Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizki May Cahyo

NIM : G000200224

Kelas : PAI D

Matkul : Islam di Indonesia

RESUME BUKU

Judul : Zaman Bergerak : Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926

Pengarang : Takashi Shiraishi

Penerbit : Pustaka Utama Grafiti.

Munculnya Pergerakan Bangsa Indonesia

“Apa itu pergerakan?” Inilah yang dicoba dijawab oleh Takashi Shiraishi dengan Cara
yang unik dalam bukunya Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926.
Penulisannya yang khas sebagaimana peneliti-peneliti Jepang menunjukkan kedetailan yang
luar biasa dan tidak terjebak oleh klasifikasi sosiologis dan ideologis yang dianggapnya
“serampangan” dalam kepenulisan sejarah nasional ortodoks.

Takashi mengambil fokus penelitian historisnya pada periode pergerakan yang terjadi
di Surakarta, termasuk Semarang dan Yogyakarta pada tahun 1912-1926. Periode tersebut
dijadikan fokus penelitiannya karena pada masa itu embrio pergerakan meningkat kesadaran
nasional mulai terbangun dalam bentuknya yang lebih modern, yaitu organisasi. Namun
demikian, Takashi tidak memfokuskan diri pada pergerakan organisasi itu sendiri, tapi lebih
menekankan bagaimana seorang individu pelaku pergerakan berpikir, menulis dan berkata
serta bertindak sebagai orang pertama. Alhasil dari cara pendekatan seperti itu, Takashi
mampu mendeskripsikan makna pergerakan dari sudut pandang individual yang unik.
Dimana mereka (pelaku sejarah) selalu mencoba mencomot, memungut dan menyusun ulang
pemikiran atau ide-ide yang diperoleh dari bermacam gagagasan (Sosialisme Marx dan
Islamisme) untuk memaknai tindakan mereka dalam memperjuangkan dunia yang
sepenuhnya baru, yaitu Indonesia/Hindia.

Berikut adalah uraian singkat dari buku Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di
Jawa 1912-1926.
 Arena

Pada masa kolonial di abad XIX dan XX, wilayah Surakarta adalah Yogyakarta
merupakan tempat kedudukan empat kerajaan yang “berdiri sendiri” dibawah kekuasaan
Hindia Belanda, yakni keraton Kesunanan dan Mangkunegara di Pakualama Surakarta,
serta Kesultanan dan Pakualaman di Yogyakarta. Sejak zaman VOC, orang-orang
Belanda berulang kali mengeksploitasi perpecahan intern, peperangan, dan kekacauan di
dalam kerajaan Mataram untuk memperoleh kekuasaan ekonomi, wilayah dan politik
yang lebih besar. Gambaran penduduk yang beragam lebih terlihat di kota Surakarta,
dimana orang-orang Eropa, Indo, Tionghoa, Arab, dan orang “Timur Asing” lainnya
mencapai sepuluh persen dari jumlah seluruh pnduduknya.

Tidak ada yang lebih jelas menggambarkan transformasi budaya d Surakarta pada
abad XIX ini daripada tempat yang diduduki Ranggawarsita saat itu. Ia adalah pujangga
Kesunanan yang tidak terpakai lagi pasca legitimasi kebudayaan oleh Belanda. Pada
dekade 1910 dan awal 1920-an, reorganisasi dilakukan Belanda didaerah vorstenlanden.
Reorganisasi ini selesai pada 1924 dengan beberpa tindakan yang diambil ialah
penghapusan system lungguh, pembentukan desa sebagai unit administrasi, pemberian
hak-hak penggunaan tanah yang jelas kepada petani dan perbaikan aturan sewa tanah.

Dengan dimulainya abad XX, sebuah zaman baru dalam politik kolonial dimulai,
yaitu zaman etis, dengan semboyan “kemajuan”. Perluasan pendidikan gaya Barat adalah
tanda resmi dari politik etis. Lahirnya Pergerakan

Sarekat Islam tumbuh pada awal 1912 didirikan oleh Haji Samanhoedi adalah
perkumpulan tolong-menolong untuk menghadapi para kecu yang membuat daerah
Lawean tidak aman, yakni adanya pencurian kain batik yang diemur di halaman tempat
pembuatan batik, yang orang Solo menyebutnya dengan Sarekat Dagang Islam yang pada
dasarnya merupakan organisasi ronda, bukan organisasi dagang. Organisasi ini ditetapkan
sebagai organisasi Muslim yang bekerja demi “kemajuan”. Perluasan SI yang besar
mempengaruhi posisi pemerintah terhadap SI, asas dan struktur kepemimpinan SI, SI
menjadi persoalan yang serius bagi pemerintah Hindia Belanda. Pada akhir 1912, di
Bandung ada dua SI yang muncul yakni Darma Loemeokso di dirikan oleh Haji Amir
dan yng satunya didirikan oleh Tjokroaminoto dan Hasan Ali Soerati.

 Zaman Bergerak
Pada 1917 pergerakan menunjukkan tanda-tanda terjadinya regenerasi, antara
1917-1920 dunia berubah dengan cepat dan zaman mulai terasa bergerak. Perang Dunia I
mencapai titik usai. Pada masa ini pergerakan mengalami transformasi yang mendalam.
Iklim politik di Hindia juga mengalami perubahan yang berasal dari dua sumber yaitu
dari pemerintah Hindia yang diwujudkan oleh Jendral Van Limburg Stirum dan dari SI
Semarang yang dipimpin oleh Smaoen murid sneevlet yang paling berbakat.
Kemunculan Semaoen dan SI Semarang pada 1917-1918 semakin mengusik
Tjokroaminoto, kampanye Semaoen menentang Indie Weerbaar dan partisipasi SI dalam
Volksraad tahun 1917, serta kritiknya yang keras terhadap kepemimpinan CSI.
 Insulinde Dan Pemogokan Petani Di Surakarta
Selama tahun 1917-1919, zaman dan dunia serasa bergerak di Surakarta, yang
tidak kalah kuat dibandingkan dengan daerah-darah lainnya di Hindia. Dibukanya
volksraad, kebangkitan Semaoen dan SI di Semarang, gerakan Djawa Dipa, TKNM,
gerakan serikat buruh, kebangkitan PFB dan Soerjopranoto- semua ini dan juga
perkembangan lainnya mempengaruhi situasi pergerakan di Surakarta. Tjipto adalah salah
satu dari kaum bumiputera terpelajar pertama yang dengan sadar berfikir tentang
kemajuan bumiputera dalam kaitannya dengan dominasi politik dan subordinasi.
Di Yogyakarta, Moehammadijah yang didirikan Dahlan di Kauman pada akhir
1912 menjadi pusat muslim saleh yang progresif. Kebanyakan anggotanya berasal dari
keluarga pegawai keagamaan sultan. Sejak semula Moehammadijah merupakan gerakan
modernis dan reformis.
Munculnya Misbach sebagai mubalig terkemuka yang “menggerakan Islam” dan
kembalinya Tjipto di arena pergerakansebagai anggota volksraad menjadi faktor utama
bangkitnya insulinde di Surakarta. Pada awal 1918, insulinde of deling Surakarta hanya
merupakan sebuah perkumpulan kecil dengan anggota sebagian orang Indo, Tionghoa
peranakan yang berpendidikan Barat dan bicara bahasa Belanda, serta priyayi
professional. Menjelang akhir 1918, Misbach memulai aktifitas propagandanya di
Kartasura, Banyudono, dan Ponggok. Insulinde tumbuh pesat dalam skala luar biasa,
perluasan Insulinde berkaitan dengan kegelisahan petani di pedesaan Kesunanan.
Dikelurahan Ngelungge kring insulinde didirikan pada 16 februari 1919, sedang kuli
kenceng mulai mogok pada 23 februari 1919. Di Ngelungge tidak ada perkebunan yang
beroperasi. Diperkebunan Tegal Gondo, Karang Duren, dan Klaseman pada10 april
seluruh kuli kenceng di Moro 170 orang mogok.
 Solo Di Zaman Pergerakan
Seiring dengan berkembanga Syarekat Abangan dan tingginya mobilisasi petani,
pemogokan petanipun terjadi. Situasi “refolusioner” di pedesaan Kesunanan semakin
memojokan Residen Harloff dalam posisi sulit. Pada saat itu, asisten Residen Klaten
mulai menangkapi pemimpin-pemimpin SH, SI, dan PFB. Mangoenatmojo dan dua
muridnya ditahan, Padmotenojo dan Sastropanito pemimpin SH juga ditahan serta
Misbach ditangkap di statsiun NIS Balapan.
 Zaman Reactie, Zaman Partij
Pergerakan mengalami transformasi mendalam sejak 1920-1923. Kenyataan ini
bisa dipahami dengan dua ungkapan “zaman reactie”, “zaman partij”. Pada 1917, BO,
Insulinde dan CSI telah beralih menjadi partai politik, mereka memutuskan untuk
bergabung dengan Volksraad yang baru saja diberntuk dan menyusun program partai.
Diantara program-program mereka terdapat perbedaan, tetapi secara ideologis mereka
tidak bertentangan. Meskipun berbeda dalam menentukan persyaratan keanggotaannya,
anggota dari satu partai tetap dapat diterima menjadi anggota partai lainnya.. banyak dari
merka termasuk juga tokoh-tokoh terkemukanya, yang tetap mempertahankan
keanggotaan gandanya, di BO, Insulinde, SI dan ISDV yang didominasi oleh orang
Belanda, serta ISDP (Partai Sosial Demokrat Hindia. Partai-partai itu juga tidak
mempunyai lambang partai., misalnya lagu-lagu partai, bendera partai, dn bacaan partai.
Sehingga partai lebih berwujud pada diri took-tokoh utamanya, misalnya Tjokroaminoto
dengan SI; Tjipto, Soewardi, dan Douwes Dekker dengan IP/Insulinde/NIP-SH; dan
Dwidjosewojo dengan BO. Partai –partai tersebut dibedakan dengan ukuran yang sangat
longgar, yaitu menurut mayoritas pengikut mereka, misalnya SI adalah persatuan kaum
Muslim, IP/Insulinde/NIP-SH adalah partai orang-orang Hindia, dan BO adalah
persekutuan priayi pemerintah.
 Islamisme Versus Komunisme
Misbach dibebaskan dari penjara Pekalongan pada 22 Agustus 1922 dan pada hari
itu juga kembali ke rumahnya di Kauman, Surakarta. Dua tahun tiga bulan telah berlalu
sejak penahanannya, selama itu zaman pemogokan sudah berakhir, sedang zaman reaksi
dan zaman partai mulai bangkit. Fock adalah gubernur jenderal yang sedang menjalankan
langkah-langkah ekonominya. Pemogokan buruh pegadaian sudah digagalkan dan
hoofdbestuur CSI dibawah Salim dan Fachrodin secara perlahan meninggalkan gerakan
serikat buruh.
Pertikaian antara Islam Bergerak dengan Moehammadijah berlangsung dari Maret
sampai Juli 1922. Meskipun bermacam isu dan celaan saling dilemparkan, sebenarnya
pertikaiannya berpusat pada soal apakah seseorang bisa menjadi “Islam sejati” tanpa
menggerakan Islam dalam politik.
 Tahun-Tahun Terakhir
Pada 20 Agustus 1924, tidak lama sesudah Misbach dibuang ke Manokwari, hak
berkumpul kembali berlakukan di kota Surakarta. Tindakan liberalisasi seperti ini
dizaman reaksi sungguh merupakan kesempatan yang tidak diduga bagi aktivis-aktivis
pergerakan untuk “bergerak” di Surakarta. Di awal September Marco kembali dari
Salatiga dan kembali menggiati PKI afdeling Surakarta dan SR Surakarta, di akhir tahun-
tahun pergerakan ini Marco memimpin kebangkitan PKI dan SR Surakarta, sekaligus
tanpa daya menjadi saksi kehancurannya.
Ketika PKI dan SR Surakarta dibawah pimpinan Marco, ia mulai mengorganisir
rapatrapat umum dan pertemuan serta menerbitkan organnya pada akhir 1924, pemerintah
sudah siap mengendalikan komunisme dan pemimpin partai pun sudah memimpin
jalannya garis partai yang baru-revolusi. Perkembangan ini merupakan konteks yang
lebih besar dimana PKI dan SR Surakarta dibawah Marco menjalankan aktivitas
propagandanya.
Pemberontakan komunis di Jawa pada November 1926 dan di Sumatra pada
Januari 1927 menjadi titik yang menentukan dalam sejarah pergerakan. Dengan
dibantainya PKI beserta massa pengikutnya, unsur yang paling aktif dan paling
berkomitmen dalam pergerakan tersingkir dari arena politik. Pergerakan yang lahir
dengan bangkitnya SI di zaman kemajuan, mati secara mengenaskan dalam usaha
merebut kekuatan Negara dan menciptakan dunia yang baru dan bebas. Pemerintah
Hindia dan aparaturnya secara ekstensif dan efektif selalu mengawasi dengan sangat
waspada dan siap-siap untuk menumpas setiap gerakan. Disamping itu, bayangan
menakutkan tentang Boven Digul yang nun jauh di Irian Barat telah menghantui setiap
orang yang punya harapan akan datangnya pembebasan. Akibat dari semua itu, gerakan
rakyat baru tumbuh lagi di Indonesia sesudah Perang Dunia II.

Anda mungkin juga menyukai