalah menyediakan seperangkat
alat yang saling berkaitan untuk memproses data raster dan memudahkan dalam
klasifikasi penutupan lahan (Congedo, 2016).

2.7 Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification)

Klasifikasi terbimbing dalam penginderaan jauh adalah klasifikasi digital


yang mengklasifikasikan pola- pola penggunaan lahan pada citra berdasarkan input
dari operator. Untuk itu perlu dilakukan penentuan beberapa training area (daerah
contoh penggunaan lahan) pada citra penginderaan jauh. Penentuan training area
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki operator terhadap area yang akan
diklasifikasikan (Kushardono,2017). Berdasarkan Purwadhi dan Sanjoto (2008),
klasifikasi terbimbing digunakan data penginderaan jauh multispektral yang berbasis
numerik, maka pengenalan polanya merupakan proses otomatik dengan bantuan
komputer. Menurut Purwadhi dan Sanjoto (2008), konsep penyajian data dalam
bentuk numeris/grafik atau diagram klasifikasi terbimbing yang didasarkan pada
pengenalan pola spektral yang terdiri dari tiga tahap meliputi: tahap training sampel,
tahap klasifikasi, dan tahap keluaran.
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Januari–April 2023. Lokasi dan cakupan
wilayah penelitian adalah Kota Surabaya, Jawa Timur. Menurut letak geografis Kota
Surabaya berada diantara 07°9' s.d 07°21' Lintang Selatan dan 112°36' s.d 112°54'
Bujur Timur.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

3.2 Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini diperlukan beberapa peralatan dan bahan yang harus
dipersiapkan untuk menunjang kelancaran serta keberhasilan penelitian ini. Alat yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah laptop dengan software QGIS 3.16, GPS
(Global Positioning System), Google Earth, alat tulis, dan kamera/smart phone. Bahan
yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi.
1. Peta batas administrasi Kota Surabaya yang diperoleh dari Peta Rupa Bumi
Indonesia skala 1:25.000.
2. Citra Satelit Landsat 7 dengan sensor Enhanced Thematic Mapper Plus
(ETM+) Kota Surabaya perekaman tahun 2000 sebagai bahan dasar untuk
analisis penggunaan lahan. yang diunduh dari https://earthexplorer.usgs.gov/
3. Citra Satelit Landsat 8 dengan sensor Operational Land Imager (OLI) Kota
Surabaya perekaman tahun 2013 dan 2021 sebagai bahan dasar untuk analisis
penggunaan lahan. yang diunduh dari https://earthexplorer.usgs.gov/

3.3 Metodologi Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode Klasifikasi terbimbing (Supervised
Classification) Maximum Likelihood Clasification (MLC) yang digunakan untuk
menentukan tipe penggunaan lahan, dimana metode ini sebelum melakukan
klasifikasi, terlebih dahulu membuat training area untuk menglompokkan piksel -
piksel kedalam kelas yang ditentukan berdasarkan penciri kelas yang telah ditentukan
berdasarkan penciri kelas (class signature) yang telah dihasilkan melalui pembuatan
area contoh (training area).
3.4 Pelaksanaan Peneltian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : (1) Tahap
pengumpulan data, (2) proses pengolahan citra satelit, (3) pengecekan kondisi di
lapangan , dan (4) uji ketelitian.
3.4.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi citra landsat 7 ETM+ tahun
perekaman 2000 serta Landsat 8 OLI/TRIS perekaman tahun 2013, dan tahun 2022,
peta Administrasi Kota Surabaya skala 1:25000 secara digital. Sumber Data Sumber
data citra yang digunakan adalah citra landsat perekaman bulan Juli tahun 2000,
bulan November 2013, serta bulan Mei 2022.

3.4.2 Proses Pengolahan Citra Satelit

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan softwere QGIS 3.16 Long
Term release. Proses pengolahan citra yang digunakan pada penelitian ini meliputi
koreksi radiometrik, kombinasi band, cropping citra, dan reprojection, serta proses
supervised classification.

A. Koreksi Radiometrik

Pada penelitian ini koreksi raadiometrik dilakukan dengan mengubah data


yang disimpan dalam bentuk digital number (DN) menjadi nilai reflectance melalui
metode koreksiTop of Atmosphere (ToA) Koreksi ToA reflektansi dilakukan dengan
mengkonversi nilai Digital Number ke nilai reflektansi

B. Kombinasi Band

Kombinasi band adalah penggabungan beberapa band pada citra sehingga


menghasilkan suatu kombinasi band untuk memperkirakan suatu fenomena seperti
misalkan, keadaan tubuh air, vegetasi, kebakaran pada suatu daerah, dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 6 band pada Landsat 8 OLI TIRS yaitu:

1. band 2 blue (0,45 – 0,51 µm)


2. band 3 green (0,53 – 0,6 µm)
3. band 4 red (0,64-0,67 µm)
4. band 5 Near Infrared (0,85 -0,88 µm)
5. band 6 Short Wave Infrared 1 (1,57-1,65 µm)
6. band 7 Short Wave Infrared 2 (2,11-2,29)

sementara pada citra Landsat 7 ETM+ peneliti menggunakan 6 band yaitu:


1. band 1 ( blue) (0,45– 0,51 µm )
2. band 2 ( green) (0.52 – 0.60 µm)
3. band 3 (0.63 – 0.69 µm)
4. band 4 Near Infrared (0.75 – 0.90 µm)
5. band 5 Short Wave Infrared 1 (1,55-1,75 µm)
6. band 7 Short Wave Infrared 2 (2,09-2,35 µm)
C. Reproyeksi

mengubah sistem proyeksi citra satelit, menjadi sistem proyeksi mengikuti


suatu daerah. Dalam penelitian ini, proyeksi yang digunakan adalah World Geodetic
System (WGS) 1984, UTM zone 49M. hal tersebut karena Kota Surabaya terletak
pada UTM zone 49M

D. Pemotongan Citra /Cropping

Pemotongan citra dilakukan dengan tujuan lebih memfokuskan citra pada


daerah penelitian, selain itu untuk menghemat ruang penyimpanan pada perangkat.
Pada penelitian ini pemotongan citra dilakukan berdasarkan batas administrasi Kota
Surabaya berformat shapefile (shp), dan proses pemotongan citra dilakukan melalui
softwere QGIS 3.16 long term release.

E. Supervised Classification

Metode analisis penggunaan lahan pada penelitian ini menggunakan


klasifikasi terbimbing melalui softwere QGIS 3.16 long term release . Data yang
digunakan adalah citra landsat 7 ETM+ perekaman tahun 2000 dan citra landsat 8
OLI/TRIS tahun 2013,2022. Pengenalan polanya dengan melalui proses otomatis
dengan bantuan komputer, konsep penyajian datanya berupa angka/grafik atau grafik
berdasarkan pengenalan pola spektralnya (Purwadhi dan Sanjoto,2008). Klasifikasi
citra digital umumnya adalah proses mengurutkan atau mengelompokkan semua
piksel yang terdapat dalam band yang digunakan kedalam beberapa kelas berdasarkan
kriteria objek. Hasil pada proses ini adalah peta tematik dalam bentuk raster.
3.4.3 Pengecekan Kondisi Lapangan

Tujuan dari pengecekan lapangan untuk menemukan kesamaan antara hasil


interpretasi citra dengan keadaan sebenarnya. Dalam penelitian ini, metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam uji lapangan adalah purposive random
sampling. Pada metode ini didasarkan atas perkembangan dari lahan terbangun,
dengan tujuan pengambilan sampel dapat mewakilan daerah penelitian. Titik uji juga
dipilih secara acak dan merata pada setiap tutupan lahan sehingga seluruh tutupan
lahan dapat terwakili. Hasil uji lapangan kemudian dibandingkan dengan nilai
interpretasi

3.4.4.UJI KETELITIAN

Uji ketelitian dilakukan untuk mengetahui keakuratan interpretasi penggunaan


lahan dengan hasil pengecekan di lapangan. Uji akurasi untuk mengetahui keyakinan
dalam menggunakan hasil interpretasi untuk keperluan analisis dan tindakan lainnya
(Bashit et al., 2019). Uji ketelitian interpretasi dilakukan dengan metode Kappa
accuracy (KA) dan metode matriks kesalahan (confusion matrix). Menurut Simamora
et al., (2015), koefisien kappa didasarkan pada kosistensi penilaian dengan
memperhitungkan semua aspek yaitu akurasi pembuat dan akurasi pengguna yang
diperoleh dari matriks kesalahan atau cofusion matrix. Cofusion matrix adalah
matriks yang berisi jumlah piksel yang diklasifikasikan yang membandingkan
informasi pada area referensi dengan informasi yang diperoleh dari hasil klasifikasi
citra pada lokasi yang dipilih (Fitriyanto, 2018 dalam Susanti et al.,2020). Matriks
konfusi ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1

Matrix Kesalahan (Confusion Matrix)

Luas
Klasifikasi Penutupan Lahan
Refrensi
(Xi)
1 2 3
Refrensi 1 X11 X12 X13 X1i
2 X21 X22 X23 X2i
3 X31 X32 X33 X3i
Luas Hasil X1j X2j X3j Luas
Klasifikasi Total
(Xj) (Xt)
Overall Accuracy = (X11+X22+X33)/XT*100%

Uji akurasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik kappa. Menurut Susanti et
al., (2020) Akurasi kappa secara matematis ditulis sebagai berikut.

Xii : jumlah observasi pada baris i dan lajur i (pada diagonal utama)

X+i : jumlah observasi pada baris i (jumlah pada matrixs)

X i+ : jumlah observasi pada jalur I (jumlah pada matrixs)


N : jumlah total pengamatan pada matrixs (jumlah pada sudut kanan bawah)

K : Koefien kappa

Nilai koefisien kappa mempunyai rentang antara 0 sampai 1, dalam pemetaaan


pengunaan lahan nilai yang akurasi yang diterima 0, 85 (85%) (Simamora et al.,
2015). Adapun range dari koefisien kappa beserta penjelasannya ditunjukkan Tabel
3.2

Tabel 3.2
Keterangan Nilai K

Nilai K Keterangan
<0,00 Poor (buruk)
0-0,2 Slight (rendah)
0,21-0,4 Fair (cukup)
0,41-0,6 Moderate (sedang)
0,61-0,8 Subswtansial (baik)
0,81-1 Almost Perfect (amat baik)
Sumber: Landis dan Koch (1997)
Gambar 3.2

Bagan Alir Penelitian


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil analis menggunakan citra landsat pada Sistem Informasi Geografis
melalui softwere QGIS 3.16 long term release, maka dari itu, hasil penelitian
mendapatkan empat tipe penggunaan lahan yang terdapat di daerah penelitian
meliputi lahan bervegetasi, lahan terbangun, lahan kosong, dan tubuh air. Luas untuk
masing-masing penggunaan lahan disajikan pada Tabel 4.1, sementara grafik
penggunaan lahan pada daerah penelitian disajikan pada gambar 4.1.

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan 2000 -2022

2000 2013 2022


N Penggunaan
Luas Luas Luas Luas Luas Luas
o Lahan
(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)
Lahan 11090,7 33,54 8599,77 7186,5 21,74
1 26,1%
Bervegetasi Ha % Ha Ha %
Lahan 9294,66 28,11 18420,84 55,71 20459,61 61,88
2
Terbangun Ha % Ha % Ha %
Lahan 10457,91 31,63 3058,11 2568,69
3 9,25% 7,76%
Kosong Ha % Ha Ha
2220,48 2985,03 2847,33
4 Tubuh Air 6,72% 9,03% 8,62%
Ha Ha Ha
33063,75 33063,75 33062,13
Total 100% 100% 100%
Ha Ha Ha
Luas (Ha)

25000

20000

15000

10000

5000

0
Lahan Bervege- Lahan Terbangun Lahan Kosong Tubuh Air
tasi

Tahun 2000 Tahun 2013 Tahun 2022

Gambar 4.1 Grafik Penggunaan Lahan 2000 -2022

A. Penggunaan Lahan Tahun 2000

Prosedur pengolahan klasifikasi terbimbing tahun 2000 menggunakan


softwere QGIS 3.16 long term release area dengan plugin Semi Automatic Pluggin.
Pemilihan training area memanfaatkan tools input training area dengan jumlah
training area sebanyak 50 training pada masing–masing penggunaan lahan.
Berdasarkan hasil klasifikasi terbimbing yang tersaji pada tabel 4.1, diketahui bahwa
penggunaan lahan yang mendominasi daerah penelitian pada tahun 2000 adalah lahan
bervegetasi seluas 11090,7 Ha atau 33,54% dari luas keseluruhan Kota Surabaya,
kemudian terdapat lahan kosong dengan luas 10457,91 Ha atau 31,63% dari luas
keseluruhan Kota Surabaya, dan untuk luas penggunaan lahan terendah adalah tubuh
air dengan luas 2220,48 Ha atau 6,72% dari luas keseluruhan Kota Surabaya. Kondisi
penggunaan lahan Kota Surabaya tahun 2000 dapat diamati gambar 4.2
Gambar 4.2 peta penggunaan lahan Kota Surabaya tahun 2000

B. Penggunaan Lahan Tahun 2013

Prosedur pengolahan klasifikasi terbimbing tahun 2013 sama dengan


pengolahan klasifikasi terbimbing tahun 2000. Pemilihan training area memanfaatkan
tools input training area dengan jumlah training area sebanyak 50 training pada
masing–masing penggunaan lahan. Berdasarkan hasil klasifikasi terbimbing yang
tersaji pada tabel 4.1, diketahui bahwa penggunaan lahan yang mendominasi daerah
penelitian pada tahun 2013 adalah lahan terbangun seluas 18420,84 ha atau 55,71%
dari keseluruhan luas Kota Surabaya, kemudian terdapat lahan bervegetasi dengan
luas 8599,77 ha atau 26,1% dari keseluruhan luas Kota Surabaya, dan untuk luas
penggunaan lahan terendah adalah tubuh air dengan luas 2985,03 Ha atau 9,03% dari
luas keseluruhan Kota Surabaya. Kondisi penggunaan lahan Kota Surabaya tahun
2013 dapat diamati pada gambar 4.3
Gambar 4.3 peta penggunaan lahan Kota Surabaya tahun 2013

C. Pengunaan Lahan Tahun 2022

Prosedur pengolahan klasifikasi terbimbing tahun 2022 untuk mendapatkan


data penggunaan lahan tahun 2022 memiliki prosedur kerja yang sama dengan tahun
2000 dan 2013. Pemilihan training area memanfaatkan tools input training area
dengan jumlah training area sebanyak 50 training pada masing–masing penggunaan
lahan. Berdasarkan hasil klasifikasi terbimbing yang tersaji pada tabel 4.1, diketahui
bahwa penggunaan lahan yang mendominasi daerah penelitian pada tahun 2022
adalah lahan terbangun dengan luas 20459,61 ha atau 61,88% dari keseluruhan luas
Kota Surabaya, kemudian terdapat lahan bervegetasi seluas 7186,5 ha atau 21,74%
dari keseluruhan luas Kota Surabaya. dan untuk luas penggunaan lahan terendah
adalah lahan kosong dengan luas 2568,69 Ha atau 7,76% dari luas keseluruhan Kota
Surabaya. Kondisi penggunaan lahan Kota Surabaya tahun 2022 dapat diamati pada
gambar 4.4

Gambar 4.4 peta penggunaan lahan Kota Surabaya tahun 2022

4.1.2 Perubahan Penggunaan Lahan Kota Surabaya Tahun 2000-2022

Berdasarkan pengolahan data citra dan proses klasifikasi terbimbing yang


disajikan diatas, maka di daerah penelitian akan diketahui proses perubahan penutup
lahan di Kota Surabaya dalam kurun waktu 2000-2013 dan 2013-2022 yang terdiri
dari empat klasifikasi sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Luas perubahan
penggunaan lahan tahun 2000-2013 dan tahun 2013-2022 disajikan pada Tabel 4.2
Periode tahun Periode Tahun
Perubahan Perubahan
2000-2013 2013-2022
No Penggunaan
Tahun Tahun Persentase Tahun Tahun Persentase
. Lahan Selisih Selisih
2000 2013 Perubahan 2013 2022 Perubahan
(Ha) (Ha)
(Ha) (Ha) (%) (Ha) (Ha) (%)
Lahan 11090,7 8599,77 -2490,93 8599,77 7186,5 -1413,27
1 -12,65% -34,88%
Bervegetasi Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Lahan 9294,66 18420,84 9126,18 18420,84 20459,61 2038,77
2 +46,15% 50,31%
Terbangun Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Lahan 10457,91 3058,11 -7399,8 3058,11 2568,69 -489,42
3 -37,5% -12,08%
Kosong Ha Ha Ha Ha Ha Ha
2220,48 2958,03 737,55 2958,03 2847,33 -110,7
4 Tubuh Air +3,7% -2,73%
Ha Ha Ha Ha Ha Ha
33063,75 33063,75 19754,46 (-)50,15% 33063,75 33062,13 4052,16 (-)49,69
Luas Total
Ha Ha Ha (+)49,85% Ha Ha Ha (+)50,31
Tabel 4.2 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2022

Keterangan:

(-) terjadi pengurangan pada luas atau persentase jenis penggunaan lahan

(+) terjadi pertambahan pada luas atau persentase jenis penggunaan lahan
Berdasarkan tabel perubahan penggunaan lahan tersebut, dapat diketahui rincian
perubahan penutup lahan Kota Surabaya berdasarkan empat kenampakan penutup
lahan sebagai berikut.

A. Lahan Bervegetasi

Lahan bervegetasi merupakan salah satu jenis klasifikasi penutup lahan, pada
penelitian ini lahan bervegetasi meliputi daerah pertanian berupa sawah irigasi dan
daerah bukan pertanian berupa hutan kota, taman kota. Grafik luas lahan bervegetasi
pada tahun 2000, 2013, dan 2022 disajikan pada gambar grafik .4.5

Luas (Ha)
12000 11090.7

10000
8599.77

8000 7186.5

6000

4000

2000

0
2000 2013 2022

Gambar 4.5. Grafik Luas Lahan Bervegetasi Tahun 2000-2022

Gambar grafik 4.5, terlihat bahwa pada jangka waktu 2000-2013 terjadi penurunan
lahan bervegetasi sebesar 12,65% (seluas 2490,93 Ha), lahan bervegetasi dengan luas
11090,7 Ha pada tahun 2000 menjadi 8599,77 Ha pada tahun 2013. Penurunan lahan
bervegetasi terus berlanjut pada tahun 2013 hingga tahun 2022 sebesar 34,88% dari
luas 8599,77 Ha menjadi 7186,5 Ha. Keteraturan perubahan lahan bervegetasi selama
22 tahun berkurang sebanyak 177,46 Ha/tahun.
Penurunan luas lahan bervegetasi disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
berupa, permasalahan kebutuhan akan lahan yang meningkat, yang mengakibatkan
eksploitasi lahan hijau menjadi lahan terbangun secara berlebihan, baik untuk
kepentingan umum dan pribadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2008)
melaporkan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah menjadi
kawasan nonpertanian di Jawa Timur adalah pertumbuhan ekonomi dan jumlah
penduduk.

B. Lahan Terbangun

Lahan terbangun pada penelitian ini meliputi daerah daerah yang sudah
berdiri bangunan baik berupa pemukiman, perkantoran, sekolah, bangunan industri
dan fasilitas umum. Grafik luas lahan terbangun pada tahun 2000, 2013, dan 2022
disajikan pada gambar grafik .4.6

Luas (Ha)

25000

20459.61
20000 18420.84

15000

9294.66
10000

5000

0
2000 2013 2022

Gambar 4.6 Grafik Luas Lahan Terbangun Tahun 2000-2022

Gambar grafik 4.6, terlihat bahwa pada jangka waktu 2000-2013 terjadi peningkatan
lahan terbangun sebesar 46,15% (seluas 9126,18 Ha), lahan terbangun dengan luas
9294,66 Ha pada tahun 2000 menjadi 18420,84 Ha pada tahun 2013. Peningkatan
lahan terbangun terus berlanjut pada tahun 2013 hingga tahun 2022 sebesar 50,31%
dari luas 18420,84 Ha menjadi 20459,61 Ha. Keteraturan perubahan lahan terbangun
selama 22 tahun bertambah sebanyak 507,5 Ha/tahun. Penurunan luas lahan
terbangun disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah Kota Surabaya
Sebagai kota metropolitan dan juga menjadi pusat perekonomian di Provinsi Jawa
Timur, hal ini menyebabkan pesatnya alih fungsi lahan kosong dan bervegetasi
menjadi lahan terbangun. Bentuk dari alih fungsi lahan ini berupa pembangunan
perumahan yang semakin pesat dengan merubah penggunaan sebelumnya sebagai
pertanian sawah atau tambak. Keberadaan pusat-pusat ekonomi, pasar, supermarket,
pertokoan, pergudangan bahkan super blok yang telah merubah penggunaan
sebelumnya berupa permukiman dan area terbuka (Ariastita, 2009).

C. Lahan Kosong

Lahan kosong adalah bentuk penggunaan lahan yang tidak terdapat vegetasi
maupun bangunan daiatasnya. Grafik luas lahan kosong pada tahun 2000, 2013, dan
2022 disajikan pada gambar grafik .4.7

Luas (Ha)

12000
10457.91
10000

8000

6000

4000 3058.11
2568.69
2000

0
2000 2013 2022

Gambar 4.7 Grafik Luas Lahan Kosong Tahun 2000-2022


Gambar grafik 4.7, memperlihatkan bahwa dalam jangka waktu 2000-2013 terjadi
pengurangan luas lahan kosong sebesar 37,5% atau seluas 7399,8 Ha, pada tahun
2000 luas lahan kosong adalah 10457,91 Ha turun menjadi 3058,11 Ha pada tahun
2013, sementara pada periode 2013-2022 luas lahan kosong kembali mengalami
penurunan menjadi 2568,69 Ha pada tahun 2022 atau sekitar 12,08%,. Keteraturan
perubahan lahan kosong selama 22 tahun berkurang sebanyak 358,6 Ha/tahun.

D. Tubuh Air

Tubuh Air pada penelitian ini meliputi tubuh air perairan darat buatan seperti:
danau buatan, tambak budidaya perikanan, dan tambak produksi garam dan juga
tubuh air perairan darat alami seperti: sungai, muara. Grafik luas tubuh air pada tahun
2000, 2013, dan 2022 disajikan pada gambar grafik .4.8

Luas (Ha)
3500
2958.03
3000 2847.33

2500 2220.48

2000

1500

1000

500

0
2000 2013 2022

Gambar 4.8 Grafik Luas Tubuh Air Tahun 2000-2022

Gambar grafik 4.8, memperlihatkan bahwa dalam jangka waktu 2000-2013


terjadi peningkatan luas tubuh air sebesar 3,7% atau seluas 737,55 Ha, pada tahun
2000 luas lahan kosong adalah 2220,48 Ha meningkat menjadi 2958,03 Ha pada
tahun 2013, sementara pada periode 2013-2022 luas tubuh air mengalami penurunan
menjadi 2874,33 Ha pada tahun 2022 atau sekitar 2,73%,. Keteraturan perubahan
tubuh air selama 22 tahun adalah 28,5 Ha/tahun.

4.1.3 Uji Ketelitian

Hasil perhitungan ketelitian citra klasifikasi dengan data lapangan


menggunakan sebanyak 235 titik referensi yang terdiri dari perhitungan user accuracy
(UA), procedur accuracy (PA), overall accuracy (OA), omission error (OE), dan
commission error (CE) yang disatukan kedalam satu matriks. Titik uji ketelitian
dalam penelitian ini tersaji pada gambar peta 4.9 berikut

Gambar 4.9 Peta Titik Uji Ketelitian

Uji ketelitian dalam penelitian ini didapatkan dari pengolahan citra


menggunakan softwere QGIS 3.22 term long release dengan cara membuat titik
validasi kemudian pada menu SCP, pada bagian post processing, pada accuracy
assement. Tabel hasil uji ketelitian menggunakan indeks kappa disajikan pada tabel
4.3

Tabel 4.3

Hasil Uji Ketelitian Pada citra satelit 2022

PA UA OA Kappa
Penutup Lahan SE Kappa
(%) (%) (%) hat
Tubuh Air 0,003 95,559 92,366 0,917
Lahan Kosong 0,005 65,832 68,293 0,655
Lahan 91,263 0,843
0,006 86,937 87,606 0,841
Bervegetasi
Lahan
0,006 95,539 95,277 0,877
Terbangun

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pada tingkat producer’s accuracy


(PA), akurasi tertinggi yaitu 95,56% dengan standar error (SE), 0,003 adalah tubuh
air, sementara dengan akurasi terendah yaitu 65,83%, dengan standar error (SE) 0,005
adalah lahan kosong. Pada tingkat user’s accuracy (UA) akurasi tertinggi yaitu 95,3%
dengan standar error (SE), 0,006 adalah lahan terbangun, sementara dengan akurasi
terendah yaitu 68,3%, dengan standar error (SE) 0,005 adalah lahan kosong. Hasil
perhitungan overall accuracy (OA), dan indeks kappa untuk empat tipe penggunaan
lahan pada daerah penelitian berturut-turut adalah sebesar 91,26% dan 0,84.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2022

Alih fungsi lahan dalam arti perubahan penggunaan lahan, pada dasarnya
tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono, 2004).
Perubahan penggunaan lahan menurut Wahyunto et al., (2001) adalah bertambahnya
suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti
dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda.
Peningkatan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Surabaya juga diikuti oleh
penurunan penggunaan lahan disisi yang lain. Perubahan penggunaan lahan yang
terjadi di Kota Surabaya adalah perubahan penggunaan lahan bervegetasi dan lahan
kosong menjadi lahan terbangun dan tubuh air pada daerah pesisir timur dan barat.

A. Lahan Bervegetasi

Lahan bervegetasi merujuk pada area yang ditumbuhi oleh berbagai jenis
tanaman, baik alami maupun ditanam, yang mencakup vegetasi seperti rumput,
pohon, semak, dan tanaman lainnya, contoh lahan bervegetasi yang terdapat di Kota
Surabaya adalah sebagai berikut: sawah, taman kota, ruang terbuka hijau, dan
beberapa ruang publik seperti lapangan dan alun-alun di Surabaya juga memiliki
tanaman dan vegetasi. Identifikasi lahan bervegetasi pada citra landsat 7 ETM+ tahun
2000 dan citra landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan menggunakan
komposit band color infrared (Vegetation) untuk mempermudah penulis
mengelompokan pixel berdasarkan kelas penggunaan lahan bervegetasi, dan
klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode klasifikasi terbimbing (Supervised
Classification) Maximum Likelihood Clasification (MLC). Perubahan luas
penggunaan lahan bervegetasi dan jumlah penurunan luasnya di Kota Suarabaya
disajikan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4

Luas dan persentase Lahan Bervegetasi Tahun 2000-2022

No. Tahun Luas Berdasarkan Analisis (Ha) Perubahan Luas (Ha)


1 2000 11090,7 Ha -
2 2013 8599,77 Ha (-) 2490,93 Ha
3 2022 7186,5 Ha (-) 1413,27 Ha
Keterangan:
(-) Penurunan luas dari tahun sebelumnya

Tabel 4.4 menunjukan pada tahun 2000 lahan bervegetasi dominan tersebar
dipinggiran wilayah barat hingga selatan (Kecamatan Pakal, Kecamatan Benowo,
Kecamatan Sambikerep, Kecamatan Lakarsantri, Kecamatan Wiyung) dan pesisir
utara hingga timur (Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kecamatan Mulyorejo,
Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Rungkut, Kecamatan Gunung Anyar) Kota
Surabaya dengan luas total 11090,7 Ha. Lahan bervegetasi pada tahun 2013 seluas
8599,77 Ha, penurunan luas lahan bervegetasi yang terjadi pada tahun 2000 hingga
2013 sebanyak 2490,93 Ha. Penurunan lahan bervegetasi dominan terjadi diwilayah
utara hingga timur dan barat hingga selatan Kota Surabaya, dengan sebaran
perubahan sebagai berikut:

1. kota surabaya bagian barat pada kecamatan pakal dan kecamatan benowo
terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi tubuh air
buatan berbentuk tambak budidaya dan tambak garam dan juga terjadi
perubahan penggunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan kosong.
2. Kota Surabaya bagian selatan pada kecamatan sambikerep, kecamatan
lakarsantri, kecamatan wiyung terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan
bervegetasi menjadi lahan terbangun berbentuk pemukiman dan industri.
3. dan pada pesisir Kota surabaya bagian utara hingga timur pada kecamatan
kenjeran, kecamatan rungkut, dan kecamat gunung anyar terjadi perubahan
penggunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun berbentuk
pemukiman dan industri.

Tahun 2022 luas lahan bervegetasi adalah 7186,5 Ha, dan terjadi penurunan luas
lahan bervegetasi seluas 1413,27 Ha dari tahun 2013 hingga 2022. Perubahan yang
terjadi pada lahan bervegetasi dominan terjadi pada Kota Surabaya bagian selatan dan
Timur perubahan didominasi menjadi lahan terbangun dan lahan kosong. Keteraturan
perubahan lahan bervegetasi selama 22 tahun berkurang sebanyak 177,46 Ha/tahun.
B. Lahan Terbangun

Lahan terbangun di Kota Surabaya mencakup area yang telah dikembangkan


untuk berbagai kegiatan manusia, sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di
Indonesia, lahan terbangun di Surabaya telah mengalami pertumbuhan yang
signifikan seiring dengan perkembangan kota. Cakupan lahan terbangun di Surabaya
terdiri dari pemukiman penduduk, baik perumahan maupun apartemen. Terdapat
berbagai jenis perumahan, mulai dari perumahan mewah hingga perumahan
sederhana. Kawasan komersial juga merupakan bagian penting dari lahan terbangun,
termasuk pusat perbelanjaan, kawasan bisnis, dan perkantoran. Surabaya memiliki
pusat-pusat perbelanjaan terkenal seperti Tunjungan Plaza dan Galaxy Mall. Selain
itu, lahan terbangun di Surabaya juga mencakup kawasan industri. Terdapat berbagai
daerah industri dan pabrik didalam Kota Surabaya, yang turut berkontribusi pada alih
fungsi lahan menjadi lahan terbangun. Beberapa sektor industri yang signifikan di
Surabaya meliputi industri manufaktur, pengolahan makanan, dan logistik.

Infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, dan jalan tol juga merupakan bagian
dari lahan terbangun di Surabaya. Kota ini memiliki jaringan transportasi yang luas
untuk mendukung mobilitas penduduk dan distribusi barang. Selain itu, fasilitas
umum seperti sekolah, rumah sakit, taman, dan pusat rekreasi juga memerlukan lahan
terbangun. Perkembangan lahan terbangun di Surabaya terus berlanjut seiring dengan
pertumbuhan populasi dan kebutuhan masyarakat, hal ini didukung oleh data
(Surabaya Dalam Angka, 2022) yang menyatakan, jumlah penduduk di Kota
Surabaya pada tahun 2021 mencapai 2.880.284 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk per-tahun 202 hingga 2021 mencapai 0,28% .

Identifikasi lahan terbangun pada citra landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan citra
landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan menggunakan komposit band false
color (urban) untuk mempermudah penulis mengelompokan pixel berdasarkan kelas
penggunaan lahan bervegetasi, dan klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode
klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) Maximum Likelihood Clasification
(MLC). Perubahan luas penggunaan lahan terbangun dan jumlah penurunan luasnya
di Kota Suarabaya disajikan pada Tabel 4.5

Tabel 4.5

Luas dan Perubahan Luas Lahan Terbangun Tahun 2000-2022

No. Tahun Luas Berdasarkan Analisis (Ha) Perubahan Luas (Ha)


1 2000 9294,66 Ha -
2 2013 18420,84 Ha (+) 9126,18 Ha
3 2022 20459,61 Ha (+) 2038,77 Ha
Keterangan:
(+) Peningkatan luas dari tahun sebelumnya

Tabel 4.5 menunjukan pada tahun 2000 lahan terbangun dominan tersebar
ditengah wilayah Kota Surabaya (Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Tandes,
Kecamatan Suko Manunggal, Kecamatan Simokerto, Kecamatan Gubeng) dengan
luas total 9294,66 Ha. Lahan terbangun pada tahun 2013 seluas 18420,84 Ha,
peningkatan luas lahan terbangun yang terjadi pada tahun 2000 hingga 2013 sebanyak
9126,18 Ha. Peningkatan lahan terbangun dominan terjadi diwilayah utara hingga
selatan mencakup beberapa daerah di timur Kota Surabaya

1. kota surabaya bagian utara pada kecamatan kerembangan, kecamatan


pabeancantian, simokerto, kecamatan kenjeran, dan kecamatan bulak terjadi
perubahan penggunaan lahan dari lahan bervegetasi dan lahan kosong menjadi
lahan terbangun yang dominan berbentuk pemukiman, pergudangan, dan
industri.
2. Kota Surabaya bagian pusat pada kecamatan bubutan, kecamatan genteng, dan
kecamatan tambaksari terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan kosong
menjadi lahan terbangun yang dominan berbentuk pemukiman, pusat
pemerintahan, dan industri.
3. Kota Surabaya bagian selatan pada kecamatan gubeng, kecamatan
sukomanunggal, kecamatan wonokromo, kecamatan jambangan, kecamatan
gayungan, dan kecamatan wonocolo terjadi perubahan penggunaan lahan dari
lahan kosong menjadi lahan terbangun berbentuk pemukiman dan industri.
4. Kota Surabaya bagian timur pada kecamatan tenggilis mejoyo, kecamatan
gununganyar dan kecamatan rungkut terjadi perubahan penggunaan lahan dari
lahan kosong menjadi lahan lahan terbangun berbentuk pemukiman dan
industri.

Tahun 2022 luas lahan terbangun adalah 20459,61 Ha, dan terjadi
peningkatan luas lahan terbangun seluas 2038,77 Ha dari tahun 2013 hingga 2022.
Peningkatan yang terjadi pada lahan terbangun dominan terjadi pada Kota Surabaya
bagian barat yaitu pada kecamatan asem rowo, kecamatan tandes, kecamatan suko
mangunggal perubahan yang terjadi dari penggunaan lahan bervegetasi menjadi lahan
terbangun perubahan didominasi berbentuk pemukiman dan industri. . Keteraturan
perubahan lahan terbangun selama 22 tahun meningkat sebanyak 507,5 Ha/tahun.

C. Lahan Kosong

Lahan kosong merujuk pada area yang tidak ditutupi oleh vegetasi, air,
bangunan, maupun jalan (As-Syakur, 2012). Lahan kosong di Surabaya adalah area
tanah yang tidak memiliki struktur atau bangunan yang berdiri di atasnya. Biasanya,
lahan kosong dapat ditemukan di kawasan perkotaan yang belum dikembangkan atau
belum digunakan untuk tujuan tertentu.

Identifikasi lahan kosong pada citra landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan citra
landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan menggunakan komposit band false
color (urban) untuk mempermudah penulis mengelompokan pixel berdasarkan kelas
penggunaan lahan bervegetasi, dan klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode
klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) Maximum Likelihood Clasification
(MLC). Batas cakupan objek yang diidentifikasi minimal 30 m 2, hal ini dikarenakan
bahan citra yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan citra landsat yang
memiliki keterbatasan resolusi pada tiap band sebebesar 30 meter. Objek yang kurang
dari 30 meter tidak dapat diidentifikasi, dan juga terdapat kekeliruan dari indentifikasi
citra terhadap objek sehingga objek yang berupa sawah yang diindentifikasikan
menjadi lahan kosong, disebabkan oleh pantulan spektral dari kedua objek tersebut
sama Perubahan luas penggunaan lahan bervegetasi dan jumlah penurunan luasnya di
Kota Suarabaya disajikan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6

Luas dan Perubahan Luas Lahan Kosong Tahun 2000-2022

No. Tahun Luas Berdasarkan Analisis (Ha) Perubahan Luas (Ha)


1 2000 10457,91 Ha -
2 2013 3058,11 Ha (-) 7399,8 Ha
3 2022 2568,69 Ha (-) 489,42 Ha
Keterangan:
(-) Penurunan luas dari tahun sebelumnya

Tabel 4.6 menunjukan pada tahun 2000 lahan kosong dominan tersebar
diwilayah uatara hingga selatan Kota Surabaya (Kecamatan Simokerto, Kecamatan
Tambaksari, Kecamatan Sawahan, Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Tenggilis
Mejoyo) dengan luas total 10457,91 Ha. Lahan kosong pada tahun 2013 seluas
3058,11 Ha, penurunan luas lahan kosong yang terjadi pada tahun 2000 hingga 2013
sebanyak 7399,8 Ha. Penurunan lahan kosong dominan terjadi diwilayah utara hingga
selatan mencakup beberapa daerah di timur Kota Surabaya, dengan sebaran
perubahan sebagai berikut:

1. kota surabaya bagian utara pada kecamatan kerembangan, kecamatan


pabeancantian terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan kosong menjadi
lahan terbangun yang dominan berbentuk pemukiman, pergudangan, dan
industri.
2. Kota Surabaya bagian pusat pada kecamatan bubutan, kecamatan genteng,
kecamatan sawahan, kecamatan simokerto dan kecamatan tambaksari terjadi
perubahan penggunaan lahan dari lahan kosong menjadi lahan terbangun yang
dominan berbentuk pemukiman, pusat pemerintahan, dan industri.
3. Kota Surabaya bagian selatan pada kecamatan gubeng, kecamatan
sukomanunggal, kecamatan wonokromo, kecamatan jambangan, kecamatan
gayungan, dan kecamatan wonocolo terjadi perubahan penggunaan lahan dari
lahan kosong menjadi lahan terbangun berbentuk pemukiman dan industri.
4. Kota Surabaya bagian timur pada kecamatan tenggilis mejoyo terjadi
perubahan penggunaan lahan dari lahan kosong menjadi lahan lahan
terbangun berbentuk pemukiman dan industri.
5. Dan pada Kota Surabaya bagian barat tepatnya di Kecamatan Benowo dan
Kecamatan Pakal terjadi alih fungsi lahan berupa lahan bervegetasi menjadi
lahan kosong.

Tahun 2022 luas lahan kosong adalah 2568,69 Ha, dan terjadi penurunan luas
lahan kosong seluas 489,42 Ha dari tahun 2013 hingga 2022. Penurunan yang terjadi
pada lahan kosong dominan terjadi pada Kota Surabaya bagian barat yaitu pada
kecamatan benowo dan kecamatan pakal perubahan yang terjadi dari penggunaan
lahan kosong menjadi lahan terbangun dan tubuh air buatan perubahan didominasi
berbentuk pemukiman, tambak budidaya, dan tambak garam. . Keteraturan perubahan
lahan kosong selama 22 tahun menurun sebanyak 358,6 Ha/tahun.

D. Tubuh air
Tubuh Air pada penelitian ini meliputi tubuh air perairan darat buatan seperti:
danau buatan, tambak budidaya perikanan, dan tambak produksi garam dan juga
tubuh air perairan darat alami seperti: sungai, muara. Identifikasi tubuh air pada citra
landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan citra landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan
menggunakan komposit band land/water untuk mempermudah penulis
mengelompokan pixel berdasarkan kelas penggunaan lahan bervegetasi, dan
klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode klasifikasi terbimbing (Supervised
Classification) Maximum Likelihood Clasification (MLC). Perubahan luas
penggunaan tubuh air dan jumlah penurunan luasnya di Kota Suarabaya disajikan
pada Tabel 4.7

Tabel 4.7

Luas dan Perubahan Luas Tubuh Air Tahun 2000-2022

No. Tahun Luas Berdasarkan Analisis (Ha) Perubahan Luas (Ha)


1 2000 2220,48 Ha -
2 2013 2958,03 Ha (+) 737,55 Ha
3 2022 2847,33 Ha (-) 110,7 Ha
Keterangan:
(+) Peningkatan luas dari tahun sebelumnya
(-) Penurunan luas dari tahun sebelumnya

Tabel 4.7 menunjukan pada tahun 2000 tubuh air dominan tersebar diwilayah
pesisir timur (Kecamatan Mulyorejo, Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Rungkut,
Kecamatan Gununganyar) dan pesisir barat (Kecamatan Benowo, Kecamatan Pakal,
Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Kerembangan) Kota Surabaya dengan luas total
2220,48 Ha. Tubuh air pada tahun 2013 seluas 2958,03 Ha, penurunan luas tubuh air
yang terjadi pada tahun 2000 hingga 2013 sebanyak 737,55 Ha. Peningkatan tubuh
air dominan terjadi diwilayah barat Kota Surabaya yaitu pada Kecamatan Pakal Dan
Kecamatan Benowo. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi dari lahan bervegetasi
menjadi tubuh air buatan berbentuk tambak budidaya dan tambak garam. Tahun 2022
luas tubuh air adalah 2847,33 Ha, dan terjadi penurunan luas tubuh air seluas 110,7
Ha dari tahun 2013 hingga 2022. Penurunan tubuh air yang terjadi dari tahun 2013
hingga 2022 tidak terlalu signifikan pada Kota Surabaya. Keteraturan perubahan
tubuh air selama 22 tahun adalah 28,5 Ha/tahun.

4.2.2 Uji Ketelitian

Uji ketelitian pada penelitian ini menggunakan dua metode yaitu, pertama
menggunakan citra resolusi tinggi berbentuk google earth, dan yang kedua dengan
menggunakan ground check lapangan. Penggunaan citra resolusi tinggi dalam
menentukan tingkat akurasi peta hasil klasifikasi citra satelit, dilakukan oleh
Fitriawan (2020), dalam menentukan uji akurasi hasil klasifikasi terbimbing citra
Sentinel 2 A menggunakan citra tegak Worldview menghasilkan tingkat ketelitian
90,81%, sehingga hasil klasifikasi layak untuk digunakan. Ground chek lapangan
dilakukan untuk memastikan validasi melalui citra resolusi tinggi google earth benar.
Kelemahan melakukan validasi dengan google earth adalah membedakan penggunaan
lahan lahan kosong dikarenakan sebaran lahan kosong di Kota Surabaya berbentuk
lahan kosong peralihan yang sedang dalam proses perubahan penggunaan atau
pemanfaatan dari satu jenis penggunaan ke jenis penggunaan yang lain. Lahan
kosong peralihan berada di antara dua penggunaan yang berbeda, misalnya dari lahan
pertanian menjadi lahan perumahan atau dari lahan industri menjadi lahan komersial,
sehingga perlu dilakukan ground check lapangan terhadap hal tersebut. Dalam
penelitian ini, uji akurasi total yang diperoleh adalah 91,26%, dan indeks kappa yang
diperoleh adalah 0,84. Menurut Congalton and Green (2009) mengatakan
bahwasanya akurasi peta sangat baik apabila nilai K lebih besar ataupun sama dengan
0,8, berkategori sedang apabila kisaran 0,4- 0,8, serta berkategori buruk apabila
kurang dari 0,4. Sementara menurut landis dan koch mengungkapkan nilai K 0.75
masih tergolong baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Surabaya pada tahun 2000
hingga 2013 terjadi peningkatan signifikan luasan lahan terbangun sebesar
46,15% dengan luas perubahan sebesar 9126,18 Ha, dan penurunan signifikan
lahan terjadi pada lahan kosong sebesar 37,5% dengan luas lahan yang
berkurang sebesar 7399,8 Ha. Perubahan penggunaan yang terjadi pada tahun
2013 hingga 2022 terdapat peningkatan signifikan luasan lahan terbangun
sebesar 50,31% dengan luas peningkatan sebesar 2038,77 Ha, dan penurunan
signifikan lahan terjadi pada lahan bervegetasi sebesar 34,88% dengan luas
lahan yang berkurang sebesar 1413,27 Ha. Keteraturan masing-masing kelas
penggunaan lahan selama 22 tahun adalah sebagai berikut : lahan bervegetasi
menurun sebanyak 177,46 Ha/tahun, lahan terbangun meningkat sebanyak
507,5 Ha/tahun, lahan kosong menurun sebanyak 358,6 Ha/tahun, dan tubuh
air 28,5 Ha/tahun. Perubahan penggunaan lahan yang dominan adalah
perubahan penggunaan lahan dari lahan kosong dan lahan bervegetasi menjadi
lahan terbangun. Selain itu terjadi perubahan penggunaan sementara yaitu dari
lahan bervegetasi dan lahan kosong menjadi tubuh air buatan (tambak
budidaya dan tambak garam).
2. Uji ketelitian pada penelitian ini memiliki akurasi keseluruhan sebesar
91,26%, dan indeks kappa yang diperoleh adalah 0,84.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa peran aktif pemerintah


selaku pihak pengawas, penegakan hukum, dan pemberi izin, dan juga pihak
pemangku kepentingan yang perlu memastikan perlindungan, pemeliharaan, dan
penggunaan yang berkelanjutan dari sumber daya alam dan lingkungan guna
mencegah alih fungsi lahan terbangun yang massive terjadi di Kota Surbaya, Selain
itu dibutuhkan penelitian lanjutan dan pengembangan lebih terbaru mengenai
klasifikasi citra melalui klasifikasi terbimbing sehingga mengahasilkan peta
penggunaan lahan yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Ariastita, P. G. (2009), Kajian Terhambatnya Pembangunan Jalan Merr IIC Terhadap


Tata Ruang Kota Surabaya. Thesis. ITS. Surabaya.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Serial Pustaka IPB Press. Bogor.

As-syakur, A. R., Adnyana, I. W. S., Arthana, I. W., & Nuarsa, I. W. (2012).


Enhanced built-UP and bareness index (EBBI) for mapping built-UP and bare
land in an urban area. Remote Sensing, 4(10), 2957–2970.
Congalton RG, Green K. 2009. Assessing the Accuracy of Remotely Sensed Data:
Principles and Practices. New York (US): CRC Press. 179 hlm
Congedo, L. 2016. Semi Automatic Clasification Plugin Dokumentation. Release
5.0.0.1., pp. 1 -201.
Fawzi, N. I dan V.N Husna. 2021. Landsat 8 Sebuah Teori dan Teknik Pemrosesan
Tingkat Dasar.Bengkulu: EL Makarzi.
Fitriawan, D. 2020. Uji Akurasi Terbimbing Berbasis Piksel Pada Citra Sentinel 2-A
Menggunakan Citra Tegak Resolusi Tinggi Tahun 2019 di Kota Padang.
Jurnal Azimut. Vol 3. No 1: 21 – 27.
Hidayat, S.I. 2008. Analisis konversi lahan sawah di Propinsi Jawa Timur. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian. 2 (3): halaman 48–58.
Juhadi. 2007. Pola-pola Pemanfaatan Lahan dan Degradasi Lingkungan pada
Kawasan Perbukitan. Jurnal Geografi 4(1): 11-24.
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kusumo, S. H, N. K.A. Wirdiani, dan I. G. M. A. Sasmita. 2016. Aplikasi Analisa
Perubahan Penggunaan Lahan di Provinsi Bali. Merpati, Vol. 4 (3):225-236.
Kurniawati, U. F. 2021. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Besaran
Stok Karbon di Kota Surabaya. JURNAL PENATAAN RUANG, Vol. 16
(1):54–59.
Kushardono, D. 2017. Klasifikasi Digital Pada Penginderaan Jauh. Bogor: IPB Press.

Laka, B. M., U. Sideng dan Amal. 2017. Perubahan Penggunaan Lahan di


Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Jurnal Geocelebes 1(2): 43-52.
Lambin, E. F., dan Geist, H. J. 2007. Causes of Land Use and Land Cover Change.
Journal Encyclopedia of Earth, Environmental Information Coalition,
National Council for Science and the Environment 3(11): 261-269.
Lisdiyono. 2004. Penyimpangan Kebijakan Alih Fungsi Lahan Dalam Pelestarian
Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat Edisi Oktober
2004. Fakultas Hukum Untag, Semarang.
Notohadiprawiro, T. 2006. Tanah dan Lingkungan. Repro. Ilmu Tanah Universitas
Gajahmada : 12-13 .
Purwadhi, S. H. dan Sanjoto, T. B. (2008) ‘Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan
Jauh’, Jakarta: LAPAN.
Simamora, F. B., M. B Sasmito, Hani”ah . 2015. Kajian Metode Segmentasi Untuk
Indentifikasi Tutupan Lahan dan Luas Bidang Tanah Menggunakan Citra
Google Earth. Jurnal Geodesi Undip, Vol. 4 (4): 43 – 51.
Sitorus, S.R.P. 2016. Perencanaan Penggunaan Lahan. Bogor: IPB Press

Susanti, Y. Syafrudin, M. Helmi. 2020. Analisa Perubahan Penggunaan Lahan di


Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis. BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.13 (1):
23- 30.
Wahyunto. Abidin, Z. Priyono, A. Sunaryo. 2001. Studi Perubahan Penggunaan
Lahan di Sub Das Citarik, Jawa Barat dan Das Kaligarang, Jawa Tengah.
Prosiding Seminar Nasional Multi Fungsi Lahan Sawah.
Wiggers, J. M, I.W. Nuarsa, dan I.D.N.N. Putra. 2020. Monitoring Perubahan
Penggunaan Lahan Pesisir Di Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok
Barat Pada Tahun 2002 dan 2019. JOURNAL OF MARINE RESEARCH
AND TECHNOLOGY, Vol. 3 (2): 68 – 74.

Anda mungkin juga menyukai