[1]
tubuh SI dan mengatakan bahwa apa yang telah diputuskan dalam kongres
merupakan sebuah sesuatu yang keliru dan oleh sebab itu harus di tinjau
kembali keputusannya. Namun, pimpinan SI pada sat itu tetap bersikeras pada
apa yang telah diputuskan dalam kongres. Dengan keputusan tersebut maka
anggota-anggota SI yang tidak mau keluar dari PKI dikeluarkan dari tubuh SI.
Sekalipun keputusan ini akan mengurangi jumlah anggota, namun pimpinan SI
tetap menganggap bahwa keputusan ini merupakan hal terbaik yang harus
dilakukan.
Semaun dan para anggota SI yang juga merupakan PKI tidak tinggal diam
dengan keputusan ini. Mereka tetap tidak mau menerima hasil kongres dan tidak
keluar dari SI. Mereka kemudian membentuk SI tandingan yang di sebut sebagai
SI Merah, sedangkan SI yang menerima hasil kongres tersebut dinamakan
sebagai SI Putih. SI tandingan ini t idak hanya terjadi ditingkat pusat, melainkan
juga samapi ke cabang di daerah-daerah. Pada kongres PKI II di Bandung Maret
1923 dirumuskan secara jelas bahwa mereka menentang secara terang-terangan
SI sebagai kekuatan politik, dan mengubah SI merah menjadi Sarekat Rakyat
(SR) sebagai organisasi yang berada dibawah PKI. Pemerintah Hindia Belanda
melihat bahwa kekuatan komunis sudah mulai berkembang dan semakin
menyebabkan ancaman karena aksi yang dilakukan anggotanya. Kemudian
pemerintah Hindia Belanda mengusir tokoh-tokoh komunis seperti Muso, Alimin,
Darsono dan Semaun. Tokoh-tokoh ini menyebar ke Asia hingga Eropa. Namun
tidak lama kemudian pada akhir tahun 1923 tokoh-tokoh komunis tersebut
kembali ke Hindia Belanda.
Ternyata kepergian mereka meninggalkan Hindia Belanda telah
mengakibatkannya kelemahan dalam kepemimpinan Perserikatan Komunis di
Hindia Belanda. Untuk kembali membangkitkan kekuatan komunis tersebut,
Semaun dan Darsono mencoba untuk menghimpun kembali kekuatan dengan
melakukan kongres pada Juni 1924 di Jakarta. Pada saat itulah nama Partai
Komunis Indonesia (PKI) resmi di gunakan. Kongres tersebut juga memutuskan
untuk memindahkan markas besar PKI dari Semarang ke Batavia (sekarang
Jakarta) dan memilih pimpinan baru yaitu Alimin, Musso, Aliarcham, Sardjono dan
Winanta. Dalam kongres tersebut juga diputuskan untuk membentuk cabang
cabang di Padang, Semarang, dan Surabaya.
Komunisme ternyata telah berhasil memecah bela SI kedalam dua bagian.
Bagian pertama adalah mereka yang mempunyai pandangan komunis dalam
tubuh SI dan bagian yang kedua adalah mereka yang menentang ajaran
komunisme dalam tubuh SI. Sekalipun akibat ulah dari komunisme SI mengalami
penurunan dalam jumlah anggotanya, tapi bagi pimpinan SI hal ini harus
dilakukan untuk menyelamatkan SI itu sendiri. Atas peristiwa tersebut SI dan PKI
pun menjadi dua kekuaan politik yang berdiri sendiri dan saling melakukan
persaingan dalam mendapatkan simpati/dukungan dari rakyat.
Kemudian Tan Malaka menjelaskan bahwa keputusan itu tidak legitimate karena
belum dibicarakan dalam Komintern. Tan Malaka menjelaskan bahwa PKI
merupakan salah satu anggota Komintern, jadi setiap pergerakan yang akan
dilakukan harus terlebih dahulu dibahas dalam Komintern. Pada kesempatan itu
Tan Malaka lima alasan sebagai nasehat politik, yaitu;
1. Putusan Prambanan tersebut diambil tergesa gesa, kurang dipertimbangkan
secara matang
2. Putusan semata-mata karena provokasi dari pihak lawan dan tidak seimbang
dengan kekuatan sendiri
3. Putusan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat dan
Komintern
4. Tidak cocok dengan taktik dan strategi komunis, ialah massa aksi
5. Kalaupun dilaksanakan akibatnya akan sangat banyak merugikan pergerakan
rakyat di Indonesia.
Kemudian diantara Alimin dan Tan Malaka pun terjadi dialog mengenai
pergerakan yang dilakukan oleh PKI. Namun tetap saja Tan Malaka menolak
rencana pemberontakan yang akan dilakukan tersebut. Tan Malaka
mengungkapkan ada empat alasan mengapa dia menolak keputusan prambanan
tersebut; pertama, Tan Malaka melihat bahwa sebelumnya melakukan sebuah
pergolakan hendaknya sebelumnya partai harus dipastikan dalam keadan yang
baik, kedua; kekuatan buruh dan tani belum terorganisir dengan baik, ketiga,
masih banyak rakyat dan kekuatan lain yang belum terikat dengan PKI, dan
keempat, kekuatan imperialis di sekitar Indonesia (Inggris, AS, Prancis) masih
terlalu kuat dan bersatu. Dengan kata lain Tan Malaka menolak pemberontakan
ini dilakukan. Namun Tan Malaka melihat bahwa Komintern merupakan pihak
yang paling mempunyai otoritas dalam hal ini karena PKI merupakan salah satu
instrumen Komintern.
Mendengar penolakan yang dilontarkan oleh Tan Malaka tersebut, maka Alimin
kembali lagi ke Singapura untuk membahs kembali Keputusan Prambanan
tersebut. Sesampainya di Singapura Alimin menceritakan penolakan beserta
alasan yang diberikan Tan Malaka kepada tokoh-tokoh PKI di Singapura. Alimin
tidak menghiraukan saran dari Tan Malaka dan memutuskan untuk pergi ke
Moskow bersama Musso untuk meminta pendapat dari Komintern. Salah satu
tokoh PKI Sardjono yang masih tinggal di Singapura mengirim surat kepada Tan
Malaka dengan pernyataan menolak saran dari Tan Malaka tersebut dan tetap
akan melakukan pemberontakan (Revolusi). Hal ini menjadi tanda bahwa PKI
tidak lagi sejalan dengan Tan Malaka. Dan ini menjadi awal lepasnya Tan Malaka
dari sebuah partai yang dulu diharapkan dapat menjadi pelopor bagi
pembebasan bangsanya dari penjajahan.
Setelah Alimin dan Musso sampai di Moskow mereka langsung mendiskusikan
keputusan Prambanan tersebut kepada Stalin dan Trostky. Secara terangterangan Stalin menolak rencana tersebut karena memang ia menilai hal
tersebut merupakan sesuatu yang tergesa-gesa dan tanpa perhitungan yang
matang. Stalin pun memerintahkan mereka kembali ke Indonesia. Musso
menolak keputusan Stalin tersebut dan berinisiatif untuk tetap melakukan
pemberontakan tersebut. Namun sebelum Musso dan Alimin sampai ke Indonesia
pergolakan sudah meletus.
Pada saat subuh dan fajar menyingsing tepatnya tanggal 12 Nopember 1926 PKI
melancarkan perampasan gedung telepon dan telegraf di Batavia (Jakarta).
Namun pada pagi harinya tentara Belanda berhasil merebut kembali bangunan
strategis tersebut, dan dalam waktu sepekan saja pemberontakan 1926 tersebut
dapat diakhiri.Jelas saja pemberontakan ini dapat dipatahkan dengan mudah,
karena kurang perencanaan yang matang dan musuh masih terlalu kuat. Atas
pemberontakan ini, pemerintah Hindia Belanada semakin mengawasi gerak-gerik
para tokoh-tokoh komunis dan bahkan Belanda menangkap sebanyak 13.000
aktivis kiri pada saat itu dan menahan sebagian dari mereka sesuai dengan
undang-undang yang melarang adanya pemberontakan. Sedangkan tokoh-tokoh
PKI menjadi buronan bagi pemerintah Hindia Belanda sehingga banyak dari
mereka harus melarikan diri ke luar negeri.
PKI pun hanya dapat melakukan pertemuan di luar negeri saja, sehingga
kekuatan yang mereka susun tidak terbangun secara optimal.
Kebangkitan PKI mulai terlihat setelah di laksanakannya kongres keenam
Komintern pada bulan Agustus 1928 di Moskow. Agenda yang dibahas paada
saat itu masih seputar mengenai kegagalan kudeta yang dilakukan di Indonesia.
Tokoh tokoh PKI yang hadir pada saaat itu seperti Musso, Tan Malaka dan
Semaun mengalami perselisihan sepanjang jalannya kongres. Hal ini tidak
terlepas dari pembahasan mengenai tindakan dari keputusan Prambnan
tersebut. Perselisihan ini membuat kepemimpinan didalam tubuh PKI menjadi
terpecah.
Karena telah mencoba untuk melakukan pemberontakan, pemerintah Hindia
Belanda menjadi sangat anti dengan nama komunisme. Gerakan yang dilakukan
PKI baru mulai nampak ketika terbentuknya Sarekat Kaum Buruh Indonesia
(SKBI). Namun aktivitas mereka di curigai, dan beberapa tokoh SKBI ditangkap
oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1932 mereka bangkit kembali
dengan membentuk komite persatuan yang di sistemnya lebih dikenal dengan
nama Organisasi Sel. Komite ini terus menerus melakukan tuntutan
revolusionernya antara lain menuntut pembebasan bagi tahanan-tahanan politik
yang selama ini ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 30-an muncul kekutan baru didunia yang dipelopori oleh Musolini di
Italia dan Hitler di Jerman. Kedua kekutan ini bergerak dbawah bendera yang
sama yaitu fasisme. Kekutan fasisme pada saat itu begitu kuat, sehingga Stalin
menyadari bahwa kekuatan yang dimiliki oleh fasisme jauh lebih berbahaya
daripada kapitalisme. Untuk itu komunisme mengambil langkah untuk
menghentikan sementara perlawaannya terhadap kapitalisme dan sebaliknya
justru menggalang kekuatan bersama kaum kapitalis yang anti fasis untuk
kemudian melawan kekuatam fasis tersebut. Perubahan sikap ini tidak terlepas
dari terpilihnya pimpinan baru komintern yaitu Dimitrov pada tahun 1935.
Komunisme telah mempunyai garis perjuangan yang berbeda, sehingga tokoh
komunis yang pada saat itu masih berada di Moskow dikirim pulang ke
negaranya masing masing. Musso diperintahkan oleh Komintern untuk pulang ke
Indonesia dan menjelaskan perubahan garis perjuangan komunisme tersebut.
Pada tahun yang sama, Musso sudah sampai di Surabaya, dan menggalang
kekuatan bersama tokoh tokoh PKI yang masih melakukan pergerakan dibawah
tanah seperti Sudjono, Pemudji, Sukindar dan lain lain. Musso kemudian
membentuk Central Comite (CC) PKI baru pada tahun 1935. Kelompok ini
bertugas untuk membina tokoh-tokoh muda menjadi orang yang mempunyai
pemikiran revolusioner. Tokoh yang kemudian dapat dijaring oleh kelompok ini
adalah Tan Liang Djie dan Mr. Amir Sjarifuddin.
Pergerakan PKI mengalami perubahan sejak kembalinya Musso dari Moskow.
Kader kader PKI justru disarankan untuk masuk kedalam Gerakan Rakyat
Indonesia (Gerindo), sebuah gerakan yang terbentuk pada tahun 1937 dan
memiliki azas kooperasi dengan pemerintah Belanda. Hal ini dikarenakan sikap
Gerindo yang dengan tegas anti-fasis sehingga menarik perhatian dari kaderkader PKI. Didalam Gerindo inilah kemudian kader-kader PKI (terutama kader
muda) di berikan pemahaman mendalam mengenai doktrin komunisme.
Pemuda pemuda yang terkader pada saat itu antara lain adalah Wikana, D.N.
Aidit, Sudisman, Anwar Kadir, Tjugito dan Mr. Joseph.
PKI melihat bahwa kekuatan fasisime telah sampai ke Asia yang dibawah oleh
jepang. Jepang mulai menaruh perhatiannya ke Indonesia yang pada saat itu
masih berada dibawah pimpinan pemerintah Hindia Belanda. Para tokoh PKI
telah melihat situasi tersebut dan memutuskan untuk membentuk gerakan anti
fasis (Geraf). Geraf dipimpin langsung oleh Amir Sjarifuddin, Pamudji dan
Sukayat dan menempatkan dr. Tjipto Mangunkusumo sebagai dewan
penasehatnya. Apa yang telah menjadi kekhawatiran PKI selama ini ternyata
menjadi kenyataan. Kekuatan fasis Jepang berhasil mengalahkan Belanda dan
menjadi penguasa baru di Indonesia.
Setelah Jepang berhasil menguasai Indonesia, Amir Sjarifuddin mulai melakukan
perlawanan bersama kelompoknya. Namun gerakan yang dilakukan lebih sering
bersifat organisai bawah tanah. Namun pada Februari 1943 ia bersama 300
anggota kelompoknya berhasil ditangkap oleh Jepang. Amir Sjarifuddin dan
pimpinan Geraf lainnya seperti Sukayat, Pamudji, Abdulrachim, dan Abdul Azis
dijatuhi hukuman mati oleh pemerintahan Jepang. Atas permintahan SoekarnoHatta hukuman Amir Sjarifuddin diubah menjadi hukuman seumur hidup.
Sementara pimpinan Geraf lainnya tetap menjalani hukuman mati.
Memasuki era pemerintahan yang dikuasai oleh Jepang, gerakan komunisme di
Indonesia jelas terang-terangan telah berubah haluan. Komunis yang
sebelumnya selalu melakukan perlawanan terhadap kapitalis pemerintah Hindia
Belanda kini justru menempatkan Jepang sebagai musuh baru dalam perjuangan
politiknya. Hal ini tidak terlepas dari apa yang terjadi di eropa saat itu, dimana
Moskow sebagai pusat kekuatan komunis di dunia mulai merasa terancam
dengan keberadaan Italia dan Jerman yang bersatu dalam kekuatan fasis. Hal ini
membuat Komintern mengambil kebijakan untuk memerintahkan seluruh
anggotanya (termasuk PKI) untuk melakukan perlawanan terhadap fasisme.
Bahkan Komunisme menjalin kerjasama dengan kapitalisme yang anti-fasis
untuk melawan kekuatan fasisme itu sendiri. Hal ini disebabkan, karena tokoh
Komitern di Moskow menganggap bahwa kekuatan fasisme jauh lebih berbahaya
dari kekuatan kapitalisme itu sendiri, sehingga perlawanan terhadap fasisime
tersebut harus diperoritaskan terlebih dahuluh.
Hindia Belanda dibawakan paham komunis oleh seorang Belanda bernama Hendricus
Josephus Fransiscus Marie Sneevliet. Semula hanya berniat mencari kerja karena di negeri
asalnya perusahaan-perusahaan swasta menolak mempekerjakan pribadi berlatar belakang
ekstrim aktivitas politiknya. Awal karirnya di Hindia Belanda adalah sebagai staf
editorialSoerabajaasch Handelsblad, koran penting di Jawa Timur. Semarang menjadi
habitatnya kemudian setelah diserahi jabatan sebagai sekretaris asosiasi dagang di
Semarang (Semarang Handelsvereniging) oleh D.M.G. Koch. Di sinilah Sneevliet mulai
menggerakkan insting politiknya. Sneevliet ikut dalam Sarikat Buruh Kereta Api Indonesia
(Vereniging van Spoor-en Tramweg Personeel (VSTP)). Organisasi ini menjadi lebih radikal
setelah Sneevliet hadir setahun belakangan, karena telah diarahkan untuk memperbaiki nasib
para buruh kerja. Beserta 60 orang, Sneevliet mendirikan Indische Sociaal Democratische
Vereniging (ISDV) pada 9 Mei 1914 di Surabaya.
Misi-misi infiltrasi ke dalam organisasi lokal dilakukan untuk meningkatkan jumlah
anggota. Gagalnya menjalin kerja sama dengan Insulinde, tidak membuat langkah mereka
terhenti. Sarekat Islam (SI), organisasi lokal terbesar menjadi target selanjutnya. Sneevliet
berhasil merekrut kader berbakat SI, Semaun dan Darsono. Semaun adalah pemuda kelahiran
Surabaya, yang mana menjadi cepat terkenal karena agitasinya. Setelah dipindah tugaskan
dari Surabaya, kantor pusat Central Sarekat Islam (CSI), ke Semarang, SI setempat
mengalami kemajuan politis yang pesat. Jago agitator lokal ini berhasil memerahkan SI
Semarang dengan mengkritik kebijakan-kebijakan CSI yang dinilai pro-kolonialis. Sewaktu
terdaftar di ISDV, Semaun berusia 17 tahun.
ISDV semakin radikal dan menuju pada kesuksesan pengkaderan partai, dapat dibuktikan
pada masa-masa setelahnya bahwa kader-kader lokal semakin menguasai posisi penting
dalam partai dan secara tidak langsung menggeser peranan-peranan pendahulunya yang
bukan masyarakat pribumi. Duri dalam daging SI pun semakin lama semakin tajam dan
berimplikasi pada pecahnya pengikut SI secara meluas karena perbedaan ideologi. Terutama
dilatar belakangi sepak terjang Semaun dan Darsono, kader lokal ISDV, yang seakan
mengikis kepopuleran Cokroaminoto selaku pemimpin SI dengan kritikannya. Semaun dan
kawan-kawan SI Semarang menginginkan SI menjadi organisasi buruh yang mengedepankan
nasib kaum kecil anggota-anggotanya. Proletariat lokal sudah pasti menyetujui hal tersebut
karena mendambakan perubahan dalam kehidupan ekonomi mereka. Maka terbagilah dua
konsentrasi, SI Putih Cokroaminoto dan SI Merah yang telah disusupi Marxisme Semaun dan
kawan-kawan.
Pada 23 Mei 1920 , ISDV merubah namanya dengan Perserikatan Komunis di India
(PKI). Dalam buku Kemunculan Komunisme Indonesia karangan Ruth McVey disebutkan
bahwa Semaun, Bergsma, dan Baars perubahan nama tersebut dilatar belakangi untuk
membedakan dengan sosialis palsu. Pergantian nama diiringi dengan perubahan susunan
posisi partai, antara lain Semaun (Ketua), Darsono (Wakil Ketua), Bergsma (Sekretaris),
Dekker (Bendahara), dan Baars (Komisioner). Dapat disimpulkan bahwa orang-orang
Belanda yang menjadi kader PKI, sudah dikesampingkan peranannya dan sebatas pendukung
saja. Segala keputusan, program dan kebijakan ditetapkan secara veto oleh petinggi partai
asal pribumi. Hingga di kemudian hari, aktivis partai kalangan eropa tidak pernah
membicarakan masalah internal partai dengan aktivis lokal.
Jacques Leclerc dalam bukunya Mencari Kiri Kaum Revolusioner Indonesia dan Revolusi
Mereka, mengutarakan bahwa PKI merupakan organisasi pertama di Asia di luar kekaisaran
Rusia yang menggunakan kualifikasi komunis. Partai Komunis Cina sendiri baru didirikan
setahun kemudian, yakni pada July 1921. Desember 1920, sebagai salah satu dari 21 syarat
untuk bergabung dengan Komintern, Perserikatan Komunis di India mengganti kembali
identitasnya dengan Partai Komunis Indonesia. Organisasi pertama yang menggunakan kata
Indonesia di Hindia Belanda.
Kemajuan pesat keanggotaan karena semakin membengkaknya paham komunis di
kalangan SI, membuat SI Merah Semarang ditendang dari CSI. Selain itu dikarenakan
gesekan-gesekan semakin sering terjadi pada kongres-kongres Sarekat Islam, juga difaktori
perbedaan pandangan secara mendasar. Jarak antara kaum islamis dengan komunis semakin
merenggang.
PKI semakin ekstrim dengan gerakan-gerakannya yang merujuk pada ditangkapnya
kader-kader penting partai. Semaun, Darsono dan Tan Malaka diasingkan ke luar negeri.
Pemerintah Hindia Belanda menilai aksi pemogokan di Surabaya adalah gerakan yang
dikordinatori oleh orang-orang komunis. Meskipun kantor partai telah digeledah dan tidak
terbukti bahwa PKI ikut campur dalam aksi. Setelah pemimpin-pemimpin awal PKI tidak
bisa memegang pergerakan lagi, Sarjono terpilih sebagai Ketua PKI yang baru. Orangnya
tidak terlalu kuat tapi sangat berperan dalam fase pergerakan politik PKI dikemudian hari,
terutama di Australia.
Tindakan pemerintah Hindia Belanda yang semakin mengurung gerak-gerik PKI tidak
dianggap halangan oleh PKI pimpinan Sarjono. Alimin dan Musso yang menjadi buronan pun
tetap bergerak meski seakanmerangkak. Hindia Belanda telah memasukan kedua orang
tersebut dalam Daftar Pencarian Orang tapi mereka sudah lebih dulu hijrah ke Singapura
bersama Subakat dan yang lainnya. Dari sana mereka tetap mengikuti perkembangan politik
dalam negeri. Semaun menetap di Belanda. Tan Malaka menjadi agen Komintern yang
mengawasi pergerakan kaum komunis di seantero Asia. Diburu-buru interpol, Tan tidak tetap
tempat menetapnya.
Dalam kongres di Prambanan, Sarjono merumuskan beberapa poin-poin penting bagi PKI
yang masih tersisa di dalam negeri. Salah satunya adalah melancarkan aksi pemberontakan.
Tindak buru-buru dan gegabah Sarjono terkait pemberontakan yang direncanakan bulan MeiJuni 1926 digambarkan sebagai tindakan bunuh diri. Kudeta yang memakan anak sendiri.
Setelah dirapatkan matang-matang, aksi akan dilancarkan dimulai dengan pemogokanpemogokan. Alimin diminta memberitahukan rencana aksi kepada Tan Malaka selaku
pimpinan Komintern se-Asia untuk meminta dukungan moral dan terutama materi. Tan
Malaka tidak setuju dengan aksi tersebut karena dinilai belum adanya situasi yang pas untuk
revolusi. Selain itu PKI juga belum merambah masyarakat secara umum, maka dari itu tidak
akan menjadi gerakan massa yang besar. Kerapian rencana pelaksanaan aksi pun dinilai
sangat kurang, ditambah pula materi-materi tidak bisa mendukung secara masif. Mendengar
kabar tersebut, Musso yang kalap langsung mengirim Alimin untuk bertemu Tan Malaka di
Filipina. Tan Malaka tetap pada pendiriannya, tidak akan memberikan bantuan yang memadai
karena akan terbuang sia-sia. Alimin balik lagi ke Singapura dan memberitahu kepada kaderkader yang lain bahwa Tan Malaka setuju. Tan Malaka tidak pernah tahu apa yang
disampaikan Alimin tersebut dan ketika dia datang langsung ke Singapura, ternyata Alimin
dan Musso telah berangkat ke Rusia untuk melaporkan pergerakan yang akan dilancarkan di
Hindia Belanda. Tan Malaka menjelaskan apa yang telah dibicarakan dengan Alimin di
Filipina. Nasi sudah menjadi bubur, Sarjono dan kawan-kawan di tanah air sudah sangat siap
melakukan aksi, bahkan meskipun ada kader-kader yang memisahkan diri dan bergabung
dengan Tan Malaka, semacam Subakat. Perselisihan ini akan memanjang hingga persaingan
antara Murba-PKI di fase sejarah berikutnya.
Aksi memang benar dilakukan, dan pertama kali meletus pada 12 November 1926 di
Jawa Barat, disusul Sumatera Barat pada Januari 1927.Pemberontakan terjadi dibeberapa
daerah lain, namun tidak bertahan lama. Tentara Belanda dengan mudahnya menumpas aksi
yang dipaksakan ini. Aksi tersebut adalah gerakan politis oleh pribumi yang dilatar belakangi
oleh politik etis terapan Belanda. Politik Etis ternyata menyodorkan kotak pandora yang
apabila dibuka maka meledak suatu revousi. Itulah asumsi para petinggi pemerintah kolonial
saat itu. Kader-kader PKI ditangkap dan dibuang. Sebagian kecil dihukum mati. Tahanan
politik tersebut ditempatkan di Boven Digul. Bersama tapol-tapol lain yang lebih dulu
mendekam disana. Boven Digul banyak dihuni oleh tapol PKI. Kegiatan mereka juga masih
mendiskusikan perkembangan politik. Grup-grup PKI tersebut terpecah meski sama-sama
berstatus tahanan. Grup Joko Soedjono, Grup Ali Archam, dan Grup Sardjono. Masingmasing grup menaruh kecurigaan karena dilatar belakangi informan-informan yang berbeda.
Saling bacok pun kerap terjadi.
Munculnya semangat kebangsaan yang ada pada masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh faktor
dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor ekstern yang mempengaruhi
nasionalisme Indonesia adalah: (1) pengaruh faham-faham modern dari Eropa (liberalisme,
humanisme, nasionalisme, komunisme); (2) pengaruh gerakan Pan-Islamisme; (3) Pengaruh
pergerakan bangsa terjajah di Asia; dan (4) Pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia.
Sedangkan faktor Intern yang mendorong munculnya semangat kebangsaan atau nasionalisme
adalah: (1) timbulnya kembali golongan pertengahan, kaum terpelajar; (2) adanya penderitaan
dan kesengsaraan yang dialami oleh seluruh rakyat dalam berbagai bidang kehidupan; (3)
pengaruh golongan peranakan; dan (4) adanya keinginan untuk melepaskan diri dari
imperialisme.
Faktor pendorong munculnya pergerakan nasional di Indonesia | faktor Intern dan Ekstern.
Berikut penjelasan mengenai faktor Intern dan Ekstern munculnya pergerakan nasional di
Indonesia.
A. Faktor Ekstern
1. Munculnya kesadaran tentang pentingnya semangat kebangsaan, semangat nasional,
perasaan senasib sebagai bangsa terjajah, serta keinginan untuk mendirikan negara berdaulat
lepas dari cengkeraman imperialisme di seluruh negara-negara jajahan di Asia, Afrika, dan
Amerika latin pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
2. Fase tumbuhnya anti imperialisme berkembang bersamaan dengan atau dipengaruhi oleh
lahirnya golongan terpelajar yang memperoleh pengalaman pergaulan internasional serta
mendapatkan pemahaman tentang ide-ide baru dalam kehidupan bernegara yang lahir di
Eropa, seperti demokrasi, liberalisme, dan komunisme melalui pendidikan formal dari negaranegara barat.
3. Paham-paham tersebut pada dasarnya mengajarkan tentang betapa pentingnya persamaan
derajat semua warga negara tanpa membedakan warna kulit, asal usul keturunan, dan
perbedaan keyakinan agama. Paham tersebut masuk ke Indonesia dan dibawa oleh tokoh-tokoh
Belanda yang berpandangan maju, golongan terpelajar Indonesia yang memperoleh pendidikan
Barat, serta alim ulama yang menunaikan ibadah haji dan memiliki pergaulan dengan sesama
umat muslim seluruh dunia.
4. Perang dunia I (1914-1919) telah menyadarkan bangsa-bangsa terjajah bahwa negara-negara
imperialis telah berperang diantara mereka sendiri. Perang tersebut merupakan perang
memperebutkan daerah jajahan. Tokoh-tokoh pergerakan nasional di Asia, Afrika dan Amerika
Latin telah menyadari bahwa kini saatnya telah tiba bagi mereka untuk melakukan perlawanan
terhadap panjajah yang sudah lelah berperang.
5. Menculnya rumusan damai mengenai penentuan nasib sendiri (self determination) presiden
Amerika Serikat Woodrow Wilson pasca perang dunia I disambut tokoh-tokoh pergerakan
nasional Indonesia sebagai pijakan dalam perjuangan mewujudkan kemerdekaan.
6. Lahirnya komunisme melalui Revolusi Rusia 1917 yang diikuti dengan semangat anti
kapitalisme dan imperialisme telah mempengaruhi timbulnya ideologi perlawanan di negaranegara jajahan terhadap imperialisme dan kapitalisme Barat. Konflik ideologi dunia antara
kapitalisme atau imperialisme sosialisme atau komunisme telah memberikan dorongan bagi
bangsa-bangsa terjajah untuk melawan kapitalisme atau imperialisme Barat.
7. Munculnya nasionalisme di Asia dan di negara-negara jajahan lainnya di seluruh dunia telah
mengilhami tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan
Belanda. Kemenangan Jepang atas Rusia 1905 telah memberikat keyakinan bagi tokoh
nasionalis Indonesia bahwa bangsa kulit putih Eropa dapat dikalahkan oleh kulit berwarna Asia.
Demikian juga, model pergerakan nasional yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India,
Mastapha Kemal Pasha di Turki, serta Dr. Sun Yat Sen di Cina telah memberikan inspirasi bagi
kalangan terpelajar nasionalis Indonesia bahwa inperialisme Belanda dapat dilawan melalui
organisasi modern dengan cara memajukan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan politik
pada bangsa Indonesia terlebih dahulu sebelum memperjuangkan kemerdekaan.
B. Faktor Intern
1. Penjajahan mengakibatkan terjadinya penderitaan rakyat Indonesia yang tidak terkira. Sistem
penjajahan Belanda yang eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia Indonesia serta
sewenang-wenang terhadap warga pribumi telah menyadarkan penduduk Indonesia tentang
adanya sistem kolonialisme Imperialisme Barat yang menerapkan ketidaksamaan dan perlakuan
membeda-bedakan (diskriminatif).
2. Kenangan akan kejayaan masa lalu. Rakyat Indonesia pada umumnya menyadari bahwa
mereka pernah memiliki negara kekuasaan yang jaya dan berdaulat di masa lalu (Sriwijaya dan
Majapahit). Kejayaan ini menimbulkan kebanggaan dan meningkatnya harga diri suatu bangsa,
oleh karena itu rakyat Indonesia berusaha untuk mengembalikan kebanggaan dan harga diri
sebagai suatu bangsa tersebut.
3. Lahirnya kelompok terpelajar yang memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar negeri .
kesempatan ini terbuka setelah pemerintah kolonial Belanda pada awal abad ke-20 menjalankan
politik Etis (edukasi, imigrasi, dan irigasi). Orang-orang Indonesia yang memperoleh pendidikan
barat berasal dari kalangan priayi abangan yang memiliki status bangsawan. Sebagian lainnya
berasal dari kalangan priayi dan santri yang secara sosial ekonomi memiliki kemampuan untuk
menunaikan ibadah haji serta memperoleh pendidikan tertentu diluar negeri.
4. Lahirnya kelompok terpelajar islam telah menyadarkan bangsa Indonesia terjajah yang
sebagian besar penduduknya beragama Islam. Kelompok intelektual Islam telah menjadi agent
of change atau agen pengubah cara pandang masyarakat bahwa nasib bangsa Indonesia yang
terjajah tersebut tidak dapat diperbaiki melalui belas kasihan penjajah seperti Politik Etis
misalnya. Nasib bangsa Indonesia harus diubah oleh bangsa Indonesia sendiri dengan cara
memberdayakan bangsa melalui peningkatan taraf hidup di bidang ekonomi, pendidikan, sosial
dan budaya.
5. Menyebarnya paham-paham baru yang lahir di Eropa, seperti demokrasi, liberalisme,
sosialisme, dan komunisme di negeri jajahan (Indonesia) yang dilakukan oleh kalangan
terpelajar.
6. Muncul dan berkembangnya semangat persamaan derajat pada masyarakat Indonesia dan
berkembang menjadi gerakan politik yang sifatnya nasional. Tindakan pemerintah kolonial yang
sifatnya semakin represif seperti pembuangan para pemimpin Indische Partiij pada 1913, ikut
campurnya Belanda dalam urusan internal Sarekat Islam, dan penangkapan tokoh-tokoh
nasionalis telah menimbulkan gerakan nasional untuk memperoleh kebebasan berbicara,
berpolitik, serta menentukan nasib sendiri tanpa dicampuri pemerintah kolonial Belanda.
Bab 5.
Indonesia
A.
Latar
Belakang
J.R. Logan (1850) memakai nama Indonesia dalam arti geografi. Hal ini
terlihat
dari
karangannya yang berjudul The ethnology of the Indian Achipelago.
Kata
Indonesia
digunakan
untuk menyebut pulau-pulau atau Kepulauan Hindia dan penduduknya
adalah
bangsa
Indonesia.
Kata Indonesia dalam arti etnologi mulai digunakan pada tahun 1884
oleh
Bastian,
dalam
karangannya yang berjudul Indonesia Order die Inseln des Malagischen
Archipels.
Kata
Indonesia
tidak
lain
adalah
Kepulauan
Melayu
(Hindia).
Sejak itu, istilah Indonesia dipakai dalam ilmu etnologi, hukum adat,
dan
ilmu
bahasa.
Dalam hal ini guru-guru besar Universitas Leiden seperti R.A. Kern,
Snouck
Hurgronje,
van
Vollen Hoven, dan lain-lain berjasa sangat besar dalam menyebarkan
kata
Indonesie,
Indonesier,
dan
Indonesisch.
Pemakaian istilah Indonesia dalam pergerakan nasional dimulai dari
para
mahasiswa
Indonesia
di negeri Belanda. Pada tahun 1908 para mahasiswa Indonesia di negeri
Belanda
mendirikan
organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Seiring dengan
penggunaan
istilah
Indonesia,
maka pada tahun 1922 berganti nama menjadi Indonesische
Vereeniging,
dan
pada
tahun
1924
berganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Majalahnya yang semula
bernama
Hindia
Poetra
juga berubah menjadi Indonesia Merdeka. Sejak saat itu kata Indonesia
banyak
dipakai
oleh
organisasi-organisasi
pergerakan
di
Indonesia.
Sebagai istilah pengetahuan, nama Indonesia makin populer dipakai di
samping
istilah
Nusantara, yaitu ketika Suwardi Suryaningrat mendirikan Biro Pers di
Belanda
yang
diberi
nama
Indonesisch
Persbureau
(tahun
1931).
Bab 5 Muncul dan Berkembangnya Pergerakan Nasional Indonesia 131
Demikian halnya yang dialami oleh para mahasiswa dan pemuda
masa itu. Mereka, khususnya mahasiswa STOVIA berusaha
mengadakan perlawanan dengan cara yang halus mengingat cara
pertempuran fisik selalu mengalami kegagalan. Berangkat dari
kesadaran dan kemauan untuk melawan, maka mulai muncul berbagai
organisasi pergerakan. Meskipun masingmasing organisasi memiliki
asas dan cara perjuangan yang berbedabeda, mereka tetap mempunyai
satu tujuan yaitu mencapai kemerdekaan. Kebulatan tekad para pemuda
untuk bersatu mencapai puncaknya dengan dicetuskannya Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Dapatkah kalian menyebutkan isi Sumpah
pemuda 28 Oktober 1928? Para Tokoh Perhimpunan Indonesia adalah
Mohammad
Hatta,
Iwa
Kusumasumantri,
dan
Sartono.
Penggunaan istilah Indonesia sebagai identitas nasional mencapai
puncaknya
pada
Kongres
Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 yang mencetuskan kebulatan tekad
dalam
Sumpah
Pemuda.
Sumpah Pemuda berisi tiga hal pokok yaitu bertanah air, berbangsa satu,
dan
berbahasa
satu
yaitu
Indonesia.
Usaha pemakaian kata Indonesia dalam arti politik ketatanegaraan
dimulai
pada
tahun
1930. Ketika itu, Moh. Husni Thamrin mengajukan mosi yang berisi
agar
kata-kata
Nederlandsch
Indie dan Inlander dihapuskan dari undang-undang dan diganti dengan
Indonesie,
Indonesier,
dan Indonesisch. Namun ditolak oleh pemerintah Belanda.
Istilah Indonesia sebagai arti politik ketatanegaraan secara resmi
digunakan
pada
masa
Revolusi Agustus 1945. Dan puncaknya ketika dikumandangkan
Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia
17
Agustus
1945.
Sumber:
Sejarah
Nasional
Indonesia
V,
1993
2.
Faktor
Ekstern
Timbulnya
pergerakan
nasional
Indonesia
di
samping
disebabkan
oleh
kondisi
dalam
negeri,
juga
ada
faktor
yang
berasal
dari
luar
(ekstern).
Berikut
ini
faktor-faktor
ekstern
yang
memberi
dorongan
dan
energi
terhadap
lahirnya
pergerakan
nasional
di
Indonesia.
a.
Kemenangan
Jepang
atas
Rusia
Selama
ini
sudah
menjadi
suatu
anggapan
umum
jika
keperkasaan
Eropa
(bangsa
kulit
putih)
menjadi
simbol
superioritas
atas
bangsa-bangsa
lain
dari
kelompok
kulit
berwarna.
Hal
itu
ternyata
bukan
suatu
kenyataan
sejarah.
Perjalanan
sejarah
dunia
menunjukkan
bahwa
ketika
pada
tahun
1904-1905
terjadi
peperangan
antara
Jepang
melawan
Rusia,
ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan
itu
adalah
Jepang.
Hal
ini
memberikan
semangat
juang
terhadap
para
pelopor
pergerakan
nasional
di
Indonesia.
b
.
Partai
Kongres
India
Dalam
melawan
Inggris
di
India,
kaum
pergerakan
nasional di India membentuk All India National Congress
(Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan
Octavian Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan
Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan garis
perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan
Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha
mengandung
makna
yang
memberi
banyak
inspirasi
terhadap
perjuangan
di
Indonesia.
Sumber:
Encarta
Encyclopedia,
2006
Gambar
5.4
Mahatma
Gandhi
salah
satu
tokoh
All
India
National
Conggress.
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
Jepang
menang
dalam
perang
melawan
Rusia
yaitu:
a.
Melakukan
Meiji
Restorasi,
melakukan
perubahan
strategi
politik
luar
negerinya
dari
kebijakan
pintu
tertutup
menjadi
pintu
terbuka.
b.
Memiliki
semangat
Bushido
(jalan
ksatria).
Semangat
ini
di
samping
menunjukkan
kesetiaan
kepada
Kaisar
dan
nasionalisme,
sekaligus
menunjukkan
suatu
etos
kerja
yang
tinggi,
penuh
dengan
disiplin
dan
kerja
keras.
Jeli
Jendela
Info
132
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
VIII
c
.
Filipina
di
bawah
Jose
Rizal
Filipina
merupakan
jajahan
Spanyol
yang
berlangsung
sejak
1571
1898.
Dalam
perjalanan
sejarah
Filipina
muncul
sosok
tokoh
yang
bernama
Jose
Rizal
yang
merintis
pergerakan
nasional
dengan
mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal
melakukan
perlawanan
bawah
tanah
terhadap
penindasan
Spanyol.
Tujuan
yang
ingin
dicapai
adalah
bagaimana
membangkitkan
nasionalisme
Filipina
dalam
menghadapi
penjajahan
Spanyol.
Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal
30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan.
Sikap patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal
membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah air bagi
para
cendekiawan
di
Indonesia.
d
.
Gerakan
Nasionalisme
Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun
1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina
karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh
Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa
Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat.
Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang
penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang
juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina
diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 1864) dan
kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata
berimbas
semangatnya
di
tanah
air
Indonesia.
e.
Gerakan
Turki
Muda
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh
1930),
berdiri
organisasi
seperti
Partai
Komunis
Indonesia
(PKI),
Perhimpunan
Indonesia
(PI),
dan
Partai
Nasional
Indonesia
(PNI).
3.
Masa
moderat/kooperasi
(1930
1942),
berdiri
organisasi
seperti
Parindra,
Partindo,
dan
Gapi.
Di
samping
itu
juga
berdiri
organisasi
keagamaan,
organisasi
pemuda,
dan
organisasi
perempuan.
B.
Perkembangan
Pergerakan
Nasional
1.
Budi
Utomo
(BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo,
merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar
(Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr.
Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat
dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari
kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri
organisasi
Budi
Utomo
dengan
ketuanya
Dr.
Sutomo.
Organisasi
Budi
Utomo
artinya
usaha
mulia.
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik.
Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal
ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan
pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang
mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anakanak
bersekolah,
membuka
sekolah
pertanian,
memajukan
teknik
dan
industri,
menghidupkan
kembali
seni
dan
kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita
kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang
layak.
Kongres
Budi
Utomo
yang
pertama
berlangsung
di
Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober 5 Oktober 1908. Kongres
ini dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya
I,
Yogya
II,
Magelang,
Surabaya,
dan
Batavia.
Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa
hal
berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa
dan
Madura.
b.
Tidak
melibatkan
diri
dalam
politik.
dr.
Wahidin
Sudirohusodo,
pencetus
berdirinya
Budi
Utomo.
Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
(
18571917)
adalah
inspirator
bagi
pembentukan
organisasi
modern
pertama
untuk
kalangan
priyayi
Jawa.
Ia
lulusan
sekolah
Dokter
Jawa
dan
bekerja
sebagai
dokter
pemerintah
di
Yogyakarta
sampai
tahun
1899.
Pada
tahun
1901
menjadi
redaktur
majalah
Retno
Dhoemilah
Ratna
yang
berkilauan.
Jeli
Jendela
Info
134
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
VIII
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T.
Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang
selaras
untuk
negara
dan
bangsa.
pesat
karena
bermotivasi
agama
Islam.
Latar
belakang
ekonomi
berdirinya
Sarekat
Islam
adalah:
a.
perlawanan
terhadap
para
pedagang
perantara
(penyalur)
oleh
orang
Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya
untuk
menunjukkan
kekuatannya,
dan
c.
membuat
front
melawan
semua
penghinaan
terhadap
rakyat
bumi
putera.
Tujuan
yang
ingin
dicapai
sesuai
dengan
anggaran
dasarnya
adalah:
a.
mengembangkan
jiwa
berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya
derajat
bumi
putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e.
tidak
bergerak
dalam
bidang
politik,
dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara
horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di Indonesia.
Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya
di dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda
perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang bernama
Utusan
Hindia.
Sumber:
Album
Pahlawan
Bangsa,
2004
Gambar
5.7
H.
Samanhudi,
pendiri
SDI.
Perubahan
SDI
menjadi
SI
ini
tidak
lepas
dari
luasnya
wawasan
Haji
Oemar
Said
Cokroaminoto
sebagai
motor
penggerak
SI.
Ia
adalah
lulusan
OSVIA,
membangkitkan
khayalan massa rakyat tradisional
Islam.
Dari hasil pendidikan Islam, akan muncul pula cendikiawan Islam, ulama dan
kyai yang mempelopori Pergerakan Nasional. Mereka mendorong masyarakat
untuk mencintai tanah air dan agamanya. Pergerakan tersebut tidak hanya
bersifat kedaerahan tetapi terus meluas ke Nasional. Akhirnya munculah jiwa
Nasionalisme Indonesia.
B. Peranan Golongan Terpelajar, Profesional dan Pers dalam
Menumbuhkembangkan Kesadaran Nasional Indonesia
Salah satu realisasi dari pelaksanaan politik etis adalah didirikannya
sekolahsekolah di Indonesia. Walaupun sebenarnya sekolah-sekolah tersebut
untuk kepentingan pemerintah Belanda. Namun ada juga rakyat Indonesia
yang mengenyam pendidikan. Golongan inilah yang nanti sangat berperan
dalam menumbuhkembangkan kesadaran Nasional Indonesia. Golongan
inilah yang
kemudian disebut golongan terpelajar.
1. Timbulnya Golongan Terpelajar dan Profesional
Dalam masyarakat secara umum terdapat tiga lapisan berdasarkan status
sosialnya, yaitu sebagai berikut.
a. Lapisan bawah, yang biasanya disebut rakyat jelata. Yaitu terdiri dari para
buruh, tani biasa, nelayan dan sebagainya.
b. Lapisan menengah yaitu terdiri dari para pedagang, petani-petani kaya,
dan para pegawai yang terdiri dari berbagai profesi.
c. Lapisan atas yaitu biasa disebut golongan elite. Golongan elite ialah orangorang yang sangat dihormati di dalam masyarakat.
Biasanya mereka adalah keturunan bangsawan atau kerabat raja dan
pemukapemuka agama, seperti ulama dan kyai yang sangat berpengaruh di
dalam masyarakat. Golongan ini pada umumnya sudah banyak mengenyam
pendidikan.
Sebelum abad ke-20, kesadaran Nasional Indonesia belum berkembang
dapat diatasi apabila rakyat di tiap daerah bersatu untuk berjuang mencapai
kemerdekaan. Pers memang merupakan alat komunikasi massa yang sangat
tepat untuk menggerakkan semangat perjuangan karena langsung
berhubungan dengan masyarakat luas. Meskipun pers masih terbatas pada
pers cetak yang jumlahnya masih terlalu sedikit, ternyata peranannya sangat
besar. Khususnya dalam membangkitkan rasa kebangsaan dan persatuan.
Melalui pers perkembangan setiap pergerakan dapat segera diketahui
masyarakat, baik masyarakat pergerakan maupun masyarakat pada
umumnya. Sejalan dengan perkembangan pergerakan, berkembang pula
kesadaran masyarakat akan arti pers dalam perjuangan mencapai
kemerdekaan.
Pers yang ada pada waktu itu, pada umumnya berupa harian surat kabar dan
majalah. Beberapa surat kabar yang terkenal waktu itu ialah De Expres,
Oetoesan Hindia, dan lain-lain. Majalah yang banyak pengaruhnya adalah
Indonesia Merdeka yang diterbitkan oleh Perhimpunan Indonesia di negeri
Belanda. Tidak heran bila banyak dari surat kabar dan majalah itu dibrangus
oleh pemerintah kolonial karena dipandang sangat berbahaya.
Contoh surat kabar yang terbit, yang sangat mempengaruhi kesadaran
rakyat Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut.
a) Bintang Soerabaja (1861) di Surabaya
Surat kabar ini merupakan surat kabar berbahasa Melayu yang tertua di
Indonesia. Isinya selalu menentang pemerintah dan berpengaruh di kalangan
orang-orang Cina dari partai modern di Jawa Timur. Pemimpin redaksi surat
kabar ini adalah Courant.
b) Medan Prijaji (1907) di Bandung
Surat kabar ini merupakan pelopor pers nasional pemimpin redaksinya
adalah RM. Tirtoadisuryo. Ia adalah orang pertama Indonesia yang bergerak
di bidang penerbitan dan percetakan. Ia juga dianggap sebagai wartawan
pertama di Indonesia yang menggunakan surat kabar sebagai alat untuk
membentuk pendapat umum.
Karena karangan-karangannya yang tajam terhadap penguasa, maka
sangat peka terhadap penderitaan rakyat karena tugas yang diemban berupa
pengabdian terhadap kondisi masyarakat. Dengan intelektualnya, mereka
memiliki gagasan untuk mengembangkan taktik perjuangan dengan
berorganisasi. Inilah peran penting kaum terpelajar yang hendaknya menjadi
pelopor di masyarakat.
c. Mengenang Kejayaan Masa Lampau yang Gemilang
Kejayaan masa lampau bangsa Indonesia pada zaman Sriwijaya dan
Majapahit dapat menggugah semangat nasionalisme golongan terpelajar
sehingga berupaya melepaskan diri dari penjajah Belanda.
2. Faktor dari Luar Negeri
Faktor-faktor dari luar negeri yang mendorong munculnya pergerakan
nasional di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam tahun 1905.
b. Kebangkitan Nasional negara-negara tetangga seperti India, Philipina,
Cina, dan Turki.
c. Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan demokrasi.
terbatas pada penerbitan Majalah Goeroe Desa. Sejak tahun 1912 ketika
Pangeran Notodirodjo menjabat ketua, Budi Utomo berusaha mengejar
ketinggalan tetapi tidak banyak hasilnya karena saat itu muncul organisasiorganisasi lain seperti Sarekat Islam dan IndishcePartij.
Sejak pecahnya Perang Dunia I pada tahun 1914 sampai 1919 terlihat
usaha-usaha Budi Utomo terjun ke bidang politik. Akan tetapi karena tidak
mendapat dukungan massa maka kedudukan secara politik kurang begitu
penting. Namun ada hal yang penting yakni bahwa Budi Utomo merupakan
organisasi social kebangsaan yang pertama berdiri di Indonesia dan di situlah
terdapat benih semangat nasional yang pertama. Oleh karena itu tanggal
kelahiran Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.
b. Sarekat Islam (SI)
Pada tahun 1909, Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan perkumpulan dagang
di Jakarta dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI). H. Samanhudi seorang
pedagang batik dari Laweyan Solo merasa tertarik dengan organisasi dagang
ini. Akhirnya ia mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo pada akhir tahun
1911. Tujuannya adalah untuk memajukan agama, dan untuk memperkuat
diri bagi golongan pedagang-pedagang Indonesia terhadap
pedagangpedagang Cina.
Pada waktu itu pedagang Cina memegang peranan penting dalam leveransir
bahan-bahan yang diperlukan oleh perusahaan batik. Dalam mendirikan
Sarekat Dagang Islam di Solo, H. Samanhudi mengajak pedagang-pedagang
batik terkenal di antaranya M.Asmodimejo, M. Kertotaruno, M.
Sumowerdoyo, dan H.M. Abdulrajak. Organisasi yang baru didirikan tersebut
diketuai oleh H. Samanhudi. Berdirinya Sarekat Islam selain didorong oleh
factor ekonomi juga dilandasi oleh faktor agama.
Pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang Islam diubah menjadi
Sarekat Islam. Hal ini dilakukan atas saran Haji Oemar Said Tjokroaminoto,
seorang pelajar Indonesia yang bekerja pada perusahaan dagang di
Surabaya. Alasan perubahan nama ini adalah agar perkumpulan itu
jangkauannya lebih luas tidak terbatas pada golongan pedagang saja.
Tujuan Sarekat Islam sesuai anggaran dasarnya adalah sebagai berikut.
1) Memajukan perdagangan.
2) Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami
kesulitan.
3) Memajukan kepentingan rokhani dan jasmani dari penduduk asli.
4) Memajukan kehidupan agama Islam.
Dalam waktu singkat Sarekat Islam berhasil mendapat anggota di kalangan
rakyat banyak sehingga meluas menjadi organisasi massa yang pertama di
Indonesia. Hal ini berbeda dengan Budi Utomo yang dalam praktiknya hanya
beranggotakan rakyat dari golongan atas.
Walaupun tujuan Sarekat Islam yang dirumuskan tidak bersifat politik, akan
tetapi kegiatan-kegiatannya memperjuangkan keadilan dan kebenaran dari
penindasan pemerintah kolonial. Kenyataan ini membuat pemerintah Hindia
Belanda merasa khawatir. Oleh karena itu, yang mendapat ijin pendirian
hanya tingkat lokal/cabang. Sedangkan ijin pendirian Sarekat Islam tingkat
pusat ditolak.
Kongres pertama Sarekat Islam dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 1913
di Surabaya dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto. Dalam kongres ini, beliau
menerangkan bahwa Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak beraksi
melawan pemerintah Belanda. Pada waktu itu anggota Sarekat Islam
semakin bertambah. Di Jakarta berjumlah kurang lebih 12.000 anggota.
Kongres Sarekat Islam kedua dilaksanakan di Solo. Kongres kedua ini
memutuskan bahwa Sarekat Islam hanya terbuka bagi rakyat biasa
sedangkan pegawai pangreh praja tidak boleh menjadi anggota. Hal ini
dimaksudkan agar Sarekat Islam tetap merupakan organisasi rakyat.
Perkembangan Sarekat Islam semakin pesat. Pada tahun 1914 telah berdiri
56 Sarekat Islam Cabang. Pada bulan Februari 1915, Pimpinan Sarekat Islam
membentuk pengurus pusat yang dikenal dengan Central Sarekat Islam
(CSI) yang berkedudukan di Surabaya. Sebagai ketua kehormatan adalah H.
Samanhudi, H.O.S. Tjokroaminoto sebagai ketua, dan Raden Gunawan
sebagai wakil ketua. Pada tanggal 18 Maret 1916, Central Sarekat Islam ini
mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia - Belanda. Beberapa tokoh
Sarekat Islam yang lain adalah Abdul Muis, Wignyodisastro, dan Soewardi
Soerjaningrat. Ketiga orang ini merupakan pengurus SI di Bandung. Tokoh
A.K. Gani, dan Mr. Moh. Yamin. Tujuannya adalah untuk mencapai
kemerdekaan di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Dalam waktu singkat,
partai ini berkembang dengan cepat dan memperoleh posisi yang kuat
sebagai partai yang berhaluan nasional anti-fasis. Dengan menggunakan
taktik kooperasi, Gerindo melakukan aksi perjuangannya. Perkembangan
Gerindo selalu diawasi pemerintah kolonial Belanda, dan pada saat Jepang
masuk ke Indonesia partai ini dibubarkan.
6. Masa Bertahan
a. Fraksi Nasional
Perjuangan bangsa Indonesia juga dilakukan wakil-wakil partai yang duduk
dalam Volksraad. Dengan dipelopori oleh Moh. Husni Thamrin maka pada
tanggal 27 Januari terbentuklah Fraksi Nasional di Jakarta. Terbentuknya
Fraksi Nasional ini didorong oleh beberapa hal, di antaranya tindakan keras
pemerintah kolonial Belanda terhadap gerakan politik dengan
memperlakukan yang sama antara gerakan yang bersifat non maupun
kooperasi.
Terhadap para pemimpin perkumpulan yang moderat, pemerintah kolonial
juga melakukan penggeledahan. Tujuan yang ingin dicapai oleh Fraksi
Nasional adalah menjamin adanya kemerdekaan nasional dalam waktu
singkat dengan mengusahakan perubahan ketatanegaraan, menghapuskan
jurang perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual.
Kegiatan yang dilakukan Fraksi Nasional antara lain pembelaan terhadap
para pemimpin PNI yang ditangkap tahun 1930. Di samping itu, juga
menentang pemborosan anggaran pertahanan pemerintah kolonial karena
akan mematikan pergerakan nasional. Dilihat dari perjuangannya, Fraksi
Nasional ini bersifat radikal. Perjuangan melalui volksraad ini tidak
memuaskan dan suara Fraksi Nasional terpecah dalam menanggapi Petisi
Sutarjo.
b. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Pada tahun 1939 timbul kembali gagasan untuk membina kerja sama
tuk Indonesia, yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia sematamata, bahwa hal yang demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang
Indonesia sendiri bukan dengan pertolongan siapa pun juga; bahwa segala jenis
perpecahan tenaga haruslah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas tercapai.
Sejak tahun 1923 Indonesische Vereeniging aktif berjuang bahkan mempelopori
dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pada tahun
itu juga diterbitkan suatu buku peringatan Indonesische Vereeniging yang
menggemparkan kaum kolonial Belanda.
Pada tahun 1924 nama majalah Hindia Poetra diubah menjadi Indonesia
Merdeka. Kemudian tahun 1925 dipakailah nama baru organisasi Indonesische
Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Kegiatan organisasi PI ini
semakintegas dalam bidang politik.
lembaga yang telah ada yang dibikin oleh Belanda seperti Dewan Perwakilan
Kolonial (Volksraad).
4) Swadaya: perjuangan yang dilakukan haruslah mengandalkan kekuatan
diri sendiri. Dengan demikian perlu dikembangkan struktur alternatif dalam
kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi, hukum yang kuat berakar dalam
masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi kolonial. Dalam rangka
merealisasikan keempat pikiran pokok berupa ideologi.
Dalam deklarasi tersebut ditekankim pula pokok-pokok, seperti ide unity
(kesatuan), equality (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan). Perhimpunan
Indonesia berusaha menggabungkan semua unsur tersebut sebagai satu
kebulatan yang belum pernah dikembangkan oleh organisasi-organisasi
sebelumnya. Perhimpunan Indonesia percaya bahwa semua orang Indonesia
dapat menerima dan menciptakan gerakan yang kuat dan terpadu untuk
memaksakan kemerdekaan kepada pihak Belanda.
Pernyataan di atas merupakan cita-cita Perhimpunan Indonesia yang
mengandung 4 pokok ideologi yang dikembangkan sejak tahun 1925. Empat
pokok ideologi tersebut meliputi kesatuan nasional, solidaritas, nonkooperasi,
dan swadaya. Dan di sinilah dapat kita Iihat bahwa Perhimpunan Indonesia
merupakan sebuah organisasi pergerakan kebangsaan Indonesia.
2. Peran Kongres Pemuda 1928 dalam Proses Pembentukan Identitas
Kebangsaan Indonesia
Sejak berdirinya Budi Utomo (20 Mei 1908) maka muncullah organisasi
organisasi pergerakan kebangsaan di berbagal daerah. Di antaranya
organisasi pemuda Tri Koro Dharmo (7 Maret1915) yang dldlrikan di Jakarta
oleh Dr. R. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman dan Sunardi. Tujuan organisasi
ini adalah mencapai Jawa-Raya dengan jalan lain memperkokoh persatuan
antara pemuda Jawa, Sunda, dan Madura. Untuk rnenghindari perpecahan
maka pada waktu kongres di Solo ditetapkan bahwa mulai tanggal 12 Juni
1918 namanya diubah menjadi Jong Java.
Jong Java bertujuan mendidik para anggotanya supaya kelak ia dapat
dan lain-lain.
Dengan pentingnya peristiwa Kongres Perempuan I tersebut maka tanggal 22
Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu. Peran generasi muda maupun
perempuan di masa perjuangan sampai di zaman kemerdekaan ini sangat
penting. Mereka menjadi penggerak perubahan dan pembaharuan. Hal itu
sudah diawali dengan adanya kegiatan Kongres Pemuda 1928 maupun
Kongres Perempuan I 1928.
Rangkuman Materi
1. Di antara sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda
di Indonesia. STOVIA-lah yang merupakan sekolah dokter jawa banyak
melahirkan tokoh-tokoh yang peka terhadap keadaan rakyat pada saat itu.
Kelompok intelektual inilah yang merupakan salah satu pelopor pergerakan
nasional Indonesia.
2. Intelektualitas mereka menjadi modal berharga yang membuka cakrawala
berfikir sehingga pada gilirannya pada diri mereka timbul gagasan segar
untuk mengembangkan taktik perjuangan darigerakan yang bersifat fisik
berubah ke dalam bentuk organisasi modern, sehingga mulai saat itu lahirlah
organisasi-organisasi pergerakan nasional, yang pada dasarnya semua
bertujuan mengangkat derajat bangsa Indonesia, yang pada akhirnya
bermuara untuk mencapai Indonesia merdeka.
3. Proses terbentuknya kesadaran nasional juga diilhami oleh kebesaran dan
kejayaan dari Kerajaan Sriwijaya maupun Majapahit di masa lampau, yang
mengingatkan kembali kepada kita bahwa Indonesia sebagai suatu bangsa
telah mampu mengatur diri sendiri serta memiliki kedaulatan atas wilayah di
mana kita hidup dan bertempat tinggal.
4. Pergerakan nasional Indonesia meliputi berbagai gerakan atau aksi yang
dilakukan dalam bentuk organisasi modern menuju ke arah yang lebih baik
terutama dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kelahiran Budi Utomo,
Manifesto Politik Perhimpunan Indonesia tahun 1925, Kongres Pemuda II
tahun 1928 dan kemudian diikuti kelahiran organisasiorganisasi lain, yang
semua itu merupakan keterkaitan yang tidak pernah berhenti. Dalam
1.
2.
3.
4.
kesetiaan
tertinggi
yang
1.
2.
3.
menumbuhkan
semangat
perlawanan
dan tekad untuk lepas dari penjajah merupakan inti dari nasionalisme Indonesia.
Nasionalisme tersebut lahir, tumbuh dan berkembang seirama dengan
perjalanan sejarah, bahwa perlawanan terhadap penjajah mengalami kegagalan.
Berbagai upaya telah dilakukan, namun tidak membuat penjajah angkat kaki dari
bumi Indonesia. Mengapa demikian?.Disebabkan belum adanya kesadaran
pentingnya persatuan dan kesatuan guna melawan penjajah karena tingkat
pendidikan bangsa Indonesia pada saat itu masih rendah. Akhirnya, secara
lambat laun kesadaran itu mulai muncul dan berkembang. Apa penyebabnya?.
Pertanyaan ini akan terjawab setelah membaca uraian berikut.
Lahir tumbuh dan berkembangnya keragaman ideologi pergerakan nasional tidak
dapat dilepaskan dari kondisi dalam negeri dan keadaan internasional. Untuk itu
ada 2 faktor yang mempengaruhi munculnya Nasionalisme di Indonesia yaitu
apa yang disebut dengan faktor internal dan faktor eksternal. Untuk lebih
memahaminya, silahkan anda simak uraian materi berikut ini
A. Faktor Internal
1.
3.
Timbulnya kaum cerdik pandai akibat adanya politik Ethis Van Derenter.
5.
Kesadaran Bangsa Indonesia akan harga dirinya sebagai suatu bangsa yang ingin
hidup bebas, merdeka seperti bangsa-bangsa yang lain. Hal tersebut menambah
semangat juang untuk memperoleh kemerdekaan dan menimbulkan adanya
semangat persamaan derajat.
Dari penjelasan tersebut, apakah Anda sudah paham? Kalau anda sudah paham
silahkan anda simak uraian materi berikutnya.
B. Faktor Eksternal
1.
Munculnya fase kesadaran pentingnya semangat nasional dan perasaan
senasib.
2.
Peristiwa PD1 menyadarkan para terpelajar mengenai penentuan nasib
sendiri.
3.
4.
5.
Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1904-1965, telah menyadarkan bangsa Asia
khususnya Indonesia akan kekuatan dan kemempuannya sebagai bangsa Asia
yang telah mampu mengalahkan bangsa Eropa yang selalu menganggap bangsa
yang super.
Dengan faktor-faktor tersebut diatas, seperti yang telah Anda pelajari maka
timbullah kesadaran Nasionalisme sebagai bangsa Indonesia sehingga
mempunyai tekad dan kesadaran untuk memperoleh kembali kemerdekaan
Indonesia setelah beberapa ratus tahun dijajah bangsa Eropa.