Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SOSIOLINGUISTIK

PERENCANAAN BAHASA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiolinguistik


Yang Diampu Oleh Dr. Astuty, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Indah Purika Sari (1810301080)
2. Lis Ika Maryanti (1810301093)

PBSI ROMBEL 4C

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2020
PERENCANAAN BAHASA

Di negara-negara yang multilingual, multirasial, dan multicultural seperti


negara Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India. Di negara-negara tersebut untuk
menjamin kelangsungan komunikasi kebangsaan perlu dilakukan suatu
perencanaan bahasa (language planning) yang tentunya harus dimulai dari
kebijaksanaan bahasa (language policy).

1. Kebijaksanaan Bahasa
Berdasarkan kesepakatan dalam seminar Politik Bangsa Nasional yang
diadakan di Jakarta tahun 1975 maka kebijakan kebahasaan itu memiliki arti
sebagai suatu pertimbangan konseptual dan politis yang dimaksudkan untuk dapat
memberikan perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat
dipakai sebagai dasar bagi pengolahan keseluruhan masalah kebangsaan yang
dihadapi oleh suatu bangsa secara nasional (lihat Halim 1976).
Masalah-masalah kebahasaan yang dihadapi olah setiap bangsa tidak sama,
misalnya masalah kebahasaan yang dihadapi bangsa Indonesia. Peristiwa
pengangkatan bahasa Indonesia yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam
satu ikrar yang disebut Soempah Pemoeda itu tidak pernah menimbulkan protes
atau reaksi negatif dari suku-suku bangsa lain di Indonesia, meskipun jumlah
kaumnya lebih banyak berlipat ganda. Kemudian, penetapan bahasa Indonesia
menjadi bahasa Negara dalam Undang-Undang Dasar 1945 pun tidak
menimbulkan masalah. Oleh karena itu lah para pengambil keputusan dalam
menentukan kebijaksanaan bahasa yang menetapkan fungsi-fungsi bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing dapat melakukannya dengan mulus.
Ketiga bahasa itu dengan fungsinya masing-masing tidak menimbulkan masalah.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengaktifkan pembinaan dan
peningkatan penggunaan bahasa Indonesia dari para warga bangsa Indonesia,
sebab hingga kini penguasaan mereka akan bahasa Indonesia masih jauh dari yang
diharapkan (lihat Chaer 1993).
Masalah kebahasaan yang dihadapi bangsa Indonesia ini hamper sama dengan
bangsa Filipina. Sedangkan masalah kebahasaan yang dihadapi negara Singapura
lebih ruwet, tapi pemerintah Singapura telah dapat melakukan kebijaksanaan
bahasa dengan tepat.
Tujuan kebijaksanaan bahasa adalah dapat berlangsungnya komunikasi
kenegaraan dan kumunikasi intra bangsa dengan baik, tanpa menimbulkan gejolak
sosial dan emosional yang dapat mengganggu stabilitas bangsa. Dapat disimpilkan
bahwa kebijaksanaan bahasa merupakan usaha kenegaraan suatu bangsa untuk
menentukan dan menetapkan dengan tepat fungsi dan status bahasa atau bahasa-
bahasa yang ada di negara tersebut, agar komunikasi kenegaraan dan kebangsaan
dapat berlangsung dengan baik.
Selain memberi keputusan mengenai status, kedudukan, dan fungsi suatu
bahasa, kebijaksanaan bahasa harus pula memberi pengarahan terhadap
pengelolahan materi bahasa itu yang biasa disebut korpus bahasa.
2. Perencanaan Bahasa
Melihat urutan dalam penanganan dan pengolahan masalah-masalah
kebahasaan dalam negara yang multilingual, multirasial, dan multicultural,
makan perencanaan bahasa merupakan kegiatan yang dilakukan sesudah
melakukan kebijaksanaan bahasa. Berikut ini merupakan istilah perencanaan
bahasa menurut beberapa ahli:
a. Menurut Haugen (1959)
Perencanaan bahasa merupakan usaha yang terarah untuk mempengaruhi
masa depan. Contoh usaha perencanaan bahasa, yaitu pembuata tata ejaan
yang normatif, penyusunan tata bahasa, dan kamus yang dapat dijadikan
pedoman oleh para penutur di dalam masyarakat yang heterogen.
b. Menurut Jernudd dan Das Gupta (1971:211)
Mereka berpendapat perencanaan bahasa adalah kegiatan politis
administratif untuk menyelesaikan persoalan bahasa di dalam masyarakat.
c. Menurut Gorman (1973, yang dikutip Moeliono 1983)
Perencanaan bahasa merupakan tindakan koordinatif yang diambil untuk
memilih, mengkondifikasikan, serta mengembangkan aspek kata ejaan,
tata bahasa, dan leksikon; dan menyebarkan bentuk-bentuk yang disetujui
itu di dalam masyarakat.

Di Indonesia kegiatan yang serupa dengan language planning sudah berlangsung sejak
zama pendudukan Jepang nama language planning diperkenalkan oleh Haugen (Moeliono
1983). Alisjahbana menggunakan istilah language engineering menurutnya lebih tepat dari
pada language planning yang terlalu sempit maksudnya. Menurut Alisjahbana yang penting
adalah (1) pembakuan bahasa, (2) kemoderenan bahasa, dan (3) menyediakan alat
perlengkapan seperti buku bacaan.
Istilah lain dalam perencanaan bahasa, yaitu glottopolitics dan language refom yang
digunakan oleh Hall (1951 dalam tulisannya mengenai keadaan bahasa di Haiti). Dan yang
terakhir dalam kepustakaan Inggris ada juga digunakan istilah language development dalam
arti yang sama dengan language planning. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa berbagai
istilah dengan berbagai varasi pengertian tentang perencanaan bahasa, ada satu kesamaan,
yaitu usaha untuk membuat penggunaan bahasa atau bahasa-bahasa dalam suatu negara di
masa depan dengan lebih baik dan lebih terarah.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan bahasa selanjutnya kita
perlu mengetahui siapakah pelaksana perencanaan bahasa. Di Indonesia Lembaga yang
terlibat dalam perencanaan dan pengembangan bahasa dimulai dengan berdirinya Commisie
voor de volkslectuur yang didirika oleh colonial Belanda pada tahun 1908, yang pada tahun
1917 berubah menjadi balai pustaka. Pada tahun 1942 pada masa pemerintahan Jepang
membentuk dua Komisi Bahasa Indonesia , satu di Jakarta dan satu lagi di Medan. Sesudah
proklamasi kemerdekaan, pada tahun 1947 pemerintah Reoublik Indonesia membentuk
Panitia Pekerja Bahasa Indonesia dengan tugas mengembangkan peristilahan, menyusun tata
bahasa sekolah, dan menyiapkan kamus baru untuk keperluan pejaran bahasa Indonesia di
sekola. Pada tahun 1948 Panitia Pekerja Bahasa Indonesia diganti dengan Balai Bahasa
sebagai bagian dari Kementrian Pendidika, Pengajaran, dan Kebudayaan. Sejak 1 April 1975
lembaga tersebut bernama Pusat Pengembangan dan Pembinaan (sejak 2000 berubah lagi
menjadi Pusat Bahasa).
Masalah berikutnya, yaitu sasaran bahasa adalah (1) Pembinaan dan pengembngan
bahasa yang direncanakan (sebagai bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan, dan dan
sebagainya), (2) Khalayak di dalam masyarakat yang diharapkan akan menerima dan
menggunakan sarana yang diusulkan dan ditetapkan.
Terdapat beberapa langkah-langkah pelaksanaan perencanaan bahasa diantaranya, yaitu :
1. Pelaksanaan yang berkenaan dengan korpus bahasa adalah penyusunan system ejaan
yang ideal (baku), penyusunan atau pengkondifikasian system tata bahasa yang
dibakukan serta penyusunan kamus yang lengkap.
2. Lankah kedua adalah pemasaran hasil kondifikasi itu kepada masyarakat.
Hambatan yang mungkin terjadi dari pelaksanaan perencanaan bahasa diantaranya, yaitu (1)
pengambilan kebijaksanaan yang tidak tepat atau keliru, karena salah mengestimasi masalah
kebahasaan yang harus diteliti,(2) hambatan dana dan tenaga.
Masalah evaluasi yaitu berhasil dan tidaknya usaha perencanaan bahasa. Dikatakan
evaluasi keberhasilan perencanaan bahasa itu memang sukar dilaksanakan. Umpamanya,
bagaimana mengevaluasi keberhasilan dalam bidang kebakuan bahasa sebab pembakuan
bahasa itu biasanya tidak disertai dengan pemerian terprinci mengenai sasarannya serta
masalah-masalah pemerian bahasa merupakan masalah yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2014. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.


Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai