PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu : mengingat dan mengangkat kembali
budaya Indonesia, salah satunya Marga-Marga suku Mandailing, khususnya Lubis.
Manfaat dari pembuatan makalah ini, yaitu : agar pembaca dapat mengetahui dan lebih
mengeksplor budaya Indonesia selain Marga-Marga suku Mandailing, juga lebih menghargai
dan mengapresiasikan budaya Indonesia.
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan
sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim, dan
berasal dari Tapanuli Selatan dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak
Simalungun, Batak Angkola, Dan Batak Mandailing.
Orang Batak adalah pengguna bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek
moyang mereka pertama kali bermukim di Tapanuli Selatan dan Sumatera Timur. Bahasa dan
bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah
berpindah ke Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun yang lalu.
Salah satu warisan asli dari Batak sendiri yaitu Marga dan Tarombo. Terbentuknya
masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga disebabkan karena adanya
migrasi keluarga=keluarga dari wilayah lain Sumatera. Marga adalah identitas orang
Batak. Peran marga dalam kehidupan budaya Batak sangat penting dan berpengaruh. Selain
daripada identitas, marga juga merupakan bentuk terjemahan dan penerapan dari dalian na
tolu sebagai landasan budaya Batak. Istilah marga dapat didefinisikan sebagai kelompok
orang yang berasal dari keturunan seorang nenek moyang yang sama dan gari keturunan
diperhitungkan melalui pihak ayah (patrilinear). Pada umumnya, orang Batak
mengelompokkan diri mereka ke dalam beberapa marga dan tiap marga selalu menempatkan
diri mereka sebagai keturunan dari seorang tokoh nenek moyang yang berlainan asal.
Tarombo ialah catatan tentang silsilah keturunan. Dengan adanya tarombo ini,
setiap marga dapat mengetahui asal-usul dan jumlah keturunan mereka sampai sekarang.
Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil satu sama lain dengan
sebutan kahanggi, udak, iboto, ompung, tulang, nantulang, borutulang, amangboru,
amangtua, inangtua, pariban, dst.
B. SUKU MANDAILING
Suku Mandailing ialah suku bangsa yang mendiami 3 provinsi di Pulau Sumatera,
yaitu, Kabupaten Mandailing natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas
Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Asahan, dan
Kabupaten Batubara di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Orang Mandailing juga
menyebar hingga ke wilayah Provinsi Sumatera Barat, seperti di Kabupaten Pasaman, dan
Kabupaten Pasaman Barat. Banyak juga yang menyebar hingga ke Malaysia dan
Minangkabau. Mereka berbaur dengan suku setempat, melepas adat asli mereka sehingga
membentuk suatu komunitas yang disebut Mandailing. Namun, banyak orang Minangkabau
melafalkannya senagai Mandahiliang. Jadi, yang terjadi adalah orang Mandailing yang
bermigrasi ke Minangkabau, bukan sebaliknya. Orang mandailing menganut paham
kekerabatan parilinear. Namun, belakangan ini, ada juga yang menganut paham kekerabatan
matrilinear.
Namun, sebagian orang Mandailing menolak menyebut dirinya sebagai bagian dari
suku Batak. Pendapat itu muncul karena banyak anggapan dari orang-orang dan bangsa-
bangsa lain yang menganggap “Batak” itu rendah. Selain itu, perbedaan agama juga
menyebabkan sebagian orang Tapanuli tidak ingin disebut sebagai Batak. Mereka tetap
mengukuhkan bahwa mereka punya aliran suku masing-masing, bukan bagian dari Batak.
Dari banyak marga tersebut, terdapat dua marga besar yang berkuasa, masing-masing
telah menduduki sebuah wilayah yang luas. Marga tersebut adalah Nasution di Mandailing
Godang dan Lubis di Mandailing Julu. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai Marga
Lubis.
C. ULASAN MATERI “ASAL USUL DAN PERKEMBANGAN MARGA LUBIS”
Nenek moyang marga Lubis berasal dari suku Bugis di Sulawesi Selatan. Adalah
seorang bangsawan bernama Daeng Malala, bergelar Angin Bugis. Daeng Malala disambut
dan mendapat kehormatan untuk tinggal di kerajaan seorang Raja bermarga Dalimunthe. Dan
Daeng Malala menawarkan jasa untuk membalas budi sang Raja karena saat itu masih sering
terjadi perang. Ia menawarkan untuk membuat senjata yang handal untuk pasukan kerajaan,
karena saat itu tidak ada pandai besi yang beredar dan cakap.
Suatu saat, sang Putri Raja meminta dibawakan sesuatu oleh Daeng Malala, lalu
Daeng Malala menemukan seorang wanita cantik pada saat itu. Wanita tersebut sebenarnya
ialah makhluk halus yang berwujud manusia. Ia pun meminta agar Daeng Malala menikahi
wanita itu. Akhirnya, Daeng Malala menuruti dan menyembunyikan pernikahannya dengan
wanita itu. Dari pernikahan tersebut, lahirlah sepasang kembar laki-laki yang bernama Si
Langkitang dan Si Baitang. Setelah beberapa masa, akhirnya Daeng Malala pun kembali ke
kerajaan. Sang putri raja pun telah melahirkan sepasang kembar laki-laki yang bernama
Sultan Bugis dan Sultan Borayun.
Suatu saat, terjadilah pertengkaran hebat antara Si Baitang dan Sultan Borayun,
sehingga sang Pandai Besi tersebut mengusir mereka. Sebelum berpisah, Daeng Malala
menyerahkan seekor ayam pada kedua putranya tersebut. Dengan pesan agar hendaknya
ayam tersebut dilepaskan di tengah perjalanan mereka, supaya bisa mendirikan sebuah
perkampungan di tempat di mana ayam tersebut berhenti.
Terdapat beberapa daerah yang berkaitan dengan sejarah marga Lubis, antara lain
Kota Nopan, Muara Patontang, dan Muara Soro. Dan tempat yang dianggap sebagai cikal-
bakal marga Lubis adalah Singengu, tempat disimpannya tarombo marga Lubis.
Bagaimana perkembangan marga Lubis? Sampai saat ini, Marga Lubis telah mendominasi
bahkan menjadi ciri khas suku Mandailing. Orang Lubis terus berpindah-pindah hingga ke
mancanegara seiring dengan berjalannya waktu. Bahkan, orang-orang Lubis banyak yang
telah menjadi orang-orang sukses, berjaya dan terkenal.
Namun, banyak pernikahan yang saat ini tidak menganut lagi pada sistem kebudayaan.
Banyak lelaki Lubis yang menikah dengan wanita diluar suku Mandailing. Lalu, mereka
melahirkan anak berjenis kelamin perempuan. Otomatis, dia tidak bisa menurunkan marga
Lubis pada keluarganya. Sementara, menurut kebudayaan, sesama Lubis tidak boleh saling
menikah.
PENYELESAIAN MASALAH
Menurut saya, solusi terbaik yang dapat menyelesaikan masalah ini yaitu dengan tetap
melestarikan kebudayaan Indonesia. Para remaja Indonesia seharusnya tetap melestarikan
kebudayaan Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi, seharusnya kegiatan
mengapresiasikan kebudayaan Indonesia dapat berjalan dengan lancar. Sehingga, dengan
lestarinya budaya Indonesia, maka para remaja Indonesia akan selalu mengingat peraturan
dan tata-tertib yang telah diatur sedemikian rupa oleh sang kepala suku, atau pihak yang
berwenang membuat peraturan. Sehingga, populasi Lubis akan tetap stabil bahkan
meningkat, tidak menipis.
BAB III.
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Suku Mandailing adalah campuran dari Suku Batak dan Minagkabau. Namun, mereka
menolak disebut sebagai Batak karena beberapa komentar yang menganggap bahwa Batak itu
rendah. Padahal, Mandailing adalah salah satu sub suku yang terlahir dari suku Batak.
Marga Lubis adalah salah satu marga Mandailing yang berhasil mendominasi bahkan berhasil
menjadi ciri khas suku Mandailing. Awalnnya, nama Lubis berasal dari keturunan seorang
pandai besi terhormat yang menikahi dua wanita cantik yang berasal dari kerajaan dan
seorang wanita bunian. Masing-masing melahirkan sepasang putra kembar yang kemudian
memiliki keturunan Lubis di suatu perkampungan yang mereka dirikan.
B. SARAN
Makalah yang telah saya tulis ini telah menyuguhkan pembahasan yang cukup jelas,
namun kurang menyuguhkan penyelesaian secara kondusif dan konkrit. Semoga makalah
tentang penelitian sejarah selanjutnya akan lebih baik dari ini. Berhubung, ini baru kali
pertama saya mencoba membuat makalah yang sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://planetbatak.blogspot.com
http://id.m.wikipedia.org/Suku_Batak_Mandailing
http://id.m.wikipedia.org/Marga_Batak_Mandailing
http://margasiregar.wordpress.com
http://asalusulmargalubis.blogspot.com
http://banuamandailing.blogspot.com
http://rudini76ban.wordpress.com
http://pariwisata-sumut.tripod.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya kami dapat
menyelesaiakan makalah yang berjudul “ ASAL USUL MARGA LUBIS”. Meskipun banyak
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakannya
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada pembaca dari hasil pembuatan makalah
ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi
kita bersama.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
A. Landasan Teori................................................................................................. 2
B. Suku Mandailing .............................................................................................. 2
C. Asal Usul Marga Lubis ................................................................................... 4
D. Daerah Terkait Lubis ....................................................................................... 5
E. Perkembangan Marga Lubis .............................................................................. 5
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................................ 6
DISUSUN OLEH :
NUR AZIZAH
KELAS : X IPS.4
2019