Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINI RESEARCH

DASAR PERANCANGAN DAN REKAYASA LINGKUNGAN


ANALISIS HUBUNGAN MANUSIA, ALAM, DAN
LINGKUNGAN

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Rachmat Mulyana, M.Si

OLEH:
KELOMPOK 1

1. MARWATUN NAZLA 5163111026


2. SANNY RAHMADANI SIREGAR 5163111042
3. MAYANGSARI PERMATA PUTRI 5163111027
4. MEY SARTIKA SIANTURI 5163111028
5. TONO J. SITANGGANG 5163111044
6. BOBI AZLIANSYAH 5162111010
7. JEKSON SIMBOLON 5163111021
8. REZA FAHLEVI 5163111033
9. SAMUEL RANDY P. HUTAGAOL 5163111040
10. SAMUEL SILITONGA 5163111041
11. ROBERTO BAGIO PANJAITAN 5163111037
12. TEGUH WIBOWO 5162111022

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENELITIAN
C. MANFAAT PENELITIAN

BAB II : HASIL OBSERVASI


A. DESAIN PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
B. OBJEK Pengamatan
C. METODE PENGUMPULAN DATA
D. METODE ANALISIS DATA
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
C. PEMBAHASAN

BAB III : PENUTUP


A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan memiliki hubungan dengan manusia, lingkungan mempengaruhi
setiap sifat dan perilaku seorang individu, demikian pula sebaliknya manusia pun
mempengaruhi lingkungan yang ia tempati. Hubungan antara manusia dan
lingkungan sudah di pikirkan sejak dulu oleh para ahli.
Manusia berusaha untuk mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan
kesejahtraan.
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada
lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup
manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan
untuk mendukung perkehidupan manusia dan makhuk hidup lainya arti penting
lingkungan bagi manusia karena lingungan merupakan tempat hidup manusia,
Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia, Lingkungan
memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
1.2 Tujuan
Mengamati permukiman dikawasan dataran tinggi meliputi : ukuran,
kepadatan bangunan, dan tipe permukiman.
Mengamati insfrastruktur permukiman meliputi : ketersediaan air bersih,
RTH, pengelolaan sampah, limbah domestik.
Mengamati karakteristik konstruksi bangunan rumah di permukiman
meliputi : jenis bangunan, luas bangunan, RTHP, dan jumlah penghuni.
Mengidentifikasi kategori permukiman berdasarkan kriteria permukiman
sehat dan berwawasan lingkungan.

1.3 Manfaat
- Mencapai kelestariaan hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai
tujuan membangun manusia seutuhnya.
- Mengetahui teknik pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan yang akan datang.
- Mengetahui infrastruktur terbangun di daerah dataran tinggi, seperti:
infrastruktur jalan saluran air limbah,jaringan air minum,listrik, dsb
-Mengetahui hubungan antara lingkungan dan kesejahteraan hidup manusia.
- Belajar dari masyarakat adat dalam menjaga lingkungan.
BAB II
HASIL OBSERVASI

1.1 Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan hubungan antara manusia, alam,
dan lingkunganya yang saling mempengaruhi di daerah dataran tinggi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini tidak
sellalu membutuhkan hipotesis. Lebih lanjut menurut Arikunto menekankan
bahwa, penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis ertentu,
tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang variabel, gejala atau keadaan
serta tidak memerlukan administrasi atau pengendalian terhadap suatu perlakuan.
Data yang muncul dalam penelitian ini adalah berupa survey yang
menggambarkan keadaan nyata dalam daerah penelitian tersebut . Cara-cara yang
digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan melakukan wawancara
langsung dengan warga sipil disekitar lokasi penelitian ditambah dengan
wawancara langsung dengan kepala lingkungan daerah tersebut.

1.2 Objek Pengamatan


Objek penelitian berupa:
Rumah
Permukiman (Siteplan, fasum, fasos, dll)
Hubungan keberadaan dataran tinggi dengan penghuni permukiman
Perubahan penggunaan lahan sekitar dataran tinggi
Aktivitas di penghuni berkaitan dengan pengelolaan lingkungan

1.3 Metode Pengumpulan Data


1. Wawancara langsung
2. Pengamatan langsung
1.4 Metode Analisis Data
Teknik analisis data korelasional dilakukan sesuai dengan pendekatan studi kasus,
sehingga analisis data yang digunakan dengan cara menelaah jawaban-jawaban
yang dikumpulkan yang dapat didapat dari subjek penelitian. Jawaban-jawaban
tersebut diorganisir dengan cara mengidentifikasikan dan menganalisis sesuai
dengan tujuan-tujuan penelitian.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Sempa Jaya dengan memperhatikan insfrastruktur
bangunan dan lingkungan disekitarnya. Objek pengamatan adalah rumah-rumah
yang berada di sekitar lokasi yang masuk dalam daerah dataran tinggi di Sumatera
Utara.

Penelitian ini berlangsung hingga tanggal 24 September 2016 termasuk di


dalamnya kegiatan penentuan lokasi penelitian, penentuan parameter penelitian,
pengumpulan data sekunder maupun primer, analisis data hasil wawancara,
penyusunan laporan dan presentasi hasil penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data


Data yang akan dipakai sebagai bahan analisis dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh di lapangan/langsung
dari sumbernya. Data ini diperoleh dengan melalui observasi (pengamatan
langsung, dan wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan berupa literatur, sumber
tertulis atau dokumen yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan, sebaliknya data yang didapat dari suatu
lembaga yang dengan tujuan tertentu menggali data tersebut sebelumnya, akan
menjadi data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan, antara lain:
1. Observasi (pengamatan)

Yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke obyek


atau lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang objek yang
diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data


dan responden. Sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara mengumpulkan
data dengan bertanya langsung kepada responden, dan jawaban-jawaban dicatat
atau direkam dengan alat perekam (Kusmaryadi dan Sugiarto, 2000). Adapun
teknik wawancara yang digunakan adalah:

a). Key informan, yaitu mewawancarai informan kunci yang


dipergunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini telah dilakukan
wawancara terhadap Kepala Lingkungan Desa Sempa Jaya.

b). Depth interview, yaitu melakukan wawancara secara mendalam


kepada responden. Dalam penelitian ini berkembang kepada beberapa
orang responden yang merupakan masyarakat yang sehari-hari berada
di sekitar lokasi pengamatan.

Dalam penelitian ini bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara yang
tidak berstruktur, yang ditujukan kepada beberapa stakeholders sumber informasi.

1.6 Gambaran Umum Lokasi Pengamatan


Observasi lingkungan dalam penelitian ini dilakukan pada 10 kepala keluarga dan
kepala lingkungan di desa Sempajaya Dusun 7, Kabupaten Karo, Kota Berastagi
Provinsi Sumatera Utara, Indonesia yang memiliki luas 4 ha. Desa Sempa Jaya
merupakan salah satu dataran tinggi yang memiliki elevasi 1200-1300 meter
Keadaan lingkugan dapat dilihat pada tabel 1.

Pemilihan stasiun pengamatan ditentukan dengan memilih lokasi yang terdapat berbagai
macam tipe bangunan yang sesuai dengan lingkungannya.

Lokasi pengamatan adalah lokasi yang didalamnya terdapat rumah-rumah penduduk


dengan lokasinya mempunyai RTHP dan mempunyai fasum dan fasos yang sudah
tersedia.

1.32o39232939232 Siteplan

Nnnnnnnn

1.45 Pembahasan

1.44 Hasil Penelitian

Hasil pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara, peneliti


melakukan analisis dari setiap responden.
Selanjutnya diperoleh data sebagai berikut:
Responden 1: Dhani
- Luas Bangunan : 5,5 m x 8 m = 44 m2
- Luah Lahan : Luas kapling rumah kecil, 10 m x 8 m = 80 m2
- RTHP : Tidak ada
- Jumlah Penghuni : 5 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN
- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Telpon genggam

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat

Responden 2: Dian Wahyudi


- Luas Bangunan : 6 m x 10 m = 60 m2
- Luah Lahan : Luas kapling rumah kecil, 6 m x 10 m = 60 m2
- RTHP : Tidak ada
- Jumlah Penghuni : 3 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen, mempunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.

Responden 3 : Soimah
- Luas Bangunan : 5 m x 15 m = 75 m2
- Luah Lahan : Luas kapling rumah sedang, 5 m x 20 m = 100 m2
- RTHP : Ada, 25 m2
- Jumlah Penghuni : 5 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen, mempunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.

Responden 4 :Nartik
- Luas Bangunan : 5 m x 8 m = 40 m2
- Luah Lahan : Luas kapling rumah kecil, 5 m x 8 m = 40 m2
- RTHP : Tidak ada
- Jumlah Penghuni : 3 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.

Responden 5 : Jaka
- Luas Bangunan : 4,5 m x 7 m = 31,5 m2
- Luah Lahan : Luas kapling rumah kecil, 4,5 m x 7 m = 31,5 m2
- RTHP : Tidak ada
- Jumlah Penghuni : 3 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah non-permanen, dengan perincian : atap berupa
seng, dinding berupa papan, lantai berupa papan, tidak mmepunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.

Responden 6 : Juniani Perangin-angin


- Luas Bangunan : 7 m x 5 m = 35 m2
- Luah Lahan : Luas kapling rumah kecil, 7 m x 5 m = 35 m2
- RTHP : Tidak ada
- Jumlah Penghuni : 4 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum


- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen, mempunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.

Responden 7 : Teguh Mirza


- Luas Bangunan : 5 m x 8 m = 40 m2, rumah bertingkat.
- Luah Lahan : Luas kapling rumah kecil, 7 m x 8 m = 56 m2
- RTHP : Ada, 2 m2
- Jumlah Penghuni : 8 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen, mempunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.

Responden 8 : Sinta
- Luas Bangunan : 5 m x 13 m = 65 m2, rumah bertingkat
- Luah Lahan : Luas kapling rumah sedang, 5 m x 14 m = 70 m2
- RTHP : Tidak ada
- Jumlah Penghuni : 7 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen, mempunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.
Responden 9 : Eri
- Luas Bangunan : 5 m x 8 m = 40 m2
- Luah Lahan : Luas kapling rumah kecil, 5 m x 10 m = 50 m2
- RTHP : Ada, 2 m2
- Jumlah Penghuni : 4 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen, mempunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.
Responden 10 : Sarti
- Luas Bangunan : 8 m x 13 m = 120 m2,
- Luah Lahan : Luas kapling rumah sedang, 12 m x 13 m = 156 m2
- RTHP : Ada, 4 m2
- Jumlah Penghuni : 5 orang
- Sistem Jaringan Air Bersih : PAM
- Sistem jaringan listrik : PLN

- Sistem transportasi : Angkutan Umum

- Sistem komunikasi : Jaringan Telepon

- Pengelolaan sampah: TPU


- Limbah Domestik : Septic Tank
- Drainase dan air kotor : Parit/selokan
- Status kepemilikan: Hak sewa, (Tanahnya menyewa dan bangunan milik sendiri)
Pengamatan Langsung :
- Tipe dan Jenis Bangunan: Rumah semi permanen, dengan perincian : atap
berupa seng, dinding berupa setengah tembok & setengah papan, lantai berupa
semen, mempunyai pondasi.
- Tipe pemukiman : Pola Pemukiman Terpusat.

Kepala Lingkungan Dusun 7


- Jumlah rumah : 211 kepala keluarga, jumlah penduduk kira-kira 633 penduduk.
- Sistem Jaringan air bersih: PDAM
- Ruang terbuka Hijau ;Ada, lapangan hijau untuk olahraga dan senam pagi luas
100 m2.
- Pengelolaan sampah: TPU, lalu diambil oleh petugas dari PEMDA.
- Drainase dan air kotor : Pembuangan limbah di parit dan dislaurkan ke sawah.
- Jumlah Dusun: 9
- Luas Dusun : 4 Ha
- Luas Bangunan : 2 Ha
- Luas lapangan hijau dan lahan : 2 Ha
- Fasilitas Umum : Sekolah (SD, SMP, SMA, SMK, UNIVERSITAS), Polindes,
Rumah ibadah (mesjid 3, gereja 2), tempat rekreasi : (Mickey Holiday), Hotel (4),
Villa (1).
- Fasilitas Sosial : Poskamling

2. Hubungan Penduduk dengan Daerah DataranTinggi


Penduduk yang menyebar ke kawasan dataran tinggi umumnya merupakan
penduduk yang ingin membangun kawasan pertanian, persawahan, dan
perkebunan secara intensif. Kawasan dataran tinggi umumnya memiliki tanah
dengan tingkat kesuburan tinggi dan cuaca yang sangat menunjang untuk
pertanian. Oleh karena dataran tinggi berbentuk curam dan berbukit-bukit,
umumnya lokasi ini agak susah untuk didirikan bangunan.

Dataran tinggi biasanya dijadikan sebagaidaerah tangkapan air hujan (cathcment


area). Selain dapat memenuhi kebutuhan air tanah di wilayah sekitar, daerah
tangkapan air hujan dapat mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah. Dataran
tinggi yang ditumbuhi pepohonan besardengan kondisi hutan yang masih terjaga
berfungsi mencegah erosi, digunakan sebagai suaka margasatwa, cagar alam, atau
bahkan tempat wisata. Namun sayangnya, penebangan liar tanpa memperhatikan
upaya penanaman kembali dan usaha konservasi lahan sering menimbulkan
bencana bagi penduduk di sekitarnya. Pembangunan vila dan pemukiman di
daerah pegunungan juga telah mengurangi area peresapan air. Dapat ditebak, pada
akhirnya dapat menyebabkan banjir. Seperti terjadi di Jakarta yang selalu
mendapat kiriman air banjir dari Bogor. Setiap pergantian musim, kita sering
dihadapkan pada bencana. Banjir pada musim penghujan dan bencana kekeringan
setiap musim kemarau. Kita juga sering mengalami bencana tanah longsor,
kebakaran hutan, dan bencana lain diakibatkan kerusakan kawasan hutan lindung
atau hutan konservasi pada daerah hulu. Relief daratan dengan banyak
pegunungan dan perbukitan, tanah yang subur, dan udara yang sejuk sangat
diminati penduduk yang kegiatan utamanya di bidang pertanian. Sebagian besar
penduduk juga masih banyak yang tergantung pada alam dan memanfaatkan hasil
dari alam. Penduduk daerah pegunungan juga banyak yang memanfaatkan suhu
udara yang dingin untuk menanam sayuran dan tanaman perkebunan. Selain itu,
relief daratan yang demikian jugamemiliki potensi menjadi daerah pariwisata.
Beberapa kawasan yang dijadikan tempat kegiatan wisata alam dan memberikan
penghasilan bagi penduduk sekitarnya.
Pada wilayah dataran tinggi, suhu udara jauh lebih dingin dibandingkan dengan
dataran rendah maupun daerah pantai. Tingkat kelembaban udara dan curah hujan
yang berlangsung juga cukup tinggi. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di
daerah tersebut biasanya mempunyai pola makan dan cara berpakaian yang
berbeda dengan daerah lainnya. Untuk menghangatkan tubuhnya mereka banyak
mengkonsumsi makanan yang hangat dan lebih tertutup dalam cara berpakaian.

Jika berkunjung ke daerah pegunungan yang dingin maka akan kamu jumpai
bentuk rumah yang berbeda dengan daerah pantai. Suhu yang dingin dan
intensitas matahari sedikit menyebabkan rumah di daerah ini berventilasi sedikit
dan atapnya banyak terbuat dari seng. Ventilasi yang sedikit mengakibatkan udara
dingin tidak banyak masuk ke rumah. Atap terbuat dari seng agar panas matahari
yang diterima dapat disimpan dan dapat menghangatkan bagian dalamnya.

Pola permukiman penduduk sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tingkat
kesuburan tanah. Pola pemukiman penduduk di daerah dataran tinggi biasanya
menyebar mengikuti lereng dan mengelompok pada daerah yang mempunyai
lahan subur dan relatif datar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- pengertian mengenai perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai


lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan.

Sedangkan permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia untuk


menunjukkan suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman
berasal dari terjemahan kata settlements yang mengandung pengertian suatu
proses bermukim. permukiman memiliki 2 arti yang berbeda yaitu:

1. Isi. Yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat


di lingkungan sekitarnya.
2. Wadah. Yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan
elemen-elemen buatan manusia.

- Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan sdi


sekitarnya. Permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
elemen yaitu :

Alam.
Manusia. Di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku
utama kehidupan, disamping makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan lainnya.
sebagai makhluk yang paling sempurna, dalam kehidupannya manusia
membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya, baik
itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur, dan lain-lain), perasaan dan
persepsi, kebutuhan emosional dan kebutuhan akan nilai-nilai moral.
Masyarakat. Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalam
suatu permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yang
berkaitan dengan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang mendiami
suatu wilayah permukiman adalah:

1. Kepadatan dan komposisi penduduk


2. Kelompok sosial
3. Adat dan kebudayaan
4. Pengembangan ekonomi
5. Pendidikan
6. Kesehatan
7. Hukum dan administrasi

Bangunan atau rumah. Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia.
Pada prinsipnya bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional
kehidupan manusia bisa dikategorikan sesuai dengan fungsi masing-masing,
yaitu:

1. Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain)


2. Fasilitas rekreasi atau hiburan
3. Pusat perbelanjaan
4. Industri
5. Pusat transportasi

Networks. Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang


menyediakan fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem
buatan, tingkat pemenuhannya bersifat relatif, dimana antara wilayah
permukimansatu dengan yang lainnya tidak sama. Sistem buatan yang yang
keberadaannya diperlukan dalam suatu wilayah antara lain:

1. Sistem jaringan air bersih


2. Sistem jaringan listrik
3. Sistem transportasi
4. Sistem komunikasi
5. Drainase dan air kotor
6. Tata letak fisik

Anda mungkin juga menyukai