Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA SURAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Metode Penelitian Kualitatif Diampu Oleh: Dr. Ch. Muryani, MSi

Disusun Oleh:

Nama NIM

: :

Nurul Lathifah K5408041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan mutlak setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Kebutuhan tersebut semakin meningkat dengan seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat saat ini. Peningkatan kebutuhan air ini tidak diimbangi dengan penambahan jumlah air yang ada di muka bumi, sedang air yang ada di muka bumi tidak semuanya dapat digunakan untuk keperluan hidup dan aktivitas manusia. Kuantitas air di bumi cukup melimpah, namun sebagian besar air asin di lautan. Suripin (2003) menyebutkan bahwa air yang ada di bumi yaitu sekitar 1.386 km3 (97,93%) yang berada di lautan dan hanya sekitar 35 juta km3, (2,53%) yang berupa air tawar di daratan, serta sisanya dalam bentuk gas/uap. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi meningkatnya kualitas dan kuantitas kebutuhan hidup (Widjaya, 1998). Dampak dari peningkatan kualitas dan kuantitas hidup tersebut yaitu terjadinya perubahan tata guna lahan menjadi sulit dikendalikan. Kondisi sumber daya alam terganggu karena infiltrasi menjadi kecil, aliran air permukaan menjadi cepat dan banyak. Kota Surakarta merupakan kota besar di Jawa Tengah yang mempunyai sungai besar yaitu Sungai Bengawan Solo. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang pesat yang terjadi di Kota Surakarta saat ini khususnya bidang pemukiman, membutuhkan areal yang sangat luas. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan penggunaan lahan yang cukup besar akhir-akhir ini. Perubahan penggunaan lahan tersebut mengarah pada penutupan lahan menjadi lapisan kedap air sebagai akibat dari semenisasi (penutupan lahan dengan semen). Perkembangan kota yang semakin pesat dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan air, dan konversi lahan dari area terbuka menjadi area terbangun mengisyaratkan akan berkurangnya daerah resapan di Kota Surakarta. Sehingga air hujan yang turun ke tanah tidak bisa meresap dan langsung mengalir ke saluran-saluran menuju sungai. Perubahan lahan mengakibatkan meningkatnya jumlah air limpasan permukaan di kota Surakarta, sehingga akan menimbulkan masalah drainase di Kota Surakarta. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis

ingin mengetahui bagaimana pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap besarnya limpasan di Kota Solo dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk mengkaji lebih dalam mengeani hal tersebut penulis perlu mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul: PENGARUH

PERUBAHAN TATAGUNA LAHAN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA SURAKARTA.


B. Rumusan Masalah

TERHADAP

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perubahan tata guna lahan yang terjadi di Kota Surakarta dari tahun 2005 sampai 2010? 2. Seberapa besar limpasan permukaan di Kota Surakarta? 3. Bagaimana pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap limpasan permukaan di Kota Surakarta? 4. Bagaimana solusi untuk mengatasi limpasan yang terjadi di Kota Surakarta?

C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini diberikan batasan-batasan masalah agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian antara lain : 1. Penelitian ini hanya dilakukan di Kota Surakarta, Khususnya daerah (Laweyan, Pasar Kliwon, Banjarsari,Serengan dan Jebres). 2. Data hujan yang digunakan berasal dari stasiun hujan Proyek Bengawan Solo (PBS) dan Bandara Adi Sumarmo dari tahun 1990-2006 karena stasiun hujan tersebut berdekatan dengan daerah penelitian. 3. Penelitian yang ditekankan yaitu : Perubahan Tata Guna Lahan, dan pengaruhnya terhadap volume limpasan.

D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perubahan tata guna lahan yang terjadi di Kota Surakarta dari tahun 2005 sampai 2010. 2. Mengetahui besarnya limpasan permukaan yang ada. 3. Mengetahui pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap volume limpasan. 4. Mencari solusi yang tepat untuk mengatasi limpasan yang terjadi di Kota Surakarta.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Agar dapat digunakan sebagai acuan perencanaan wilayah perkotaan yang ramah lingkungan, serta menanggulangi limpasan yang terjadi. b. Hasil pengamatan dapat digunakan sebagai masukan bagi penelitian sejenis 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis bagi penulis yaitu sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kulaih yang berupa teori - teori dengan kenyataan sesungguhnya di lapangan. Dengan demikian pemahaman ten tang teori akan lebih mendalam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Solo yang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Laweyan, Pasar Kliwon, Banjarsari,Serengan dan Jebres. Secara astronomis Kota Solo terletak antara 070 35 LS 070 39 LS dan 1100 28 BT - 1100 31 BT. Batas Kota Surakarta yaitu: sebelah selatan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten, sebelah barat dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah utara dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, dan sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar.

B. Metode Penelitian Untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu penelitian selalu digunakan cara-cara yang sering diistilahkan dengan metode penelitian. Menurut Surachmad (1998: 131), metode adalah suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu. Hadari Nawawi alam Tika (1997:2) mengatakan bahwa metode penelitian adalah ilmu yang menggali metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan, sedangkan menurut Hadi dalam Tika (1997:2) metode penelitian adalah pelajaran yang memperbincangkan metode -metode ilmiah untuk suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Menurut Nazir, deskriptif adalah: Suatu metode dalam penelitian status manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang (1988:63). Sedangkan menurut Nawawi (1983:63) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Dengan demikian penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang melukiskan atau menafsirkan keadaan yang ada atau yang sed ang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk penelitian yang menghasilkan karya ilmiah dengan menggunakan data deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari

orang orang atau perilaku yang dapat diamati terhadap status sekelompok orang atau manusia suatu obyek atau suatu kelompok kebudayaan (Moleong, 2002 : 3).

C. Sumber Data a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubunganya dengan yang diteliti. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui interview (wawancara).

b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walupun data yang dikumpulkan itu sebenarnya data asli. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan adalah: Data hujan yang digunakan berasal dari stasiun hujan Proyek Bengawan Solo (PBS) dan Bandara Adi Sumarmo dari tahun 1990-2006, dan data penggunaan lahan dari peta RBI.

D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah upaya-upaya yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Beberapa teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

a. Wawancara Terstruktur Wawancara terstrukturartinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat

secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.

b. Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin - poin penting masalah yang ingin digali dari responden.

2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan data yang diperoleh melalui catatan yang terdapat di kantor atau instansi lain yakni monografi desa.

E. Teknik Analisis Data Moleong (2001: 103) menyatakan bahwa teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data.

Anda mungkin juga menyukai