Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rika Afrianto

NPM : 19144400003

Tugas Resume Integrasi Nasional

A. Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi berasal dari bangsa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan
atau keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki
keserasian fungsi. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat
memiliki kesepakatan tentang batas-batas teriorial, nilai-nilai, norma-norma dan
pranata-pranata sosial.
Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah
pembauran atau asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan.
Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme
sosial. Sementara pembauran dapat berarti penyesuaian antar dua atau lebih
kebudayaan mengenai beberapa unsur kebudayaan (cultural traits) mereka yang
berbeda bahkan bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan
yang selaras atau harmonis.
Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “national integration”.
"Integration" berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari bahasa
latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu,
integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau
bulat. “Nation” artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari orang-orang yang
berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan
politik. Menurut Kurana (2010) integrasi nasional adalah kesadaran identitas bersama
di antara warga negara. Ini berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang berbeda,
agama dan daerah, dan berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui kenyataan
bahwa kita semua adalah satu. Jenis integrasi ini sangat penting dalam membangun
suatu bangsa yang kuat dan makmur.

1. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional sebagai berikut:


a. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
b. Keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa Indonesia, dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
c. Rasa cinta tanah air dikalangan bangsa Indonesia, dibuktikan dengan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
d. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, dibuktikan dengan
banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
e. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan proklamasi
kemerdekaan.
f. Pancasila dan UUD 1945, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia
Raya, Bahasa kesatuan bahasa Indonesia.

2. Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional sebagai berikut:


a. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam)
b. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi
oleh lautan luas.
c. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri.

3. Contoh-Contoh Pendorong Integrasi Nasional:


a. Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan
tangguh di masa yang akan datang.
b. Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia.
c. Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari
kemerdekaan itu adalah hal yang sangat sulit.
d. Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi
pertentangan pihak ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan
bangsa.
e. Adanya rasa senasib dan sepenanggungan.
f. Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi
terciptanya kedamaian.

4. Bentuk integrasi nasional bisa terjadi antara lain berikut:


a. Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri khas kebudayaan
asli.
b. Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan
kebudayaan asli.

B. Jenis- Jenis Integrasi Nasional


a. Integrasi bangsa, menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya
dan sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas
nasional.
b. Integrasi wilayah, menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan
nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan
kelompok kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
c. Integrasi elit massa, menunjuk pada masalah penghubungan antara pemerintah
dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi
dan nilai pada kelompok elit dan massa.
d. Integrasi nilai, menunjuk, pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum
yang diperlukan dalam memelihara tertib social.
e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif), menunjuk pada penciptaan tingkah
laku yang terintegrasi dan yang diterima demi mencapai tujuan bersama.

Dalam realitas nasional integrasi nasional dapat dilihat dari tiga aspek yakni :

a. Integrasi Politik, Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan
horizontal. Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut hubungan elit dan massa,
baik antara elit politik dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat
guna menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik
yang partisipatif. Dimensi horizontal menyangkut hubungan yang berkaitan
dengan masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama dan golongan
masyarakat Indonesia.
b. Integrasi Ekonomi, Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan
antar daerah dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling
ketergantungan menjadikan wilayah dan orang-orang dari berbagai latar akan
mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan dan sinergis. Di sisi lain,
integrasi ekonomi adalah penghapusan (pencabutan) hambatan-hambatan antar
daerah yang memungkinkan ketidaklancaran hubungan antar keduanya, misal
peraturan, norma dan prosedur dan pembuatan aturan bersama yang mampu
menciptakan keterpaduan di bidang ekonomi.
c. Integrasi Sosial Budaya, Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-
unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-
unsur yang berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan,
sistem nilai, dan lain sebagainya. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan
bersatu bagi kelompok-kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama,
dan ras.

C. Sejarah Perkembangan Integrasi Nasional


Dalam perkembangan sejarah nasional Indonesia, integrasi nasional dimulai
sejak kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini berhasil membangun integrasi nasional karena
kerajaan yang pertama kali mampu membangun kerajaan besar, memiliki wilayah
yang luas terdiri dari beberapa bagian pulau dan mampu membangun hubungan kerja
sama dengan berbagai negara. Setelah Sriwijaya tenggelam dalam percaturan sejarah,
kemudian selang 7 abad baru muncul integrasi nasional yaitu Majapahit yang mampu
membangun kerajaan nasional sekaligus membangun integritas nasional. Integritas
nasional berikutnya adalah negara Indonesia. Dalam perspektif sejarah bangsa,
integrasi nasional adalah sebuah proses yang belum selesai (Suroyo, 2002: 2).
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan
multidimensional. Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan
sebagainya. Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena
pada hakikatnya integrasi nasional tidak lain adalah menunjukkan tingkat kuatnya
persatuan dan kesatuan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya persatuan dan
kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur,
aman dan tentram.

D. Dinamika dan Tantangan lntegrasi Nasional


Dinamika integrasi nasional di Indonesia sejak berdiri pada tahun 1945, upaya
membangun integrasi secara terus menerus dilakukan. Terdapat banyak
perkembangan dan dinamika dari integrasi yang terjadi di Indonesia. Dinamika
integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu. Dinamika itu bisa kita contohkan
peristiwa integrasi berdasar lima jenis integrasi sebagai berikut :
a. Integrasi bangsa, tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of
Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil
secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung
dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrsai yang
terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005.
b. Integrasi wilayah, melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957,
pemerintah Indonesia mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar
laut territorial seluas 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik
ujung yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia. Dengan deklarasi ini maka
terjadi integrasi wilayah terioritas Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan satu
kesatuan wilayah dan laut tidak lagi merupakan pemisah pulau, tetapi menjadi
penghubung pulau-pulau di Indonesia.
c. Integrasi nilai, Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai integrasi
terus menerus dilakukan, misalnya melalui kegiatan pendidikan pancasila baik
dengan maka kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di sekolah. Melalui
kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata pelajaran PPKn.
Melalui pelajaran ini, pancasila sebagai nilai bersama dan sebagai dasar filsafat
Negara disampaikan kepada generasi muda.
d. Integrasi elit-massa, dinamika integrasi elit massa ditandai dengan seringnya
pemimpin mendekati rakyatnya melalui berbagai kegiatan. Misalnya kunjungan
ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya
mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional.
e. Integrasi tingkah laku (perilaku integratif), Mewujudkan perilaku integratif
dilakukan dengan pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan
termasuk birokrasi. Dengan lembaga dan birokrasi yang terbentuk maka orang-
orang dapat bekerja secara terintegratif dalam suatu aturan dan pola kerja yang
teratur, sistematis dan bertujuan. Pembentukan lembaga-lembaga politik dan
birokrasi di Indonesia diawali dengan hasil sidang I PPKI tanggal 18 Agustus
1945 yakni memilih Presiden dan Wakil Presiden. Sidang PPKI ke 2 tanggal 19
Agustus 1945 memutuskan pembentukan dua belas provinsi.
E. Disintegrasi
Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi berarti penyatuan,
keterpaduan antar elemen atau unsur yang ada di dalamnya, disintegrasi dapat
diartikan ketidakpaduan, keterpecahan di antara unsur unsur yang ada. Jika integrasi
terjadi konsensus maka disintegrasi dapat menimbulkan konflik atau perseturuan dan
pertentangan. Konflik-konflik yang pernah muncul di Indonesia cenderung ke arah
disintegrasi. Konflik-konflik yang cenderung disintegrasi di Indonesia antara lain:
peristiwa PKI Madiun , DI/TII, PRRI dan Permesta, RMS. Selain itu, ada juga
gerakan-gerakan separatis antara lain GAM, dan OPM.
Konflik horisontal juga terjadi misalnya konflik antar suku, antar golongan.
Untuk membangun integrasi dan meninggalkan disintegrasi antara lain membangun
pemerintahan yang bisamenum buhkan kepercayaan masyarakat. Selain itu,
membangun rasa toleransi yang tinggi dengan bersemangat Bhinneka Tunggal Ika.
Beberapa hambatan yang harus disikapi:
a. Dimensi horizontal yaitu masih adanya sikap primodialisme.
b. Dimensi vertikal yaitu kurangnya kesediaan pemimpin yang turun ke bawah untuk
mendengarkan keluhan rakyat.
c. Baik secara horisontal maupun vertikal masih ada pernyataan-pernyataan
mayoritas dan minoritas.

Untuk mendukung terciptanya integrasi nasional maka semua pihak


hendaknya mampu mengeliminasi hambatan-hambatan tersebut. Upaya yang bisa
dilakukan dalam menanggulangi disintegrasi diperlukan kebijakan sebagai berikut:

a. menghidupkan dan membangun komitmen, kehendak serta kesadaran untuk


bersatu,
b. Membangun kondisi yang mendukung komitmen,
c. Membangun kelembagaan yang bernorma untuk menyuburkan persatuan dan
kesatuan bangsa.
d. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tepat, dan tegas dalam segala
aspek kehidupan,
e. Menciptakan ruang publik yang menyuburkan pemahaman keragaman dalam
kondisi masyarakat yang plural atau majemuk (Kalidjernih, 2011: 120).

F. Strategi Integrasi
Berbagai cara untuk membangun integrasi yang bisa dilakukan antara lain:
a. Asimilasi merupakan proses integrasi perpaduan beberapa unsur budaya sehingga
tidak memunculkan unsur aslinya. Proses ini adalah menyatukan masyarakat
menjadikan budaya dominan yang merupakan peleburan beberapa budaya di
dalamnya.
b. Akulturasi adalah perpaduan beberapa unsur budaya yang masingmasing
unsurnya masih nampak. Proses ini merupakan proses penyatuan dengan tetap
mempertahankan perbedaan. Di sinilah penghargaan terhadap perbedaan harus
dikedepankan.

Integrasi nasional harus tercipta dari integrasi masyarakat yaitu:

a. Kesepakatan terhadap nilai-nilai sosial tertentu yang bersifat fundamental dan


krusial.
b. Masyarakat terhimpun dalam berbagai unit yang saling mengawasi kehidupan
sosial yang ada.
c. Terjadi saling ketergantungan diantara kelompok dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi secara menyeluruh.

Untuk menanamkan sikap dan semangat integrasi bisa dilakukan dengan


beberapa hal antara lain yang utama adalah melalui proses pendidikan karena peserta
didik diajak melihat realitas kondisi bangsa agar bisa belajar dari pengalaman sejarah
kemudian bisa mengubah semangat untuk mewujudkan yang terbaik bagi bangsa
kedepannya.

Daftar Pustaka
1. Sabari, Johanes, dkk. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Paristiyanti Nurwardani, dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
tinggi. Jakarta :Ristekdikti.
3. http://eprints.unm.ac.id/12427/1/Artikel%20Jurnal%20Nasional%20Tidak
%20Terakreditasi%20-%20Integrasi%20Nasional%20Sebagai%20Salah%20Satu
%20Parameter%20Persatuan%20dan%20Keatan%20Bangsa%20Negara%20Republik
%20Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai