Anda di halaman 1dari 2

Tradisi Tulis di Dalam Istana

Pada zaman sejarah, bahasa tulisan menjadi alat komunikasi yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Pada awalnya, tradisi tulisan berkembang di
lingkungan istana untuk mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam kerajaan, suratmenyurat kerjaan, peraturan, dan perintah raja serta penulisan karya sastra. Contoh
peninggalan sejarah sebagai bukti mulai munculnya tradisi tulisan di istana adalah
prasasti atau inskripsi dan karya sastra.
A. PRASASTI
Prasasti adalah tulisan yang dipahatkan pada batu berisi catatan suatu peristiwa
penting kerajaan. Prasasti yang di temukan di indonesia, umumnya menggunakan
berbagai bahasa, antara lain sebagai berikut.
1.

Bahasa Sansekerta
Bahasa ini, umumnya di gunakan oleh kerajaan indonesia sekitar abad ke-4
sampai dengan abad 9. contohnya, prasasti ciaruteun, prasasti jambu, prasasti kebon
kopi, dan lain-lain.

2.

Bahasa Jawa Kuno


Di pakai pada abad ke-9 misalnya, pada Prasasti Kedu (907 M) atau Prasasti
Mantyasih peninggalan kerajaan Mataram kuno.

3.

Bahasa Melayu Kuno


Bahasa ini menggunakan bahasa melayu kuno di
sumatra.Contohnya, Prasasti Kedukaan Bukit, Prasasti Talang Tuo.

4.

jumpai

di daerah

Bahasa Bali Kuno


Prasasti ini menggunakan bahasa bali kuno. Contohnya, Prasasti Julah dan
Prasasti ugrasena.

B. KARYA SASTRA
Sebelum di temukan kertas, masyarakat zaman kuno telah terbiasa menuliskan
catatan penting atau karya sastra mereka pada daun lontar atau kropak yang tidak
tahan lama atau cepat rusak. Di kerajaan hindu-buddha di jawa tengah, naskah karya
sastra yang ditulis pada daun lontar disebut kesusastraan parwa. Contohnya, kitab
hariwangsah, sutasoma, dan lain-lain.
2.

Tradisi Tulis di Luar Istana


Tradisi tulis naskah rakyat tersebut sebagian besar berkembang di daerah yang
tidak berada di bawah kekuasaan kerjaan. Naskah-naskah kuno tersebut berisi ajaran
keagamaan, filsafat, kesusastraan, puisi, drama, sejarah dan perkembangan hukum.
Meskipun di beberapa daerah tradisi naskah tradisional telah punah, namun tradisi itu

tetap dilestarikan di Bali dan Sulawesi Selatan hingga saat ini. Berikut berbagai tradisi
tulis di berbagai daerah di Indonesia.
A. Tradisi Tulis di Bali
Tradisi tulis tertua di Bali bersumber dari tradisi tulis istana dan prasasti batu serta
lempeng tembaga. Mulai abad ke-16 di ciptakan berbagai naskah bertema keindahan
alam, persatuan dengan dewa, perbintangan, pengobatan, penanggalan, silsilah,
mantra, syair, dan kisah-kisah keagaaman. Kisah-kisah tersebut di tulis dalam bentuk
kidung (nyanyian), geguritan (puisi), dan parikan (pantun)
B. Tradisi Tulis di Sumatra Selatan
Naskah di Sumatra Selatan di tulis di atas kulit kayu, bambu, batang rotan, lempeng
tembaga, kertas, dan tanduk kerbau. Huruf yang dipakai pada tradisi tulis di Sumatra
Selatan adalah aksara kerinci, aksara rencong Rejang, dan aksara Lampung.
Menurut Petrus Vooreve, huruf Sumatra Selatan di pengaruhi oleh aksara Jawa.
Namun, huruf Jawa tersebut sudah disesuaikan dengan media penulisan naskah.
C. Tradisi Tulis di Jawa Barat
Naskah di Jawa Barat di tulis di atas daun palem, bambu, dan kertas. Huruf yang
dipakai pada tradisi tulis di Sunda adalah aksara Sunda kuno, aksara Sunda
Jawa(cacarakan), Arab gundul, dan Aksara latin.
Pada abad ke-19, mulai ditulis berbagai cerita rakyat tradisional. Hal itu didorong
oleh kebijakan pemerintah Belanda untuk memelihara tulis Sunda. Caranya dengan
penggunaan bahasa Sunda menjadi bahasa tulisan. Beberapa cerita rakyat yang ditulis
dalam bentuk naskah adalahmanggung kusuma, mundinglayadi kusuma, ciung wanara,
dll
D. Tradisi Tulis di Sulawesi Selatan
Tradisi tulis naskah berkembang dengan pesat di Sulawesi Selatan setelah adanya
budaya tulis. Misalnya, di kalangan suku Mandar, Bugis, dan Makassar.
Menurut Robert Wilson, I La Galigo dianggap sebagai kesustraan terbaik di dunia.
Naskah epos kepahlawanan setebal 6.000 halaman tersebut berisi kisah di Kerajaan
Luwu pada masa praislam.

Anda mungkin juga menyukai