SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
DI KOTA SURABAYA, JAWA TIMUR DENGAN
MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 DAN 8
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh
NIM. 1906541082
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi
sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.
Kota Surabaya menjadi kota metropolitan kedua terbesar di Indonesia. Permasalahan di Kota
Surabaya adalah alih fungsi lahan terbangun yang tidak selaras dengan ketersediaan lahan
yang semakin terbatas. Dari kejadian tersebut perlu adanya kajian mengenai alih fungsi lahan
dalam kurun waktu tertentu. Tujuan penelitian ini yaitu memberikan informasi distribusi
spasial perubahan penggunaan lahan di Kota Surabaya pada tahun 2000, 2013 2022 dan hasil
uji ketelitian penerapan klasifikasi terbimbing (supervised classification) pada peta
penggunaan lahan di Kota Surabaya tahun 2022. Penelitian ini dilaksanakan di Kota
Surabaya pada bulan Januari 2023 hingga Maret 2023. Metode penelitian yang digunakan
yaitu klasifikasi terbimbing (supervised classification) Maximum Likelihood Clasification
(MLC), untuk uji ketelitian dilakukan dengan metode Kappa accuracy (KA) dan matriks
kesalahan (confusion matrix) dengan titik koordinat pengambilan data secara menyebar. Hasil
penelitian menunjukan Perubahan penggunaan lahan yang di Kota Surabaya pada tahun 2000
hingga 2013 terjadi peningkatan signifikan luasan lahan terbangun sebesar 46,15% (9126,18
Ha), dan penurunan signifikan lahan terjadi pada lahan kosong sebesar 37,5% (7399,8 Ha).
Perubahan pada tahun 2013 hingga 2022 terdapat peningkatan signifikan luasan lahan
terbangun sebesar 50,31% (2038,77 Ha), dan penurunan signifikan terjadi pada lahan
bervegetasi sebesar 34,88% (1413,27 Ha). Uji ketelitian memiliki akurasi keseluruhan
sebesar 91,26%, dan indeks kappa yang diperoleh adalah 0,84.
Kata kunci: penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, klasifikasi terbimbing, uji
ketelitian
ABSTRACT
Adam Sipta Danendra. NIM 1906541082. Analysis of Land Use Change in the City of
Surabaya, East Java Using Landsat 7 and 8 Imagery. Supervised by: Drs. R. Suyarto,
M.Sc. and Ir. Tati Budi Kusmiyarti, M.P. *)
The city of Surabaya is the second largest metropolitan city in Indonesia. The
problem in the city of Surabaya is the conversion of built-up land which is not in
harmony with the increasingly limited availability of land. From this incident, it is
necessary to study the transfer of functions within a certain period of time. The
purpose of this study is to provide information on the spatial distribution of changes
in land use in the City of Surabaya in 2000, 2013 2022 and the results of the accuracy
test of applying supervised classification on land use maps in the City of Surabaya in
2022. This research was conducted in the City of Surabaya in January 2023 to March
2023. The research method used is the Maximum Likelihood Classification (MLC)
supervised classification. The accuracy test is carried out using the Kappa accuracy
(KA) method and the confusion matrix with coordinate points for data collection
spread out. The results showed that changes in land use in the city of Surabaya from
2000 to 2013 saw a significant increase in the area of built-up land by 46.15%
(9126.18 Ha), and a significant decrease in land use occurred in vacant land by 37.5%
(7399.8 Ha). Changes from 2013 to 2022 saw a significant increase in the area of
built-up land by 50.31% (2038.77 Ha), and a significant decrease occurred in
vegetated land of 34.88% (1413.27 Ha). The accuracy test has an overall accuracy of
91.26%, and the kappa index obtained is 0.84.
Keywords: land use, land use change, supervised classification, accuracy test
RINGKASAN
Menyetujui
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
Tanggal Lulus:
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA
SURABAYA, JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA
LANDSAT 7 DAN 8
NIM. 1906541082
Pada tanggal
No.:
Tanggal:
Anggota :
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kota Surabaya, Jawa Timur
Dengan Menggunakan Citra Landsat 7 Dan 8”. Penelitian terdorong oleh
keinginan penulis untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah
daerah dalam bentuk pemetaan penggunaan lahan di Kota Surabaya menggunakan
metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) dengan Sistem Informasi
Geografis.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah
meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ida Ayu Putri Darmawati, S.P., M.Si., selaku Koordinator Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah
memberikan izin serta bantuan dan fasilitas selama penelitian dan penulisan
skripsi ini, dan juga sebagai pembimbing akademik (PA) yang telah memberikan
segala bimbingan dan tuntunan dalam menyelesaikan studi.
3. Prof. Dr. Ir. Made Sri Sumarniasih, M.S., selaku Ketua Konsentrasi Ilmu Tanah
dan Lingkungan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Drs. R. Suyarto, M.Si., sebagai pembimbing I dan Ir. Tati Budi Kusmiyarti,
M.P., sebagai pembimbing II yang telah mendampingi, memberikan arahan dan
motivasi serta meluangkan waktu dalam membimbing Penulis selama penelitian
hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Dr. Ir. I Wayan Diara, M.S., Ir. Wiyanti, M.P., Putu Perdana Kusuma Wiguna,
S.Si., M.Sc., sebagai penguji yang telah memberikan masukan beserta saran-
saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf pegawai di lingkungan Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana atas segala ilmu dan pelayanan administrasi yang diberikan selama
penulis menjalani studi di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
7. Terima kasih atas doa restu dari keluarga tercinta Ayahanda Herry Susanto S.T.,
Ibu Erni Nursanti, serta seluruh keluarga besar penulis dengan kasih sayang yang
tulus, selalu berdoa tiada henti- hentinya, memberikan dukungan moral dan
materi, semangat, motivasi, inspirasi untuk terus mengejar impian dan
menuntaskan pendidikan di perguruan tinggi ini.
8. Kak Saiful dan PPIDS yang telah membantu dan memberikan dukungan, ilmu,
pengalaman, saran, motivasi dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Kawan seperjuangan sejak awal kuliah "Anak Pantai" diantaranya Jeremy Hot
Ondihon, Patrick Yusuf Irwandi, Michael Surbakti, Muhamad Farel Rizkiy,
Evert Vito, Theo Yeremia Sipahutar, Omar, Adril Persada Butarbutar, Adi
Berson Sinaga, Fadilatuz Dzikri Anshori, Firos Henriahna Berahmana, Elia
Raphael Sopacua, Dedy Putra Barus, Pierce Raufael Ayudanta, Dwiki Sinatrya
Putra, Sagita Rama Desimba, Rachmat Fajar Girinanda, Raja Malem Keta Keliat,
dan Rio Jonathan Avianto yang senantiasa setia menemani masa senang dan sulit
selama penulis berkuliah hidup di Bali hampir 4 tahun hingga di titik penulisan
skripsi ini.
10. Bring Me The Horizon, yang senantiasa menghibur dan menyemangati dikala
penulis sedang tidak baik-baik saja
11. Teman-teman seperjuangan kegiatan magang Fakultas Pertanian di UD.Catur
Paramitha dan teman-teman kegiatan KKN Universitas Udayana di Desa
Pesinggahan, yang telah memberikan semangat dan bantuan selama ini. Baik
selama kegiatan berlangsung dan juga setelah berakhirnya kegiatan .
12. Sahabat sejak SMA "Bani Daleman” yang senantiasa memberi masukan satu
sama lain, semangat, saling bantu-membantu diantaranya: Dewangga, Nevory,
Lauka, Angel, dan Hilma.
13. Juga Agroekoteknologi 2019 serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman penulis. Namun Demikian, melalui skripsi ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang memerlukan informasi
terkait yang dibahas dalam skripsi ini.
Kawasan terbangun diwilayah kota Surabaya hampir dua pertiga dari seluruh
luas wilayah. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama tahun 2000-2020
adalah penggunaan lahan kosong yang memiliki persentase 69,64 % dengan
sumbangan terbesar dari alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan kosong dan lahan
terbangun. Lahan pertanian dipersiapkan sebagai lahan cadangan pemukiman sebesar
105,07 ha (Kurniawati, 2021). Secara relatif, konsentrasi perkembangan fisik kota
membujur dari kawasan utara hingga selatan kota, pada saat ini cenderung bergeser
ke kawasan barat dan kawasan timur kota akibat sudah terbangunnya lahan di
kawasan utara, tengah dan selatan. Pesatnya pertumbuhan Surabaya ditambah dengan
meningkatnya migrasi dari desa ke kota menyebabkan meningkatnya berbagai
kebutuhan, salah satunya yaitu lahan kota baik untuk pemukiman, perkantoran,
hingga tempat-tempat komersial seperti pusat perbelanjaan, gudang, dan hotel. Secara
umum perkembangan fisik kota tersebut didominasi oleh pembangunan kawasan
perumahan real estate dan fasilitas perniagaan. Kawasan perumahan yang berupa
kampung terkonsentrasi di area pusat kota, sedangkan perumahan real estate tersebar
dikawasan barat, timur, dan selatan kota. Areal sawah dan tegalan terdapat dikawasan
barat dan selatan kota. Areal tambak berada dikawasan pesisir timur dan utara. Di
Kota Surabaya, masalah kepadatan penduduk berdampak krusial terhadap penyediaan
permukiman. Kebutuhan dan permintaan permukiman yang tinggi tidak didukung
dengan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Perkembangan industri yang cepat
di Kota Surabaya juga telah mendorong transformasi lanskap spasial, persebaran dan
perubahan penggunaan lahan tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Bentuk
lain dari permasalahan tersebut seperti alih fungsi lahan yang dibangun menjadi
komplek kegiatan ekonomi produksi, pabrik, kompleks perumahan mewah, dan
pembangunan lingkungan atau ruang baru yang menjadi pusat-pusat kegiatan
ekonomi, seperti Supermall Pakuwon yang ada di Surabaya bagian barat maupun
Eastcost yang ada di Surabaya bagian timur. Berdasarkan pemaparan diatas tentu saja
fenomena pesatnya perubahan penggunaan lahan, menjadi lahan terangun di Kota
Surabaya menjadi permasalahan yang serius dikemudian hari. Ketidakselarasan alih
fungsi lahan tersebut perlu dipantau dengan membandingkan hasil dari klasifikasi
penggunaan lahan (eksiting) dalam kurun waktu tertentu. Analisis perubahan
penggunaan lahan di Kota Surabaya juga penting untuk dilakukan mengingat Kota
Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan dan memiliki jumlah penduduk yang
besar.
1. Secara Akademis
Secara akademis manfaat penelitian ini memberikan informasi ilmiah terkait
dengan penggunaan landsat 7 ETM+ dan landsat 8 OLI/TIRS pada perubahan
penggunaan lahan di Kota Surabaya dengan aplikasi sistem informasi geografis serta
untuk menambah refrensi mata kuliah SIG.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini menyediakan informasi dan peta penggunaan
lahan di Kota Surabaya, dan juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah terkait
mengambil kebijakan dalam menentukan arah perencanaan pengembangan di Kota
Surabaya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daerah Bervegetasi
Daerah bervegetasi merupakan salah satu jenis klasifikasi penutup lahan yang
didalamnya terdiri dari daerah pertanian: sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah
lebak, sawah pasang surut, polder perkebunan, perkebunan campuran, tanaman
campuran; dan daerah bukan pertanian: hutan lahan kering, hutan lahan basah,
belukar, semak, sabana, padang alang-alang, rumput rawa (SNI 7645, 2010).
B. Kawasan Terbangun
Lahan kosong merupakan daerah yang tidak ditutupi oleh vegetasi, air,
bangunan, maupun jalan (As-Syakur, 2012). Maka dari itu lahan kosong yang
dimaksud adalah lahan yang tidak tertutup oleh tutupan lahan apapun baik dari
sawah, vegetasi, air, bangunan, maupun jalan.
D. Daerah Perairan
Tabel 2. 2
Spesifikasi Landsat 7
Landsat 7 Wave Length Resolutions
Band 1 0,45-0,52 30 meter
Band 2 0,52-0,60 30 meter
Band 3 0,63-0,69 30 meter
Enhanced
Thematic Mapper Band 4 0,77-0,90 30 meter
Plus (ETM+)
Band 5 1,55-1,75 30 meter
Band 6 10,40-12,50 30 meter
Band 7 2,09-2,35 30 meter
Band 8 52-90 15 meter
Sumber: Suwargana, 2013
Band 1 – Coastal
0,43 – 0,45 30
aerosol
Band 10 – Thermal
10,60 – 11,19 100
Ifrared (TRIS) 1
Band 11 – Thermal
11,50 – 12,51 100
Infrared (TRIS) 2
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Januari–April 2023. Lokasi dan cakupan
wilayah penelitian adalah Kota Surabaya, Jawa Timur. Menurut letak geografis Kota
Surabaya berada diantara 07°9' s.d 07°21' Lintang Selatan dan 112°36' s.d 112°54'
Bujur Timur.
Dalam penelitian ini diperlukan beberapa peralatan dan bahan yang harus
dipersiapkan untuk menunjang kelancaran serta keberhasilan penelitian ini. Alat yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah laptop dengan software QGIS 3.16, GPS
(Global Positioning System), Google Earth, alat tulis, dan kamera/smart phone. Bahan
yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi.
1. Peta batas administrasi Kota Surabaya yang diperoleh dari Peta Rupa Bumi
Indonesia skala 1:25.000.
2. Citra Satelit Landsat 7 dengan sensor Enhanced Thematic Mapper Plus
(ETM+) Kota Surabaya perekaman tahun 2000 sebagai bahan dasar untuk
analisis penggunaan lahan. yang diunduh dari https://earthexplorer.usgs.gov/
3. Citra Satelit Landsat 8 dengan sensor Operational Land Imager (OLI) Kota
Surabaya perekaman tahun 2013 dan 2021 sebagai bahan dasar untuk analisis
penggunaan lahan. yang diunduh dari https://earthexplorer.usgs.gov/
Data yang digunakan dalam penelitian meliputi citra landsat 7 ETM+ tahun
perekaman 2000 serta Landsat 8 OLI/TRIS perekaman tahun 2013, dan tahun 2022,
peta Administrasi Kota Surabaya skala 1:25000 secara digital. Sumber Data Sumber
data citra yang digunakan adalah citra landsat perekaman bulan Juli tahun 2000,
bulan November 2013, serta bulan Mei 2022.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan softwere QGIS 3.16 Long
Term release. Proses pengolahan citra yang digunakan pada penelitian ini meliputi
koreksi radiometrik, kombinasi band, cropping citra, dan reprojection, serta proses
supervised classification.
A. Koreksi Radiometrik
B. Kombinasi Band
E. Supervised Classification
3.4.4.UJI KETELITIAN
Luas
Klasifikasi Penutupan Lahan
Refrensi
(Xi)
1 2 3
Refrensi 1 X11 X12 X13 X1i
2 X21 X22 X23 X2i
3 X31 X32 X33 X3i
Luas Hasil X1j X2j X3j Luas
Klasifikasi Total
(Xj) (Xt)
Overall Accuracy = (X11+X22+X33)/XT*100%
Uji akurasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik kappa. Menurut Susanti et
al., (2020) Akurasi kappa secara matematis ditulis sebagai berikut.
Xii : jumlah observasi pada baris i dan lajur i (pada diagonal utama)
K : Koefien kappa
Tabel 3.2
Keterangan Nilai K
Nilai K Keterangan
<0,00 Poor (buruk)
0-0,2 Slight (rendah)
0,21-0,4 Fair (cukup)
0,41-0,6 Moderate (sedang)
0,61-0,8 Subswtansial (baik)
0,81-1 Almost Perfect (amat baik)
Sumber: Landis dan Koch (1997)
Gambar 3.2
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil analis menggunakan citra landsat pada Sistem Informasi Geografis
melalui softwere QGIS 3.16 long term release, maka dari itu, hasil penelitian
mendapatkan empat tipe penggunaan lahan yang terdapat di daerah penelitian
meliputi lahan bervegetasi, lahan terbangun, lahan kosong, dan tubuh air. Luas untuk
masing-masing penggunaan lahan disajikan pada Tabel 4.1, sementara grafik
penggunaan lahan pada daerah penelitian disajikan pada gambar 4.1.
25000
20000
15000
10000
5000
0
Lahan Bervege- Lahan Terbangun Lahan Kosong Tubuh Air
tasi
Keterangan:
(-) terjadi pengurangan pada luas atau persentase jenis penggunaan lahan
(+) terjadi pertambahan pada luas atau persentase jenis penggunaan lahan
Berdasarkan tabel perubahan penggunaan lahan tersebut, dapat diketahui rincian
perubahan penutup lahan Kota Surabaya berdasarkan empat kenampakan penutup
lahan sebagai berikut.
A. Lahan Bervegetasi
Lahan bervegetasi merupakan salah satu jenis klasifikasi penutup lahan, pada
penelitian ini lahan bervegetasi meliputi daerah pertanian berupa sawah irigasi dan
daerah bukan pertanian berupa hutan kota, taman kota. Grafik luas lahan bervegetasi
pada tahun 2000, 2013, dan 2022 disajikan pada gambar grafik .4.5
Luas (Ha)
12000 11090.7
10000
8599.77
8000 7186.5
6000
4000
2000
0
2000 2013 2022
Gambar grafik 4.5, terlihat bahwa pada jangka waktu 2000-2013 terjadi penurunan
lahan bervegetasi sebesar 12,65% (seluas 2490,93 Ha), lahan bervegetasi dengan luas
11090,7 Ha pada tahun 2000 menjadi 8599,77 Ha pada tahun 2013. Penurunan lahan
bervegetasi terus berlanjut pada tahun 2013 hingga tahun 2022 sebesar 34,88% dari
luas 8599,77 Ha menjadi 7186,5 Ha. Keteraturan perubahan lahan bervegetasi selama
22 tahun berkurang sebanyak 177,46 Ha/tahun.
Penurunan luas lahan bervegetasi disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya
berupa, permasalahan kebutuhan akan lahan yang meningkat, yang mengakibatkan
eksploitasi lahan hijau menjadi lahan terbangun secara berlebihan, baik untuk
kepentingan umum dan pribadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2008)
melaporkan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah menjadi
kawasan nonpertanian di Jawa Timur adalah pertumbuhan ekonomi dan jumlah
penduduk.
B. Lahan Terbangun
Lahan terbangun pada penelitian ini meliputi daerah daerah yang sudah
berdiri bangunan baik berupa pemukiman, perkantoran, sekolah, bangunan industri
dan fasilitas umum. Grafik luas lahan terbangun pada tahun 2000, 2013, dan 2022
disajikan pada gambar grafik .4.6
Luas (Ha)
25000
20459.61
20000 18420.84
15000
9294.66
10000
5000
0
2000 2013 2022
Gambar grafik 4.6, terlihat bahwa pada jangka waktu 2000-2013 terjadi peningkatan
lahan terbangun sebesar 46,15% (seluas 9126,18 Ha), lahan terbangun dengan luas
9294,66 Ha pada tahun 2000 menjadi 18420,84 Ha pada tahun 2013. Peningkatan
lahan terbangun terus berlanjut pada tahun 2013 hingga tahun 2022 sebesar 50,31%
dari luas 18420,84 Ha menjadi 20459,61 Ha. Keteraturan perubahan lahan terbangun
selama 22 tahun bertambah sebanyak 507,5 Ha/tahun. Penurunan luas lahan
terbangun disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah Kota Surabaya
Sebagai kota metropolitan dan juga menjadi pusat perekonomian di Provinsi Jawa
Timur, hal ini menyebabkan pesatnya alih fungsi lahan kosong dan bervegetasi
menjadi lahan terbangun. Bentuk dari alih fungsi lahan ini berupa pembangunan
perumahan yang semakin pesat dengan merubah penggunaan sebelumnya sebagai
pertanian sawah atau tambak. Keberadaan pusat-pusat ekonomi, pasar, supermarket,
pertokoan, pergudangan bahkan super blok yang telah merubah penggunaan
sebelumnya berupa permukiman dan area terbuka (Ariastita, 2009).
C. Lahan Kosong
Lahan kosong adalah bentuk penggunaan lahan yang tidak terdapat vegetasi
maupun bangunan daiatasnya. Grafik luas lahan kosong pada tahun 2000, 2013, dan
2022 disajikan pada gambar grafik .4.7
Luas (Ha)
12000
10457.91
10000
8000
6000
4000 3058.11
2568.69
2000
0
2000 2013 2022
D. Tubuh Air
Tubuh Air pada penelitian ini meliputi tubuh air perairan darat buatan seperti:
danau buatan, tambak budidaya perikanan, dan tambak produksi garam dan juga
tubuh air perairan darat alami seperti: sungai, muara. Grafik luas tubuh air pada tahun
2000, 2013, dan 2022 disajikan pada gambar grafik .4.8
Luas (Ha)
3500
2958.03
3000 2847.33
2500 2220.48
2000
1500
1000
500
0
2000 2013 2022
Tabel 4.3
PA UA OA Kappa
Penutup Lahan SE Kappa
(%) (%) (%) hat
Tubuh Air 0,003 95,559 92,366 0,917
Lahan Kosong 0,005 65,832 68,293 0,655
Lahan 91,263 0,843
0,006 86,937 87,606 0,841
Bervegetasi
Lahan
0,006 95,539 95,277 0,877
Terbangun
4.2 Pembahasan
Alih fungsi lahan dalam arti perubahan penggunaan lahan, pada dasarnya
tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaan pembangunan (Lisdiyono, 2004).
Perubahan penggunaan lahan menurut Wahyunto et al., (2001) adalah bertambahnya
suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti
dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda.
Peningkatan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Surabaya juga diikuti oleh
penurunan penggunaan lahan disisi yang lain. Perubahan penggunaan lahan yang
terjadi di Kota Surabaya adalah perubahan penggunaan lahan bervegetasi dan lahan
kosong menjadi lahan terbangun dan tubuh air pada daerah pesisir timur dan barat.
A. Lahan Bervegetasi
Lahan bervegetasi merujuk pada area yang ditumbuhi oleh berbagai jenis
tanaman, baik alami maupun ditanam, yang mencakup vegetasi seperti rumput,
pohon, semak, dan tanaman lainnya, contoh lahan bervegetasi yang terdapat di Kota
Surabaya adalah sebagai berikut: sawah, taman kota, ruang terbuka hijau, dan
beberapa ruang publik seperti lapangan dan alun-alun di Surabaya juga memiliki
tanaman dan vegetasi. Identifikasi lahan bervegetasi pada citra landsat 7 ETM+ tahun
2000 dan citra landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan menggunakan
komposit band color infrared (Vegetation) untuk mempermudah penulis
mengelompokan pixel berdasarkan kelas penggunaan lahan bervegetasi, dan
klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode klasifikasi terbimbing (Supervised
Classification) Maximum Likelihood Clasification (MLC). Perubahan luas
penggunaan lahan bervegetasi dan jumlah penurunan luasnya di Kota Suarabaya
disajikan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4
Tabel 4.4 menunjukan pada tahun 2000 lahan bervegetasi dominan tersebar
dipinggiran wilayah barat hingga selatan (Kecamatan Pakal, Kecamatan Benowo,
Kecamatan Sambikerep, Kecamatan Lakarsantri, Kecamatan Wiyung) dan pesisir
utara hingga timur (Kecamatan Kenjeran, Kecamatan Bulak, Kecamatan Mulyorejo,
Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Rungkut, Kecamatan Gunung Anyar) Kota
Surabaya dengan luas total 11090,7 Ha. Lahan bervegetasi pada tahun 2013 seluas
8599,77 Ha, penurunan luas lahan bervegetasi yang terjadi pada tahun 2000 hingga
2013 sebanyak 2490,93 Ha. Penurunan lahan bervegetasi dominan terjadi diwilayah
utara hingga timur dan barat hingga selatan Kota Surabaya, dengan sebaran
perubahan sebagai berikut:
1. kota surabaya bagian barat pada kecamatan pakal dan kecamatan benowo
terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi tubuh air
buatan berbentuk tambak budidaya dan tambak garam dan juga terjadi
perubahan penggunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan kosong.
2. Kota Surabaya bagian selatan pada kecamatan sambikerep, kecamatan
lakarsantri, kecamatan wiyung terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan
bervegetasi menjadi lahan terbangun berbentuk pemukiman dan industri.
3. dan pada pesisir Kota surabaya bagian utara hingga timur pada kecamatan
kenjeran, kecamatan rungkut, dan kecamat gunung anyar terjadi perubahan
penggunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun berbentuk
pemukiman dan industri.
Tahun 2022 luas lahan bervegetasi adalah 7186,5 Ha, dan terjadi penurunan luas
lahan bervegetasi seluas 1413,27 Ha dari tahun 2013 hingga 2022. Perubahan yang
terjadi pada lahan bervegetasi dominan terjadi pada Kota Surabaya bagian selatan dan
Timur perubahan didominasi menjadi lahan terbangun dan lahan kosong. Keteraturan
perubahan lahan bervegetasi selama 22 tahun berkurang sebanyak 177,46 Ha/tahun.
B. Lahan Terbangun
Infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, dan jalan tol juga merupakan bagian
dari lahan terbangun di Surabaya. Kota ini memiliki jaringan transportasi yang luas
untuk mendukung mobilitas penduduk dan distribusi barang. Selain itu, fasilitas
umum seperti sekolah, rumah sakit, taman, dan pusat rekreasi juga memerlukan lahan
terbangun. Perkembangan lahan terbangun di Surabaya terus berlanjut seiring dengan
pertumbuhan populasi dan kebutuhan masyarakat, hal ini didukung oleh data
(Surabaya Dalam Angka, 2022) yang menyatakan, jumlah penduduk di Kota
Surabaya pada tahun 2021 mencapai 2.880.284 jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk per-tahun 202 hingga 2021 mencapai 0,28% .
Identifikasi lahan terbangun pada citra landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan citra
landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan menggunakan komposit band false
color (urban) untuk mempermudah penulis mengelompokan pixel berdasarkan kelas
penggunaan lahan bervegetasi, dan klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode
klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) Maximum Likelihood Clasification
(MLC). Perubahan luas penggunaan lahan terbangun dan jumlah penurunan luasnya
di Kota Suarabaya disajikan pada Tabel 4.5
Tabel 4.5
Tabel 4.5 menunjukan pada tahun 2000 lahan terbangun dominan tersebar
ditengah wilayah Kota Surabaya (Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Tandes,
Kecamatan Suko Manunggal, Kecamatan Simokerto, Kecamatan Gubeng) dengan
luas total 9294,66 Ha. Lahan terbangun pada tahun 2013 seluas 18420,84 Ha,
peningkatan luas lahan terbangun yang terjadi pada tahun 2000 hingga 2013 sebanyak
9126,18 Ha. Peningkatan lahan terbangun dominan terjadi diwilayah utara hingga
selatan mencakup beberapa daerah di timur Kota Surabaya
Tahun 2022 luas lahan terbangun adalah 20459,61 Ha, dan terjadi
peningkatan luas lahan terbangun seluas 2038,77 Ha dari tahun 2013 hingga 2022.
Peningkatan yang terjadi pada lahan terbangun dominan terjadi pada Kota Surabaya
bagian barat yaitu pada kecamatan asem rowo, kecamatan tandes, kecamatan suko
mangunggal perubahan yang terjadi dari penggunaan lahan bervegetasi menjadi lahan
terbangun perubahan didominasi berbentuk pemukiman dan industri. . Keteraturan
perubahan lahan terbangun selama 22 tahun meningkat sebanyak 507,5 Ha/tahun.
C. Lahan Kosong
Lahan kosong merujuk pada area yang tidak ditutupi oleh vegetasi, air,
bangunan, maupun jalan (As-Syakur, 2012). Lahan kosong di Surabaya adalah area
tanah yang tidak memiliki struktur atau bangunan yang berdiri di atasnya. Biasanya,
lahan kosong dapat ditemukan di kawasan perkotaan yang belum dikembangkan atau
belum digunakan untuk tujuan tertentu.
Identifikasi lahan kosong pada citra landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan citra
landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan menggunakan komposit band false
color (urban) untuk mempermudah penulis mengelompokan pixel berdasarkan kelas
penggunaan lahan bervegetasi, dan klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode
klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) Maximum Likelihood Clasification
(MLC). Batas cakupan objek yang diidentifikasi minimal 30 m 2, hal ini dikarenakan
bahan citra yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan citra landsat yang
memiliki keterbatasan resolusi pada tiap band sebebesar 30 meter. Objek yang kurang
dari 30 meter tidak dapat diidentifikasi, dan juga terdapat kekeliruan dari indentifikasi
citra terhadap objek sehingga objek yang berupa sawah yang diindentifikasikan
menjadi lahan kosong, disebabkan oleh pantulan spektral dari kedua objek tersebut
sama Perubahan luas penggunaan lahan bervegetasi dan jumlah penurunan luasnya di
Kota Suarabaya disajikan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Tabel 4.6 menunjukan pada tahun 2000 lahan kosong dominan tersebar
diwilayah uatara hingga selatan Kota Surabaya (Kecamatan Simokerto, Kecamatan
Tambaksari, Kecamatan Sawahan, Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Tenggilis
Mejoyo) dengan luas total 10457,91 Ha. Lahan kosong pada tahun 2013 seluas
3058,11 Ha, penurunan luas lahan kosong yang terjadi pada tahun 2000 hingga 2013
sebanyak 7399,8 Ha. Penurunan lahan kosong dominan terjadi diwilayah utara hingga
selatan mencakup beberapa daerah di timur Kota Surabaya, dengan sebaran
perubahan sebagai berikut:
Tahun 2022 luas lahan kosong adalah 2568,69 Ha, dan terjadi penurunan luas
lahan kosong seluas 489,42 Ha dari tahun 2013 hingga 2022. Penurunan yang terjadi
pada lahan kosong dominan terjadi pada Kota Surabaya bagian barat yaitu pada
kecamatan benowo dan kecamatan pakal perubahan yang terjadi dari penggunaan
lahan kosong menjadi lahan terbangun dan tubuh air buatan perubahan didominasi
berbentuk pemukiman, tambak budidaya, dan tambak garam. . Keteraturan perubahan
lahan kosong selama 22 tahun menurun sebanyak 358,6 Ha/tahun.
D. Tubuh air
Tubuh Air pada penelitian ini meliputi tubuh air perairan darat buatan seperti:
danau buatan, tambak budidaya perikanan, dan tambak produksi garam dan juga
tubuh air perairan darat alami seperti: sungai, muara. Identifikasi tubuh air pada citra
landsat 7 ETM+ tahun 2000 dan citra landsat 8 OLI/TIRS tahun 2013,2022 dilakukan
menggunakan komposit band land/water untuk mempermudah penulis
mengelompokan pixel berdasarkan kelas penggunaan lahan bervegetasi, dan
klasifikasi citra dilakukan menggunakan metode klasifikasi terbimbing (Supervised
Classification) Maximum Likelihood Clasification (MLC). Perubahan luas
penggunaan tubuh air dan jumlah penurunan luasnya di Kota Suarabaya disajikan
pada Tabel 4.7
Tabel 4.7
Tabel 4.7 menunjukan pada tahun 2000 tubuh air dominan tersebar diwilayah
pesisir timur (Kecamatan Mulyorejo, Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Rungkut,
Kecamatan Gununganyar) dan pesisir barat (Kecamatan Benowo, Kecamatan Pakal,
Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Kerembangan) Kota Surabaya dengan luas total
2220,48 Ha. Tubuh air pada tahun 2013 seluas 2958,03 Ha, penurunan luas tubuh air
yang terjadi pada tahun 2000 hingga 2013 sebanyak 737,55 Ha. Peningkatan tubuh
air dominan terjadi diwilayah barat Kota Surabaya yaitu pada Kecamatan Pakal Dan
Kecamatan Benowo. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi dari lahan bervegetasi
menjadi tubuh air buatan berbentuk tambak budidaya dan tambak garam. Tahun 2022
luas tubuh air adalah 2847,33 Ha, dan terjadi penurunan luas tubuh air seluas 110,7
Ha dari tahun 2013 hingga 2022. Penurunan tubuh air yang terjadi dari tahun 2013
hingga 2022 tidak terlalu signifikan pada Kota Surabaya. Keteraturan perubahan
tubuh air selama 22 tahun adalah 28,5 Ha/tahun.
Uji ketelitian pada penelitian ini menggunakan dua metode yaitu, pertama
menggunakan citra resolusi tinggi berbentuk google earth, dan yang kedua dengan
menggunakan ground check lapangan. Penggunaan citra resolusi tinggi dalam
menentukan tingkat akurasi peta hasil klasifikasi citra satelit, dilakukan oleh
Fitriawan (2020), dalam menentukan uji akurasi hasil klasifikasi terbimbing citra
Sentinel 2 A menggunakan citra tegak Worldview menghasilkan tingkat ketelitian
90,81%, sehingga hasil klasifikasi layak untuk digunakan. Ground chek lapangan
dilakukan untuk memastikan validasi melalui citra resolusi tinggi google earth benar.
Kelemahan melakukan validasi dengan google earth adalah membedakan penggunaan
lahan lahan kosong dikarenakan sebaran lahan kosong di Kota Surabaya berbentuk
lahan kosong peralihan yang sedang dalam proses perubahan penggunaan atau
pemanfaatan dari satu jenis penggunaan ke jenis penggunaan yang lain. Lahan
kosong peralihan berada di antara dua penggunaan yang berbeda, misalnya dari lahan
pertanian menjadi lahan perumahan atau dari lahan industri menjadi lahan komersial,
sehingga perlu dilakukan ground check lapangan terhadap hal tersebut. Dalam
penelitian ini, uji akurasi total yang diperoleh adalah 91,26%, dan indeks kappa yang
diperoleh adalah 0,84. Menurut Congalton and Green (2009) mengatakan
bahwasanya akurasi peta sangat baik apabila nilai K lebih besar ataupun sama dengan
0,8, berkategori sedang apabila kisaran 0,4- 0,8, serta berkategori buruk apabila
kurang dari 0,4. Sementara menurut landis dan koch mengungkapkan nilai K 0.75
masih tergolong baik.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota Surabaya pada tahun 2000
hingga 2013 terjadi peningkatan signifikan luasan lahan terbangun sebesar
46,15% dengan luas perubahan sebesar 9126,18 Ha, dan penurunan signifikan
lahan terjadi pada lahan kosong sebesar 37,5% dengan luas lahan yang
berkurang sebesar 7399,8 Ha. Perubahan penggunaan yang terjadi pada tahun
2013 hingga 2022 terdapat peningkatan signifikan luasan lahan terbangun
sebesar 50,31% dengan luas peningkatan sebesar 2038,77 Ha, dan penurunan
signifikan lahan terjadi pada lahan bervegetasi sebesar 34,88% dengan luas
lahan yang berkurang sebesar 1413,27 Ha. Keteraturan masing-masing kelas
penggunaan lahan selama 22 tahun adalah sebagai berikut : lahan bervegetasi
menurun sebanyak 177,46 Ha/tahun, lahan terbangun meningkat sebanyak
507,5 Ha/tahun, lahan kosong menurun sebanyak 358,6 Ha/tahun, dan tubuh
air 28,5 Ha/tahun. Perubahan penggunaan lahan yang dominan adalah
perubahan penggunaan lahan dari lahan kosong dan lahan bervegetasi menjadi
lahan terbangun. Selain itu terjadi perubahan penggunaan sementara yaitu dari
lahan bervegetasi dan lahan kosong menjadi tubuh air buatan (tambak
budidaya dan tambak garam).
2. Uji ketelitian pada penelitian ini memiliki akurasi keseluruhan sebesar
91,26%, dan indeks kappa yang diperoleh adalah 0,84.
5.2 Saran