Anda di halaman 1dari 2

Nila Kintaningtyas

K4418055 (B)
REVIEW NUSA JAWA: SILANG BUDAYA

WARISAN KERAJAAN-KERAJAAN KONSENTRIS JILID III

Judul Buku : Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris Jilid III

Penulis : Denys Lombard

Penerjemah : Winarsih Partaningrat Arifin, Rahayu S. Hidayat, Nini Hidayati Yusuf

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2005

Dalam buku Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris Jilid
III diceritakan secara singkat mengenai berdirinya Kerajaan Kediri. Dimana Airlangga dapat
mendirikan Kerajaan Kediri setelah ia selamat dari “bencana besar” (pralaya) yang terjadi
pada tahun 1016 yang tidak disebutkan seperti apa bentuknya dan menempatakan keratonnya
di dekat pantai daerah Jenggala. Setelah pemerintahan Airlangga berakhir, maka “pusat”
pemerintahan kembali ke pedalaman Kediri dengan wangsa raja-raja yang mengaku sebagai
titisan Wisnu. Dimana mereka sebagai pelindung sastra yang karyanya diturunkan kepada
kita yang dapat melengkapi informasi selain dari prasati yang ditinggalkan.

Sesudah 1205 berakhirnya Kerajaan Kediri dan muncullah Kerajaan Singhasari. Di


buku ini disebutkan bahwa Ken Angrok dapat mendirikan Kerajaan Singhasari setelah
menggulingkan wangsa Kediri. Disebutkan pula bahwa raja paling besar di Singhasari adalah
Kertanegara. Tidak disebutkan alasan pasti mengapa Kerajaan Singhasari runtuh dan
langsung menjelaskan mengenai Kerajaan Mojopahit yang didirikan oleh Raden Wijaya.

Diceritakan bahwa Kerajaan Mojopahit mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin


oleh Hayam Wuruk yang memiliki seorang patih yang bernama Gajah Mada. Diinfokan
bahwa sumber yang paling memadahi pada masa ini adalah Kitab Negarakertagama.
Dijelaskan pula mengenai bermacam-macam struktur lapisan sosial dalam Kerajaan
Mojopahit.

Dalam buku Nusa Jawa: Silang Budaya Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris Jilid
III, hanya sedikit menceritakan mengenai kronologis sebuah kerajaan dapat berdiri,
berkembang dan pada akhirnya mengalami keruntuhan. Jika dibaca dengan sangat teliti,
mayoritas isi dari buku ini adalah mengenai kehidupan budaya dan kondisi sosial masyrakat
pada zaman kerajaan.

Dilihat dari sistematika tentang penulisan buku ini, maka terlihat seperti tidak urut
dan terkadang membingungkan para pembaca. Tidak adanya footnote pada setiap halaman
dan juga banyaknya bahasa asing menjadi buku ini susah dimengerti untuk kaum awam.
Berbeda dengan buku Sejarah Nasional Indonesia yang menceritakan secara detail mengenai
suatu kejadian, buku ini hanya menceritakan sekelumit kejadian dari sebuah kerajaan. Dan
Nila Kintaningtyas
K4418055 (B)
apabila dibandingkan dengan buku Indonesia dalam Arus Sejarah yang menceritakan secara
detail mengenai kebudayaan masyarakat serta banyak menggiring opini pembaca, buku ini
juga memberikan pengetahuan mengenai kebudayaan yang terlihat sedikit asing di mata
orang awam, dan sedikit menggiring opini para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai