Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya Maha
Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak
dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi
oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan agama di suku Sasak, yang sebelumnya
Hindu menjadi Islam.
Pada awal abad ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali yang
sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram
dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok
berhasil bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan kerajaan
Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh
Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya menetap di Lombok
Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang
penduduknya mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa
Uraian di atas setidaknya bisa menunjukkan bahwa, kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada,
pernah berdiri, berkembang kemudian runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya, seperti
kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan keluarga istana saat itu? Data sejarah yang ada
belum banyak mengungkap fakta tersebut.
Catatan sejarah yang lebih berarti mengenai kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai dari masuknya
ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim
oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah
bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri
perkembangan daerah taklukannya.
E. Ekspedisi Kerajaan Majapahit
Ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan di Lombok,
berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan Bayan di barat, kerajaan
Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain
keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong
Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan
Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh,
kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah
kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok
yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya
sumber air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti
Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka kerajaan
Lombok berkembang dengan cepat.
F. Zaman Penjajahan Belanda Pada Masyarakat Sasak
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak
imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah
menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur perdagangan di utara telah dikuasai
oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur
selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga
membawa misi kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan
Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak
dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun 1624
M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan mengadakan
perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan kekuasaannya atas
Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena masing-masing pihak melanggar isi
perjanjian tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan Belanda, kemudian Gowa bekerjasama
dengan Mataram di Jawa. Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni, akhirnya
pecah peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok. Dalam perang tersebut, Gowa mengalami
kekalahan, hingga terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda di Bungaya. Bungaya
merupakan sebuah tempat yang terletak dekat pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan
merupakan simbol dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan seluruh daerah
kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan kekosongan Gowa tersebut, Gelgel
kembali mencoba menaklukkan Selaparang, namun selalu menemui kegagalan. Walaupun
Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah kerajaan ini belum sepenuhnya
aman dari ancaman eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian berdiri dua kerajaan baru pada
tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian
Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga perbatasan di bawah pimpinan
Patinglaga Deneq Wirabangsa. Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua
kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M.
Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh
dan mahkota serta kekayaannya habis dirampas. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi
penguasa tunggal di Lombok.Timbul pertanyaan dalam hati kita,Dari mana asal mula julukan
Bangsawan lombok ?
G. Kehidupan Social Budaya Masyarakat Sasak
Di masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu,
kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan baik
bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia
sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru, yaitu
aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Dengan bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang
banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke dalam lontar-
lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji dan
Rengganis. Selain itu, para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para
walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara,
Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin
dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak Yatim.
Kajian yang lebih mendalam terhadap lontar-lontar tersebut akan mampu mengungkap kondisi
sosial, budaya dan politik masyarakat Lombok pada saat itu. Dalam bidang sosial politik misalnya,
Lontar Kotamgama menggariskan sifat dan sikap seorang pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma,
dan Warsa. Danta berarti gading gajah, artinya, apabila dikeluarkan, tidak mungkin dimasukkan
lagi; Danti berarti ludah, artinya, apabila sudah dilontarkan ke tanah, tidak mungkin dijilat lagi;
Kusuma berarti kembang, artinya, bunga yang sama tidak mungkin mekar dua kali; Warsa artinya
hujan, artinya, apabila telah jatuh ke bumi, tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah
sebabnya, seorang raja atau pemimpin hendaknya berhati-hati dalam setiap tindakan, agar tidak
melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian,
sisa-sisa peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di negeri
ini cukup semarak dan berkembang.
H. ZAMAN KUNO GUMI SASAK
Pada periode akhir zaman prasejarah, masyarakat GumiSasak telah mulai mengenal kehidupan
secara teratur. Nenek moyangorang Sasak melakukan hubungan dengan dunia luar
sehingga berbagai peralatan semakin berkembang dengan adanya sating tukar-menukar barang,
mulai dari barang-barang untuk melengkapikebutuhan hidup sehari-hari hingga perhiasan. Benda-
benda darihasil temuan tersebut merupakan kekayaan budaya material yangdapat menggambarkan
tentang aktivitas dan kreativitas kehidupanmasa lalu.Penemuan lain seperti, piring porselin dan
buli-buli,menunjukkan adanya hubungan masyarakat gumi Sasak denganChina. Piring porselin
tersebut diperkirakan berasal dari abad XII Msampai dengan abad XIII M pada masa Dinasti Sung.
Sedangkan buli-buli berasal dari masa Dinasti Yuan abad XIII M dan XIV M.Selain itu, ditemukan
juga kedudeng, yang biasa dipergunakansebagai perhiasan pada masyarakat desa Bayan. Hal ini
sangatlah beralasan karena bangsa China telah menguasai jalur perdaganganlaut. Perdagangan
lewat jalur laut memungkinkan terjadinya arusdagang dalam jumlah besar sehingga barang-barang
yang berasaldari China juga banyak ditemukan di Gumi Sasak.Penemuan batu nisan yang
bertuliskan huruf China dan Arabdi Pringgabaya masih belum menunjukkan jawaban yang pasti
tentang hubungan China dengan Islam di Gumi Sasak karena belumadanya kajian secara khusus
tentang hal tersebut.
I.PENGARUH HINDU-BUDHA
Dalam kehidupan yang lebih teratur, nenek moyang kitamenerima berbagai pengaruh baik yang
berasal dari pengaruh agamaBudha maupun pengaruh dari agama Hindu. Pengaruh Agama
Budhatelah dapat diketahui sejak awal keberadaan kerajaan-kerajaan yangada di Indonesia seperi
Kutai, Tarumanegara dan Sriwijaya. Ketikakerajaan Sriwijaya berkuasa, pulau Lombok (Gumi
Sasak)disebutkan sebagai wilayah kekuasaannya. Adapun wilayah.kekuasaan Sriwijaya meliputi:
Sin-to (Sunda), yang berbatasandengan Yong-ya-lu (Jenggala); Batas Suchi-ton (Sriwijaya),
adalahSuito. Disamping kekuasaan Yong-ya-lu juga Ta-ban (Tumapel),Pohu-yuan, Ma-teng
(Medang), Hsi-ning, Teng-che, Ta-kang, Huan-ma-chu, Ma-li (Bali) Niu-lun (Lombok), Tan jung-
wu-lo (TanjungPura, Kalimantan), Ti-wu (Timor), Peng-ya-i (Banggai, Sulawesi),Wa-nu-ku
(Maluku)Bukti konkrit adanya pengaruh agama Budha di Gumi Sasak adalah:
1.Temuan empat buah arca Budha dari perunggu pada tahun 1960di Lombok Timur tepatnya di
Batu Pandang, kecamatanPringgabaya, Lombok Timur. Keempat patung Budha tersebutkini
disimpan di Museum Nasional Jakarta. Dua di antara patungtersebut dikenal sebagai Tara dan
Awalokiteswara. Menurut Dr.Soekmono, satu diantaranya mirip dengan patung Budha
yangterdapat di candi Borobudur berasal dari abad IX M danX M.
2.Penemuan sebuah genta di Pendua, desa Sesait, kecamatanGangga Lombok Barat. Genta yang
ditemukan terbuat dari perunggu, bentuknya menyerupai stupa dengan tangkai bagianatas diberi
hias wajra berujung lima. Wajra adalah tanda dewaIndra atau tanda pendeta Budha.Setelah
runtuhnya kerajaan Sriwijaya, maka muncullahkerajaan Majapahit. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan
keruntuhan Sriwijaya, diantaranya adalah: serangan dariColomandala di India, daerah kekuasaan
di Semenanjung Malayamelepaskan diri, munculnya Kertanegara sebagai raja Singasari
yang bercita-cita menyatukan nusantara, serta adanya ekspedisi Pamalayutahun 1275 M.Kerajaan
Majapahit Merupakan kerajaan yang bercorak Hindu terbesar dan memiliki pengaruh sangat luas
di nusantara.Keberadaan pulau Lombok (Gumi Sasak) sendiri tertulis dalam kitab Negara
Kertagama karya Mpu Prapanca pada zaman kerajaanMajapahit. Nama pulau Lombok disebutnya
dalam Sarga XIII danXIV dengan perincian sebagai berikut: "Jawa, Sumatera,
Kalimantan,Semenanjung Malaya, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan IrianJaya. Sesudah
gurun maka sampailah kita ke daerah pulau Lombok Mirah Sasak yang utama".Sebagai wilayah
kekuasaan Majapahit, maka pengaruh agamaHindu berkembang juga di Gumi Sasak. Hal itu
dibuktikan melalui:
1. Temuan Arca Siwa Mahadewa Tahun 1950, di Batu Pandang,Desa Sapit Kecamatan
Pringgabaya, Lombok Timur. Arcatersebut bergaya Jawa-Tengahan abad IX M.
2.Adanya tradisi (lisan?) masyarakat Pujut yang menyatakan bahwa asal usul nenek moyang
mereka berasal dari Majapahit melalui Raden Mas Mulia. Raden Mas Mulia kawin dengan putri
Dewa Agung Putu Alit dari Klungkung bernama Dewi Mas AyuSupraba. Dari Bali, Mas Mulia
berangkat menuju Lombok disertai 17 keluarga dan menetap di Pujut.
J.KERAJAAN TERTUA GUMI SASAK
Kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Pulau Lombok pada masa lampau adalah
sebagai berikut: ,
Menurut babad Lombok kerajaan tertua di Lombok terletak di desa Lae' diperkirakan di
sekitar Sambelia. Beberapa tahun pindah dan membangun negeri baru yang disebut Pamatan di
kecamatanAikmel. Ketika meletusnya gunung Rinjani, penduduk kerajaan ini terpencar-pencar
antara lain ada yang ke Batu dendeng kemudian Suwung yang terletak di sebelah utara Perigi.
Rajanya bernama Batara Indra. Setelah itu lahirlah kerajaan Lombok yang dipimpin oleh Raden
Maspahit.
Sumber lain mengatakan,bahwa setelah kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit,
Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan,dan sekembalinya tentara ituRaden Maspahit
membangun kerajaan baru yang bernama Batu Parang yang kemudian terkenal dengan nama
Selaparang.
Sumber yang lain lagimengatakan bahwa pada abad keXIII M disebutkan kerajaanPerigi yang
dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati. Ketika
Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke pulau Bali tahun 1343Mditeruskan ke Lombok di
bawah pimpinan Empu Nala untuk menaklukkan Selaparang. Setelah.berhasil ditaklukkan, Gadjah
Mada sendiri datang ke Lombok yang saat itu dikenal dengan nama Selapawis. Kedatangan Gadjah
Mada ke Lombok ditulis dalam sebuahmemori yang disebut Bencangah Pinan. Sejak
kehancuranSelaparang Hindu, muncul kerajaan-kerajaan kecil di pulauLombok, diantaranya
adalah kerajaan Mumbul yang berpusat di Labuhan Lombok
Kira-kira pada abad IX M sampai abad ke XI M di Lombok berdiri satu kerajaan bernama kerajaan
Sasak (diketahui dari kentongan perunggu di Punjungan Tabanan). Mengenai bentuk dan susunan
pemerintah kerajaan ini tidak diketahui dengan pasti.Kentongan tersebut merupakan peringatan
kemenangan NegaraSasak atas Bali yang kira-kira dibuat setelah jaman Anak Wungsu (1077 M).5.
Kerajaan Kedaro, merupakan kerajaan yang terletak di Belongas,rajanya bernama Ratu Maspanji
berasal dari Jawa, kemudian pindah ke Pengantap dengan nama kerajaan Samarkaton.Peninggalan
kerajaan ini ialah pakaian kerajaan yang disimpanoleh Amaq Darminah di Belongas. Demikian
pula alat-alatupacara seperti gong, saat ini masih tersimpan di Penujak.Kerajaan ini berakhir ketika
terjadi serangan dari kerajaanLangko yang dipimpin oleh Patih Singarepa dan PatihSingaulung