Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA PERGERAKAN NASIONAL


TRI KORO DHARMO
Untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah Indonesia pergerakan nasional
Dosen Pengampu: M. Iqbal Birsyada M.Pd

Disusun Oleh:

Muhammad Fadqurozi 19144400002


Rika Afrianto 19144400003
Febristha Putri Ariana 19144400015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
hidayah dan inayah-Nya serta yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah tentang “Tri Koro Dharmo” ini dengan penuh keyakinan serta usaha
maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi
kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah
Sejarah Indonesia masa Pergerakan Nasional yang telah memberikan tugas Makalah ini
kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai makalah ini sehingga dengan kami dapat
menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Makalah ini tentu belum sempurna dan masih banyak kekurangan terutama dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kritik, saran, serta masukan yang
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Dan juga semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua

Yogyakarta, 13 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian Tri Koro Dharmo..........................................................................................2
B. Sejarah Perkembangan Jong Java...................................................................................2
C. Runtuh Dan Bubarnya Jong Java....................................................................................4
BAB III PENUTUP....................................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................................6
B. Saran................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebangkitan nasional adalah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat
persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkat
kemerdekaan Indonesia. bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya
pergerakan nasional di Indonesia itu, tidak hanya dipengaruhi adanya pengaruh dari
luar Indonesia saja. Namun juga adanya reaksi pada masa sebelum tahun 1905 yang
pernah dicetuskan dengan adanya perlawanan senjata dan pemberontakan berbagai
daerah. Hal ini juga telah dibuktikan dengan nyata adanya semangat nasionalisme
yang telah bergejolak pada bangsa Indonesia terhadap penderitaan akibat adanya
kolonialisme.
Politik Etis merupakan kebijakan politik balas budi yang mencakup tiga
bidang, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi. Pada kenyataannya, penerapan Politik
Etis masih belum sesuai dengan yang diharapkan kendati rakyat Indonesia mulai bisa
mengenyam pendidikan. Hal ini nantinya berdampak terhadap munculnya kaum
terpelajar di Indonesia. Kalangan intelektual bumiputera ini nantinya memulai abad
ke-20 dengan perjuangan gaya baru. Tidak lagi melalui kekerasan yang bersifat
kedaerahan, melainkan berjuang dengan mengedepankan pikiran dan organisasi, salah
satunya adalah Tri Koro Darmo yang dibentuk pada tahun 1915 di Jakarta dan
kemudian berubah nama menjadi Jong Java pada tahun 1918 di Solo.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan organisasi Tri Koro Dharmo?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Jog Java?
3. Apa yang menyebabkan Jong Java bubar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahu tentang organisasi Tri Koro Darmo
2. Untuk mengetahui tentang sejarah perkembangan Jong Java
3. Untuk mengetahui penyebab Jong Java bubar

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tri Koro Dharmo
Organisasi ini didirikan pada 7 Maret 1915 di Jakarta atas prakarsa Dr.
Satiman Wirjosandjojo yang kemudian menjadi ketuanya, wakil ketua
Wongsonegoro, sekretaris Sutomo, anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman.
Organisasi ini merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia. Tri Koro Darmo
berarti Tiga Tujuan Mulia, yaitu Sakti, Budi, dan Bakti. Organisasi berawal dari anak-
anak sekolah menengah dari Jawa Madura yang bersekolah di Jakarta. Pada tahun
1918, nama Tri Koro Darmo diganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) sehingga
anggotanya terbuka bagi seluruh pemuda Jawa termasuk dari Jawa Barat (Leirissa,
1989: 4). Organisasi ini mempunyai asas dan tujuan, yaitu:
1. Menimbulkan pertalian di anatar murid-murid bumiputera dan sekolah-sekolah
menengag dan kursus kejuruan.
2. Menambah pengetahuan umumbagi anggotanya.
3. Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan
Hindia
Nama Tri Koro Dharmo ini kemudian dirubah menjadi Jong Java pada
konggres yang pertama tanggal 12 Juni 1918 dengan maksud untuk memudahkan
kerjasama dengan pemuda-pemuda pelajar sunda, Madura, Bali, dan Lombok
(Leirissa, 1989:4).

B. Sejarah Perkembangan Jong Java

Di karenakan Tri Koro Darmo, bersifat Jawasentris, maka para pemuda yang
bukan Jawa seperti Madura, Sunda, Bali dan Lombok merasa kurang senang, dan
untuk menghindari perpecahan, maka konggres ke-1 yang diselenggarakan di Solo

2
pada tanggal 12 Juni 1918 menetapkan dan merubah namanya menjadi Jong Java.
Dalam kongres ke-2 yang diadakan di Yogyakarta tahun 1919 hanya didatangi sedikit
oleh anggota yang tidak berbahasa Jawa, tetapi kongres ini mendapat kunjungan yang
besar, yang dibicarakan antara lain: soal milisi untuk bangsa Indonesia, mengubah
bahasa Jawa lebih demokrasi, perguruan tinggi, kedudukan wanita Sunda, sejarah
tanah Sunda dan arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat.
Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres ke-3 di Solo, dan pada
pertengahan tahun 1921 kongres yang ke-4 di Bandung. Dalam kedua kongres itu
tujuannya masih tetap yaitu membangunkan cita-cita Jawa Raya, dan
mengembangkan rasa persatuan diantara suku-suku bangsa di Indonesia. Dalam
kongres-kongres itu tidak disebutkan bahwa Jong Java tidak akan ikut dalam aksi
politik. Tetapi dalam kongres ke-5 di Solo tahun 1922 disebutkan bahwa Jong Java
tidak akan mencampuri politik atau aksi politik. Pada konggres Jong Java yang ke-6,
R. Syamsurijal telah terpilih sebagai ketuanya.
Syamsurrijal, yang telah terpilih sebagai ketua Jong Java pada konggres ke-7
tahun 1924, Syamsurrijal mencoba melontarkan gagasannya agar Jong Java
melaksanakan kegiatan membuka kursus agama Islam bagi para anggota yang
muslim, dan tidak keberatan untuk membuka kursus agama lain bagi anggota yang
memeluk agama tersebut. Syamsurrijal mengusulkan agama Islam, karena Islam
merupakan agama mayoritas rakyat. Syamsurrijal mengakui bahwa mempelajari
agama Islam bagi kaum muda terpelajar adalah sangat penting sekali. Namun
demikian, usul Syamsurrijal itu ditolak dan bahkan dituduh akan menyelewengkan
Jong Java dan akan bermain politik di dalamnya.
Dalam perkembangan selanjutnya Jong Java mau tidak mau harus mendapat
pengaruh politik. Pengaruh politik pertama masuk kedalam Jong Java datang dari
Serikat Islam (S.I) dibawah pengaruh “Haji Agus Salim”. Dalam kongresnya pada
tahun 1924 pengaruh S.I itu makin terasa, tapi akhirnya Jong Java nyaris terjadi
perpecahan, dan mereka tetap mempertahankan pendiriannya meninggalkan
perkumpulannya dan mendirikan Jong Islamieten Bond pada awal tahun 1925.
Sjamsuridjal menjabat ketua umum pertama JIB periode 1925-1926 (Zuly Qodir, dkk,
2020: 109).
Dalam kongres Jong Java tahun 1926 di Solo dengan suara bulat tujuan
perkumpulan dirubah, akan berusaha memajukan rasa persatuan para anggota dengan
semua golongan bangsa Indonesia, akan bekerja sama dengan perkumpulan-

3
perkumpulan pemuda Indonesia lainnya, ikut serta dalam menyebarkan dan
memperkuat faham Indonesia bersatu. Ketuanya R.T Djaksodipuro kemudian
bernama R.T Wongsonegoro beliau juga menjadi anggota “Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia (P.P.P.I)”, tokoh-tokoh lainnya Koentjoro, Mawardi.
C. Runtuh Dan Bubarnya Jong Java
Kongres Pemuda I diJakarta tahun 1926 mendorong lahirnya organisasi
pemuda pelajar I yang diberi nama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia).
PPPI inilah yang akhrinya memberanikan diri memprakarsai diselenggarakannya
Kongres Pemuda II tahun 1928 di Jakarta. Dalam Kongres itu dicetuskan Sumpah
Pemuda yang berisi kebulatan tekad para pemuda Indonesia untuk bersatu di bawah
panji-panji Indonesia Raya. Kongres dipimpin oleh Soegondo Djojopuspito.
Pada tanggal 25 s.d. 31 Desember 1928 Jong Java mengadakan kongres di
Yogyakarta. Tepatnya di Dalem Joyodipuran Jl. Kintelan 139 (sekarang Jl. Brigjen
Katamso 23). Pelaksanaan konggres tersebut mempunyai makna yang sangat penting
dimana kongres memutuskan bahwa Jong Java akan mengadakan fusi dengan
organsisasi pemuda lainnya. Keputusan ini sebagai realisasi dari dicetuskannya ikrar
Sumpah Pemuda dalam kongres Pemuda II di Jakarta tanggal 26 s.s. 28 Oktober 1928.
Waktu itu Jong Java juga ikut aktif dalam perintisan dilaksanakan konggres tersebut.
Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan
lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota
bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air Oleh karena itu, maka
terhitung sejak tanggal 27 Desember, 1929, Jong Java pun bergabung dengan
Indonesia Moeda. Niat Jong Java untuk mengadakan fusi dengan organisasi
kedaerahan yang lain tersebut akhirnya dilaksanakan. Dalam kongresnya yang
terakhir di Semarang yang berlangsung tanggal 23 s.d. 29 Desember 1929 diputuskan
bahwa Jong Java menerima baik rancangan fusi dengan pendirian organisasi
kepemudaan Indonesia yang bernama Indonesia Muda. Sesudah itu secara resmi Jong
Java dibubarkan.
Dengan munculnya Indonesia Muda, Jong Java resmi dibubarkan, dan seluruh
bagiannya, termasuk seluruh anggotanya yang berjumlah 25.000 orang, kemudian,
studiefonds dan cabang-cabangnya, diserahkan kepada Komisi Besar Indonesia Muda.
Selama berdirinya hingga akhirnya bubar ketua pengurus besar Jong Java berturut-
turut adalah: Satiman Wirjosandjojo (1915-1917), Suhardi Ariotedjo (1917-1918),

4
Sukiman Wirjosandjojo (1918-1919), Sutopo (1919-1920), Mukhtar Atmo Supardjojo
(1921-1922), Ma’amun (1923), Samsuridjal (1923-1924), Sumarto Djojodihardjo
(1925), Sunardi Djaksodipuro (1926), Gularso Astrohadikusumo (1927), Sarwono
Prawirohardjo (1928); dan Kuntjoro Purbopranoto (1929).

BAB III
PENUTUP

5
A. Kesimpulan
Tri Koro Dharmo adalah sebuah organisasi pegerakan nasional yang dibentuk
pada 7 Maret 1915 di Jakarta atas prakarsa Dr. Satiman Wirjosandjojo yang kemudian
menjadi ketuanya, wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris Sutomo, anggotanya
Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman. Organisasi ini merupakan organisasi pemuda
pertama di Indonesia. Tri Koro Darmo berarti Tiga Tujuan Mulia, yaitu Sakti, Budi,
dan Bakti. Nama Tri Koro Dharmo ini kemudian dirubah menjadi Jong Java pada
konggres yang pertama tanggal 12 Juni 1918 dengan maksud untuk memudahkan
kerjasama dengan pemuda-pemuda pelajar sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan
lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota
bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air Oleh karena itu, maka
terhitung sejak tanggal 27 Desember, 1929, Jong Java pun bergabung dengan
Indonesia Moeda.
B. Saran
Dari adanya organisasi Tri Koro Dharmo ini kita selaku generasi bangsa
haruslah berbangga diri atas jasa pahlawan. Patutnya kita selaku generasi penerus
banggsa harusnya berbangga hati dan berbangga diri serta menghargai jasa para
pahlawan yang telah mengorbankan pikiran kinerja mereka sehingga kita bisa
menikmati kemerdekaan ini.

6
DAFTAR PUSTAKA
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/Vredeburg/diorama-kongres-jong-java-di-yogyakarta-
diorama-museum-benteng-vredeburg-yogyakarta/
https://museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id/jong-java/
Leirissa, R.Z., Dkk. 1989. Sejarah Pemikiran Tentang sumpah Pemuda. Jakarta: Dep.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Zuly Qodir, dkk. 2020. Nasionalis Tulen Singa Podium Kasman Singodimedjo: Pemikiran
Dan Pergerakan. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran.

Anda mungkin juga menyukai