Anda di halaman 1dari 30

PARTINDO

Partindo (Partai Indonesia) Partai Sosio-Nasionalisme

P artindo merupakan organisasi kelanjutan dari PNI yang didirikan oleh Sartono pada tahun 1913
dengan harapan PNI akan bergabung dengan Partindo.Tujuan dari Partindo adalah untuk
mencapai satu Negara Kesatuan Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai
apabila seluruh rakyat Indonesia bersatu padu.Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang
diusung

Ir.Soekarno diterima sebagai cita-cita dari partai ini.Karateristik perjuangan partai ini adalah non
kooperatif.

Sartono sebagai ketua dari partai ini menolak bergabungnya partindo dengan PPKI yang disponsori
oleh PNI induk dari Partindo.Ir.Soekarno yang menginginkan agar kedua partai ini bergabung
menyerah mendamaikan keduanya sehingga memilih untuk masuk partai ini.

Setelah bergabungnya Ir.Soekarno kedala partai ini membuat perkembangan Partindo meningkat
pesat.Menjabat sebagai kepala cabang Bandung, Ir.Soekarno melakukan aksi-aksi yang memukau
rakyat indonesia.Dengan pidato-pidatonya yang menyihir membuat propaganda-propaganda
Partindo tersalurkan dan memikat rakyat indonesia untuk masuk kedalam partai ini.terbukti dengan
jumlah keanggotaan yang meningkat dari 226 pada bulan Agustus 1932 menjadi 3762 pada tahun
1933.

Pada kongres Partindo Juli 1933 Ir.Soekarno menjelaskan konsep marhaenisme kepada yang
menentang analisa kelas dari PNI Pendidikan dan lebih menyukai perjuangan membela rakyat
kecil.Pada kongres ini juga Ir.Soekarno sukses menyampaikan konsep sosio-nasionalis dan sosio-
demokratisnya.

Kongres-kongres yang selalu dipenuhi oleh peminat ini membuat pemerintah melakukan wanti-
wanti dengan melarang keikut sertaan pegawai negeri untuk bergabung dengan partai ini dan
puncak dari aksi pengawasan pemerintah ini dengan dibuangnya tokoh yang sangan berpenganruh
terhadap perkembangan partai ini yaitu Ir.Soekarno ke Ende,Flores.

Sejak pembuangan tokoh-tokoh partai ini membuat ruang gerak Partindo makin terbatas, hingga
kongres yang akan dilaksanakan pada 30 Desember 1934 dilarang oleh pemerintah.Partindo telah
berusaha agar mendapatkan sedikit ruang untuk bergerak sehingga Partindo memutuskan untuk
keluar dari PPKI,tapi tenyata ini tidak membuahkan hasil.Dibuangnya soekarno juga membuat
Partindo lebih terpukul yang pada kahirnya bubar pada 18 November 1936.
Tokoh yang paling berpenganruh dalam Partindo adalah Ir.Soekarno. Ir.Soekarno yang biasa dengan
panggilan akrab Bung Karno lahir di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901. Presiden pertama
Indonesia ini lahir dari pasangan Raden Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai. Beliau adalah seorang
orator ulung yang telah diakui kehandalanya hingga ke mancanegara.

Tokoh proklamator yang sangat anti kolonialisme dan imperialisme inI sejak kecil hanya beberapa
tahun tinggal bersama orang tuannya di Blitar karena saat sekolah dasar beliau tinggal di Surabaya
dan indekos di rumah H Oemar Said Tjokroaminoto (pendiri Sarekat Islam). Kemudian melanjutkan
sekolah di HBS (Hoogre Burger School) dan lulus pada tahun 1920. Setelah lulus beliau melanjutkan
ke THS (Technische Hooge School) yang saat ini bernama ITB (Institut Teknik Bandung) dan lulus
pada 25 Mei 1926 dengan gelar "Ir".

Beliau mulai merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada
4 Juli 1927 dengan tujuan kemerdekaan Indonesia. Menyadari hal itu Belanda pun memasukkannya
ke penjara Sukamiskin-Bandung pada 29 Desember 1929. Setelah dipenjara selama delapan bulan
beliau baru disidangkan. Dalam sidang beliau membuat pembelaan yang berjudul "Indonesia
Menggugat" dengan menunjukan pelanggaran oleh Belanda. Namun Belanda malah membubarkan
PNI pada Juli 1930.

Setelah bebas pada tahun1931 Ir Soekarno bergabung dengan PARTINDO dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya beliau kembali di tangkap Belanda dan dibuang ke Ende-Flores pada tahun
1933 dan empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang bersama seluruh rakyat Indonesia, Bung Karno dan
Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 Ir
Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang di sebutnya Pancasila. Ir Soekarno
terpilih secara aklamasi sebagai presiden Indonesia dalam sidang PPKI pada 18 Agustus1945.

Bung Karno yang menganut ideologi pembangunan berupaya mempersatukan nusantara bahkan
berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika dan Amerika latin dengan Konferensi Asia
Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi gerakan Non Blok. Berkat sepak
terjangnya, Indonesia yang baru saja merdeka sudah menjadi salah satu "macan asia", disegani
negara-negara asing dan dicintai/dibanggakan bangsa sendiri.

Pemberontakan G30S/PKI melahirkan krisis politik hebat, namun Bung Karno tidak mau
membubarkan PKI tetapi hanya mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966 kepada Soeharto untuk
mengendalikan situasi, yang dikenal dengan "supersemar". Surat perintah ini oleh Soeharto
digunakan untuk membubarkan PKI. MPR mengokohkan supersemar dan menolak pertanggung
jawaban Soekarno. MPR pun mengangkat Soeharto sebagai presiden karena telah dianggap berjasa
dalam mengendalikan keamanan.

Kesehatannya terus memburuk yang pada hari minggu 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia
dimakamkan di Blitar-Jawa timur di dekat makam ibundanya Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah
menganugerahkan gelar "Pahlawan Revolusi" kepadanya.
Bung karno mempunyai tiga istri yakni Fatmawati, Hartini dan Ratna Sari Dewi seorang istri turunan
Jepang bernama asli Naoko Nemoto. Dari ketiga istrinya Bung Karno di karuniai delapan orang anak
yakni dari Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh; dari
Hartini mempunyai anak Taufan dan Bayu; sedangkan dari Ratna Sari Dewi mempunyai anak
Kartika.

Kenapa kita sebagai pemimpin rakyat yang mengetahui sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi
gentar, pada hal semboyan Indonesia merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh
tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia merdeka, bahkan sejak tahun 1932
dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan “INDONESIA MERDEKA SEKARANG”. Bahkan 3 kali
sekarang, yaitu Indonesia Merdeka sekarang, sekarang, sekarang! (“Indonesia Menggugat”
Soekarno)

Partai Nasional Indonesia ( partindon)


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Logo PNI

PNI atau Partai Nasional Indonesia adalah partai politik tertua di Indonesia. Partai ini
didirikan pada 4 Juli 1927 [1] dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia dengan ketuanya
pada saat itu adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan
Mr Sunaryo.[2]

Daftar isi
 1 Partai Nasional Indonesia
 2 Tokoh-tokoh dan mantan tokoh-tokoh
 3 Partai-Partai Penerus
 4 Pranala luar
 5 Referensi

Partai Nasional Indonesia


Propaganda PNI pada tahun 1920-an

 1927 - Didirikan di Bandung oleh para tokoh nasional seperti Dr. Tjipto
Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo dan Mr Sunaryo. Selain itu
para pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club yang diketuai oleh Ir.
Soekarno turut pula bergabung dengan partai ini.
 1928 - Berganti nama dari Perserikatan Nasional Indonesia menjadi Partai Nasional
Indonesia
 1929 - PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran
pergerakan kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah
penangkapan pada tanggal 24 Desember 1929. Penangkapan baru dilakukan pada
tanggal 29 Desember 1929 terhadap tokoh-tokoh PNI di Yogyakarta seperti Soekarno,
Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja
 1930 - Pengadilan para tokoh yang ditangkap ini dilakukan pada tanggal 18 Agustus
1930. Setelah diadili di pengadilan Belanda maka para tokoh ini dimasukkan dalam
penjara Sukamiskin, Bandung.[3] Dalam masa pengadilan ini Ir. Soekarno menulis
pidato "Indonesia Menggugat" dan membacakannya di depan pengadilan sebagai
gugatannya.
 1931 - Pimpinan PNI, Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. Sartono kemudian
membubarkan PNI dan membentuk Partindo pada tanggal 25 April 1931.[3] Moh.
Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo akhirnya membentuk PNI Baru. Ir.
Soekarno bergabung dengan Partindo.
 1933 - Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Ende, Flores sampai dengan 1942.
 1934 - Moh. Hatta dan Syahrir dibuang ke Bandaneira sampai dengan 1942.
 1955 - PNI memenangkan Pemilihan Umum 1955.
 1973 - PNI bergabung dengan empat partai peserta pemilu 1971 lainnya membentuk
Partai Demokrasi Indonesia.
 1998 - Dipimpin oleh Supeni, mantan Duta besar keliling Indonesia, PNI didirikan
kembali.
 1999 - PNI menjadi peserta pemilu 1999.
 2002 - PNI berubah nama menjadi PNI Marhaenisme dan diketuai oleh Rachmawati
Soekarnoputeri, anak dari Soekarno.
Tokoh-tokoh dan mantan tokoh-tokoh

Foto para pendiri PNI yang merupakan arsip dari gedung Museum Sumpah Pemuda.

 Dr. Tjipto Mangunkusumo


 Mr. Sartono
 Mr Iskaq Tjokrohadisuryo
 Mr Sunaryo
 Soekarno
 Moh. Hatta
 Gatot Mangkoepradja
 Soepriadinata
 Maskun Sumadiredja
 Amir Sjarifuddin
 Wilopo
 Hardi
 Suwiryo
 Ali Sastroamidjojo
 Djuanda Kartawidjaja
 Mohammad Isnaeni
 Supeni
 Sanusi Hardjadinata
 Sarmidi Mangunsarkoro

Partai-Partai Penerus
 Partindo
 PNI Baru
 PNI Marhaenisme
 PNI Supeni
 PNI Massa Marhaen
 PNI Partai Nasional Indonesia
Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia Masa Partindo (Partai Indonesia)

Oleh: Inggrid Selviana dan Sri Wahyu Ningsih

Latar Belakang

Partindo merupakan organisasi kelanjutan


dari PNI yang didirikan oleh Sartono yang pada saat itu menjabat sebagai ketua PNI-lama
menggantikan Soekarno yang di tangkap pemerintah belanda tahun 1929. organisasi ini
berdiri pada 30 april 1931 dengan harapan PNI akan bergabung dengan dengan partindo.
Tujuan dari partindo adalah untuk mencapai satu Negara kesatuan Republik Indonesia
Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai apabila seluruh rakyat Indonesia bersatu padu.
Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang diusung Ir.Soekarno diterima sebagai
cita-cita dari partai ini. Karakteristik perjuangan partai ini adalah non kooperatif. Pada
awalnya keputusan Sartono banyak mendapat kecaman dari anggota PNI-lama serta dari
golongan yang tidak menyetujui pembubaran PNI. Namu sartono terus bejuang untuk
memajukan organisasi partindo ini.

Partindo (Partai Indonesia)

Partindo salah satu organisasi yang banyak diminati pada masanya, hal ini di karenakan
adanya Soekarno dalam organisasi ini yang memiliki daya tarik tersendiri di mata
masyarakat. Awalnya setelah Soekarno di bebaskan dari penjara suka miskin tahun 1932, ia
bertekad menyatukan kembali PNI-baru dengan partindo, tetapi usahanya mengalami
kegagalan, sehingga ia akhirnya memutuskan untuk memilih partindo karena organisasi
tersebut lebih sesuai dengan pribadinya dan menawarkan kebebasan untuk mengembangkan
kemampuan agitasinya. Dia mengumumkan keputusannya tersebut pada tanggal 1 agustus
1932.
Setelah Ir.Soekarno bergabung dalam partai ini membuat partindo perkembangan meningkat
pesat. Ir.Soekarno yang menjabat sebagai kepala cabang Bandung melakukan aksi-aksi yang
memukau rakyat Indonesia. Dengan pidato-pidatonya yang menyihir membuat propaganda-
propaganda partindo tersalurkan dan memikat rakyat Indonesia untuk masuk kedalam partai
ini. Terbukti dengan jumlah keanggotaan yang meningkat dari 226 pada bulan agustus 1932
menjadi 3762 pada tahun 1933.

Pada kongres partindo juli 1933 Ir.Soekarno menjelaskan konsep marhaenisme kepada yang
menentang analisa kelas dari PNI pendidikan dan lebih menyukai pejuangan membela rakyat
kecil. Pada kongres ini juga Ir.Soekarno sukses menyampaikan konsep sosio-nasionalisme
dan sosio-demokratisnya. Kongres-kongres yang selalu dipenuhi peminat ini membuat
pemerintah melakukan wanti-wanti dengan melarang pegawai negeri untuk ikut bergabung
dengan partai ini dan puncak aksi pengawasan pemerintah ini dengan dibuangnya tokoh yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan partai ini yaitu Ir.Soekarno ke Ende, Flores.

Tujuan Pembentukan Partindo

 Menumpuk semangat mandiri.

 Perbaikan hubungan dalam masyarakat (social, ekonomi, dll).

 Pembentukan pemerintah rakyat berdasarkan demokrasi.

 Mewujudkan Indonesia merdeka melauli hak-hak politik.

 Untuk mencapai Indonesia merdeka yang mandiri tanpa campur tangan Negara penjajah.

Kegiatan Partindo

Dalam perkembangannya partindo melakukan kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan untuk


meningkatkan kesejahteraan serta membangkitkan rasa Nasionalisme bangsa. Kegiatan itu
diantaranya adalah

 Meliputi kegiatan social dan ekonomi sebagai pusat.

 Mempersiapkan Indonesia merdeka.

 Mengadakan rapat dan kongres.

Kemunduran Partindo

Ada beberapa factor yang menyebabkan partindo mengalami kemunduran


 Partindo dianggap terlalu radikal oleh pemerintah penjajah.

 Ditangkapnya kembali Ir.Soekarno pada 1 agustus 1934.

 Pada tanggal 18 november 1939 Sartono membubarkan partindo meski tanpa dukungan
penuh dari anggotanya.

Penyebab Pembubaran Partindo

Partindo dibubarkan pada tahun 1939 oleh sartono tanpa ada dukungan penuh oleh
anggotanya, mereka menganggap sartono membubarkan partindo tanpa ada alas an yang
jelas. Namun menurut sartono ada beberapa penyebab yang mengharuskan partindo untuk
dibubarkan yaitu:

 PPKI melarang partindo untuk mengadakan rapat yang kemudian menyebabkan partindo
keluar dari PPKI.

 Kegiatan-kegiatan organisasi bersifat Radikal yang menyebabkan pemerintah melakukan


pengawasan yang cukup ketat.

 Partindo tidak bisa berkembang seperti pada umumnya.

Tokoh-Tokoh Partindo

 Ir.Soekarno.

 Sartono.

 Anwari.

 Adam Malik.
 S. K. Trimurti.

 Oei Tjoe Tat.

 Moh. Hatta.

 Gatot Mangkoeprodjo.

 Assaat.

 Siauw Giok Thjan.

 Wikana.

 Suwiryo.

 Amir Sjarifoedin.

 Yap Thiam Hien.

Kesimpulan

Partindo merupakan organisasi kelanjutan dari PNI yang didirikan oleh Sartono yang pada
saat itu menjabat sebagai ketua PNI-lama menggantikan Soekarno yang di tangkap
pemerintah belanda tahun 1929. organisasi ini berdiri pada 30 april 1931 dengan harapan PNI
akan bergabung dengan dengan partindo. Tujuan dari partindo adalah untuk mencapai satu
Negara kesatuan Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai apabila
seluruh rakyat Indonesia bersatu padu. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang
diusung Ir.Soekarno diterima sebagai cita-cita dari partai ini.

Tujuan pembentukan Partindo:


 Menumpuk semangat mandiri.

 Perbaikan hubungan dalam masyarakat (social, ekonomi, dll).

 Pembentukan pemerintah rakyat berdasarkan demokrasi.

 Mewujudkan Indonesia merdeka melauli hak-hak politik.

 Untuk mencapai Indonesia merdeka yang mandiri tanpa campur tangan Negara penjajah.

Partindo dibubarkan pada tahun 1939 oleh sartono tanpa ada dukungan penuh oleh
anggotanya, mereka menganggap sartono membubarkan partindo tanpa ada alas an yang
jelas. Namun menurut sartono ada beberapa penyebab yang mengharuskan partindo untuk
dibubarkan yaitu:

 PPKI melarang partindo untuk mengadakan rapat yang kemudian menyebabkan partindo
keluar dari PPKI.

 Kegiatan-kegiatan organisasi bersifat Radikal yang menyebabkan pemerintah melakukan


pengawasan yang cukup ketat.

PERAN PARTAI INDONESIA (PARTINDO) DALAM PERGERAKAN NASIONAL


PERAN PARTAI INDONESIA (PARTINDO) DALAM PERGERAKAN NASIONAL

Sejak dibubarkannya PKI pada tahun 1927, konsepsi nasionalisme Indonesia yang
sesungguhnya mulai muncul. Salah satu organisasi kebangsaan yang mengklaim sebagai
penerus semangat perjuangan PKI adalah PNI (Partai Nasional Indonesia). Pembentukan PNI
diawali oleh beberapa pemuda dari berbagai studieclub yang mulai melakukan beberapa
pertemuan. Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan dan pembicaraan dalam bulan
Maret, April, dan Mei 1927, antara lain dihadiri oleh Soekarno, Iskaq, Boediarto, Tjipto
Mangoenkoesoemo, Tilaar, Soedjadi, Soenarjo, akhirnya diputuskan untuk mendirikan PNI
(Perserikatan Nasional Indonesia) pada rapat yang diadakan pada tanggal 4 Juli 1927 di
Bandung. Untuk sementara waktu, naskah rencana Anggaran Dasar SRNI digunakan sebagai
contoh rencana Anggaran Dasar PNI.[1] Pada tahun 1928, Perserikatan Nasional Indonesia
diganti namanya menjadi Partai Nasional Indonesia. Orientasi politik organisasi ini bersifat
antikolonialisme dan nonkooperasi.
Kemudian, PNI menjadi organisasi yang radikal terhadap pemerintahan Hindia Belanda.
Pemerintah Hindia Belanda mulai menganggap organisasi ini sebagai organisasi yang
berbahaya, oleh sebab itu pemerintah segera melakukan berbagai penangkapan terhadap
tokoh-tokoh penting PNI. Dengan pembubaran PNI ini juga menimbulkan perpecahan
diantara tokoh-tokoh PNI sendiri. Maka, untuk mengisi kekosongan dan meneruskan
perjuangan, dibentuklah Partai Indonesia pada tahun 1931 oleh Mr. Sartono. Sementara itu,
Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo akhirnya membentuk PNI Baru. Namun,
yang akan dibahas pada tulisan ini adalah peran Partindo dalam pergerakan kebangsaan
Indonesia, sebab setelah pembubaran PNI organiasai ini mengklaim dirinya sebagai penerus
PNI dan memiliki cukup pengaruh setelah kembali masuknya beberapa tokoh PNI. Untuk itu,
permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah mengenai pembentukan Partindo,
tokoh-tokoh yang mempengaruhi pergerakan Partindo, gerakan-gerakan yang dilakukan
Partindo dan peran politik Partindo dalam pergerakan nasional.
Terbentuknya Partai Indonesia
Pada tahun 1929, ketika aktivitas PNI sedang mencapai puncaknya, pemerintah Hindia
Belanda mulai bertindak tegas atas aktivitas yang dilakukan PNI yang dianggap sangat
membahayakan. Pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan penggeledahan rumah-rumah
tokoh PNI dan melakukan perintah penangkapan atas empat tokoh PNI, yakni Soekarno,
Maskoen, Gatot Mangkoepradja, dan Soepriadinata. Penangkapan tokoh-tokoh PNI pada
akhir bulan Desember 1929 itu memiliki dampak luas dan mendalam tidak hanya di kalangan
pergerakan nasional, tetapi juga di lingkungan golongan Eropa.[2]
Untuk mengisi kekosongan kepemimpinan di tubuh PNI, pimpinan kemudian diambil alih
oleh Sartono dan Anwari. Kedua tokoh ini memiliki gaya kepemimpinan yang lebih berhati-
hati dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak memancing kecurigaan pemerintah
Hindia Belanda. Mereka mulai megeluarkan instruksi kepada cabang-cabang untuk
membatasi diri dalam aktivitas-aktivitasnya.[3]
Setelah Sukarno dihukum, para pemimpin PNI merasa bahwa partai tersebut sebenarnya
telah menjadi organisasi terlarang[4] dan untuk mengatasi kekacauan di tubuh PNI ini, maka
pada tanggal 25 April 1931 Sartono mengorganisir suatu Kongres Luar Biasa di Batavia.
Kongres itu dihadiri oleh wakil-wakil dari 14 cabang di mana keputusan untuk membubarkan
partai disetujui oleh semua utusan kecuali dua cabang.[5] Cabang yang tidak setuju ini pada
akhirnya akan membatuk suatu partai baru yang dinamakan PNI Baru. Dengan
dibubarkannya PNI telah memicu terjadinya perpecahan di antara kaum nasionalis dalam
pergerakan nasional.
Sehari sesudah kongres sebuah panitia mulai merencanakan berdirinya sebuah partai
sekuler baru yang non kooperatif. Keanggotaan panitia itu terdiri dari Sartono, Manadi,
Sukemi, Suwirjo dan Angronsudirdja. Pada tanggal 1 Mei panitia ini mengumumkan
terbentuknya Partai Indonesia (Partindo) di bawah pimpinan sementara dari Sartono. Pada
hakekatnya Partindo adalah PNI yang menggunakan nama lain.[6] Tujuan partai ini adalah
mencapai Indonesia Merdeka. Partindo merumuskan hal-hal yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan:
a. Perluasan hak-hak politik dan perteguhan keinginan menuju suatu pemerintahan
rakyat berdasarkan demokrasi.
b. Perbaikan perhubungan-perhubungan dalam masyarakat.
c. Perbaikan keadaan ekonomi rakyat.[7]
Setelah melihat dari pengalaman yang dialami oleh PNI, semua kegiatan yang dilakukan
Partindo dilakukan secara berhati-hati, namun tanpa meninggalkan ideologi politiknya, yakni
kemerdekaan Indonesia, swadaya, menentukan nasib sendiri, swadhesi, dan kedaulatan
rakyat.[8] Sebelum pertengahan Juni, Sartono sudah mengumumkan struktur partai dan
menyatakan bahwa partai itu sudah siap untuk melakukan pendaftaran anggota. Partai itu
terbagi atas lima departemen, meliputi: organisasi dan persiapan kursus-kursus
kepemimpinan, pendidikan nasional, kooperasi, serikat buruh, dan pers. Cabang-cabangnya
mula-mula terbatas hanya di Batavia, Yogyakarta, Pekalongan dan Bandung.[9] Nantinya,
cabang-cabang yang memiliki pengaruh lebih banyak dalam pergerakan adalah cabang
Batavia dan cabang Bandung. Kemudian, cabang-cabang Partindo mulai tersebar di seluruh
Jawa, Sumatera, dan Indonesia Timur. Untuk menunjukkan persambungan dengan PNI,
Sartono melaporkan bahwa Supriadinata telah bergabung dengan Partindo sesudah
pembebasannya dari penjara, bagitu juga bekas-bekas pimpinan PNI yang lain yaitu, Iskaq
(Menado), Sujudi (Yogyakarta), Sunarjo (Medan) dan Ali Sastroamidjojo (Batavia).[10]
Pada tanggal 12 Juli, Partindo menyelenggarakan rapat umum pertama di Batavia. Nada
pertemuan itu sangat berlawanan dengan rapat PNI pada masa jayanya, yang jelas lebih
banyak menekankan swadaya, kooperasi, dan swadhesi (produksi dan pembelian hasil-hasil
penduduk asli). Pada pertemuan ini, Sartono menekankan pentingnya swadhesi atau
menggunakan produk dalam negri sebagai lambang hidupnya kembali kebanggaan
nasional.[11] Pada pertengahan kedua tahun itu, Partindo kembali mengorganisir
terselenggaranya pertemuan-pertemuan yang dihadiri banyak orang. Perhatian utama pada
pertemuan itu adalah pada promosi swadhesi dan kooperasi serta pada usaha merebut
pengaruh di kalangan serikat buruh.[12]

Gerakan-gerakan Partindo: Cabang Batavia dan Cabang Bandung


Sebagai sebuah partai yang menganggap dirinya sebagai penerus PNI, Partindo tetap
berusaha untuk melakukan gerakan-gerakan yang bersifat non-kooperatif. Hanya saja,
gerakan-gerakan Partindo tidak seperti pada masa jaya PNI. Terutama dengan ditangkapnya
beberapa tokoh PNI dan ancaman pemerintah terhadap organisasi PNI yang mulai
menganggap PNI sebagai partai terlarang seperti PKI. Oleh sebab itu, gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh Partindo pun lebih berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengundang
kecurigaan pemerintah Hindia Belanda.
Partindo adalah sebuah partai politik yang menghendaki kemerdekaan penuh bagi
Indonesia dan mendasarkan programnya pada empat prinsip: menetukan nasib sendiri,
kebangsaan Indonesia, menolong diri sendiri, dan demokrasi. Partindo adalah partai yang
demokratis, non-kooperatif, dan radikal, yang dalam kegiatan ekonomi dan sosialnya
berusaha menyiapkan negri ini untuk merdeka. Partindo mendasarkan perjuangannya pada
perjuangan rasial[13] dalam rangka mencapai kemerdekaan penuh antara front sawo matang
melawan font kulit putih.
Partindo memiliki beberapa cabang. Kepengurusan pusat memiliki kepengurusan yang
sama dengan kepengurusan cabang Batavia karena memang para anggota pengurus pusatnya
tinggal di Batavia. Oleh sebab itu, gerakan-gerakan yang lebih aktif terjadi di Batavia. Selain
Batavia, cabang yang cukup aktif dalam melakukan pergerakan adalah cabang Bandung,
terutama setelah Sukarno memutuskan untuk bergabung dengan Partindo setelah dibebaskan
dari penjara dan memegang kepemimpian Partindo cabang Bandung. Kedua cabang inilah
yang memiliki peran yang lebih aktif dibandingkan dengan cabang-cabang di daerah lainnya.
Dari kedua kepengurusan cabang ini, ada perbedaan mengenai gerakan-gerakan yang
dilakukannya. Hal ini disebabkan juga karena Partindo jauh lebih heterogen pada badan
pengurus pusatnya dan memiliki kontrol yang lebih lemah terhadap cabang-cabangnya.[14]
Hal ini juga yang menjadi salah satu kelemahan keorganisasian Partindo.
Cabang Batavia, yang kepengurusannya sama dengan kepengurusan pusat Partindo,
gerakannya lebih berhati-hati. Oleh Sartono, gerakan yang paling gencar dilakukan adalah
menganjurkan kepada anggotanya mengenai pentingnya melakukan gerakan swadhesi.
Menurut Ingleson, cabang Batavia merupakan penganjur swadhesi yang penuh semangat,
yang menhabiskan sebagian besar tenaganya dalam klub-klub debat, koperasi, dan sekolah-
sekolah lebih dari cabang Bandung dan juga lebih berhati-hati dalam perkembangannya dan
lebih sadar akan pembatasan-pembatasan yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda,
yang dalam batas-batas itu dia harus bekerja.[15]Dengan melakukan gerakan swadhesi
diharapkan dapat membangun rasa kebanggaan nasional dan menjadi alat perjuangan
melawan kapitalisme Belanda. Sartono selalu mengedapankan pentingnya geraka swadhesi
dalam beberapa pertemuan yang diadakan oleh Partindo.
Sedangkan cabang Bandung dikuasai oleh keinginan Sukarno yang menggebu-gebu untuk
mengadakan rapat-rapat akbar di mana keunggulan oratorisnya yang demikian cemerlang
telah menawan banyak orang. Cabang Bandung kurang berhati-hati jika dibandingkan dengan
cabang Batavia, misalnya saja dalam menerima anggota baru, dan dibawah pengaruh Sukarno
menyelengarakan kampanye yang keras menentang pemerintah.[16] Ia menekankan
pentingnya kombinasi antara aksi masa dan machtsvorming (pembentukan kekuatan), atau
mobilisasi massa melawan pemerintah penjajah. Menurutnya, politik non-kooperasi
Indonesia sifatnya revolusioner dan lebih baik dibandingkan dengan apa yang dilukiskannya
sebagai non-kooperasi pasif di India.[17] Aksi masa yang dimaksud oleh Sukarno
diantaranya adalah menyusun perhimpunan-perhimpunan, menulis artikel-artikel dalam
majalah dan surat kabar[18], mengadakan kursus-kursus, mengadakan rapat-rapat umum, dan
mengadakan demonstrasi-demonstrasi. Oleh sebab itu, di tangan Sukarno, cabang Bandung
berusaha untuk menarik anggota sebesar-besarnya yang terdiri dari lapisan bawah, tengah,
dan atas. Kebanyakan anggota tertarik bergabung karena keunggulan oratoris Sukarno.
Partindo melalui surat kabarnya yakni Fikiran Ra’jat dan Soeloeh Indonesia Moeda selalu
melancarkan kritik tajam tetang situasi ekonomi dan sosial dan ejekan terhadap imperialisme
Belanda.
Hubungan antara para pemimpin dari kedua cabang itu sangat hangat tetapi tidak erat
karena yang satu relatif independen dari yang lain dengan sesekali Sukarno berkunjung ke
Batavia atau para pemimpin Batavia ke Bandung. Hal ini juga menjadi bukti bahwa
Kepengurusan pusat Partindo tidak memiliki kontrol yang kuat terhadap cabang-cabangnya
Meskipun antara pemimpin cabang-cabang ini tidak satu suara tetapi tujuan dan prinsip dasar
mereka tetap sama, yakni mencapai kemerdekaan Indonesia serta nonkooperasi.[19]
Dari segi keanggotaannya, keanggotaan Batavia memiliki lebih banyak anggota yang
sudah mempunyai pekerjaan profesional, bersama dengan sejumlah besar anggota mahasiswa
hukum dan mahasiswa kedokteran di ibukota dibandingkan dengan cabang Bandung yang
mayoritas dari lapisan bawah. Amir Sjarifuddin dan Moh. Yamin merupakan beberapa
anggota yang memiliki kecakapan tinggi. Sedangkan cabang Bandung, setelah masuknya
Sukarno pada bulan Agustus 1932 mulai menunjukkan peningkatan baik dalam aktivitas
maupun dari jumlah keanggotannya.

Kesimpulan
Partindo merupakan sebuah organisasi yang dibentuk setelah PNI dibubarkan pada tahun
1931. Gerakan Partindo pada umumnya lebih bersikap hati-hati dan menekankan pentingnya
gerakan swadhesi bagi perjuangan kebangsaan Indonesia. Gerakan Partindo lebih
terkonsentrasi di dua cabang, yakni cabang Batavia dan cabang Bandung. Ada dua tokoh
yang sangat berpengaruh di dalam tubuh Partindo, yakni Sartono dan Sukarno. Oleh sebab
itu, ada perbedaan yang cukup signifikan mengenai gerakan yang dilakukan Partindo.
Partindo cabang Batavia lebih bersikap hati-hati dan menekankan pentingnya gerakan
swadhesi, sedangkan cabang Bandung di bawah Sukarno kurang berhati-hati dan lebih
radikal dengan memfokuskan kegiatannya pada perekrutan banyak anggota dan terus
melakukan kritik tajam terhadap pemerintah melalui tulisan-tulisan di surat-surat kabar
Partindo dan melalui pidato Sukarno.

Daftar Pustaka
Ingleson, John. 1983. Jalan ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun 1927-
1934. Jakarta: LP3ES.
Kartodirjo, Sartono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional.
Jakarta: Gramedia.
Pringgodigdo. 1994. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.
[1] Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional
(Jakarta: Gramedia, 1999). hlm. 156.
[2] Ibid., hlm. 164-165.
[3] Ibid., hlm. 165.
[4] Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta: Serambi, 2010), hlm. 404.
[5] John Ingleson, Jalan Ke Pengasingan (Jakarta: LP3ES, 1983), hlm. 159.
[6] Ibid., hlm. 159-160.
[7] Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Jakarta: Dian Rakyat, 1994), hlm.
129.
[8] Sartono Kartodirjo, op. cit., hlm. 169.
[9] John Ingleson, op. cit., hlm. 160.
[10] Ibid.
[11] Ibid., hlm. 161.
[12] Ibid.
[13] Ibid., hlm. 194.
[14] Ibid., hlm. 206.
[15] Ibid.
[16] Ibid., hlm. 206-207.
[17] Ibid. hlm. 209.
[18] Media masa yang dimiliki oleh Partindo diantaranya adalah Fikiran Ra’jat, Soeloeh
Indonesia Moeda, dan Persatoean Indonesia.
[19] Ricklefs, loc.cit.

Artikel dan Makalah tentang Sejarah Berdirinya Partai Nasional Indonesia dan PNI Baru,
Latar Belakang, Tujuan, Tokoh, Pergerakan Nasional - PNI didirikan di Bandung pada 4 Juli
1924 oleh kaum terpelajar yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Kaum muda terpelajar itu
tergabung dalam Algemene Studieclub (Bandung) dan kebanyakan dari mereka adalah
mantan anggota Perhimpunan Indonesia yang telah kembali ke tanah air. Keradikalan PNI
sudah tampak sejak pertama didirikannya. Ini terlihat dari strategi perjuangannya yang
berhaluan nonkooperasi. PNI tidak mau ikut dalam dewan-dewan yang diadakan oleh
pemerintah. (Baca juga : Pengaruh Ideologi Baru Terhadap Kesadaran dan Pergerakan
Nasionalisme di Indonesia)

Tujuan PNI adalah kemerdekaan Indonesia dan tujuan itu akan dicapai dengan asas “percaya
pada diri sendiri”. Artinya: memperbaiki keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
sudah dirusak oleh penjajahan, dengan kekuatan sendiri. Semua itu akan dicapai melalui
berbagai usaha, antara lain:

1. usaha politik, yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan.
Memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-
bangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan politik.
Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi pergerakan
lainnya ke dalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia;
2. usaha ekonomi, yaitu dengan memajukan perdagangan rakyat, kerajinan atau industri
kecil, bank-bank, sekolah-sekolah, dan terutama koperasi;
3. usaha sosial, yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat nasional, emngurangi
pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan
memperbaiki kesehatan rakyat.

Gerakan PNI dipimpin oleh tokoh-tokoh berbobot, seperti Ir. Soekarno, Mr. Ali
Sastroamijoyo, Mr. Sartono, yang berpengaruh luas di berbagai daerah di Indoenesia. Ir.
Soekarno dengan keahliannya berpidato, berhasil menggerakkan rakyat sesuai dengan tujuan
PNI. Pengaruh PNI juga sangat terasa pada organisasi-organisasi pemuda hingga melahirkan
Sumpah Pemuda dan organisasi wanita yang melahirkan Kongres Perempuan di Yogyakarta
pada 22 Desember 1928.

Melihat gerakan dan pengaruh PNI yang semakin meluas, pemerintah kolonial menjadi
cemas, maka dilontarkanlah bermacam-macam isu untuk menjelekkan PNI. Bahkan
kemudian mengancam PNI agar menghentikan kegiatannya. Rupanya Belanda belum puas
dengan tindakannya itu, maka PNI pun dituduh akan melakukan pemberontakan. Pemerintah
Belanda melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI di seluruh
wilayah Indonesia pada 24 Desember 1929.

Akhirnya 4 tokoh teras PNI yaitu: Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkoepradja, Markoen
Soemadiredja, dan Soepiadinata diadili di Pengadilan Negeri Bandung dan dijatuhi hukuman
penjara pada 20 Desember 1930. Peristiwa ini merupakan pukulan besar bagi PNI dan atas
inisiatif Mr. Sartono pada Kongres Luar Biasa ke-2 (25 April 1931) PNI dibubarkan.

Kemudian Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Tetapi tindakan ini membawa
perpecahan yang mendalam. Ketergantungan pada seorang pemimpin, dikritik habis oleh
mereka yang menentang perubahan PNI. Mereka menyebut dirinya “Gerakan Merdeka”,
kemudian membentuk partai baru, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Dari
sini muncul tokoh baru yaitu Sutan Syahrir (20 tahun) yang waktu itu masih menjadi
mahasiswa di Amsterdam. Ia pulang ke Indonesia atas permintaan Moh. Hatta untuk menjadi
ketua partai. Walaupun citacita dan haluan kedua partai itu sama, yaitu kemerdekaan dan
nonkooperasi, tetapi strategi perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pentingnya
pendidikan kader.

SEJARAH BERDIRINYA PNI

SEJARAH BERDIRINYA PNI

A. Latar Belakang Berdirinya PNI

Partai nasional indonesia (PNI) adalah partai poltik tertua di indonesia. Partai ini didirikan pada
tanggal 4 juli 1927 di Bandung dengan nama perserikatan Indonesia. Baru setelah itu pada tanggal
1928 berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi
sosio-politik yang kompleks, yang mau tidak mau organisasi baru itu harus menyesuaikan dengan
situasi baru. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 itu membangkitkan semangat baru untuk untuk
menyusun kekuatan baru lagi untuk menghadapi pemerintah. Melihat pengalaman yang sudah
berlangsung perlu kiranya diadakan perbaikan organisasi dan sistem kerjanya. Dan yang paling
penting adalah kekosongan kekuatan nasional yang harus segera didiisi.

Setelah PKI gagal bergeraklah Sujadi , wakil PI di Indonesia yang segera memberitahu kepada
Moh. Hatta bahwa ia, Iskaq dan Budiarto akan membentuk partai baru sesuai dengan rencana PI.
Sebelum Hatta merealisasikan rencana partai baru yang akan dikendalikan dari Belanda, di Indonesia
muncul gerakan baru menuju persatuan Nasional. Terhadap partai baru itu Hatta tetap menekankan
peranan pendidikan dan melalui pendidikan ini ia menyiapkan rakyat untuk mendapatkan
kemerdekaan secara pelan-pelan.

Pertemuan tanggal 4 juli 1927 diadakan di Bandung oleh kelompok nasionalis yang
mendukung berdirinya Perserikatan Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah untuk mencapai Indonesia
Merdeka, sedangkan asasnya berdiri diatas kaki sendiri, nonkoperasi dan marhaenisme. Ketiga asas
itu kemudian dipakai sebagai prinsip PNI. Anggaran dasar organisasi diambil dari cita-cita PI.
Ketuanya dipercayakan kepada Ir.soekarno dan dalam waktu dekat akan di selenggarakan kongres.

B. Perkembangan PNI
Soekarno selalu memperingatkan sebaiknya bangsa Indonesia bersatu dalam satu organisasi rakyat
umum yang tidak dapat dipatahkan. Dengan berdirinya PNI diharapkan semua rakyat bersatu dan
dapat menjalankan usaha yang sudah dirancangkan untuk melenyapkan kekuasaan jajahan dengan
cara yang aman, dimana kekuasaan tidak menghalangi kemajuan rakyat. Oleh karena itu mulanya
PNI selalu mengusahakan supaya bukan hanya terdapat orang-orang yang pandai akan dibidang itu
tetapi banyak orang-orang yang menjadi anggota dari PNI itu sendiri.untuk menjadi anggota tidak
langsung diterima melainkan harus mengikuti syarat-syarat yang diberikanoleh ketua-ketua daerah.
Untuk menjadi anggota biasa pun juga akan diberi latihan-latihan agar mahir sesuai peranannya di
PNI.

Pada kongresnya yang kedua tanggal 18-20 mei 1929 di jakarta PNI memutuskan akan mengadakan
pelatihan-pelatihan untuk mengajarkan sosialisme, anarkisme, komunisme dsb. Hal itu dimaksudkan
supaya orang dapat menjunjung “nasonalisme” nya sendiri dengan sadar dan juga dapat
memisahkan dari pengaruh aliran-aliran lain.

PNI pun mulai berkembang. Pada akhir tahun 1927 tercatat menjadi 3 cabang. Selain di Bandung
juga terbentuk cabang di Yogyakarta dan di Batavia. Pada bulan Desember dibentuk juga sebuah
panita di Surabaya untuk persiapan pembentukan cabang baru di kota tersebut. Di Surabaya sendiri
PNI resmi berdiri pada 5 February 1928 puncak perkembangan PNI selama tiga tahun disertai
propaganda yang bertemakan karakter yang buruk dari penjajahan, konflik penguasa dan yang
dikuasai, front sawo matang melawan front sawo putih, menghilangkan ketergantungan dan
menegakkan kemandirian, dan perlu membentuk “negara dalam negara”. Dalam rangka kaderisasi
organisasi itu para pemuda mendirikan Pemuda Indonesia dan Organisasi wanita Putri Indonesia.
Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya menjadi cabang organisasi pemuda dan wanita.

PNI berhasil membuktikan keberhasilannya yang dapat dilihat pertama sekali yaitu, hasil usahanya
mendirikan Perkumpulan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), yang
sudah ada pada pertengahan Desember 1927. Badan ini ialah federasi daripada PNI, PSI, BU,
Pasundan, Kaum Betawi, Sumatranenbond dan studieclub-studiclub. Sehinnga dari federasi ini
memberi kesempatan pada PNI mempropagandakan asas-asasnya sendiri di khalayah ramai.
Federasi ini memberi pengaruh kepada PNI karena banyak kedekatan antara pemimpin-pemimpin
pergerakan seumumnya. Seperti yang kita ketahui bahwa pemimpin-pemimpin PNI iti ialah orang-
orang tamatan sekolah tinggi yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengejar cita-cita bangsa.

Selanjutnya didirikan beberapa perkumpulan pekerja seperti, Persatuan Motoris Indonesia di


Bandung (sopir-sopir), Serikat Anak Kapal Indonesia di Priok (kelasi-kelasi), Persatuan Djongos
Indonesia di Surabaya (jongos-jongos rumah), perkumpulan OJS Indonesia di Surabaya (pegawai
maskapai trem Jawa Timur), dan juga koperasi-koperasi oleh anggota-anggota PNI.

Ketika PNI ini didirikan banyak hal yang mempenagaruhi dari mulai cara berpikir dan pola hidup
seperti, keinginan akan kemerdekaan yang bertujuan kepada Indonesia Merdeka yang dimana-mana
mulai menyala-nyala. Kesadaran atas persatua Indonesia menjadi suatu hal yang memang sudah
sewajarnya, yang juga di junjung tinggi oleh golongan-golongan di daerah manapun. Pan-asiatisma
(rasa senasib dengan bangsa-bangsa di seluru Asia, mulai hidup benar, bahasa melayu yang
dijunjung tinggi oleh PNI (mengikuti jejak Perhimpunan Indonesia) sebagai “bahasa Indonesia” yang
juga diakui oleh golongan-golongan lain . lalu Merah-Putih (warna dari perhimpunan Indonesia dan
PNI) di junjung menjadi warna kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia Raya yang oleh PNI ditunjuk
menjadi lagu kebangsaan.

Pemerintah jajahan yang membanggakan, bahwa ia membiarkan segala aksi, asal yang tidak bersifat
komunis, termasuk dari PNI ini sendiri. PNI bukan saja didalam lingkungan partai itu tetapi juga
diluarnya, mempunyai hasil yang amat besar sekali bagi bangsa Indonesia.

C. Bubarnya PNI

Pemerintah Hindia Belanda mengawasi dengan ketat perkembangan PNI, meskipun p;ada waktu
gerakannya, masih dalam taraf kewajaran. Gobee penasihat pemerintah urusan Bumiputra tetap
tenang dan tidak khawatir sedikitpun, tetapi ia akan bertindak keras jika PNI bertindak ekstrem.
Akan tetapi propaganda soekarno yang menarik mendapat dukungan masyarakat dan inilah yang
menyebabkan PNI berkembang pesat, hingga gubernur jenderal dalam pembukaan sidang Dewan
Rakyat pada tanggal 15 mei 1928 memandang perlu memberikan peringatan kepada pemmimpin
PNI supaya menahan diri dalam ucapan dan propagandanya. Para pemimpin PNI tidak menghiraukan
peringatan itu dan pemerintah memberikan peringatan kedua pada bulan bulan juli 1929.

Pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan pada awal tahun 1930. Berdasarkan berita provokasi itu pemerintah mengadakan
penggeledahan dan menangkap pemimpin PNI yaitu Ir.soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan
Supriadinata pada tanggal 24 desember 1929. Soekarno sendiri ditangkap sepulang dari menghadiri
kongres PPPKI di Surakarta yang pada waktu itu masih ada di Yogyakarta.

Perkara soekarno dkk itu baru sembilan bulan berikutnya yaitu 18 Agustus 1930 diajukan ke
pengadilan landraad Bandung. Meskipun tentang rencana pemberontakan itu tidak terbukti apa-
apa, tetapi karena menurut keadaanya tidak dapat dituduh, bahwa mereka itu mengusahakan
adanya penberontakan, mereka itu sudah di hukum sebab oleh hakim dianggap :

a. Sudah ikut pada suatu perkumpulan yang bertujuan hendak melakukan kejahatan.

b. Sudah menghasut.

Keputusan landraad di Bandung yang menghukum Ir.soekarno 4 tahun penjara, Gatot Mangkuprojo
2 tahun, Maskun 1 tahun 8 bulan, dan Supriadinata 1 tahun 3 bulan. Pengadilan menjatuhkan
hukuman berdasarkan pasal 153 dan 169 KUHP. Keputusan itu ditetapkan oleh Raad van justitie
pada 17 April 1931.

Hukuman terhadap pemimpin PNI ini juga mengandung pengertian bahwa barang siapa melakukan
tindakan seperti pemimpin maka itu dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dijatuhi
hukuman. Jadi anggota yang masih meneruskan jejak dan langkah PNI ada dalam bahaya. Oleh
karena itu atas pertimbangan ini khususnya dari segi keselamatan maka pengurus besar PNI
memutuskan pembubaran PNI pada tahun 1931. Biarpun PNI itu masih muda, tetapi pengaruhnya
amatlah besar daripada pengaruh organisasi-organisasi lain.
D. Kesimpulan

Untuk mencapai tujuan tersebut maka PNI berasaskan


pada self help, yakni prinsip menolong diri sendiri, artinya memperbaiki keadaan
politik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh penjajah dengan kekuatan
sendiri; nonkooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama dengan pemerintah
Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan massa dari kemiskinan dan
kesengsaraan. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI telah menetapkan program kerja
sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun
1928, seperti berikut.

1) Usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran


atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah
kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa Asia, dan menumpas
segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan politik.

2) Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta


mendirikan bank-bank dan koperasi.

3) Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat nasional, meningkatkan derajat
kaum wanita, memerangi pengangguran, memajukan transmigrasi, memajukan kesehatan rakyat,
antara lain dengan mendirikan poliklinik.

Hukuman terhadap pemimpin PNI ini juga mengandung pengertian bahwa barang siapa melakukan
tindakan seperti pemimpin maka itu dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dijatuhi
hukuman. Jadi anggota yang masih meneruskan jejak dan langkah PNI ada dalam bahaya. Oleh
karena itu atas pertimbangan ini khususnya dari segi keselamatan maka pengurus besar PNI
memutuskan pembubaran PNI pada tahun 1931. Biarpun PNI itu masih muda, tetapi pengaruhnya
amatlah besar daripada pengaruh organisasi-organisasi lain.

PARINDRA (Partai Indonesia Raya)

A. Latar Belakang

Usaha untuk menuju persatuan dan kesatuan antarorganisasi pemuda ditempuh dengan cara
melaksanakan kongres yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Indonesia. Kongres Pemuda
Ini dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926, oleh sebuah komite dengan susunan
sebagai berikut.

Ketua : M. Tabrani
Wakil Ketua : Sumarto
Sekretaris : Jamaludin
Bendahara : Suwarso
Pembantu : Bahder Johan, Sumarto, Yan Toule Soulehuwiy, dan Paul Pinontuan, Hamami, dan
Sanusi Pane

Tujuan kongres adalah untuk menanamkan semangat kerja sama antarperkumpulan pemuda untuk
menjadi dasar persatuan Indonesia dalam arti yang lebih luas. Usaha menggalang persatuan dan
kesatuan dalam Kongres Pemuda I ini belum terwujud, karena rasa kedaerahan masih kuat.
Sementara itu para pelajar di Jakarta dan Bandung melihat adanya dua kepentingan yang
bertentangan dalam penjajahan, yang mereka sebut sebagai antitese kolonial yang sangat
merugikan pihak Indonesia. Antitese ini akan dihapus apabila penjajahan sudah lenyap. Untuk itu,
maka para pelajar dari berbagai daerah pada bulan September 1926 mendirikan Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta. PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka.

Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa persatuan. Rasa kebangsaan dan
cita-cita Indonesia merdeka telah menggema di jiwa para pemuda Indonesia. Atas inisiatif PPPI,
maka diadakan Kongres Pemuda II di Jakarta, yang dihadiri oleh utusan organisasi-organisasi
pemuda dan berhasil diikrarkan sumpah yang dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Kongres
Pemuda II diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dengan susunan Panitia
Penyelenggara sebagai berikut.

Ketua : Sugondo Joyopuspito (dari PPPI).


Wakil Ketua : Joko Mursid (dari Jong Java).
Sekretaris : Muh. Yamin (dari Jong Sumatranen Bond)
Bendahara : Amir Syarifuddin ( dari Jong Batak Bond)
Anggota : Johan Mohammad (dari Jong Islamieten Bond), Senduk (dari Jong Selebes), J.
Leimena (dari Jong Ambon), Rohyani (dari Pemuda Kaum Betawi).

Maksud dan tujuan Kongres Pemuda II ialah :

a. Hendak melahirkan cita-cita perkumpulan Pemuda Indonesia.

b. Membicarakan masalah pergerakan Pemuda Indonesia.

c. Memperkuat perasaan kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.

Isi Sumpah Pemuda yaitu:


Pertama : Kami putra dan putri Indonesia bertumpah darah satu, Tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Pada Kongres tersebut dikumandangkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf
Supratman, dan dikibarkan Bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa
Indonesia. Peristiwa Sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan salah satu puncak
Pergerakan Nasional, maka sampai sekarang peristiwa bersejarah ini diperingati sebagai hari
Sumpah Pemuda.

Dapat ditambahkan bahwa Sumpah Pemuda itu merupakan produk kaum intelegensia yang menjadi
aktor intelegtual “drama nasionalisme” Indonesia. Merekalah pencipta identitas nasional yang
membangkitkan ekspresi kolektif untuk merealisasikan solidaritas nasional. Tali pengikat yang kuat
dalam merealisasikan solidaritas nasionalisme Indonesia tercermin dalam tiga tunggalnya Sumpah
Pemuda yang sudah disebutkan di atas. Ketiganya mencangkup tiga pengertian yang merupakan
kesatuan, yaitu kesatuan wilayah (territory), bangsa (sociological majori ties) yang merupakan massa
dan bahasa (language) sebagai alat komunikasi yang homogin.

Nilai-nilai yang ada pada sumpah pemuda sangat erat dan perlu dikemukakan nilai dasar yang ada di
dalamnya yang mencangkup kebebesan, kemandirian, dan kebersamaan. Kaum intelegsia adalah
pencipta Sumpah Pemuda dan merekalah yang mengendalikan orde sosial yang tengah berjalan.
Mereka harus menjadi subjek sejarah bangsanya, pengarah serta penentu kebijaksanaan masa
depan bangsa Indonesia. Mereka mempunyai kreativitas penuh untuk menunjang kelancaran proses
terhadap orde kolonial yang mengekang semangat nasionalisme. Kreasi itu untuk menunjang realitas
idealisme. Demikian pula inovasi akan memperkarya kreasi yang sudah ditemukan bersama. Prinsip
penemuan dan pembaharuan tidak dapat ditinggalkan selama pemuda menginginkan terbentuknya
satu nasional Indonesia. Walaupun Sumpah Pemuda seakan-akan hanya teriakan di tengah hutan
rimba tetapi akhirnya menjadi kenyataan bahwa nasionalisme Indonesia akan menjadi kenyataan
dalam dua dasarwarsa kemudian. Dalam perjalanan sejarah, Sumpah Pemuda tidak menjadi mitos,
tetapi menjadi realitas.

· Krisis Pergerakan Dan Perjuangan Parlementer

Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan untuk mencapai kemerdekaan, dimulai oleh
tokoh-tokoh pergerakan nasional. Atas prakarsa Ir. Soekarno (PNI) dan dr. Sukiman (SI) yang
tergabung dalam Komite Persatuan Indonesia, maka pada tanggal 17 Desember 1927 lahirlah
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) di Bandung. PPPKI
merupakan federasi (gabungan) dari berbagai macam organiasi.

Organisasi yang tergabung dalam PPPKI adalah PNI, SI, BU, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum
Betawi, Indonesische Studie Club dan Algemene Studie Club.

Adapun tujuan PPPKI ialah sebagai berikut:

a. Untuk menyamakan arah aksi kebangsaan dari berbagai organisasi atau perkumpulan.

b. Menghindari perselisihan antaranggota yang hanya akan melemahkan dan merugikan


perjuangan.

c. Memperkuat dan memperbaiki organisasi serta melakukan kerja sama dalam perjuangan.

Pada tahun 1933 Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia diubah


namanya menjadi Persatuan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kemerdekaan Indonesia. Dengan
terbentuknya PPPKI ini diharapkan akan terjadi interaksi ke arah persatuan antaranggota berbagai
jenis organisasi dengan ideologi, asas atau dasar, tujuan, haluan dan sikap yang berbeda. Itulah
sebabnya perselisihan-perselisihan tidak dapat dihindarkan. PPPKI kemudian tidak mempunyai
kekuasaan, banyak organisasi yang keluar dan akhirnya bubar pada tahun 1935.
B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang terdapat pada makalah ini adalah mengapa Parindra bisa dikatakan partai
yang besar dan kuat pada masa itu?

C. Tujuan Makalah

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan di atas pembahasan makalah ini
bertujuan untuk memahami kembali mengapa Parindra bisa dikatakan partai yang besar dan kuat
pada masa itu?

D. Pertannyaan Makalah

· Apa saja upaya-upaya yang dilakuakan oleh para anggota Parindra sehingga Parindra bisa
dikatakan salah satu partai besar pada masa itu ?

· Apakah ada pihak dari luar yang membantu Parindra ?

E. Manfaat Makalah

Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk dapat dijadikan bahan bacaan yang akan memperkaya
khazanah ilmu sejarah khususnya. Terutama bagi informasi tentang sejarah Negara Singapura.
BAB II

ISI

A. Lahirnya Parindra

Dalam kongres yang diselenggarakan pada tahun 1934 di Malang yang dihadiri 38 cabang
dibicarakan komunikasi antar pulau agar dapat dilakukan melalui pelayaran yang diperkuat oleh
koperasi. Selain itu kongres akan memajukan pendidikan rakyat dan kepanduan yang diberi nama
Suryawirawan. Dilumpuhkannya gerakan nonkoperasi pada tahun 1930-an mempercepat
perkembangan kerjasama PBI dan BU. Usaha penyatuan antarperhimpunan pergerakan nasional
terwujud dengan berdirinya Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra merupakan hasil fusi dari Budi
Utomo (BU) dengan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) dalam kongres fusinya tanggal 24-26
Desember 1935 di Solo. Sebagai ketua terpilih dr. Sutomo (PBI), dan Wakil Ketua, Wuryaningrat (BU)
dengan kantor pusat di Surabaya. Usaha penyatuan antar perhimpunan pergerakan nasional
terwujud dengan berdirinya Partai Indonesia Raya (Parindra). Organisasi lain yang kemudian
bergabung ke dalam Parindra ialah Sarekat Minahasa, Sarekat Ambon, Perkumpulan Kaum Betawi,
Sarekat Selebes, dan Sarekat Sumatra.. Dengan terbentuknya Parindra berati persatuan golongan
koperasi makin kuat. Pada tahun 1936 partai itu mempunyai 57 cabang dengan 3.425 anggota.

Tujuan Parindra tidak jauh berbeda dengan PBI yang menginginkan Indonesia mulia dan sempurna.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan usaha-usaha sebagai berikut.

a. Memperkokoh semangat persatuan kebangsaan.

b. Terus berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan yang berdasarkan demokratis dan
nasionalisme.

c. Berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat baik bidang ekonomi maupun sosial.

Dalam politiknya Parindra bersikap non-koperasi yang insidentil artinya apabila ada kejadian yang
sangat mengecewakan organisasi itu, maka diputuskan untuk sementara menarik wakil-wakilnya
dari dalam badan perwakilan. Parindra sangat aktif dan konstruktif terhadap perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Untuk menolong petani didirikan Perkumpulan Rukun Tani dan
untuk memajukan pelayaran didirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), dan juga didirikan Bank
Nasional Indonesia.

Untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, Parindra melakukan program-program, yakni:

1) Melakukan pencerdasan secara politik-ekonomi-sosial kepada masyarakat sebagai bekal dalam


menjalankan pemerintahan sendiri di masa depan;

2) Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia tanpa memandang suku, agama, ras,
pendidikan dan kedudukannya;

3) Membentuk dan menjalankan aksi besar hingga diperoleh pemerintahan yang demokratis,
berdasar kepentingan dan kebutuhan bangsa Indonesia;
4) Bekerja keras di setiap bidang usaha untuk meninfkatkan kesejahteraan rakyat baik secara
ekonomis, sosial, maupun politis;

5) Mengusakan adanya persamaan dan kewajiban serta kedudukan dalam hukum bagi seluruh
warga Negara Indonesia.

B. Masa Kejayaan Parindra

Kongres Pertama yang diselenggarakan di Jakarta pada 15-18 bulan Mei 1937 diputuskan bahwa
Parindra bersikap koperatif dan anggota yang ada dalam dewan harus tetap loyal pada partainya.
Dan dalam kongres tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut: Parindra bukan bersikap
koperasi atau non-koperasi. Tetapi dewan-dewan perwakilan, ia mau mencampurinya, artinya
bahwa anggota-anggota Parindra yang masih duduk dalam dewan-dewan, mulai waktu itu bertindak
sebagai wakil partai bahwa Parindra akan berusaha, supaya partai itu dapat menempatkan
sebanyak-banyaknya wakil dalam dewan-dewan dan oleh sebab itu cabang-cabang dibolehkan turut
pada perjuangan pemilihan. Jika dalam suatu hal ditentukan istimewa sikap partai dan sesuatu
anggota bersikap yang berbedaan dengan sikap itu, maka anggota itu harus memilih antara
pemecatan sebagai anggota partai atau menarik diri dari dewan. Jika sekiranya sikap partai belum
diketahuinya, maka anggota merdeka mengambil sikap sendiri, tetapi sikapnya itu tidak boleh
berlawanan dengan asas-asas partai semuanya.

Parindra mencapai kejayaan ketika pada saat itu Parindra dapat mendudukan wakilnya
dalam Volksraad, yaitu Muhammad Husni Thamrin. Parindra banyak melakukan kritik terhadap
Belanda, bahkan terhadap Petisi Soetarjo 1936, karena dinilai kurang mengakomodasi kepentingan
rakyat.

Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan
dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda.
Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah
inlandeer menjadi Indonesier.

Anggota pengurus besar seperti M. Husni Thamrin, Sukarjo Wiryopranoto, dan lain-lain telah
mendorong Parindra hidup sebagai partai Nasional, yang dapat dikatakan partai yang paling kuat
pada waktu itu.

Dengan sikap moderat, Parindra dapat mendudukkan wakilnya di dalam Volkrsraad, yaitu Muh.
Husni Tamrin. Usaha Parindra lebih banyak dicurahkan dalam pembangunan terutama di bidang
ekonomi dan sosial, antara lain sebagai berikut:

a. Mendirikan poliklinik-poliklinik.

b. Mendirikan Rukun Tani untuk membantu dan memajukan kaum tani.

c. Membentuk sarekat-sarekat kerja.

d. Menganjurkan swadesi dalam bidang ekonomi, ditempuh dengan mendirikan bank-bank yang
berpusat pada Bank Nasional Indonesia di Surabaya.
e. Membentuk Rukun Pelayaran Tani (Rupelin), untuk membantu dan memajukan pelayaran dari
bangsa Indonesia.

f. Mendirikan organisasi pemuda berbentuk kepanduan dengan nama Surya Wirawan.

Selanjutnya diambil 2 mosi. Mosi yang pertama mengenai perlunya memperbaiki pelayaran perahu
bangsa Indonesia, kepada pemerintah akan didesak, supaya sedapt-dapatnya membuka sekolah
dengan selekas-lekasnya untuk mendidik pelayar-pelayar bangsa Indonesia. Mosi yang kedua supaya
menambah Rukun Tani sebanyak-banyaknya, oleh sebab itu, umpamanya akan diminta kepada
Pemerintah, supaya pengawasan atas badan-badan itu dikurangi kerasnya dan supaya diadakan
aturan lain tentang “badan-badan hokum negari” (Inlandsche rechtspersonen). Parindra berusaha
mencapai Indonesia Mulia.

Selama tahun 1934, dilakuakan propaganda amat banyak sekali. Untuk memperbaiki perekonomian
rakyat, Parindra membentuk organisasi rukun tani, membentuk sarikat-sarikat sekerja,
menganjurkan swadesi ekonomi, dan mendirikan “Bank Nasional Indonesia”. Kongres kedua
dilaksanakan di Bandung pada 24-27 Desember 1938.

Karena saat itu Dr. Sutomo sudah meninggal maka kongres memilih K.R.M. Wuryaningrat untuk
menjadi ketua partai. Dalam Kongres itu diambil keputusan-keputusan, antara lain: tidak menerima
peranakan (Indo) menjadi anggota, berusaha keras mengurangi pengangguran, dan meningkatkan
transmigrasi guna memperbaiki kesejahteraan.

Sepak terjang Parindra begitu gencar. Parindra menjadi pelopor pembentukan Fraksi Nasional,
bahkan dengan kegagalam petisi Soertarjo, Parindra mengambil inisiatif untuk menggalang
persatuan politik, menuju pembentukan badan konsentrasi nasional. Badan Konsentrasi Nasional itu
terbentuk pada Mei 1939, yang disebut Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Partai Indonesia Raya merupakan partai politik yang bergerak berdasarkan rasa nasionalisme
Indonesia dengan tujuan menjadikan Indonesia Muliadan Sempurna. Parindra menganut azas
kooperatif, atau memilih untuk berkerja sama dengan pemerintahan belanda.mereka melakukan ini
dengan cara menjadi dewan-dewan untuk waktu tertentu. Cikal bakal PARINDRA adalah indische
studie club di surabaya yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Pada tahun 1931 perkumpulan ini kemudian
diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI).

Tujuan perjuangannya adalah untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan melakukan
hal-hal yang nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat banyak, seperti memajukan pendidikan,
mendirikan koperasi rakyat, mendirikan bank-bank untuk rakyat dan juga mendirikan persatuan
nelayan.

Tokoh tokoh yang mengikuti parindra antara lain Woeryaningrat, RM Margono Djojohadikusumo, R.
panji soeroso, dan Mr. soesanto tirtoprodjo, M. Husni Thamrin dan Sukarjo Wiryopranoto

Pada tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya
menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada bulan Mei
1941 (menjelang perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak
19.500 orang.

Perkembangan selanjutnya, banyak organisasi yang bergabung dengan parindra. seperti Sarekat
sumatra, sarekat ambon, kaum betawi, timor verbond dan sebagainya.

Dengan demikian Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan pemerintahan
Hindia Belanda di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir kekuasaan Hindia Belanda di
Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh
kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai